16
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.1, April 2011 29 MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES ABRASI PANTAI DI PERAIRAN PULAU MARORE, SULAWESI UTARA Oleh : Beben Rachmat dan Catur Purwanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan 236 Bandung Diterima : 25-08-2010; Disetujui : 06-02-2011 S A R I Pulau Marore adalah salah satu pulau terluar yang mempunyai arti strategis bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia karena pulau ini merupakan salah satu titik pangkal terluar wilayah Indonesia dalam penentuan batas wilayah dan gerbang ekonomi Indonesia dengan Filipina. Oleh karena itu keberadaan Pulau Marore baik secara fisik maupun secara politik harus dipertahankan. Permasalahan yang terjadi di Pulau Marore adalah adanya aktifitas abrasi yang berlangsung secara berkesinambungan. Abrasi ini menjadi salah satu kendala dalam pembangunan sarana infrastruktur untuk kegiatan ekonomi dan pengembangan wilayah di Pulau Marore. Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya abrasi di lokasi ini, di antaranya adalah adanya perbedaan kemiringan morfologi dasar laut yang cukup besar dari pantai ke arah laut, kondisi hidrodinamika laut yang terkait dengan musim, tipe pantai dan posisi Pulau Marore yang berada di antara dua perairan besar. Perbedaan morfologi dasar laut yang cukup besar (di atas 5º) dari pantai ke arah laut menyebabkan daerah gelombang pecah menjadi lebih dekat dengan pantai dan penetrasi gelombang menjadi lebih jauh ke arah daratan. Hempasan (run up) gelombang di pantai ini menyebabkan terjadinya arus sejajar pantai dan arus tegak lurus pantai yang membawa material dari darat ke arah laut sehingga terjadi pengikisan material darat oleh air laut secara berkesinambungan. Abrasi pantai oleh gelombang paling parah terjadi pada saat musim barat terutama pada tipe pantai berpasir dan tipe pantai berbatu yang tersusun dari batuan lepas. Secara teknis sangat sulit untuk mengatasi masalah abrasi di Pulau Marore. Cara yang paling efektif adalah dengan menjaga dan tidak merubah bentang alam dan garis pantai agar tidak mengalami kehancuran lebih parah. Kata kunci : abrasi, gelombang, morfologi A B S T R A C T Marore Island is one of the outer islands that have a strategic significance for the Republic of Indonesia since the island a gate of Indonesian economy with the Philippines. Therefore, the existence of the island both physically and politically has to be maintained. The problems are abrasion of beach activities. It has become the obstacles in the development of infrastructure for economic activity and development of the island. The cause is the difference slope of the seabed morphology, marine hydrodynamics conditions associated with season, type and position of Marore Island beach which is localed between two large waters. The difference slope of seabed morphology from the coast to the sea is above 5° causing breakwater closer to the shore and wave penetration become farther toward the mainland. The waves generated longshore current and rip current to the coast transporting material from land to sea. It caused erosion of the terrestrial material by sea water continuously. The most severe abrasion occurs during the dry season, especially on the sandy beaches and rocky types beaches which

MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.1, April 2011

29

MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES ABRASI PANTAI DI PERAIRAN PULAU MARORE, SULAWESI UTARA

Oleh :

