71
7/21/2019 N http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 1/71 R3  A ROMANTIC STORY IN NETHERLANDS  Andhika Naufal Prasyraya

DocumentN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 1/71

R3

 A ROMANTIC STORYIN NETHERLANDS

♥ 

Andhika NaufalPrasyraya

Page 2: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 2/71 

Page 3: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 3/71

♠  ♠ 

Tokoh tokoh dibalik bait cerita ini Ayah, Bunda, Kakak, happy family. Maafin Dika yang “lumayan” ngebacot terus dirumah.Raditya Ridwan, Shintia I, thanks guys!!! Kalian sahabat terbaik yang paling JAIM.Hohoho,udahan ya kalian harus baikan. Jangan diem dieman gitu, kalian pasangan ter so sweetya… balikan dong kalian. Ai lof ya..Buat…. Ehm..eh…ehm… ehmm…. Yulia Sharlakhariyah, thanks udah nyemangatinterus,ngeramein hp gue terus, kadang nemenin nulis ini, dengan sabar ngedengerin curhatan

gapenting gue… thanks juga udah nemenin nyari inspirasi kemanapun gue mau pergi  nyarinya. And.. ehm….ehm… eh, ehm…. Love you.  Ardhio Dwi Putra, Aldhio Pratama Putra…. Sahabat terkembar!! Atau emang kembar?Oh!..kalian yang sahabat gue yang rame banget, I like it.Bunga, hahaha maaf bung ketulis, lo mantan ter GAJE gue soalnya, jadi musti ditulis.Fatiah, sory tia udah nge-anu-in elu ya. Sory bgt.Putra, temen senasib. Thanks udah setia nemenin gue ke kantor guru kalo gue lagi bikinonar.Gue tau kok, lo kan juga bikin onar.Dea, temen dumay terdeket ya, thanks juga udah lumayan sabar baca pesan pesangapentingdari gue.hahahaNaya, mmmuaachhh adek kesayangan.Bayu, Doni… hahaha kita musuhan tapi kan cuma becandaan musuhannya ya kakakkakak..7 THANS, mbak mbakku, tujuh bidadari tomboy… hahaha.. Temen temen SD dulu, xo kangen kalian.Temen temen SMP, anjay lu pada sombong tapi gue kangen. X IPS 1 :* Afandi, Andre, Bagas, Cindy, Clara, Dani, Denis, Dian, Dirga, Fatiah, Ginan, Halimatus,Hendra,Indri, Joni, Kandi, Mia, Nino, Putra, Radit, Ryan, Samuel, Shintia, Tomy, Uzka,Widi,

Windy,Zacky. Yang belum kesebut boleh protesss. X IPS 1. Maaf ya gue gak apal absen kalian jadinyebutnya nama depan biar gampang ngurutinnya.Tokoh inspirator, Raditya Dika… nama panggilan kita sama bg. Capek..Pokoknya semua yang lagi baca tulisan kecil ini, kalo kalian gak ada, Dika gak akanbikincerita beginian.

Page 4: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 4/71

╬  Ucapan Terimakasih ╬  Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 Ayah Arif Rahman

Makasih Ayah, udah jadi korektor buat tulisan Dika

yang

ini. Udah jadi tempat Dika buat curhat apapun.

 Bunda

Erni Dwi P.Makasih sudah nyebut nama Dika disetiap tasbih dan

doa

doa. Love.

 Tanpa kalian berdua gak akan pernah ada Dika di

dunia

manis ini.

Kakak.

 Alfariel Faeyza Ashraf

26 April 2015, Happy Birth Day ke 18 ya. Semoga

lulusnya

lancar ya. Terus diterima di Universitas favorit.

 Tulisan

ini terutama buat elu. Ti amo. Ik hou van je. Pokoknyabest brother ever ya sesekali gak akur kan gak apa.

Page 5: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 5/71

YoursDika

ondar mandir sendirian di koridor, entah apayang gadis berkulit putih bersih ini pikirkan.Masa masa SMA kini telah usai, dengan

bangganya semua siswa melihat hasilkelulusannya. Tiga tahun yang melelahkan. Cerita ceritacinta dan persahabatan terukir di atas bangku SMA. Sedih,senang, bangga, semua tercampur dalam suatu suasana.Suasana yang mungkin akan menjadi kenangan indah kelak nanti.Waktu akanMemisahkan cinta dan persahabatan yang pernah terlukis.Dahlia tampak bingung menghadapi kertas pengumumankelulusannya. Ia harus bangga karena nilainya semua di atas8, dan beberapa mendekati sempurna. Tapi disisi lain

kesedihan menyelimuti rasa bangga dirinya. Teringat janjisang ayah, “kalau nilai UN lia bagus, papa akan…….” Lamunannya terhenti melihat seseorang menghampirinya.Senyum palsu Dahlia timbul saat Doni, kekasihnya sudah tepatberadadepan wajahnya, begitu dekat hingga suara alunan nafasyang besahut sahutan. Mata Doni curiga pada senyum yangterlihat dihadapannya, mata itu menjelajah kearah ataskearah mata ranum yang berada tepat di hadapannya.

“jangan baca mata gue” Dahlia memalingkan wajahnya, menghindari kepandaian Doni dalam membaca pikiranseseorang dengan tatapan matanya.Melihat Dahlia yang memalingkan wajahnya, Doni semakincuriga ia memundurkan tubuhnya menjauh dari wajah Dahlia.Doni merasa wajar jika Dahlia tak ingin semua masalahnya Doniketahui. Meski begitu, Doni masih tetap mencemaskankegelisahan yang melanda kekasihnya tersebut.“well, terserah. Seenggaknya, aku tadi ingin ngurangin beban lo

 ya!” Doni tersenyum meremehkan. Dahlia tetap diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Hingga

Page 6: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 6/71

Doni mengajaknya pulang, ia tetap diam dalam kegelisahannya. Tangan Doni setengah mencengkram membawa Dahlia beranjakmenuju tempat parkir. Masih ada sedikit rasa penasarandihatinya,

mengapa Dahlia tampak murung sedangkan nilainya sangatbaik dibanding teman temannya.“Don, Doni mau kuliah dimana habis ini?” Tanya Dahlia dengangugup dengan tetap mengikuti langkah Doni dari belakangnya.“Aku…. Aku.. aku dapet beasiswa di Australia” jawab Doni terbata bata, ia khawatir Dahlia akan sedih jika Doni akankuliah jauh dari Dahlia.“ooh, bagus dong” Jawab Dahlia tanpa terlihat sedikitpun rasasedihnya.

“bagus, iya bagus. Kamu enak disini bebas ngegandeng cowokmanapun. Hahaha” “bukan gitu, Don. Aku disuruh,. Eh, dipaksa kuliah di Belandasama papah kalau nilainya bagus, makanya aku melamuntadi. Aku takut, kamu gak setuju” “semua laki laki akan bangga, jika wanita yang dia sayangberhasil. Kita akan bertemu lagi, kamu akan jadi pengacara, danaku akan jadi hakim. Dan, kita akan bertemu kemudianmembangun keluarga. Aku serius sama hubungan kita, Nyonya

Doni” Doni menaruh kedua telapak tangannya di pundak Dahlia,mencoba menyalurkan ketenangan dalam dirinya kepada Dahlia.Menatap mata Dahlia yang masih terlihat masih dipenuhikegelisahan. Dahlia heran mendengar penjelasan Doni. Ia takmenyangka bahwa Doni akan seserius itu dalam hubungannya.***Doni hanya bisa mengantar Dahlia hingga bandara, tidakmungkin dia ikut ke Belanda karena ia beberapa hari lagi jugaakan berangkat ke Australia.

Mereka benar benar tidak pernah menyangka jika saat inimereka haru berpisah karena paksaan pendidikan.“Don, serius nih? Kita bakal lama gak ketemu. Apa mungkin yananti kita bisa mertahanin hubungan kita?” Dahlia bertanyacemas beberapa saat sebelum Dahlia berangkat.Doni menggenggam erat tangan kekasihnya, “kita masih satualam kok, kita masih bisa berhubungan pakek hp kali”. Dahlia masih tertunduk cemas, “tapi apa gak lebih baik kitasekampus aja ya Don?” 

“Keluarga kamu udah seneng kamu bisa di terima di VU, jangankecewain mereka ya. Aku juga gak mungkin kuliah disana

Page 7: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 7/71

karena emang ada yang gratisan, kan lumayan uangnya bisaditabung buat masa depan kita nanti” Dahlia mendongak menatap Doni, ia tahu Doni sangat seriusdan itu harus ia balas dengan keseriusan juga. Ia tahu,

keluarganya tidak boleh ia kecewakan dan begitu juga Doni,keseriusannya tidak harus menjadi kekecewaan.

Waktu yang ditunggupun tiba, Dahlia berangkatke Belanda. Benar kata Doni, Perpisahan tak benar benarmemisahkan hubunganmereka, hati mereka terus berhubungan walau jarakmemisahkan mereka.Perjalanan yang panjang dan melelahkan, tibalah Dahlia di

negeri kincir angin, NEDERLANDS. Ia menarik koper pink besarmiliknya keluar dari bandara. Sambil memegang tas kecil yangberisi dompet, paspor, dan handphone miliknya. Sambilmenunggu taksi, ia menghubungi keluarganya di tanah airmemberi kabar bahwa ia tiba di Amsterdam, Belanda denganbaik. Tak lupa, pastinya Doni juga ia kabari. Setelah taxi datang,dengan segera ia memasuki taksi tersebut untuk segera mencaripenginapan.Begitu taksi melintas di depan Universitas Vrije, ia

memabayar ongkos taksinya dan melihat lihat dari luar keadaanUniversitas tempatnya akan menekuni hukum lebih dalam.Sebuah bangunan yang tinggi dan megah yang berdiri di ibukotaBelanda, Amsterdam. Mulut Dahlia hanya bisa mengangamelihat keadaan gedung tersebut. Rasa tak percaya bahwabeberapa waktu yang lalu ia diterima di sana sebagai salah satudari mahasiswa beruntung lainnya. „wah‟ hanya kata itu yangmenyeruak dari mulutnya.Mengingat itu adalah pusat kota, sehingga mungkin tak sulit

baginya untuk mencari penginapan tak jauh dari situ, sehinggaia memutuskan untuk berjalan kaki mencari penginapan yangpas untuknya sambil menikmati suasana kota tulip di sore hari.Langkah demi langkah mengantarnya semakin jauh dari VU(Vrije Universiteit). Ia menyesal tak menunggu taksi setelah puasdengan VU, setidaknya dia bisa bertanya bertanya dimanatempat penginapan yang banyak di huni orang Indonesia. Tapi iaceroboh, hingga jam di tangannya menunjukkan sudah dinihari, ia cemas tapi ia melihat sekelilingnya masih ramai. „ya 

ampun‟ ucapnya dalam hati sambil menepuk jidatnya. TernyataDahlia lupa mencocokkan waktu di jamnya dengan waktu

Page 8: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 8/71

Belanda, itu masih WIB. Pantas saja ia lihat masih ramai orangberlalu lalang. Dahlia berniat menanyai seseorang tentangpenginapan disana karena ini sudah malam.Dahlia menghampiri

seorang wanita tinggi dengan rambut panjang berkulit lebihputih darinya.“excuse me, miss. Eee can you help me?” mendengar ucapan Dahlia, orang itu tampak bingung. Dahlia pikir perempuan itutidak mengerti bahasa inggris. „cantik cantik oon‟ kata Dahliadalam hatinya.“kan je me helpen?.. heft …u hier al…kent de……. Zaal?(=bisakah kamu membantuku? Apakah kamu tau tempatpenginapan disini?)” Tanya Dahlia sambil memikir mikir 

terjemahnya.“daar! loop naar het noorden en zoek gebouwmen over de plek om te eten.(=disana, jalan ke utara dan caridiseberang restoran.)” setidaknya Dahlia mengerti maksud ucapannya.“dank u” ujar Dahlia sopan. Dahlia mengikuti arahan dari perempuan itu. Ia berjalan ke arahutara, mencari sebuah restoran yang dimaksud. Ternyata begitu jauh. Restoran yang akan dia cari cukup jauh. Sebenarnya ada

banyak restoran sepanjang perjalanan, namun tak ada yangberseberangan dengan penginapan. Penginapan juga banyak disepanjang perjalanan, tapi entah mengapa Dahlia selalumemtuskan untuk tetap mencari penginapan yang dimaksudperempuan tadi. Langkahnya semakinlamban, ia sudah lelah menelusuri jalan.Belum ia menemukan tempat yang ia cari, ia malah dihadangoleh segerombolan laki laki belanda yang kalau di Indonesiamungkin disebut PREMAN. Ia ketakutan. Preman preman itu

mendekati Dahlia, merayunya, bahkan tak jarang menyentuhDahlia. Ia semakin takut, wajahnya melukiskan perasaantakutnya. Para preman itu sadar bahwa Dahlia bukan oranglokal, dari wajahnya kelihatan bahwa Dahlia orang Asia.“lepasin!” bentak Dahlia namun mereka tidak mengerti. “waar ga je heen mooi meisje?” Tanya salah satu dari mereka. Dahlia semakin takut ketika tangannya dicengkram, sepertitidak akan dilepaskan. Seperti singa yang sudah mendapatkijangnya.

Dahlia terus meronta meminta dilepaskan, namuntetap tak ada perubahan malah mereka tertawa sambil berbicara

Page 9: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 9/71

tidak jelas, sepertinya mereka mabuk. Namun meski merekamabuk, Dahlia belum cukup kuat untuk melawan. Ia berteriaksekeras kerasnya. Mereka tetap mencengkram tangan Dahlia,keadaan semakin menegang.

 Tiba tiba seseorang datang dan memukul orang yang memegangitangan Dahlia dari belakang sampai jatuh. Dahlia langsungkabur dan duduk terpuruk tidak jauh dari mereka. Orang ituterdengar memukuli preman preman bengis yang menggangguDahlia hingga semua jatuh.“lama gak main boxing. Kom naar voren.” teriak laki laki tersebut. Dahlia sadar, ternyata laki laki itu orang Indonesia. Tapiketenangan Dahlia tak berlangsung lama, terdengar preman

preman itu kembali menyerang sosok pria itu. Dahlia tidakberani melihat. Ia tetap duduk terpuruk dengan kepalanyamenunduk ke tanah berbatu. Selang beberapa menit takterdengar suara perkelahian lagi, tapi Dahlia tidak tau siapa yang memenangkan perkelahian itu.“Anda baik baik saja?” Tanya laki laki tersebut yang sudahberdiri didepan Dahlia.“Ia, terimakasih. Tapi mereka mengambil dompet saya. Maaf, apa

anda orang Indonesia?” Dahlia masih menunduk, entah kenapaia tidak berani melihat ke orang itu.“ya, saya rasa anda juga orang Indonesia. Tadi anda berteriakdalam bahasa Indonesia” “ya begitulah” Dahlia masih tetap tertunduk.“bisakah anda tidak seperti itu? Saya ini orang, bukan setan. Ah,sudahlah. mau apa sendirian malam malam begini?” Tanya lelakiitu dengan gelak tawanya.“Saya tadi mencari penginapan. Saya baru sampai tadi siang.

Mungkin saya berangkat kesini dari Indonesia sekitar 12 jam.Dandari tadi siang saya belum makan. Dan naasnya, dompet sayahilang.” Dahlia menangis meratapi hari pertamanya di Belanda. ”Apa harus saya kejar orang orang tadi? Dompet itu berhargabagimu” laki laki itu sangat baik kepadanya.“oh ya, saya Dahlia, anda?” Dahlia mendongak dan mengulurkantangannya. Ia sedikit memicingkan matanya.

“Lia?” ujar laki laki itu kaget.

Page 10: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 10/71

Keduanya masih diam sambil memastikan siapa yang terlihat dihadapan mereka masing masing.“Adit?” Dahlia masih tidak percaya tentang apa yang ia lihat. Sudah hampir dua tahun tidak bertemu. Terakhir dia mengabari

bahwa akan kuliah di Jerman.“Jadi, tadi gadis yang di serbu preman itu kamu?” ucap laki lakiitu tidak percaya.“katanya di Jerman kuliahn ya? Kok sekarang di Amsterdam? IniBelanda bukan Jerman!” “yeee, suka suka dong. Dompetnya, mau dikejarin? Aku gakpernah kerepotan soal kamu.” “paling udah habis, sia sia pasti. Yaudahlah paling aku besokbalik ke indo” Dahlia kesal. 

“enggaklah! Emang punya uang dari mana mau pulang? Yaudah ayo ikut” tanpa menunggu jawaban Dahlia, Adit langsungmenariknya dengan lembut.“kita mau kemana? Aku mau nyari penginapan” Dahlia bingung kemana mereka akan pergi.“kamu gak punya uang kan? Kamu mau jadi gelandangan?Kamu ikut keRumahku aja!” “rumah? Kamu punya rumah disini? Hahaha” Dahlia

mengejeknya.“ooh gitu? Yaudah selamat jadi gelandangan di negeri orang” genggaman tangannya itu ia lepaskan, namun Dahlia kini yangmengejarnya.Mereka terus berjalan hingga tiba disebuah rumah yang cukup nyaman, meskipun tidak terlalu megah. Ternyata iturumah yang dimaksud. Rumah itu Adit sewa selama 4 tahundari penduduk asli.Dahlia setengah tak percaya akhirnya dia

dapat beristirahat tenang walau dompetnya hilang. Di rumah ituterdapat 3 kamar, Dahlia diberi kunci untuk kamar yang tidak jauh dari kamar Adit. Dahlia melihat keadaan kamar barunya.Sebuah single bed, lemari, dan tidak ada tv. Tapi ia harusbersyukur setidaknya dia mendapat tumpangan tidur dan gratis.Ia segera membereskan pakaiannya. tak lama setelahnya,handphonenya bordering, sebuah pesan singkat via line dariDoni. Doni menanyakan keadaannya, tidak mungkin iamengatakan bahwa ia serumah dengan Adit, Doni pasti akan

cemburubuta. Jadi ia memberi tahu bahwa ia menginap disebuah hotel.

Page 11: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 11/71

Selesai membereskan kamarnya, Dahlia keluar untukmenanyakan makan malam. Tapi ternyata, makan malam telahtersedia disana.“makan nih” panggil Adit melihat Dahlia yang baru keluar dari

kamarnya.“makasih, b y the way kakak ini kuliah dimana?” Tanya Dahliasambil mengambil makanan.“Amsterdam University, kamu disana juga?” “enggak, aku di VU. Tapi bener gapapa nih tinggal disini?” “ya boleh, tapi aku gak bisa nafkahin kamu ya, aku males nyari kerja. Ku pikir uang jajanku sudah cukup untukku sendiri, tapiuntuk berdua aku gak yakin. Tapi kamu boleh ikut makandisini, maksudku tadi itu kalo kamu misalnya pengen beli mobil,

pesawat. Atau motor gitu” Adit tertawa karena omongannyasendiri.“gapapa, makasih” “kapan masuk kuliahnya?” “masih lama, tujuan sekarang pengen liburan tapi uangnya gak ada hehehe. Jadi sekarang, bantu bantu Kak Adit aja disini” ujar Dahlia malu malu.“kalo mau pinjem uang, gak apa apa kok. Kamu gak ngabarinmereka saol perampokan ini?” 

“mereka? Orang tuaku? Enggaklah! Yang ada mereka cemas nantinya.” Mereka makan malam dengan santai sambil menikmatidinginnya malam itu. Tak terasa sudah tengah malam diAmsterdam, ini sudah terlalu malam tapi mereka baru selesaimakan. Karena sudah malam, mereka memutuskan untuksegera tidur. Walau sebenarnya Dahlia tidak akan bisa tidur. Iaterus memikirkan kejadian yang menimpanya tadi.Doni? Bagaimana keadaaan anak itu? Akankah dia tau keadaan

Dahlia? Tentang dimana Dahlia sekarang. Dan apa yang baruterjadi padanya.Pertanyaan demi pertanyaan datang bertubi tubi membebanipikiran Dahlia. Dia juga khawatir ketika masuk kuliahnanti, dia tidak bisa menyesuaikan diri. atau dia akandikucilkan. Pikiran pikiran buruk datang menghantui. Tiba tiba ia melihat pintu kamarnya terbuka sendiri danmendapati Adit disana. Ia hanya ingin mengecek Dahlia apakahsudah tertidur, namun ternyata tidak. Dahlia mengajak Adit

untuk ngobrol berhubung dia tidak bisa tertidur waktu itu.Namun di tengah tengah obrolan, Dahlia malah ketiduran.

Page 12: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 12/71

***Keesokan harinya Dahlia terbangun ia melihat selimut yangmelapisi tubuhnya. Dia baru teringat semalam dia ngobroldengan Adit hingga larut. Ia sedikit tersenyum.

