25

Click here to load reader

Negosiasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Nego

Citation preview

A. Pengertian Negosiasi Menurut Stephen Robbins dalam bukunya Organizational Behavior ( 2001), negosiasi adalah proses pertukaran barang atau jasa antara 2 pihak atau lebih, dan masing-masing pihak berupaya untuk menyepakati tingkat harga yang sesuai untuk proses pertukaran tersebut. Negosiasi menurut Suyud Margono adalah : Proses konsensus yang digunakan para pihak untuk memperoleh kesepakatan di antara mereka. Negosiasi menurut H. Priyatna Abdurrasyid adalah: Suatu cara di mana individu berkomunikasi satu sama lain mengatur hubungan mereka dalam bisnis dan kehidupan sehari-harihnya atau Proses yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita ketika ada pihak lain yang menguasai apa yang kita inginkan Negosiasi adalah suatu cara bagi dua atau lebih pihak yang berbeda kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud, atau tujuan dalam mencari kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran dan permintaan dari masing-masing pihak sehingga tercapai suatu kesepakatan atau kesepahaman kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud, atau tujuan.B. Konsep Konsep Penting Menurut Marjorie Corman Aaron dalam melakukan negosiasi, seorang perunding yang baik harus membangun kerangka dasar yang penting tentang negosiasi yang akan dilakukannya agar dapat berhasil menjalankan tugasnya tersebut. Kerangka dasar yang dimaksud antara lain :

Apakah alternatif terbaik untuk menerima atau menolak kesepakatan dalam negosiasi ?

Berapa besar nilai atau penawaran minimum yang akan dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan ?

Seberapa lentur proses negosiasi akan dilakukan dan seberapa akurat pertukaran yang ingin dilakukan?3 konsep penting yang harus dipahami oleh seorang negosiator, yaitu : 1. BATNA ( Best Alternative to a Negotiated Agreement) , yaitu langkah-langkah atau alternatif-alternatif yang akan dilakukan oleh seorang negosiator bila negosiasi tidak mencapai kesepakatan. Contoh : Bila pasal mengenai besarnya pesanggon yang harus diberikan dalam proses PHK yang diajukan pihak pengusaha tidak dapat disepakati oleh pihak serikat pekerja, maka negosiator dari pihak pengusaha mempunyai 2 pilihan ,yaitu mencoba untuk melakukan trade off dengan pasal mengenai penambahan cuti atau meninggalkan perundingan, bila tidak ada tanda-tanda positif dari para perunding pihak serikat pekerja untuk mau beranjak dari posisi-nya saat ini.

2. Reservation Price, yaitu nilai atau tawaran terendah yang dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan dalam negosiasi. Contoh : negosiator dari pihak pekerja akan menyepakati hasil perundingan KKB secara keseluruhan, apabila minimum 5 dari 10 usulan mereka dapat diterima oleh pihak perusahaan

3. ZOPA ( Zone of Possible Agreement), yaitu suatu zona atau area yang memungkinkan terjadinya kesepakatan dalam proses negosiasi. Contoh : target upah minimum yang dikehendaki oleh pihak pekerja adalah Rp. 1.000.000 (gross), sedangkan reservation price-nya adalah Rp. 750.000 (gross). Sedangkan target upah minimum yang dikehendaki oleh pihak pengusaha adalah Rp. 650.000 (gross), dan reservation price-nya adalah Rp. 850.000 (gross). Zona antara Rp. 750.000 (gross) dan Rp. 850.000 (gross) adalah ZOPA

Dengan pemahaman yang baik terhadap 3 konsep dasar tersebut diatas , maka para perunding diharapkan dapat menentukan hal-hal yang ingin dicapainya dalam negosiasi, menentukan besarnya konsesi yang ingin didapat dan dapat diberikan, menentukan perlu tidaknya melanjutkan negosiasi, dan melakukan langkah lain yang lebih menguntungkan.

