Upload
ida-nuraini
View
73
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
KOMUNIKASI ORGANISASI PT.CAKRAWALA ANDALAS
(ANTV) DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA
SELAMA 20 TAHUN
UTS METODOLOGI PENELITIAN KOMUNIKASI
DOSEN : Dr. Jefri Audi Wempi
ANGGINI
201122310001
PASCASARJANA UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN MANAJEMEN KOMUNIKASI
JAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi sangat penting dalam suatu organisasi, karena komunikasilah yang
memungkinkan orang untuk ikut berorganisasi. Kegiatan dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan bersama, tetapi komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau
hanya mentrasfer makna saja. Komunikasi itu mempunyai kedudukan di tempat sentral,
karena struktur, keluasan dan ruang lingkup organisasi hampir seluruhnya ditentukan
oleh teknik-teknik komunikasi. Dalam kenyataannya komunikasi senantiasa muncul
dalam suatu organisasi dan sebagai kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan
organisasi.
Organisasi membutuhkan komunikasi yang bisa mewujudkan visi dan misi
organisasi untuk kepentingan anggota organisasi, maka harus tahu apa itu komunikasi?
Komunikasi ialah pertukaran pesan verbal maupun non verbal anatara si pengirim
dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku dan Brent D.Ruben
komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam
kelompok, dalam organisasi dandalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan
menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.
Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek-objek atau
orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Pengenalan
mengenai organisasi meliputi pengenalan akan struktur atau rancangan apa
menghasilkan apa.
Joseph A. Devito mendefinisikan komunikasi organisasi merupakan pengiriman
dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi, di dalam kelompok formal
maupun informal organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara
kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan
dalam organisasi. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri, tetapi pada anggotanya secara
individual. (Joseph A. devito, 1997)
Kekuatan yang sangat luar biasa dalam kehidupan organisasi adalah komunikasi
yang baik, misalnya, jika salah dalam pemberian instruksi, salah dalam penafsiran
perintah atau tugas dari atasan maka akan menjadi fatal dalam mekanisme kerja
organisasi atau perusahaan. Bahkan, ketika pimpinan dan bawahan tidak ada
komunikasi maka suatu organisasi dan perusahaan akan menjadi statis dan tidak ada
aktifitas dan tidak ada kemajuan.
Organisasi yang mencapai tujuannya, biasanya terdapat komunikasi yang baik
antar anggota organisasi. Dalam suatau organisasi, komunikasi itu tidak hanya
menyampaikan informasi saja, tapi melihat kajian fenomena komunikasi maupun yang
tertarik pada gejala-gejala ke organisasian. Maka, organisasi harus mengenal dua jenis
komunikasi, yaitu :
1. Komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Menurut Lawrence D. Brennan
seperti yang dikutip oleh Effendy, mendefinisikan komunikasi internal sebagai,
“Petukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu
perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas
(organisasi) dan pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam
perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan
management)”.
2. Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan
khalayak di luar organisasi. Pada instansi-instansi pemerintah seperti departemen,
direktorat, jawatan dan pada perusahaan-perusahaan besar, disebabkan oleh
luasnya ruang lingkup, komunikasi lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan
masyarakat daripada oleh pimpinan sendiri. Pimpinan sendiri hanyalah terbatas
pada hal-hal yang sangat dianggap penting, yang tidak bisa diwakilkan kepada
orang lain, umpamanya perundingan yang menyangkut kebijakan organisasi.
Dimana dilakukan oleh kepala humas dalam kegiatan komunikasi eksternal yang
merupakan tangan kanan pimpinan.
Dalam suatu organisasi harus memiliki cara untuk mendorong individu yang
memiliki berbagai macam kepentingan ke dalam suatu identifikasi bersama dengan
organisasi. Berbagai macam identitas, bahkan identitas yang sangan bertentangan,
dapat diatasi jika terdapat sekurang-kurangnya derajat atau level identifikasi bersama
dan menyeluruh. Terkadang organisasi harus berubah , yang berarti mengganti
identitas, tetapi untuk bertahan organisasi harus menciptakan identitas baru yang di
buat berdasarkan kepentingan sebagian besar anggota organisasi.
Identitas organisasi bisa dilihat dari lama atau tidaknya organisasi itu bisa
bertahan dan menunjukkan eksistensinya baik dari internal dan eksternal. Eksistensi
adalah “ada” atau suatu kesatuan, kumpulan fakta-fakta, yang tak dapat begitu
disamakan dengan sejumlah sistem rekontruksi pemikiran rasional. Artinya eksistensi
mencakup berbagai hal dalam sebuah keberadaan. (Kanisius, 2004). Eksistensi
menurut John Macquarrie ada tiga karakteristik : (1) Eksistensi dipahami berdasarkan
akar katanya “keluar dari” (standing out), semua yang ada “berada’ (exist) dalam
pengertian, “keluar dari” yang “tidak ada” (nothing). (2) Eksistensi dipahami sebagai
keunikan individu yang ada. (3) Keterhubungan diri atau ketertarikan diri (self
relatedness) (Marquarrie : 1972).
Organisasi yang mempunyai eksistensi yang kuat terutama perusahaan media
massa, dan informasi organisasi memiliki kedudukan penting dalam ilmu komunikasi,
kerena menggunakan komunikasi sebagai dasar atau basis mengatur atau
mengorganisasi manusia dan memberikan pemikiran rasional dalam memahami
bagaimana manusia berorganisasi. Organisasi bukanlah struktur yang terdiri atas
sejumlah posisi dan peran, tetapi merupakan kegiatan komunikasi sehingga sebutan
yang lebih tepat sebenarnya adalah organizing atau mengorganisasi (yang
menunjukkan proses) daripada organizing atau organisasi, karena organisasi adalah
sesuatu yang ingin dicapai melalui proses komunikasi yang berkelanjutan.
Komunikasi organisasi menggambarkan organisasi sebagai suatu sistem yang
hidup atau sistem yang melakukan proses kegiatan untuk mempertahankan
keberadaannya dan menjalankan fungsinya. Suatu organisasi harus memiliki suatu
prosedur untuk mengelola seluruh informasi yang ingin diterima atau dikirimkan untuk
mencapai tujuannya. Sedangkan informasi organisasi adalah komunikasi informasi , hal
yang sangat penting dalam dalam menentukan keberhasialan suatu organisasi.
Informasi organisasi dibutuhkan dari berbagai macam sumber.dan bisa mengelola dan
memproses informasi dan memahami informasi dan medistribusikan informasi yang
diterima itu di dalam organisasi.
Sasaran organisasi ada dua alasan yang menyebabkan pembahasan mengenai
sasaran menjadi penting untuk dilakukan. Pertama, sasaran ataupun tujuan merupakan
alasan bagi eksistensi organisasi. Tanpa adanya tujuan, sesungguhnya menunjukkan
bahwa organisasi tidak diperlukan. Jika tujuan dinyatakan sebagai keadaan yang ingin
dicapai oleh suatu organisasi di masa mendatang, maka sasaran dapat digambarkan
sebagai tujuan antara yang bersifat lebih operasional. Kedua, tujuan ataupun sasaran
sangat penting bagi proses manajemen yang dijalankan dalam suatu organisasi.
Adanya tujuan ataupun sasaran memberikan pengakuan terhadap perlunya organisasi
berdiri, memberikan gambaran mengenai arah pengembangan organisasi dan juga
mengurangi ketidakpastian.
Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam teori organisasi,
karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi dalam
mencapai sasarannya. Efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya.
Efektivitas ini sesungguhnya merupakan konsep yang luas, mencakup, berbagai faktor
di dalam maupun di luar organisasi. Efektivitas organisasi ada dua :
1. Efektivitas Internal, menunjukkan besarnya perolehan pekerja yang bekerja
dalam suatu organisasi, sehingga bidang sasaran ini bisa dianggap identik
dengan pengukuran efektivitas organisasi menurut pendekatan proses. Ukuran-
ukuran yang digunakan umumnya berhubungan dengan kepuasan dan motivasi
karyawan seperti iklim kerja, hubungan interpersonal, dan sebagainya.
2. Efektivitas Eksternal, menggambarkan kemampuan organisasi untuk
memberikan rasa puas kepada setiap elemen constituency, sehingga bidang
sasaran ini identik dengan elemen pengukuran efektivitas organisasi melalui
pendekatan constituency. Efektivitas eksternal menyangkut hubungan antara
organisasi dengan keseluruhan elemen dari lingkungannya. Organisasi perlu
membina hubungan baik dan mengusahakan munculnya rasa puas pada setiap
elemen constituency yang terdapat di luar organisasi. Karena itu, ukuran yang
digunakan umumnya menyangkut kepuasan dari pihak-pihak di luar tersebut,
seperti kepuasan konsumen, kepuasan leveransir, dan sebagainya (Nur
Kholisoh, 2011)
Konsep efektivitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas,
mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar organisasi. Konsep efektivitas ini
oleh para ahli belum ada keseragaman pandangan, dan hal tersebut dikarenakan sudut
pandang yang dilakukan dengan pendekatan disiplin ilmu yang berbeda, sehingga
melahirkan konsep yang berbeda pula di dalam pengukurannya. Namun demikian,
banyak juga ahli dan peneliti yang telah mengungkapkan apa dan bagaimana
mengukur efektivitas itu.
