62
KOMUNIKASI ORGANISASI PT.CAKRAWALA ANDALAS (ANTV) DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA SELAMA 20 TAHUN UTS METODOLOGI PENELITIAN KOMUNIKASI DOSEN : Dr. Jefri Audi Wempi ANGGINI 201122310001 PASCASARJANA UNIVERSITAS SAHID JAKARTA PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

MPK 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MPK 1

KOMUNIKASI ORGANISASI PT.CAKRAWALA ANDALAS

(ANTV) DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA

SELAMA 20 TAHUN

UTS METODOLOGI PENELITIAN KOMUNIKASI

DOSEN : Dr. Jefri Audi Wempi

ANGGINI

201122310001

PASCASARJANA UNIVERSITAS SAHID JAKARTA

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN MANAJEMEN KOMUNIKASI

JAKARTA

2012

Page 2: MPK 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi sangat penting dalam suatu organisasi, karena komunikasilah yang

memungkinkan orang untuk ikut berorganisasi. Kegiatan dalam suatu organisasi untuk

mencapai tujuan bersama, tetapi komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau

hanya mentrasfer makna saja. Komunikasi itu mempunyai kedudukan di tempat sentral,

karena struktur, keluasan dan ruang lingkup organisasi hampir seluruhnya ditentukan

oleh teknik-teknik komunikasi. Dalam kenyataannya komunikasi senantiasa muncul

dalam suatu organisasi dan sebagai kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan

organisasi.

Organisasi membutuhkan komunikasi yang bisa mewujudkan visi dan misi

organisasi untuk kepentingan anggota organisasi, maka harus tahu apa itu komunikasi?

Komunikasi ialah pertukaran pesan verbal maupun non verbal anatara si pengirim

dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku dan Brent D.Ruben

komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam

kelompok, dalam organisasi dandalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan

menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.

Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek-objek atau

orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Pengenalan

mengenai organisasi meliputi pengenalan akan struktur atau rancangan apa

menghasilkan apa.

Joseph A. Devito mendefinisikan komunikasi organisasi merupakan pengiriman

dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi, di dalam kelompok formal

maupun informal organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh

organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara

kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan

dalam organisasi. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.

Page 3: MPK 1

Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri, tetapi pada anggotanya secara

individual. (Joseph A. devito, 1997)

Kekuatan yang sangat luar biasa dalam kehidupan organisasi adalah komunikasi

yang baik, misalnya, jika salah dalam pemberian instruksi, salah dalam penafsiran

perintah atau tugas dari atasan maka akan menjadi fatal dalam mekanisme kerja

organisasi atau perusahaan. Bahkan, ketika pimpinan dan bawahan tidak ada

komunikasi maka suatu organisasi dan perusahaan akan menjadi statis dan tidak ada

aktifitas dan tidak ada kemajuan.

Organisasi yang mencapai tujuannya, biasanya terdapat komunikasi yang baik

antar anggota organisasi. Dalam suatau organisasi, komunikasi itu tidak hanya

menyampaikan informasi saja, tapi melihat kajian fenomena komunikasi maupun yang

tertarik pada gejala-gejala ke organisasian. Maka, organisasi harus mengenal dua jenis

komunikasi, yaitu :

1. Komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Menurut Lawrence D. Brennan

seperti yang dikutip oleh Effendy, mendefinisikan komunikasi internal sebagai,

“Petukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu

perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas

(organisasi) dan pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam

perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan

management)”.

2. Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan

khalayak di luar organisasi. Pada instansi-instansi pemerintah seperti departemen,

direktorat, jawatan dan pada perusahaan-perusahaan besar, disebabkan oleh

luasnya ruang lingkup, komunikasi lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan

masyarakat daripada oleh pimpinan sendiri. Pimpinan sendiri hanyalah terbatas

pada hal-hal yang sangat dianggap penting, yang tidak bisa diwakilkan kepada

orang lain, umpamanya perundingan yang menyangkut kebijakan organisasi.

Dimana dilakukan oleh kepala humas dalam kegiatan komunikasi eksternal yang

merupakan tangan kanan pimpinan.

Page 4: MPK 1

Dalam suatu organisasi harus memiliki cara untuk mendorong individu yang

memiliki berbagai macam kepentingan ke dalam suatu identifikasi bersama dengan

organisasi. Berbagai macam identitas, bahkan identitas yang sangan bertentangan,

dapat diatasi jika terdapat sekurang-kurangnya derajat atau level identifikasi bersama

dan menyeluruh. Terkadang organisasi harus berubah , yang berarti mengganti

identitas, tetapi untuk bertahan organisasi harus menciptakan identitas baru yang di

buat berdasarkan kepentingan sebagian besar anggota organisasi.

Identitas organisasi bisa dilihat dari lama atau tidaknya organisasi itu bisa

bertahan dan menunjukkan eksistensinya baik dari internal dan eksternal. Eksistensi

adalah “ada” atau suatu kesatuan, kumpulan fakta-fakta, yang tak dapat begitu

disamakan dengan sejumlah sistem rekontruksi pemikiran rasional. Artinya eksistensi

mencakup berbagai hal dalam sebuah keberadaan. (Kanisius, 2004). Eksistensi

menurut John Macquarrie ada tiga karakteristik : (1) Eksistensi dipahami berdasarkan

akar katanya “keluar dari” (standing out), semua yang ada “berada’ (exist) dalam

pengertian, “keluar dari” yang “tidak ada” (nothing). (2) Eksistensi dipahami sebagai

keunikan individu yang ada. (3) Keterhubungan diri atau ketertarikan diri (self

relatedness) (Marquarrie : 1972).

Organisasi yang mempunyai eksistensi yang kuat terutama perusahaan media

massa, dan informasi organisasi memiliki kedudukan penting dalam ilmu komunikasi,

kerena menggunakan komunikasi sebagai dasar atau basis mengatur atau

mengorganisasi manusia dan memberikan pemikiran rasional dalam memahami

bagaimana manusia berorganisasi. Organisasi bukanlah struktur yang terdiri atas

sejumlah posisi dan peran, tetapi merupakan kegiatan komunikasi sehingga sebutan

yang lebih tepat sebenarnya adalah organizing atau mengorganisasi (yang

menunjukkan proses) daripada organizing atau organisasi, karena organisasi adalah

sesuatu yang ingin dicapai melalui proses komunikasi yang berkelanjutan.

Komunikasi organisasi menggambarkan organisasi sebagai suatu sistem yang

hidup atau sistem yang melakukan proses kegiatan untuk mempertahankan

keberadaannya dan menjalankan fungsinya. Suatu organisasi harus memiliki suatu

prosedur untuk mengelola seluruh informasi yang ingin diterima atau dikirimkan untuk

Page 5: MPK 1

mencapai tujuannya. Sedangkan informasi organisasi adalah komunikasi informasi , hal

yang sangat penting dalam dalam menentukan keberhasialan suatu organisasi.

Informasi organisasi dibutuhkan dari berbagai macam sumber.dan bisa mengelola dan

memproses informasi dan memahami informasi dan medistribusikan informasi yang

diterima itu di dalam organisasi.

Sasaran organisasi ada dua alasan yang menyebabkan pembahasan mengenai

sasaran menjadi penting untuk dilakukan. Pertama, sasaran ataupun tujuan merupakan

alasan bagi eksistensi organisasi. Tanpa adanya tujuan, sesungguhnya menunjukkan

bahwa organisasi tidak diperlukan. Jika tujuan dinyatakan sebagai keadaan yang ingin

dicapai oleh suatu organisasi di masa mendatang, maka sasaran dapat digambarkan

sebagai tujuan antara yang bersifat lebih operasional. Kedua, tujuan ataupun sasaran

sangat penting bagi proses manajemen yang dijalankan dalam suatu organisasi.

Adanya tujuan ataupun sasaran memberikan pengakuan terhadap perlunya organisasi

berdiri, memberikan gambaran mengenai arah pengembangan organisasi dan juga

mengurangi ketidakpastian.

Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam teori organisasi,

karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi dalam

mencapai sasarannya. Efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat

keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya.

Efektivitas ini sesungguhnya merupakan konsep yang luas, mencakup, berbagai faktor

di dalam maupun di luar organisasi. Efektivitas organisasi ada dua :

1. Efektivitas Internal, menunjukkan besarnya perolehan pekerja yang bekerja

dalam suatu organisasi, sehingga bidang sasaran ini bisa dianggap identik

dengan pengukuran efektivitas organisasi menurut pendekatan proses. Ukuran-

ukuran yang digunakan umumnya berhubungan dengan kepuasan dan motivasi

karyawan seperti iklim kerja, hubungan interpersonal, dan sebagainya.

2. Efektivitas Eksternal, menggambarkan kemampuan organisasi untuk

memberikan rasa puas kepada setiap elemen constituency, sehingga bidang

sasaran ini identik dengan elemen pengukuran efektivitas organisasi melalui

pendekatan constituency. Efektivitas eksternal menyangkut hubungan antara

Page 6: MPK 1

organisasi dengan keseluruhan elemen dari lingkungannya. Organisasi perlu

membina hubungan baik dan mengusahakan munculnya rasa puas pada setiap

elemen constituency yang terdapat di luar organisasi. Karena itu, ukuran yang

digunakan umumnya menyangkut kepuasan dari pihak-pihak di luar tersebut,

seperti kepuasan konsumen, kepuasan leveransir, dan sebagainya (Nur

Kholisoh, 2011)

Konsep efektivitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas,

mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar organisasi. Konsep efektivitas ini

oleh para ahli belum ada keseragaman pandangan, dan hal tersebut dikarenakan sudut

pandang yang dilakukan dengan pendekatan disiplin ilmu yang berbeda, sehingga

melahirkan konsep yang berbeda pula di dalam pengukurannya. Namun demikian,

banyak juga ahli dan peneliti yang telah mengungkapkan apa dan bagaimana

mengukur efektivitas itu.

