Upload
alif-fikri
View
157
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Penulisan kitab ini didasari oleh ketidaktepatan penyebutan tempat dengan lokasi yang sesungguhnya oleh para penulis sebelumnya.
Citation preview
Allah menciptakanbumi sebagai tempatberpijak bagi paramakhluknya. Tiapbelahan bumi dihunioleh pendudukdengan karakter yangberbeda-beda sesuai
latar belakang alam dan kondisi ling -kungan yang memengaruhinya. Fenomenatersebut merupakan nikmat sekaligustantangan bagi manusia sebagai hambaAllah agar mereka mengambil pelajarandan hikmah. “Katakanlah: ‘Berjalanlah dimuka bumi, kemudian perhatikanlahbagaimana kesudahan orang-orang yangmendustakan itu.’” (QS Al-An’am (6): 22)
Seruan melihat dan merenungipenciptaan alam semesta mendorongkalangan cendekiawan Muslimmelakukan penelitian dan observasiterhadap alam raya, termasukmempelajari bumi sebagai tempatbernaung manusia. Tak terkecuali YaqutAl-Hamawi, seorang intelektual Muslimyang memberikan sumbangsih berhargamelalui karyanya yang sangat fenomenalbertajuk Mu’jam Al-Buldan.
Karya monumental ini, diselesaikan Al-Hamawi pada 20 Safar 261 H. Al-Hamawimengarang kitabnya dengan serius dantujuan mulia. Sekalipun awalnya taktebersit keinginan menuangkanpengetahuannya dalam sebuah karya,tetapi bagi Al-Hamawi menulis sebuahensiklopedia wilayah adalah sebuahtuntutan dan kewajiban.
Menurut dia, faktor yangmelatarbelakangi penulisan Mu’jam Al-Buldan, yaitu akurasi dan identifikasitempat. Pada 615 H, tatkala sedangberada di majelis pengajian Syekh FakhrAl-Din Abu Al-Mudhaffir Abd Al-Rahim,dia ditanya tentang Hubasyah, salah satupasar masyarakat masa jahiliyah yangdikutip dalam hadis Nabi SAW.
Menurut dia, yang benar adalahHubasyah bukan Habasyah. Karena,Hubasyah sesuai dengan makna aslinyayang berarti sekelompok masyakakat dariberbagai kabilah. Namun, pendapatnyatersebut dibantah oleh sebagian ahlihadis. Menurut mereka, kata yang tepatadalah Habasyah.
Setelah melakukan riset danpengecekan melalui berbagai literaturyang berkaitan, seperti kitab tentanggharaib al-hadits dan dialek bahasa, Al-Hamawi mendapati pendapat apa yangdisampaikan tentang Hubasyah, sangattepat. Berangkat dari kejadian ini, Al-Hamawi memandang perlu menulissebuah kitab yang menguraikan danmemberikan informasi terkait suatuwilayah.
Selain itu, Al-Hamawi mengatakan,salah satu faktor yang mendorongpenulisan Kitab Mu’jam Al-Buldanlantaran kajian geografi dapat dipakaisebagai barometer untuk menilai kualitassebuah karya sastra dan menambah bobothasil sastra yang disajikan. Tak heran,jika Al-Hamawi dalam kitabnya yanglain, yaitu Mu’jam Al-Udaba, sangat jelimengutip nama daerah di tiap bait syairdan asal-usul tokoh yang dia kupas.
Dalam rangka menyempurnakanusahanya, Al-Hamawi tidak memulai darinol, tetapi dia berpijak pada sejumlahkitab yang telah ditulis oleh ulamasebelumnya, antara lain karya Abu SaidAl-Ashmai, Abu Al-Asy’at Al-Kindi, AbuSa’id Al-Sairafi, dan Abu Ziyad Al-Kilabi. Selain merujuk kitab-kitab yangmasih sejenis, Al-Hamawi juga menam -bahkan informasi berdasarkan penga -laman yang dia peroleh selama melakukanpengembaraan berkeliling dunia.
Sistematika penulisanKitab yang ditulis oleh Yaqut Al-
Hamawi ini adalah karya tentang geografi
yang menyebutkan tentang suatukawasan. Bahkan, sebetulnya Mu’jam Al-Buldan lebih mendekati ensiklopediayang tidak hanya mencakup nama sebuahnegara, tetapi juga mengupas tentangnama gunung, lembah, danau, perkam -pungan, pusat perbelanjaan, laut, sungai,benteng, tokoh-tokoh terkemuka, danberhala sebagai bagian peradabanmasyarakat dunia di abad pertengahankala itu.