Informasi disebarluaskan melalui media massa, antara lain televisi, radio, surat
kabar dan internet. Kita dapat menentukan dan memilih informasi sesuai dengan
kebutuhan serta kepuasan yang diharapkan. Seperti yang telah dikemukakan oleh
Jalaluddin Rakhmat, secara psikologis untuk hal perbedaan individu yaitu sikap dan
organisasi personal individu akan menentukan bagaimana memilih stimulasi tersebut.
Sebagai akibatnya ia cenderung akan memilih isi komunikasi yang sama dan akan
memberikan respon kepadanya dengan cara yang sama pula (Rakhmat, 1985 : 196).
Salah satu jenis media yang digunakan dalam proses komunikasi yang terakhir
adalah media massa. Media tersebut merupakan bagian penting dari komunikasi
massa, seperti yang diungkapkan dalam definisi komunikasi sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan komunikasi massa di sini ialah komunikasi melalui media
massa moderen yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran
radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-
gedung bioskop (Effendy, 1986 : 59).
Perkembangan televisi berkembang pesat di Indonesia. Stasiun televisi
cenderung membuat program acara yang mengikuti selera pasar agar bisa bersaing
dengan channel lainnya. Yang unggul dalam persaingan yang sehat dan transparan
adalah mereka yang bisa menawarkan quality yang lebih baik. Televisi merupakan
sebuah industri yang produknya berupa simbol, produk kreatif news, entertainment,
drama, variety show, olahraga, komedi, talk show, magazine dan interactive.
Industri media televisi mengikuti budaya bisnis yang berinti pada sustainable
growth dan fierce competition untuk mengejar market share, revenue dan botton line
(profit). Media merupakan bisnis/industri, karena harus mandiri dan terus berkembang.
Namun industri media televisi tidak mungkin bisa bertahan tanpa dukungan social
cultural brand image yang tinggi, serta mempunyai ekonomi yang tangguh.
Dalam mengelola media khususnya media televisi haruslah mempunyai visi,
misi, bisnis model yang jelas. Visinya adalah menjadi perusahaan yang terbaik di
Indonesia dan di dunia. Misinya adalah memberikan service terbaik kepada share
holders dan stake holders dan menjadi perekat NKRI dalam mengawal demokrasi.
Mencerdaskan dan memberikan hiburan segar kepada masyarakat.
Sedangkan model bisnisnya adalah membangun business model yang
mengharuskan perusahaan terus menerus dalam kadar “beyond compare” untuk
memiliki “brand value” yang meberikan benefit bagi share holders, stake holders,
karyawan dan NKRI.
Sejak awal industri pertelevisian wajib mencanangkan pembentukan brand value
lewat logo, performance, promotion, kemudian, terus menerus meningkatkan kualitas
dan services kepada stake holders khususnya penonton, pemasang iklan dan biro iklan,
Dan yang tak kalah pentingnya adalah menjaga image perusahaan dengan cara
mematuhi rules dan regulations, kode etik, public openion serta melaksanakan
kewajiban CSR secara maksimal.
Mempertahankan eksistensi perusahaan di industri media televisi tidak
gampang, apalagi sampai bertahun-tahun. Pasti ada pasang surut dalam bisnis
pertelevisian baik dari internal dan eksternal perusahaan. Industri media televisi
merupakan industri komersil yang bersaing secara kompetitif berdasarkan gendre
masing-masing. Bila program televisi itu laku dijual dan meraup iklan lebih banyak,
maka semakin tinggi perolehan iklan semakin tinggi pula benefit yang di hasilkan untuk
mendukung biaya operasional. Untuk khalayak penonton seberapa puas mereka
menonton program televisi tersebut dan seberapa terkenal dan eksis nama televisi di
setiap individu khalayak penonton.
Industri media televisi di Indonesia dilihat seberapa eksis bisa bertahan dan
mempertahankan kualitas dan mutu dari tahun ke tahunnya ada perkembangan dan
mendapatkan hasil yang signifikan, tapi, tidak luput dari naik turunnya media televisi
tersebut dalam persaingan bisnis media. Seperti PT Cakrawala Andalas atau lebih
dikenal dengan sebutan ANTV telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun dan
mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun. Dilihat juga dalam perkembangan
komunikasi organisasi baik di secara komunikasi internal dan eksternal.
Eksistensi ANTV selama 20 tahun mengalami cerita yang panjang, televisi yang
berumur menjelang dewasa ini pernah mengalami berbagai macam cerita atau bukti
organisasi dalam fenomena-fenomena yang ada. Ini terjadi karena ada pengaruh
eksternal dan internal perusahaan yang bisa mempengaruhi organisasi (PT Cakrawala
Andalas “ANTV”). Di umurnya 20 tahun ANTV apakah? ANTV bisa mewujudkan
kepentingan organisasi untuk angota-anggota organisasi dan kepentingan khalayak
penonton. Jadi penelitian ini lebih ke mempertahankan eksistensi ANTV selama 20
tahun dalam komunikasi organisasi dan pengaruh terhadap internal dan eksternal
organisasi.
Berdasarkan pertimbangan yang sudah dijelaskan di atas, maka peneliti merasa
tertarik dengan meneliti tetap eksis di situasi sesulit apa pun di kapasitas komunikasi
organisasi, dalam komunikasi organisasi PT. Cakrawala Andalam (ANTV) dalam
mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
diajukan adalah :
Tetap dalam komunikasi organisasi PT. Cakrawala Andalas (ANTV) dalam
mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun.
1.3 Tujuan Penelitian
Maka berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Seberapa efektiv komunikasi organisasi PT. Caklawara Andalan (ANTV) dalam
mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun.
2. Bagaimana proses komunikasi internal dan eksternal organisasi PT. Cakrawala
Andalas (ANTV) dalam mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun
3. Bagaimana mengetahui sasaran organisasi PT. Cakrawala Andalas (ANTV)
dalam komunikasi organisasi dan mempertahankan eksistensinya selama 20
tahun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
1. Untuk mengetahui seberapa efektiv komunikasi organisasi dan menganalisa
suatu masalah atau peristiwa di PT. Cakrawala Andalas (ANTV)
2. Untuk mengetahui proses komunikasi internal (ANTV) dan komunikasi
eksternal (khalayak penonton)
3. Untuk mengetahui apakah, sasaran dan tujuan komunikasi organisasi telah
banyak kemajuan atau hanya sebagai mempertahankan eksistensi semata.
1.4.2 Manfaat Praktisi
Tesis ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada PT Cakrawala
Andalas (ANTV) untuk lebih mengetahui bagaimana sasaran komunikasi organisasi
dalam mencapai tujuan yang diinginkan, terutama dari pihak internal dan eksternal.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan tesis ini, peneliti ingin menjabarkan tentang sistematika
penelitian. Sistematika penulisan terdiri atas lima bab, yaitu Bab 1 Pendahuluan, Bab II
Kerangka Teoretis, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Analisis dan Pembahasan,
dan yang terakhir Bab V Kesimipulan dan Saran. Berikut penjelasannya.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdapat bagian yang terdiri dari :
- Latar belakang yang menjadi alasan penulis memilih topik ini untuk diteliti.
- Rumusan masalah
- Identifikasi masalah
- Tujuan penelitian
- Menfaat penelitian (manfaat akademis dan manfaat praktis)
- Sistematika penulisan yang merupakan garis besar dari penguraian tesis ini.
BAB II KERANGKA TEORETIS
Pada bab ini akan membahas tentang penelitian terdahulu, Literature Review
serta teori yang berhubungan dengan topik tesis. Bab ini juga berisi teori-teori yang
relevan. Peneliti mengambil data atau informasi tambahan dari buku akademis sebagai
sumber teori, seperti teori komunikasi, model komunikasi, komunikasi organisasi, media
massa, mempertahankan eksiatensi ANTV dan efek.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini. Menjelaskan populasi dan sampel yang akan digunakan, metode
pengumpulan data, metode analisa data, waktu dan lokasi penelitian serta operasional
konsep.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pemaparan hasil pengumpulan data, tabel distribusi frekuensi dan analisanya,
serta penjelasan mengenai hasil jawaban para responden (SDM ANTV dan khalayak
penonton) akan dibahas pada bab ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini dan saran praktis
maupun akademis yang dapat diterapkan dan dilanjutkan penelitian yang lebih dalam
dari penelitian ini.
BAB II
KERANGKA KONSEP
Di dalam bab ini peneliti akan memaparkan berbagai konsep yang menjadi dasar
pemahaman dari penelitian yang dilakukan. Bab ini akan diawali dengan kajian pustaka
(penelitian terdahulu), kemudian penjelasan kerangka pemikiran teoritis dan peran
komunikasi organisasi dalam suatu organisasi ANTV dan peran organiasi dalam
mempertahankan eksistensi PT. Cakrawala Andalas (ANTV) selama 20 tahun.