Ia melihat handphonenya, ada banyak pesan dari Doni. Ia jaditeringat pada Doni, akankah Doni akan marah ketika tau bahwaDahlia serumah dengan pria lain. Perasaan itu dengan cepatditepisnya, ia menyangkal semua prasangka buruknya jauh jauh. Dengan cepat Dahlia mandi dan keluar mencari Adit.Namun rumah masih sepi. Ia memberanikan diri untukmengintip ke kamar yang bersebelahan dengan kamarnya, Adittampak masih tertidur disana. Sebuah ide terlintas dipikirannya. Untuk membalas kebaikan Adit kemarin, Dahlia

memasak masakan kesukaan Adit yang masih ia ingat. Denganbahan bahan yang ada di dapur, Dahlia berhasil membuat duaporsi mie goreng dengan telur yang tidak terlalu mateng.Beruntunglah makanan kesukaannya bukanlah masakan yangsulit dibuat.Lima menit Dahlia menunggu Adit tapi gak ada tanda tandabahwa ia sudah bangun. Jadi Dahlia melangkahkan kakinyamenuju kamar Adit, dan ketika pintu kamar dibuka ternyataAdit masih tidur hanya kini posisiny a tengkurap. „bangunin apa

enggak ya‟ batin Dahlia. Namun akhirnya Dahlia memutuskan

untuk membangunkan Adit sebelum makanannya dingin.Dengan hati hati Dahlia menggoyang goyangkan lengan Adit. Idelain kembali terlintas di pikiran Dahlia. Melihat Adit yang hanyamengenakan kaos tak berlengan, Dahlia langsungmenggelitikinya hingga Adit terbangun dengan matanya yangmasih terlihat mengantuk. Tapi dia tidak marah.“huh, baru 2 jam aku tidur. Tadi malem aku mau keluar darikamarmu aja, kamu megangin tanganku sambil nyebut nama

Doni. Karena gak tega, ya aku gak keluar” ucapnya malas sambil menggaruk garuk perutnya dan melihat jam dindingnya.“yee maaf, aku udah masakin makanan kesukaan kakakHehehe, jadi bangun” Dahlia menarik tangan Adit yang masihmalas.“ka yak suaminya aja, dibangunin terus dibikinin makanankesukaan. Yaudah makasih” Adit mengikuti Dahlia dengantampangnya yang masih kusut.***

Dahlia baru saja pulang keliling di sekitar rumahnya. Diaterkejut melihat Adit tampak kebingungan di dapur. Ia pasti

Page 13: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 13/71

akan memasak namun malah menghancurkan dapur. Selama iniia tidak pernah memasak, biasanya dia beli makanan di luar.Dengan prihatin, Dahlia menghampiri Adit yang belum sadarakan kehadiran Dahlia.

Dahlia memungut sayuran sayuran yang Adit jatuhkan. “dasarcowok, masak aja heboh” gumam Dahlia mengagetkan Adit. Tanpa pikir panjang, ia membereskan benda benda yangberserakan. “kayak pasar tumpah” gumam Dahlia dengan kesan mengejek.Adit hanya bisa tersenyum mendengar komentar dariDahlia. Dahlia terus berkomentar tentang keadaan dapur,hingga tak terasa dapurnyapun bersih juga.Dahlia membantu Adit yang bingung di depan penggorengan. Ia

hanya menggoreng telur dan dicampur dengan sosis dan bawangterlihat seperti omelet sederhana.Dahlia yang sedang sibuk memasak dikejutkan dengan Adit yangtiba tiba berdiri tepat di belakangnya. Dahlia tidak tau apamaksudnya.Dahlia berbalik dan mendongak menghadap wajahAdit yang lebih tinggi darinya, “apaan sih? Minggir deh!” Mata bertemu mata. Keheninganmenguasai dapur itu. Wajah Adit tampak semakin dekat dengan

wajah Dahlia, matanya masih saling bertatapan dalam hening.Secara tiba tiba, bibir Adit menyentuh bibir Dahlia, hanyabersentuhan. Tapi, dengan santainya bibir Dahlia dilumatnya,Dahlia masih tetap diam mendapat perlakuan dari Adit. NamunDahlia kemudian melepaskan ciuman itu, iatertunduk.Ia teringat pada Doni di Indonesia. Doni setia padaDahlia bahkan Doni sangat serius, namun Dahlia malahbersama dengan pria lain.

“Lia, maaf. Tadi kebawa suasana” Adit menjelaskan dengantangannya yang sibuk menggaruk leher belakangnya. Dahliahanya diam sesaat, “gak apa apa” jawabnya dan pergi dari dapur. Ketika Adit melihat omelet yang ditinggal tadi, omeletnyagosong. “berapa lama tadi....? argh” gumam Adit bingung. Tapi Adit masih bingung pada sikap Dahlia, tiba tiba tertunduk.Apa Lia marah? Doni? Ya, pasti Lia masih ada hubungandengan Doni.Rasa bersalah masih melanda Adit. Atas perlakuannya pada

Dahlia. Ia ingin menyusul Dahlia, tapi pastiDahlia masih ingin sendiri.

Page 14: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 14/71

***Hari ini adalah hari pertama Dahlia masuk kuliah. Dengansemangat, ia membereskan barang barangnya yang akanmenjadi saksi hari pertama Dahlia kuliah. Dengan riang Dahlia

mengetuk pintu kamar Adit yang masih tertutup sepi.“kak!!!” semakin lama, Dahlia semakin keras mengetuk pintubercat biru tersebut.“woy! disini.” Adit berteriak dari pintu depan rumahnya, iasudah lebih dahulu keluar dari rumah. Dengan setengah berlariDahlia menghampiri Adit.“kita naik apa?” Tanya Dahlia penasaran. “bus, yaudah ayo cepet!” Meskipun beda Universitas, Adit menemani Dahlia sampai

Dahlia tiba di tempatnya kuliah. Baru setelah itu, Adit beralihbus dan menuju Universitasnya sendiri.Dahlia terkekeh melihat suasana dalam kampus. Disini bule,disana bule. Matanya masih berkeliling di area kampus.Biasanya Dahlia hanya melihat bule di tempat wisata, namunkini ia bergabung ditengah tengah mereka. Di hari pertamanya,ia masih belum mendapat satupun teman. Tak ada yangmengajaknya bicara.Dahlia mengambil handphone di sakunya

dan membuka akun fb pribadinya.“hidup ditengah tengah orang yang ku anggap asing itu aneh. Atau mungkin mereka yang menganggapku asing bahkan aneh.Kangen Vera, kak Aldi, kak Riko, Doni, sahabatku Zaskia” Status singkat yang sengaja ia buat untuk mengutarakanperasaannya. Belum 5 menit, Doni tiba tiba berkomentar distatus tersebut. Mereka bercakap cakap tentang pengalamanmasing masing. Doni yang saat itu sudah berada di Australiaternyata sudah lama masuk kuliah.

***Ini adalah minggu ke dua Dahlia kuliah. Ia sudah mendapatbeberapa teman yang cukup akrab dengannya. Mereka adalahNicho dan kekasihnya, Maria. Maria adalah gadis berumur 20tahun dan jauh lebih tinggi dibanding Dahlia. Sedangkan Nicho,adalah laki laki yang malah jauh lebih tinggi lagi dibandingDahlia. Ia sekarang berumur 20 tahun. Mereka mengaku telahberhubungan selama 2 tahun lebih. Mereka adalah pasangan yang selalu bisa meramaikan suasana, romantis, dan

merupakan teman pertama Dahlia di Belanda.

Page 15: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 15/71

Nicho dan Maria memaksa untuk main main ke rumah Dahlianamun Dahliamenolaknya, bukan tidak mau menerima tapi Dahlia hanyatidak ingin mereka tau bahwa Dahlia tinggal serumah dengan

laki laki yang bukan suaminya. Dahlia juga tidak enakmembawa tamu tanpa seizin Adit.Maria terus memaksa, dan mau tak mau Dahlia mengiyakannya.Sepulang kuliah, Dahlia mengajak Maria dan Nicho berkunjung.Dengan menggunakan mobil Nicho, mereka bertiga menujurumah tempat Dahlia.Dan tibalah mereka. Dahlia bersyukur karena rumah masihsepi. Sepertinya Adit belum pulang. Namun ditengah obrolanmereka, Adit keluar dari kamarnya, sepertinya

baru bangun tidur.Adit melotot melihat siapa yang ada dihadapannya. Dahlia dan dua orang yang tidak dikenalnya.Adit masih terpaku di depan kamarnya. Ia memanggil Dahlia danmenyuruh Dahlia menjelaskan. Dengan sedikit rasa bersalah,Dahlia menjelaskan semuanya. Adit mengangguk anggukkankepalanya mendengar penjelasan Dahlia.“hi, I am Adit. Lia’s boyfriend. Who are you guys?” Aditmenghampiri Nicho dan Maria, meninggalkan Dahlia yang tidak

terima dengan pengakuan Adit.“hello, I’m nicho and this is my girl friend, Maria” jawab Nicho datar.Setelah pertemuan itu, nicho dan maria percaya bahwa Aditadalah kekasih Dahlia walau Dahlia tidak mengaku danmengatakan kekasihnya bernama Doni yang berada di Australia.***Dahlia selesai membaca sedikitnya 2 buku di perpustakaan dansegera keluar untuk pulang. Namun ternyata ada dua pria aneh

 yang terus memperhatikan Dahlia sejak ia keluar dariperpustakaan. Mereka berdua terus mengikuti Dahlia sepanjang jalan. Setiap Dahlia melirik mereka, mereka mengalihkanpandangan mereka. Dahlia mempercepat langkahnya hingga iasampai di rumah. Tapi mereka berbalik ketika Dahlia telahsampai di rumahnya. Dahlia curiga terhadap dua pria tersebut,tapi berhubung mereka sudah pergi jadi Dahlia merasa sedikitlega sekarang. Dia langsung menceritakan kejadian itu kepadaAdit.

Malam sudah tiba, dingin kota ini sungguh menusuk jiwa.Sebuah jacket tebal tidak cukup sebagai benteng menahan diri

Page 16: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 16/71

dari dingin. Adit sudah tidur sejak tadi, namun Dahlia masihduduk terpaku menunggu kabar dari Doni. Handphonenya tetapsunyi, tak satupun pesan masuk ke handphonenya. Dahliamelihat jendela kamarnya bergerak gerak sendiri. Dengan was

was ia menghampiri jendela tersebut sambil membawa tongkat yang siap memukul siapapun yang membuat Dahlia kaget.Benar sekali, dua orang muncul dan masuk lewat jendela.Dahlia berteriak ketakutan namun ia terpaku tak bergerak,hanya mundur selangkah demi selangkah. Dua orang ituberbicara banyak namun tak satupun kata yang Dahlia mengertiartinya. Disela sela ketakutannya Dahlia meneriakkan namaDoni.***

Dahlia merasa memiliki kekuatan untuk berlari. Ia berlarimenuju kamar Adit, yaa itu karena memang tidak ada siapapunlagi disini. Eh namun kamarnya dikunci. Pintu kamar itu takberhenti Dahlia pukul pukul dari luar dengan kerasnya. “kak!!” berulang berulang namun Adit belum juga membuka pintukamarnya. Begitu pintu kamar itu sudah sedikit terbuka, Dahlialangsung masuk memeluk seseorang yang masih linglung dipintu kamarnya.“kak, ada orang di kamar Lia” Lia semakin mempererat 

tangannya yang melingkar di perut Adit yang kaget mendengarucapannya. Dia melepaskan pelukan Dahlia dan menuju kamarDahlia. Tak terdengar perkelahian antara Adit dan dua orangmisterius itu. Begitu Dahlia mengikuti Adit ke kamarnya,ternyata kamarnya sudah kosong. Adit mengira Dahlia hanyaberhalusinasi. Tapi Dahlia yakin bahwa apa yang ia lihat adalahnyata.Ketakutan masih menyelimuti atmosfer kamar mungil itu,Dahlia masih gemetar shock setelah melihat kejadian yang baru

menimpanya. Ia masih was was jika tiba tiba orang itu datanglagi. Adit sudah kembali ke kamarnya meninggalkan Dahlia yangdihantui rasa waspada terhadap sekelilingnya. “cowok macam apa! gue ditinggal sendiri disini. Emang gue ngehalu apa, kanbeneran… argh” gumamnya lirih seakan tidak ingin ada yang mendengar. Dahlia penasaran dan melihat ke arah jendelakamarnya, disana memang sudah tidak ada apa apa, tapiterlihat sesuatu bergerak di dekat pohon yang tak jauh darirumahnya, seperti orang yang mengendap endap, entah orang

itu akan kemana apakah kembali dengan niat jahatnya ataupergi. Dahlia memutuskan untuk pergi ke ruang tengah. Ia

Page 17: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 17/71

dapat melihat lebih baik dari depan rumah. “ok, gue Cumakaget. Dikira gue takut sama begituan?” gumamnya kesal. Langkah langkah kecil mengantarkan Dahlia ke ruang tengah.Setiap ada suatu suara itu pasti membuatnya kaget dan was

was. Sangat pelan, namun akhirnya ia sampai di ruang tengah.Ia melihat ke luar rumah namun memang sepi. Apakah benar iahanya berhalusinasi? Ia melihat ke sekeliling dari terasrumahnya dan masih terlihat sepi. Hawa dingin mencabik cabiktubuhnya. Entah kenapa masih ada rasa takut di benaknya. Iamemutuskan untuk kembali ke kamarnya. Tak disangka, duaorang tadi sudah berada di kamarnya. Salah satu dari merekaduduk di tepi ranjang dan yang satu lagi melihat lihat gambarartis yang ditempel di tembok kamarnya. Dahlia ternganga

melihat kamarnya. Dia kembali terpaku dalam keheningan.„lawan, kabur, lawan, kabur?‟. Dua orang itu belum menyadarikehadiran Dahlia. Dengan menjaga langkahnya agar takbersuara, Dahlia mundur perlahan. Tak sengaja dia merobohkanvas bunga yang ada di samping pintu kamarnya, dua orang itumelihat ke arah pintu dengan pandangan tajam. DitemuinyaDahlia yang ketakutan di pintu kamarnya. Dua orang misteriusitu menghampiri Dahlia dengan langkah yang pelan dan hatihati.

Mata Dahlia berbinar meneteskan air matanya semakin deras.Sebuah sentuhan menariknya menjauh dari kamarnya. Dahliabahkan tidak sadar dimana dia sekarang dan siapa yangmenariknya. Matanya tetap melotot ke depan mengabaikansegalanya. Hingga sebuah suara membuyarkan lamunannya.Suara yang tak asing lagi baginya. Suara itu seperti seorang yang kesakitan. “Adit?” Dahlia teringat, jangan jangan Aditterluka.“je neuken (=JHANCUK)” Suara itu kembali terdengar dan kini 

semakin keras. Oh Tuhan apa yang terjadi? Ribuan pertanyaanmembuat Dahlia sangat tertekan. Pintu ruangan itu terbuka,seseorang masuk dengan memegang perutnya seperti orang yangterluka. Mata Dahlia terus menyorot pada orang itu, dia Nampakkesakitan.“Lia, kamu gakpapa kan?” ternyata Adit, dia yang memegangperutnya. Dia terluka.Dahlia melihat memar keunguan di perut sebelah kiri Adit. Itukarena Adit terjatuh dan perutnya membentur siku meja saat

melawan dua orang misterius itu. Dahlia keluar dan melihatkearah kamarnya sendiri, sudah sepi tapi berantakan. Ia

Page 18: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 18/71

kemudian memberanikan diri untuk mengambil air dingin didapur untuk mengobati memar di perut Adit, namun Aditmelarangnya. Dengan masih merasakan sakit, Adit kembali ketempat tidurnya tanpa memperdulikan Dahlia.

“Gak mau tidur? Besok gak kuliah?” suaranya memecah keheningan.“masih takut, gimana kalo mereka datang lagi?” jawab Dahliadengan sedikit gemetar.“Gak mungkin lah” Adit menutupi dirinya sendiri denganselimutnya, Dahlia memandangnya jengkel.“mau tidur berdiri?” Adit berteriak dari dalam selimutnya.“kalo perlu gue gak tidur” jawab Dahlia frustasi. “Mau tidur disini? Yaudah sini!” 

Suasana menjadi hening, tidak mungkin mereka sekamar.Dahlia memang mengakui dulu sempat mengejar ngejar orangini, tapi itu sebelum Doni hadir di hidupnya. Jika saja itu iatawarkan dahulu, pasti dengan senang hati Dahlia menerima. Tapi sekarang sudah tidak mungkin lagi, tak mungkin adaperasaan lagi.“kalo perlu aku tidur di lantai” Adit mengalah. „sebagai lelaki emang harusnya gitu‟ gumam Dahlia dalam batinnya. Diamenghampiri Adit, dan Adit mengambil satu bantal dan

selimutnya untuk tidur dilantai. Sementara Dahliadipersilahkannya tidur diranjang yang empuk.Dingin, hanya kata itu yang cocok untuk keadaan saat itu.Badan Dahlia gemetar merasakan aura malam yangmenusuknya jauh kedalam daging dagingnya dan membenturtulangnya, DINGIN. Rahangnya mengeras. Ia melihat Adit yangbiasa saja di lantai, tapi dia mengenakan selimut. Adit merasabahwa ia sedang diperhatikan oleh Dahlia yang mengambil alihranjang di kamarnya tersebut. “dingin? Ini selimut, ambil” 

 Tanyanya lirih dan memberikan selimut yang ia kenakan padaDahlia.Dahlia sudah merasa lebih baik, tapi kini dia malah merasabersalah. Dia enak enakan tidur di kasur yang empuk danmengenakan selimut, sementara Adit? Hanya mengenakancelana selutut dan kaos tanpa lengan yang tipis, tidur dilantai yang pasti jauh merasakan dinginnya malam itu. “kak?” Dahlia memecah keheningan. “ya?” jawab Adit malas, sepertinya iasudah mengantuk. “mau tidur diatas? Tapi jangan aneh aneh 

loh!” Dahlia menawarkan. “oh, makasih banget” Adit langsungmenubrukkan tubuhnya di kasurnya, membenamkan wajahnya

Page 19: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 19/71

di bantal dengan posisi tengkurap. “ini guling sebagai pembatas, gak boleh ada yang ngelebihin batas ini, yang ngelanggar harusnraktir yang menang” ujar Dahlia, namun Adit sudah takmenjawab dia mungkin tertidur. “yaaa sudahlah, awas 

ngelanggar, ketentuan berlaku” lanjut Dahlia dan berbalik memunggungi Adit yang sudah tidur lebih dulu. Sesekali Dahliaberbalik melihat posisi Adit, takutnya dia mengambilkesempatanemas. Waktu terus berjalan tanpa sadar, Dahlia sudah tertidurnyenyak.***Pagi datang menjemput. Dingin masih menguasai ruangan tapitidak sedingin tadi malam. Matahari masih malu malu tak

menampakkan secercah cahaya pun. Dahlia sedikit demi sedikitmembuka matanya. “Ah!” teriaknya terkejut melihat Adit yangmasih tertidur tepat di hadapannya hanya saja sekarang diatidur telentang. Mendengar teriakan Dahlia itulah Aditterbangun. Ia menggosok gosok matanya dan menoleh ke arahDahlia. “hmmh?” gumamnya dengan nada bertanya. “lo ngapain gue!” Tanya Dahlia panik mengingat ketika iabangun jaraknya begitu dekat dengan Adit.“seharusnya gue yang nanyain itu!” Jawab Adit memprotes.

“maksud lo?” “sadar gak semalem lo meluk meluk gue mulu. Sampek gue kebangun gara gara pelukan lo keras banget di perut gue. Bukangimana, tau gak perut gue kenapa tadi malam? Memar Cumabuat nolongin lo!. Untung aja elo yang meluk gue, kalo oranglain paling udah gue bunuh semalem. Lo ngelanggar perjanjian,lo harus nraktir gue!” gumam Adit lirih dekat dengan telingaDahlia.“meluk ello? Hahaha lo mimpi kali?” Dahlia tidak terima. 

“kalo lo gak meluk gue, gak mungkin gue ngerasa kesakitan semalem. Lo cewek terkasar yang sama sekali gak tau carameluk cowok yang bener! Pasti Doni gak betah sama lo. Nih” Aditmemperlihatkan memar diperutnya yang memang terlihatsemakin jelas.“maaf udah meluk lo!” Ucap Dahlia kesal dan menatap Aditdengan tatapan menantang, kemudian pergi meninggalkan Adit yang masih terbaring malas. Dahlia terpaku melihat siapa yangada di ruang tamu rumahnya, dua orang. Bagaimana mereka

bisa masuk? Bukannya pintu sudah dikunci? Oh God, semalamDahlia keluar rumah dan hanya menutupnya tanpa

Page 20: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 20/71

menguncinya kembali. Nicho dan Maria itu yang dilihat Dahliasedang duduk di sofa, mereka balas menatap Dahlia curiga.Belum saja Dahlia bisa berkata kata, Adit keluar dari kamar yang sama dan naasnya dia sedang shirtless. Maria menatap

mereka berdua penuh kecurigaan. Maria tampak menggelenggelengkan kepalanya tanda tak percaya akan apa yangdilihatnya. Maria kembali menelusuri Dahlia dan Adit yangmasih hening, kepala, leher, dada, perut! Maria melihat sesuatudi perut Adit, keunguan seperti bekas kecupan yang begitubernafsunya, Maria salah paham. Maria menatap ke wajahDahlia tajam seakan matanya mengatakan “what did you do?”. Apa? mereka salah paham Dahlia tidak melakukan apa apa. Tiba tiba Adit merangkul pundak Dahlia, ia tersenyum dan

mengatakan “thank you for tonight”. Dahlia menatapnya tajam tidak terima dengan perlakuannya. “lo ngomong apa sih?” protes Dahlia, “di Eropa, cewek tidur sama cowoknya udah biasa”  jawab Adit tanpa mengecilkan suaranya seakan dia sudah taubahwa Nicho dan Maria tidak akan mengerti bahasa mereka.Nicho menjelaskan maksud kedatangannya bersama Maria.Mereka awalnya ingin mengajak Dahlia jalan, tapi berhubungmereka melihat keadaan Dahlia „seperti itu, lalu‟ merekasepertinya harus berpikir lagi. Dengan tatapan mengusir, Adit

terus menatap Nicho dan Maria. Akhirnya mereka pergi limamenit setelahnya.Dahlia kesal dengan sikap Adit. Adit melirik Dahlia yang terlihatgeram entah kenapa. “hari ini lo bakal ngehabisin waktu lo sama gue! Gak ada yang namanya jalan sama mereka!” Ucap Aditdengan nada datar namun terdengar memaksa. “maksud lo?  Jangan macem macem ya!” gumam Dahlia menantang Adit.“hah? Gue mau ngajak lo jalan, kasian banget berapa bulan diAmsterdam tapi lo sama sekali belum pernah mengunjungi

wisata disini. Gue bakal bawa lo ke Vondelpark.” “ah, mana tuh?” Dahlia memang baru pertama kali mendengar kata itu.“udah ikut aja” ***Berkeliling taman seharian membuat mereka merasa kelelahan.Seperti biasa, Adit kembali menghancurkan dapur. Semuanyaberserakan, Dahlia tidak tau akan keadaan dapur yang sudahsangat berantakan. Ketika Dahlia masuk ke dapur hanya untuk

minum, matanya melotot melihat semua barang barang tidakpada tempatnya. Kulit telur dibuangnya begitu saja di lantai.