Informasi disebarluaskan melalui media massa, antara lain televisi, radio, surat

kabar dan internet. Kita dapat menentukan dan memilih informasi sesuai dengan

kebutuhan serta kepuasan yang diharapkan. Seperti yang telah dikemukakan oleh

Jalaluddin Rakhmat, secara psikologis untuk hal perbedaan individu yaitu sikap dan

organisasi personal individu akan menentukan bagaimana memilih stimulasi tersebut.

Sebagai akibatnya ia cenderung akan memilih isi komunikasi yang sama dan akan

memberikan respon kepadanya dengan cara yang sama pula (Rakhmat, 1985 : 196).

Salah satu jenis media yang digunakan dalam proses komunikasi yang terakhir

adalah media massa. Media tersebut merupakan bagian penting dari komunikasi

massa, seperti yang diungkapkan dalam definisi komunikasi sebagai berikut :

Yang dimaksud dengan komunikasi massa di sini ialah komunikasi melalui media

massa moderen yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran

radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-

gedung bioskop (Effendy, 1986 : 59).

Page 7: MPK 1

Perkembangan televisi berkembang pesat di Indonesia. Stasiun televisi

cenderung membuat program acara yang mengikuti selera pasar agar bisa bersaing

dengan channel lainnya. Yang unggul dalam persaingan yang sehat dan transparan

adalah mereka yang bisa menawarkan quality yang lebih baik. Televisi merupakan

sebuah industri yang produknya berupa simbol, produk kreatif news, entertainment,

drama, variety show, olahraga, komedi, talk show, magazine dan interactive.

Industri media televisi mengikuti budaya bisnis yang berinti pada sustainable

growth dan fierce competition untuk mengejar market share, revenue dan botton line

(profit). Media merupakan bisnis/industri, karena harus mandiri dan terus berkembang.

Namun industri media televisi tidak mungkin bisa bertahan tanpa dukungan social

cultural brand image yang tinggi, serta mempunyai ekonomi yang tangguh.

Dalam mengelola media khususnya media televisi haruslah mempunyai visi,

misi, bisnis model yang jelas. Visinya adalah menjadi perusahaan yang terbaik di

Indonesia dan di dunia. Misinya adalah memberikan service terbaik kepada share

holders dan stake holders dan menjadi perekat NKRI dalam mengawal demokrasi.

Mencerdaskan dan memberikan hiburan segar kepada masyarakat.

Sedangkan model bisnisnya adalah membangun business model yang

mengharuskan perusahaan terus menerus dalam kadar “beyond compare” untuk

memiliki “brand value” yang meberikan benefit bagi share holders, stake holders,

karyawan dan NKRI.

Sejak awal industri pertelevisian wajib mencanangkan pembentukan brand value

lewat logo, performance, promotion, kemudian, terus menerus meningkatkan kualitas

dan services kepada stake holders khususnya penonton, pemasang iklan dan biro iklan,

Dan yang tak kalah pentingnya adalah menjaga image perusahaan dengan cara

mematuhi rules dan regulations, kode etik, public openion serta melaksanakan

kewajiban CSR secara maksimal.

Mempertahankan eksistensi perusahaan di industri media televisi tidak

gampang, apalagi sampai bertahun-tahun. Pasti ada pasang surut dalam bisnis

pertelevisian baik dari internal dan eksternal perusahaan. Industri media televisi

Page 8: MPK 1

merupakan industri komersil yang bersaing secara kompetitif berdasarkan gendre

masing-masing. Bila program televisi itu laku dijual dan meraup iklan lebih banyak,

maka semakin tinggi perolehan iklan semakin tinggi pula benefit yang di hasilkan untuk

mendukung biaya operasional. Untuk khalayak penonton seberapa puas mereka

menonton program televisi tersebut dan seberapa terkenal dan eksis nama televisi di

setiap individu khalayak penonton.

Industri media televisi di Indonesia dilihat seberapa eksis bisa bertahan dan

mempertahankan kualitas dan mutu dari tahun ke tahunnya ada perkembangan dan

mendapatkan hasil yang signifikan, tapi, tidak luput dari naik turunnya media televisi

tersebut dalam persaingan bisnis media. Seperti PT Cakrawala Andalas atau lebih

dikenal dengan sebutan ANTV telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun dan

mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun. Dilihat juga dalam perkembangan

komunikasi organisasi baik di secara komunikasi internal dan eksternal.

Eksistensi ANTV selama 20 tahun mengalami cerita yang panjang, televisi yang

berumur menjelang dewasa ini pernah mengalami berbagai macam cerita atau bukti

organisasi dalam fenomena-fenomena yang ada. Ini terjadi karena ada pengaruh

eksternal dan internal perusahaan yang bisa mempengaruhi organisasi (PT Cakrawala

Andalas “ANTV”). Di umurnya 20 tahun ANTV apakah? ANTV bisa mewujudkan

kepentingan organisasi untuk angota-anggota organisasi dan kepentingan khalayak

penonton. Jadi penelitian ini lebih ke mempertahankan eksistensi ANTV selama 20

tahun dalam komunikasi organisasi dan pengaruh terhadap internal dan eksternal

organisasi.

Berdasarkan pertimbangan yang sudah dijelaskan di atas, maka peneliti merasa

tertarik dengan meneliti tetap eksis di situasi sesulit apa pun di kapasitas komunikasi

organisasi, dalam komunikasi organisasi PT. Cakrawala Andalam (ANTV) dalam

mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun.

Page 9: MPK 1

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

diajukan adalah :

Tetap dalam komunikasi organisasi PT. Cakrawala Andalas (ANTV) dalam

mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun.

1.3 Tujuan Penelitian

Maka berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Seberapa efektiv komunikasi organisasi PT. Caklawara Andalan (ANTV) dalam

mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun.

2. Bagaimana proses komunikasi internal dan eksternal organisasi PT. Cakrawala

Andalas (ANTV) dalam mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun

3. Bagaimana mengetahui sasaran organisasi PT. Cakrawala Andalas (ANTV)

dalam komunikasi organisasi dan mempertahankan eksistensinya selama 20

tahun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

1. Untuk mengetahui seberapa efektiv komunikasi organisasi dan menganalisa

suatu masalah atau peristiwa di PT. Cakrawala Andalas (ANTV)

2. Untuk mengetahui proses komunikasi internal (ANTV) dan komunikasi

eksternal (khalayak penonton)

3. Untuk mengetahui apakah, sasaran dan tujuan komunikasi organisasi telah

banyak kemajuan atau hanya sebagai mempertahankan eksistensi semata.

Page 10: MPK 1

1.4.2 Manfaat Praktisi

Tesis ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada PT Cakrawala

Andalas (ANTV) untuk lebih mengetahui bagaimana sasaran komunikasi organisasi

dalam mencapai tujuan yang diinginkan, terutama dari pihak internal dan eksternal.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan tesis ini, peneliti ingin menjabarkan tentang sistematika

penelitian. Sistematika penulisan terdiri atas lima bab, yaitu Bab 1 Pendahuluan, Bab II

Kerangka Teoretis, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Analisis dan Pembahasan,

dan yang terakhir Bab V Kesimipulan dan Saran. Berikut penjelasannya.

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat bagian yang terdiri dari :

- Latar belakang yang menjadi alasan penulis memilih topik ini untuk diteliti.

- Rumusan masalah

- Identifikasi masalah

- Tujuan penelitian

- Menfaat penelitian (manfaat akademis dan manfaat praktis)

- Sistematika penulisan yang merupakan garis besar dari penguraian tesis ini.

BAB II KERANGKA TEORETIS

Pada bab ini akan membahas tentang penelitian terdahulu, Literature Review

serta teori yang berhubungan dengan topik tesis. Bab ini juga berisi teori-teori yang

relevan. Peneliti mengambil data atau informasi tambahan dari buku akademis sebagai

sumber teori, seperti teori komunikasi, model komunikasi, komunikasi organisasi, media

massa, mempertahankan eksiatensi ANTV dan efek.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini. Menjelaskan populasi dan sampel yang akan digunakan, metode

Page 11: MPK 1

pengumpulan data, metode analisa data, waktu dan lokasi penelitian serta operasional

konsep.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pemaparan hasil pengumpulan data, tabel distribusi frekuensi dan analisanya,

serta penjelasan mengenai hasil jawaban para responden (SDM ANTV dan khalayak

penonton) akan dibahas pada bab ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini dan saran praktis

maupun akademis yang dapat diterapkan dan dilanjutkan penelitian yang lebih dalam

dari penelitian ini.

Page 12: MPK 1

BAB II

KERANGKA KONSEP

Di dalam bab ini peneliti akan memaparkan berbagai konsep yang menjadi dasar

pemahaman dari penelitian yang dilakukan. Bab ini akan diawali dengan kajian pustaka

(penelitian terdahulu), kemudian penjelasan kerangka pemikiran teoritis dan peran

komunikasi organisasi dalam suatu organisasi ANTV dan peran organiasi dalam

mempertahankan eksistensi PT. Cakrawala Andalas (ANTV) selama 20 tahun.