Karya besutan Al-Hamawi itu terbilangistemewa karena juga menguraikanhampir seluruh aspek yang terkait dengansuatu wilayah. Di antara aspek yangmenjadi perhatian Al-Hamawi ketikamembahas suatu wilayah adalah uraiantentang aspek arkeologi, etnografi,antropologi, ilmu alam, geografi, dankoordinat dari setiap tempat yang iajelaskan dalam ensiklopedianya itu.
Dan tak ketinggalan, dia menyebutkannama daerah tersebut disertai denganidentifikasi, cara membacanya, lantasmenginformasikan monumen danbangunan megah di kota itu.
Secara keseluruhan, total wilayah yangdisebutkan dalam kitabnya tersebutberjumlah 12.952 tempat. Keseluruhanwilayah itu disusun berdasarkansistematika urutan huruf hijaiyahsebanyak 28 huruf. Kemudian, Al-Hamawi menyusun lagi nama wilayahberdasarkan huruf hijaiyah kedua, ketiga,dan seterusnya.
Sebagai contoh, nama wilayah yangdisebutkan pertama kali oleh Al-Hamawidalam pasal susunan huruf hamzah danalif atau huruf berikutnya adalah AbarAl-A’rab, Abaj, Abur, dan Abaskun yangdiawali dengan huruf hamzah atau alifdan huruf kedua adalah ba’.
Menyusul kemudian wilayah-wilayahatau tempat yang memiliki komponenhuruf terdekat, dalam hal ini Al-Hamawimenyebutkan nama Al-Ajam, sebuahistana yang terletak di Madinah dan
begitu seterusnya.Dan, Al-Hamawi menutup kitabnya ini
dengan menguraikan sebuah sumber mataair bernama Ya’inu, yang oleh Al-Zamakhsyari disebut-sebut berada dilembah Hauratan, yang merupakankawasan di bawah kuasa Bani Zaid Al-Musawi dari keturanan Bani Hasan. Olehsebagian orang, Yai’nu adalah namasebuah lembah di antara dua bukit Dlahikdan Dluwaihik.
Lima bahasan dasarSebelum mengupas deretan nama
wilayah tersebut secara panjang lebar, Al-Hamawi menguraikan bahasan pentingyang berkaitan. Penjelasan pada babpertama berkisar tentang bentuk bumidan pendapat para ilmuwan klasikmaupun kontemporer tentang karakterserta unsur bumi. Pada bab kedua, Al-Hamawi menguraikan masalah perbedaanpendapat tentang istilah iqlim danpenggunaannya.
Sedangkan pada bab ketiga, Al-Hamawimenyebutkan lafal-lafal yang masyhurdigunakan, seperti farsakh, mil, dankaurah. Pada bab yang keempat, terdapatulasan tentang pandangan hukum Islamseputar tanah dan negara yangditaklukkan Islam berikut hukum upetidan pajak.
Sebagai contoh dan gambaran kupasanyang termaktub pada bab pertama, Al-Hamawi menjelaskan karakter, jarak, danunsur bumi serta segala komponennya,baik berupa gunung, lautan, dan lainnya.
Al-Hamawi mengutip ayat Al-Quran.“Bukankah Kami telah menjadikan bumiitu sebagai hamparan? Dan, gunung-gunung sebagai pasak?” (QS Al-Naba [78]:6-7).
Berdasarkan ayat ini, para ilmuwanklasik berbeda pendapat. Di antaramereka ada yang berpandangan bumidihamparkan di empat arah utama, yaitutimur, barat, selatan, dan utara. Sebagianlain mengatakan, bentuk bumi bulatseperti meja makan, roda, genderang, danterdapat juga pendapat menyatakanbentuk bumi setengah bulat seperti kubahmasjid.
Al-Hamawi mengisahkan pulaperbedaan-perbedaan yang terjadi antarapara ahli filsafat dan ahli kalam tentangkarakter bumi. Misalnya, selisih pandangantara Aristoteles, Al-Hudzail, danHisyam ibn Al-Hakam. Akan tetapi, Al-Hamawi lebih cenderung pada pendapatyang mengutarakan posisi bumi berada ditengah-tengah langit, sekalipun padadasarnya posisi tengah tersebut adalah dibawah dan bumi berputar mengelilingimatahari. Pendapat tersebut dinukilnyadari Muhammad bin Ahmad Al-Khawarizmi.
Selanjutnya pada bab kedua, Al-Hamawi menjelaskan tentang penggunaankata “iklim” perbedaan pendapat tentanghakikat dan pembagian iqlim. Istilahiqlim oleh Abu Al-Fadl Al-Harawidipakai untuk menyebut kawasan bagianbumi atau daratan yang dihuni olehmanusia.