Page 21: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 21/71

Dahlia menatap Adit seperti singa yang siap menerkammangsanya. Adit diam, was was jika Dahlia tiba tibamenerkamnya.“berapa kali gue ngeliat lo ngeberantakin dapur?” ucap Dahlia 

santai namun dengan nada menyindir. Adit hanya tersenyummendengar sindiran Dahlia. Dahlia beranjak dari dapur, seakantak ingin membantu Adit.Sebuah pesan singkat dari Doni mengejutkan Dahlia yangmemang melamun memikirkan keadaan Doni.“Hai, masih inget aku kan?” tulis Doni. “huuu, uee angen onii” balas Dahlia manja. “ sama, kapan pulang?” “pengen sih Don, tapi……. Ada suatu hal yang gak bisa gue 

ceritain dan gue gak bisa pulang” jawab Dahlia dengan wajah sedih walau Doni tentu tak bisa melihat ekspresinya.“aku di Indo sekarang, aku sumpek males banget. Mungkin taun depan aku mau pindah aja, ke indo atau nyusul kamu”. Entah membaca pernyataan dari Doni itu Dahlia harus senang apasedih. Satu sisi mungkin dia akan senang karena Doni akansatu kampus dengannya, namun disisi lain ia takut Doni marahmengetahui kalau selama ini Dahlia bersama Adit.“hey!” Doni mengirim kembali pesan untuk memastikan bahwa 

Dahlia masih ada disitu namun mengapa tak kunjung membalassuratnya. Dahlia tidak pergi, ia hanya melamun.“terserah kamunya Don  yang jelas aku kangeeun binggow” Dahlia membalas dengan logat alay.“yaudah aku juga kangen. Udah dulu ya! Bye” Doni menyudahi percakapan mereka.***Entah kenapa malam ini terasa aneh bagi Dahlia. Apakah duaorang misterius itu akan datang lagi? Hanya waktu yang bisa

menjawabnya. Mata Dahlia terus memperhatikan jendelakamarnya hingga ia tidak nyenyak tidur. Masih terdengar suaratv di kamar Adit, dia belum tidur?. Dahlia memberanikan dirinyauntuk melihat dari balik jendelanya, melihat keadaan sekitarrumahnya. Dia tetap saja tak bisa tidur, perasaannya tak enakseperti akan terjadi sesuatu. Apa ini? Terlihat ada sesuatu yangbergerak gerak di balik pohon. Apa itu? Werewolf kah? Tidakmungkin, hanya anak kecil yang percaya bahwa werewolf ituada. Tidak saja, mungkin itu Vampir? Dia terlihat seperti

manusia namun lebih tinggi. Sebentar, di balik pohon! Diamengintai dari balik pohon?, dia tinggi? Ya Tuhan!!! Slender

Page 22: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 22/71

man? Mana mungkin ada hantu di tengah keramaian kota? Oh,hantu memang tidak pernah memilih tempat. Slender Man?Yang suka membunuh dan memutilasi korbannya? Dia adalahtokoh game horror favorit beberapa orang memang. Tapi itu

tidak membuatnya bangga melihat tokoh favoritnya, tapi takut.Dia seperti melihat kearah sini, ke kamar Dahlia. Tidak, janganmenatapnya lebih dari 3 detik, itulah peraturan memainkangame slenderman. Dahlia masih tidak percaya, seperti biasa jikaia ketakutan maka ia tak bisa bergerak. Namun kali ini dengansecepat kilat ia beranjak dari kamarnya. Keluar menuju ruangtengah, melihat dari pintu depan rumahnya agar tampak lebih jelas. Dari sisi depan rumahnya, terlihat slenderman nya adadua. Apa mungkin Slender Man hidup berkelompok? Karena

terlihat sosok yang lain selain dua sosok yang sudah Dahlialihat. Itu mungkin Vampir atau Werewolf. Kini Dahlia sadar iamasih berfikiran anak kecil mengira vampire, werewolfs, danslenderman itu ada. Itu hanya takhayul yang diceritakan orangtua kepada anaknya agar tidak bermain jika sudah petang.“Lia?” Adit mengagetkan Dahlia dan turut memperhatikankeadaan luar rumahnya, ia juga melihat beberapa sosok yangsudah Dahlia lihat lebih dulu.“aku takut. Itu slender man ya?” gumam Dahlia gemetar. 

“hahah, Slender man itu mah game kesukaan adekku. Yekaliada beneran.” Jawabnya mengejek. “tapi itu benar benar ciri Slender man kayak yang di game game.” Dahlia kembali melihat keluar. “kamu tenang ya, slender man itu punya tentakel dan mereka gak punya yaudah tidur gih” Adit menenangkan sambiltersenyum.“nggak, gimana gue mau tidur. Jelas dari tadi mereka ngeliat ke kamar gue terus. Lo nonton film? Gue ikut ya!” 

“boleh, emang lo gak kuliah besok?” “enggak, libur” Mereka menonton film kesukaan Adit walau sebenarnya Dahliatidak menyukai film tersebut, The Excorcist. Sesekali Dahliamelihat handphonenya mengharapkan ada kabar dari Doninamun yang ia harapkan tidak ada. Perhatiannya kembalitertuju pada film yang sedari tadi ia tonton. Adegan demi adegan yang mempertontonkan hal hal yang sangat aneh dan begituseram bahkan sadis. Itu semua membuat Dahlia terbawa

suasana, ia terkadang ikut menjerit. Melihat perilaku yangseperti itu, Adit menyuruh Dahlia agar segera kembali ke

Page 23: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 23/71

kamarnya untuk tidur. Tapi Dahlia akan lebih takut lagi jika iaharus kembali ke kamarnya, mengingat beberapa orangmisterius yang Dahlia lihat tadi. Mau tidak mau, Adit menyuruhDahlia agar tidur di kamarnya lagi untuk malam ini tapi Dahlia

 juga tidak mau. Tiba tiba terdengar suara seperti benda terjatuhdi kamar Dahlia. Kini Dahlia sudah benar benar yakin jika dikamarnya ada orang yang masuk. Dahlia tetap menonton film dikamar Adit, sementara Adit mengecek kamar Dahlia. Ternyatabenar firasat Dahlia, disana memang ada tiga orang. Dia rasa,dua orang diantara mereka adalah orang yang sama yang masukke kamarnya tempo hari. Adit tak melanjutkan untuk melawanmereka bertiga, jelas saja dia akan kalah sekarang. Keahliannyadalam bela diri pasti tidak akan menang melawan mereka yang

sekarang ditambah seorang yang berbadan tinggi besar. Aditkembali dan mengunci kamarnya sendiri. Tapi tentu saja tidakakan membuat Dahlia cemas. “mereka udah pergi. Cuman sebaiknya lo tidur disini dulu sekarang takutnya mereka baliklagi” ujarnya berbohong. Dahlia tau Adit berbohong, terlihatsekali dari matanya dan caranya bicara namun Dahlia juga taualasan Adit memilih bohong.“lo gak papa kan tidur disini lagi? Gue janji bakal ngejagain lo. Dan gak akan macem macem” ujarnya berusaha membuat 

Dahlia tenang.“lo janji kan?” “janji. Lo tidur gih” Adit menjawabnya sambil tersenyum.“lo mau ngapain?” Dahlia memperhatikan Adit yang memungutsatu bantal dari ranjangnya.“mau tidur, gerah gue jadi tidur di lantai” Gerah? Suasana sedingin itu dia bilang gerah? Ok, Adit bilang gerah karena diatidak enak pada Dahlia. Seharusnya mereka tidak pernahsekamar seperti itu, tapi keadaan memaksa mereka.

“kenapa gak tidur di atas aja?” Dahlia merasa bersalah, lagi lagi ia membuat orang susah.“gak lah, lo kan jadi gak leluasa tidurnya dibatesin. Lagian lo kalo tidur gabisa diem gerak mulu” jawabnya sambil menahan tawa geli.“gak apa kok, justru kalo lo dibawah, gue bakal takut.” Dahlia menarik tangan Adit pertanda ia benar benar peduli.“Don‟t hug me again, perut gue masih sakit” gumam Aditmengejek sambil membaringkan tubuhnya menghadap Dahlia.

“ah, gue mau tidur” Dahlia memalingkan badannya memunggungi Adit. Keheninganpun datang, mereka sudah

Page 24: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 24/71

tertidur dengan pulasnya. Satu jam kemudian ada yangmenggedor gedor pintu kamar dengan kasarnya membuat Aditdan Dahlia terbangun. Itu membuat Dahlia lebih ketakutan darisebelumnya.. Tentu saja, tiga orang misterius itu lagi. Adit

memberanikan diri untuk mendekati pintu dan melihat darilubang kecil yang ada di tengah pintu sebelas atas. Benar, orangitu berada disana. Adit juga punya rasa takut tentunya, diasedikit demi sedikit membuka pintu kamarnya seakan akanmembiarkan orang itu masuk. Tapi Adit tidak bodoh, begitusalah satu dari mereka sudah melangkah masuk dan melewatibatas pintu, dengan kerasnya Adit menendang pintu itu sampaiterdengar bunyi orang jatuh di luar sana. Dan dengan secepatkilat pula Adit keluar dari kamarnya dan memukul mereka yang

masih mengurus temannya yang sepertinya pingsan. Kebetulansekali ada tongkat baseball di kamarnya, jadi dengan tongkatitulah Adit memukul dua orang yang masih sadar itu sekeraskerasnya tepat mengenai bahunya, dan satu lagi wajahnya.Seharusnya pukulan itu setidaknya membuat mereka terlukaatau mungkin bisa pingsan, namun itu tidak berlaku bagi salahsatu dari mereka sedangkan dua orang lainnya sudah terkapardi lantai.“gaan! Of je in de gevangenis eindigen (=Pergi! Atau kalian akan 

berakhir di penjara)” Adit berteriak kesal, namun orang ituternyata tidak menyerah. Dia berdiri dan balik menghajar Aditsampai terdorong ke dalam kamarnya. Orang itu berjalan masukhendak melanjutkan pembalasan dendamnya. Dahlia berteriakketakutan melihat orang itu masuk ke kamarnya. Namun ketikaorang itu sudah menginjakkan kakinya di dalam kamar, dengancekatan Adit menendang kaki orang itu hingga orang ituterjatuh, separuh badannya tergelak di dalam kamar dansebagian lagi terdorong ke depan kamar. Orang itu membawa

Adit ke ambang batas kesabaran, kemarahannya tak terbendunglagi ketika orang itu masih mencoba melawan denganmencengkram betis Adit sebelah kanan. Orang itu mencobamenarik kaki Adit dengan harapan agar ia terjatuh. Denganseperti sudah tak memiliki kesabaran lagi, ditariknya kakinyasendiri ke belakang sekeras kerasnya untuk mencobamelepaskan cengkraman itu. Setelah cengkraman itu terlepasdengan kerasnya Adit menginjak tangan orang itu. “aargh” teriak orang itu sangak kesakitan. Belum puas, ditendangnya tangan

itu hingga orang itu kembali berteriak kesakitan.“Kak! udah kaisan dia.” Dahlia mencoba meredam amarah Adit

Page 25: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 25/71

 yang meledak ledak dan tak pernah sekalipun terlintas dibenaknya bahwa Adit bisa semarah itu.“Diam!” Adit membentak Dahlia tanpa disadarinya.“Gue udah bilang sama kalian, pergi atau penjara itu akan jadi 

tempat terakhir kalian. Maaf jika gue kasar, seharusnya guengebunuh kalian bertiga…..” “kak!” Dahlia memotong omongan Adit yang sudah terbakaremosinya sendiri.“diem Lia!” Adit menatap Dahlia sangat tajam membuat Dahliasemakin takut.“gue bakal ngiket kalian disini sampai besok!” Adit terusmeluapkan amarahnya, seakan dia tidak sadar bahwa tiga orangitu tidak mungkin mengerti bahasa Indonesia.

“Lia, ambil tali!” suruhnya setengah membentak.  Takut emosi Adit meluap lagi, dengan cepat Dahlia mengambiltali di gudang. Memang dia tidak khawatir lagi, tiga orangmisterius itu tengah Adit awasi. Diberikannya tali panjangdengan diameter yang cukup tebal itu kepada Adit, dan tali itulangsung diikatkan Adit kepada ketiga orang itu. Dua orangdiantara mereka masih belum sadarkan diri, sedang satu lagisadar dan merintih kesakitan. Diikatnya tali itu sangat erat.“sekarang giliran lo!” Adit masuk ke kamarnya dan mengunci

pintu membuat Dahlia kaget. Entah kenapa ini? Adit benarbenar sudah kerasukan. Bagaimana bisa seseorang yang daridulu terkenal diam dan dingin sekarang menjadi buas sepertisinga. „sekarang giliran lo?‟ apa maksudnya? Tiba tiba Aditmembuka kaosnya yang basah karena keringatnya.“kak, jangan!” Dahlia mundur menjauh dari Adit yang semakindekat dengannya. Astaga, ini Adit? Orang yang tenang kenapamenjadi seperti ini? Dahlia terus mundur menjauh dari Adit. Takbisa, Adit sudah tepat berada dihadapannya. Matanya menatap

Dahlia penuh perasaan. Semakin dekat dan semakin lagi.“ini saatnya Dahlia” gumamnya lirih dihadapan Dahlia yang semakin ketakutan.“ini saatnya, kamu ngobatin luka di wajahku ini hahaha. Sakit banget, sumpah! Lo nethi? Hahaha, gue bukan orang rendahanDahlia” gumamnya sambil tertawa geli melihat ekspresi Dahlia. “aih? Lia pikir kenapa kak, yaudah aku ambil obat dulu ya” Dahlia pergi mengambil obat untuk mengobati luka di pojokbibirnya akibat pukulan dari orang tadi. ………. . dioleskannya 

obat itu ke luka memar keunguan di wajah Adit. Merekamelupakan bahwa diluar ada tiga orang yang jadi korban luapan

Page 26: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 26/71

amarah Adit yang sebenarnya. Luka di tubuh mereka pastinyalebih parah.Selesai sudah luka itu ia obati. Dahlia masih merasa tidaknyaman jika ia harus kembali ke kamarnya. Dahlia memutuskan

untuk tetap tidur disana. Lagi pula Adit juga bukan laki lakibiadab yang mengincarnya. Seperti biasa, guling sebagaipembatas mereka. Ketika Dahlia sudah hampir terlelap, tangan yang berat melingkar di perutnya. Adit, anak ini sudah tertidur.Entah kenapa Dahlia malah membiarkan tangan itu tetapmemeluknya. Adit kelelahan, tidak mungkin Dahlia membuatnyaterbangun hanya karena kejadian seperti ini. Argh.Pagipun tiba, entah kenapa begitu ia bangun Adit begitu dekat didepan Dahlia. Dahlia tetap hening meski 5 cm lagi pasti wajah

mereka sudah bersentuhan. Dahlia masih tetap hening melihatAdit terlelap berhadapan dengannya. Sosok yang dari dulusempat ia kagumi kini berada tepat di hadapannya. Kenapa inibukan dulu? Ketika Dahlia memiliki perasaannya untuk Adit.Adit, matanya masih terpejam menghadap Dahlia yang sedaritadi memandanginya. Suara hembusan nafasnya mengalirdengan tenang dan teratur terdengar jelas di telinga Dahliamenandakan bahwa ia masih tertidur pulas. Dahlia teringat lagidengan apa yang Adit lakukan semalam, entah mengapa orang

setenang air ini bisa menjadi sangat berbahaya ketika ia marah? Jelas saja, air bisa menciptakan gelombang tsunami yang dapatmeratakan seluruh kota. Air laut mungkin gambaran yangsesuai untuknya. Tenang dengan setiap sentuhan yang halusseperti kapal yang melintas di permukaannya, tapi bisa menjadisesuatu paling berbahaya jika tiba tiba gempa mengguncangdengan dahsyatnya.Sangat jelas teringat keringatnya mengalirderas di sekujur tubuhnya semalam. Alunan nafasnya naikturun tak teratur. Suara suara kemarahannya. Juga tatapan

dan senyumnya yang mengerikan. Itukah dirinya yangsebenarnya? Begitu sadisnya menjatuhkan lawan lawannyadalam waktu kurang dari 10 menit. Dahlia masih melihat wajahAdit yang masih tenang tak ada pergerakan, sepertinya diasangat kelelahan. Dahlia tetap tak mengalihkan pandangannya,hingga tanpa ia sadari, ia mengecup bibir tenang dan diam ituselama beberapa saat. Membuat si pemilik bibir bergerak geraksekali terlihat membuka matanya namun ia tutup lagi. Aditberganti posisi menelantangkan tubuhnya menghadap langit

langit tapi matanya tetap terpejam, masih tertidur. Entahkenapa pagi ini terasa ada yang lain bagi Dahlia seolah dia tak

Page 27: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 27/71

ingin beranjak dari tempatnya tidur. Dahlia merasa tenangdisana, lagi pula di luar ada orang orang misterius itu takutnyamereka bisa membuka ikatan mereka. Dahlia tersenyum melihattiba tiba tangan Adit bergerak ke atas, sepertinya dia bermimpi.

 Tapi dengan tiba tiba juga tangan itu jatuh kembali danmengenai wajah Dahlia. Ia menarik nafasnya dalam dalammenahan emosinya. Kini Adit kembali memiringkan tubuhnyamenghadap Dahlia tapi tetap saja tertidur. Dasar kebo!. Tidurnya kok lama banget. “lelah banget pasti ya” gumam Dahlia lirih. Dengan sedikit ragu ragu, Dahlia melingkarkan lengannyadi perut Adit, Dahlia memeluknya dengan lembut danmendekatkan tubuhnya, membenamkan wajahnya di tubuh Adit yang masih tertidur. “gue kira, kita perlu balikan” sebuah suara 

mengejutkan Dahlia dan berniat untuk melepas pelukannya tapisudah ditahan oleh Adit. “kita perlu balikan” ucapnya memperjelas. “hah? Nggak, gue sayang sama Doni” jawab Dahlia menolak.“kita bisa backstreet kan?”…. Dahlia terdiam, mungkin memang Dahlia bisa backstreet dengan Adit. Tapi, Doni? Ini, ini sama sajaselingkuh. Doni akan sangat kecewa jika ia tau.“gak perlu pikirin perasaan Doni, selagi kita bisa jaga rahasiagak akan ada yang tau.” Ujarnya pelan. 

“tapi, bukan gitu. Eh, maksudku… aku Cuma pengen jaga perasaan Doni, itu aja.” “dengan kamu meluk aku kayak tadi, udah buat Doni sakit hati.  Tapi aku janji kita akan jaga rahasia” “kan Cuma pelukan biasa, aku pikir kakaknya ini kedinginanshirtless gini jadi….” Dahlia menaruh jari telunjuknya di bibir Dahlia seakan melarangnya melanjutkan“ciuman tadi?”…… ternyata Adit tau, dia ngerasa.“udah, aku janji bakal jagain kamu selama disini” lanjutnya.

“hmmm ia deh” Dahlia menyerah, dia tak mungkin menolak lagi. Udah banyak pengorbanan yang Adit lakukan. Salah satunyabekas memar yang sekarang masih tampak samar samar diperutnya sebelah kiri, dan dibibirnya.“Nah, nanti siang kita urus tiga orang diluar. Sekarang kitadisini dulu.” Gumam Adit, terlihat senang walau harus jadi yangkedua.“hah? Disini? Ngapain” Tanya Dahlia khawatir dan memundurkan tubuhnya menjauh.

“cuddling aja kok. Sini dong” ujarnya menahan tangan Dahlia agar tidak pergi.

Page 28: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 28/71

“cuddle? Enggak dulu ya. Maaf aja, posisinya gak enak banget” Dahlia menolaknya dan segera beranjak dari tempat tidurmenuju kamar mandi.“5 menit, cuddling please… ayolah” Adit terus memohon agar

Dahlia menuruti kemauannya. Tapi ya tetap saja, Dahlia tidakmungkin menuruti permintaannya. Dahlia mengangkat bahunyadan masuk ke kamar mandi. Meninggalkan Adit yang masihberharap agar Dahlia kembali ke sampingnya.“ah, cuddling aja gamau” Adit bergumam kesal.***Sudah mandi, segar brrrrr dingin banget soalnya emang sengajapake air dingin. Dahlia keluar dari kamar mandi dengansenangnya. Tapi ada yang hilang, dimana Adit? Sebelum Dahlia

mandi, dia masih berbaring disana. Tapi sekarang tiba tibamenghilang. “katanya……..” Dahlia mengernyitkan dahinya kecewa. Kenapa? Bukankah Dahlia tadi nolak permintaan Adit?Entahlah, Dahlia hanya gengsi dan apalagi dia belum mandi.Hanya itu, dia malu malu mau sebenarnya.. Tapi, ah yasudahlah. Dahlia memutuskan untuk keluar kamar mencariAdit. Dan dilihatnya Adit sedang berbicara dengan salah seorangdari tiga orang yang menyerangnya kemarin.“kak? ngapain?” Tanyanya bingung. 

“eh sayang. Ini mereka jadi belum sempet sadar dari semalem, Cuma satu ini yang sadar. Aku kayaknya mau bawa mereka kerumah sakit, kasihan” Adit menjawab dengan lembut sambilmengedarkan senyumnya.“rumah sakit?” Dahlia kaget. Kenapa tiga orang ini harus dibawa ke rumah sakit. Selama ini udah jahat, malah dibalas dengankebaikan? Buat apa? biar mereka bisa gangguin Dahlia lagi?Kenapa masih aja Adit berubah drastis gini lagi? Semalemdengan kasarnya dia berniat menghabisi mereka bertiga, tapi

sekarang? Dia malah mau berbaik hati akan membawa tigaorang ini ke rumah sakit, aneh. Oh, mungkin Adit hanya inginmembuat orang ini tidak kabur, jika dia bilang bahwa orang iniakan dibawa ke kantor polisi, bisa saja orang ini akan menolakdan pasti akan sulit membawanya. Ya, Dahlia sudah mulaimengerti.“iya, ayo bantu ngebuka talinya ini!” “enggak ah, takut mereka jahat lagi” Dahlia menolak karena tak mungkin lupa dengan apa yang orang ini lakukan sebelumnya.