2.1 Kajian Pustaka
Dari penulusuran yang dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa penelitian yang
membahas mengenai komunikasi organisasi dan seberapa efektiv komunikasi
berlangsung di ANTV dan mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun. Pertama,
penelitian ini lebih ke sebarapa efisien dan dan efektiv komunikasi organisasi berjalan di
ANTV selama 20 tahun antara pempmpin dan para karyawannya, dan bisa
mempertahankan eksisitensinya di khalayak penonton selama 20 tahun. Penelitian ini
termasuk kedalam komunikasi organisasi berlangsung di ANTV selama 20 tahun dan
peneliti ini lebih tahu bagaimana pendapat khalayak penonton tentang
mempertahankan eksisitensinya ANTV selama 20 tahun atau penggemar berat ANTV
yang setia menonton program-program ANTV.
Kedua, peneliti ingin tahu bagaimana komunikasi internal dan eksternal di ANTV
berlangsung dengan baik atau hanya mempertahnkan eksistensinya selama 20 tahun.
Peneliti tertarik dengan fenomena ini, salah satunya komunikasi internal dari pihak
manajemen ANTV bisa mempertahankan karyawan yang telah mengabdi selama
bertahun-tahun, misalnya ada yang 15 sampai 20 tahun. Peneliti juga ingin lebih tahu
komunikasi ekternalnya, misalnya dari khalayak penonton yang setia melihat program-
program ANTV. Penelitian ini meneliti bagaimana eksistensi antv selama 20 tahun atau
respon dari pihak eksternal. Jadi, penelitian ini meneliti bagaimana peran manajemen
ANTV dalam komunikasi organisasi terhadap karyawannya dan pengaruh
mempertahankan eksisitensinya dari khalayak penonton selama 20 tahun.
Ketiga, peneliti ingin tahu seberapa sasaran yang tepat dalam komunikasi
organisasi berlangsung di ANTV dan sasaran itu sudah mencapai tujuan yang di
inginkan manajemen atau para karyawan ANTV. Apakah selama ini pihak manajemen
melakukan sasaran yang tepat dalam melakukan komunikasi organisasi kepada para
karyawannya atau hanya sekedar mempertahankan eksistensinya selama 20 tahun
kepada pihak luar yaitu khalayak penonton. Peneliti ingin mengetahui bagaiana sasaran
yang strategi yang tepat dalam melakukan komunikasi organisasi di ANTV.
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis
2.2.1 Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi menurut R. wayne Pace dan Don F. Faules (1998)
mengklasifikasikan definisi komunikasi organisasi menjadi dua, yakni definisis
fungsional dan definisi interpretative. Definisi fungsional komuniaksi organisasi adalah
sebagai pertunjukan dan penafsiaran pesan di antara untit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit
komunikasi dalam suatu lingkungan. Sedangkan, definisi interpretative komunikasi
organisasi cenderung menekankan kepada kegiatan penanganan pesan yang
terkandung dalam suatu “ batas organisasional (organization boundary)”. Dengan kata
lain, definisis interpretative komuniaksi organiasi adalah proses penciptaan makna atas
interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Jadi, persprektif
interpretative menekankan peranan “orang-orang” dan “proses” dalam menciptakan
makna. Makna tersebut tidak hanya pada orang, namun juga dalam “transsaksi” itu
sendiri. Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran,
dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung
dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai
organisasi. (R. Wayne Pace Don F . Faules, 1998)
Komunikasi merupakan unsure pengikat berbagai bagian yang saling bergantung
dari system itu. Tanpa komunikasi tidak akan aktivitas yang terorganisir. Komunikasi
memungkinkan struktur organisasi berkembang dengan memberikan alat-alat kepada
individu-individu yang terpisah untuk koordinir aktivitas mereka sehingga tercapai
sasran bersama. (M.T. Myaers dan G.E. Myers, 1978). Misalnya, ketika pimpinan dan
bawahan tidak ada komunikasi maka suatu organisasi atau perusahaan akan menjadi
statis tidak ada aktifitas dan tidak ada kemajuan. Memang, komunikasi bukanlah
sebagai panasea (sebagai obat mujarab) yang mamapu mengobati segala macam
penyakit, tetapi paling tidak dengan adanya komunikasi yang harmonis maka unsure-
unsur yang ada dalam organiasi tercipra saling pengertian dan saling memehami di
antara mereka. Pada saat itulah prasangka, beda pengertian, beda pendapat dan
konflik bisa dihindari atau bisa diminimalisir kekecil mungkin.
Komunikasi dalam organisasi tidak akan terlepas dari bentuk komunikasi internal
dan komunikasi eksternal. Betapa pentingnya komunikasi internal dalam membina
hubungan antar-individu di dalam organisasi di mana masing-masing anggota memiliki
berbagai kepentingan tetapi memiliki tujuan untuk kepentingan bersama. Demikian pula
dengan komunikasi eksternal dalam membina hubungan dengan pihak khalayak di luar
organisasi
Ada tiga karakteriktik komunikasi organisasi :
1. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang
dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.
2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.
3. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya
dan keterampilannya.
Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna
di antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke
orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari
sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami (Robbins, 2002 : 310).
Fungsi komunikasi adalah :
1. Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku anggota dalam
beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan
formal yang harus dipatuhi oleh karyawan.
2. Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan
kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana mereka bekerja
baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu di bawah
standar.
3. Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka
merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di
dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-
anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu
komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan
kebutuhan sosial.
4. Informasi : komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan
kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengena
dan menilai pilihan-pilihan alternatif (Robbins, 2002 : 310-311).
Pada dasarnya proses dasar komunikasi organisasi meliputi di dalamnya
komunikasi antar pribadi maupun komunikasi kelompok. Dalam penyelengaraan
organisasi komunikasi sangat diperlukan sebab dengan komunikasi akan muncul hal-
hal positif seperti, timbulnya kemahiran dalam bekerja, timbulnya semangat dalam
bekerja dan timbulnya kerja sama. Dengan adanya hal-hal positif di atas, maka dalam
sebuah organisasi, komunikasi harus terselenggara dengan baik dan efektif.
Komunikasi dapat dikatakan berjalan baik dan efektif apabila setiap anggota
memperoleh keterangan-keterangan yang jelas dalam melaksanakan pekerjaannya.
2.2.2 Komunikasi Internal dan Eksternal di Organisasi
Menurut Lawrence D. Brennan seperti yang dikutip oleh Effendy, mendefinisikan
komunikasi internal sebagai, “Petukaran gagasan diantara para administrator dan
karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya
yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam
perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan
management)”.
Komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara para administrator dan
karyawan mereka dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan
strukturnya yang khas dan pertukaran secara horizontal dan vertical dalam suatu
perusahaan yang menyebakan pekerjaan berlangsung. Betapa pentingnya komunikasi
internal dalam membina hubungan antar-individu di dalam organisasi di mana masing-
masing anggota memiliki berbagai kepentingan tetapi memiliki tujuan untuk kepentingan
bersama. Dengan semakin menggelembungnya sumberdaya manusia pada suatu
organisasi, sedangkan jabatan struktur sangat terbatas, maka sebaiknya diperbanyak
jabatan fungsional, sehingga iklim kerja dapat berjalan dengan baik, tanpa
menimbulkan gejolak atau konflik karena tidak tersedianya jabatan.
Komunikasi vertical merupakan pertukaran gagasan diantara para administrator
dan karyawan dalam suatu perusahaan, lengkap dengan struktur yang khas.
komunikasi yang terjadi dalam bentuk komunikasi dari atasan kepada bawahan,
misalnya perintah, teguran, pujian, petunjuk dan sebagainya.
Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi ke bawah dan ke atas.
1. Ke bawah : Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam suatu kelompok atau
organisasi ke suatu tingkat yang lebih bawah. Kegunaan dari pada komunikasi ini
memberikan penetapan tujuan, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan
kebijakan dan prosedur pada bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan
perhatian dan mengemukakan umpan balik terhadap kinerja.
2. Ke atas : komunikasi yang mengalir ke suatu tingkat yang lebih tinggi dalam
kelompok atau organisasi digunakan untuk memberikan umpan balik kepada atasan,
menginformasikan mereka mengenai kemajuan ke arah tujuan dan meneruskan
masalah-masalah yang ada. Sedangkan dimensi lateral, komunikasi yang terjadi di
antara kelompok kerja yang sama, diantara anggota kelompok-kelompok kerja pada
tingkat yang sama, diantara manajer-manajer pada tingkat yang sama (Robbins, 2002).
Komunikasi dari atas ke bawah yang artinya adalah informasi berlangsung
secara formal dari seseorang yang memiliki wewenang atau kedudukan lebih tinggi
kepada orang yang kedudukannya lebih rendah. Komunikasi yang dilaksanakan
dariatasan kebawahan , dalam arti komunikasi ke bawah mengalir daritingkatan
manajemen puncak ke manajemen menengah kemudian kemanajemen lebih rendah
dan akhirnya sampai pada karyawan operasional. Komunikasi yang berlangsung ketika
orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya.