2.1 Kajian Pustaka

Dari penulusuran yang dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa penelitian yang

membahas mengenai komunikasi organisasi dan seberapa efektiv komunikasi

berlangsung di ANTV dan mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun. Pertama,

penelitian ini lebih ke sebarapa efisien dan dan efektiv komunikasi organisasi berjalan di

ANTV selama 20 tahun antara pempmpin dan para karyawannya, dan bisa

mempertahankan eksisitensinya di khalayak penonton selama 20 tahun. Penelitian ini

termasuk kedalam komunikasi organisasi berlangsung di ANTV selama 20 tahun dan

peneliti ini lebih tahu bagaimana pendapat khalayak penonton tentang

mempertahankan eksisitensinya ANTV selama 20 tahun atau penggemar berat ANTV

yang setia menonton program-program ANTV.

Kedua, peneliti ingin tahu bagaimana komunikasi internal dan eksternal di ANTV

berlangsung dengan baik atau hanya mempertahnkan eksistensinya selama 20 tahun.

Peneliti tertarik dengan fenomena ini, salah satunya komunikasi internal dari pihak

manajemen ANTV bisa mempertahankan karyawan yang telah mengabdi selama

bertahun-tahun, misalnya ada yang 15 sampai 20 tahun. Peneliti juga ingin lebih tahu

komunikasi ekternalnya, misalnya dari khalayak penonton yang setia melihat program-

program ANTV. Penelitian ini meneliti bagaimana eksistensi antv selama 20 tahun atau

respon dari pihak eksternal. Jadi, penelitian ini meneliti bagaimana peran manajemen

Page 13: MPK 1

ANTV dalam komunikasi organisasi terhadap karyawannya dan pengaruh

mempertahankan eksisitensinya dari khalayak penonton selama 20 tahun.

Ketiga, peneliti ingin tahu seberapa sasaran yang tepat dalam komunikasi

organisasi berlangsung di ANTV dan sasaran itu sudah mencapai tujuan yang di

inginkan manajemen atau para karyawan ANTV. Apakah selama ini pihak manajemen

melakukan sasaran yang tepat dalam melakukan komunikasi organisasi kepada para

karyawannya atau hanya sekedar mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun

kepada pihak luar yaitu khalayak penonton. Peneliti ingin mengetahui bagaiana sasaran

yang strategi yang tepat dalam melakukan komunikasi organisasi di ANTV.

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.2.1 Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi menurut R. wayne Pace dan Don F. Faules (1998)

mengklasifikasikan definisi komunikasi organisasi menjadi dua, yakni definisis

fungsional dan definisi interpretative. Definisi fungsional komuniaksi organisasi adalah

sebagai pertunjukan dan penafsiaran pesan di antara untit-unit komunikasi yang

merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit

komunikasi dalam suatu lingkungan. Sedangkan, definisi interpretative komunikasi

organisasi cenderung menekankan kepada kegiatan penanganan pesan yang

terkandung dalam suatu “ batas organisasional (organization boundary)”. Dengan kata

lain, definisis interpretative komuniaksi organiasi adalah proses penciptaan makna atas

interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Jadi, persprektif

interpretative menekankan peranan “orang-orang” dan “proses” dalam menciptakan

makna. Makna tersebut tidak hanya pada orang, namun juga dalam “transsaksi” itu

sendiri. Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran,

dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung

dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai

organisasi. (R. Wayne Pace Don F . Faules, 1998)

Page 14: MPK 1

Komunikasi merupakan unsure pengikat berbagai bagian yang saling bergantung

dari system itu. Tanpa komunikasi tidak akan aktivitas yang terorganisir. Komunikasi

memungkinkan struktur organisasi berkembang dengan memberikan alat-alat kepada

individu-individu yang terpisah untuk koordinir aktivitas mereka sehingga tercapai

sasran bersama. (M.T. Myaers dan G.E. Myers, 1978). Misalnya, ketika pimpinan dan

bawahan tidak ada komunikasi maka suatu organisasi atau perusahaan akan menjadi

statis tidak ada aktifitas dan tidak ada kemajuan. Memang, komunikasi bukanlah

sebagai panasea (sebagai obat mujarab) yang mamapu mengobati segala macam

penyakit, tetapi paling tidak dengan adanya komunikasi yang harmonis maka unsure-

unsur yang ada dalam organiasi tercipra saling pengertian dan saling memehami di

antara mereka. Pada saat itulah prasangka, beda pengertian, beda pendapat dan

konflik bisa dihindari atau bisa diminimalisir kekecil mungkin.

Komunikasi dalam organisasi tidak akan terlepas dari bentuk komunikasi internal

dan komunikasi eksternal. Betapa pentingnya komunikasi internal dalam membina

hubungan antar-individu di dalam organisasi di mana masing-masing anggota memiliki

berbagai kepentingan tetapi memiliki tujuan untuk kepentingan bersama. Demikian pula

dengan komunikasi eksternal dalam membina hubungan dengan pihak khalayak di luar

organisasi

Ada tiga karakteriktik komunikasi organisasi :

1. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang

dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.

3. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya

dan keterampilannya.

Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna

di antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke

orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari

sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami (Robbins, 2002 : 310).

Fungsi komunikasi adalah :

Page 15: MPK 1

1. Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku anggota dalam

beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan

formal yang harus dipatuhi oleh karyawan.

2. Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan

kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana mereka bekerja

baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu di bawah

standar.

3. Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka

merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di

dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-

anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu

komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan

kebutuhan sosial.

4. Informasi : komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan

kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengena

dan menilai pilihan-pilihan alternatif (Robbins, 2002 : 310-311).

Pada dasarnya proses dasar komunikasi organisasi meliputi di dalamnya

komunikasi antar pribadi maupun komunikasi kelompok. Dalam penyelengaraan

organisasi komunikasi sangat diperlukan sebab dengan komunikasi akan muncul hal-

hal positif seperti, timbulnya kemahiran dalam bekerja, timbulnya semangat dalam

bekerja dan timbulnya kerja sama. Dengan adanya hal-hal positif di atas, maka dalam

sebuah organisasi, komunikasi harus terselenggara dengan baik dan efektif.

Komunikasi dapat dikatakan berjalan baik dan efektif apabila setiap anggota

memperoleh keterangan-keterangan yang jelas dalam melaksanakan pekerjaannya.

Page 16: MPK 1

2.2.2 Komunikasi Internal dan Eksternal di Organisasi

Menurut Lawrence D. Brennan seperti yang dikutip oleh Effendy, mendefinisikan

komunikasi internal sebagai, “Petukaran gagasan diantara para administrator dan

karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya

yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam

perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan

management)”.

Komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara para administrator dan

karyawan mereka dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan

strukturnya yang khas dan pertukaran secara horizontal dan vertical dalam suatu

perusahaan yang menyebakan pekerjaan berlangsung. Betapa pentingnya komunikasi

internal dalam membina hubungan antar-individu di dalam organisasi di mana masing-

masing anggota memiliki berbagai kepentingan tetapi memiliki tujuan untuk kepentingan

bersama. Dengan semakin menggelembungnya sumberdaya manusia pada suatu

organisasi, sedangkan jabatan struktur sangat terbatas, maka sebaiknya diperbanyak

jabatan fungsional, sehingga iklim kerja dapat berjalan dengan baik, tanpa

menimbulkan gejolak atau konflik karena tidak tersedianya jabatan.

Komunikasi vertical merupakan pertukaran gagasan diantara para administrator

dan karyawan dalam suatu perusahaan, lengkap dengan struktur yang khas.

komunikasi yang terjadi dalam bentuk komunikasi dari atasan kepada bawahan,

misalnya perintah, teguran, pujian, petunjuk dan sebagainya.

Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi ke bawah dan ke atas.

1. Ke bawah : Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam suatu kelompok atau

organisasi ke suatu tingkat yang lebih bawah. Kegunaan dari pada komunikasi ini

memberikan penetapan tujuan, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan

kebijakan dan prosedur pada bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan

perhatian dan mengemukakan umpan balik terhadap kinerja.

Page 17: MPK 1

2. Ke atas : komunikasi yang mengalir ke suatu tingkat yang lebih tinggi dalam

kelompok atau organisasi digunakan untuk memberikan umpan balik kepada atasan,

menginformasikan mereka mengenai kemajuan ke arah tujuan dan meneruskan

masalah-masalah yang ada. Sedangkan dimensi lateral, komunikasi yang terjadi di

antara kelompok kerja yang sama, diantara anggota kelompok-kelompok kerja pada

tingkat yang sama, diantara manajer-manajer pada tingkat yang sama (Robbins, 2002).

Komunikasi dari atas ke bawah yang artinya adalah informasi berlangsung

secara formal dari seseorang yang memiliki wewenang atau kedudukan lebih tinggi

kepada orang yang kedudukannya lebih rendah. Komunikasi yang dilaksanakan

dariatasan kebawahan , dalam arti komunikasi ke bawah mengalir daritingkatan

manajemen puncak ke manajemen menengah kemudian kemanajemen lebih rendah

dan akhirnya sampai pada karyawan operasional. Komunikasi yang berlangsung ketika

orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada

bawahannya.