“hm, yaudah ambilin kunci mobil, baju sama celanaku, terus ambil juga dompet sama handphone di atas laci”………. Kunci 

Page 29: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 29/71

mobil, ok. Baju sama celana, ok. Hp, ok. Dompet? Apa ini? Jangan bilang Adit berniat membayar biaya perawatan mereka!Oh itu benar benar aneh jika memang terjadi. Dahlia menatapAdit penuh rasa curiga. Jangan jangan………. Jangan jangan

Aditsudah diancam sama mereka. Ah, tidak mungkin. Kalau merekamasih berani mengancam Adit disaat keadaan mereka sepertiini,itu sudah seperti rusa menyerahkan dagingnya untuk singa. Jelas mereka benar benar akan lebih menderita lagi, masih jelasteringat betapa berubahnya Adit jika dia sudah marah. BahkanDahlia, tega ia bentak.***

“Lia, ternyata mereka sakitnya parah semua. Yang terparahmungkin bisa amnesia, itu pasti yang kena pukul pake tongkatbaseball. Yang kebentur pintu, dia hidungnya... hidungnyapatah. Dan yang masih sadar tadi pagi, dia… jarinya gak karuan.” Adit menjelaskan keadaan si peneror(s) dengan rinci keDahlia begitu ia selesai menemui dokter.“dokternya nanya, apa kita masih mau ngelanjutin mereka ke  jalur hukum? Menurutku sih jangan, kasian mereka sekarangaja udah gitu” 

“tetap, dan harus ya kak! aku gamau mereka ganggu kita lagi” Dahlia ngotot dengan pendiriannya.“aku akan omongin sama mereka.. kamu harus ikut” Aditmenarik tangan Dahlia menuju ruang rawat orang orang peneroritu yang kini ketiganya telah sadar. Terlihat keengganan dimataDahlia untuk menemui orang yang selama ini menerornya.Wajahnya sama sekali tak memandang ketiga orang itu.…  Ternyata alas an mereka memata matai Dahlia selama ini adalah

itu, mereka menginginkan kalung yang Dahlia pakai sekarang.Kalung dengan hiasan permata itu adalah pemberian dari orangtuanya. Orang tuanya memang sempat mengatakan, kalung yang dipakai oleh Dahlia ini benar benar diincar banyak orang.Kalung ini didapatkan dengan cara dilelang. Dan orang tuaDahlia lah yang menawar dengan harga tertinggi, 300 juta.Hanya kalung seperti ini 300 juta? Padahal di pasar sepuluhribu dapat tiga. Mereka disuruh oleh bosnya untuk merebutkalung Dahlia dan menyerahkannya pada bos mereka. Siapa?

***Adit mengajak Dahlia untuk berkenalan dengan salah satu

Page 30: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 30/71

temannya di Belanda dan dia orang Indonesia. Mereka bertemudi cafè tak jauh dari tempat Adit kuliah. Namanya Mawar, kirakira umurnya 24 tahun. Sosok wanita cantik berhijab, danlembut tutur katanya. Mawar dan Adit sudah kenal l sejak kecil.

Dan bertemu lagi di Belanda setelah lama tidak pernah bertemu.Mawar adalah sosok yang didambakan setiap pria waras didunia ini. Lembut, sopan, solehah, dan wajahnya cantik cocokdengan kerudungnya.“hai za” Mawar menyapa lebih dulu ketika menyadari Aditdatangmenggandeng seseorang.“wiiiih, ini siapa nih? Cieee!” ejeknya sambil melirik lirikkan matanya kea rah Dahlia.

“hehe, iya mbak. Ini Dahlia, temen SMA dulu. Lia, ini mbak Mawar.” Ujar Adit mengenalkan mereka berdua disambut dengan jabatan tangan mereka.“eleh, ini Dahlia? Ehem, dikira mbak gak tau” “hah? Maksudnya apa mbak, hahaha kita emang temen SMAkan lia ya?” “iya, mbak Mawar ini kalo boleh tau siapanya Adit ya? Kayakdeket banget gitu” Dahlia bertanya gugup. “lah, kata Dika, Dahlia ini kan mantanmu Za!” 

“hahaha, lia gak usah khawatir. Kita Cuma temen biasa kok.Mbak ini adik Ayahnya Adit sama Dika kok. Dari dulu tinggal di Jogja makanya jarang ketemu sama Lia.” Lanjutnya sambil tertawa, mungkin Mawar pikir Dahlia cemburu. Yah, Dahliacemburu.“mbak, aku mau nitip Lia sampek nanti malem boleh nggak?Aditmau nyelesain tugas, Adit mau ke Denhaag.” Ujar Adit datar.“boleh. Asal Lianya mau aja” jawabnya sambil tersenyum kea 

rah Dahlia.“mau kok, tapi Adit sebelumnya gak bilang kalo mau ninggalingini mbak.. kan kak Adit nya belum mandi” gumam Dahlia. “kok tau sih kalo kak Aditnya gak mandi? Nemenin bobo‟  ya?”  jleb, Dahlia harus jawab apa? memang bener.“ah enggak kok, kan kecium baunya” Dahlia menjawab kemudian jadi tak yakin sendiri dengan ucapannya, Adit samasekali gak tercium baunya kalau dia tidak mandi.“iya lah. Terserah kalian. Adit udah mau brangkat kan?” 

“iya mbak, paling masih sore pulangnya” “Oh, yaudah biar Dahlia sekarang ikut mbak aja” Mawar 

Page 31: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 31/71

tersenyum.***Adit kemana? Dia tiba tiba pergi gitu aja. Jangan jangan Aditmengurus tiga orang itu.

Sepanjang jalan Dahlia terbebani olehpikirannya. Mawar hanyamemperhatikan Dahlia sambil tersenyum, membayangkan apa yang sedang Dahlia pikirkan. Adit, tentu saja Dahliamemikirkannya. Lelaki itu bisa menimbulkan suatu perasaan yang aneh. Tapi itu bukanlah perasaan cinta, tidak mungkinDahlia jatuh cinta padanya sedangkan Doni juga lebih ia cintaidari siapapun yang ia kenal. Tapi perasaan aneh it uterusmenerus membebani hati dan pikirannya. Backstreet? KenapaDahlia mau saja menjalani hubungan itu dengan Adit kalau saja

dia tidak memiliki perasaan lebih untuk Adit. Ya, setelah selamaini Dahlia di terror, Dahlia butuh orang yang bisa menjaganya,dan disini hanya Adit yang kenal dekat dengan Dahlia. Dan yangpasti ia meresa nyaman bersama orang itu.“hey!” Mawar mengejutkan Dahlia yang melamun sejakperjalanan, tanpa ia sadari ia sudah berada di rumah milikMawar.“ini rumah mbak, hayooo mikirin Adit ya? Ciee” ucap Mawar dengan senyum mengejek.

“ah, enggaklah. Lia cuma mikirin keluarga di Indonesia aja”  jawabnya sambil membalas senyuman Mawar dengan malu.“gak usah boong. Oh, ayo masuk” Mawar membukakan pintunya dan menyuruh Dahlia masuk. Dahlia mengikuti Mawar denganlangkah pelannya tak bersuara. Tampak di dalam rumah ini adabanyak kaligrafi, buku buku islami, dan hiasan hiasan bernafasislam lainnya. Memang Mawar adalah muslim yang taat.“Mbak mau solat dulu ya, nanti kita ngobrol. Kalau boleh tau, Lia ini islam atau….” Mawar bertanya pelan 

“Islam” Dahlia menjawab dengan singkat. “mau ikut solat?” Mawar memperhatikan Dahlia dengan senyummanisnya.“mbak duluan aja, ntar Liam au ngambil wudu dulu.” Dahlia berdiri dan mencari cari kamar mandi.……… “sekarang Lia tinggal dimana?” jleb. Dahlia harus menjawab apa? tidak mungkin dia berterus terang jika sekarang dia tinggalbersama Adit, serumah. Tapi dia juga tidak mungkin

membohongi Mawar begitu saja. Dahlia terdiam. Terlihat mawar yang terus memperhatikan Dahlia yang terus terdiam.

Page 32: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 32/71

“sebenarnya, Lia……. Lia tinggal sama Adit” Dahlia mengatakan dengan hati hati. Pasti Mawar akan marah.“hah? Kenapa kamu mau tinggal dengan Adit, satu rumahdengan oraang yang bukan suami kamu?” Mawar bertanya 

 Tanya dengan serius tapi seakan tak percaya.“waktu Lia kesini, Lia dirampok sama orang, dompet lia diambil. Dan Lia ketemu dengan Adit dan dia nawarin untuk Lia tinggaldirumahnya.” “dirampok? Terus kamu makan sehari harinya pake uang Adit?” “enggak, Lia masih punya kartu ATM, cumin baru dikirim kalo Lia ada keperluan” “trus kalian gak pernah buat yang enggak enggak kan” Mawar 

bertanya lagi.“nggak, kita di rumah ya biasa aja” ***Seperti yang dijanjikan, Adit datang menjemput Dahlia. Merekapulang secepat mungkin karena hari semakin lama semakingelap. Mereka berhenti di rumah sakit tempat tiga orang peneroritu di rawat, Adit benar benar membiayai biaya rumah sakit itutapi tidak seluruhnya. Sebagiannya baru akan dilunasi jikamereka benar benar sudah sembuh.

Malam ini mereka sudah tidak perlu khawatir, tidak akan ada yang mengganggu mereka lagi.“Evil Dead 2” film ini menjadi penutup hari ini, merekamenonton film ini sampai tuntas. Adit merangkul pundak Dahliadan berusaha membuat Dahlia senyaman mungkin ketikamenonton film horror. Itulah kenapa pria suka film horror,karena mereka bisa saja tiba tiba dipeluk oleh wanitanyaditengah tengah adegan mencekam. Jam sudah menunjukkan.Dahlia sudah mengantuk. Ia berdiri dan masuk ke kamarnya.

 Tapi, Adit menahannya. Menatapnya dengan penuh perasaan.Membuat Dahlia hanyut dalam perasaan aneh yang takdimengertinya.“sayang, janjimu. Cuddle with me, tonight” gumamnya lembut, tepat ditelinga Dahlia.“bisa kan biasa aja” Dahlia kembali menolak.  Tanpa menunggu Dahlia menyetujuinya, Adit menariknyadengan penuh kelembutan. Dahlia mengikutinya. „oh God, Doni tidak pernah seperti ini. Dahlia hanya bisa menuruti

permintaannya, lagi lagi karena perasaan anehnya.“cuddle kan?” Adit bertanya penuh harapan di matanya.

Page 33: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 33/71

“iya.” Dahlia menjawab pasrah. “ye, i love you” Adit tersenyum mendengar Dahlia menyetujuipermintaannya.“…emmm, gue tidur dulu ya” Dahlia menatap Adit malas.

“yaudah,” Adit menjawab seperti anak kecil yang tak rela jikatemannya akan pulang.“tapi…” Adit berhenti meneruskan ketika ia lihat Dahlia sudahtertidur pulas di dekapannya. Dahlia memang sudahmengantuk, Adit tidak mungkin melarangnya tidur. Sesekali Adit yang belum tidur merasakan Dahlia yang sudah tertidurmencengkram bagian punggung kaos yang Adit pakai waktu itu,sepertinya dia bermimpi sesuatu mengerikan. Adit juga tidakmungkin tidur, dia tidak mungkin melewatkan saat saat seperti

ini. Kapan lagi.***“hai sayang” Dahlia baru saja membuka matanya, suara itu membuatnya tersenyum. “Doni?” Dahlia kaget melihat siapa  yang ada di depannya. Doni, dia ada disini, disampingnya.“Doni?” suara itu terdengar dengan nada bertanya dan penuhkebingungan. “gue Adit lah” ujarnya tidak terima. Adit? Tentusaja, mana mungkin Doni ada disini. Jelas jelas Adit yang darikemarin ada disini.Doni, tentu saja Dahlia merindukannya.

Sudah berapa lama Doni tidak menghubunginya? Apa jangan jangan Doni sudah ada yang lain disana. Dahlia terdiam. Tidak,tentu saja Doni tidak akan tega melakukan itu semua. Diasangat menyayangi Dahlia. Tapi, Dahlia yang juga sangatmenyayanginya saja….. yah, Dahlia selingkuh? Dia selingkuh! Backstreet, ok itu sama saja. “gue jahat!” Dahlia berteriak kesal pada dirinya sendiri. Adit yang ada di dekatnya jadi terkejutmendengar Dahlia berteriak. Ia menangis dan memukul mukullututnya menyalahkan dirinya sendiri. Dia menghianati Doni,

menghianati janji cinta mereka. Mengingkari janjinya. Donimengatakan akan segera melamarnya jika mereka berdua sudahlulus kuliah nanti. Tapi, jiksa Doni tau semua ini, apa dia akanmemaafkan Dahlia. Pasti Doni sangat kecewa untuk memaafkanDahlia. Dahlia, kini dia bersama laki laki lain tanpasepengetahuan Doni.“udah dong, kenapa sih nangis terus?” Adit menaruh kepalaDahlia di pundaknya. Mencoba menghiburnya, namun takberhsasil. Dahlia tak berhenti menangis menyalahkan dirinya

sendiri. “maafin aku Don” berulang ulang kata itu yang iaucapkan. Dia menganggap dirinya sangat bersalah.

Page 34: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 34/71

“hey, jangan nangis lagi ya” Adit menrengkuhnya ke pelukannya.Namun tetap saja Dahlia menangis. ia sangat sulit untukmenanggalkan rasa bersalahnya. Rasa aneh tiba tiba munculdalam dirinya. Tangisnya perlahan mereda. Dahlia mendongak,

melihat Adit. Lagi lagi dia merasa nyaman di pelukan ini. Airmata yang membasahi pipinya, dihapusnya air mata itu olehtangannya sendiri. Adit tersenyum melihatnya. Kesedihan masihterlihat di mata Dahlia.“kamu kenapa?” tanyanya lembut. “aku… aku jahat” jelas Dahlia masih ada sedih di ucapannya. “kamu gak jahat kok” Adit mengusap pipi Dahlia dan tersenyummenatap matanya.“tapi…” 

“sssttt” Adit menaruh telunjuknya di bibir Dahlia melarangnyamelanjutkan.“kamu mau pulang?” Adit bertanya lirih sambil menatapnyabertanya Tanya.“nggak lah, besok aku kuliah” Dahlia menjawab gugup. “yaudah, jangan sedih terus. Ada aku kok!” Adit mengangkatdagu Dahlia agar Dahlia menatapnya, melihat mata dansenyumannya. Dahlia hanya menganggukkan kepalanya.Doni kenapa dia belum juga mengabari Dahlia? Kemana dia?

Bagaimana kabarnya? Apa jangan jangan Doni sudah benarbenar melupakannya dan mendapat kekasih baru, atau jangan jangan dia kenapa kenapa? Berapa kali Dahlia mencobamenghubungi Doni? Sebanyak itu pula Dahlia merasakancemas. Cemas karena ia takut Doni kenapa kenapa. Cemaskarena takut cintanya terbagi.“I don‟t wanna run away but I cant take it, I don‟t Understand.If I‟m not made for you then why does my heart tell me that Iam?

Is here there any way that I can stay in your arms?If I don‟t need you then why am I crying on my bed?If don‟t need you then……” Lagu If You Are Not The One –  Daniel Bedingfield mengalunindah, suara itu bersumber dari handphone milik Aditmenandakan ada panggilan. Adit segera mengangkat telefon itu.Wajahnya terlihat sedikit berubah ketika seorang dibalik sanamembicarakan sesuatu. Ada apa? Dahlia melihatnya bertanya Tanya. Sedikit dia menguping pembicaraan.

“siapa kak?” Dahlia bertanya begitu Adit selesai menutuptelefonnya.

Page 35: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 35/71

“dari Ayah, katanya aku harus pulang sekarang. Kakekku, dia meninggal tadi” jawabnya murung menjatuhkan dirinya di dekat Dahlia.“jadi, harus pulang?” Dahlia bertanya tak percaya. 

“ya, gak papa kan?” “ya gapapa, turut berduka ya” Dahlia menjawab tak rela.“atau kamu mau ikut pulang juga?” Adit bertanya kasihan.“enggak lah” Dahlia mengalihkan wajahnya. “trus mau jalan kapan?” lanjutnya dan kembali menghadap Adit.“sekarang.” “ih, mandi dulu gih!” gumam Dahlia sambil menutup hidungnyadengan jari telunjuknya.“cuddle lagi yuk” Adit tersenyum mengejek melihat Dahlia

menutup hidungnya.“hahaha, udah mandi cepetan!” Dahlia tertawa geli mendengar ajakan Adit.Dahlia lekas lekas keluar dari kamar itu dan melihat suasanaluar. Sementara Adit sudah bersiap siap pulang keIndonesia.Dahlia tiba tiba memikirkan Doni. Bagaimana jika iapulang dulu untuk mencaritahu kabar Doni. Tapi bagaimana jika Doni sedang berada di Australia? Dahlia hanya akan kecewananti. Tapi, mungkin jika dia menemui orang tua Doni, pasti

mereka tau keadaan Doni. Ya, kenapa itu tidak pernahterpikirkan olehnya? Padahal hanya dengan menghubungi orangtua Doni tidak perlu repot repot pulang ke Indonesia, hanyatinggal menghubungi mereka via telefon saja. Dahlia tersenyummalu pada dirinya sendiri, mengapa hal seperti ini bisa sulitterpikirkan olehnya. Dia segera menghidupkan handphone nyadan mengirimi Mama Doni sebuah SMS.“hai tante, apa kabar?” beberapa menit Dahlia menunggu balasan. Tiba tiba handphonenya berbunyi, balasan.

“Alhamdulillah baik nak, kamu sendiri apa kabar?” balas Mama Doni.“baik juga tan. Eee, kalo Doni apa kabar tan?” “iya, dia baik juga tadi pagi baru ngobrol lewat sms. Tapi lagi gak disini Doninya. Emang Doni gak ngasih kabar sama nak Lia?” Dahlia diam, ternyata Doni baik baik saja, syukurlah. Tapikenapa dia tidak kunjung mengabari Dahlia?“belum tante. Lia khawatir makanya Lia tadi sampek mau ikut Adit pulang ke Indonesia cuma mau mastiin keadaan Doni” kirim 

=>“Adit? Adit siapa?” kampret, keceplosan. Gimana nih? Dahlia

Page 36: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 36/71

pusing mencari alasan. Bagaimana bisa dia kebablasmembicarakan tentang Adit.“Adit temen kuliah tante. Dia mau pulang ke Indo sekarang, Liapengen ikut karena mau tau kabar Doni. Hehehe” huft, Dahlia 

bisa mengendalikan omongannya.“ciee, kangen banget ya sama Doni?” Mama Doni mengejek. “hehehe ya gitu deh tan” “Udah dulu ya nak, tante lagi ada urusan” Dahlia memikir mikir perkataannya tadi. Mudah mudahan sajaMama Doni percaya saja.“heh!” sebuah suara mengagetkan Dahlia. “eh kak, udah mau jalan?” Adit menggendong sebuah tas ranselbesar dipunggungnya.

“iya, kamu hati hati ya disini!” ujarnya sambil mengecup kening Dahlia.“berapa hari kira kira?” “paling 10 hari, yaudah kamu kalo takut hubungin si Nicho aja kan kalian temen deket. Aku berangkat dulu ya., ” ucapnya perlahan melangkah mundur, meninggalkan Dahlia sendirian.“see you” ucapnya melambaikan tangannya. “kunci kamarku ada di laci, kamarku pake aja dulu” lanjutnya dan semakin menjauh dari Dahlia.

Hah? Yaudah. Sekarang Dahlia pusing harus melakukan apa.baru beberapa menit di tinggal sudah kesepian. Sepuluh hari,betapa lamanya.Nicho, Maria, kemana mereka? Kenapa saat butuh mereka tidakmuncul. Dan malah muncul ketika tidak diinginkan.***Malam tiba, betapa sepinya hari ini. Tak ada teman bagi Dahlia.Kenapa akhir akhir ini Dahlia selalu memikirkan Adit, apa diamemang telah membangun kembali puing puing cinta yang

pernah roboh dahulu. Jangan sampai terjadi, bisa saja sekaranghanya karena dia terlalu nyaman bersamanya.Dahlia mencoba memejamkan matanya. Dipikirannya hanyaAdit, bagaimana Adit mengatakan “I want to cuddle with you” dengan lirihnya tepat di telinga Dahlia. Dahlia hanyamembiarkan pikiran itu menguasai dirinya. Dia berharap Aditbisa hadir di dalam mimpinya. Perlahan, Dahlia dapat tertidurpulas. Sendiri. Sunyi. Sepi.***

Kemana orang yang biasa memeluknya dari belakang ketika iabangun dan mengatakan “I like you‟ve cuddled me last night”. 

Page 37: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 37/71

Kata kata yang selalu dibisikkan tepat ketika Dahlia membukamatanya. Kemana sekarang? Tiba tiba handphonenya berbunyi, Doni menelfonnya. Dahliatertawa bahagia, dia tidak mengira kalau Doni menghubunginya.