Beben Rachmat dan Catur Purwanto

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan 236 Bandung

Diterima : 25-08-2010; Disetujui : 06-02-2011

S A R I

Pulau Marore adalah salah satu pulau terluar yang mempunyai arti strategis bagi NegaraKesatuan Republik Indonesia karena pulau ini merupakan salah satu titik pangkal terluar wilayahIndonesia dalam penentuan batas wilayah dan gerbang ekonomi Indonesia dengan Filipina. Olehkarena itu keberadaan Pulau Marore baik secara fisik maupun secara politik harus dipertahankan.Permasalahan yang terjadi di Pulau Marore adalah adanya aktifitas abrasi yang berlangsung secaraberkesinambungan. Abrasi ini menjadi salah satu kendala dalam pembangunan sarana infrastrukturuntuk kegiatan ekonomi dan pengembangan wilayah di Pulau Marore. Beberapa hal yang menjadipenyebab terjadinya abrasi di lokasi ini, di antaranya adalah adanya perbedaan kemiringan morfologidasar laut yang cukup besar dari pantai ke arah laut, kondisi hidrodinamika laut yang terkait denganmusim, tipe pantai dan posisi Pulau Marore yang berada di antara dua perairan besar. Perbedaanmorfologi dasar laut yang cukup besar (di atas 5º) dari pantai ke arah laut menyebabkan daerahgelombang pecah menjadi lebih dekat dengan pantai dan penetrasi gelombang menjadi lebih jauh kearah daratan. Hempasan (run up) gelombang di pantai ini menyebabkan terjadinya arus sejajar pantaidan arus tegak lurus pantai yang membawa material dari darat ke arah laut sehingga terjadipengikisan material darat oleh air laut secara berkesinambungan. Abrasi pantai oleh gelombangpaling parah terjadi pada saat musim barat terutama pada tipe pantai berpasir dan tipe pantai berbatuyang tersusun dari batuan lepas. Secara teknis sangat sulit untuk mengatasi masalah abrasi di PulauMarore. Cara yang paling efektif adalah dengan menjaga dan tidak merubah bentang alam dan garispantai agar tidak mengalami kehancuran lebih parah.

Kata kunci : abrasi, gelombang, morfologi

A B S T R A C T

Marore Island is one of the outer islands that have a strategic significance for the Republic ofIndonesia since the island a gate of Indonesian economy with the Philippines. Therefore, the existence ofthe island both physically and politically has to be maintained. The problems are abrasion of beachactivities. It has become the obstacles in the development of infrastructure for economic activity anddevelopment of the island. The cause is the difference slope of the seabed morphology, marinehydrodynamics conditions associated with season, type and position of Marore Island beach which islocaled between two large waters. The difference slope of seabed morphology from the coast to the sea isabove 5° causing breakwater closer to the shore and wave penetration become farther toward themainland. The waves generated longshore current and rip current to the coast transporting materialfrom land to sea. It caused erosion of the terrestrial material by sea water continuously. The most severeabrasion occurs during the dry season, especially on the sandy beaches and rocky types beaches which

Page 2: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.1, April 2011

30

composed of loose rock. To solve the problem of abrasion on the island of Marore technically is verydifficult. The most effective way is by maintaining the landscape and coastline from severe destruction.

Key words: abrasion, wave, morphology

PENDAHULUANSebagai salah satu pulau terluar dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,Pulau Marore secara politik mempunyai artiyang sangat strategis terutama dalam halpenentuan batas wilayah laut antara Indonesiadan Filipina (Abubakar, 2006). Sebagai salah satupulau terluar di utara Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI), Pulau Marore memiliki TitikDasar (Base Point) No 055A dan Pilar Pendekat(TR) No 055. Kedua titik ini dipakai dalammenentukan Garis Pangkal Kepulauan Indonesiayang digunakan untuk menentukan garis ataupagar wilayah kelautan antara Indonesia danFilipina (Poniman, 2008). Indonesia dan Filipinasampai saat ini belum mempunyai kesepatanperjanjian yang jelas tentang batas wilayahperairan laut. Kondisi ini menyebabkan isuPulau Marore menjadi sangat sensitif, apalagisecara geografis letak Pulau Marore lebih dekatke Filipina sekitar 52.25 mil laut, sehinggapengaruh ideologi, politik, ekonomi, sosial danbudaya yang datang dari Filipina menjadi salahsatu ancaman yang memungkinkan adanya klaimdari negara Filipina terhadap kepemilikan PulauMarore. Pemerintah Indonesia telahmemasukkan pulau ini sebagai salah satu pulaukecil terluar yang diprioritaskan penanganannyabaik secara fisik maupun politik karena memilikiarti strategis bagi pembangunan dalam bidangekonomi, konservasi, maupun pertahanan dankeamanan. Pulau Marore diharapkan dapatmenjadi gerbang ekonomi antara Indonesia danFilipina di wilayah utara. Secara fisik keberadaanpulau ini harus terus dijaga dan dipertahankandari ancaman kerusakan yang mungkin timbulbaik secara sengaja (dari ulah manusia) maupunyang disebabkan alam itu sendiri. Potensiancaman kerusakan yang paling potensialterhadap keberadaan Pulau Marore yang datangdari alam, diantaranya adalah abrasi yang hampirterjadi di sepanjang pantai Pulau Marore. Abrasipaling parah terutama terjadi pada pantaiberpasir dan pantai berbatu yang tersusun olehbatuan lepas, sedangkan pada pantai berbatuyang tersusun oleh singkapan batuan beku yangberlereng terjal walaupun secara intensif proses