Fungsi komunikasi dari atas kebawah adalah untuk :
1. Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk
dilaksanakan (job retionnale)
3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures
and practices)
4. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
5. Instruks konteks komunikasi dari atasan kepada bawahan .Instruksi inidapat
dilaksanakan baik secara lisan atau tertulis. Perintah atau instruksi kerja dapat
berupa pemberian pengajaran sesuatu yang baru atau menyebarluaskan pada
para karyawan bagaimana melakukan suatu tugas khusus.
6. Briefing (pengarahan) Briefing adalah memberikan penjelasan – penjelasan
secara singkatatau pertemuan untuk memberikan penerangan secara
ringkas. Biasanya briefing digunakan oleh para manajer atau pimpinan
yang mengundang par karyawan atau tokoh – tokoh karyawan untuk menerima
penjelasan – penjelasan tertentu.
Pada prinsipnya pengarahan yang dilakukan adalah pengarahan yang ada
kaitannya demgan pelaksanaan tugas sesuai dengan tujuan organisasi. Pemberian
informasi tentang kebijakan–kebijakan perusahaan. Pemberian Informasi yang
berorientasi pada informasi yang dimilikioleh perusahaan, misalnya : tentang aturan –
aturan organisasi, aplikasi organisasi, prosedur , sejarah organisasi , dan hal – hal lain
yang berkaitan dengan penyebarluasan informasi mengenai kebijakan perusahaan
yang perlu diketahui publiknya. Melakukan penilaian. Penilaian dilakukan atas dasar
evaluasi atau penilaian supervisor terhadap pelaksanaan kerja karyawan.Pada tahap
selanjutnya, penilaian ini harus dapat di ekspresikan pada seluruh karyawan, sehingga
karyawan pun dapat mengetahui kondisi dirrinya di mata pimpinan. Penanaman
ideology. Penanaman ideology pimpinan perusahaan terhadap bawahannya
merupakan penanaman ideologi yang sesuai dan telah disepakati pihak perusahaan.
Hal ini sebagai upaya pimpinan untuk men apaikan dan menanamkan dalam diri
karyawan, sehingga akan menumbuhkan Peningkatan semangat kerja, pengabdian,
rasa memiliki atau dukungan terhadap organisasi. Pemberian dapat dilakukan pada
peristiwa-peristiwa penting, misalnya: dalam rangka ulang tahun perusahaan atau hari-
hari lainnya Dalam hal ini, pimpinan perusahaan dapat memberikan penghargaan bagi
karyawan yang berprestasi. Melakukan teguran, Untuk keberhasilan suatu organisasi,
seorang pemimpin berhak dan harus mampu memberikan teguran–teguran pada
tingkatan jabatan yang lebih rendah/atau bawahan yang lalai dalam menjalankan
tugas/instruksi, baik secara lisan atau tertulis. Pemberian insentif dan tunjangan. Pada
waktu–waktu tertentu dan dirasa tepat, pimpinan dapat memberikan insentif bagi
karyawan yang telah dapat mencapai target tertentu yang dirasa dapat menguntungkan
pihak perusahaan. Pimpinan perlu mempertimbangkan untuk pemberian insentif bagi
karyawan tertentu. Pemberian insentif atau tunjangan dapat memberikan isyarat
adanya perhatian, kepedulian dan kesadaran seorang atasan akanpentingnya peran
bawahan bagi perusahaan atua organisasi
Terdapat lima jenis informasi (kahn dan Katz) (1996) dalam Pace) :
1. How to job
Jenis informasi yang menyangkut tentang apa yang diharapkan karyawan dalam
bekerja dan bagaimana mereka melkukan semua itu
2. Rationale for doing jobs
Jenis informasi ini dirancang untuk karyawan agar mereka mengetahui
bagaimana mereka bekerja
3. Organizational pilices and practices
Melengkapi informasi tentang tugas atau pekerjaan yang spesifik dan bagaimana
mempersiapkan mereka masuk ke organisasi secara total
4. Mission of the organization
Kesetiaan terhadap organisasi, produksinya, pelayanan dan kontribusi kepada
masyarakat adalah suatu unsur penting dalam kekuatan organisasional
5. Metode memberikan informasi ke bawah
Metode dimana informasi dikomunikasikan ke bawah, di kelompokkan ke dalam
empat macam, yaitu ; lisan, tulisan, majalah bergambar dan komninasi.
Upward Comunication yaitu, informasi yang berlangsung dari seseorang yang
memiliki kedudukan rending kepada yang lebih tinggi. dimulai dari hirarki wewenang
yang lebih rendah ke hirarki wewenang yang lebih tinggi, biasanya mengalir sepanjang
rantai komando. Dengan demikian ketika pimpinian atau manajemen organisasi
meminta informasi dari bawahan atau pada saat pimpinan mendapatkan feedback dari
bawahan berkaitan segala hal yang berkaitan dengan organisasinya, atau jika para
karyawan menyatakan sesuatu pada atasannya mengenai permasalahan mereka yang
berkaitan dengan tugas dan metode-metode yang harus dilakukan, serta menyatakan
persepsi mereka tentang organisasi, maka semua itu merupakan komunikasi yang
mengalir dari pihak bawahan kepada atasan yang disebut sebagai upward
communicatrion. Komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim
pesan kepada atasannya.
Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah :
1. Penyampaian informasi tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan
2. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas
yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
3. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
4. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
Fungsi dan arguentasi dalam komunikasi organisai adalah :
1. Arus informasi ke atas memasok informasi berharga bagi pengambilan
keputusan pemegang organisasi dan kegiatan atau supervise lainnya.
2. Komunikasi ke atas membuat supervisor tahu ketika bawahan menyampaikan
informasi
3. Mendorong omelan dan keluhan ke permukaan
4. Memperkuat penghargaan dan kesetiaan terhadap organisasi
5. Membolehkan supervisor untuk menetapkan apakah bawahan memperoleh
pengertian yang dimaksudkan dari arus informasi ke bawah
6. Membantu karyawan menanggulangi masalah pekerjaan mereka.
Komunikasi horisontal adalah berbagai informasi diantara rekan sejawat dalam
satu unit pekerjaan yang sama atau komunikasi yang terjadi di dalam ruang lingkup
organisasi/ kantor diantara orang-orang yang mempunyai kedudukan sejajar, atau
komunikasi secara mendatar, misalnya komunikasi antara karyawan dengan karyawan
dan komunikasi ini sering kali berlangsung tidak formal yang berlainan dengan
komunikasi vertikal yang terjadi secara formal. Komunikasi yang berlangsung di antara
para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah :
1. Memperbaiki koordinasi tugas
2. Upaya pemecahan masalah
3. Saling berbagi informasi
4. Upaya pemecahan konflik
5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama
6. Menjamin kesamaan pengertian
7. Mendamaikan, negosiasi dan menyatukan perbedaan
8. Mengembangkan dukungan interpersonal
Metode komunikasi horisontal dalam suatu organisasi adalah
1. Pertemuan kepanitiaan
2. Interaksi informal sewaktu istirahat
3. Percakapan telepon
4. Memo dan catatan
5. Aktifirtas social
6. Lingkaran kualitas
Komunikasi diagonal atau komunikasi silang (cross communication) adalah
komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain. Komunikasi ini
merupakan komunikasi yang memotong jalur vertikal dan horizontal. Sebagai contoh,
anggota staf junior dapat langsung pergi ke atasannya, dan telepon, email atau
mengunjungi tekhnikal senior di area lain untuk mendapatkan informasi. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa dalam organisasi yang memiliki low performing,
komunikasi diagonal digunakan oleh staf untuk mencari informasi dalam permintaan
pantas keberadaan prosedur kerja, ketika dalam orgainisasi high performing ,
komunikasi diagonal digunakan staf unutk menyelesaikan masalah kerja yang sulit dan
kompleks. Ketika komunikasi diagonal menjadi tanda fleksibilitas- sebagai contoh,
dalam organisasi organik- ini jelas sekai dapat menyebabkan masalah bahkan lebih
ekstrimnya lagi menyebabkan kerusuhan (chaos). Komunikasi yang terjadi di dalam
ruang lingkup organisasi atau kantor diantara orang - orang yang mempunyai
kedudukan tidak sama pada posisi tidak sejalur vertikal.
Aplikasi tiga prinsip akan memperkuat peranan komunikasi staf khusus, yaitu :
1. Staf khusus harus dilatih dalam keahlian komunikasi
2. Membutuhkan pengenalan penting dari penanan komunikasi mereka
3. Manajemen harus mengakui peranan staf khusus dan membuat lebih baik untuk
mempergunakannya dalam komunikasi organisasi.
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang
yang dapat langsung diketahuinya balikannya. (Mohammad, 2005). Menurut Devito
komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan orang lain atau sekelompok kecil
orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan
balik segera (Effendy, 2003). Atau disebut komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Misalnya, komunikasi yang berlangsung
secara dialogis saling menatap, sehingga terjadi kontak pribadi. Sedangkan komunikasi
interpersonal bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat/media.
Klasifikasi Komunikasi Interpersonal “ Redding yang dikutip Muhammad (2004),
mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim,
percakpan social, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.