C. Strategi Dalam Bernegosiasi Ada beberapa macam strategi negosiasi yang dapat kita Pilih, sebagai berkut : 1. Win-win . Strategi ini dipilih bila pihak-pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian masalah yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. Strategi ini juga dikenal sebagai Integrative negotiation. Contoh : Pihak manajemen sepakat untuk memberikan paket PHK di atas ketentuan pemerintah, dan pihak pekerja sepakat untuk dapat segera mengakhiri hubungan kerja dengan damai 2. Win-lose. Strategi ini dipilih karena pihak-pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya dari penyelesaian masalah yang diambil. Dengan strategi ini pihak-pihak yang berselisih saling berkompetisi untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Contoh : Pihak pekerja terpaksa menyepakati kenaikan gaji di bawah target yang telah mereka usulkan sebelumnya kepada pihak perusahaan. 3. Lose-lose .Strategi ini dipilih biasanya sebagai dampak kegagalan dari pemilihan strategi yang tepat dalam bernegosiasi. Akibatnya pihak-pihak yang berselisih, pada akhirnya tidak mendapatkan sama sekali hasil yang diharapkan. Contoh : Pihak pengusaha akhirnya melakukan upaya Lock out, karena pihak pekerja tidak bersedia untuk menghentikan pemogokan. 4. Lose-win .Strategi ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk mendapatkan manfaat dengan kekalahan mereka. Contoh : Pihak pengusaha sengaja memberikan beberapa konsesi yang tidak terlalu signifikan kepada pihak pekerja, dengan harapan dapat membangun kepercayaan dengan pihak pekerja di masa yang akan datang. D. Taktik Dalam Negosiasi Dalam proses negosiasi, pihak-pihak yang berselisih menggunakan taktik agar dapat memperoleh hasil negosiasi yang diinginkan. Ada beberapa taktik yang umum dilakukan oleh para negosiator, yaitu :1. Membuat agenda . Taktik ini harus digunakan karena dapat memberikan waktu kepada pihak-pihak yang berselisih setiap masalah yang ada secara berurutan dan mendorong mereka untuk mencapi kesepakatan atas keseluruhan paket perundingan. 2. Bluffing. Taktik klasik yang sering digunakan oleh para negosiator yang bertujuan untuk mengelabui lawan berundingnya dengan cara membuat distorsi kenyataan yang ada dan membangun suatu gambaran yang tidak benar. Contoh : Pihak pengusaha menunjukkan bahwa mereka tidak peduli sama sekali dengan ancaman pihak pekerja untuk melakukan pemogokan bila perundingan gagal (padahal sebenarnya mereka khawatir bila pemogokan terjadi). 3. Membuat tenggat waktu (deadline). Taktik ini digunakan bila salah pihak yang berunding ingin mempercepat penyelesaian proses perundingan dengan cara memberikan tenggat waktu kepada lawannya untuk segera mengambil keputusan. Contoh : Pihak pengusaha menyatakan kepada pihak pekerja , bahwa bila paket PHK yang ditawarkan tidak diambil Sekarang, maka paket PHK yang akan diberikan berikutnya akan lebih rendah dari yang ditawarkan saat ini 4. Good Guy Bad Guy . Menciptakan tokoh jahat dan baik pada salah satu pihak yang berunding. Tokoh jahat ini berfungsi untuk menekan pihak lawan sehingga pandangan-pandangannya selalu ditentang oleh pihak lawannya , sedangkan tokoh baik ini yang akan menjadi pihak yang dihormati oleh pihak lawannya karena kebaikannya. Sehingga pendapat-pendapat yang dikemukakannya untuk menetralisir pendapapat Tokoh jahat, sehingga dapat diterima oleh lawan berundingnya. 5. The art of Concesin .Taktik ini diterapkan dengan cara selalu meminta konsesi dari lawan berunding atas setiap permintaan pihak lawan berunding yang akan dipenuhi . Contoh : Pihak pengusaha sepakat untuk memberikan kenaikan gaji yang diminta pihak pekerja, asal pihak pekerja sepakat untuk mendukung pihak pengusaha mengurangi jumlah pekerja. 6. Intimidasi. Taktik ini digunakan bila salah satu pihak membuat ancaman kepada lawan berundingnya agar menerima penawaran yang ada, dan menekankan konsekuensi yang akan diterima bila tawaran ditolak. Contoh : Pihak pekerja mengancam bahwa bila permintaan kenaikan gaji mereka tidak dipenuhi oleh pihak pengusaha, maka mereka akan melakukan pemogokan selama 1 bulan. E. Mengapa Negosiasi?