Sedangkan, Imam Al-Ashfahanimengatakan, bumi pada dasarnyaberbentuk bulat yang dihuni hanyasebesar seperempat yang terbagi ke dalamdua kawasan, yaitu darat dan laut,seperempat ini kemudian terbagi tujuhbagian. Ketujuh bagian inilah yang lantasdisebut “iklim”.
“Iklim” digunakan untuk beragamdefinisi yang berbeda. Misalnya, “iklim”juga disebut sebuah wilayah yangmeliputi desa dan, kota seperti Cina, Irak,Suriah, dan Mesir. Bagi ahli perbintangan,iqlim didefinisikan sebagai kesatuanwilayah yang mencakup seluruh bagianbumi dari arah timur, selatan, barat, danutara yang jika dipecah akan menjaditujuh wilayah dengan posisi, kondisigeografis, serta waktu dan cuaca yangberbeda-beda. ■ cr1 ed: syahruddin e
Penulisan kitab inididasari oleh
ketidaktepatanpenyebutan
tempat denganlokasi yang
sesungguhnya oleh para penulis
sebelumnya.
Al-Hamawi mengatakan, Gaza ter -letak di arah Barat dan merupa -kan kawasan yang ada pada iklimkeempat. Salah satu kota di
ujung Syam dan bersebelahan denganMesir. Jarak antara Asqalan dan Gazayaitu kurang lebih dua farsakh. Asal kataGaza yaitu Ghazza yang berarti mengisti -mewa kan seseorang dibanding yang lain.
Gaza adalah kota yang melahirkantokoh-tokoh terkemuka, antara lain imamAbu Abdullah Muhammad bin Idris Al-Syafii, pendiri mazhab Syafii. Dikisahkan,Syafii menyimpan kerinduan mendalamakan kampung halaman sampai-sampaidia menulis sebuah bait syair yangberbunyi: “Dan sungguh aku merindukan
tanah Gaza meskipun aku sembunyikansetelah lama berpisah.”
Selain itu, juga tempat kelahiranIbrahim bin Utsman Al-Asybahi Al-Ghazzi,seorang sastrawan dan Abu AbdullahMuhammad bin Amar bin Al-Jarrah Al-Ghazzi, murid Malik bin Anas.
Di samping sebagai kota kelahiran paratokoh terkemuka, Gaza juga menjaditempat pemakaman para tokoh yangmempunyai peran penting dalam sejarah,seperti Hasyim bin Abdu Manaf, kakekRasulullah SAW yang meninggal di Gazapada usia 25 tahun. Bahkan, keberadaanmakam kakek Rasulullah tersebutmenjadikan Kota Gaza juga akrab dikenaldengan Gaza Hasyim. ■ cr1 ed: syahruddin e
Mu’jam Al-BuldanKamus Ensiklopedia Geografi
Al-Hamawi dikenal sebagai ahli sastra dan penulisensiklopedia. Mempunyai nama lengkap Syihab Al-DinAbu Abdullah Yaqut bin Abdullah Al-Hamawi Al-Rumi.
Dilahirkan dengan darah asli Arab berasal dari Hamat, Suriah,pada 574 H/ 1178 M. Sedangkan, nisbat Al-Rumi karenasemasa kecilnya dia pernah ditawan oleh bangsa Romawi saatmereka menggempur Hamat, dan suku Hamat tidak mampumenebus dia.
Perjalanannya berkeliling negara bermula saat Askar bin AbiNashr Al-Baghdadi, bapak angkatnya, mengajak Al-Hamawi dan
mengajarinya berdagang melintasi teluk Arab, Persia, Syam,Palestina, dan Mesir.
Di sela-sela perjalanan itulah, Al-Hamawi mencatatpenilaiannya terhadap wilayah, negara, masjid, istana, danpeninggalan bersejarah, baik berupa bangunan, hikayat, mitos,dan legenda yang berkembang di masyarakat setempat.
Setelah menyelesaikan Kitab Al-Mu’jam dan menitipkannaskahnya kepada Ibn Al-Atsir, sahabatnya yang juga seorangsejarawan terkemuka pada 626 H/1229 M, Al-Hamawimeninggal dunia. ■ cr1 ed: syahruddin e
Al-Hamawi, Sastrawan dan Pakar Geografi
Gaza Versi Al-Hamawi
kitab REPUBLIKA ● AHAD, 27 JUNI 2010 B9
NAWAFITHNA.NET