Fungsi komunikasi dari atas kebawah adalah untuk :

1. Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)

2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk

dilaksanakan (job retionnale)

3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures

and practices)

4. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

5. Instruks konteks komunikasi dari atasan kepada bawahan .Instruksi inidapat

dilaksanakan baik secara lisan atau tertulis. Perintah atau instruksi kerja dapat

berupa pemberian pengajaran sesuatu yang baru atau menyebarluaskan pada

para karyawan bagaimana melakukan suatu tugas khusus.

6. Briefing (pengarahan) Briefing adalah memberikan penjelasan – penjelasan

secara singkatatau pertemuan untuk memberikan penerangan secara

Page 18: MPK 1

ringkas. Biasanya briefing digunakan oleh para manajer atau pimpinan

yang mengundang par karyawan atau tokoh – tokoh karyawan untuk menerima

penjelasan – penjelasan tertentu.

Pada prinsipnya pengarahan yang dilakukan adalah pengarahan yang ada

kaitannya demgan pelaksanaan tugas sesuai dengan tujuan organisasi. Pemberian

informasi tentang kebijakan–kebijakan perusahaan. Pemberian Informasi yang

berorientasi pada informasi yang dimilikioleh perusahaan, misalnya : tentang aturan –

aturan organisasi, aplikasi organisasi, prosedur , sejarah organisasi , dan hal – hal lain

yang berkaitan dengan penyebarluasan informasi mengenai kebijakan perusahaan

yang perlu diketahui publiknya. Melakukan penilaian. Penilaian dilakukan atas dasar

evaluasi atau penilaian supervisor terhadap pelaksanaan kerja karyawan.Pada tahap

selanjutnya, penilaian ini harus dapat di ekspresikan pada seluruh karyawan, sehingga

karyawan pun dapat mengetahui kondisi dirrinya di mata pimpinan. Penanaman

ideology. Penanaman ideology pimpinan perusahaan terhadap bawahannya

merupakan penanaman ideologi yang sesuai dan telah disepakati pihak perusahaan.

Hal ini sebagai upaya pimpinan untuk men apaikan dan menanamkan dalam diri

karyawan, sehingga akan menumbuhkan Peningkatan semangat kerja, pengabdian,

rasa memiliki atau dukungan terhadap organisasi. Pemberian dapat dilakukan pada

peristiwa-peristiwa penting, misalnya: dalam rangka ulang tahun perusahaan atau hari-

hari lainnya Dalam hal ini, pimpinan perusahaan dapat memberikan penghargaan bagi

karyawan yang berprestasi. Melakukan teguran, Untuk keberhasilan suatu organisasi,

seorang pemimpin berhak dan harus mampu memberikan teguran–teguran pada

tingkatan jabatan yang lebih rendah/atau bawahan yang lalai dalam menjalankan

tugas/instruksi, baik secara lisan atau tertulis. Pemberian insentif dan tunjangan. Pada

waktu–waktu tertentu dan dirasa tepat, pimpinan dapat memberikan insentif bagi

karyawan yang telah dapat mencapai target tertentu yang dirasa dapat menguntungkan

pihak perusahaan. Pimpinan perlu mempertimbangkan untuk pemberian insentif bagi

karyawan tertentu. Pemberian insentif atau tunjangan dapat memberikan isyarat

Page 19: MPK 1

adanya perhatian, kepedulian dan kesadaran seorang atasan akanpentingnya peran

bawahan bagi perusahaan atua organisasi

Terdapat lima jenis informasi (kahn dan Katz) (1996) dalam Pace) :

1. How to job

Jenis informasi yang menyangkut tentang apa yang diharapkan karyawan dalam

bekerja dan bagaimana mereka melkukan semua itu

2. Rationale for doing jobs

Jenis informasi ini dirancang untuk karyawan agar mereka mengetahui

bagaimana mereka bekerja

3. Organizational pilices and practices

Melengkapi informasi tentang tugas atau pekerjaan yang spesifik dan bagaimana

mempersiapkan mereka masuk ke organisasi secara total

4. Mission of the organization

Kesetiaan terhadap organisasi, produksinya, pelayanan dan kontribusi kepada

masyarakat adalah suatu unsur penting dalam kekuatan organisasional

5. Metode memberikan informasi ke bawah

Metode dimana informasi dikomunikasikan ke bawah, di kelompokkan ke dalam

empat macam, yaitu ; lisan, tulisan, majalah bergambar dan komninasi.

Upward Comunication yaitu, informasi yang berlangsung dari seseorang yang

memiliki kedudukan rending kepada yang lebih tinggi. dimulai dari hirarki wewenang

yang lebih rendah ke hirarki wewenang yang lebih tinggi, biasanya mengalir sepanjang

rantai komando. Dengan demikian ketika pimpinian atau manajemen organisasi

meminta informasi dari bawahan atau pada saat pimpinan mendapatkan feedback dari

bawahan berkaitan segala hal yang berkaitan dengan organisasinya, atau jika para

karyawan menyatakan sesuatu pada atasannya mengenai permasalahan mereka yang

berkaitan dengan tugas dan metode-metode yang harus dilakukan, serta menyatakan

persepsi mereka tentang organisasi, maka semua itu merupakan komunikasi yang

mengalir dari pihak bawahan kepada atasan yang disebut sebagai upward

communicatrion. Komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim

pesan kepada atasannya.

Page 20: MPK 1

Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah :

1. Penyampaian informasi tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah

dilaksanakan

2. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas

yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan

3. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan

4. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun

pekerjaannya.

Fungsi dan arguentasi dalam komunikasi organisai adalah :

1. Arus informasi ke atas memasok informasi berharga bagi pengambilan

keputusan pemegang organisasi dan kegiatan atau supervise lainnya.

2. Komunikasi ke atas membuat supervisor tahu ketika bawahan menyampaikan

informasi

3. Mendorong omelan dan keluhan ke permukaan

4. Memperkuat penghargaan dan kesetiaan terhadap organisasi

5. Membolehkan supervisor untuk menetapkan apakah bawahan memperoleh

pengertian yang dimaksudkan dari arus informasi ke bawah

6. Membantu karyawan menanggulangi masalah pekerjaan mereka.

Komunikasi horisontal adalah berbagai informasi diantara rekan sejawat dalam

satu unit pekerjaan yang sama atau komunikasi yang terjadi di dalam ruang lingkup

organisasi/ kantor diantara orang-orang yang mempunyai kedudukan sejajar, atau

komunikasi secara mendatar, misalnya komunikasi antara karyawan dengan karyawan

dan komunikasi ini sering kali berlangsung tidak formal yang berlainan dengan

komunikasi vertikal yang terjadi secara formal. Komunikasi yang berlangsung di antara

para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.

Page 21: MPK 1

Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah :

1. Memperbaiki koordinasi tugas

2. Upaya pemecahan masalah

3. Saling berbagi informasi

4. Upaya pemecahan konflik

5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama

6. Menjamin kesamaan pengertian

7. Mendamaikan, negosiasi dan menyatukan perbedaan

8. Mengembangkan dukungan interpersonal

Metode komunikasi horisontal dalam suatu organisasi adalah

1. Pertemuan kepanitiaan

2. Interaksi informal sewaktu istirahat

3. Percakapan telepon

4. Memo dan catatan

5. Aktifirtas social

6. Lingkaran kualitas

Komunikasi diagonal atau komunikasi silang (cross communication) adalah

komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain. Komunikasi ini

merupakan komunikasi yang memotong jalur vertikal dan horizontal. Sebagai contoh,

anggota staf junior dapat langsung pergi ke atasannya, dan telepon, email atau

mengunjungi tekhnikal senior di area lain untuk mendapatkan informasi. Beberapa

penelitian mengatakan bahwa dalam organisasi yang memiliki low performing,

komunikasi diagonal digunakan oleh staf untuk mencari informasi dalam permintaan

pantas keberadaan prosedur kerja, ketika dalam orgainisasi high performing ,

komunikasi diagonal digunakan staf unutk menyelesaikan masalah kerja yang sulit dan

kompleks. Ketika komunikasi diagonal menjadi tanda fleksibilitas- sebagai contoh,

dalam organisasi organik- ini jelas sekai dapat menyebabkan masalah bahkan lebih

ekstrimnya lagi menyebabkan kerusuhan (chaos). Komunikasi yang terjadi di dalam

Page 22: MPK 1

ruang lingkup organisasi atau kantor diantara orang - orang yang mempunyai

kedudukan tidak sama pada posisi tidak sejalur vertikal.

Aplikasi tiga prinsip akan memperkuat peranan komunikasi staf khusus, yaitu :

1. Staf khusus harus dilatih dalam keahlian komunikasi

2. Membutuhkan pengenalan penting dari penanan komunikasi mereka

3. Manajemen harus mengakui peranan staf khusus dan membuat lebih baik untuk

mempergunakannya dalam komunikasi organisasi.

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara

seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

yang dapat langsung diketahuinya balikannya. (Mohammad, 2005). Menurut Devito

komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan orang lain atau sekelompok kecil

orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan

balik segera (Effendy, 2003). Atau disebut komunikasi antara orang-orang secara tatap

muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Misalnya, komunikasi yang berlangsung

secara dialogis saling menatap, sehingga terjadi kontak pribadi. Sedangkan komunikasi

interpersonal bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat/media.