Saking bahagianya, telfonnya sampai lupa tak dia angkat.Dengan cepatnya dia kembali melihat telfonnya dan menjawabpanggilan Doni.“hai…” Dahlia menyapanya dengan penuh senyum. “iya, hai.” Doni menjawab cuek. Dahlia murung, kenapa nada bicara Doni itu seperti cuek.“kok cuek sih Don?” Dahlia bertanya khawatir. “nggak, cuma mau nanya temen kamu yang namanya Adit itu,Adit yang mana? Yang mantan kamu?” pertanyaan itu membuat 

Dahlia khawatir, Doni pasti curiga. Semua itu memang benar,tapi kalau Dahlia ceritakan semuanya pasti Doni marah.“iya, Adit yang itu!” Dahlia menjawab jujur. “kalian gak ada hubungan apa apa kan disana?” kembali lagi pertanyaan yang susah dijawab.“nggak kok Don” Dahlia mencoba menjawab dengan tenang agar Doni tidak merasa kalau Dahlia sekarang berbohong.“kamu tinggal dimana?” “Holland Utara Don!” kenapa Doni menanyakan tempat Dahlia 

tinggal.“kota?” “Amsterdam, kenapa?” Dahlia bertanya penasaran apa maksud Doni menanyai Dahlia tempat ia tinggal.“Adit tinggal disana juga!?” “iya” Dahlia menjawab gugup. “kalian tinggal serumah?” Doni menanyakan hal yang sama sekali tidak mungkin Dahlia jawab dengan jujur.“enggak, tapi rumah kita gak jauhan” 

“ohh. Apa kabar sayang?” Aneh, setelah menanyakan Dahlia hal hal seperti itu tiba tiba Doni kembali seperti biasanya.“baik, aku kangun banget sama Doni.. banget benget.” Dahlia merengek manja.“kamu gak apa apa kan sendirian disana. Tapi bagus deh kamupunya temen yang kamu kenal sejak dulu.” “iya aku baik kok Don. Emang kamu gak cemburu?” “kenapa harus cemburu, aku yakin kamu gak akan bisa duain aku kan? Cieee” 

Dahlia kembali dimakan keheningan. Dahlia sudah menghianatiDoni. Dia tinggal bersama pria lain disini. Apa Doni akan bersifat

Page 38: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 38/71

seperti ini jika ia tahu bahwa Dahlia menghianati cintanya.“Lia?” suara Doni kembali terdengar di seberang sana. “iya?” sedikit suara kesedihan menghiasi jawabannya. “kamu kenapa kok diem? Kamu nangis?” 

“iya, aku gak percaya kalau kamu seserius itu dengan ku. Aku gak percaya. Aku nangis Doni! Aku nangis bahagia” memang Dahlia bahagia Doni serius pada hubungannya, tapi kini Dahliatidak menangis karena itu. Dia menangis karena tidak menjawabkeseriusan Doni dalam menjalin hubungan dengannya.“hmmm. Udah dulu ya sayang. Ik hou van jee” Doni mengakhiri percakapannya dengan kata berbahasa Belanda.“love you too” Dahlia masih menaruh handphonenya ditelinganya meskipun

sudah tak terdengar lagi suara Doni disebrang sana. Ah, Dia kinimerasa sangat bahagia. Mungkin hanya sekitar sepuluh menitdia mendengar suara Doni. Tapi, setidaknya rasa rindunyasedikit terobati. Disela sela kebahagiannya masih sajaterselipkan rasa bersalah yang begitu besar. Ia masih merasabahwa dirinya telah mendua dan mengkhianati Doni, janji cintamereka, dan harapan masa depan mereka. Jleb, hatinyabagaikan tenggelam di lautan kebahagian yang sama saja sepertilaut samudera. Beberapa meter masih terlihat betapa indahnya

alam bawah laut, ia sangat bahagia disana menikmati flora danfauna laut yang berwarna warni. Tapi lama dia menyelam, diatidak sadar bahwa semakin lama dia semakin tenggelam kebawah. Memasuki bagian laut yang paling dalam. Palung! Diselasela kebahagiaanya masih ada kesedihan. Jika kebahagiaannyadibagaikan laut, maka palung laut adalah lambing kepedihanhatinya. Gelap adalah kesalahannya. Begitu gelap, begitu besarsalahnya pada Doni! Air adalah Perasaan Bersalahnya. Airmenekan dirinya dengan sangat kuat seakan akan memecahkan

gendang telinganya, hatinya.Dahlia menutup matanya sejenak, mengingat dia hanya memilikibeberapa teman disini. Dan semuanya tak satupun yang iaketahui alamatnya, kecuali Nicho dan Maria. Tapi Dahliaberpikir ulang jika akan pergi ke rumah mereka. Tentu saja, inihari libur. Ini Belanda, bukan Indonesia. Pasti berbagaipasangan disini menghabiskan liburan dengan, yeach…tau sendiri lah. Itulah mungkin alasan mengapa mereka jarangmengunjungi rumah Dahlia ketika liburan. Pasti mereka

sedang….yeah, itu. “mbak Mawar!” Dahlia berbicara kepada dirinya sendiri. Dahlia 

Page 39: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 39/71

tau, pasti Mawar sekarang sedang ada di rumahnya. Yeach,Mawar tidak mungkin membawa laki laki ke rumahnya, diawanita yang baik. Dahlia berpikir lagi. “mungkin kerudung, yaaku harus pakai kerudung” Dahlia kembali berkata pada dirinya 

sendiri. Dia mencari cari kerudung untuk ia pakai sekarang.„sebentar! Kerudung? Untuk menemui Mawar? Hanya untuk menemui Mawar? Bukankah itu munafik namanya? Ah, tidakmungkin. Dahlia melihat dirinya di depan cermin. Dahlia hanyamemakai celana pendek mungkin 5 cm diatas lutut dan bajulonggar yang turun menjuntai hingga diatas lututnya pula. Tidaksopan. Baiklah, untuk perbaiki dulu penampilan baru hati. Jadi,meskipun Dahlia hanya mengenakan kerudung sekarang saja,tidak masalah bukan?

Sebuah pertimbangan yang berat. Dan menghasilkan keputusanuntuk berkerudung. Lagi pula dengan kerudung, dia bisamenghadang godaan laki laki diluar sana. Begaikan permen.Permen yang tidak dibungkus pasti sudah terlihat permennya,bahkan mungkin sudah terbayang rasanya, membuat orang jaditergoda untuk mencicipinya. Beda dengan permen yang masihdibungkus. Tidak tau bagaimana isinya. Harus berpikir dua kaliuntuk mencicipinya, apakah rasanya enak?Yeach, setidaknya permen yang dibungkus sebenarnya lebih

sehat dari permen yang dibiarkan terbuka. Terkesan lebih mahal jika dibungkus rapi.Dahlia segera memakai celana panjang hingga mata kakinya,berwarna hitam. Baju berwarna biru yang masih terlihat anggunmeski terurai panjang hingga pergelangan tangannya. Sepasanghadiah ulang tahun dari Riko, yah anak itu sangat ingin adikkecilnya ini menjadi muslimah sejati. Meski dari segi sifat Riko jauh lebih ke kanak kanakan dari Aldi, tapi ternyata Rikomemiliki pikiran yang jauh lebih dewasa.

Baju ini membuatnya merindukan kakak kakaknya, Aldi danRiko tentunya.Dahlia mengamati penampilan barunya, anggun dengan baju yang menutup sebagian besar tubuhnya. Dahlia tersenyummelihat sesuatu yang baru, kerudung. Jilbab berwarna serasidengan warna bajunya. Dahlia juga mengambil tas yangberwarna serasi.“berhijabpun bisa cantik week” ujarnya mengejek bayangannya sendiri.

Dia segera berangkat ke rumah Mawar. Naik bis, tentu saja.Meski ada mobil yang jelas jelas terparkir di garasi, tapi…..ya, 

Page 40: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 40/71

dia tidak mengerti mengemudikan mobil.Sampailah dia di rumah ini, rumah yang terlihat sedikit lebihnyaman dari rumah yang ia tempati.Dia mengetuk pintu rumah Mawar. Berkali kali. Kemana Mawar?

Kenapa dia tidak membukakan pintu untuk Dahlia. Tapi, tunggudulu, pintunya seperti ada yang mau membuka. Mawar! Dia yang membuka pintu. Hah? Ada yang beda dari Mawar kali ini.Kenapa?...... kenapa Mawar tidak mengenakan jilbabnya?.Rambutnya panjang lebat berwarna hitam, hanya saja kiniterlihat kusut. Ada apa? ia juga hanya mengenakan bajuseadanya. Mawar terdiam. Ia melihat penampilan baru Dahlia.Mawar tersenyum melihatnya. Sepertinya dia turut bahagiamelihat Dahlia mengenakan jilbab.

“siapa say?” teriak seorang dari dalam. Orang Indonesia, lakilaki. Mawar masih hening dengan senyumnya menghiraukanorang yang memanggilnya tadi. Dan mungkin orang itu sudahKEPO tingkat badai. Dia keluar memastikan siapa yang bertamuke rumahnya. Oh God!!!!! Dahlia tak percaya siapa yangmenampilkan sosoknya. Dahlia memang tidak mengenalnya, tapiini memang pria. Dia….. dia hanya mengenakan celana pendek, wes. Lelaki itu tinggi, sekitar 180 cm.an, berkulit putih namunsedikit gelap dari kulitnya, umurnya mungkin 25 tahun.

Pikiran negative menguasai Dahlia. Jangan jangan…… ah tidak mungkin. Mawar wanita yang tidak mungkin melakukannya.“oh ya, Lia.. ini mas Doni, suami mbak. Pasti Adit belum cerita ya? Makanya kamu kayak gak percaya gitu” gumamnya tersenyum pada Dahlia.“mas, ini Dahlia. Anunya Adit” Mawar memperkenalkan Dahliapada suaminya.“saya Doni” What‟s? Doni? Gak salah denger? Kenapa dunia inibegitu sempit sampai sampai nama orang bisa samaan begini?

Argh.“Dahlia. Maaf ya mbak, mas jadi ganggu deh Lianya” Dahlia tertunduk menyesal.“ah, gak apa apa kok. Masuk yuk” DoninyaMawar mengajak DahlianyaDoninyaDahlia masuk.“duduk Lia” Mawar menyuruh mawar duduk di sofa. “iya mbak” jawabnya sambil menjatuhkan dirinya ke sofa empuk ditengah ruang tamu ini.“cie, udah pakek jilbab nih!” ejek mawar menyinggungny a.

“apaan sih mbak Mawar” Dahlia tersenyum malu.  Tiba tiba DoninyaMawar muncul dari sebuah ruangan di rumah

Page 41: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 41/71

ini, pastinya kamar. Kini dia lebih rapi dengan tshirt dan celanapanjang. Sungguh berbeda dari tadi ketika Dahlia baru sampaidan melihatnya.“Aditnya mana dek?” DoninyaMawar bertanya basa basi. 

“eee, emangnya kalian gak tau?” Dahlia heran. Dan mereka hanya mmenggelengkan kepala mereka, serasi seperti memangdiciptakan untuk terlihat selalu kompak dan serasi.“katanya kakeknya Adit meninggal, tadi pagi ayahnya nelfon.” Dahlia menjelaskan. Dan mereka kaget dan kagetnya serasi lagi.“hah?” Mawar tak percaya. “yang di Bandung, apa Jogja?” suaminya bertanya sambil terlihat menenangkan Mawar yang masih shock.“Bandung kayaknya, soalnya denger sedikit waktu dia nerima

telfon” “Innalillahi Wainnailaihi Raji‟uun” ujar mereka berbarengan. “berarti kita harus pulang sekarang mas” ujar Mawar sambil menatap suaminya lesu.“iya” jawab suaminya singkat. “kalo gitu, Lia pulang dulu ya kalian kan mau ke Indo” Dahlia berpamitan.“mau dianterin dik?” tawar DoninyaMawar. “gak usah makasih mas. Lia mau naik bis aja” Dahlia tersenyum 

dan berdiri dari tempat ia duduk.“assalamualaikum” ujarnya berpamitan dan meninggal Mawar dengan suaminya.Kenapa Mawar sedih? Kan kakeknya Adit yang meninggal,seharusnya dia tidak perlu sedih gitu dong. Dia kan cumaadiknya ayahnya Adit. Adiknya ayahnya Adit! Adiknya AyahnyaAdit? Hah? Berarti, yang meninggal itu, ayahnya mawar? YaAllah……  Tapi, Adiknya Ayahnya Adit? Adiknya Ayahnya Adit!! Bukannya

Ayahnya Adit orang Jogja? Dan yang meninggal itu kakeknya yang di Bandung. Oh, berarti Ayahnya Ibunya Adit yangmeninggal. Oooooh, mungkin Mawar hanya berduka saja.Mereka masih keluarga walau hanya besanan.Yah, kini ia benar benar sendirian. Siapa lagi temannya disini?Dahlia menggapai handphonenya yang ia simpan di tasnya.Secercah keraguan memancar dalam dirinya. Haruskah iamenghubungi Doni? Haruskah dia mengadu tentangkesendiriannya? Atau, dia mungkin bisa menghubungi Nicho

dan Maria sekarang. Ya, terlalu lebay namanya kalau beginipunharus mengadu pada Doni. Jadi,, keputusan sudah bulat.

Page 42: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 42/71

 Tuuut…tuuuut…..tuuut. “halo Dahlia?” suara Nicho, padahal yang ia hubungi adalah Maria. Ya tentu saja, mereka pasti seruangan sekarang.“whats up?” tanyanya. 

“sory Nicho. E‟e‟e‟ can I speak to Maria?” Dahlia bertanya pelan. 

“ehm, Maria was sleeping now. So, what?” Nicho bertanya dengan nada penasaran, sepertinya sangat ingin tau.“No. I just wanted to hang out with you guys…” “later after Maria waking up. We will go to your house” jawab Nicho ramah.“oh, thanks Nicho.” Dahlia menjawab senang. Akhirnya nanti aka nada yang menemaninya. Yah, Nicho dan Maria adalahteman terbaiknya disini.

Dahlia pulang dengan jalan kaki. Menuju rumahnya yang cukup jauh. Mengharap bus lewat, namun sangat lama sudah dianunggu di halte maka ia memutuskan untuk pulang. Danuntunglah, Dahlia melihat sebuah bus di halte yang berada didepannya. Segera ia berlari menuju bus itu dan yaaa ternyatamasih sepi. Hanya ada 3 orang, ditambah Dahlia maka 4 orang.Waktu mulai berputar dan tak terasa kini busnya sudah berisisekitar 15 orang lebih. Dahlia melihat jam tangannya, baru 5menit ia menunggu di dalam bus dan kini keadaannya sudah

berbeda. Akhirnya, bus yang ia tumpangipun melaju. Sebentarsebentar berhenti di tempat pemberhentian bus, danmelanjutkan perjalanan kembali.Lima belas menit dia akhirnya sampai di rumah. Yah, cukupmembosankan hari ini. Dahlia duduk lesu di depan tv sambilmemijit mijit keningnya, pusing. Ia melihat ada yang anehsekarang, seperginya Adit. Ya, rumah ini sepi. Dahlia kembalimemikir dalam dalam.“hah? Gue kangen sama Adit?” celetuknya menjawab 

lamunannya sendiri.“elah, stop Dahlia! Lo Cuma nganggep dia itu sebagai pelindung lo doing disini. Gak lebih. Tanpa perasaan, karena perasaannyaharus ia berikan penuh pada Doni. Ya, Doni. Mungkin secarafisik Dahlia memang bersama orang lain, tapi hatinya sampaisaat ini masih utuh dengan “DONI” disetiap lekuknya. Beberapa menit Dahlia menunggu temannya, namun merekabelum juga datang. Dahlia mulai gerah. Tidak pernah iamemakai pakaian seperti ini. Ya, sekejap mata saja maka…. 

 Tubuh yang tak biasa itu sudah berganti dengan baju sehariharinya.

Page 43: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 43/71

 Tit tit..Klakson mobil? Nicho dan Maria sudah datang. Dahlia secepatangin menghembus sudah berada di teras rumahnya. Menebarsenyumnya pada tamu yang sangat ia harapkan. Balasan

senyum dari mereka sudah membuat Dahlia cukup senang,sedikit lebih baik.“hi” Maria melambaikan tangannya dari kejauhan dan semakinmendekat, dan disusul Nicho dari belakang.“halo, thanks for coming” sapanya seraya menebar senyum indahnya.“no problem.. where is your BF?” Nicho melihat keadaan rumah dari luar, ya memang lingkungan yang sunyi mencerminkandalam rumah yang sepi.

“he‟s going home to Indonesia” Dahlia menjawab dengan senyum 

malu.“hmm” maria berdehem mengerti. ***“Doni, jangan pernah tinggalin aku lagi Don! Tau gak kalo aku kangen banget sama kamu” Dahlia memeluk Doni erat dari belakang Doni yang memunggunginya.“emm, nggak akan” Doni membalik badannya dan membalas pelukan Dahlia erat penuh perasaan.

“janji?” Dahlia bertanya dan menatap wajah Doni yang tepat lebih tinggi diatasnya sehingga kini ia harus mendongak.“janji, kita akan terus bersama” Doni mengecup mesra keningDahlia. Dan, wajah Dahlia seketika berubah, merah. Dia sangatmenyukai setiap kali Doni menyentuhnya, memanjakannya,memperlakukan Dahlia seperti yang diperlakukan seorangkakak kepada adiknya, memeluknya. Dahlia diam. Donimenatapnya sangat dalam menyusup ke pikirannya. Dan,seperti biasa, baca pikiran via eye contact.

“I miss you, I love you, and I will never leave you again.” Doni semakin dalam menatap Dahlia membuat Dahlia membekuseperti batu. Siapa ini? Medusa atau Doni? Dengan tatapanmatanya begini saja Dahlia sudah tak dapat berbuat apa apalagi. Dia sangat mencintai Doni, amat sangat.“I need you” bisik Doni lirih. “I need you too” Dahlia tersenyum. Penuh kehangatan. Mereka saling bersentuhan dalam pelukan.Yang memisahkan mereka hanyalah pakaian yang tengah

mereka kenakan.Doni melepaskan pelukannya terhadap Dahlia. Sudah malam?

Page 44: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 44/71

“tidur kamu ya!” suruhnya dengan nada mengantuk. “aku masih ingin sama kamu Don. Jangan pernah tinggalin aku lagi” ujarnya memastikan. “enggak, aku ada disini. Kalau aku pergi maka kamu akan ikut

denganku. Karena cinta yang mengikat kita” Doni memeluk kembali Dahlia.“hmmmhhhhh” Dahlia membalas memeluk Doni ini, Doninya, miliknya. Membenamkan wajahnya di dada Doni. Doni hanyabisa tersenyum. Dan akhirnya, Dahlia tertidur disana, di pelukkehangatan kerinduannya selama ini. Yang ia rindukan beradadisini, bersamanya.***Hwaaaiiii…. Pagi. Dahlia terbangun dari tidurnya. Masih tetap 

memeluk Doni. Tapi, kenapa Doni sekarang tak lagimemeluknya? Dahlia masih malu malu mengintip sedikit didepan matanya,. Di depannya, orang yang ia cintai tertidurdisana, semalam memeluknya. Dahlia masih tersenyummengingat ingat apa saja yang Doni lakukan padanya.“guling?????!!!!!!!!!!!!” Dahlia berteriak setengah mati melihat kini  yang ia peluk hanya sebuahhh…. Guling!!!!!!!!!.  Jadi jika dari semalam, itu…… hanya mimpi indahnya, mimpi akan kerinduannya. Yah, mana mingkin Doni kesini.

Mimpi indah yang membuat kerinduannya kepada Doni semakinbesar. Berharap, berharap kalau ini bukan mimpi. Berharapkalau memang Doni memang ada disini dari semalam, namunkini dia sedang keluar sebentar. Ya, pasti itu benar. Tidakmungkin ada mimpi senyata itu. Tapi jika benar, berarti Donisangat romantic dalam mimpi.Dahlia melihat pakaian yang ia kenakan, ya memand dalammimpinya Dahlia mengenakan baju ini juga. Jadi, benar kalauitu bukan mimpi.

Dahlia bangkit dan beranjak keluar dari kamarnya. Mencari,menelusuri seluruh sudut rumah berharap Doni ada disana.Pikiran sehatnya mulai muncul kembali, sepertinya Doni tidakmungkin ada disini. Dia jauh disana, di Australia.Dan akhirnya mimpi itu hanya menyisakan kekecewaan. Dahliamengambil handphone nya dan menghubungi Doni. Doni tidakmengangkatnya. Wajah Dahlia semakin murung.Huh sepertinya Dahlia harus menerima kenyataan bahwa untuksementara dia tidak akan bertemu Doni.

***Yah, hari ini tentunya kuliah. Hmmmh, sedikit malas. Tapi

Page 45: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 45/71

sebuah keharusan.Dahlia berangkat kuliah dengan langkah terpaksa. Tidak pernahdia merasa semalas ini. Dia kesepian. Memang kemarin Nichodan Maria sempat ke rumahnya dan menonton film bersama.