Negosiasi terjadi karena salah satu dari dua alasan ini yaitu :

1. Untuk membuat sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh salah satu pihak secara individual

2. Untuk mengatasi masalah/pertentangan antara pihak-pihak yang terkait

Banyak perspektif yang dapat digunakan untuk mengerti perbedaan yang ada didalam aspek negosiasi, termasuk didalamnya teoridan penelitian dar bidang ekonomi, psikologi, dan lainnya. Hasil dari negosiasi tersebut juga dapat dijelaskan dengan cara yang sama untuk mengerti aspek negosiasi yang telah dikatakan sebelumnya.Karakteristik dari negosiasi (situasi negosiasi)Ada beberapa karakteristik umum yang terdapat didalam semua situasi negosiasi, yaitu :1. Terdapat dua pihak atau lebih; walaupun orang dapat bernegosiasi dengan dirinya sendiri, negosiasi yang akan dibahas disini adalah negosiasi anar pesonal/antar kelompok.2. Ada konflik keinginan antara pihak-pihak tersebut.3. Pihak-pihak yang terkait bernegosiasi karena mereka berpikir dapat mendapatkan perjanjian yang lebih baik daripada dengan cara memaksa.4. Pihak-pihak yang terkait lebih memilih kesepakatan daripada bersengketa secara terbuka.5. Ada proses memberi dan menerima.6. Negosiasi sukses melibatkan manajemen atas intangibles dan tangibles. a. Intangibles; adalah merupakan motivasi psikologis yang mungkin berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap pihak-pihak yang bernegosiasi. Contohnya seperti; keinginan tampak sempurna didepan pimpinan. b. Tangibles; asset nyata yang menjadi pokok negosiasi seperti kontrak atau barang dagang.Interdependensi Didalam negosiasi, pihak-pihak yang terkait saling membutuhkan dan situasi dimana pihak-pihak tersebut saling membutuhkan itulah yang dimaksud dengan interdependensi. Pihak-pihak yang memiliki hubungan interdependensi memiliki kesempatan untuk mempengaruhi satu sama lain dan oleh karena itu banyak pilihan yang timbul bagi keduanya dengan adanya hubungan interdependensi tersebut. Hubungan interdependensi dikarakteristikkan dengan adanya tujuan yang ingin dituju oleh pihak-pihak yang bernegosiasi dimana tujuan tersebut saling terkait. Tujuan tersebut disebut dengan interdependent goals. Dengan hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa interdependent goals merupakan aspek penting dari negosiasi. Hal itu karena interdependent goals menentukan kemungkinan hasil dari negosiasi tersebut dan dengan interdependent goals itu pula negosiator dapat menentukan strategi dan taktik negosiasi yang ingin digunakan.

Mutual Adjustment Mutual adjustment adalah proses penyesuaian yang dilakukan oleh dua belah pihak yang terkait didalam negosiasi sebagai akibat dari pengaruh yang diberikan oleh masing-masing pihak yang terkait. Penting untuk diperhatikan bahwa negosiasi adalah sebuah proses yang selalu berubah seiring dengan waktu, dan mutual adjustment adalah salah satu penyebab kunci dari perubahan-perubahan yang terjadi selama negosiasi tersebut. Setelah mutual adjustment terjadi, kemudian pihak-pihak yang terkait harus berusaha untuk menyelesaikan problem yang masih ada. Penyelesaian masalah tersebut merupakan proses merunutkan elemen-elemen dari hasil yang dinginkan oleh kedua pihak yang bernegosiasi, kemudian menyesuaikan dengan komponen yang telah tersedia dan disepakati oleh pihak terkait. Satu kesulitan yang mungkin terjadi adalah pihak lawan mungkin tidak berterus terang mengenai apa yang sebenarnya mereka inginkan. Sedangkan, didalam negosiasi keterbukaan sangatlah penting agar proses mutual adjustment terjadi secara maksimal. Sehingga hasil yang diinginkan oleh pihak terkait dapat terpenuhi. Ketika salah satu pihak menerima perubahan yang ditawarkan sebagai hasil dari pengaruh dari pihak lain, maka konsesi dibuat. Konsesi membatasi pilihan-pilihan yang dapat diambil oleh salah satu pihak untuk mencapai persetujuan, dan batasan itu memihak kepada salah satu pihak yang terkait atau mungkin juga memihak kepada kedua pihak yang terkait. Membuat dan menjabarkan sebuah konsesi bukanlah hal yang mudah, terutama bila terdapat hanya sedikit rasa percaya antar negosiator. Harold Kelleys menjelaskan 2 masalah yang mungkin terjadi, yaitu :1. Dilema Kejujuran; batasan seberapa jujur kita kepada pihak lawan karena apabila kita berlebihan dapat disalah gunakan oleh pihak lawan.

