19
1 NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HEMIPARESE DEXTRA DI RSUD Dr. MOEWARDI Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Sebagaian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Oleh : Arif Riski Affandi J100141102 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

  • Upload
    dokhanh

  • View
    264

  • Download
    15

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

1

NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HEMIPARESE

DEXTRA DI RSUD Dr. MOEWARDI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas

Dan Memenuhi Sebagaian Persyaratan

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh :

Arif Riski Affandi

J100141102

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

2

i

Page 3: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

3

Arif Riski A

Page 4: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

4

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 21 april 2016

Penulis

ARIF RISKI AFFANDI

J100141102

Page 5: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

5

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

HEMIPARESE DEXTRA DI RSUD Dr. MOEWARDI

ArifRiskiAffandi, 2015, 28 halaman

Abstrak

Latarbelakang: Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejalah dan

atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan

fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam ( kecuali

ada intervensi bedah atau membawa kematian) yang disebabkan oleh sebab lain

selain penyebab vaskuler. Definisi ini mencakup stroke akibat infrak otak ( stroke

iskemik), pendarahan intra serebral (PIS) non traumatik, perdarahan intra

ventrikuler dan beberapa kasus perdarahan subarachnoid.

Tujuanmasalah: Untuk mengetahui pengaruh penanganan fisioterapi dalam

peningkatan kekuatan otot dan aktifitas fungsional dengan modalitas IR(InfraRed)

dan Terapi Latihan pada pasien stroke non hemoragik hemiparese dextra.

Hasil: Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali didapat hasil peningkatan

kekuatan otot T1: 0 menjadi, T6: 2. Dan peningkatan kemampuan aktifitas

fungsional T1: 45 menjadi T6: 50.

Kesimpulan: Pemberian IR(infrared) dan terapi latihan pada kasus stroke non

hemorogik hemiparese dextra dapat meningkatkan kekuatan otot dam kemampuan

aktifitas fungsional.

Kata kunci: Stroke, IR(infrared) dan terapi latihan (TL).

Page 6: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

6

Physiotherapy MANAGEMENT IN THE CASE hemiparese

Dextra Hospital Dr. Moewardi

Riski Arif Affandi, 2016 Abstract Background

Stroke is a syndrome characterized by gejalah or clinical signs develop quickly in

the form of functional impairment focal brain and globally that lasted more than

24 hours (unless there is a surgical intervention or lead to death) caused by

reasons other than cause vascular , This definition covers infrak stroke due to the

brain (ischemic stroke), intra-cerebral bleeding (PIS) non-traumatic,

intraventricular hemorrhage and some cases of subarachnoid hemorrhage.

Objectives problem: To determine the effect of physiotherapy treatment in

increasing muscle strength danaktifitas modalities functional with IR (InfraRed)

and exercise therapy in patients with non-hemorrhagic stroke hemiparese dextra.

Results: After treatment for 6 times the results obtained an increase in muscle

strength T1: 0 become, T6: 2. Dan upgrade functional activities T1: 45 to T6: 50.

Conclusion: Giving IR (infrared) and exercise therapy in the case of non

hemorogik hemiparese dextra stroke may improve muscle strength capabilities

dam functional activity.

Keywords: Stroke, IR (infrared) and exercise therapy (TL).

Page 7: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

7

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau

tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional

otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada

intervensi bedah atau membawa kematian) yang disebabkan oleh sebab lain

selain penyebab vaskuler. Definisi ini mencakup stroke akibat infark otak

(stroke iskemik), pendarahan intra serebral (PIS) non traumatik, perdarahan

intraventrikuler dan beberapa kasus perdarahan subarachnoid (Warlowet al.,

2007). Suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah

diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga

mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Battiacaca,

2008).

Dalam suatu kondisi dapat terjadi ketika pasokan darah ke suatu

bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami

kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbat atau pecahnya pembulu

darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan

serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusak atau mematikan sel-sel saraf

otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang

dikendalikan oleh jaringan itu, aliran darah yang berhenti membuat suplay

oksigen dan zat makanan ke otak juga berhenti, sehingga sebagian otak tidak

bisa berfungsi sebagaimana fungsinya (Nabyl, 2012).