abrasi terus berlangsung namun kerusakan yangditimbulkan tidak sebesar seperti pada pantaiberpasir. Pantai berpasir dan pantai berbatu yangmengalami kerusakan akibat abrasi dan erositerletak di bagian timur hingga bagian tenggaraPulau Marore tepatnya di pantai Duala Besar.Pantai ini mempunyai morfologi dengankemiringan antara 6o - 10o. Pada pantai yangbermorfologi dasar laut miring (kemiringan diatas 5°), run up gelombang sebagian besarenerginya akan diteruskan ke arah pantaisebagai arus sejajar pantai (longshore current)dan kembali ke arah laut sebagai arus tegaklurus pantai (rip current), sedangkan pada pantaidengan morfologi dasar laut rata (kemiringan0°–2°) run up gelombang energinya sebagianbesar akan hilang saat diteruskan ke arah pantaidan sisanya diteruskan sebagai arus sejajarpantai (Triatmodjo, B., 1999). Arus sejajar pantaidan arus tegak lurus pantai pada pantai dengankemiringan di atas 5° akan membawa materialdari pantai saat kembali ke arah laut terutamapada tipe pantai berpasir dan pantai berbatu yangtersusun atas batuan lepas. Aktifitas abrasi danerosi pantai di daerah ini dipicu oleh beberapafaktor, diantaranya : 1) Kondisi hidrodinamikapantai, 2) Kondisi morfologi dasar laut, 3) Tipepantai, 4) Kondisi meteorologi sekitar wilayahperairan Pulau Marore dan 5) Posisi PulauMarore yang terletak pada dua perairan besaryaitu Laut Sulawesi di sebelah barat danSamudera Pasifik di timur. Kelima faktortersebut saling terkait antara satu denganlainnya, sehingga pemecahan masalah abrasi danerosi pantai di Pulau Marore harus dibahassecara lengkap dengan berbagai disiplin ilmuterkait. Pada tulisan ini pembahasan hanya akandititikberatkan pada pengaruh faktorhidrodinamika dan bentuk morfologi dasar lautkaitannya dengan proses abrasi dan erosi pantaidi sepanjang Pulau Marore. Data morfologi dasarlaut ini diperoleh dari hasil pengukurankedalaman laut yang dilakukan oleh PuslitbangGeologi Kelautan pada Bulan Mei tahun 2007.

Page 3: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.1, April 2011

31

LOKASI DAERAH TELITIANPulau Marore terletak pada koordinat 04°

43’ 30’’ LU – 04° 44’ 30’’ LU dan 125° 28’ 30’’ BT– 125° 29’ 30’’ BT, secara administratif termasukke dalam wilayah kecamatan Tabukan Utara,Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan mencakupwilayah daratan seluas 1.526 km2. Jarak antaraPulau Marore dan Ibukota Kabupaten KepulauanSangihe, Tahuna sekitar 77 mil laut yang dapatditempuh dengan menggunakan perahu nelayantradisional (pump boat) selama 8 jam perjalanan,sedangkan jarak terhadap pulau terluar NegaraFilipina berjarak sekitar 52.25 mil laut. Gambar1 memperlihatkan lokasi daerah penelitian diPulau Marore, Sulawesi Utara.

GEOLOGI UMUM Pulau Marore disusun oleh batuan breksi

gunungapi dan lava, tuf padu yang kompakmengandung mineral kuarsa, feldspar danpiroksen juga kepingan batu apung, andesit, batugamping dan basal yang berumur Pliosen.(Purwanto, drr., 2007).

