32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sklerosis multipel adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh pembentukan antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer tidak terkena. Respon peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada mielin. Sklerosis multipel merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Sklerosis multipel memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan biasa hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep medis dari penyakit multiple sclerosis ? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan multiple sclerosis? 1

Multipel Sklerosis Fix

  • Upload
    via

  • View
    45

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

d

Citation preview

Page 1: Multipel Sklerosis Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sklerosis multipel adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh pembentukan

antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf  perifer tidak terkena. Respon

peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema

yang merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada mielin.

Sklerosis multipel merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini

belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Sklerosis multipel

memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain

tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan biasa

hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu minggu atau

bahkan berbulan bulan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep medis dari penyakit multiple sclerosis ?

2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan multiple sclerosis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep medis dari penyakit multiple sclerosis

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan multiple sclerosis

1

Page 2: Multipel Sklerosis Fix

BAB II

KONSEP TEORITIS PENYAKIT

2.1  Definisi

Sklerosis multipel (MS) merupakan kadaan kronis, panyakit sisten saraf pusat deganeratif

dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis. ( Brunner

& suddarth, keperawatan medikal bedah,(2002) hal 2182 )

Sklerosis multipel adalah penyakit  degenerative  system syaraf  pusat (ssp) kronis yang 

meliputi  kerusakan  (material lemak dan protein ).

Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (SSP) kronis yang

meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple sclerosis secara umum

dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung

jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri, dengan alasan yang

tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu lapisan pelindung syaraf

yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk melancarkan pengiriman pesan dari otak ke

seluruh bagian tubuh. Ditandai dengan remisi dan ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis

menghaisilkan berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut sebagai

plaque.

2.2   Klasifikasi

Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori multiple sclerosis

berdasarkan progresivitasnya adalah :

1. Relapsing Remitting Multiple Sclerosis

Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua puluhan

tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan keembuhan semu.

Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat pulih.

2

Page 3: Multipel Sklerosis Fix

Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat kepulihan sebelum

terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin memburuk.jika

sebelum terkena serangan hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik dan sensorik

100%, maka setelah serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% saja. Serangan berikut

akan terus menurukan kemampuan penderita sampai ke 0%. Setiap serangan tersebut berakibat

semakin memburuknya kondisi penderita. Interval waktu antara serangan satu dengan serangan

yang selanjutnya sama sekali tidak bisa diduga, bila dalam hitungan hari, minggu bulan atau

tahun. Hampir 70% penderita MS pada awalnya mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali

mengalami serangan hebat, jenis MS ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv MS.

2. Primary Progresssiv Multiple Sclerosis

Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat – saat penderita tidak mengalami

penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat

progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah , penderita Ms jenis ini bisa berakhir

dengan kematian.

3. Secondary Progressiv Multiple Sclerosis

Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini kondisi penderita menjadi

serupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv MS.

4. Benign Multiple Sclerosis

Sekitar 20% penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita mampu menjalani kehidupan

seperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun.Serangan – serangan yang diderita pun

umumnya tidak pernah berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya

menderita MS.

2.3  Etiologi

Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan

mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan factor genetic.

3

Page 4: Multipel Sklerosis Fix

Ada beberapa factor pencetus, antara lain :

Kehamilan

Infeksi yang disertai demam

Stress emosional

Cedera

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab Multiple Sclerosis yang paling nyata

adalah factor genetik (mirip kanker), tapi perkembangan dunia kedokteran terbaru membantah

kesimpulan ini. Penelitian terbaru membuktikan bahwa Multiple Sclerosis Faktor keturunan

tampaknya berperan dalam terjadinya sklerosis multipel. 

Sekitar 5% penderita memiliki saudara laki-laki atau saudara perempuan yang juga

menderita penyakit ini dan sekitar 15% penderita memiliki keluarga dekat yang menderita

penyakit ini. Faktor lingkungan juga berperan dalam terjadinya penyakit ini. Sklerosis multipel

hampir tidak pernah menyerang orang-orang yang tinggal di dekat katulistiwa. Iklim dimana

seseorang tinggal pada 10 tahun pertama kehidupannya tampaknya lebih penting dari pada iklim

dimana seseorang tinggal setelah 10 tahun pertama kehidupannya, Meskipun para ahli

menemukan bahwa MS itu berhubungan dengan infeksi (virus) , imunologis, dan factor genetic

serta mengekalkan (menetap) sebagai hasil dari factor intrinsik (contoh kegagalan

imunoregulasi).