1. Interaksi intim termasuk komunikasi di antar teman baik, anggota family, dan
orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.
2. Percakapan social adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara
sederhana.Misalnya, dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang
perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain
sebagainya.
3. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam
kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain, misalnya
seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka
atasannya menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.
4. Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua
orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab, misanya, atasan
yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu
pekerjaannnya.
Tujuan komunikasi interpersonal, menurut (Mohammad, 2004) :
1. Menemukan diri sendiri
2. Menemukan dunia luar
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
4. Berubah sikap dan tingkah laku
5. Untuk bermain dan kesenangan
6. Untuk membantu
Efektivitas komunikasi interpersonal dimulain dengan lima kualitas umum yang
dipertimbangkannya (Devito,1997), yaitu ;
1. Keterbukaan (Openness)
2. Empati (empathy)
3. Sikap mendukung (supportiveness)
4. Sikap positif (positiveness)
5. Kesetaraan (equality)
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa
orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan
sebagainya (Anwar Arifin, 1984), Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secra tatap muka antara tiga
orang atau lebuh, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi
kelompok diatas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan
memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan
khalayak di luar organisasi. Pada instansi-instansi pemerintah seperti departemen,
direktorat, jawatan dan pada perusahaan-perusahaan besar, disebabkan oleh luasnya
ruang lingkup, komunikasi lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat
daripada oleh pimpinan sendiri. Pimpinan sendiri hanyalah terbatas pada hal-hal yang
sangat dianggap penting, yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain, umpamanya
perundingan yang menyangkut kebijakkan organisasi. Dimana dilakukan oleh kepala
humas dalam kegiatan komunikasi eksternal yang merupakan tangan kanan pimpinan.
Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara timbal balik, yakni komunikasi
dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada organisasi.
1. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang
dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidak-
tidaknya ada hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha memecahkan
suatu masalah yang terjadi tanpa diduga. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti ; majalah, press release, artikel SK, pidato
radio, pidato televisi, film documenter, selebaran, dan konferensi press.
2. Komunikasi dari khalayak ke organisasi
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari
kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Jika informasi yang disebarkan
kepada khalayak itu menimbulkan efek yang sifatnya kontroversial, maka ini disebut
opini publik.
Ada beberapa syarat-syarat komunikasi efektif dan bisa diterima oleh karyawan sebagai
berikut :
1. Pesan dapat dimengerti
2. Pada saat keputusan diambil, karyawan percaya bahwa komunikasi yang
dilancarkan cocok dengan tujuan organisasi
3. Komunikasi cocok dengan kepentingan pribadi karyawan
4. Secara mental dan fisik, karyawan mampu melaksanakannya
Phillip Tomkins dan Goerge Cheney mengajukan gagasan segar dan bermanfaat
terhadap komunikasi organisasi melalui teori mereka mengenai pengawasan atau
kontrol organisasi yang berada dalam tradisi sosialkultural. Teori-teori mengenai
komunikasi organisasi dalam tradisi sosialkukltural tidak terlalu memberikan perhatian
pada jaringan hubungan antara individu anggota organisasi, tetapi lebih terfokus pada
makna bersama dan interpretasi yang dibangun atau di konstruksikan dalam jaringan,
serta implikasi dari makna bersama dan interpretasi tersebut bagi kehidupan organisasi
Komunikasi mampu menghasilkan pengawasan atau kontrol terhadap karyawan.
Menurut mereka, organisai menggunakan kontrol terhadap anggotanya melalui empat
cara, yang terdiri atas pengawasan sederhana, teknis, birokratis, dan konsertif.
1. Pengawasan Sederhana
Cara pertama disebut dengan pengawasan sederhana (simple control), yaitu
pengawasan yang menggunakan kekuasaan secara langsung dan terbuka.
2. Pengawasan teknis
Pengawasan teknis (technical control), yaitu pengawasan yang menggunakan
peralatan teknologi. Misalnya, jika perusahaan memberikan fasilitas telepon
genggam (HP) kepada karyawan dan mereka diminta untuk menggunakan HP
untuk kepentingan pekerjaan maka para karyawan itu sebenarnya sudah
dikontrol atau diawasi secara teknis. Dengan kata lain, media bersedia untuk
dihubungi (dikontrol) dimana saja dan kapan saja.
3. Pengawasan Birokratis
Pengawasan birokratis (bureaucratic control), yaitu pengawasan melalui
penggunaan berbagai produser dan aturan-aturan formal, sebagaimana yang
dikemukakan Weber. Contoh pengawasan birokratis dapat dilihat pada berbagai
peraturan perusahaan yang harus dipatuhi karyawan. Selain itu, memo, laporan,
keputusan rapat, dan tinjauan kinerja juga merupakan bentuk-bentuk peraturan
yang harus dipatuhi
4. Pengawasan Konsertif
Menurut Cheney dan Tomkin, cara keempat merupakan metode pengawasan
yang paling menarik yang disebut dengan pengawasan konsertif (concertive
control), yaitu pengawasan yang menggunakan hubungan interpersonal dan
kerja sama di antara anggota organisasi atau karyawan sebagai alat untuk
melakukan kontrol. Pengawasan konsertif merupakan bentuk kontrol yang paling
sulit untuk dilihat karena sangat mengandalkan pada realities dan nilai yang
dimiliki bersama.
Berbicara mengenai komunikasi dan managemen, maka komukasi akan tercermin danmerupakan
fondasi dalam setiap unsure dalam proses managaemen, yaitu:
1.Planning, yaitu memikirkan sebelumnya apa yang akan kita kerjakan dengan
sumberdaya
yang ada pada organisasi.
2.Organizing, yaitu rencana (maksud) untuk menentukan kegiatan yang lebih khusus
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran.
3.Directing merupakan aspek tugas managemen yang lebih operasional yang melengkapi
kekurangan dalam suatu perencanaan atau pengorganisasi.
4.Controlling yaitu unsure-unsur penting dalam pengawasan sebagai sebuah proses
termasuk pengukuran, perbandingan, pengambilan keputusan dan umpan balik atau
tindakan kolektif.
Empat Proses dalam Komunikasi Managemen (Yenny, 2004)
1. Asking, yaitu bertanya atau meminta informasi yang tidak kita miliki dari orang lain.
2.Telling sebelum kita understanding, kita harus terlebih dahulu memberitahukan atau
mengirim pesan dalam bentuk telling
.3. Listening,yaitu kita harus mengerti apa yang disampaikan orang lain.
4.Understanding, untuk dapat memahami, maka kita perlu menyelami diri individu danmotivasi
Kepemimpinan dan organisasi merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan anatar satu dengan yang lainnya, ibarat mata uang yang memiliki dua sisi.
Artinya, kepemimpinan tanpa organisasi maka aktualisasi diri tidak bisa terekspresikan
secara maksimal. Bahkan kemampuan manajerial individu dalam menggerakkan orang-
orang untuk melakukan aktivitas kelompok tidaklah Nampak. Sebaliknya, organisasi
tanpa ada kepemimpinan maka kegiatan kelompok tidak terarah dan pencapaian tujuan
tidak menjadi lebih mudah dan efektif.
Untuk menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia
membutuhkannya, sampai ada pendapat yang keras (ekstrim) mengatakan bahwa
dunia atau umat manusia di dunia inin pada hakekatnya hanya ditentukan oleh
beberapa orang saja, yakni yang berstatus sebagai pimpinan. Demikian juga dalam
sebuah organisasi atau perusahaan, kepemimpinan sangat dibutuhkan untuk
memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, hubungan anatara
tujuan perseorangan atau tujuan organisasi mengkin menjadi renggang.
Oleh karena itu, kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi ingin
sukses. Terlebih lagi pekerja-pekerja yang baik selalu ingin tahu bagaimana mereka
dapat menyumbang dalam pencapaian tujuan organisasi, dan paling tidak, gaerah para
pekerja memerlukan kepemimpinan sebagai dasar motivasi eksternal untuk menjaga
tujuan-tujuan mereka tetap harmonis dengan tujuan organisasi.
Pimpinan sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi organisasi (perusahaan,
kesatuan, jawatan, dan lain-lain) pemimpin harus selalu berkomunikasi dengan semua
pihak, baik melalui hubungan formal maupun informal. Menurut Kartono (2003)
pemimpin adalah :
“Seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan
kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk
barsama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau
beberapa tujuan” (Kartono, 2003).
Sedangkan fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing,
membangun, memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan
organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan
supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran
yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Pemimpin
bertindak dengan cara mempelancar produktivitas, moral tinggi, respon yang energik,
kecakapan kerja yang berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan,
kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi.
Selain itu suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar ditentukan
oleh kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak, secara
vertikal maupun secara horisontal. Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya komunikasi
dan gaya kerja atau cara bekerja sama dengan orang lain yang konsisten. Melalui apa
yang dikatakannya (bahasa) dan apa yang diperbuatnya (tindakan), seseorang
membantu orang-orang lainnya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Seorang pemimpin mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial skill)
maupun keterampilan tekhnis (technical skill). Semakin rendah kedudukan seorang
tekhnis pemimpin dalam organisasi maka keterampilan lebih menonjol dibandingkan
dengan keterampilan manajemen. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang bersifat
operasional. Bertambah tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka
semakin menonjol keterampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah
aktivitas bersifat konsepsional.
Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam
organisasi maka semakin dituntut dari pada kemampuan berfikir secara konsepsional
strategis dan makro. Di samping itu perlu dikemukakan bahwa semakin tinggi
kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia semakin genoralist, sedang semakin
rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
2.2.3 Teori Eksistensi
Berdasarkan kamus psikologi Chaplin, Psikologi eksistensial adalah aliran
psikologi dimana pokok persoalan psikologi adalah isi-isi kesadaran, yang harus
diselidiki lewat metode introspeksi(mawas diri). Istilah eksistensi berasal dari akar kata
ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Dengan istilah in
hendak dikatakan oleh para eksistensialis bahwa eksistensi manusia seharusnya
dipahami bukan sebagai kumpulan substansi-substansi, mekanisme-mekanisme, atau
pola-pola statis, melainkan sebagai “gerak” atau “menjadi”, sebagai sesuatu yang
“mengada”.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang bersaha memahami kondisi manusia
sebgaimana memanifestasikan dirinya di dalam situasi-situasi kongkret. Kondisi
manusia yang dimaksud bukanlah hanya berupa ciri-ciri fisiknya (misalnya tubuh dan
tempat tinggalnya), tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat itu (misalnya
perasaan senangnya, kecemasannya, kegelapannya, dan lainnya). Manusia
eksistensial lebih sekedar manusia alam (suatu organisme/alam, objek) seperti
pandangan behaviorisme, akan tetapi manusia sebagai “subjek” serta manusia
dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, yakni sebagai kesatuan individu
dan dunianya. Manusia (individu) tidak mempunyai eksistensi yang dipisahkan dari
dunianya dan dunia tidak mungkin ada tanpa ada individu yang memaknakannya.
Individu dan dunia saling menciptakan atau mengkonstitusikan (co-constitute).
Dikatakan saling menciptakan (co-constitutionality), karena musia dengan dunianya
memang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Tidak ada dunia tanpa ada
individu, dan tidak ada individu tanpa ada dunia. Individu selalu kontekstual, oleh
karena sebab itu tidak mungkin bisa memahami manusia tanpa memahami dunia
tempat eksistensi manusia, melalui dunianyalah maka makna eksistensi tampak bagi
dirinya dan orang lain. Sebaliknya individu memberi makna pada dunianya, tanpa diberi
makna oleh individu maka dunia tidak ada sebagai dunia. (Zainal A., 2002).
Sebagaimana tercermin dalam tulisan Binswanger dan Boss, psikologi
eksistensial bertentangan dengan pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-
ilmu pengetahuan alam dalam psikologi. Tidak ada hubungan sebab akibat dalam
eksistensial manusia, hanya ada rangkaian urutan tingkah laku tetapi tidak bisa
menurunkan kausalitas dari rangkaian tersebut. Sesuatu yang terjadi pada seorang
anak-anak bukan penyebab dari tingkah lakunya kemudian sebagai seorang dewasa.
Peristiwa yang terjadi mungkin memiliki makna eksistensi yang sama akan tetapi tidak
berarti peristiwa A menyebabkan peristiwa B. Psikologi eksistensial mengganti konsep
kausalitas dengan konsep motivasi.
Untuk menjelaskan perbedaan antara sebab dan motif, Boss mencontohkan
dengan jendela yang tertutup oleh angin dan manusia. Angin menyebabkan jendela
tertutup, tetapi manusia termotif untuk menutup jendela karena ia tahu bahwa jika
jendela terbuka maka air hujan akan masuk. Karena prinsip kausalitas kurang relevan
dengan tingkah laku manusia dan sebaliknya motivasi dan pemahaman merupakan
prinsip-prinsip operatif dalam analisis eksistensial tingkah laku. (Hall, Calvin S. &
Lindzey, Gardner, 1993)
Konsep eksistensial perkembangan yang paling penting adalah konsep tentang
menjadi. Eksistensi tidak pernah statis, tetapi selalu berada dalam proses menjadi
sesuatu yang baru, mengatasi diri sendiri. Tujuannya adalah untuk menjadi manusia
sepenuhnya, yakni memenuhi semua kemungkinan Dasein.
Menjadi orang dan menjadi dunia selalu berhubungan, keduanya merupakan
mitra menjadi (co-becoming, Strauss). Orang menyingkap kemungkinan-kemungkinan
dari eksistensinya melalui dunia, dan sebaliknya dunia tersingkap oleh orang yang ada
di dalamnya. Manakala bila yang satu tumbuh dan berkembang maka yang juga harus
tumbuh dan berkembang begitu pula sebaliknya apabila yang satu terhambat maka
yang juga terhambat. Bahwa kehidupan berakhir dengan kematian sudah merupakan
fakta yang diketahui oleh setiap orang.
Inti terapi eksistensial adalah hubungan antara terapi dengan kliennya.
Hubungan ini disebut pertemuan. Pertemuan adalah kehadiran asal satu Dasein
kehadapan Dasein yang lain, yakni sebuah “ketersingkapan” satu Dasein terhadap
yang lainnya. Berbeda dengan terapi-terapi formal, seperti terapi gaya Freud, atau
terapi-terapi yang “teknis”, seperti terapi gaya behavioris, para terapis eksistensial
sepertinya ingin terlibat intim dengan Anda. Saling beri dan saling terima adalah bagian
paling alami dari pertemuan, bukan untuk saling menghakimi dan memojokkan.
(Boeree, C.George, 2004)
Para analasis eksistensial menyadari kompleksitas manusia yang mereka hadapi
di ruang-ruang praktek mereka. Mereka menyadari bahwa manusia bukan hanya
merupakan makhluk biologis atau fisik, melainkan juga sebagai makhluk yang unik dan
mempunyai kesadaran. Dengan perkataan lain, manusia tidak lain adalah tubuh
(organisme) yang berkesadaran. Oleh sebab itu, mereka beranggapan bahwa
pendekatan analisis eksistensial tentunya diperlukan, karena menwarkan kejernihan
analisis atas pasien-pasien mereka. Gejala manusia dan pengalaman-pengalamannya
tentu saja tidak bisa dikuantitafikasikan dan digeneralisasi begitu saja. Perlu
pengungkapan yang lebih spesifik. Analisis eksistensial dianggap mampu melakukan
tugas itu.
Dalam analisis eksistensial yang dilakukan Binswanger sebagai metode baru
yang berbeda dari metode-metode yang ada sebelumnya, terlihat dalam kasus yang
ditanganinya yaitu kasus “Ellen West” yang merupakan salah seorang pasiennnya.
Binswanger mengadakan analisis fenomenologis mengenai tingkah lakunya dan
menggunakan penemuan-penemuan tersebut untuk merumuskan eksistensi atau cara-
cara ada-di-dunia pasien tersebut. Ia menyelidiki arsip-arsip di Sanotarium dan memilih
kasus seorang gadis muda, yang pernah berusaha untuk melakukan bunuh diri. Kasus
ini menarik karena selain buku harian, catatan-catatan pribadi dan puisi-puisinya yang
penuh pesona, juga karena sebelum dirawat di sanotarium, ia telah dirawat lebih dari
dua periode oleh para psikoanalis dan selama di sanitarium ia telah menerima
perawatan dari Bleuler dan Kraepelin. Dalam analisis eksistensial (yang tekanannya
lebih pada terapi), Binswanger pertama-tama menganalisis asumsi-asumsi yang
mendasari hakekat manusia kemudian ia berhasil sampai pada pemahaman mengenai
struktur tempat diletakkannya segenap system terapeutik. (Zainal A., 2002)
Medard Boss menggunakan analisis mimpi dalam terapinya terhadap seorang
pasien yang menderita obsesional-complusive. Pasien ini menderita kompulsi-kompulsi
untuk mencuci tangan dan membersihkan, ia sering bermimpi tentang menara-menara
gereja. Pasien ini sebelumnya telah menjalani analisa Freudian dan
menginterpretasikan isi mimpi tersebut sebagai simbol-simbol phalik serta menjalani
analisa Jungian yang menghubungkannya dengan simbol-simbol arketif religius. Dalam
dengan Boss sang pasien menceritakan tentang mimpi-mimpinya yang datang
berulang-ulang seperti ia mendekati sebuah pintu kamar mandi yang selalu terkunci.
Boss menunjukkan dalam pembahasannya tenang kasus itu bahwa pasien merasa
bersalah, karena telah mengunci beberapa potensi yang sangat penting dalam dirinya.
Ia mengunci baik kemungkinan-kemungkinan pengalaman badaniahnya maupun
spiritualnya atau aspek “dorongannya” dan aspek “tuhannya”, semua itu dilakukannya
untk melarikan diri dari semua masalah yang dihadapinya. Menurutnya pasien merasa
bersalah bukan semata-mata bahwa ia mempunyai rasa bersalah. Pasien tidak
menerima dan tidak memasukkan kedua aspek tersebut ke dalam eksistesinya, maka ia
merasa bersalah dan berhutang pada dirinya. Pemahaman mengenai rasa bersalah
tidak ada hubungannya dengan sikap menilai (“judgmental attitude”), yang perlu
dilakukan hanyalah memperhatikan kehidupan dan pengalaman pasien secara
sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat. (Zainal A., 2002).