Sekitar 90% (139,6 Ha) luas Pulau Maroreberupa kawasan perbukitan terjal yang terdapatdi bagian timurlaut - utara sampai ke baratdayapulau yang mencakup daerah Duala Kecil, Tg.Bukide sampai Mangindano dengan ketinggian140 m di atas permukaan laut. Morfologi yangberkembang pada daerah ini adalah perbukitanterjal dengan batuan penyusun berupa batuanbeku, berwarna segar hitam, warna lapuk abu-abu kehitaman sampai kuning, keras, dibeberapa tempat terdapat kekar-kekar dan juga

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian di Pulau Marore, Sulawesi Utara

Page 4: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.1, April 2011

32

zona hancuran (Gambar 2). Sedangkan daerahpedataran seluas kurang lebih 13 Ha (10%)terdapat di daerah selatan Pulau Maroreditambah daerah-daerah di pesisir pantaitenggara hingga timur (Kampung Marore danDuala Besar) dengan ketinggian 1 – 5 m di ataspermukaan laut. Wilayah ini berupa pantaiberpasir dan pantai berbatu yang tersusun olehbatuan lepas. Pasir yang terdapat di wilayah inimerupakan pasir biogenik, berwarna coklatsampai putih, dengan ukuran butir dari pasirhalus sampai pasir kasar, membundar sampaimenyudut, dengan pemilahan sedang. Pasirpantai tersebut mengandung banyak pecahancangkang moluska dan sedikit pecahan gamping,berwarna putih sampai coklat dan sedikitberwarna merah, berukuran >0.1 cm sampai 0.5cm. Di beberapa tempat terdapat fragmen-fragmen halus batugamping dan batuan beku.Batuan gamping, berwarna abu-abu, keras dan

batuan beku warna segar hitam dan berwarnalapuk abu-abu sampai coklat, keras (Gambar 3)(Purwanto, drr., 2007).

Berdasarkan pengamatan lapangan tipepantai di sepanjang Pulau Marore dapatdiklasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu tipe pantaiberpasir dan pantai berbatu. Tipe pantai berpasirsebagian besar tersebar di bagian selatan dantimur, yaitu di pantai Kampung Marore danDuala Besar, sedangkan tipe pantai berbatutersebar di bagian barat, utara dan timur, yaitu dipantai Mangindano, Tg. Bukide, Duala Kecil,dan utara Duala Besar (Purwanto, drr., 2007).Pantai berbatu di pantai Mangindano, Tg. Bukidedan Duala Kecil tersusun oleh singkapan batuanbeku dan merupakan daerah perbukitan terjal,sedangkan pada pantai berbatu di utara DualaBesar tersusun oleh batuan berupa batuan lepas.Gambar 4 memperlihatkan peta karakteristikpantai di sekitar Pulau Marore.

Gambar 2. Singkapan batuan beku yang teridentifikasi di bagian utara (Tg. Bukide) dan barat(Mangindano) Pulau Marore

Gambar 3. Singkapan batu gamping dan batuan beku di bagian selatan dan timur Pulau Marore(Duala Besar)

Page 5: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.1, April 2011

33

METODE PENELITIANPengambilan data kedalaman permukaan

dasar laut dilakukan dengan menggunakansebuah perahu kayu berukuran kurang lebih 7.5ton yang diperlengkapi dengan kelengkapannavigasi dan echosounder. Pengukuran dilakukandengan menggunakan peralatan EchosounderReson 210 200/50 KHz yang mempunyaiketelitian 0.1 m. Alat ini bekerja dengan prinsippengiriman energi gelombang suara daripermukaan laut melalui transmitting tranducersecara vertikal ke dasar laut. Kemudiangelombang suara akan dipantulkan dari dasarlaut dan diterima oleh receiver tranducer.Gelombang suara yang diterima akanditransformasikan menjadi pulsa energi listrikke receiver. Sinyal-sinyal tersebut diperkuat dandirekam pada recorder dalam bentuk grafismaupun digital dengan sapuan terkecil pada

kertas selebar 200 mm. Data digital selanjutnyadiintegrasikan dengan data posisi dari peralatannavigasi. Untuk mengetahui keakurasian datahasil pengukuran, maka dilakukan barcheck saatsebelum dan sesudah melakukan pengukurankedalaman laut dengan menggunakan piringanyang terbuat dari besi pada kedalaman 1 msampai dengan 10 m di bawah tranducer.