Hal yang sudah diterima pada MS akan diturunkan. Derajat pertama, kedua, ketiga

relative pada klien dengan MS. Yang meningkatkan resiko secara perlahan. Multipel unlinked

genes akan mudah diterima pada MS. Adanya faktor presifitasi terdiri dari terpaparnya pada agen

pathogenik sebagai penyebab dari MS masih kontroversi. Ini mungkin karena asosiasi mereka

masih acak dan tidak adanya hubungan sebab akibat disana.

Faktor presifitasi yang mungkin termasuk infeksi , cedera fisik dan strees emosional, kelelahan

berlebihan kehamilan ataupun  seperti faktor ini :

Gangguan autoimun ( kemungkinan dirangsag / infeksi virus )

Kelainan pada unsur pokok lipid mielin

Racun yang beredar dalam CSS

4

Page 5: Multipel Sklerosis Fix

Infeksi virus pada SSP ( morbili, destemper anjing )

2.4  Manifestasi Klinik

Kelelahan

Kehilangan keseimbangan

Lemah

Kebas, kesemutan

Kesukaran koordinasi

Gangguan penglihatan – diplobia, buta parsial / total

Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomen

Depresi

Afaksia

2.5  Patofisiologi

Penyakit ini terutama mengenai subtansia alba otak dan medulla spinalis, serta nervus

optikus. Ditemukan sel inflamasi kronik dan kerusakan myelin dengan akson yang relative masih

baik. Pada subtansia alba terdapat area yang relative tampak normal yang berselang-seling

dengan focus inflamasi dan demielinasi yang disebut juga plak. Yang seringkali terletak dekat

venula. Demielinasi inflamasi jalur SSP menyebabkan penurunan dan gangguan kecepatan

hantar saraf dan akhirnya hilangnya penghantaran informasi oleh jaras tertentu.

Plak inflamasi akan mengalami evolusi seiring dengan waktu. Pada tahap awal terjadi

perombakan lokal sawar darah-otak. Diikuti inflamasi dengan edema, hilangnya myelin dan

akhirnya jaringan parut SSP yaitu gliosis. Hasil akhir akan menyebabkan area sklerosis yang

mengerut, yang berkaitan dengan deficit klinis minimal dibandingkan saat plak masih aktif. Hal

ini sebagian disebabkan oleh remielinasi yang merupakan potensi SSP, dan juga memperjelas

kembalinya fungsi dengan resolusi inflamasi dan edema. Keadaan patologis ini berhubungan

dengan pola klinis relaps sklerosis multiple, yaitu terjadi gejala untuk suatu periode tertentu yang

selanjutnya membaik secara parsial atau total. Lesi inflamasi lebih lanjut yang terletak dekat

lokasi kerusakan yang sudah ada sebelumnya akan menyebabkan akumulasi deficit neurologis.

5

Page 6: Multipel Sklerosis Fix

Plak tidak harus berhubungan dengan kejadian klinis spesifik, misalnya jika plak hanya kecil dan

terletak pada area SSP yang relative tenang.                             

2.6  Pathway

6

Page 8: Multipel Sklerosis Fix

2.7  Pemeriksaan Diagnostik

1. MRI otak dan medulla spinalis yang dapat menunjukkan lesi plak demielinasi.

2. Potensial bangkitan visual, yang dapat menunjukkan perlambatan konduksi sentral jalur

visual, misalnya akibat neuritis optic subklinis sebelumnya.

3. Pemeriksaan cairan serebrospinal, yang dapat menunjukkan perubahan

nonspesisfik  termasuk limfositosis dengan penyakit aktif, dan peningkatan protein.

4. (lionel ginsberg ; hal:146) 

2.8  Penatalaksaan

Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul

Farmakoterapi :

Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat meningkatkan

konduksi saraf.

Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon, Azatioprin, betaseron.

Baklofen sebagai antispasmodic

Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur untuk

mencegah kerusakan lenih lanjut.

Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot

2.9  Terapi

1. Obat

Secara medis tidak ada yang menyembuhkan Multiple Sclerosis 100%. Obat – obatan

yang ada hanyalah menghambat interval serangan, sedikit mengurangi tingkat keparahan

serangan,memperlambat progreifitas atau perburukan MS. Obat yang biasa I berikan dokter

adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan satu atau dua gejala saja. Misalnya, jika

gejala yang muncul adalah akit kepala maka dokter akan memberikan obat sakit kepala. Ada

obat yang tidak menyembuhkan namun berfungsi untuk memperlambat kerusakan yaitu

Interferon beta-1a atau kortikosteroid. Interferon bias disuntikan 1-3 kali seminggu secara teratur

8

Page 9: Multipel Sklerosis Fix

seumur hidup. Penggunaan interferon biasanya menimbulkan gejala – gejala influenza, seperti

sakit kepala, demam dan myalgia (nyeri otot/sendi). Gejala mirip flu ini akan timbul 4-6 jam

etelah injeksi dan gejala ini akan menetap selama beberapa jam.efek samping yang lain adalah

moon face, wajah terlihat menjadi bulat seperti bulan ,gemuk)badan gemuk,insomnia (sulit

tidur),euporia(perasaan gembira berlebihan),dan perasaan tertekan (depresi ringan).

2. Bed Rest

Penderita MS membutuhkan banyak istirahat terutama setelah mengalami serangan baik

serangan kecil maupun erangan hebat.lamanya istirahat tergantung kondisi penderita,semakin

hebat serangan yang di alami semakin lama waktu istirahat yang diperlukan.istirahat ini bisa

dilakukan di rumahsakit atau dirumah sendiri.

3. Pengobatan Dengan Transplantasi Sel Induk

Ilmu kedokteran yang terus berkembang membawa harapan besar bagi penderita

MS.Berinduk pada pengalaman penderita MS Amerika yang telah menjalani pengobatan dengan

transplantasi sel induk dari sum –sum tulang belakangnya sendiri (sebelum pengobatan tersebut

kehidupan penderita dari amerika terjebak dalam kursi roda lumpuh total setelah pengobatan

meskipun tidak 100% sembuh,ia akhirnya dapat menggunakan kakinya untuk berjalan).

Pengobatan dengan sel induk ini memang tidak menjajikan kesembuhan 100%,serta

mengharuskan penderita MS rela merogoh sakunya dengan sangat dalam,namun setidaknya

pengobatan ini mungkin dapat menjadi harapan baru bagi sebagian kecil penderita MS.

2.10 Komplikasi

1. Defisit neurologi berat yang menckup hilangnya penglihatan, peningkatan keletihan, dan

deteriorasi intelektual dapat terjadi pada proses penyakit

2. Depresi, kehilangan dukungan social stress keluarga dan pasangan, dan masalah financial

biasa terjadi. (elizabeth j corwin;hal:262)

9

Page 10: Multipel Sklerosis Fix

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian

3.1.1 Identitas

Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus tinggi,

terutama pada dewasa muda (20-40th).

3.1.2 Keluhan Utama

Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan dan kaku

otot, kerusakan penglihatan.

3.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun.

3.1.4 Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang mengakibatkan

erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif

3.1.5 Riwayat penyakit keluarga

Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita penyakit

tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga dekat.

3.1.6 Pengkajian psikososiospiritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien terhadap

penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta

respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam

masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk

berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pada pola persepsi dan konsep diri, didapatkan klien

merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,mudah marah dan tidak kooperatif.perubahan yang

10

Page 11: Multipel Sklerosis Fix

terpenting pada klien dengan penyakit mutiple sclerosis adalah adanya gangguan afek, berupa

euforia. Keluhan lain yang melibatkan gangguan serebral dapat berupa hilangnya daya ingat dan

dimensia.

3.1.7 Pemeriksaan Fisik

3.1.7.1  Keadaan umum

Klien dengan mutiple sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya

perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi

pernapasan berhubungan dengan bercak lesi di medula spinalis.

3.1.7.2  B1 (Breathing)

Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada sistem

pernapasan.pada beberapa klien yang telah lama menderita mutiple sclerosis dengan tampak dari

tirah baring lama, mengalami gangguan fungsi pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat

mencakup hal-hal sebagai beikut:

         Inspeksi umum : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif,

peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu napas.

         Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri

         Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru

         Auskultasi : bunyi napas tambahan seperti napas stridor,ronkhi pada klien dengan

peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada

klien dengan inaktivitas

3.1.7.3  B2 (Blood)

Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada sistem

kardiovaskuler.akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien mengalami hipotensi

postural.

11

Page 12: Multipel Sklerosis Fix

3.1.7.4  B3 (Brain)

Pengkajian B3 (brain) merupakan pengkajian fokus atau lebih lengkap dibandingkan pengkajian

pada sistem lainnya. Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah

laku.