 Tapi, itu hanya 2 jam dan setelah itu mereka sudah lenyap lagidari hadapan Dahlia.Ya, pagi ini pertama kalinya dia berangkat kuliah sendirian. Tidak ada yang mengantarnya, menemaninya.Memang harus ia akui, DAHLIA MERINDUKAN DONI, danADIT!!!!!!!!!!!!!!. Ya, mereka berdua yang menghantu dipikirannya.Membuat jeritan jeritan kerinduan dalam hatinya.***

Seperti biasa, kuliah sangatlah membosankan. Dengan hanyadua orang teman yang sangat akrab dengannya. Tapi, pastinyaDahlia juga tidak ingin terus mengganggu hubungan Nicho danMaria terus menerus menjadi obat nyamuk diantara mereka. Yamungkin, sadar diri.Baru dua hari sepeninggalnya Adit ke tanah air, masih beberapahari lagi, mungkin 8 hari. Berarti dia perlu sepekan lagimerasakan kesendiriannya.Delapan hari tentu bukan hal yang singkat, sungguh akan

sangat terasa.Kembalilah Dahlia di rumah ini, rumah yang sepi.Digeletakkannya tasnya di sofa depan televisi. Dahliamenjatuhkan tubuhnya ke tempat sofa yang cukup empuk itu.Penat, penat, penat itu yang ia rasakan. Dia memang sengajapulang jalan kaki demi mengulur waktu, menghindari rumahnya yang sepi. Menghindari kesendiriannya jika sudah di rumah.“seharusnya gue Cuma kangen sama Doni” gumamnya lirih. “gak bisa gue gini terus, dia bukan siapa siapa gue. Gue gak bisa 

membiarkan perasaan ini terus tumbuh. Gue milik Doni.” Gumamnya kesal pada dirinya sendiri.“gue,…. Gue gak mungkin balik lagi sayang sama dia” “ahhhhhh” Omelan omelan yang ia lontarkan pada dirinya sendiri. Menahanperasaan yang mulai tumbuh untuk Adit, lagi!!!!. Perasaansayang, mungkin cinta. Dia harus tetap jadi milik Doni. Bukanmilik siapa siapa selaisn Doni.Gelap, gelapnya malam ini. Entah kenapa listrik mati. Dahlia

bergidik merinding. Dia hanya sendirian. Dia memberanikan diriuntuk mengintip ke luar rumahnya. Dan, semuanya gelap. Apa

Page 46: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 46/71

aka nada badai? Tidak mungkin. Oh ya mungkin hanya adakesalahan sedikit saja yang menyebabkan listrik dimatikansementara.Kini ia duduk disamping ranjangnya. Membaca sedikit enovel

 yang ia download tadi. Sebuah cerita romantic beda dunia,“Vampire love Mermaid”. Sangat jauh memang. Tidak masuk akal antara Vampire dan Mermaid saling jatuh cinta. Tapi yaitulah cinta, kadang tidak masuk akal.Itu adalah kisah cinta beda dunia, antara dunia Vampire yanghaus darah, dan Mermaid yang mencintai kedamaian. Merekasaja (Vampire dan Mermaid) bisa berhubungan cinta. ApalagiDoni dan Dahlia yang hanya terpisah oleh ruang,kemungkinannya jauh lebih besar. Pasti.

Dahlia mulai mengantuk. Setidaknya dengan tertidur dia akanlebih baik. Bisa saja dia bertemu Doni dalam mimpi. Matanyamulai terasa berat, perlahan lahan semakin berat danmenjatuhkannya di dunia mimpi. Mimpi yang membuatnya taksendirian lagi.Gelap, dingin, sepi, itulah suasana kamar ini sekarang.“Lia!” Dahlia sudah tertidur dan bermimpi bertemu seseorang, tapi ia belum melihat wajah orang itu.“Dahlia?” Orang itu tetap memanggilnya. 

“hmmmh” Dahlia sudah pulas tertidur, meninggalkankesendiriannya. Tak terdengar lagi suara orang yangmemanggilnya.***Hwaaaah, pagi ini masih cukup dingin. Hanya sebintik cahayahangat yang mulai menampakkan dirinya. Dahlia terbangundengan wajah kusutnya, khas bangun tidur.Dia melihat kea rah kanan, kiri, masih tak ada orang, dia benarbenar akan sendirian dalam waktu yang lama.

 Tapi, tiba tiba mengapa ia mencium bau…… bau gosong. Siapa  yang memasak? Bodo banget gabisa masak. Dahlia beranjak darikamarnya dan menyusuri ruangan hendak menuju dapur. Taklupa sebuah tongkat baseball turut ia bawa. Dan terdengarbunyi benda jatuh dari arah dapur sekarang.Dahlia mengendap endap, menyicil langkahnya satu demi satuhingga ia benar benar berada di dapur, LUNAS.Dahlia terpaku di pintu dapurnya, mengamati siapa yang adadisana. Dia…. Dia…. 

“hah?” Dahlia kaget, ini masih tiga hari setelah Adit pulang keIndonesia.

Page 47: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 47/71

“Lia!” Adit, dia yang ada disini, memasak entah apa itu, yang jelas sudah gosong.“kapan pulang kak?” Dahlia menghampirinya biasa saja, menyembunyikan kerinduannya.

“semalem waktu kamu tidur, aku bangunin gabangun yaudah aku keluar…” jawabnya sambil sibuk menjaga masakannya, padahal jelas jelas itu sudah gosong.“oooh” Dahlia memperhatikan apa yang sebenarnya Adit masak.“kok biasa aja, emang gak kangen?” Adit tertawa kecil.“”enggak, emang kenapa?” Dahlia mendongak, melihat Adit yangternyata masih menatap masakannya yang sudah gosong pastibawahnya.“halah, ngaku aja!” ejeknya sambil tersenyum sombong. 

“hahaha, iya iya” Dahlia menyerah, lagi pula ia benar benarmerindukannya.“kalo kangen mah dipeluk atuh neng” gumamnya berhenti melihat masakannya dan berpaling ke wajah Dahlia yang sudahlebih dulu meliriknya.“ihh apaan sih” pipi Dahlia memerah, malu. “ih udang, ini!” Adit membuka lengannya mempersilahkanDahliamemeluknya.

“ah, yaudah gak usah meluk beneran. Ambilin telor gih, ini udah gosong” Adit menutup tangannya.“mana ada telur disini?” gumam Dahlia sambil matanya melihat sekeliling ruangan dapur.“mie instan?” Adit mengangkat alisnya.“yaa, bentar!” Dahlia berlalu dan mengambil cadangan mie instan yang berada di lemari dapur dan memberikannya kepadaAdit.Adit mendidihkan air untuk membuat mie instan, sementara

Dahlia masih senyum senyum sendiri. Adit takmemperhatikannya, perhatiannya terfokus pada mie air yanghampir mendidih, ia pun memasukkan mie instannya.“hmmm” Dahlia memeluknya dari belakang. Dia sudah mencoba melawan semua perasaan anehnya, tapi tidak bisa. Dia kalah.Perasaan aneh itu terlalu kuat, ia tak bisa menepisnya.Adit hanya diam saja mendapati perlakuan Dahlia kepadanya.Seperti tidak sedang terjadi apa apa pada dirinya. Dia masihsibuk merebus mie. Membiarkan Dahlia yang menempel

dipunggungnya seperti ular pada pohon. Dan, ia selesaimemasak mienya. Aromanya sudah begitu terdengar ketika

Page 48: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 48/71

bumbu bumbu itu di aduk bersamaan dengan mie nya. Dahliamasih tetap disana, disana.“kok gak sampe 10 hari?” bisik Dahlia sambil tetap memeluknya dari belakang.

“kalo sepuluh hari, kyaknya bkal ada yang kangen bgt” ujarnya sedikit menyindir.“hahaha. Yaudah aku lepasin” Dahlia mundur tersipu malu. “hahaha… becanda kali. Ni kalo mau meluk lagi” ejeknya membuat pipi Dahlia semakin memerah. Ia semakin salahtingkah dan akhirnya buru buru pergi dari dapur.***Hari ini ada jadwal kuliah untuk Dahlia. Dia sudah janji denganMaria untuk berangkat bersama.

Setelah berpamitan, dia segera pergi menghampiri Maria yangmenunggu di luar.Hwish, seperti biasa, kuliah masih tidak lebih membosankandari kemarin kemarin. Kenapa dia tak juga mendapat teman lainselain Maria dan Nicho. Salah apa dia? Ya Tuhan, Dahlia pernahberfikir bahwa orang belanda masih ada niat jahat ke Indonesia.Pikiran bodoh itu muncul disela sela kebingungannya. Ah,Dahlia terlalu berlebihan jika menganggap seperti itu. Itu semuatidak mungkin.

Hari ini Nicho tidak masuk kuliah, dia sedang mengambilbeberapa hari untuk cuti karena dia sedang di luar kota. Itulahkenapa Maria datang ke rumah Dahlia sekarang.Duduk di kantin tentu saja termasuk suatu hal palingmenjengkelkan kalau hanya sendirian. Itulah yangdirasakannya. Dia sendirian ditengah orang orang yang sedanghangat hangatnya menjalin pertemanaan.Di sela sela lamunannya, tiba tiba seseorang datang.Mengagetkan Dahlia yang sedang melamun sendirian.

“hey, mag ik hier zitten? (hey, boleh jika aku duduk disini?)” ujar orang itu sambil menarik kursi didepan Dahlia namun belumduduk disana.“kan” jawab Dahlia sambil melihat wajah mana yang ada di hadapannya.“dank u, dahlia” ujarnya sambil tersenyum menghadap Dahlia.“yeah….” Gumam Dahlia sedikit malas. “waarom ben je allen” “Olive, speak in English please. I don‟t understand” Dahlia 

memang belum banyak mengerti tentang bahasa belanda.“huu, I am sory. Where is Maria?” ujar Olive sambil menolehkan 

Page 49: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 49/71

pandangan kesekitarnya. Biasanya dia bersama Dahlia memang,tapi sekarang Maria sudah pulang lebih dulu, padahal masihtinggal satu mata kuliah.Yah, Olive adalah teman sefakultas dengan Dahlia. Dia memang

kadang menyapa Dahlia, tapi baru kali ini dia bercakap cakaplebih dengan Dahlia. Namanya Olive, dibaca Olief, bukan Olif oke;) hah, ada yang aneh dengan anak ini. Hanya perasaan saja,atau memang anak ini memang tidak pernah mendekati Dahlia jika Dahlia sedang bersama Maria dan Nicho. Mungkin aja adamasalah antara mereka bertiga. Tapi apa masalahnya.Olive itu anak yang masuk katagori “TALKATIVE” atau kata orang Indonesia “BAWEL”. Itulah yang membuat Dahlia sangat enggan berlama lama bersama Olive. Dia mencari alasan alasan

untuk kembali ke kelas, tapi Olive malah mengikutinya, yahOlive hanya ingin berteman. Dahlia tidak mungkin menjauhiorang yang ingin menjadi temannya.*** Tiba sudah waktu pulang… entah kenapa hari ini membuat Dahlia lebih lelah dari biasanya. Jadi ia memutuskan untuksegera pulang jika sudah waktunya pulang, dan kini sudah tiba. Tapi, Olive? Anak ini masih mengikuti Dahlia. Awalnya Dahlia jengkel dengan Olive si “talkative” ini. Tapi Dahlia juga sadar 

semua orang punya sifat berbeda beda, si Olive ini.Mereka bersama sama menunggu bus, dan pulang jugabarengan. Mungkin Olive ini memang sangat ingin menjaditeman Dahlia. Dan kalau itu benar, pasti lama kelamaan Dahliabisa menerimanya.Dahlia turun dari bus tidak jauh dari rumahnya. Berjalan lagisekitar 100 meter sampai benar benar di rumahnya.“Dahlia!” suara orang berteriak. Siapa lagi ini? Dengan malas Dahlia membalikkan badannya mencari cari sumber suara itu… 

Olive dia ikut turun dari bus dan kini sedang mengejar Dahlia yang tidak jauh di depannya.“dia lagi” gumam Dahlia malas melihat siapa yang berlarimendekatinya.“I just want to know your house” ujarnya ngos ngosan seperti habis dikejar anjing. Ho, suruh sapa lari larian? DL.“hm” Dahlia mnjawab malas dan melanjutkan perjalanannya. Sepanjang jalan, Olive terus berbicara yang sebenarnya tidakpenting.

Dan sampailah mereka di rumah ini. Rumah Dahlia….. eh, Adit.Dahlia Cuma numpang, tapi biar lebih mudah katakana saja ini

Page 50: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 50/71

rumah Dahlia juga.Olive hanya berdiam diri di jalan depan rumah. Dia masihmenunggu untuk diajak mampir disini.“come on Olive!” Dahlia mengajak Olive untuk ikut masuk 

kedalam rumahnya. Dan, tentu Olive mau. Memang itu yang diaingin.Dahlia menyuruh Olive untuk duduk di ruang tamu sedangkanDahlia membuatkan minum untuknya. Dahlia sedikit tidakmengerti pada sikap Olive. Anak ini sulit ditebak.“lah?” Adit baru datang dari rumah temannya. Dia kaget melihatada bule di rumahnya. Atau mungkin kalau di Belanda, diasendiri Bule nya. Matanya melihat sekeliling mencari carikeberadaan Dahlia.

Olive terpesona melihat seseorang di depan matanya. Matanyatak kunjung berkedip melihat sosok yang mengenakan longsleeve abu abu dan celana jeans kecoklatan. Ah ada apa dengansi Olive?“eh kak dari mana?” Dahlia muncul sambil membawa nampan berisi dua gelas lemon juice yang tampak menyegarkan.“dari rumah temen, ini siapa?” Tanya sambil menatap Olive yang masih bengong melihat Adit.“Olive, temen kuliah” jawabnya memperkenalkan dengan nada 

malas.“mmm, gue ke kamar aja ya. Ngantuk” Adit berjalan menujutempat Dahlia dan Alice duduk. Membuat Olive jadi salahtingkah sambil matanya masih fokus di muka Adit. Aditmenegukminuman dalam gelas yang ada di depan Dahlia, sampai tinggalsedikit,. Dan kemudian dia masuk ke kamarnya dengan cuek.“resek” ketus Dahlia kesal. “who is he?, is  your boyfriend?” Olive sudah lepas dari 

lamunannya dan kini menanyakan siapa yang tadi berhasilmembuatnya kagum.“I think so” jawab Dahlia malas. Entah kenapa dia menjawab begitu.Olive mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengerti tapirada gak terima.Dua jam dirumah Dahlia, Olive akhirnya pulang juga.Akhirnya………………. Dahlia dapat lebih lega sekarang. Setidaknya, telinganya dapat lebih nyaman tanpa crocosan

mulut Olive. Hanya Adit tadi yang bisa membuat Olive diambegitu.

Page 51: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 51/71

***“sudah pulang temennya?” Adit keluar dari kamarnya,.Menghampiri Dahlia yang sedang menonton sinetron khas orangIndonesia “Ganteng Ganteng Seringgalau”. Tentunya dia sangat 

bosan menonton acara tv di belanda, tidak mengerti bahasanya, jadi Dahlia hanya menonton Sinetron yang diunggah ke situs youtube.“udah barusan” jawabnya tanpa melihat Adit sedikitpun.“nah, bagus” Adit menghampiri Dahlia yang sama sekali belummelihatnya. Matanya fokus sama “Alandino” pemain sinetron kesukaannya. Jujur saja terlihat cemburu buta dipandanganAdit melihat Dahlia begitu serius menonton actor favoritnyatersebut.

“nonton apaan sih, bentar bentar pause” Adit mendekatkanwajahnya ke layar laptop. Penasaran, kenapa Dahlia seringmengklik “pause” ketika menonton sinetron ini di youtube. Ya, tentu Dahlia mem-PAUSE videonya pas wajah Alandino sedangdi close up, atau wajah Chemil yang di close up. Dua aktor mudatersebut berhasil membuat Adit cemburu.“lah kapan yang ganti baju?” Dahlia baru melihat penampilan Adit, perasaan barusan mengenakan long sleeve, celana jeans,dan wajah kusut…… 

Dahlia memperhatikan Adit dari atas hingga bawah. Rambutberstyle greaser, kemeja slim fit warna abu abu dengan sedikitwarna hitam di bagian siku dan kerah, celana skinny warnahitam, dannnn sudah memakai sepatu? Mau ngapain dandanbegitu rapihnya? Mungkin kalau Olive masih disini, dia bisa pingsan. Pake long sleeve aja Olive jadi pendiam, apalagi skarang?Kemeja slim fit sama jeans skinny itu menempel rapat ditubuhnya, melukiskan lekuk tubuhnya begitu jelas.“mau kemana rapi banget?” Dahlia sudah mengalihkan 

pandangannya dari Alandino.“mau ikut enggak? Kalau mau, cepet mandi trus ganti baju gih!” suruhnya sambil melihat Dahlia yang…………belum mandi. “kemana?” “mandi dulu sana! Pake baju yang warna putih ya, biar serasi sama baju gue!” suruhnya terdengar serius. “iya, iya” dengan cepat Dahlia bergegas ke kamar mandi. Membersihkan dirinya, yaiyalah.Iapun keluar dari kamarnya dengan tampilan baru. Cantik,

itulah gambaran yang paling cocok untuknya. Sekarang diadibalut dress putih seperti yang Adit suruh. Tampak anggun,

Page 52: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 52/71

tapiii….. “kenapa pake dress? Dingin sekarang!” Adit menggelenggelengkan kepalanya tanda tak setuju jika Dahlia mengenakandress. Ada benarnya juga, karena sangat dingin malam begini.

“gak apa lah, ayo kita mau kemana?” ajak Dahlia sudah tak sabar.“ganti baju dulu gih” tak mungkin dia membiarkan Dahlia masuk angin, jadi dia terus mendesak agar Dahlia mau gantibanju. Tapi, ya Dahlia itu batu. Gak bisa dibilangin. Jadi yadengan terpaksa Adit membiarkannya mengenakan Dress.Adit mengendarai mobilnya cepat cepat, sangat cepat, danmungkin bisa ditilang jika ada polisi. Tibalah mereka disini, ditempat ini. Blauw. Dahlia terperangah,

kenapa Adit sampai membawa Dahlia ke tempat ini. Merekadisambut oleh si penerima tamu dengan ramah. Merekamembalas senyumnya layaknya sepasang pengantin yangmenyalami tamu di pelaminan.“kangen masakan indo?” Adit menarikkan kursi untuk Dahliadan duduk di hadapannya.“ooh, ini resto indo ya?” Dahlia mengamati sekeliling ruangan. “iya, langganan kalo lagi kangen kangennya sama rumah” Adittersenyum melihat Dahlia yang terus mengamati sekeliling

ruangan. Mungkin dia merasa aneh, direstaurant Indonesiabanyak bule yang berkunjung.“udah mau pesan apa nih!?” tanpa disadari sudah ada seorang yang berdiri disamping meja tempat mereka duduk. Dahliamelihat lihat list menu yang tersedia. Bolak balik dan,,,,, “yang ini aja deh, rendang” Dahlia menunjuk gambar masakan yang ada di menu.“minumnya?” Adit kembali bertanya.“lemon tea, lagi kangen teh” jawabnya tanpa melihat lihat menu 

dulu.“mmm, yaudah mbak… lemon teanya 2, rendang 1, sama sate aja kali deh” ujar Adit pada perempuan yang sedari tadimenunggu kata kata itu. Hebat, disini pelayannya bisa bahasaIndonesia.Suasana disini masih lumayan ramai. Itulah kenapa Adit ngebutwaktu berangkat, karena takut kehabisan kursi. Terlihatbeberapa orang dengan wajah Indonesia disini. Tapi juga adaorang asli Belanda juga…… terangnya lampu lampu kota terlihat 

di luar. Mobil mobil masih ramai berlalu lalang.Akhirnya, pesanan mereka datang juga.

Page 53: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 53/71

“selamat makan” ujar sang pelayan ramah dibalas anggukan dan senyuman Adit, Dahlia sudah fokus pada makanannya.Huft, Dahlia semakin bingung dengan Adit. Dia mengajak Dahliake tempat makan saja harus mengenakan pakaian serapi itu?

Kemeja dan sepatu…. Sebenarnya jika dilihat lihat Adit adalah yang paling rapi disana, tamu tamu lain berpakaian seadanya.Ini restoran Indonesia, bukan Italia, jadi seharusnya memakaibaju seadanya saja sudah pantas. Eh, maksudnya bukan orangIndonesia gak pernah rapi, tapi kan terlihat gak biasa gitu.Yah, semuanya berjalan biasa saja. Sempat terlintas dipikiranDahlia „jangan jangan dia mau ngelamar gue?‟ pikirnya, tapiterbantah karena Adit sama sekali tidak menunjukkan sifatromantis selama disini.

“udah yuk” Adit berdiri setelah menyelasaikan pembayaran,mengajak Dahlia untuk segera pergi entah kemana.“trus, mau kemana kak?” Dahlia bertanya bingung. “yaa pulang” jawabnya cuek. “hah? Jadi ngapain kita pake baju beginian?” Dahlia cemberut,kecewa karena sudah repot repot dandan begini malah Cumamakan aja?“maunya kemana sayang?” Adit menatap Dahlia penuhperasaan.

“ya gak kemana mana, Cuma lain kali kalo mau makan pake baju yang biasa aja ya” Dahlia bersandar dipintu mobil. Sedaritadi mereka ngomong sambil berjalan sampai sampai gak kerasaudah sampek di halaman parker. Dahlia melihat penampilan“pasangannya” dari atas sampai bawah. Ya, penampilan begini Cuma buat makan aja.“ayo masuk” Adit membukakan pintu mobilnya dan menyuruhDahlia masuk. Tanpa basa basi Dahlia masuk mobil dan diamtanpa sedikitpun melihat Adit yang disebelahnya.

Adit memperhatikan Dahlia terus diam dari mulai masukmobilnya. Dia seperti sangat marah atau kecewa ke Adit.Adit menghentikan laju mobilnya dan meminggirkannya ke tepi jalan. Dahlia tetap diam tak peduli. Adit memandangnya sambiltersenyum. Dikecupnya kening Dahlia yang berkerut.“kenapa sih? Masak Cuma gara gara baju mau ngambek begini?” tanyanya lembut sambil tetap melihat wajah Dahlia darisamping.Benar juga kata Adit… masak Cuma gara gara baju Dahlia 

sampai ngambek gak karuan gini?“ya emang kan gak sesuai situasi” 

Page 54: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 54/71

“gak sesuai situasi, apa masih belum pengen pulang? Pengen ke tempat lain?” “gak tau lah ah” Dahlia kembali buang muka. 

***

ASTAGA!!!!!!!!!!! Tadi waktu berangkat saja Adit mengemudi sangat cepat,sekarang malah ya ampun, lambat banget, bisa bikin macet nihkalo di Jakarta. Dahlia semakin geram dengan Adit yang bisadikatakan „aneh‟. Tadi berangkat buru buru banget. Pakaiannyarapih banget. Ternyata Cuma mau makan. Sekarang malahpulangnya lambat banget. Apa mau mu?Kemana ini? Tentu saja bukan di jalan pulang, beda arah.Dahlia melihat Adit yang masih santai santai menyetir sambil

mengengguk anggukkan kepalanya mendengarkan lagu di radio.Kadang Adit juga memperhatikan Dahlia, sedetik dua detik,kemudian kembali lagi fokus pada jalan raya.Dahlia menarik nafasnya mencoba menahan emosinya yangseakan akan mau meledak karena tingkah laku Adit yang begituaneh hari ini.„gue berlebihan gak sih? marah marah gak jelas hanya karenamasalah sekecil ini? LEBAY‟ Dahlia kembali melihat Adit yangmasih santai santai saja.