Arah lintasan survei kedalaman laut iniberbentuk seperti kipas disesuaikan dengankondisi Pulau Marore, seperti terlihat dalamGambar 5. Interval dan panjang untuk masing-masing lintasan tidak sama, bentuknya tidakberaturan. Lintasan survei di sebelah utarapendek-pendek sedangkan di sebelah selatanlintasannya cukup panjang. Hal ini terkaitdengan kemampuan alat echosoundernya yanghanya mampu merekam data kedalaman sampaikedalaman maksimal 120 m.

Gambar 4 Peta Karakteristik Pantai di sekitar Pulau Marore

Page 6: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.1, April 2011

34

HASIL DAN PEMBAHASANHasil pengukuran kedalaman laut di sekitar

perairan Pulau Marore adalah peta konturkedalaman laut seperti terlihat pada Gambar 6,sedangkan Gambar 7 memperlihatkan bentuk 3-dimensi morfologi dasar laut perairan PulauMarore. Pola kontur rapat pada peta konturkedalaman laut menggambarkan kemiringanmorfologi dasar lautnya cukup besar, sedangkanpola kontur renggang menggambarkankemiringan morfologi dasar lautnya kecil.Dilihat dari pola kontur kedalaman, kemiringanmorfologi dasar laut di sekitar Pulau Marorerata-rata cukup besar dengan kedalaman antara5 m – 110 m. Daerah terdalam berada pada jarak0.7 km – 1.0 km dari garis pantai Pulau Marore.Kemiringan morfologi dasar laut yang palingbesar terdapat di sebelah barat sampai utaradengan kedalaman laut antara 5 m – 110 m dan

kemiringan 20o - 26o, sedangkan dibagian timur hingga selatan morfologidasar lautnya mempunyai kemiringanlebih kecil dibandingkan denganmorfologi dasar laut di bagian baratdan utara. Kedalaman laut di lokasi iniberkisar antara 5 m – 90 m dengankemiringan 6o - 10o, sedangkan padakedalaman antara 90 m – 100 mkemiringan morfologi dasar lautnyasekitar 1o - 2o.

Berdasarkan data kedalaman lautdi atas dan dihubungkan denganmorfologi pantainya terdapat adanyaperbedaan kemiringan morfologi dasarlaut yang cukup besar dari pantai (zonapasang surut) ke arah laut. Perbedaanmorfologi ini akan berpengaruhlangsung terhadap tinggi gelombangyang terjadi di sekitar pantai. Dengankemiringan morfologi dasar laut yangcukup besar (di atas 5o) di pantai DualaBesar, daerah gelombang pecah(breaker zone) relatif dekat denganpantai, serta tidak terbentuknyalongshore bar yang berfungsi sebagaiperedam alami energi gelombang yangmenuju pantai. Oleh karena itu, saatgelombang datang dari laut lepas tidakmengalami peredaman energi olehdasar laut, sehingga gelombang tidakpecah lebih dulu di laut tapi pecah didaerah pantai. Akibatnya, energi

gelombang akan terlepas secara frontal dengankekuatan besar melalui hempasan (run up)gelombang ke arah pantai dan daratan. Pada saatkondisi laut pasang, run up gelombang ini akanmasuk lebih dalam ke arah daratan danmenggerus material yang mudah lepas. Didaerah pantai Duala Besar yang mempunyaikemiringan dasar laut sebesar 6o – 10o dantersusun oleh material pasir dan batuan lepasproses run up, arus sejajar pantai dan arus tegaklurus pantai berlangsung sistematis sehinggaproses pengikisan dan pengangkutan materialdari darat ke arah laut berlangsung secara terusmenerus. Sedangkan pada pantai Mangindano,Tg. Bukide dan Duala Kecil pantainyamempunyai kemiringan morfologi dasar lautsebesar 20o – 26o, sebagian besar pantai dilokasi ini tidak mempunyai lebar pantai,