3.1.7.5  B4 (Bladder)

Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortokospinalis menimbulkan gangguan pengaturan

spingtersehingga timbul keraguan, frekuensi dan urgensi yang menunjukkan berkurangnya

kapasitas kandung kemih yang spatis.selalin itu juga timbul retensi dan inkontinensia.

3.1.7.6  B5 (Bowel)

Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan

fisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan aktivitas umum klien sering mengalami

konstipasi.

3.1.7.7  B6 (Bone)

Pada keadaan pasien mutiple sclerosisbiasanya didapatkan adanya kesuliatan untuk beraktivitas

karena kelemahan spastik anggota gerak.kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau

terbagi secara asimetris pada keempat anggota gerak.merasa lelah dan berat pada satu tungkai,

dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolan yang

kurang sekali. Klien dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan terutama

apabila ia sedang berada di tempat tidur.keadaan spatis yang lebih berat disertai dengan spasme

otot yang nyeri.

Pemeriksaan fisik persistem

1) Sistem Respirasi

I : Bentuk dada d/s simetris

P : Pergerakan dada simetris d/s

P : Sinor

A : Tidak ada suara nafas tambahan

12

Page 13: Multipel Sklerosis Fix

2) Sistem Kardiovaskuler

I : Ictus cordis tidak nampak

P : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5

P : Pekak

A : Tidak ada suara tambahan seperti mur-mur

3) Sistem Intergumen

Resiko terjadinya dekubitus karena intoleransi aktivitas

4) Sistem Gastrointestinal

Mengalami perubahan pola makan karena mengalami kesulitan makan sendiri akbiat gejala klinis

yang ditimbulkan.

5) Sistem Eliminasi Urine

BAK : mengalami inkontinensia & nokturia selama melakukan eliminasi uri

6) Sistem eliminasi alvi

BAK : tidak lancar 3 hari 1x dengan konsistensi keras, warn kukning bu khas feses

7) Sistem Murkulus skeletal

-Kesadaran : -Apatisi 3-4-6

-Terjadi kelemahan paralisis otot, kesemutan, nyeri (perasaan

tertusuk-tusuk pada bagian tubuh tertentu)

8) Sistem Neurologis

Terjadi perubahan ketajaman penglihatan (diplobia), kesulitan dalam berkomunikasi (disastria)

13

Page 14: Multipel Sklerosis Fix

3.2  Diagnosa keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paresis, dan spastisitas.

2. Resiko Injury berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan.

3. Defisit perawatan diri (makan,minum,berpakaian,higiene) berhubungan dengan

perubahan kemampuan merawat diri sendiri, kelemahan fisik spastis.

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.

3.3  Intervensi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Gangguan mobilitas fisik

Definisi :

Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian tubuh atau satu atau lebih ekstremitas

Batasan karakteristik :

-          Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan rutin harian

-          Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar

NOC :

  Joint Movement : Active

  Mobility Level

  Self care : ADLs

  Transfer performance

Kriteria Hasil :

  Klien meningkat dalam aktivitas fisik

  Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

  Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan

NIC :

Exercise therapy : ambulation

Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan

Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera

Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi

Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

14

Page 15: Multipel Sklerosis Fix

-          Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus

-          Tidak ada koordinasi atau pergerakan yang tersentak-sentak

-          Keterbatasan ROM

-          Kesulitan berbalik (belok)

-          Perubahan gaya berjalan (Misal : penurunan kecepatan berjalan, kesulitan memulai jalan, langkah sempit, kaki diseret, goyangan yang berlebihan pada posisi lateral)

-          Penurunan waktu reaksi

-          Bergerak menyebabkan nafas menjadi pendek

-          Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatian untuk aktivitas lain, mengontrol perilaku, fokus dalam anggapan ketidakmampuan aktivitas)

-          Pergerakan yang lambat

-          Bergerak menyebabkan tremor

berpindah

  Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan

Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.

Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.

Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

15

Page 16: Multipel Sklerosis Fix

Faktor yang berhubungan :

-          Pengobatan

-          Terapi pembatasan gerak

-          Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik

-          Indeks massa tubuh diatas 75 tahun percentil sesuai dengan usia

-          Kerusakan persepsi sensori

-          Tidak nyaman, nyeri

-          Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler

-          Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina

-          Depresi mood atau cemas

-          Kerusakan kognitif

-          Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau masa

-          Keengganan untuk memulai gerak

-          Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan, deconditioning

-          Malnutrisi selektif

16

Page 17: Multipel Sklerosis Fix

atau umum

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Resiko Injury b/d immobilisasi, penekanan sensorik patologi intrakranial dan ketidaksadaran

Definsi :

Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan.