2. Dilema Kepercayaan; batasan mengenai seberapa banyak kita harus percaya dengan apa yang dikatakan oleh pihak lawan, apabila berlebihan dapat disalah gunakan oleh pihak lawan.Interdependensi dan persepsi Mengerti akan hubungan interependensi pihak-pihak yang terkait adalah faktor penting kesuksesan dari negosiasi, sayangnya situasi negosiasi tidak selalu tampak dengan jelas, melainkan negosiator harus membuat keputusan mengenai hubungan interdependensi yang terjadi didalam situasi negosiasi tersebut. Oleh karena itu persepsi yang digunakan oleh negosiator untuk menjelaskan hubungan interdependensi tersebut menjadi sangat penting dan posisinya sejajar dengan hubungan intedependensi itu sendiri. Menurut Leigh Thompson dan Reid Hastie, persepsi negosiator dan keputusan yang mereka ambil mengenai situasi negosiasi itu dapat memiliki pengaruh yang signifikan didalam menentukan mengenai :

1. Pihak Lain.

2. Posisi Pihak Mereka sendiri

3. Keunggulan Tiap Pihak

4. Penawaran-penawaran

5. Hasil Negosiasi

6. Proses Negosiasi Secara keseluruhan.

Menurut Harold Kelleys dan Anthony Stahelski (1970) persepsi negosiator memiliki pengaruh penting dalam hal bagaimana negosiator akan mengevaluasi keadaan yang dihadapinya dan akhirnya memutuskan bagaimana mereka akan bertindak. Menurut mereka ada 2 tipe negosiator secara umum, yaitu :1. Cooperator; bersifat lebih bekerja sama dengan pihak lawan

2. Competitor; bersifat lebih bersaing dengan pihak lawan F. Macam- Macam Negosiasi Pada dasarnya ada 2 macam negosiasi, yaitu :

1. Distributive negotiation- Zero sum negotiation (win-lose) , yaitu suatu bentuk negosiasi yang didalam proses pelaksanaannya para pihak yang terlibat bersaing untuk mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan atau manfaat yang ada. Meningkatnya manfaat yang diperoleh salah satu pihak akan mengurangi manfaat yang diperoleh oleh pihak lain. 2. Integrative negotiation (win-win), yaitu suatu bentuk negosiasi yang dalam proses pelaksanaannya, para pihak yang terlibat bekerja sama untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya atas hal-hal yang dirundingkan dengan menggabungkan kepentingan mereka masing-masing untuk mencapai kesepakatan. Negosiasi semacam ini biasanya terjadi bila ada lebih dari satu masalah yang menjadi materi perundingan.

STRATEGI DAN TAKTIK PENAWARAN DISTRIBUTIF (DISTRIBUTIVE BARGAINING)Situasi Penawaran Distributif (Distributive Bargaining Situation)