“apa liat liat?” Pipi Dahlia memerah, malu karena kepergok sedang curi curipandang. Dahlia masih diam menyimpan rasa malunya.Dahlia kembali melirik Adit, dia hanya ingin meminta maafkarnasepanjang jalan hanya diam dan dingin. Kini Adit sudah tidaklagi mengangguk anggukkan kepalanya. Dia menyetir lebihsantai dan tenang.“sudah sampai!!” hah? Sudah sampai? Dimana? Adit

memberhentikan mobilnya di sebuah gedung besar. Dahlia samasekali tidak tau gedung apa itu dan ada maksud apa Aditmengajaknya kesini. Bahkan Dahlia juga tidak menyadari kalauAdit sudah berada di luar dan membukakan pintu untuk Dahlia.Pikirannya kosong.“ini dimana? Mau ngapain?” Dahlia melirik gedung itu dari mulai bagian terbawah hingga ke atas.“udah ikut aja” Adit menarik tangan Dahlia yang matanya masihberkeliling memandangi bangunan berarsitektur khas eropa

tersebut.Dan lagi lagi, Dahlia tidak sadar bahwa sekarang dia sudah

Page 55: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 55/71

berada di dalam gedung itu. Ramai, seperti pesta. Ya, inimemang pesta. Tapi dalam rangka apa? semuanya terlihat masihmuda. Mungkin ini pesta yang diadakan salah satu temankampusnya Adit. Semuanya tampak berpasangan, kecuali

beberapa yang bergerombol sesama wanita atau sesama lakilaki.“ayo” Adit mengembangkan lengannya, mempersilahkan Dahliamenggandengnya.“hmm” Dahlia mengaitkan lengannya dengan lengan Adit pasrah,sedikit bahagia.MALU!!!! Itu yang Dahlia rasakan ketika ternyata sedari tadi diasudah salah sangka. Ia pikir Adit benar benar akan mengajaknyapulang begitu saja.

Sesekali ia melihat beberapa orang disana memperhatikanmereka berdua. Mungkin sirik? Ah!!! Dahlia mulai ke GR an.Debuuukgg!!!“aw!” seseorang menabrak Dahlia tapi orang itu terjatuh sendiri.Dilihatnya orang itu mirip…mirip..mirip Vera? Ah mana mungkin! Mana mungkin Vera ada disini. Ini hanya ilusinasinyasaja.“Het spijt me(=maaf)” Dahlia membantu orang itu untuk berdiri. “dank u” ucap orang itu ramah sambil mengibas ngibaskan

tangannya di bajunya. tadi menurut Dahlia orang itu memangterlihat seperti Vera, tapi kali ini ternyata bukan. Bahkan sangattidak mirip, hanya rambutnya saja, tapi juga tak begitu mirip.Orang itu hanya bilang terimakasih dan kemudian pergi begitusaja? Ah, sungguh berbeda dengan Vera.“heh! Ayo! Masak diem aja?” Adit mengajak Dahlia yang masihsibuk memperhatikan si Vera „KW‟. Mungkin berlebihan. Ai don„nou. Adit membawa Dahlia berkenalan dengan si penyelenggara

pesta.Lagi lagi, orang Belanda? Ah, Dahlia mulai sadar. Kenapa diamalas malasan dulu ketika Mr. Hirata menjelaskan tentangBAHASA BELANDA terang terangan di depan kelas? Sibukpacaran! Kini dia tau sendiri akibatnya. Dia mungkin satusatunya orang disini yang tidak bisa berbahasa belanda denganlancar.Hmmm. Ya mengadakan pesta ternyata cantik, bule (ya iyalah,BEGO), berambut pirang, dannnn Adit sangat dekat dengannya.

Apa? itu kenapa itu juga ikut terpikirkan. Hmm DAHLIACEMBURU. Melihat Adit yang bisa dikatakan „sangat‟ dekat

Page 56: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 56/71

dengan wanita bertubuh tinggi ini, Dahlia merasa terusik,terganggu. Ini mungkin karena dia „cemburu‟. Sudah tak dapatdisembunyikan lagi kalau cintanya sudah mulai tumbuhkembali setelah hampir 3 tahun tertutup badai. Dahlia, dia

sudah mulai menaruh hatinya kembali pada orang ini, sangmantan.“diem terus, kalo mau minum ambil aja gih! Aku ambilin ya” gumam Adit sambil tersenyum kecil pada Dahlia yang masihdiam disampingnya.“nggak, trus kamu mau berduaan sama dia gitu disini?” ketus Dahlia „cemburu‟. Terlihat wanita itu tertawa diikuti Adit yang juga tersenyum geli mendengarkan omongan Dahlia.Apakah???? Apakah wanita itu…dia mengerti bahasa 

Indonesia?? Oh God! Dahlia sangat malu. Kecemburuannyadirasakan dua orang sekaligus.“tidak usah begitu. Saya sama dia Cuma teman biasa” ujar wanita itu dalam bahasa Indonesia, yang……. Yang kalau orang seumuran dia bicara seformal itu di Indonesia, pasti udah jadibahan ketawaan. Dengan logat bule nya dalam berbicara bahasaIndonesia, terdengar sedikit lucu memang. Tapi jangan pikirkanlucunya! Dahlia, dia sangat malu karena rasa cemburu butanyatanpa sadar dia ungkap kepada orang lain.

***Masih jam 11, yaa….tapi Adit sudah mengajak Dahlia pulangsekarang. Kebetulan.. Cara satu satunya bagi Dahlia untukmenghindar dari perasaan malunya adalah pulang, menghindardari wanita tadi.Adit meluncurkan mobilnya cepat ditengah jalan yang mulairenggang. Lagi lagi, Adit melenceng dari jalur pulang. Maukemana lagi dia?Dahlia merasa tidak asing dengan jalan ini. Dia pernah lewat

sini sebelumnya, tapi ia tak ingat betul kemana dia sampaisetelah melewati jalan ini. tapi ia yakin, pasti pernah sesekaliDahlia lewat disini.Adit memelankan laju mobilnya dan kini dia berada disebuahtempat yang memang benar pernah dia kunjungi, taman ini, Aditpernah mengajaknya kesini.Setelah turun dari mobilnya, hawa dingin langsung menabraktubuhnya. Dingin sekali. Dahlia melihat keadaan sekitarnya,sepi, tapi memang ada beberapa orang disini.

Berbeda dengan siang hari yang pengunjungnya sebagian besaradalah keluarga, maka jika malam yang berkunjung adalah

Page 57: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 57/71

pasangan pasangan yang terlihat begitu mesra dibalik temaramlampu taman.“dingin? tadi udah aku larang pake dress loh!” Aditmengalingkarkan lengannya di pundak Dahlia dengan santai.

“mana aku tau mau kesini” ketus Dahlia. “kalo kamu tau, namanya gak supres” Dahlia melihat begitu berada di dalam taman, masih ramaiternyata dan sebagian besar memang pasangan kekasih.Adit membawa Dahlia masuk lebih dalam ke dalam taman, dansekarang lebih ke belakang. Menghindari keramaian yangmemang sangat mengganggunya untuk berduaan saja denganDahlia.Mereka duduk di depan pohon yang besar. Dahlia

menyandarkan kepalanya ke pundak Adit. Matanya melihat kesekelilingnya lebih sepi, tapi ada dua orang juga duduk di sana,tak jauh dari mereka. Mereka terlihat lebih mesra dibandingkanDahlia dan Adit yang hanya duduk dibawah pohon. Dahliamenegakkan kepalanya dan melihat wajah Adit yang dari tadihanya diam.“lo sedih sih?” wajahnya terlihat sedih. Dahlia dapat melihatdengan jelas kesedihan Adit yang terlukis dengan jelas denganraut mukanya.

“ah enggak kok, Cuma keinget kakek aja. Wajarkan?” dengan cepat ia kembali tersenyum untuk membuat Dahlia lebih tenang.“pulang aja yuk, dingin disini” ajak Dahlia sambil memeluk tubuhnya sendiri.“kalo dingin peluk aku aja ya hehehe” Adit merangkul Dahlia yang menggigil kedinginan.Sedikit tersenyum, Dahlia membalas pelukan itu. Erat sekaliseperti pelukan perpisahan.Adit berdiri dan menggendong Dahlia pergi dari tempat itu. Ia

mempercepat langkahnya berhubung Dahlia semakin lamasemakin berat.Adit memasukkan Dahlia yang memang setengah tertidur kedalam mobilnya. Tak disengaja, kepalanya membentur pintumobil dan membuatnya terbangun.“gue ketiduran?” tanyanya sambil melihat lihat tiba tiba saja dia berada di tempat yang berbeda dari sebelumnya.“hah? Lo tidur? Tau gitu gue tidurin tadi!” Adit cengengesanmelihat ekspresi Dahlia yang tiba tiba berubah.

“enak aja” Dahlia memalingkan wajahnya menyembunyikanpipinya yang mulai memerah.

Page 58: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 58/71

“hahaha, maksudnya gue bawa pulang trus naruh lo di kasur gitu. Jangan negative mulu dong” Adit kembali cengengesan.“trus?” Tanya Dahlia menyelidik. “trus gue ya tidur bareng lo!” Adit tertawa semakin parah, mirip

tawa orang yang melihat stand up comedi, padahal dia hanyamelihat pipi Dahlia yang semakin merah padam.“enak aja, udah ayo pulang” Dahlia menutup wajahnya dengan tangannya.Adit membalikkan mobilnya dan kini benar benar pulang.Sepanjang jalan ia terus melihat Dahlia dengan tatapanmengejek. Sementara Adit sibuk cengengesan, Dahlia kembalitertidur.Semakin cantik bila diam begini. Rambutnya tergerai begitu

indah. Wajahnya tampak tenang padahal sehari ini selalu marahmarah hanya karena masalah kecil.Begitu sampai di rumah, dengan hati hati Adit membawa Dahlia.Pelan, agar dia tidak kembali bangun dan mengganas. Tapi naas,kepala Dahlia lemas dan kemudian terbentur ke tembok hinggaia sedikit berteriak. Adit tetap meneruskan jalannya walau diatau kini Dahlia sudah bangun.Dibaringkannya Dahlia agar dapat meneruskan tidurnya.“kak!” Dahlia memanggil Adit yang sudah berada di pintu

kamarnya. Adit membalikkan badannya dan kini Dahlia sudahduduk di tepi ranjangnya.“iya?” Adit menyenderkan tubuhnya ke tepian pintu sambilmengamati Dahlia dari kejauhan.“gapapa, gajadi yaudah” Ucap Dahlia. Adit menyatukan alisnya,curiga. Ia menghampiri Dahlia dan duduk berjongkok di depanDahlia.“mau apa, ngomong aja! Ntar aku ambilin” ujarnya penuh perhatian. Dahlia menundukkan kepalanya, menghadap Adit

 yang duduk jongkok di depannya.“enggak, Cuma mau bilang makasih” Dahlia tersenyum malu. Dia sebenarnya ingin mengakui, mengakui bahwa perasaan itukembali tumbuh. Dan kini sudah besar. Perasaan yang dulupernah tumbuh di taman hatinya. CINTA.Adit menatap mata Dahlia dalam dalam. Mencari kebenarandibalik kata kata Dahlia. Apa benar dia hanya ingin mengatakan“terimakasih”? Dahlia menelan ludahnya. Membalas tatapan  yang dapat membunuhnya. Pandangan Dahlia mulai berubah

seperti orang cemas, tapi bukan karena cemas.Mata bertemu mata. Wajah mereka perlahan semakin mendekat.

Page 59: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 59/71

Dahlia hanya bisa menutup mata. Merasakan deruan nafasorang yang berada di depannya.“udah tidur tidur.” Adit memundurkan wajahnya kembali,terlihat menyesal.

Dahlia menghembuskan nafasnya. Nafas yang sengaja ia simpanuntuk menyembunyikan kegugupannya. Kini berhembus jadinafas kecewa.Adit menundukkan wajahnya. Sejak dari taman, dia memangsering terlihat sedih. Entah kenapa dia hari ini. seperti adabeban berat yang ia tanggung saat ini. entah apa itu.Dahlia melihatnya penuh rasa ingin tau. Dahlia mendekatinyadan duduk disebelahnya. Tangan kanannya ia rangkulkan dipundak Adit. Ia tetap diam, dia seperti memikirkan sesuatu. Tapi

entah apa itu.“kenapa?” Tanya Dahlia lembut namun Adit hanya melihat wajahDahlia sedetik dua detik kemudian memalingkannya lagi. Darisorot matanya saja dia memang terlihat sangat sedih. AdaSesuatu yang sangat membebani pikirannya, tapi Dahlia tidakdapat menebaknya. Perasaan Adit memang sangat sulit ditebak.“tidur aja yuk, daripada sedih terus gitu” Dahlia mengangkat bahu pundak Adit member isyarat agar dia bangun, tidakmungkin Dahlia mengangkat tubuh Adit yang mungkin hampir

dua kali beban tubuhnya sendiri. Adit hanya bisa menurutinya.Dahlia menggiringnya ke kamarnya.Adit berbaring membelakangi Dahlia. Egois. Dia benar benartidak ingin membagikan masalahnya. Padahal faktanya kalaumasalah dipendam sendirian itu akan lebih berat.***POV ADIT (monolog)Gak mungkin Lia. Lo gak perlu tau. Biar gue yang rasain inisendirian. Gue sayang sama lo, tapi…. Orang tua gue, mereka 

tiba tiba ngejodohin gue. Waktu gue pulang ke Indonesia, tibatiba gue dikenalin sama seseorang. Malamnya ayah tiba tibabilang “cantik gak calon istri kamu?”. Berat. Berat rasanya, gue baru kenal dia. Gue kecewa sama orang tua gue, gue masih bisamilih orang sendiri. Gue udah dewasa sekarang. Dan gue Cumapunya SATU kesempatan untuk memilih calon gue sendiri dalamhidup gue. Tapi satu kesempatan itu malah mereka rebut.Hanya karena dia anak sahabat ayah gue, gue jadi korban. Yanglebih ngecawain adalah….mereka bermain main dengan maut. 

Mereka bilang kakekku meninggal, tapi dia sehat sehat aja.mereka ngomong gitu karena mereka tau gue gak bakal pulang

Page 60: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 60/71

kalo mereka ngomong yang sesungguhnya.Anak itu dengan bodohnya dia setuju dengan perjodohan ini,padahal semua keputusan ada padanya, jika dia tidak setujumaka perjodohan ini batal. Dengan senangnya dia menerima

perjodohan ini. Dan gue, gue gak dikasih kesempatan untukmenolaknya. Dengan santainya ayah bilang “Adit gak usahditanya, paling dia juga mau.”. mereka gak pernah mikirin perasaan gue.Oh ya, waktu itu tiba tiba mbak Mawar sama suaminya tiba tibapulang juga. Mereka bilang mereka tau dari lo kalo kakekmeninggal. Gue nerangin semuanya. Mereka juga orang orangbaik yang ngerti perasaan gue. Mereka terus ngehibur gue.Mereka bilang mereka mau jelasin sama lo semuanya, tapi gue

larang. Gue yakin lo sekarang juga mulai cinta sama gue. Guengeliatnya. Gue ngeliat cinta di mata lo. Gue gak mau juga loikut ikut dalam kesedihan gue ini. gue mau lo bahagia.Gue rela. Gue rela jika nanti ternyata lo ingin balik dengan Doni. Tapi gue gak bisa, gue gak bisa begitu saja dijodohkan. Guemasih mampu milih jodoh gue sendiri.…. gue ngerasa hangat sekarang, lo selalu ngerti perasaan gue.Pelukan lo ini terasa melegakan pikiran gue. Ah, maaf dulu

pernah bilang kalau lo adalah wanita paling gak ngerti carameluk cowok, pernah bilang kalo lo itu cewek kasar. Sekaranggue tarik ucapan gue. Lo adalah perempuan terromantis yangpernah gue temuin. Lo tau saat saat dimana gue emang butuhpelukan lo gini.***Dahlia sudah tak tega, laki laki yang mulai ia „cintai‟ terkulaidiatas kesedihannya. Ia memeluk tubuh itu dari belakang.Mencoba menenangkan Adit yang masih diam memikirkan

sesuatu sambil memunggungi Dahlia.“kalo dipendem terus, makin berat loh yang” yang, Dahlia memanggilnya „sayang‟. Terlihat Adit yang mulai membalikkantubuhnya. Astaga. Terlihat sebuah garis disana, dipipinya. Garisbasah, dia menangis. tapi kini ia sedikit membuka senyumnya.Sepertinya dia senang panggilan yang Dahlia tujukan padanya.Ia pun membalas pelukan Dahlia tetap dalam keheningannya. Iamasih belum mengucapkan sepatah kata pun meski kini sudahterlihat sedikit senyum terukir dibibirnya.

Dahlia menatap matanya penuh perasaan, terlihat jelas cinta itudisana. Dahlia sudah terang terangan mengakui perasaannya.

Page 61: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 61/71

Dikecupnya bibir diam itu sekali kemudian tersenyum lagimenghadapnya.***Pagi sudah datang menjemput. Hangatnya sinar mentari

membangunkan Dahlia lebih dulu daripada Adit. Dahlia kembalimemeluk tubuh yang masih diam itu yang sempat terlepassetelah keduanya sama sama tertidur.***POV Dahlia (monolog)Hmmh. Gak ada lagi tembok untuk ku sembunyi. Gak ada lagidinding untuk menyembunyikan rasa ini. Rasa cinta yang sudahtumbuh begitu besar. Bahkan jika ada dinding penghalang,maka cinta ini lebih besar dari dinding itu. Ya, aku

mencintaimu. Sangat mencintaimu.Ku tak bisa melihatmu terus menerus terpuruk dalamkesedihanmu.Entah apa yang kau fikirkan, tapi sungguh ku tak ingin kaularut di dalamnya. Kau begitu tersiksa.Maaf jika aku lancang memelukmu tanpa permisi. Hanya saja,setiapku memelukmu atau sebaliknya, tubuh ini….tubuh ini terasa tentram. Sejuknya cinta tiu behembus dalam tubuh inibegitu kau memelukku.

AKU MENCINTAI MU***Dahlia berbaring berbantalkan lengan Adit yang sengaja ia tariksendiri. Dia menghadapkan tubuhnya ke tubuh orang yang iacintai. Jarak wajah mereka begitu dekat. Jika saja kemudian Aditberbalik menghadap Dahlia, maka pipinya akan mendarat tepatdi hidung Dahlia.Adit bergerak gerak, sepertinya ia akan bangun. Dahlia pura

pura menutup matanya agar terlihat masih tertidur.Mungkin sekarang Adit sudah bangun. Terasa hembusannafasnya di wajah Dahlia. Adit tersenyum melihat mentarimemeluknya begitu hangat. Dia benar benar telah salah pernahmengatakan bahwa Dahlia adalah wanita terkasar yang tak taucara memeluk.Adit masih melihat wajah Dahlia yang terlihat tertidur diataslengannya. Wajah mereka saling berhadapan dekat sekali.“bum” kejut Dahlia dan dia sendiri yang terkejut melihat bibir 

Adit sudah sangat dekat dengan bibirnya. Dia menjadi diam,padahal awalnya ingin mengejutkan Adit.

Page 62: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 62/71

“eh udah bangun kamunya” Adit memundurkan wajahnyamenjauh dari Dahlia.“udah dari tadi” ujar Dahlia. Ia sangat berharap Adit tak lagisungkan untuk meneruskan ulah nakalnya tadi. Yang terhenti

begitu ia tau bahwa Dahlia ternyata sudah bangun.“emm, gerah banget deh. Ah, dari kemaren gue gak ganti baju  ya?” Adit menelentangkan wajahnya menghadap langit langitkamar.“iya, masam lagi” ejek Dahlia sambil menutup hidungnya. “hahaha kamu kan juga” Adit tertawa gelid an kembalimenghadap Dahlia.“nah, makanya…..” “makanya apa?” Tanya Dahlia. 

“mandi bareng nyok. Hahahaha” Adit kembali tertawa gelimelihat pipi Dahlia yang kembali merah.Grrr grrrr grrrrtttt… handphone Dahlia bergetar.. ada sebuah sms dari Aldi.„Lia, lo pulang sekarang!! Vera sakit. Dia nyebut nama lo darisemalem.‟ Sebuah pesan singkat yang membuat Dahlia khawatir. Vera, diasakit lagi? Dahlia diam. Bagaimana bisa Vera sakit lagi. „Tuhan semoga Vera baik baik saja‟.

“siapa?” Adit melihat Dahlia yang diam di tepi ranjangnya.“kak Aldi, aku harus pulang. Vera sakit lagi” Dahlia menaruh handphonenya di atas laci kemudian segera pergi ke kamarmandi.***Dahlia sudah siap dengan barang barangnya. Semuanya telah iamasukkan ke dalam kopernya. Dahlia kembali melihat sms yangia terima dari Aldi tadi pagi, berharap kalau ia tadi salah baca.Dibacanya lagi, ya Vera benar benar sakit.

“aku ikut pulang ya” Adit masuk menghampiri Dahlia yangsedang membaca sms dari kakaknya itu berulang ulang seakantak percaya dengan yang ia baca. Vera sakit, sahabat yangpaling dia sayang sakit.“ngapain?” Dahlia menatap malas Adit.“ya nemenin kamu” Adit menghampiri Dahlia dan dudukdisampingnya.“dan ngebeberin hubungan kita” Adit diam. Jika dia pulangbersama Dahlia, pasti banyak yang akan curiga.

“iya, semua orang akan tau. Kita gak akan mungkin nutupin ini selamanya” Adit menatap Dahlia, mencoba meyakinkan.