Klasifikasi Komunikasi Interpersonal “ Redding yang dikutip Muhammad (2004),

mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim,

percakpan social, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.

1. Interaksi intim termasuk komunikasi di antar teman baik, anggota family, dan

orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.

2. Percakapan social adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara

sederhana.Misalnya, dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang

perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain

sebagainya.

3. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam

kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain, misalnya

Page 23: MPK 1

seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka

atasannya menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.

4. Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua

orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab, misanya, atasan

yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu

pekerjaannnya.

Tujuan komunikasi interpersonal, menurut (Mohammad, 2004) :

1. Menemukan diri sendiri

2. Menemukan dunia luar

3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

4. Berubah sikap dan tingkah laku

5. Untuk bermain dan kesenangan

6. Untuk membantu

Efektivitas komunikasi interpersonal dimulain dengan lima kualitas umum yang

dipertimbangkannya (Devito,1997), yaitu ;

1. Keterbukaan (Openness)

2. Empati (empathy)

3. Sikap mendukung (supportiveness)

4. Sikap positif (positiveness)

5. Kesetaraan (equality)

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa

orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan

sebagainya (Anwar Arifin, 1984), Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)

mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secra tatap muka antara tiga

orang atau lebuh, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,

menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat

karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi

kelompok diatas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan

memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Page 24: MPK 1

Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan

khalayak di luar organisasi. Pada instansi-instansi pemerintah seperti departemen,

direktorat, jawatan dan pada perusahaan-perusahaan besar, disebabkan oleh luasnya

ruang lingkup, komunikasi lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat

daripada oleh pimpinan sendiri. Pimpinan sendiri hanyalah terbatas pada hal-hal yang

sangat dianggap penting, yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain, umpamanya

perundingan yang menyangkut kebijakkan organisasi. Dimana dilakukan oleh kepala

humas dalam kegiatan komunikasi eksternal yang merupakan tangan kanan pimpinan.

Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara timbal balik, yakni komunikasi

dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada organisasi.

1. Komunikasi  dari organisasi kepada khalayak

Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang

dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidak-

tidaknya ada hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha memecahkan

suatu masalah yang terjadi tanpa diduga. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak

ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti ; majalah, press release, artikel SK, pidato

radio, pidato televisi, film documenter, selebaran, dan konferensi press.

2. Komunikasi dari khalayak ke organisasi

Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari

kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Jika informasi yang disebarkan

kepada khalayak itu menimbulkan efek yang sifatnya kontroversial, maka ini disebut

opini publik.

Ada beberapa syarat-syarat komunikasi efektif dan bisa diterima oleh karyawan sebagai

berikut :

1. Pesan dapat dimengerti

2. Pada saat keputusan diambil, karyawan percaya bahwa komunikasi yang

dilancarkan cocok dengan tujuan organisasi

Page 25: MPK 1

3. Komunikasi cocok dengan kepentingan pribadi karyawan

4. Secara mental dan fisik, karyawan mampu melaksanakannya

Phillip Tomkins dan Goerge Cheney mengajukan gagasan segar dan bermanfaat

terhadap komunikasi organisasi melalui teori mereka mengenai pengawasan atau

kontrol organisasi yang berada dalam tradisi sosialkultural. Teori-teori mengenai

komunikasi organisasi dalam tradisi sosialkukltural tidak terlalu memberikan perhatian

pada jaringan hubungan antara individu anggota organisasi, tetapi lebih terfokus pada

makna bersama dan interpretasi yang dibangun atau di konstruksikan dalam jaringan,

serta implikasi dari makna bersama dan interpretasi tersebut bagi kehidupan organisasi

Komunikasi mampu menghasilkan pengawasan atau kontrol terhadap karyawan.

Menurut mereka, organisai menggunakan kontrol terhadap anggotanya melalui empat

cara, yang terdiri atas pengawasan sederhana, teknis, birokratis, dan konsertif.

1. Pengawasan Sederhana

Cara pertama disebut dengan pengawasan sederhana (simple control), yaitu

pengawasan yang menggunakan kekuasaan secara langsung dan terbuka.

2. Pengawasan teknis

Pengawasan teknis (technical control), yaitu pengawasan yang menggunakan

peralatan teknologi. Misalnya, jika perusahaan memberikan fasilitas telepon

genggam (HP) kepada karyawan dan mereka diminta untuk menggunakan HP

untuk kepentingan pekerjaan maka para karyawan itu sebenarnya sudah

dikontrol atau diawasi secara teknis. Dengan kata lain, media bersedia untuk

dihubungi (dikontrol) dimana saja dan kapan saja.

3. Pengawasan Birokratis

Pengawasan birokratis (bureaucratic control), yaitu pengawasan melalui

penggunaan berbagai produser dan aturan-aturan formal, sebagaimana yang

dikemukakan Weber. Contoh pengawasan birokratis dapat dilihat pada berbagai

peraturan perusahaan yang harus dipatuhi karyawan. Selain itu, memo, laporan,

keputusan rapat, dan tinjauan kinerja juga merupakan bentuk-bentuk peraturan

yang harus dipatuhi

Page 26: MPK 1

4. Pengawasan Konsertif

Menurut Cheney dan Tomkin, cara keempat merupakan metode pengawasan

yang paling menarik yang disebut dengan pengawasan konsertif (concertive

control), yaitu pengawasan yang menggunakan hubungan interpersonal dan

kerja sama di antara anggota organisasi atau karyawan sebagai alat untuk

melakukan kontrol. Pengawasan konsertif merupakan bentuk kontrol yang paling

sulit untuk dilihat karena sangat mengandalkan pada realities dan nilai yang

dimiliki bersama.

Berbicara mengenai komunikasi dan managemen, maka komukasi akan tercermin danmerupakan

fondasi dalam setiap unsure dalam proses managaemen, yaitu:

1.Planning, yaitu memikirkan sebelumnya apa yang akan kita kerjakan dengan

sumberdaya

yang ada pada organisasi.

2.Organizing, yaitu rencana (maksud) untuk menentukan kegiatan yang lebih khusus

yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran.

3.Directing merupakan aspek tugas managemen yang lebih operasional yang melengkapi

kekurangan dalam suatu perencanaan atau pengorganisasi.

4.Controlling yaitu unsure-unsur penting dalam pengawasan sebagai sebuah proses

termasuk pengukuran, perbandingan, pengambilan keputusan dan umpan balik atau

tindakan kolektif.

Empat Proses dalam Komunikasi Managemen (Yenny, 2004)

1. Asking, yaitu bertanya atau meminta informasi yang tidak kita miliki dari orang lain.

2.Telling sebelum kita understanding, kita harus terlebih dahulu memberitahukan atau

mengirim pesan dalam bentuk telling

.3. Listening,yaitu kita harus mengerti apa yang disampaikan orang lain.

4.Understanding, untuk dapat memahami, maka kita perlu menyelami diri individu danmotivasi

Kepemimpinan dan organisasi merupakan dua konsep yang tidak bisa

dipisahkan anatar satu dengan yang lainnya, ibarat mata uang yang memiliki dua sisi.

Artinya, kepemimpinan tanpa organisasi maka aktualisasi diri tidak bisa terekspresikan

Page 27: MPK 1

secara maksimal. Bahkan kemampuan manajerial individu dalam menggerakkan orang-

orang untuk melakukan aktivitas kelompok tidaklah Nampak. Sebaliknya, organisasi

tanpa ada kepemimpinan maka kegiatan kelompok tidak terarah dan pencapaian tujuan

tidak menjadi lebih mudah dan efektif.

Untuk menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia

membutuhkannya, sampai ada pendapat yang keras (ekstrim) mengatakan bahwa

dunia atau umat manusia di dunia inin pada hakekatnya hanya ditentukan oleh

beberapa orang saja, yakni yang berstatus sebagai pimpinan. Demikian juga dalam

sebuah organisasi atau perusahaan, kepemimpinan sangat dibutuhkan untuk

memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai

tujuan-tujuan organisasi. Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, hubungan anatara

tujuan perseorangan atau tujuan organisasi mengkin menjadi renggang.

Oleh karena itu, kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi ingin

sukses. Terlebih lagi pekerja-pekerja yang baik selalu ingin tahu bagaimana mereka

dapat menyumbang dalam pencapaian tujuan organisasi, dan paling tidak, gaerah para

pekerja memerlukan kepemimpinan sebagai dasar motivasi eksternal untuk menjaga

tujuan-tujuan mereka tetap harmonis dengan tujuan organisasi.

Pimpinan sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi organisasi (perusahaan,

kesatuan, jawatan, dan lain-lain) pemimpin harus selalu berkomunikasi dengan semua

pihak, baik melalui hubungan formal maupun informal. Menurut Kartono (2003)

pemimpin adalah :

“Seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan

kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk

barsama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau

beberapa tujuan” (Kartono, 2003).

            Sedangkan fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing,

membangun, memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan

organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan

Page 28: MPK 1

supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran

yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.  Pemimpin

bertindak dengan cara mempelancar produktivitas, moral tinggi, respon yang energik,

kecakapan kerja yang berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan,

kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi.