2.2.4. Teori Media dan Teori Media Masyarakat
Beberapa asumsi dasar yang melatarbelakangi kerangga teori tersebut adalah
sebagai berikut. Pertama, industri media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan
distribusi pengetahuan dalam pengertian secara symbol yang mengandung acuan
bermakna tentang pengalaman tentang kehidupan social. Pengetahuan tersebut kita
mamapu memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk persepsi kita terhadap
pengelama itu dan memperkaya khasanah pengetahuan masa lalu, serta menjamin
kelangusngan perkembangan pengetahuan kita. Secara umum, dalam beberapa segi
media massa berbeda dengan instusi pengetahuan lainnya (misalnya agama,
pendidikan dan lain-lainnya).
1. Media massa mempunyai fungsi pengantar (pembawa) bagi segenap macam
pengetahuan.Jadi, media massa juga memainkan peran instusi lainnya.
2. Media massa menyelenggarakan kegiatan dalam lingkup public, pada dasarnya
media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas,
sukarela, umum dan murah.
3. Pada dasarnya hubungan antara pengirim dan penerima seimbang dan sama
4. Media terjangkau lebih banyak orang daripadainstusi lainnya dan sudah sejak
dahulu “mengambil alih” peran sekolah, orang tua, agama dan lain-lainnya.
Menurut asumsi diatas lingkungan simbolik di sekitar (informasi, gagasan
kepercayaan, dan lain-lainnya) seringkali kita ketahui melalui media massa, dan media
massa pula mengaitkan seemua unsur lingkungan simbolik yang berbeda. Lingkungan
simbolik itu semakin kita memiliki bersama jika kita semakin berorientasi pada sumber
media yang sama. Meskipun setiap individu atau kelompok memiliki dunia persepsi dan
pengalaman yang unik, namun mereka memerlukan kadar persepsi yang sama
terhadap realitas tertentu sebagai prasyarat kehidupan social yang baik. Sehubungan
dengan itu, sumbangan media massa dalam menciptakan persepsi demikian mungkin
lebih besat daripada instusi lainnya.
Asumsi dasar kedua media massa memiliki peran meditasi
(penengah/penghubung) anatar realitas sosial yang objektif dengan pengalaman
pribadi. Media massa berperan sebagai penengah dan penghubung dalam pengertian
bahwa media massa seringkali berada diantara kita, media massa seringkali berada
diantara kita dengan instusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita, media
massa dapat menyediakan saluran penghubung bagi pelbagai instusi yang berbeda,
media juga meyalurkan puhak lain untuk menghubungi kita, dan menyalurkan kita
untuk menghubungi pihaklain, media massa sering menyediakan bahan bagi kita untuk
membentuk persepsi kita terhadap kelompok dan organisasi lain, serta peristiwa
tertentu. Melalui pengalaman langsung kita hanya mampu memperoleh sedikit
pengetahuan.
Media juga menerima sejumlah tanggung jawab untuk ikut aktif melibatkan diri
dalam interaksi social dan kadang kala menunjukkan aray atau memimpin, serta
berperan serta dalam menciptakan hubungan dan intrgrasi. Konsep media sebagai
penyaring telah diakui masyarakat, karena media sering kali melakukan seleksi dan
penafsiran terhadap suatu masalah yang dianggap membingungkan. (Mcquail, 2006)
2.4. Kerangka Konseptual
2.4.1. Informasi Organisasi
Informasi organisasi memiliki kedudukan penting dalam ilmu komunikasi karena
menggunakan komunikasi sebagai dasar atau basis bagaimana mengatur atu
mengorganisasikan manusia dan memberikan pemikiran rasional dalam memahami
bagaiman manusia berorganisasi. Organisasi bukanlah struktur yang terdiri atas
sejumlah posisi dan peran, tetapi merupakan kegiatan komuniksi sehingga sebutan
yang lebih tepat sebenarnya adalah organizing atau mengorganisasi (yang
menunjukkan proses) daripada organization atau organisasi, karena organisasi adalah
sesuatu yang ungin dicapai melalui proses komunikasi yang berkelanjutan.
Karl Weick mengembangkan suatau pendekana untuk menjelaskan organisasi
dalam mengumpulkan, mengelola dan mengggunakan informasi yang di terimanya.
Weick melihat organisasi sebagau suatu system yang menerima berbagai informasi
yang membingungkan dan multitafsir dan lingkungannya dan berusaha untuk
memahaminya. Denga demikian, menurut teori ini, organisasi dalam perkembangannya
akan mengalami evolusi seiring dengan upaya organisasi untuk memahami diri sendiri
dan lingkungannya.
Beberapa ahli teori komunikasi organisasi menggambarkan organisasi sebagai
suatu system yang hidup (living sytem) yang melakukan proses kegiatan untuk
mempertahankan keberadaannya dan menjalankan fungsinya. Suatu organisasi harus
memiliki suatau prosedur untuk mengelola seluruh informasi yang ingin diterima atau
dikirimkan untuk mencapai tujuan. Organisasi adalah system karena terdiri atas orang-
orang atau kelompok yang saling berhubungan< mereka saling bergantung satu sama
lain untuk mencapai tujuan mereka.
Fokus dari teori informasi organisai adalah komunikasi informasi, hal yang
sangat pentingdalam menentukan keberhasilan suatau organisasi. Sangatlah jarang
satau orang atau satu bagian pada perusahaan memiliki seluruh informasi yang
diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugasnya. Informasi yang dibutuhkan berasal
dari berbagai sumber. Namun demikian, tugas mengelola atau memperoses informasi
tidaklah sekedar bagaimana memperoleh informasi yang diterima itu di dalam
organisasi.
Teori informasi organisasi menjelaskan bagaimana organisasi memahami
informasi yang membingungkan dan multi-tafsir. Teori ini memfokuskan perhatiannya
pada proses mengorganisasi anggota suatu organisasi untuk mengelola informasi
daripada struktur organisasi.
Dalam pembahasan mengenai komunikasi organisasi, Dennis K. Mumy
mengawali dengan menjelaskan mengenai makna, ia menyatakan “salah satu prinsip
penting pendekatan studi kritis adalah bahwa organisasi tidak saja dipandang tempat
pembentukan makna yang netral, tetapi juga tempat untuk menghasilkan dn
mengahsilkan kembali makna dalam konteks pertarungan antara kelompok-kelompok
kepentingan yang bersaing dan pertarungan dari berbagai system representasi.
Koamunikasi menuinjukkan perubahan dari pendekatan yang berupaya untuk semata-
mata menjelaskan mengenai dunia organisasi kepada pendekatan yang menyoroti
cara-cara dunia organisasi menciptakan pola-pola dominasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma postpositivist.
Postpisitivisit adalah sebuah paradigm yang memandang bahwa pembuktian kausalitas
dengan tingkat kepastian yang mutlak dalam menjelaskan fenomena soasial adalah
tidak mungkin, bahwa pengetahuan adlah relative daripada absolute, dan semua
metode adalah tidak sempurna, sehingga metode kualitatif dan kuantitatif, dibutuhkan
untuk menghasilkan dan menguji teori dan meningkatkan pemahaman dari waktu ke
waktu (Patton, 1991,92).
Paradigma ini merupakan alirang yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan
positivism yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap
objek yang diteliti. Secara ontologism, aliran ini bersifat critical realism yang memandah
sama bahwa relaitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hokum alam, tetapi
suatau hal yang mustahil bila suatau realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia/
peneliti, oleh karena itu, secara metodologis pendekan eksperimental melalu observasi
tidaklah cukup. Tetapi harus menggunakan metode tringlation, yaitu penggunaan
bermacam-macam metode, sumber data, oeneliti dan teori (Salaim 2001, 40).
3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Secara umum, studi kasus
merupakan startegi yang lebih cocok apabila pokok pertanyaan suatu penelitian
berkenana dengan how atau why, bil peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk
mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan ditelitinya dan bilamana focus peneitiannya
terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata
(Robert K. Yin, 2008:1).
Penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu studi kasus
deskriptif. Sebagaia suatu upaya penelitian, studi kasus dapat member nilai tambah
pada pengetahuan kita secara unik tentang fenomena individu, organisasi soaial dan
politik. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk mendapatkan gambaran
secara mendetail mengenai PT. Cakrawala Andalas (ANTV)objek penelitian danuntuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi
lingkungan unit social, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat (Cholid Narbuko &
Abu Achmadi, 1997:46).
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian yang menggunakan
penekatan kuantitatif. Dengan pendekatan kuantitatif ini, peneliti menggungakan
penelitian berdasarkan kondisi alami di lapanagan penelitian. Menurut Bod\gdan dan
aylor, seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, metologi kuantitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang0orang atau perilaku yang dapat diamati, Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu secara holistic (utuh). Dalam hal ini tidak mengisolasikan individu atau
organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai
bagian dan keutuhan (Lexy J Maleong 2001:3).