Gambar 5. Bentuk lintasan survei pengukuran kedalamanlaut di Pulau Marore

Page 7: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.1, April 2011

35

Gambar 6. Peta kontur kedalaman laut di sekitar perairan Pulau Marore

Page 8: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.1, April 2011

36

kalaupun ada lebar pantainya sangat sempit(kurang dari 5 m) dan sepanjang pantainyadikelilingi oleh singkapan batuan beku danberlereng terjal. Di lokasi ini gelombang yangdatang dari laut akan langsung membenturdinding batuan beku yang terjal, selanjutnyagelombang ini dipantulkan kembali ke arah lautdan bertabrakan dengan gelombang datanglainnya sehingga menimbulkan gelombangberdiri di dekat pantai. Saat membentur dindingbatuan beku dan kembali ke arah laut,gelombang ini tidak mengangkut materialkarena energi gelombang ini tidak cukup kuatuntuk mengikis dinding batuan beku yang keras

sehingga tidak terjadi abrasi dan erosi pantai didaerah ini.

Besar kecilnya intensitas abrasi dan erosipantai di Pulau Marore tergantung kepada faktormusim dan cuaca. Pada saat musim timur (bulanJuni – bulan Oktober) daerah yang terkenagelombang adalah pantai Duala Besar bagianselatan dan Kampung Marore, sedangkan padasaat musim barat (bulan Desember – bulanApril) daerah yang terkena gelombang adalahpantai Mangindano, Duala Kecil dan DualaBesar. Di lihat dari data tinggi gelombangmaksimum (Hmak) dari Badan MeteorologiKlimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun 2009

(a)

Gambar 7. Bentuk morfologi dasar laut di sekitar perairan Pulau Marore (a) dilihat dari sisisebelah timur dan (b) dilihat dari sisi sebelah barat

(b)

Page 9: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.1, April 2011

37

(Tabel 1), di sekitar perairan Pulau Marore saatmusim barat tinggi gelombang lebih besar daripada saat musim timur. Saat musim barat tinggigelombang maksimum berkisar antara 2.0 – 4.0m dengan arah datang gelombang dominan dariarah utara – timur laut - timur, sedangkan saatmusim timur tinggi gelombang maksimumhanya mencapai 1.25 – 2.0 m dengan arah datanggelombang dominan dari tenggara – selatan.Tinggi gelombang maksimum relatif kecil saatmusim transisi, awal musim barat dan awalmusim timur yaitu sekitar 0.75 – 1.25 m.

Berdasarkan peta karakteristik pantai(Gambar 4), pantai Mangindano, Tg. Bukide danDuala Kecil yang tersusun oleh batuan beku danberlereng terjal pantainya cukup stabil walaupunpantai ini menerima tekanan gelombang sangatbesar saat musim barat terutama tekanan darigelombang yang datang dari arah utara dan timurlaut dengan tinggi gelombang 2.0 – 4.0 m(Gambar 8). Sedangkan di daerah pantai DualaBesar terjadi proses abrasi yang parah, karenapantai ini menerima tekanan gelombang secaralangsung dari arah timurlaut – timur saat musimbarat dan dari arah tenggara - selatan padamusim timur, selain itu material penyusunpantainya terdiri dari pasir biogenik dan batuanlepas (Gambar 9). Pantai Kampung Maroretergolong cukup stabil walaupun tipe pantainya

pantai berpasir, karena saat musim timur danmusim barat intensitas gelombang di lokasi inirelatif kecil (Gambar 10), namun demikian padakondisi gelombang besar saat musim timur(Bulan Juli - September) pantai ini jugamengalami dampak tekanan gelombang yangcukup besar yaitu dari gelombang yang datangdari arah tenggara – selatan, dimana tinggigelombang bisa mencapai 2.0 m di lokasi ini. Halini dapat dilihat dari adanya lokasi-lokasi yangmengalami abrasi, salah satunya adalahDermaga Kampung Marore bagian timur yangsebagian bangunan mengalami rusak berat(Gambar 11). Tahun 2007 saat Tim SurveiPuslitbang Geologi Kelautan melakukanpenelitian di Pulau Marore dermaga bagiantimur ini sudah dalam keadaan roboh dan sedangdalam tahap perbaikan konstruksi (Gambar 12).Faktor lain yang menjadi penyebab rusaknyadermaga adalah faktor konstruksi dermaga yangtidak memenuhi kualitas standar, hal ini terlihatdari bahan material yang digunakan, ketebalanlantai dermaga dan teknik pengecoran yangdilakukan secara konvensional. Adanya tekanangelombang yang cukup besar (1.0 – 2.0 m)secara terus menerus saat musim timurmenyebabkan dermaga bagian timur sedikitdemi sedikit mengalami kegagalan konstruksiyang akhirnya rusak berat atau roboh. Gambar