   Selain itu suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar ditentukan

oleh kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak, secara

vertikal maupun secara horisontal. Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya komunikasi

dan gaya kerja atau cara bekerja sama dengan orang lain yang konsisten. Melalui apa

yang dikatakannya (bahasa) dan apa yang diperbuatnya (tindakan), seseorang

membantu orang-orang lainnya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Seorang pemimpin mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial skill)

maupun keterampilan tekhnis (technical skill). Semakin rendah kedudukan seorang

tekhnis pemimpin dalam organisasi maka keterampilan lebih menonjol dibandingkan

dengan keterampilan manajemen. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang bersifat

operasional. Bertambah tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka

semakin menonjol keterampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah

aktivitas bersifat konsepsional.

Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam

organisasi maka semakin dituntut dari pada kemampuan berfikir secara konsepsional

strategis dan makro. Di samping itu perlu dikemukakan bahwa semakin tinggi

kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia semakin genoralist, sedang semakin

rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.

2.2.3 Teori Eksistensi

Berdasarkan kamus psikologi Chaplin, Psikologi eksistensial adalah aliran

psikologi dimana pokok persoalan psikologi adalah isi-isi kesadaran, yang harus

diselidiki lewat metode introspeksi(mawas diri). Istilah eksistensi berasal dari akar kata

Page 29: MPK 1

ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Dengan istilah in

hendak dikatakan oleh para eksistensialis bahwa eksistensi manusia seharusnya

dipahami bukan sebagai kumpulan substansi-substansi, mekanisme-mekanisme, atau

pola-pola statis, melainkan sebagai “gerak” atau “menjadi”, sebagai sesuatu yang

“mengada”.

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang bersaha memahami kondisi manusia

sebgaimana memanifestasikan dirinya di dalam situasi-situasi kongkret. Kondisi

manusia yang dimaksud bukanlah hanya berupa ciri-ciri fisiknya (misalnya tubuh dan

tempat tinggalnya), tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat itu (misalnya

perasaan senangnya, kecemasannya, kegelapannya, dan lainnya). Manusia

eksistensial lebih sekedar manusia alam (suatu organisme/alam, objek) seperti

pandangan behaviorisme, akan tetapi manusia sebagai “subjek” serta manusia

dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, yakni sebagai kesatuan individu

dan dunianya. Manusia (individu) tidak mempunyai eksistensi yang dipisahkan dari

dunianya dan dunia tidak mungkin ada tanpa ada individu yang memaknakannya.

Individu dan dunia saling menciptakan atau mengkonstitusikan (co-constitute).

Dikatakan saling menciptakan (co-constitutionality), karena musia dengan dunianya

memang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Tidak ada dunia tanpa ada

individu, dan tidak ada individu tanpa ada dunia. Individu selalu kontekstual, oleh

karena sebab itu tidak mungkin bisa memahami manusia tanpa memahami dunia

tempat eksistensi manusia, melalui dunianyalah maka makna eksistensi tampak bagi

dirinya dan orang lain. Sebaliknya individu memberi makna pada dunianya, tanpa diberi

makna oleh individu maka dunia tidak ada sebagai dunia. (Zainal A., 2002).

Sebagaimana tercermin dalam tulisan Binswanger dan Boss, psikologi

eksistensial bertentangan dengan pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-

ilmu pengetahuan alam dalam psikologi. Tidak ada hubungan sebab akibat dalam

eksistensial manusia, hanya ada rangkaian urutan tingkah laku tetapi tidak bisa

menurunkan kausalitas dari rangkaian tersebut. Sesuatu yang terjadi pada seorang

anak-anak bukan penyebab dari tingkah lakunya kemudian sebagai seorang dewasa.

Peristiwa yang terjadi mungkin memiliki makna eksistensi yang sama akan tetapi tidak

Page 30: MPK 1

berarti peristiwa A menyebabkan peristiwa B. Psikologi eksistensial mengganti konsep

kausalitas dengan konsep motivasi.

Untuk menjelaskan perbedaan antara sebab dan motif, Boss mencontohkan

dengan jendela yang tertutup oleh angin dan manusia. Angin menyebabkan jendela

tertutup, tetapi manusia termotif untuk menutup jendela karena ia tahu bahwa jika

jendela terbuka maka air hujan akan masuk. Karena prinsip kausalitas kurang relevan

dengan tingkah laku manusia dan sebaliknya motivasi dan pemahaman merupakan

prinsip-prinsip operatif dalam analisis eksistensial tingkah laku. (Hall, Calvin S. &

Lindzey, Gardner, 1993)

Konsep eksistensial perkembangan yang paling penting adalah konsep tentang

menjadi. Eksistensi tidak pernah statis, tetapi selalu berada dalam proses menjadi

sesuatu yang baru, mengatasi diri sendiri. Tujuannya adalah untuk menjadi manusia

sepenuhnya, yakni memenuhi semua kemungkinan Dasein.

Menjadi orang dan menjadi dunia selalu berhubungan, keduanya merupakan

mitra menjadi (co-becoming, Strauss). Orang menyingkap kemungkinan-kemungkinan

dari eksistensinya melalui dunia, dan sebaliknya dunia tersingkap oleh orang yang ada

di dalamnya. Manakala bila yang satu tumbuh dan berkembang maka yang juga harus

tumbuh dan berkembang begitu pula sebaliknya apabila yang satu terhambat maka

yang juga terhambat. Bahwa kehidupan berakhir dengan kematian sudah merupakan

fakta yang diketahui oleh setiap orang.

Inti terapi eksistensial adalah hubungan antara terapi dengan kliennya.

Hubungan ini disebut pertemuan. Pertemuan adalah kehadiran asal satu Dasein

kehadapan Dasein yang lain, yakni sebuah “ketersingkapan” satu Dasein terhadap

yang lainnya. Berbeda dengan terapi-terapi formal, seperti terapi gaya Freud, atau

terapi-terapi yang “teknis”, seperti terapi gaya behavioris, para terapis eksistensial

sepertinya ingin terlibat intim dengan Anda. Saling beri dan saling terima adalah bagian

paling alami dari pertemuan, bukan untuk saling menghakimi dan memojokkan.

(Boeree, C.George, 2004)

Page 31: MPK 1

Para analasis eksistensial menyadari kompleksitas manusia yang mereka hadapi

di ruang-ruang praktek mereka. Mereka menyadari bahwa manusia bukan hanya

merupakan makhluk biologis atau fisik, melainkan juga sebagai makhluk yang unik dan

mempunyai kesadaran. Dengan perkataan lain, manusia tidak lain adalah tubuh

(organisme) yang berkesadaran. Oleh sebab itu, mereka beranggapan bahwa

pendekatan analisis eksistensial tentunya diperlukan, karena menwarkan kejernihan

analisis atas pasien-pasien mereka. Gejala manusia dan pengalaman-pengalamannya

tentu saja tidak bisa dikuantitafikasikan dan digeneralisasi begitu saja. Perlu

pengungkapan yang lebih spesifik. Analisis eksistensial dianggap mampu melakukan

tugas itu.

Dalam analisis eksistensial yang dilakukan Binswanger sebagai metode baru

yang berbeda dari metode-metode yang ada sebelumnya, terlihat dalam kasus yang

ditanganinya yaitu kasus “Ellen West” yang merupakan salah seorang pasiennnya.

Binswanger mengadakan analisis fenomenologis mengenai tingkah lakunya dan

menggunakan penemuan-penemuan tersebut untuk merumuskan eksistensi atau cara-

cara ada-di-dunia pasien tersebut. Ia menyelidiki arsip-arsip di Sanotarium dan memilih

kasus seorang gadis muda, yang pernah berusaha untuk melakukan bunuh diri. Kasus

ini menarik karena selain buku harian, catatan-catatan pribadi dan puisi-puisinya yang

penuh pesona, juga karena sebelum dirawat di sanotarium, ia telah dirawat lebih dari

dua periode oleh para psikoanalis dan selama di sanitarium ia telah menerima

perawatan dari Bleuler dan Kraepelin. Dalam analisis eksistensial (yang tekanannya

lebih pada terapi), Binswanger pertama-tama menganalisis asumsi-asumsi yang

mendasari hakekat manusia kemudian ia berhasil sampai pada pemahaman mengenai

struktur tempat diletakkannya segenap system terapeutik. (Zainal A., 2002)

Medard Boss menggunakan analisis mimpi dalam terapinya terhadap seorang

pasien yang menderita obsesional-complusive. Pasien ini menderita kompulsi-kompulsi

untuk mencuci tangan dan membersihkan, ia sering bermimpi tentang menara-menara

gereja. Pasien ini sebelumnya telah menjalani analisa Freudian dan

menginterpretasikan isi mimpi tersebut sebagai simbol-simbol phalik serta menjalani

analisa Jungian yang menghubungkannya dengan simbol-simbol arketif religius. Dalam

Page 32: MPK 1

dengan Boss sang pasien menceritakan tentang mimpi-mimpinya yang datang

berulang-ulang seperti ia mendekati sebuah pintu kamar mandi yang selalu terkunci.

Boss menunjukkan dalam pembahasannya tenang kasus itu bahwa pasien merasa

bersalah, karena telah mengunci beberapa potensi yang sangat penting dalam dirinya.