Page 8: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

8

Stroke penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua

di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan

semakin penting, dengan dua pertiga stroke terjadi di negara-negara yang

sedang berkembang (Feing, 2006). Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun

terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000

orang meninggal dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita

stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang

penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan

produktif. Hal ini akibat gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat,

seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga

banyak dari mereka yang mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya

serang stroke. Saat ini serangan stroke lebih banyak dipicu adanya hipertensi

yang disebut sebagai silent killer, diabetes melittus, obesitas dan berbagai

gangguan kesehatan yang terkait dengan penyakit degeneratif. Secara

ekonomi, dampak dari insiden ini prevalensi dan akibat kecacatan karena

stroke akan memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan

kemampuan ekonomi masyarakat dan bangsa (Yastroki, 2009).

Stroke merupakan kelainan dari otak sebagai susunan saraf pusat yang

mengontrol dan mencetuskan gerakan dari sistem neuromuskuloskeletal.

Secara klinis gejala yang sering muncul adalah adanya hemiparese atau

hemiplegi, yang menyebabkan hilangnya mekanisme refleks postural normal

untuk keseimbangan, rotasi tubuh untuk gerak-gerak fungsional pada

ekstremitas. Gerak fungsional merupakan gerak yang harus distimulasi secara

Page 9: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

9

berulang-ulang supaya terjadi gerakan yang terkoordinasi secara disadari serta

menjadi refleks secara otomatis berdasarkan keterampilan sehari-hari (AKS).

Dilihat dari segi Fisioterapi, pasien stroke non hemoragik stadium akut

dapat menimbukkan beberapa gangguan, seperti penurunan kekuatan otot,

potensial terjadi kontraktur, gangguan keseimbangan, aktifitas fungsional

terganggu dan kegiatan dalam bermasyarakat juga akan terganggu.

Fisioterapi dapat memberikan terapi pada penderita stroke non

haemoragik stadium akut salah satunya adalah pemberian IR dan terapi latihan

secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan pasien yang akan

berpengaruh terhadap penigkatan kemampuan fungsionalnya.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik ingin

mengetahui apakah pemberian IR dan terapi latihan dapat mengatasi

problematika fisioterapi pada pasien post stroke non haemoragik stadium akut.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditemukan

permasalahan penelitian sebagai berikut : “apakah ada pengaruh pemberian

IR dan terapi latihan terhadap peningkatan kekuatan otot dan aktifitas

fungsional pasien stroke no hemoragik hemiparese dextra?”

Tujuan penulisan

a) Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh penanganan Fisioterapi

dengan modalitas IR dan terapi latihan stroke non hemoragik

hemiparase dextra.

Page 10: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

10

b) Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui pengaruh pemberian IR dan

terapilatihanterhadappeningkatankekuatanotot.

2) Untuk mengetahui pengaruh pemberian IR danterapilatihan

terhadap peningkatan kemampuanfungsional.

Manfaat Penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmia ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

berikut :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada diinstitusi

pendidikan mengenai penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

hemiparese dextra dengan modalitas IR dan terapi latihan.

2. Bagi Inrtitusi Rumah Sakit

Dapat bertukar informasi dengan pihak rumah sakit mengenai

penatalaksanaan fisioterapi pada kasus hemiparese dextra dengan

modalitas IR dan terapi latihan.

3. Bagi Penulis

Dapat memperdalam pengetahuan tentang penatalaksanaan

fisioterapi pada kasus hemiparese dextra dengan modalitas IR dan

terapi lathan.

Page 11: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

11

4. Bagi Kemajuan IlmuPengetahuan dan Teknologi

Dapat digunakan sebagai acuan atau tolak ukur keberhasilan yang

telah dicapai dalam penelitian untuk dapat lebih maju kedepannya.

5. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi tentang latihan yang tepat pada kasus

hemiparese dextra dengan modalitas IR dan terapi latihan.

