7
Penerapan nilai-nilai karakter keagamaan Akhlaq mulia merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di setiap pribadi manusia yang akan senantiasa dinantikan sebagai penghias karakter seluruh generasi di segenap masa. Berikut akan dijelaskan beberapa penerapan akhlaq mulia : 1. Akhlaq kepada Khalik (Pencipta) Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah Taubat. Selain itu, kita juga harus beriman kepada Allah semata, menyembah, beribadah, dan berdoa hanya kepada Allah, mencintai, bersyukur, berdzikir, tawakal, dan takwa kepada Allah, dan sebagainya. 2. Akhlaq kepada Sesama Akhlaq terhadap sesama dibedakan menjadi dua macam : a. Akhlaq kepada sesama muslim Penerapan akhlaq kepada sesama muslim misalnya ketika kita ingin di hargai oleh orang lain, maka kewajiban kita juga harus menghargai orang lain, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menyantuni yang fakir, menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita merasa tersinggung, dan sebagainya. b. Akhlaq kepada sesama nonmuslim Akhlaq antara sesama nonmuslim diajarkan dalam agama karena mereka (nonmuslim) juga merupakan makhluk. Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bisa dicampuradukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain, apalagi masalah keyakinan, yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan sosial karena dalam kehidupan ada namanya etika sosial. Masalah etika sosial tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup. Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka, menghargai ketika mereka melakukan upacara keagamaan, walaupun mereka hidup dalam minoritas, memberi bantuan bila mereka terkena musibah, dan sebagainya.

mpk agama islam

  • Upload
    aiman

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mpk agama

Citation preview

Page 1: mpk agama islam

Penerapan nilai-nilai karakter keagamaan

Akhlaq mulia merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di setiap pribadi manusia yang akan senantiasa dinantikan sebagai penghias karakter seluruh generasi di segenap masa. Berikut akan dijelaskan beberapa penerapan akhlaq mulia :

1. Akhlaq kepada Khalik (Pencipta)Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah Taubat.

Selain itu, kita juga harus beriman kepada Allah semata, menyembah, beribadah, dan berdoa hanya kepada Allah, mencintai, bersyukur, berdzikir, tawakal, dan takwa kepada Allah, dan sebagainya.

2. Akhlaq kepada SesamaAkhlaq terhadap sesama dibedakan menjadi dua macam :

a. Akhlaq kepada sesama muslimPenerapan akhlaq kepada sesama muslim misalnya ketika kita ingin di hargai oleh orang

lain, maka kewajiban kita juga harus menghargai orang lain, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menyantuni yang fakir, menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita merasa tersinggung, dan sebagainya.

b. Akhlaq kepada sesama  nonmuslimAkhlaq antara sesama nonmuslim diajarkan dalam agama karena mereka (nonmuslim) juga

merupakan makhluk. Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bisa dicampuradukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain, apalagi masalah keyakinan, yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan sosial karena dalam kehidupan ada namanya etika sosial. Masalah etika sosial tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup. Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka, menghargai ketika mereka melakukan upacara keagamaan, walaupun mereka hidup dalam minoritas, memberi bantuan bila mereka terkena musibah, dan sebagainya.

3. Akhlaq kepada Diri SendiriUntuk mempertahankan kehormatan, harga diri, dan meningkatkan harkat dan martabat

dalam hidup ini, kita memerlukan akhlaq terhadap diri sendiri, antara lain:a. Menjaga kehormatan dan harga diri, membersihkan diri lahir dan batin.b. Memiliki dan memupuk sifat-sifat terpuji.c. Taat menjalankan ajaran agama.d. Menjaga lisan, mata, telinga, dan tangan dari perbuatan tercela.e. Mencari rezeki yang halal.f.Selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah, beramal shaleh, meningkatkan iman dan

takwa.

Page 2: mpk agama islam

4. Akhlaq kepada KeluargaBerikut akan diberikan beberapa contoh penerapan akhlaq mulia kepada keluarga :a. Kepada orangtua : berbakti, menghormati, menyayangi dan mendoakan keduanya,

tidak berkata kasar, tidak menyakiti hati dan fisik mereka, apabila mereka sudah sepuh, keduanya disantuni dan diberi nafkah.

b. Kepada istri atau suami : menjaga kedamaian, ketenangan, saling menghormati, saling menyayangi, bersikap jujur dan terbuka, tidak selingkuh dan saling curiga, dan sebagainya.

c. Kepada tetangga dan masyarakat : saling membantu, tenggang rasa, gortong royong, saling menghormati, saling meminta dan memberi, dan sebagainya.

d. Hormat dan memuliakan guru dan dosen, dan sebagainya.

5. Akhlaq kepada Lingkungan (Alam Semesta)Hendaknya setiap manusia melakukan hal-hal berikut:

a. Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta serta bersyukurkepada Allah.

b. Memanfaatkan alam semesta dengan sebesar-besarnya bagi kemakmuran hidup manusia.

c. Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan flora dan fauna serta alam semesta ini untuk kepentingan manusia.

d. Tidak berlaku dzalim, aniaya, atau mengeksploitasi secara semena-mena, seperti penebangan hutan secara liar, penggalian tambang tanpa mempedulikan lingkungan, membuat polusi, dan sebagainya.