Penawaran distributive (distributive bargaining) juga disebut competitive, atau win-lose bargaining. Dalam situasi penawaran distibutif, sasaran dari satu pihak biasanya bertentangan langsung dan mendasar dengan sasaran pihak lain. Sumber daya adalah tetap dan terbatas, serta kedua pihak ingin memaksimalkan bagian sumber daya masing-masing. Sebagai hasilnya, masing-masing pihak akan menggunakan serangkaian strategi untuk memaksimalkan outcome yang diperolehnya. Satu strategi yang penting adalah menjaga informasi dengan hati-hati satu pihak mencoba memberikan informasi kepada pihak lain hanya ketika hal itu menyediakan keuntungan strategi. Sementara itu, pihak tersebut sangat ingin untuk memperoleh informasi dari pihak lain untuk memperkuat posisi negosiasinya. Pada dasarnya, distributive bargaining adalah sebuah kompetisi diantara siapa yang akan memperoleh paling banyak dari sumber daya yang terbatas. Distributive bargaining dimulai dengan negosiator menentukan opening, target, dan resistence point-nya. Opening point adalah titik awal negosiasi di mana harga/sesuatu yang dinegosiasikan, pertama kali diajukan. Target point adalah sebuah titik yang merupakan harga/hal yang terbaik bagi negosiator untuk bernegosiasi - sasaran optimal negosiator. Sedangkan, resistence point adalah titik bawah negosiator jumlah maksimal yang bisa ia bayar/jumlah minimal yang bisa ia terima. Setalah itu, negosiator segera mempelajari starting point pihak lain (negosiator lawan) dan menemukan target point-nya secara langsung atau menyimpulkan. Biasanya resistence point tidak akan diketahui, karena pihak lain tersebut akan menyembunyikannya dengan hati-hati. Semua point adalah penting, tetapi resistence point adalah yang paling krusial. Perbedaan antara resistence point masing-masing pihak yang bernegosiasi didefinisikan sebagai bargaining range/settlement range/zone of potensial agreement. Jika bargaining range positif, hal itu menunjukan area negosiasi, dengan tiap-tiap pihak berusaha untuk memperoleh sebanyak mungkin dari bargaining range tersebut. Jika negative, negosiasi yang suksek mungkin tidak akan terjadi. Selain opening bids, target point, dan resistence point, faktor keempat yang juga mempengaruhi negosiasi adalah adanya sebuah alternatif outcome yang akan dicapai dengan menyelesaikan kesepakatan/negosiasi lain dengan pihak yang berbeda. Dalam beberapa negosiasi, pihak-pihak hanya memiliki dua pilihan dasar: untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain atau tidak ada kesepakatan diantara keduanya. Tetapi, dalam negosiasi lainnya, salah satu atau kedua pihak mungkin memiliki pilihan menyelesaikan kesepakatan alternatif. Alternatif ini penting karena akan memberikan negosiator kekuatan untuk memenangkan banyak negosiasi ketika kesepakatan yang sedang dijalani tidak bagus. Distributive bargainers yang baik mengidentifikasi alternatif realistiknya sebelum memulai negosiasi dengan pihak lain agar mereka dapat secara tepat mengukur kekuatan dalam negosiasi. Proses mendasar dari distributive bargaining ialah untuk mencapai sebuah kesepakatan (settlement point) di dalam bargaining range yang positif. Tujuan kedua pihak yang bernegosiasi yaitu untuk memperoleh sebanyak mungkin bargaining range itu berarti, untuk memperoleh kesepakatan sedekat mungkin dengan resistence point pihak lain. Agar kesepakatan terjadi, kedua pihak harus percaya bahwa settlement point, walaupun mungkin sedikit tidak sesuai dengan apa yang lebih baik bagi keinginan mereka, merupakan yang terbaik yang dapat mereka peroleh. Jarang sebuah negosiasi hanya terdiri atas satu item yang dinegosiasikan; umumnya terdapat serangkaian item, yang disebut penawaran campuran (bargaining mix). Tiap item dalam bargaining mix dapat memiliki opening, target, dan resistence point. Bargaining mix mungkin menyediakan kesempatan untuk membungkus isu-isu secara bersama atau menunjukan secara bersama sikap yang tepat. Situasi distributive bargaining dapat dijelaskan melalui kasus berikut ini : Enam bulan yang lalu Larry memutuskan untuk pindah rumah agar lebih dekat ke tempatnya bekerja. Ternyata, hanya terdapat sedikit rumah yang dipasarkan di area yang dituju Larry dan semuanya tidak ada yang memuaskan. Dua bulan kemudian, Larry menemukan rumah dijual yang sesuai dengan persyaratannya. Penjualnya adalah Monica. Ia menawarkan harga $145,000, lebih tinggi $10,000 dari harga yang diharapkan Larry, tetapi lebih rendah $5,000 dari harga maksimal yang bisa dibayar Larry. Larry tahu bahwa ia akan membayar lebih untuk rumahnya, minimal untuk mengurus perizinan dan membeli perabotan rumah. Di dalam rumah Monica tersebut sudah ada perabotan rumahnya, sementara ia sudah pindah ke rumah baru. Jika Monica sudah tidak menggunakan perabotan di rumah tersebut, Larry berencana membelinya atau meminta Monica memasukan perabotan tersebut pada harga penjualan rumah.

Kasus di atas dapat digambarkan seperti berikut (pandangan Larry):

Negosiasi ini dimulai dengan berapa harga yang ditawarkan Larry (initial offer). Larry perlu untuk mengajukan initial offer yang tepat untuk keberhasilan negosiasi distributifnya. Initial offer sebaiknya di bawah target point, tapi jangan terlalu rendah atau pas di target point. Pas di target point akan menyebabkan kita kehilangan keuntungan jika ternyata initial offer langsung diterima penjual. Di bawah target point mungkin akan membuat penjual mengakhiri negosiasi karena tidak realistis menurutnya. Ingat, Larry tidak tahu resistence point dan target point Monica. Asumsikan initial offer Larry adalah $133,000. Larry dapat berspekulasi mungkin target point Monica sekitar $140,000, tetapi untuk resistence point Monica, Larry tidak tahu. Diasumsikan resistence point Monica $130,000. Dari initial offer Larry, Monica dapat menerka berapa target point Larry, yaitu tidak jauh di atas $133,000. Dari pandangan Larry, posisi negosiasinya dapat digambarkan berikut:

$133,000

Perbedaan resistence point Larry dengan Monica disebut bargaining range/settlement range/zone of potensial agreement. Bargaining range tersebut positif dan merupakan area negosiasi sampai disepakati settlement point oleh keduanya. Jika ada alternative penjual bagi Larry atau alternative pembeli bagi Monica, akan menyebabkan banyak pilihan bagi keduanya dan memperkuat posisi negosiasi masing-masing. Misalnya, alternative rumah yang bisa dibeli Larry harganya $142,000 dan alternative pembeli Monica menawarkan $134,000. Larry dan Monica dapat bernegosiasi dengan mempertimbangkan alternative-alternatif tersebut. Juga perlu dipertimbangkan factor-faktor lain di samping harga karena dalam kenyataannya, item-item negosiasi itu tidak hanya satu (harga), tapi banyak item (bargaining mix). STRATEGI POKOK

Tujuan utama dari distibusi penawaran adalah untuk memaksimalkan nilai dari single deal ini. Untuk memenangkan suatu perjanjian, seorang pembeli akan berusaha mempengaruhi penawaran yang dilakukan oleh penjual dengan pertukaran informasi dan dengan ajakan. Dua hal penting yang biasanya dilakukan pembeli adalah dengan mengungkap titik ketahanan (ressistance point) lawan dan dengan mempengaruhi titik ketahanan (ressistance point) lawan tersebut. Dalam negosiasi, informasi adalah kehidupan. Satu pihak ingin mengetahui informasi mengenai pihak lainnya, demikian pula dengan lawan kita. Untuk itu, kita harus berkomunikasi secara efektif, dengan persepsi yang benar dan alasan yang kuat. Untuk dapat mempengaruhi titik ketahanan (ressistance point) lawan kita, beberapa hal penting yang harus kita lakukan adalah dengan menilai lampiran yang menyertai suatu outcome dan menganalisa kemungkinan biaya ( cost ) yang mungkin terjadi bila negosiasi gagal. Walton dan Mc Kersie menjelaskan mengenai ressistance point ini, yaitu : Ressistance point lawan kita akan bervariasi sesuai dengan estimasi biaya yang akan ia keluarkan jika negosiasi tersebut gagal. Ressistance point lawan akan berbanding terbalik dengan estimasi biaya yang akan ia keluarkan jika negosiasi tersebut gagal atau ditunda Ressistance point akan bervariasi sesuai dengan penilaian lawan kita akan suatu outcome Ressistance point berbanding terbalik dengan apa yang mereka rasakan akan value outcome kita.

TUGAS TAKTIS

Berdasarkan penilaian atas strsategi mendasar yang ada dalam mendistribusikan penawaran, terdapat empat macam tugas taktis yang harus dilakukan oleh negosiator, yaitu: menilai outcome lawan dan biaya mengakhiri negosiasi, mengelola kesan pihak lain atas outcome kita, memodifikasi persepsi pihak lain atas outcome-nya, dan memanipulasi biaya aktual dari menunda atau membatalkan negosiasi.01. Menilai Value Outcome dan Biaya Penghentian Negosiasi

Untuk dapat menilai suatu outcome, negosiator dapat melakukan dua hal yaitu dengan indirect assesment dan direct assessment. Dengan indirect assesment, seorang negosiator akan berusaha melakukan penilaian atas outcome lawan dengan menganalisa keadaan, situasi, atau hal-hal lain yang dapat digunakan untuk menilai yang tidak disediakan secara langsung oleh lawan. Sedangkan direct assessment merupakan penilaian didasarkan informasi yang diberikan lawan secara langsung.

02. Mengelola Penilaian ( Impression )Pihak Lawan

Dalam melakuakn negosiasi, informasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Oleh karena itu, seorang negosiator harus mampu mengatur informasi apa saja yang harus dikeluarkan agar kita menang dalam melakuakn negosiasi. Sebisa mungkin seorang negosiator menutupi informasi-informasi yang kita miliki yang memungkinkan kita untuk kalah. Bahkan, negosiator dapat melakukan berbagai tindakan nyata agar mengarahkan persepsi lawan tentang kita, atau membuat lawan melakukan tindakan yang irasional karena merasa bosan, jenuh atas proses negosiasi.

Memodifikasi Persepsi Pihak Lawan

Seorang negosiator dapat merubah pemikiran pihak lawan mengenai tujuan-tujuannya dengan membuat hasil seolah-olah kurang menarik atau dengan meninggikan biaya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Ada beberapa cara untuk memodifikasi persepsi pihak lain, yaitu :

Pendekatan pertama adalah dengan mengeinterpretasikan hasil apa yang akan terjadi dari proposal yang diajukan pihak lawan. Seorang negosiator dapat menjelaskan secara logis bagaimana hasil yang diinginkan akan tercapai jika pihak lawan benar-benar melakukan apa yang ia minta.