Tabel 1. Tinggi gelombang maksimum (Hmak) rata-rata bulanan di sekitar perairan Pulau Marore

Sumber data BMKG, 2009

Bulan Tinggi Gelombang Maksimum (m)

Arah Datang Gelombang

Januari 2.0 – 4.0 Utara – TimurlautFebruari 2.0 – 4.0 Utara – Timurlaut

Maret 2.0 – 3.0 Timurlaut – TimurApril 2.0 – 2.5 Timurlaut – TimurMei 0.75 – 1.25 Timurlaut – TimurJuni 0.75 – 1.25 Timur – TenggaraJuli 1.5 – 2.0 Tenggara – Selatan

Agustus 0.75 – 1.25 Tenggara – SelatanSeptember 1.25 – 2.0 Baratdaya – Barat

Oktober 0.75 – 1.25 Baratdaya – BaratNopember 0.75 – 1.5 Baratlaut – UtaraDesember 1.5 – 2.0 Utara – Timurlaut

Page 10: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.1, April 2011

38

Gambar 8. Pantai Mangindano yang bertebing terjal dan tersusun batuan beku terletakdi bagian utara Pulau Marore

Gambar 9. Pantai sebelah selatan Duala Besar yang merupakan pantai berpasir dan pantai sebelahutara Duala Besar yang merupakan pantai berbatu yang tersusun oleh batuan lepas yangmengalami abrasi

Page 11: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.1, April 2011

39

Gambar 10. Pantai Kampung Marore terletak di bagian selatan Pulau Marore merupakan tipe pantaiberpasir.

Gambar 11. Bagian timur dermaga Kampung Marore yang rusak berat karena gelombang(www.antarafoto.com, 2010).

Page 12: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.1, April 2011

40

Gambar 12. Bagian timur dermaga KampungMarore yang roboh pada tahun2007.

Gambar 13. Kondisi tinggi gelombang maksimum Bulan Juli(musim timur) di sekitar perairan P. Marore(BMKG, 2009).

Page 13: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.1, April 2011

41

13 dan Gambar 14 memperlihatkan kondisigelombang di sekitar perairan P. Marore padaBulan Juli dan Bulan Januari (BMKG, 2009).

Berdasarkan data tersebut di atas, wilayahpantai yang masih bisa dikembangkan untukdibangun sarana dan prasarana kegiatanperekonomian seperti dermaga untuk kapalbesar, dermaga untuk nelayan, pos penjagaperbatasan dan sarana lainnya adalah pantaiKampung Marore yang terletak di sebelahselatan sampai baratdaya Pulau Marore. Dilokasi sebelah barat dan utara Pulau marore(pantai Mangindano, Tg. Bukide dan DualaKecil) sangat sulit untuk dikembangkan,mengingat kondisi pantainya berlereng batu danterjal sedangkan di bagian timur (pantai DualaBesar), kemiringan pantainya lebih kecil daripada bagian barat dan utara namun potensi

abrasinya sangat besar dan sulit dikendalikan.Penduduk telah berusaha mengendalikan abrasidi lokasi ini dengan cara membuat tanggul daribongkahan batu, namun tanggul tersebut selalurusak dihantam gelombang saat musim barat(Gambar 15). Secara teknis untuk mengatasiabrasi pantai di Pulau Marore sangat sulit untukdilaksanakan oleh masyarakat, oleh karena itudibutuhkan bantuan biaya dan teknologi daripemerintah daerah/pusat untuk dapatmengendalikan abrasi pantai terutama pantaisebelah timur. Cara lain yang masihmemungkinkan untuk menjaga danmempertahankan keberadaan Pulau Maroreadalah dengan tidak merubah bentang alamalami seperti tidak mengekploitasi potensibahan galian atau merusak garis pantainya.