Tantangan Akhlak dalam Kehidupan

Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah secara umum yaitu melaksanakan segala perintahnya dan manjauhkan segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkanNya untuk menjaga dan memlihara semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Namun sebagai manusia kadang kita lupa tugas kita berada di dunia itu apa sehingga kebanyakan tidak bisa mengontrol akhlaknya sendiri.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, tantangan akhlak juga semakin banyak, tak sedikit manusia menjadi lupa diri dan berada diluar garis batas ajaran agama. Sehingga kita butuh aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji untuk mengahadapi tantangan tersebut. Seperti kita tahu tantangan yang sering kita hadapi namun jarang kita sadari yaitu Kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, gaya hidup, dan orientasi hidup yang materialistis.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik sebagai manusia beragama

Page 3: mpk agama islam

maupun sebagai makhluk individual dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan itu ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidup adalah material. Sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.

Nilai nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang semuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai Hamba Allah dan anggota masyarakat.

Gaya hidup-pun menjadi tantangan agar lebih dapat mengontrol diri. Gaya hidup yang dimaksud disini adalah gaya hidup hedonis atau foya-foya, dan kebarat-baratan. Seperti kita tahu selain tidak baik, Allah sangat membenci segala sesuatu yang berlebihan. Gaya hidup ini cenderung hanya mementingkan kesenangan semata, menghambur-hamburkan materi dalam jumlah banyak secara sia-sia karena sebenarnya tidak ada keuntungan yang bisa didapat dari itu melainkan hanya kesenangan sesaat. Padahal kalau kita memiliki aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji, tidak seharusnya kita berlaku seperti itu melainkan lebih memilih untuk berbagi terhadap sesama karena akan lebih terasa manfaatnya.

Orientasi hidup yang hanya mengejar nilai-nilai material saja tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan, bahkan hal ini juga dapat menimbulkan bencana yang hebat ketika hidup hanya berorientasi pada sesuatu yang merial (metrialistis) sehingga ada persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan agama lagi untuk mengendalikan semua perbuatannya, karena mereka menganggap agama tidak lagi dapat memecahkan persoalan hidup.

Disinilah kita akan tahu betapa pentingnya peranan aqidah dan akhlak dalam kehidupan modern seperti sekarang. Aqidah dan akhlak akan menjadi benteng yang sangat kuat dalam menghadapi segala dampak negatif kehidupan modern. Aqidah dapat menyelamatkan diri kita dari segala bentuk dosa kecil yang jarang kita sadari, aqidah juga dapat membuat kita selalu berbuat baik terhadap pencipta dan sesama. Disamping aqidah yang kuat, akhlak yang terpuji akan menyelamatkan manusia dari segala macam perbuatan dan tindakan yang bisa menjerumuskan manusia dalam kesesatan.

Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak sehingga kita tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.

Page 4: mpk agama islam

Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.

Terhadap tetangga, seorang Muslim harus membina hubungan baik tanpa harus memperhatikan perbedaan agama, etnis, bahasa, dan yang semisalnya. Tetangga adalah sahabat yang paling dekat. Begitulah Nabi menegaskan dalam sabdanya, “Tidak henti- 7 hentinya Jibril menyuruhku untuk berbuat baik pada tetangga, hingga aku merasa tetangga sudah seperti ahli waris” (HR. al-Bukhari). Bertolak dari hal ini Nabi saw. memerinci hak tetangga sebagai berikut: “Mendapat pinjaman jika perlu, mendapat pertolongan kalau minta, dikunjungi bila sakit, dibantu jika ada keperluan, jika jatuh miskin hendaknya dibantu, mendapat ucapan selamat jika mendapat kemenangan, dihibur jika susah, diantar jenazahnya jika meninggal dan tidak dibenarkan membangun rumah lebih tinggi tanpa seizinnya, jangan susahkan dengan bau masakannya, jika membeli buah hendaknya memberi atau jangan diperlihatkan jika tidak memberi” (HR. Abu Syaikh). Inilah karakter yang harus diamalkan setiap Muslim terhadap tetangga, jangan sampai ia melakukan hal yang sebaliknya. Setelah selesai membina hubungan baik dengan tetangga, setiap Muslim juga harus membina hubungan baik di masyarakat. Dalam pergaulan di masyarakat setiap Muslim harus dapat berkarakter sesuai dengan status dan posisinya masing-masing. Sebagai pemimpin, seorang Muslim hendaknya memiliki karakter mulia seperti beriman dan bertakwa, berilmu pengetahuan cukup agar semua urusan dapat ditangani secara profesional dan tidak salah urus, memiliki keberanian dan kejujuran, lapang dada, dan penyantun (QS. Ali ‘Imran [3]: 159), serta didukung dengan ketekunan, kesabaran, dan melindungi rakyat yang dipimpinnya. Dari bekal sikap inilah pemimpin akan dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, memelihara amanah, adil (QS. al-Nisa’ [4]: 58), melayani dan melindungi rakyat (sabda Nabi riwayat Muslim), dan membelajarkan rakyat. Ketika menjadi rakyat, seorang Muslim harus patuh kepada pemimpinnya (QS. al-Nisa’ [4]: 59), memberi saran dan nashihat jika ada tanda-tanda penyimpangan (sabda Nabi riwayat Abu Daud). Akhirnya, seorang Muslim juga harus membangun karakter mulia terhadap lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, yakni binatang, tumbuhan, dan alam sekitar (benda mati). Karakter yang dikembangkan adalah cerminan dari tugas kekhalifahan manusia di bumi, yakni untuk menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan fungsi ciptaan-Nya. Dalam al-Quran Surat al-An’am (6): 38 dijelaskan bahwa binatang melata dan burung-burung adalah seperti manusia yang menurut al-Qurtubi tidak boleh dianiaya (Shihab, 1996: 270). Baik di masa perang apalagi ketika damai Islam menganjurkan agar tidak ada pengrusakan binatang dan tumbuhan kecuali terpaksa, tetapi sesuai dengan sunnatullah dari tujuan dan fungsi penciptaan (QS. al-Hasyr [59]:5