Ia mengunci baik kemungkinan-kemungkinan pengalaman badaniahnya maupun

spiritualnya atau aspek “dorongannya” dan aspek “tuhannya”, semua itu dilakukannya

untk melarikan diri dari semua masalah yang dihadapinya. Menurutnya pasien merasa

bersalah bukan semata-mata bahwa ia mempunyai rasa bersalah. Pasien tidak

menerima dan tidak memasukkan kedua aspek tersebut ke dalam eksistesinya, maka ia

merasa bersalah dan berhutang pada dirinya. Pemahaman mengenai rasa bersalah

tidak ada hubungannya dengan sikap menilai (“judgmental attitude”), yang perlu

dilakukan hanyalah memperhatikan kehidupan dan pengalaman pasien secara

sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat. (Zainal A., 2002).

2.2.4. Teori Media dan Teori Media Masyarakat

Beberapa asumsi dasar yang melatarbelakangi kerangga teori tersebut adalah

sebagai berikut. Pertama, industri media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan

distribusi pengetahuan dalam pengertian secara symbol yang mengandung acuan

bermakna tentang pengalaman tentang kehidupan social. Pengetahuan tersebut kita

mamapu memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk persepsi kita terhadap

pengelama itu dan memperkaya khasanah pengetahuan masa lalu, serta menjamin

kelangusngan perkembangan pengetahuan kita. Secara umum, dalam beberapa segi

media massa berbeda dengan instusi pengetahuan lainnya (misalnya agama,

pendidikan dan lain-lainnya).

1. Media massa mempunyai fungsi pengantar (pembawa) bagi segenap macam

pengetahuan.Jadi, media massa juga memainkan peran instusi lainnya.

2. Media massa menyelenggarakan kegiatan dalam lingkup public, pada dasarnya

media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas,

sukarela, umum dan murah.

Page 33: MPK 1

3. Pada dasarnya hubungan antara pengirim dan penerima seimbang dan sama

4. Media terjangkau lebih banyak orang daripadainstusi lainnya dan sudah sejak

dahulu “mengambil alih” peran sekolah, orang tua, agama dan lain-lainnya.

Menurut asumsi diatas lingkungan simbolik di sekitar (informasi, gagasan

kepercayaan, dan lain-lainnya) seringkali kita ketahui melalui media massa, dan media

massa pula mengaitkan seemua unsur lingkungan simbolik yang berbeda. Lingkungan

simbolik itu semakin kita memiliki bersama jika kita semakin berorientasi pada sumber

media yang sama. Meskipun setiap individu atau kelompok memiliki dunia persepsi dan

pengalaman yang unik, namun mereka memerlukan kadar persepsi yang sama

terhadap realitas tertentu sebagai prasyarat kehidupan social yang baik. Sehubungan

dengan itu, sumbangan media massa dalam menciptakan persepsi demikian mungkin

lebih besat daripada instusi lainnya.

Asumsi dasar kedua media massa memiliki peran meditasi

(penengah/penghubung) anatar realitas sosial yang objektif dengan pengalaman

pribadi. Media massa berperan sebagai penengah dan penghubung dalam pengertian

bahwa media massa seringkali berada diantara kita, media massa seringkali berada

diantara kita dengan instusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita, media

massa dapat menyediakan saluran penghubung bagi pelbagai instusi yang berbeda,

media juga meyalurkan puhak lain untuk menghubungi kita, dan menyalurkan kita

untuk menghubungi pihaklain, media massa sering menyediakan bahan bagi kita untuk

membentuk persepsi kita terhadap kelompok dan organisasi lain, serta peristiwa

tertentu. Melalui pengalaman langsung kita hanya mampu memperoleh sedikit

pengetahuan.

Media juga menerima sejumlah tanggung jawab untuk ikut aktif melibatkan diri

dalam interaksi social dan kadang kala menunjukkan aray atau memimpin, serta

berperan serta dalam menciptakan hubungan dan intrgrasi. Konsep media sebagai

penyaring telah diakui masyarakat, karena media sering kali melakukan seleksi dan

penafsiran terhadap suatu masalah yang dianggap membingungkan. (Mcquail, 2006)

Page 34: MPK 1

2.4. Kerangka Konseptual

2.4.1. Informasi Organisasi

Informasi organisasi memiliki kedudukan penting dalam ilmu komunikasi karena

menggunakan komunikasi sebagai dasar atau basis bagaimana mengatur atu

mengorganisasikan manusia dan memberikan pemikiran rasional dalam memahami

bagaiman manusia berorganisasi. Organisasi bukanlah struktur yang terdiri atas

sejumlah posisi dan peran, tetapi merupakan kegiatan komuniksi sehingga sebutan

yang lebih tepat sebenarnya adalah organizing atau mengorganisasi (yang

menunjukkan proses) daripada organization atau organisasi, karena organisasi adalah

sesuatu yang ungin dicapai melalui proses komunikasi yang berkelanjutan.

Karl Weick mengembangkan suatau pendekana untuk menjelaskan organisasi

dalam mengumpulkan, mengelola dan mengggunakan informasi yang di terimanya.

Weick melihat organisasi sebagau suatu system yang menerima berbagai informasi

yang membingungkan dan multitafsir dan lingkungannya dan berusaha untuk

memahaminya. Denga demikian, menurut teori ini, organisasi dalam perkembangannya

akan mengalami evolusi seiring dengan upaya organisasi untuk memahami diri sendiri

dan lingkungannya.

Beberapa ahli teori komunikasi organisasi menggambarkan organisasi sebagai

suatu system yang hidup (living sytem) yang melakukan proses kegiatan untuk

mempertahankan keberadaannya dan menjalankan fungsinya. Suatu organisasi harus

memiliki suatau prosedur untuk mengelola seluruh informasi yang ingin diterima atau

dikirimkan untuk mencapai tujuan. Organisasi adalah system karena terdiri atas orang-

orang atau kelompok yang saling berhubungan< mereka saling bergantung satu sama

lain untuk mencapai tujuan mereka.

Fokus dari teori informasi organisai adalah komunikasi informasi, hal yang

sangat pentingdalam menentukan keberhasilan suatau organisasi. Sangatlah jarang

Page 35: MPK 1

satau orang atau satu bagian pada perusahaan memiliki seluruh informasi yang

diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugasnya. Informasi yang dibutuhkan berasal

dari berbagai sumber. Namun demikian, tugas mengelola atau memperoses informasi

tidaklah sekedar bagaimana memperoleh informasi yang diterima itu di dalam

organisasi.

Teori informasi organisasi menjelaskan bagaimana organisasi memahami

informasi yang membingungkan dan multi-tafsir. Teori ini memfokuskan perhatiannya

pada proses mengorganisasi anggota suatu organisasi untuk mengelola informasi

daripada struktur organisasi.

Dalam pembahasan mengenai komunikasi organisasi, Dennis K. Mumy

mengawali dengan menjelaskan mengenai makna, ia menyatakan “salah satu prinsip

penting pendekatan studi kritis adalah bahwa organisasi tidak saja dipandang tempat

pembentukan makna yang netral, tetapi juga tempat untuk menghasilkan dn

mengahsilkan kembali makna dalam konteks pertarungan antara kelompok-kelompok

kepentingan yang bersaing dan pertarungan dari berbagai system representasi.

Koamunikasi menuinjukkan perubahan dari pendekatan yang berupaya untuk semata-

mata menjelaskan mengenai dunia organisasi kepada pendekatan yang menyoroti

cara-cara dunia organisasi menciptakan pola-pola dominasi.

Page 36: MPK 1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma postpositivist.

Postpisitivisit adalah sebuah paradigm yang memandang bahwa pembuktian kausalitas

dengan tingkat kepastian yang mutlak dalam menjelaskan fenomena soasial adalah

tidak mungkin, bahwa pengetahuan adlah relative daripada absolute, dan semua

metode adalah tidak sempurna, sehingga metode kualitatif dan kuantitatif, dibutuhkan

untuk menghasilkan dan menguji teori dan meningkatkan pemahaman dari waktu ke

waktu (Patton, 1991,92).

Paradigma ini merupakan alirang yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan

positivism yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap

objek yang diteliti. Secara ontologism, aliran ini bersifat critical realism yang memandah

sama bahwa relaitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hokum alam, tetapi

suatau hal yang mustahil bila suatau realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia/

peneliti, oleh karena itu, secara metodologis pendekan eksperimental melalu observasi

tidaklah cukup. Tetapi harus menggunakan metode tringlation, yaitu penggunaan

bermacam-macam metode, sumber data, oeneliti dan teori (Salaim 2001, 40).

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Secara umum, studi kasus

merupakan startegi yang lebih cocok apabila pokok pertanyaan suatu penelitian

berkenana dengan how atau why, bil peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk

Page 37: MPK 1

mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan ditelitinya dan bilamana focus peneitiannya

terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata

(Robert K. Yin, 2008:1).

Penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu studi kasus

deskriptif. Sebagaia suatu upaya penelitian, studi kasus dapat member nilai tambah

pada pengetahuan kita secara unik tentang fenomena individu, organisasi soaial dan

politik. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk mendapatkan gambaran

secara mendetail mengenai PT. Cakrawala Andalas (ANTV)objek penelitian danuntuk

mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi

lingkungan unit social, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat (Cholid Narbuko &

Abu Achmadi, 1997:46).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian yang menggunakan

penekatan kuantitatif. Dengan pendekatan kuantitatif ini, peneliti menggungakan

penelitian berdasarkan kondisi alami di lapanagan penelitian. Menurut Bod\gdan dan

aylor, seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, metologi kuantitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang0orang atau perilaku yang dapat diamati, Pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu secara holistic (utuh). Dalam hal ini tidak mengisolasikan individu atau

organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai

bagian dan keutuhan (Lexy J Maleong 2001:3).