Jadi, peneliti menggunakan wancara mendalam, observasi partisipan,
dokumentasi, dan rekaman serta bukti-bukti lainnya. Pilihan ini ditempuh mengingat
bahwa melalui penelitian kuantitatif akan mampu menghimpun dari data ANTV
sebanyak munbgkin, yang secara sistematis akan melakukan investigasi terhadap
narasumber yang menjadi sumber data tersebut.
3.3. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan untuk mengungkap permasalahan dalam
Kasus ini adalah kajian deskriptif, yaitu berusaha menggambarkan atau menjelaskan
secermat mungkin mengenai suatu hal atau fenomena. Jenis kajian ini hanyalah
memaparkan situasi atau peristiwa, tetapi tidak menari atau menjelaskan hubungan,
juga tidak menguji hotesisi atau membuat prediksi (Jalaluddin Rakhmat, 1999:24).
Ciri lain dari metode deskriptif ialah titik beratnya pada observasi dan suasana
alamiah (naturalist setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat
kategori pelaku, mengamati gejala dan mencatatnya salam buku observasi. Dengan
suasana alamiah dimaksudkan bahwa peneliti terjun ke lapangan. Ia tidak bermaksud
menguji teori sehingga perspektifnya tidak tersaring. Ia bebas mengamati objeknya,
menjelajah dan menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan. Daripada
merancang skema atau cara yang terlalu menyederhanakan kerumitan kehidupan
sehari-hari, penelitian naturalistic mengasumsikan bahwa perilaku dan makan yang
dianut sekelompok manusia hanyalah dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan
alamiah mereka. Oleh karena itu, siatuasi yang alamiah bukan siatuasi buatan seperti
eksperimennya atau wawancara formal yang harus menjadi sumber data (Deddy
Mulyana, 2002:159).
3.4. Objek Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah Komunikasi Organisasi PT Cakrawala Andalas
(ANTV) dalam mempertankan eksistensinya selam 20 tahun.
3.5. Unit Analisis
Sebagai unit analisis, narasumber dalam penelitian ini berjumlah 4 orang dengan
variasi latar belakang sebagai berikut : 2 orang dari karyawan ANTV yang sudah
bekerja selama 15 tahun sampai 20 tahun, 2 orang dari khalayak penonton yang selalu
setia nonton program ANTV.
Dalam memilih narasumber, peneliti memnbaginya menjadi key informant dan
informant. Key informant adalah orang yang memliki kemampuan dan pengetahuan
serta wawasan yang luas dalam memberikan informasi mengenai apa yang menjadi
keahlian di bidangnya. Key informant yang pertama adalah Bapak H. Azkarmin Zaini,
Direktur News, Sport & Corporate Comunications Bapak Azkarmin ini sekaligus pendiri
ANTV pertama kali yang telah mengabdi 20 tahun, jadi tahu sejarahnya ANTV dari awal
sampai sekarang. Kedua Bapak Suhaemi menjabat sebagai Komadan Regu (danru)
Production General Service yang sudah bekerajs selama 16 tahun lamanya.
Sebagai informant, peneliti memilih yang pertama adalah Bapak Bayu Prayoga,
karyawan suasta di salah salu perusahaan di Jakarta yang suka dengan program ANYV
teruma ILS program pertandingan sepakbola antar klub di Indonesia, yang kedua Ibu
Indah Mutiani beliau sebagai ibu rumah tangga yang suka nonton acara ANTV terutama
program agama islam.
Peneliti mengambil dari dua sisi yang berbeda di pihak internal nya dari
karyawan ANTV dan eksternalnya dari khalayak penonton, penelitiannya ini agar
seimbang dari pendapat mereka masing-masing bisa diambil menjadi sumber
penelitian.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber.
Menurut J. Lofland dan L. Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan (data primer), selebihnya adalah data tambahan, seperti
dokumen dan lain-lain (data sekunder) (John Lofland & Lyn H Lofland, 1984:47).
Dengan demikian dalam penelitian ini terdapat dua sumber data, yaitu :
1. Data Primer
Pada penelitian ini penulis menentukan informan berdasrkan arahan dan petunjuk dari
karyawan ANTV yang sudah kerja 15 sampai 20 tahun. Peneliti menganggap informan
yang dipilih memiliki kompetensi dalam penguasaan data yang diperlukan berkaitan
dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini. Data primer bersumber dari ketrangan
informan-informan peneltian yang menjadi unit analisis data. Untuk mendapatkan data
primer tersebut, peneliti melakukan wawancara mendalam (in-depth interview).
2. Data Sekunder
Data sekunder bersumber dari berbagai catatan-catatan yang berguna untuk
melengkapi data penelitian. Di antaranya literature kepustakaan berupa buku-buku,
surat kabar, company profile, foto, dokumen organisasi, website organisasi serta hasil
penelitian yang berhubungan dengan komunikasi organisasi yang dilakukan oleh
organisasi.
Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut
Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap unsure-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-
gejala dalam objek penelitian. Observasi dilakukan dengan mengumpulkan data
di ANTV dan data dari wawncara tersebut.
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis bukti (data) terdiri atas pengujian, pengkategorian, atapun
pengombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal suatu penelitian
(Robert K, Yin, 2008: 133). Data yang diproleh baik saat pengumpulan dari key
informant dan informarmant baik lisan dan tulisan.
Peneliti mengkaji catatan lisan dan tulisan pengalam key informant dan
informant, seperti observasi wawancara atau data-data lainnya. Dalam penelitian
kualitatif, manajemen, analisis, dan interpretasi data empiris adalah proses yang sangat
kompleks. Michael Hubberman dan Matthew Miles menawrkan sebuah model canggih
dan komprehensif. Model yang dikembangkan sama sekali berbeda dengan kerangka
analisis kasus (case analysis). Model ini hubungannya dengan teori, konsep, dan
indicator empiris yang terefleksi, kembali melalui konsep ke teori(inductive & deductive).
Berpijak pada grounded theory, kedua menunjukkan bagaimana kode-kode, memo dan
diagram dapat membantu peneliti sejak penbuatan catatan lapangan (field notes)
hingga pemahaman konseptial tentang proses penelitian yang sedang berlangsung.
Model ini menekankan pentingnya keterkaitan anatara berbagai variable penyebab
sambil tetap focus pada pendekatan interatif yang sangat terbuka bagi upaya
penemuan dan penyelesiaannya kasus (Norman K. Denzim & Yvonna S. Lincoln,
2009 : 489).
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zanial, 2002. Analisis Eksistensial untuk psikologi dan psikiatri, PT Refika
Aditama. Bandung.
Al-Qur’an dan terjemah, 2006. Diponegoro. Bandung.
Boeree, C.George, 2004. Personality Theories. PRISMASHOPIE. Yogyakarta
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner, 1993. Teori-teori Holistik (Organismik-
Fenomenologis). Kanisius. Yogyakarta.
Chaplin, J.P., 1999. Kamus Lengkap Psikologi, PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Devito, Joseph A. 1998. Comunicologi An Introduction the Study of Comunication.
Amerika.
Dendin K, Norman., Lincoln S, Yvonna. (2009) Handbook of Qualitative Research-
Penerjemah Saifuddin Zuhri Qudsy. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Effendy, Onong U. (1986). Dinamika Komunikasi dan Praktek. PT. Remaja Rosda
Karya. Bandung.
Hamersma, Harry. (1983). Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Moderen. Gramedia. Jakarta
Hardiman, F, Budi. (2007). Filsafat Moderen : Dari Machiavelli sampai Nietzsche.
Gramedia. Jakarta
Kanisius. (2004). Zaman Yunani hingga Zaman Moeren. Yogyakarta.
Kholisoh. Nur. (2011). Komunikasi Organisasi. Universitas Prof.DR. Moestopo
(Beragama). Jakarta.
Lubis, hari & Martani Husaeni, Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), Pusat
Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial, UI, Jakarta.
Maquarrie, John (1972). Existentialism. Penguin Books. New York.
Masmuh, Abdullah (2010). Komunikasi Organisasi Teori Dan Praktek. Universitas
Muhammadiyah, Malang.
Morissan,M.A. (2009). Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia. Bogor.
Rakhmat, Jalaluddin. (1989). Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya.
Bandung.
Pace, Wayne R & Don F. Faules (1998), Komunikasi Organisasi : Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan- Penerjemah : Deddy Mulyana, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Robbins, Stephen P (1994). Teori Organisasi : Struktur, Desain, dan Aplikasi – Alih
Bahasa : Jusuf Udaya, Penerbit ARCAN, Jakarta.
Suminar, Yenny Ratna (2004). Buku Materi Pokok Komunikasi Organisasional,
Universitas Terbuka, Jakarta.
Website
Industri Media Televisi, (2011) Tantangan Manajemen Industri Televisi di Era
Konvergensi 2012, http://www.dcradio.undip.ac.id/2011/03/25/tantangan-
Manajemen-Industri-Televisi-di Era- Konvergensi
http://psikologiuinjkt2004.wordpress.com/2007/09/15/psikologi-eksistensial/