Pendekatan kedua adalah dengan menyembunyikan informasi.

Memanipulasi Akibat Pengunduran atau Penghentian Negosiasi

Memperpanjang negosiasi melewati batas waktunya dapat menyebabkan pemborosan, khususnya bagi pihak yang memiliki batas waktu, karena orang tersebut harus memilih apakah meneruskan perundingan atau pulang dengan tangan kosong. Namun, berdasarkan penelitian dan pengalaman menyatakan bahwa sebagian besar persetujuan dalam negosiasi distributif dapat tercapai ketika mendekati batas waktu. Ada tiga cara untuk memanipulasi biaya yang harus ditanggung akibat pengunduran negosiasi :

1. Merencanakan aksi gangguan. Salah satu cara untuk mendorong terjadinya kata sepakat adalah dengan meningkatkan biaya akibat tidak mencapai persetujuan yang diharapkan. Demonstrasi terhadap sebuah usaha, memboikot sebuah produk atau perusahaan, dan mengunci negosiator dalam ruangan sampai mereka mencapai kata sepakat adalah bentuk dari aksi gangguan yang meningkatkan biaya pihak lawan jika tidak mau kembali untuk berunding dan mencapai kata sepakat.

2. Bekerja sama dengan pihak luar. Individu yang tidak puas dengan praktek-praktek dan kebijakan sebuah perusahaan atau institusi pemerintah membentuk task forces, political action groups, dan protest organizations untuk menghasilkan tekanan yang lebih besar.

3. Manipulasi Jadwal negosiasi. Taktik meningkatkan biaya dengan memanipulasi batas waktu dan tekanan waktu merupakan sebuah pilihan yang dapat memperbaiki posisi kita dan melindungi kita dari aksi-aksi pihak lawan.

Posisi Selama Negosiasi

Negosiator distributif yang efektif perlu untuk memahami proses pengambilan posisi selama perundingan dan memahami peranan konsesi selama proses negosiasi. Perubahan posisi biasanya diakibatkan oleh informasi baru mengenai perhatian pihak lawan, nilai dari outcomes, dan poin-poin persetujuan.

Membuka Penawaran

Ketika negosiasi dimulai, biasanya negosiator menghadapi sebuah masalah yang membingungkan. Pertanyaan mendasar yang biasanya muncul adalah Apakah membuka penawaran seharusnya secara ekstrim atau biasa saja. Penilitian mengindikasikan bahwa negosiator yang membuka dengan penawaran yang ekstrim akan mendapatkan persetujuan yang lebih besar dibandingkan dengan penawaran yang biasa saja. Ada dua alasan mengapa penawaran yang ekstrim sangat bermanfaat, yaitu :

1. Memberikan ruang bergerak yang cukup bagi negosiator untuk mempelajari secara lebih mendalam prioritas-prioritas pihak lawan.

2. Bertindak sebagai metapesan yang dapat memberikan kesan kepada pihak lawan bahwa ada jalan panjang yang harus dilalui sebelum persetujuan yang logis dapat tercapai dan lebih banyak konsesi yang harus dibuat untuk menjembatani perbedaan antara posisi masing-masing pihak.Selain memiliki manfaat, penawaran yang ekstrim juga memiliki konsekuensi yang merugikan, antara lain :

1. Kemungkinan mendapatkan penolakan dari pihak lain.

2. Karena cenderung dikomunikasikan dengan kasar, hal ini dapat mengganggu hubungan dengan pihak lain dalam jangka panjang.

Sikap atau Tingkah Laku

Seorang negosiator akan memilih bersikap kompetitif atau moderat selama negosiasi berlangsung sesuai motivasi dan tujuan yang dicapai. Sebagai responnya, pihak lawan dapat mencerminkan sikap awal kita saat proses membuka negosiasi. Untuk mengkomunikasikan secara efektif, seorang negosiator seharusnya menyampaikan pesan yang konsisten melalui penawaran dan sikap pembukaan. Posisi tawar-menawar yang baik biasanya disebabkan sikap yang bersahabat, sedangkan posisi tawar-menawar yang ekstrim berpasangan dengan sikap yang kompetitif dan keras. Ketika pesan yang disampaikan pada penawaran dan tingkah laku berbeda maka pihak lawan akan bingung untuk menginterpretasikan dan memberikan respon.