Jadi, peneliti menggunakan wancara mendalam, observasi partisipan,

dokumentasi, dan rekaman serta bukti-bukti lainnya. Pilihan ini ditempuh mengingat

bahwa melalui penelitian kuantitatif akan mampu menghimpun dari data ANTV

sebanyak munbgkin, yang secara sistematis akan melakukan investigasi terhadap

narasumber yang menjadi sumber data tersebut.

3.3. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan untuk mengungkap permasalahan dalam

Page 38: MPK 1

Kasus ini adalah kajian deskriptif, yaitu berusaha menggambarkan atau menjelaskan

secermat mungkin mengenai suatu hal atau fenomena. Jenis kajian ini hanyalah

memaparkan situasi atau peristiwa, tetapi tidak menari atau menjelaskan hubungan,

juga tidak menguji hotesisi atau membuat prediksi (Jalaluddin Rakhmat, 1999:24).

Ciri lain dari metode deskriptif ialah titik beratnya pada observasi dan suasana

alamiah (naturalist setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat

kategori pelaku, mengamati gejala dan mencatatnya salam buku observasi. Dengan

suasana alamiah dimaksudkan bahwa peneliti terjun ke lapangan. Ia tidak bermaksud

menguji teori sehingga perspektifnya tidak tersaring. Ia bebas mengamati objeknya,

menjelajah dan menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan. Daripada

merancang skema atau cara yang terlalu menyederhanakan kerumitan kehidupan

sehari-hari, penelitian naturalistic mengasumsikan bahwa perilaku dan makan yang

dianut sekelompok manusia hanyalah dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan

alamiah mereka. Oleh karena itu, siatuasi yang alamiah bukan siatuasi buatan seperti

eksperimennya atau wawancara formal yang harus menjadi sumber data (Deddy

Mulyana, 2002:159).

3.4. Objek Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah Komunikasi Organisasi PT Cakrawala Andalas

(ANTV) dalam mempertankan eksistensinya selam 20 tahun.

3.5. Unit Analisis

Sebagai unit analisis, narasumber dalam penelitian ini berjumlah 4 orang dengan

variasi latar belakang sebagai berikut : 2 orang dari karyawan ANTV yang sudah

bekerja selama 15 tahun sampai 20 tahun, 2 orang dari khalayak penonton yang selalu

setia nonton program ANTV.

Page 39: MPK 1

Dalam memilih narasumber, peneliti memnbaginya menjadi key informant dan

informant. Key informant adalah orang yang memliki kemampuan dan pengetahuan

serta wawasan yang luas dalam memberikan informasi mengenai apa yang menjadi

keahlian di bidangnya. Key informant yang pertama adalah Bapak H. Azkarmin Zaini,

Direktur News, Sport & Corporate Comunications Bapak Azkarmin ini sekaligus pendiri

ANTV pertama kali yang telah mengabdi 20 tahun, jadi tahu sejarahnya ANTV dari awal

sampai sekarang. Kedua Bapak Suhaemi menjabat sebagai Komadan Regu (danru)

Production General Service yang sudah bekerajs selama 16 tahun lamanya.

Sebagai informant, peneliti memilih yang pertama adalah Bapak Bayu Prayoga,

karyawan suasta di salah salu perusahaan di Jakarta yang suka dengan program ANYV

teruma ILS program pertandingan sepakbola antar klub di Indonesia, yang kedua Ibu

Indah Mutiani beliau sebagai ibu rumah tangga yang suka nonton acara ANTV terutama

program agama islam.

Peneliti mengambil dari dua sisi yang berbeda di pihak internal nya dari

karyawan ANTV dan eksternalnya dari khalayak penonton, penelitiannya ini agar

seimbang dari pendapat mereka masing-masing bisa diambil menjadi sumber

penelitian.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber.

Menurut J. Lofland dan L. Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan (data primer), selebihnya adalah data tambahan, seperti

dokumen dan lain-lain (data sekunder) (John Lofland & Lyn H Lofland, 1984:47).

Dengan demikian dalam penelitian ini terdapat dua sumber data, yaitu :

1. Data Primer

Pada penelitian ini penulis menentukan informan berdasrkan arahan dan petunjuk dari

karyawan ANTV yang sudah kerja 15 sampai 20 tahun. Peneliti menganggap informan

yang dipilih memiliki kompetensi dalam penguasaan data yang diperlukan berkaitan

Page 40: MPK 1

dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini. Data primer bersumber dari ketrangan

informan-informan peneltian yang menjadi unit analisis data. Untuk mendapatkan data

primer tersebut, peneliti melakukan wawancara mendalam (in-depth interview).

2. Data Sekunder

Data sekunder bersumber dari berbagai catatan-catatan yang berguna untuk

melengkapi data penelitian. Di antaranya literature kepustakaan berupa buku-buku,

surat kabar, company profile, foto, dokumen organisasi, website organisasi serta hasil

penelitian yang berhubungan dengan komunikasi organisasi yang dilakukan oleh

organisasi.

Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut

Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap unsure-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-

gejala dalam objek penelitian. Observasi dilakukan dengan mengumpulkan data

di ANTV dan data dari wawncara tersebut.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis bukti (data) terdiri atas pengujian, pengkategorian, atapun

pengombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal suatu penelitian

(Robert K, Yin, 2008: 133). Data yang diproleh baik saat pengumpulan dari key

informant dan informarmant baik lisan dan tulisan.

Peneliti mengkaji catatan lisan dan tulisan pengalam key informant dan

informant, seperti observasi wawancara atau data-data lainnya. Dalam penelitian

kualitatif, manajemen, analisis, dan interpretasi data empiris adalah proses yang sangat

kompleks. Michael Hubberman dan Matthew Miles menawrkan sebuah model canggih

dan komprehensif. Model yang dikembangkan sama sekali berbeda dengan kerangka

analisis kasus (case analysis). Model ini hubungannya dengan teori, konsep, dan

indicator empiris yang terefleksi, kembali melalui konsep ke teori(inductive & deductive).

Page 41: MPK 1

Berpijak pada grounded theory, kedua menunjukkan bagaimana kode-kode, memo dan

diagram dapat membantu peneliti sejak penbuatan catatan lapangan (field notes)

hingga pemahaman konseptial tentang proses penelitian yang sedang berlangsung.

Model ini menekankan pentingnya keterkaitan anatara berbagai variable penyebab

sambil tetap focus pada pendekatan interatif yang sangat terbuka bagi upaya

penemuan dan penyelesiaannya kasus (Norman K. Denzim & Yvonna S. Lincoln,

2009 : 489).

Page 42: MPK 1

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zanial, 2002. Analisis Eksistensial untuk psikologi dan psikiatri, PT Refika

Aditama. Bandung.

Al-Qur’an dan terjemah, 2006. Diponegoro. Bandung.

Boeree, C.George, 2004. Personality Theories. PRISMASHOPIE. Yogyakarta

Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner, 1993. Teori-teori Holistik (Organismik-

Fenomenologis). Kanisius. Yogyakarta.

Chaplin, J.P., 1999. Kamus Lengkap Psikologi, PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Devito, Joseph A. 1998. Comunicologi An Introduction the Study of Comunication.

Amerika.

Dendin K, Norman., Lincoln S, Yvonna. (2009) Handbook of Qualitative Research-

Penerjemah Saifuddin Zuhri Qudsy. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Effendy, Onong U. (1986). Dinamika Komunikasi dan Praktek. PT. Remaja Rosda

Karya. Bandung.

Hamersma, Harry. (1983). Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Moderen. Gramedia. Jakarta

Hardiman, F, Budi. (2007). Filsafat Moderen : Dari Machiavelli sampai Nietzsche.

Gramedia. Jakarta

Kanisius. (2004). Zaman Yunani hingga Zaman Moeren. Yogyakarta.

Kholisoh. Nur. (2011). Komunikasi Organisasi. Universitas Prof.DR. Moestopo

(Beragama). Jakarta.

Lubis, hari & Martani Husaeni, Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), Pusat

Page 43: MPK 1

Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial, UI, Jakarta.

Maquarrie, John (1972). Existentialism. Penguin Books. New York.

Masmuh, Abdullah (2010). Komunikasi Organisasi Teori Dan Praktek. Universitas

Muhammadiyah, Malang.

Morissan,M.A. (2009). Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia. Bogor.

Rakhmat, Jalaluddin. (1989). Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya.

Bandung.

Pace, Wayne R & Don F. Faules (1998), Komunikasi Organisasi : Strategi

Meningkatkan Kinerja Perusahaan- Penerjemah : Deddy Mulyana, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Robbins, Stephen P (1994). Teori Organisasi : Struktur, Desain, dan Aplikasi – Alih

Bahasa : Jusuf Udaya, Penerbit ARCAN, Jakarta.

Suminar, Yenny Ratna (2004). Buku Materi Pokok Komunikasi Organisasional,

Universitas Terbuka, Jakarta.

Website

Industri Media Televisi, (2011) Tantangan Manajemen Industri Televisi di Era

Konvergensi 2012, http://www.dcradio.undip.ac.id/2011/03/25/tantangan-

Manajemen-Industri-Televisi-di Era- Konvergensi

http://psikologiuinjkt2004.wordpress.com/2007/09/15/psikologi-eksistensial/