Page 63: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 63/71

“Doni? Aku belum siap. Aku…..” Adit menaruh telunjuknya dibibir Dahlia melarangnya meneruskan ucapannya.“kamu masih sayang sama dia?” Adit bertanya lirih.“kamu ngomong apa sih?!! ya jelas lah! Aku liat Doni itu 

orangnya serius, dia bilang mau ngelamar aku kalau udah lulusnanti.” Ketus Dahlia. “kalo gitu, kita udahan aja. kamu akan sama Doni, aku akan menjauh” Adit tertunduk lesu.“tapi….. aku, sebenernya juga…sayang sama kak Adit” bisiknya dekat dengan telinga kiri Adit.“kita pikirin nanti. Sekarang kita pulang, Vera nungguin kamu. Butuh 12 jam lebih buat sampai di Indonesia. Kita gak usahbuang buang waktu lagi” ujar Adit diikuti anggukan Dahlia.

Mereka segera bersiap siap untuk pulang. Dan mereka akhirnyaberangkat dari bandara Schiphol Amsterdam.***„kak, aku bentar lagi sampe di Soekarno hatta. Gimana Vera‟ Dahlia mengirim sebuah pesan singkat untuk Aldi.„Vera masih sama keadaannya. Mau aku jemput?‟ balas Aldibeberapa menit kemudian.„gak usah. Lia bisa naik taksi‟ tidak mungkin Aldi menjemputDahlia, Dahlia sedang bersama Adit sekarang.

Pesawat mendarat dengan selamat saat sore menjelang malamhari.Adit dan Dahlia segera turun dari pesawat bersamaan.Berjalan beriringan menuju ruang tunggu. Cukup ramai yangada disana. Dahlia mengajak Adit untuk langsung pulang saja.Dan segera menuju rumah sakit untuk menjenguk Vera.Siapa disana?Seseorang melihat Adit dan Dahlia dari kejauhan. Orang itutetap

diam namun matanya mengikuti pergerakan Adit dan Dahlia.“Doni?” Tidak salah lagi, itu Doni. Dia ada disini. Dahlia segera menghampirinya namun Doni pergi menjauh begitu saja dariDahlia. Dahlia terus mengejar Doni hingga Doni berhenti tak jauh di depannya. Dia tau Dahlia ada di belakangnya, tapi diatak kuat untuk membalikkan badannya.Ingin rasanya dia memeluk Dahlia. Melepas kerinduannyasetelah berbulan bulan tidak pernah bertemu. Dan ketikasekarang sudah bertemu, yang Doni temukan adalah

pemandangan yang tak mengenakkan. Dahlia bersama Adit, ituadalah sesuatu yang pahit bagi Doni. Tak pernah ia bayangkan

Page 64: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 64/71

Dahlia bisa melakukan hal ini.“Don, aku bisa jelasin” ujar Dahlia dari belakang Doni. Tapi Doni mengacuhkannya. Dia tetap diam membelakangi Dahlia.“Don! Kamu salah paham.” Dahlia semakin dekat dengan Doni. 

“Doni….” Dahlia memeluk tubuh itu dari belakang. Melepaskan kerinduannya selama ini.“lo bisa meluk semua cowok yang mau lo peluk. Ngapain lo meluk gue, di badan lo aja masih kecium bau cowok lain” ketus Doni sambil melepaskan pelukan Dahlia.“maaf Don” Dahlia tertunduk. Merasa bersalah telah menghianati Doni.“mana Adit?” Tanya Doni sambil membalik badannyamenghadap

Dahlia.“gak tau, mau ngapain? Kita nemuin Vera aja yuk” “Kita? Nemuin Vera? Vera gak kenapa kenapa! Gue minta bantuan kak Aldi buat bikin lo pulang. Gue mau ngasih kejutanbuat lo. Tapi lo malah ngasih kejutan yang lebih waw darikejutan yang udah gue persiapin” ketus Doni. “kejutan?” Dahlia mendongak, menatap wajah Doni.“udah gak penting lagi sekarang. Meding kita udahan aja, lupain soal kejutan gak penting ini” Doni pergi begitu saja dari hadapan 

Dahlia. Gak ada pelukan perpisahan. Bahkan kontak mata pungak pernah. Doni benar benar kecewa.Dahlia diam sendirian disana. Menyesal karena dia telahmenduakan Doni yang sangat serius dengan hubungannya. Doniingin memberikannya sebuah kejutan tapi dia malah membuatDoni marah besar padanya. Entah Doni masih bisamemaafkannya atau tidak.Dahlia pulang ke rumahnya sendiri. Disitu ada Aldi dan Riko yang sedang santai di depan televise yang dibiarkan menyala

tapi mereka sama sekali tidak memperhatikannya.Kedua kakaknya itu langsung melihat Dahlia dengan tatapantak percaya, terlihat mereka kecewa pada Dahlia. Doni pastisudah menceritakan semuanya.“kak” Dahlia mendekati kedua kakaknya dan duduk diantara mereka. Riko jadi cuek dan memalingkan wajahnya menghadaptelevise yang sedari tadi ia abaikan. Sementara Aldi melihatDahlia penuh rasa kekecewaan.“kak Aldi kecewa sama lo, Lia” Aldi tetap menatap tajam ke arah 

Dahlia.“maafin Lia kak” Dahlia menunduk, tangannya ia remas remas 

Page 65: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 65/71

sendiri tanda bahwa ia takut dengan sikap kedua kakaknya ini.“seharusnya lo minta maafnya ke Doni. Dia pasti kecewa bangetsama lo!” Riko menyahut tapi pandangannya masih tertuju pada televisi.

“ia, Lia udah minta maaf sama Doni. Tapi Doni malah ningalin Lia gitu aja” jawab Dahlia. “itu wajar aja, Doni ninggalin elo ya karna dia udah kelanjur kecewa pasti. Tau gak dia tadi bawa apa?” Riko bertanya seolah Dahlia tau semuanya, yang Doni bawa.“Doni bawain lo cincin. Dia mau ngikat cinta kalian di jenjang  yang lebih serius.” Ujar Riko, kini dia melihat Dahlia. “tau dah, pokoknya kak Aldi kecewa sama lo!” Aldi beranjak dari ruang keluarga dan masuk ke dalam kamarnya.

“kak!” Dahlia memanggilnya tapi sudah tak didengarkan. “kita malu Lia. Gue sama kak Aldi malu sama Doni. Adek kita ini udah ngehianatin dia. Padahal gue sama kak Aldi udah optimisbanget lo akan seneng banget begitu melihat apa yang Donibawain buat elo. Gue aja belum sempat mikirin hal seserius itubuat Agnez. Kak Aldi juga, dia masih pikir pikir ulang untukmenjalin hubungan serius dengan Vera. Tapi Doni, dia udahberpikiran dewasa dan berniat melamar lo. Tapi, gak disangkaaja, lo tega teganya ngehianatin keseriusan Doni itu. Dan yang

lebih mengecewakan lagi, lo adalah Dahlia, adik gue yangawalnya polos. Gue super gak nyangka lo kayak gini. Maaf kalokelanjur kasar, tapi ya gitu perasaan gue, Lia. Dan kak Aldi, diahanya mencoba menyembunyikan kekecewaannya. Dia ngerasapunya tanggung jawab buat kelakuan lo. Dia adalah anak tertuadi keluarga ini. Lo ngehianatin Doni, lo udah ngehianatin kakAldi, dan lo udah ngejelekin nama lo sendiri. Udahlah. Gue mautidur capek ngomong sama orang kayak lo” Riko juga meninggalkan Dahlia.

POV Dahlia (monolog)Gue sesalah itu kah? Sampek kalian, kakak kakak gue sendirimalu ngakuin gue sebagai adik kalian? Gue emang salah kak,maafin gue. Kak Riko bener, gue udah ngecewain banyak orang.Doni dan Kak Aldi gak pernah semarah itu sebelumnya. KakRiko emang gak pernah akur, tapi kali ini beda. Dia terlihatkecewa, kecewa karena gue buat malu mereka sebagai kakakkakak gue.Maaf, Cuma itu yang bisa gue ucapin.

Gue emang salah.***

Page 66: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 66/71

Pagi ini Dahlia akan menemui Doni. Dia akan meminta maafatas segala perbuatan bodohnya selama jauh dari Doni.Mungkin wajar jika Doni tidak memaafkannya. Kesalahannyamemang terlalu rumit untuk bisa dimaafkan begitu saja dalam

waktu sehari. Tapi tidak ada salahnya jika ia mencoba.Dengan buru buru ia pergi ke rumah Doni untuk menemuinya.Untunglah orang tua Doni sepertinya tidak tau akanmasalahnya, tidak terbayang jika mereka tau, mungkin ia akandilarang menemui Doni.“Doninya udah keluar dari tadi pagi tuh nak” ujar ibu Doni lembut seperti biasanya.“kemana ya tante?” Dahlia bertanya penasaran. Doni pasti ingin melepaskan rasa kecewanya, dia pasti ingin sendirian.

“waah kurang tau, tapi udah dari subuh perginya” “ooo yaudah, Lia pamit dulu ya tan” ujar Dahlia tersenyum.“gak duduk dulu?” tawar ibu Doni ramah. “gak usah deh tan, Lia mau nyari Doni. Pamit dulu ya, tan” Dahlia pergi dari rumah itu dan berpikir pikir dimana tempat yang sering Doni kunjungi disini? Dahlia terus memikirkanmasa lalunya. Mencoba mengingat ingat tempat yang sering Donikunjungi…. Danau, Doni sering kesana kalau lagi bosen. Dahlia segera meluncurkan motornya ke Danau, tempat yang paling

sering Doni kunjungi kalau sedang ingin melepas bosan dulu.Doni memang ada disana. Duduk sendirian dibibir danau.Menghadap air yang tenang di depannya.Dahlia menghampiri Doni perlahan. Melempar lempar kerikil, itu yang dia sering lakukan disini dan sekarang dia masihmelakukannya.“Don…” Dahlia memanggil Doni lirih. Doni merasakan kehadiran Dahlia dari belakangnya tapi Doni tak bergerak sama sekali.“ngapain lo disini?” Tanya Doni datar tanpa sedikitpun melihat 

Dahlia yang sekarang duduk disampingnya.“aku mau minta maaf” gumam Dahlia. “udah terjadi, percuma lo minta maaf. Gue juga udah kelanjur kecewa.” Ujar Doni dingin. “aku nyesel. Aku janji gak akan kejadian lagi. Kita bisa ulang dari awal” Dahlia ikut melempar lemparkan kerikil ke tengah danau. Sama seperti yang mereka lakukan semasa SMA, pulangsekolah, tempat ini tujuan pertama mereka.“gue serius sama lo! Tapi lo ngeginiin gue” Doni berhenti 

melempar kerikil itu dan kini menatap kosong ke arah danau.“iya, aku tau. Aku mau minta maaf.” Ujar Dahlia penuh 

Page 67: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 67/71

penyesalan.“gue tadi pagi nemuin Adit. Lo sekarang harus nemuin dia.” Doni sekarang menatap mata Dahlia, penuh rasa kecewa disana.“dia lebih jujur dari lo. Dia nerangin semuanya” lanjut Doni dan 

kembali buang muka.“untuk semua itu, aku minta ma‟aaaf banget” “Lo harus nemuin Adit sekarang, atau lo akan gak bisa nemuindia lagi” ujar Doni lagi.“maksudnya?” Dahlia mendongak ke samping. Matanya meminta Doni untuk menjelaskan maksud kata katanya.“Adit dijodohin sama orang tuanya. Dia gak mau, tapi orangtuanya gak ngasih dia kesempatan. Lo harus bantu dia.” Doni tetap menghadap air yang tenang di depannya.

“caranya?” “gue gak tau. Mungkin lo harus nikah sama dia?!” Dahlia kaget. Pernyataan Doni ini sangat tidak mungkin Dahlia turuti. Diamemang mencintai Adit, tapi disisi lain Doni akan tersakitidengan itu semua.“aku gak bisa. Aku maunya sama Doni, bukan dia” Dahlia menggeleng gelengkan kepalanya.“dia lebih ngebutuhin lo, Lia. Dia lebih ngebutuhin lo dari pada gue” ujar Doni sambil menatap Dahlia. 

“tapii……..” Dahlia ingin protes tapi telunjuk Doni sudaah membumkangnya.“ssst. Kalo lo sama gue, dia gak punya banyak waktu untukmenolak perjodohan itu. Satu satunya cara untuk menolaknyaadalah dia harus menentukan jodohnya sendiri.” Doni sekarang sedikit tersenyum pada Dahlia.“dan kalo lo sama dia, gue punya banyak waktu untuk nyari pengganti lo karena gue gak terikat tali perjodohan.” Doni menatap mata Dahlia dalam, seakan dia telah lupa dengan

perasaan kecewanya.“Don, kita akan jadi keluarga. Kita! Bukan aku dengan orang lain” Dahlia tertunduk mengingat kata kata yang sempat Doni ucapkan sebelum mereka berpisah dahulu.“nggak, lo udah kembali numbuhin cinta sejati lagi dalam diri lo. Gue gak mungkin nebang cinta itu gitu aja. cinta itu adadipinggir jurang. Tapi kalo cinta gue sendiri yang gue tebang,gue gak akan kenapa kenapa. Lo harus sama dia.” Doni menatap Dahlia dalam dalam, dia benar benar sudah membuang rasa

kecewanya sedikit demi sedikit. Danau ini berhasil.“Don?” Dahlia membalas tatapan mata Doni itu. 

Page 68: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 68/71

Mereka berpelukan sebelum benar benar berpisah. Donimemundurkan tubuhnya beberapa inci. Dilihatnya wajah yangselama ini ia rindukan.Kecupan mesra itu, sebuah kecupan mungkin yang terakhir bagi

mereka. Angan mereka akan segera hancur setelah bibir ituberpisah. Harapan mereka tak akan pernah terwujudkan.Doni melepaskan kecupannya. Dipandangnya wajah Dahliadengan senyuman manisnya.Mereka kembali berpelukan beberapa saat sebelum benar benarberpisah.“Don, bisa gak bantu aku?” Dahlia menatap mata Doni penuh harap.“bisa kok, bantuan apa?” Doni balas menatap mata Dahlia. 

“tolong bantu jelasin ke kak Aldi sama kak Riko, mereka marahbanget dengan kejadian kemaren” “tenang aja, setelah kita nemuin Adit, kita akan jelasin kemereka” ujar Doni lembut dengan senyumannya. “makasih” Dahlia kembali memeluk Doni beberapa saat. ***Dahlia datang ke rumah Adit bersama Doni, Doni yang mungkinbukan lagi miliknya.Rumah ini sepi. Sepertinya tidak ada orang, tapi pasti ada Adit

disini. Motornnya terparkir di depan rumahnya. Sepertinya diabaru pulang.Dahlia memencet bel yang ada di sisi sebelah kanan atas pintu.„assalamualaikum‟ begitulah suara belnya bergema di dalamrumah dan juga terdengar oleh Dahlia.Pintu terbuka, Adit memang ada di rumah. Ia heran, kenapaDahlia datang ke rumahnya. Dan…. Doni? Ngapain dia ikut. Dahi Adit berkerut pertanda jika ia bingung dengan kedatanganDahlia dan Doni di rumahnya.

“ayo masuk” ajak Adit sambil membukakan pintu lebih lebar.Dahlia dan Doni mengikuti Adit masuk dan duduk di sofa ruangkeluarga.“ada perlu apa ya?” Adit menggigit bibir bawahnya.“kak Adit, bener dijodohin?” Dahlia bertanya penasaran. “oooh itu? Udahlah gak usah dipikirin, emang aku kok yang salah. Aku gak pernah ngenalin seorang cewekpun ke orangtuaku. Hehehe” ujarnya seolah tanpa beban. Dahlia mengerutkan keningnya. Adit pasti bilang begitu karena

dia ingin agar Dahlia tidak berlarut masuk dalam masalahkelamnya.

Page 69: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 69/71

“jujur aja, lo gak mau kan dengan perjodohan ini?” sela Doni. “ya, siapa sih yang mau di jodoh jodohin? Hahaha” jawab Adit.“sekarang gue tanya lo, Lia!” ujar Doni. Dahlia balikmenghadapanya.

“kira kira lo akan bahagia sama dia?” Tanya Doni. Adit menatap Doni dan Dahlia bergantian.“tunggu tunggu. Maksudnya apa nih?” Adit bertanya sedikitmenahan tawa. Doni hanya melihatnya sekali dan kemudianbalik melihat Dahlia.“yaa, tergantung dia.” Jawab Dahlia malu. “hmmm. Lo mau bahagiain Dahlia?” Doni balik menatap Adit yang masih bingung dengan dua orang yang ada di depannya ini.“mmm. Iiiya” Adit menjawab gugup.

“Lia, jawab!” “ia, Don” Dahlia tertunduk malu. “nah, berarti….. Za, gue nyerahin Dahlia ke elo! Jangan pernah sakitin dia,!” Doni menggenggam tangan Dahlia dan ia giring untuk menyentuh tangan Adit.“trus lo?” Adit menatap Doni. Doni terdiam.“jangan pikirin gue, gue masih punya banyak waktu buat cari pengganti Dahlia. Mungkin bokap nyokap lo ngira, lo itu gay.Makanya mereka buru buru ngejodohin lo. Hahaha” Doni 

tertawa geli dengan ucapannya.“weee, enak aja!” Adit protes dengan penyimpulan Doni bahwaAdit seorang gay.“jadi, gue pulang dulu ya. Selamat, dan long last ya. Nantimungkin anak kita yang berjodoh” ujar Doni dan pergi meninggalkan Adit dan Dahlia.“Don!” Adit memanggilnya. Memeluk Doni, dengan pelukanpertemanan. Doni hanya bisa membalasnya.“udah, jangan bilang lo beneran gay lagi… dih” Doni melepaskan

pelukannya kemudian tertawa geli.“makasih ya!” ujar Adit lirih.“you are welcome brother!” balas Doni sambil berlalu menuju pintu.Adit kembali ke samping Dahlia. Menatapnya penuh perasaancinta. Kini tak ada lagi dinding itu.Malam harinya Adit menjelaskan semuanya pada kedua orangtuanya. Permintaannya untuk membatalkan perjodohan itu, juga permintaannya untuk menikahi Dahlia.

Kedua orang tuanya hanya bisa pasrah pada pilihan anaknyaini. tapi mereka melarang Adit untuk segera menikahi Dahlia.

Page 70: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 70/71

Alasannya adalah umur mereka yang masih muda. Adit kala ituberumur 21 tahun, dan Dahlia masih 18 tahun. Sehingga orangtuanya menyuruh Adit bersabar hingga Dahlia berumur 20tahun.

Mereka menerima tawaran tersebut. Menjalani saat saatsebelum pernikahan mereka dengan penuh cinta.***************************After 4 years.Pagi, dunia. Pagi ini masih begitu dingin. matahari terlambatmemberikan kehangatan. Dia masih tak terlihat di tempatnya.Dahlia mengambil selimutnya yang terjatuh ke lantai malamkemarin. Ia menyelimutkan selimut itu lagi ke tubuhnya. Dahliatersenyum.

Adit masih tertidur disampingnya. Dia pasti masih kelelahan dansangat mengantuk.“hmm. Setiap hari, tidur terus kerjanya. Udah pagi juga” Dahlia membisikkan kata kata itu di telinga Adit, mencobamembangunkannya.“hmmmmh” Adit bergerak gerak kaku. Perlahan membukamatanya dan memicingkannya ke arah Dahlia.“aku masih ngantuk. Capek” ujarnya sambil memunggungi Dahlia.

“mm, emang gak pernah kuat ya” Dahlia tertawa geli. “enak aja” Adit kembali membuka matanya dan menghadapDahlia.“gak mau kerja ya, suamiku?” Tanya Dahlia sambil menarik hidung Adit.“yee, makanya bangunin dong!” Adit berdiri dan masuk ke kamarmandi.Mereka sudah menikah. Setahun yang lalu, sedikit terlambatdari jadwal karena Adit harus menyelesaikan kuliahnya. Kini

Aditbekerja di sebuah reporter televisi swasta di Belanda. MenemaniDahlia untuk menyelesaikan kuliahnya. Mungkin akan tetap diBelanda sampai mereka bosan di negeri kincir angin ini.Adit melihat Dahlia duduk di kepala ranjang sambil memeganghandphonenya. Dia terlihat bahagia. Tak terukir kesedihandisana.Adit kembali menghampirinya dan duduk di dekatnya.“gak kuliah neng?” Adit bertanya sambil memperhatikan yang

Dahlia liat di layar ponselnya.“ntek kang,” jawabnya sambil menaruh ponselnya di laci 

Page 71: DocumentN

7/21/2019 N

http://slidepdf.com/reader/full/n56d6be1c1a28ab301690ab4f 71/71

samping ranjang.“kalo gitu, akang gak mau kerja juga ah. Mau nemenin si eneng seharian disini.” Ujar Adit sambil melucuti dua kancing kemejaseragam kerjanya.

“aduuuh, repot banget ini anak ya!” ujar Dahlia.“ayo udah” ajaknya, merengkuh bahu istrinya dan……………… Mereka melakukan‟nya‟ hingga malam tiba. Beruntunglah saatitu musim dingin, jadi matahari bersinar sebentar saja.“Dahliaaaaaaaa!!!!!!!!!” Adit setengah berteriak ditelinga isterinya yang masih tertidur.“ehhh, apa sih?” Tanya Dahlia jengkel. “sinian dong! Masak jaraknya semester gitu” Adit menariktangan

Dahlia lembut.“ehh.. “ “peluk aku lagi,” suruhnya manja. Dahlia hanya bisa menuruti tingkah suaminya tersebut.Sepanjang hari mereka melewati cerita cinta mereka. Negeri ini,negeri ini adalah saksinya.Cinta mereka terus berputar seperti kincir angin yang tersebar dinegeri ini, NETHERLANDS. Tamat.

 Thanks for reading, guys. The WriterAndhika N POh iya, selamat menghadapi UN buat adek adek SMP dan SD.Buat kakak kelas SMA, semoga nilai UN nya yang dulumemuaskan ya.AamiinSalma kampret.Eits #guamahgituorangnya