Faktor resiko :

Eksternal

-          Mode transpor atau cara perpindahan

-          Manusia atau penyedia pelayanan kesehatan (contoh : agen nosokomial)

NOC : Risk Kontrol

Kriteria Hasil :

 Klien terbebas dari cedera

 Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera

 Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku personal

 Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury

 Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

 Mampu mengenali perubahan status

NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)

Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif  pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien

Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)

Memasang side rail tempat tidur

Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.

Membatasi pengunjung

Memberikan penerangan yang cukup

Menganjurkan keluarga untuk

17

Page 18: Multipel Sklerosis Fix

-          Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor

-          Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan)

-          Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe makanan)

-          Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)

-          Kimia (polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein nikotin, bahan pengawet, kosmetik, celupan (zat warna kain))

Internal

-          Psikolgik (orientasi afektif)

-          Mal nutrisi

-          Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia, perubahan faktor pembekuan, trombositopeni, sickle cell, thalassemia, penurunan Hb, Imun-autoimum tidak berfungsi.

-          Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak

kesehatan menemani pasien.

Mengontrol lingkungan dari kebisingan

Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

18

Page 19: Multipel Sklerosis Fix

berfungsinya sensoris)

-          Disfugsi gabungan

-          Disfungsi efektor

-          Hipoksia jaringan

-          Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)

-          Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

Definisi :

Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri

Batasan karakteristik : ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting

NOC :

  Self care : Activity of Daily Living (ADLs)

Kriteria Hasil :

  Klien terbebas dari bau badan

  Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs

  Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

NIC :

Self Care assistane : ADLs

Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.

Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.

Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien

19

Page 20: Multipel Sklerosis Fix

Faktor yang berhubungan : kelemahan, kerusakan kognitif atau perceptual, kerusakan neuromuskular/ otot-otot saraf

tidak mampu melakukannya.

Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.

Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.

Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Resiko gangguan integritas kulit b/d keterbatasan mobilitas

Definisi : Perubahan pada epidermis dan dermis

Batasan karakteristik :

-          Gangguan pada bagian tubuh

-          Kerusakan lapisa kulit (dermis)

-          Gangguan permukaan kulit

NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

Kriteria Hasil :

  Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

  Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguan

  Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

NIC : Pressure Management

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

Hindari kerutan padaa tempat tidur

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

Monitor kulit akan adanya kemerahan

Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

Monitor status nutrisi pasien

20

Page 21: Multipel Sklerosis Fix

(epidermis)

Faktor yang berhubungan :

Eksternal :

-          Hipertermia atau hipotermia

-          Substansi kimia

-          Kelembaban udara

-          Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint)

-          Immobilitas fisik

-          Radiasi

-          Usia yang ekstrim

-          Kelembaban kulit

-          Obat-obatan

Internal :

-          Perubahan status metabolik

-          Tulang menonjol

-          Defisit imunologi

-          Faktor yang berhubungan dengan perkembangan

-          Perubahan sensasi

-          Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan)

  Mampumelindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

21

Page 22: Multipel Sklerosis Fix

-          Perubahan status cairan

-          Perubahan pigmentasi

-          Perubahan sirkulasi

-          Perubahan turgor (elastisitas kulit)

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Sklerosis multipel  merupakan  penyakit pada sistem Persyarafan  yang ditandai dengan

lemah, mati rasa, hilnganya fungsi pendengaran dan penglihatan  yang biasanya terjdi pada umur

18-40 tahun dan kapan saja. Sklerosis multipel timbul karena pola makan yang tidak teratur, pola

diet, penggunaan obat, konsumsi alcohol, merokok dan kurang beraktifitas. Klien perluh

diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan,dan pengobatan agar dapat menjaga

kesehatannya.

22

Page 23: Multipel Sklerosis Fix

4.2  Saran

Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan metode

proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan Sklerosis

multipel  serta  memberikan pendidikan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Mc. Graw Hill. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Basic Neurologi. Jakarta. PT: Ghanesa

Clark.1991. Mekanisme Autoimune Manusia. Bandung. Gramedhia

Mutaqin Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan ed 6 vol.2.

salemba medical. Jakarta

Brunner & suddarth.2002. keperawatan medikal bedah  ed 8 vol.3 EGC. Jakarta

Gisberg,lionel.2007. Lecture Notes Neurologi, edisi 8..jakarta: Erlangga

Corwin, Elisabeth j.2009. Buku Saku Patofisiologi, edisi 3.jakarta: EGC

23