Gambar 14. Kondisi tinggi gelombang maksimum pada Bulan Januari(musim barat) di sekitar perairan P. Marore (BMKG, 2009).

Page 14: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.1, April 2011

42

KESIMPULAN DAN SARANFaktor dominan terjadinya abrasi pantai di

pantai sebelah timur hingga tenggara PulauMarore tepatnya di pantai Duala Besar adalahadanya kemiringan morfologi dasar laut cukupbesar, yaitu sebesar 6o – 10o yang menyebabkanadanya run up gelombang, arus sejajar pantaidan arus tegak lurus yang bekerja secarasistematis dan membawa material kearah laut,batuan penyusun pantainya berupa pasirbiogenik dan batuan lepas, intensitas dan tinggigelombang yang besar saat musim barat (2.0 –4.0 m) dan saat musim timur (0.75 – 2.0 m),frekuensi gelombang datang dari arah timurlaut,timur dan tenggara sangat tinggi setiaptahunnya.

Pantai di bagian barat hingga utara PulauMarore, yaitu mulai dari pantai Mangindano, Tg.Bukide dan Duala Kecil mengalami tekanangelombang sangat besar karena mempunyaikemiringan dasar laut lebih besar dari 20o, lebarpantainya sangat sempit, intensitas dan tinggi

gelombang yang besar saat musim barat (2.0 –4.0 m) serta frekuensi gelombang datang dariarah utara cukup tinggi, namun demikian pantaiini dalam keadaan stabil karena pantainyatersusun dari singkapan batuan beku yang kerasdan berlereng terjal, sehingga energi gelombangtidak cukup kuat untuk mengikis danmengangkut batuan tersebut ke arah laut.Walaupun pantainya stabil, lokasi ini sulit untukdikembangkan sarana infrastruktur dan kegiatanperekonomian.

Pantai yang aman dari pengaruh abrasierosi pantai adalah pantai di bagian baratdayaKampung Marore. Di lokasi ini sangat cocokuntuk dikembangkan sarana infrastruktur dankegiatan perekonomian, selain aman daripengaruh abrasi pantai kondisi pantai di lokasiini mempunyai morfologi yang rata.

Secara teknis sangat sulit mengatasimasalah abrasi di pantai bagian timur hinggaselatan Pulau marore (Duala Besar). Cara yangpaling efektif adalah dengan :

Gambar 15 Salah satu tanggul yang dibuat masyarakat yang rusak terkena abrasi gelombang.

Page 15: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.1, April 2011

43

• Menjaga dan tidak merubah bentang alamdan garis pantai agar tidak mengalamikehancuran lebih parah;

• Merelokasi sarana infrastruktur yangterdapat di sekitar pantai Duala Besar kelokasi pantai di bagian baratdaya KampungMarore;

• Sedangkan untuk melindungi dermagaKampung Marore dari tekanan gelombangharus dilakukan studi pemodelan terlebihdahulu untuk menentukan jenis bangunanpantai yang tepat agar tidak menimbulkanpermasalahan baru.

DAFTAR PUSTAKA BMKG , 2009, Prakiraan Tinggi Gelombang

Laut di Wilayah Indonesia Bulan Januarisampai Bulan Desember. Jakarta.

Abubakar, M., 2006, Menata Pulau-pulau KecilPerbatasan, 143 hal, Cetakan Pertama, PT.KOMPAS Media Nusantara, Jakarta.

Poniman, A., 2008, Buku Pulau Marore PulauKawio Gerbang Utara Nusantara, 349 hal,Jakarta.

Purwanto, C., Rachmat, B., Mustofa, A., Yusup,A., Mustafa, H., Rahardiawan, R., 2007,Penyelidikan Energi dan SumberdayaMineral Kelautan Pulau Kecil TerluarPulau Miangas dan Pulau Marore,Provinsi Sulawesi Utara, PuslitbangGeologi Kelautan, Bandung. Laporanintern tidak dipublikasikan.

Triatmodjo, B., 1999, Teknik Pantai, 397 hal,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

http://www.antarafoto.com 3/5/2010

Page 16: MORFOLOGI DASAR LAUT KAITANNYA DENGAN PROSES …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.1, April 2011

44