Page 12: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

12

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Kasus

Stroke diartikan oleh awam dengan istilah penyakit lumpuh, padahal

stroke tidak selalu disertai dengan kelumpuhan. Stroke juga disebut serangan

otak. Sebutan yang terakhir ini mungkin lebih tepat karena stroke adalah

suatu kondisi yang ditandai dengan serangan otak akibat pukulan telak yang

terjadi secara mendadak (Lingga, 2013).Stroke adalah sindrom klinis yang

awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal

dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung

menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan darah

otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung

sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20 menit),

tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas

(transient ischemia attack = TIA) (FKUI, 2000). Munculnya tanda dan

gejalan fokal atau global pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah

otak. Oklusi dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus,

menyebabkan hipoksia sampai anoksi pada salah satu daerah percabangan

pembuluh darah di otak tersebut (Bruno et al., 2000).

Patologi

Stroke non hemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan

trombosit serebri, umumnya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru

bangun tidur pada pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi

Page 13: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

13

iskemia yang menimbulkan hipoksia, kesadaran umumnya baik (Muttaqin,

2008).

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembulu darah otak oleh

bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboi berasal dari

trombus di jantung yang terlepas yang merupakan perwujutan penyakit

jantung. Stroke non haemoragik akibat emboli. Emboli terjadi karena

adanya kelainan dari arteria carotis communis. Emboli adalah

penyumbatan pembuluh darah oleh bekuan darah yang terbawa aliran

darah dari bagian tubuh lain ke dalam otak. Biasanya dari jantung, emboli

dapat berupa jendalan darah, kristal kolesterol, deposit metatasi, embolus

septik, embous traumatik (karena trauma) (Rosjidi, 2007).

Faktor-faktor Resiko

Stroke tidak mengenal gender, usia, ataupun kodisi sosial

seseorang. Jika faktor resiko-resiko pemicu stroke dimiliki seseorang,

maka suatu saat stroke dapat terjadi pada orang yang bersangkutan.

Faktor resiko terjadinya stroke menurut Smeltzer & Bare (2002),

yaitu: 1) Hipertensi, pengendalian hipertensi adalah kunci untuk mencegah

stroke, 2) Penyakit kardiovaskuler, 3) Kolesterol tinggi, 4) Obesitas, 5)

Diabetes, 6) Merokok. Hipertensi kronik erat kaitannya dengan timbulnya

sklerosis arterial yang menyeluruh, yang tidak berkembang melalui

ateromatosis, tetapi langsung mengeraskan dinding arteri yang dikenal

sebagai arteriosklerosis (Billinger, 2010).

Page 14: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

14

Komplikasi

Menurut Smeltzer & Bare (2002), setelah mengalami stroke klien

mungkin akan mengalami komplikasi yang dapat dikelompokan

berdasarkan:

Hipoksia serebral

Hipertensi atau hipotansi

Embolisme serebral

Pemeriksaan penunjang

PROSES FISIOTERAPI

Pasien bernama Tn. S Umur; 52 th agama: islam pekerjaan:

Wiraswasta jenis kelamin: laki-laki alamat: Jl. Angrek No 35, Purwodadi,

Grobogan dengan diagnosa medis stroke hemiparase dextra. Mengeluh

lemah pada sisi kanan . Dalam pemeriksaan didapatkan hasil kelamaan

otot pada angota gerak bawah dan atas dengan nilai. Dan lingkup gerak

sendi aktif terbatas karena kelemahan otot. Kemudian didapatkan diagnose

fisioteapi, IMPAIRMENT, Hilangnya atau abnormalitas dari struktur

psikologis, fisiologis, atau anatomi dan mendapatkan hasih bahwa terdapat

penurunan kekuatan otot anggota kerak atas dan bawah sebelah

kanan.FUNCTIONAL LIMITATION, Pasien belum mampu, berdiri dan

berjalan (transfer dan ambulasi), DISABILITY / PARTICIPATION

RESTRICTION, Bersosialisasi di masyarakat terganggu akibat gangguan

fungsionalnya, Aktifitas pasien sehari-hari terganggu. Inervensi fisioterapi ag

digunaan adalah IR danTerapi latihan

Page 15: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

15

Pembahasan

Pengaruh IR dan Terapi Latihan Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot

IR (infra red) membantu merileksasikan otot-otot yang kaku, memperbaiki

sirkulasi darah, meningkatkan metabolism tubuh dan secara tidak langsung

meningkatkan kukuatan otot. Sehingga dapat mempercepat proses pemulihan

pada kasus diatas. Pemberian terapi latihan seperti 1)Breathing exercise

membantu menambah ventilasi alveolar dan mengembalikan fungsi

diagfrahma supaya otot-otot pernafasan kuat, bekerja dengan efisien,

terkoordinasi baik, kemampuan mengontrol pernafasan dan memelihara

pergerakan dinding thoraks. 2)Passive exercise akan menimbulkan pumping

action sehingga memperkecil efek kontraktur pada jaringan lunak (otot,

tendon dan ligament) dan memelihara fisiologis otot. 3)Aproksimasi untuk

memfasilitasi postural tonus otot melalui aktifitas sekitar sendi. 4)Stimulasi

bertujuan untuk meningkatkan reaksi-reaksi pada otot. 5)Positioning untuk

mencegah potensial akibat tirah baring seperti decubitus.

Page 16: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

16

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terapi yang diberikan pada Tn. S. umur 52 tahun, dengan kasus stroke non

hemoragik hemiparese dextra dengan modalitas IR (Infra Red) dan terapi latihan.

Dengan tujuan untuk mengatasi problematik yang muncul pada pasien dengan

program sebanyak enam kali terapi.

Setelah diberikan program enam kali terapi memperoleh hasil peningkatan

kekuatan otot dengan MMT dan peningkatan kemampuan aktifitas fungsional

dengan indek barthel. Semuanya dapat dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dan

evaluasi.

Saran

Dalam menangani permasalahan pasien dengan kasus stroke non

hemoragik hemiparese dextra sangat diperlukan kerjasama dari berbagai pihak

(tenaga medis, keluarga dan pasien itu sendiri) agar mencapai hasil yang optimal

dalam proses penyembuhan. Motivasi dan kepercayaan diri pasien akan

meningkat jika adanya perubahan positif yang signifikan dari setiap terapi yang

diberikan, karena yang paling tahu tentang peningkatan kemampuan gerak adalah

pasien itu sendiri. Untuk itu terapi yang diberikan haruslah tepat agar memotivasi

dan menimbulkan rasa percaya diri pada pasien tersebut.

Pasien disarankan untuk melakukan latihan yang sama dengan yang

dilakukan terapis, karena tangan dan tungkai kanan pasien masih belum mampu

melakukan gerakan aktif secara maksimal, maka latihan bias dibantu mengguakan

tangan yang sehat atau bias juga dibantu anggota keluarga. Tujuannya untuk

Page 17: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

17

menjaga kemampuan otot yang sudah ada dan untuk meningkatkan kekuatan otot

agar LGS dan ADL meningkat.

Page 18: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

18

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta.

Billinger, SA, 2010. Cardiovascular Regulation after Stroke: Evidence of

Impairment, Trainability, and Implications for Rehabilitation.

Cardiopulmonary Physical Therapy Journal, 21, 22-24.

Bruno A, Kaelin DL, Yilmaz EY. The subacute stroke patient: hours 6 to 72 after

stroke onset. In Cohen SN. Management of Ischemic Stroke. McGraw-Hill.

2000. pp. 53-87.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.

Jakarta : Media Aesculapius.

Feing, V, 2006;Stroke, Bhuana Ilmu Populer Jakarta.

Ginsberg. L, 2008. Lecture Note Neurolog, Jakarta: penerbit Erlangga ; 89-99

Lingga, Lanny. 2013. All About Stroke. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan, Jakarta: Salemba Medika.

Nabyl R.A. 2012. Deteksi Dini Gejala Pengobatan Stroke. Yogyakarta : Aulia

Publishing.

Putro Florentinus H. 2007. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Pasien Post

Stroke Non Hemoragik Stadium “Recovery”. Karya Tulis Ilmiah Surakarta:

Politeknik Kesehatan Surakarta.

Page 19: NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

19

Rosjidi, C. H., 2007 ; STROKE ; Ardana Mediana, Yogyakarta, hal 1, 5, dan 13.

Smeltzer C. Suzanne, & Brunner, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Jakarta, EGC ,2002.

Snell, R. S, 2006; Neuro Anatomi Klinik ; Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Warlow, C., Gijn, V., Hankey, G., Sandercock, P., & Bamford, J. (2007).

Yastroki. 2009. Yastroki Tangani masalah Stroke di Indonesia

Available from : http://www.yastroki.or.id/read.php?id=20. 15 Maret

2012