Konsesi Awal

Konsesi awal mengekspesikan pesan kepada pihak lawan mengenai bagaimana kita akan membawa proses negosiasi ini berlangsung. Penawaran pemuka, sikap awal, dan konsesi awal merupakan elemen yang dapat digunakan pihak-pihak yang bernegosiasi untuk mengkomunikasikan bagaimana mereka bernegosiasi. Penawaran awal yang ekstrim, sikap pembukaan yang kaku, dan konsesi awal yang sangat sedikit menandakan posisi tawar menawar yang kaku. Sebaliknya penawarn yang moderat, sikap yang rasional dan kooperatif dan konsesi awal yang terbuka berarti mengkomunikasikan posisi tawar menawar yang lebih fleksibel.

Peranan Konsesi

Konsesi merupakan inti dari negosiasi. Tanpa keberadaannya negosiasi tidak akan terjadi. Negosiator distrbutif yang baik tidak akan memulai negosiasi dengan pendekatan penawaran awal terhadap lawan mereka, tetapi lebih memilih untuk meyakinkan bahwa terdapat ruang yang cukup untuk melakukan beberapa konsesi. Sehingga negosiator harus dapat mengidentifikasi secara akurat poin-poin yang menjadi target pihak lawan dan jangan terlalu cepat puas terhadap poin-poin tersebut.

Karena pembuatan konsesi mengindikasikan pengakuan dari pihak lain dan pendekatan terhadap posisi pihak lawan, maka harus melibatkan pengakuan terhadap posisi dan legitimasinya. Pembuatan konsesi juga memperlihatkan beberapa resiko yang harus dihadapi kepada pembuat konsesi. Jika pihak lawan tidak memberikan respon, maka hal ini memperlihatkan posisi negosiator yang lemah. Konsesi yang direspon haruslah dapat diorganisasikan. Jika salah satu pihak telah membuat suatu konsesi yang besar pada satu poin yang penting, diperkirakan bahwa penawaran yang akan diterima akan sama banyaknya atau bobotnya dan dalam suatu skala yang dapat diperbandingkan.

Pola Pembuatan Konsesi (pattern of concession making)

Pola pembuatan konsesi seorang negosiator memuat informasi yang berharga tetapi tidak selalu mudah untuk diinterpretasikan. Saat konsensi terdahulu menjadi lebih sedikit, kebanyakan pesan nyata menyatakan bahwa posisi pembuat konsesi adalah mendapatkan pemilik firma dan poin daya tahan akan segera tercapai. Generalisasi ini harus dipermudah, bagaimanapun, dengan sasaran akhir adalah suatu konsesi kecil kemudian dalam negosiasi mungkin juga mengindikasikan bahwa disana merupakan ruangan kecil untuk bergerak. Ketika pembukaan penawaran lebih ekstrim, negosiator mempunyai ruangan yang dapat dipertimbangkan ada untuk penawaran baru, pembuatan konsesi secara relatif mudah untuk memberikan konsesi yang adil. Ketika penawaran atau penawaran balik mendekati harapan negositor untuk point penyelesaian, memberikan konsesi pada ukuran yang sama seperti permulaan mungkin akan menempatkan negosiator melewati titik perlawanan.

Dalam negosiasi multi issue, negosiator yang ahli akan mengusulkan bentuk yang berbeda dari titik penyelesaian yang bernilai sama. Mereka mengakui bahwa tidak semua issue bernilai sama untuk kedua pihak. Setelah mencoba proposal yang berbeda yang bernilai sama bagi kedua pihak, negosiator distributive ahli sering menyimpan konsesi kecil akhir saat mendelati akhir negosiasi untuk mempermanis persetujuan.

Penawaran terakhir (final offer)

Akhirnya seorang negosiator ingin untuk menyampaikan pesan bahwa tidak ada lagi ruang untuk bergerak penawaran itu adalah yang terakhir. Penawaran terakhir harus cukup besar untuk didramatisasi sekalipun begitu tidak terlalu luas untuk menciptakan kecurigaan bahwa negosiator telah menahan dan lebih tersedia pada isu lain di dalam campuran penawaran. (Walton and Mc Kersie. 1965)

Komitmen (commitment)

Komitmen adalah pengambilan posisi penawaran dengan beberapa janji yang eksplisit atau implisit mengenai bagian tindakan di masa yang akan datang (Walton and Mc kersie, 1965, p. 82). Tujuan sebuah komitmen yaitu untuk menghilangan ambiguitas tentang tindakan yang diharapkan oleh aktor. Komitmen juga mengurangi pilihan pihak lain; mereka didesain untuk membatasi pihak lain untuk mengurangi portofolio pilihan.

Sebuah komitmen sering diintepretasikan oleh pihak lain sebagai sebuah ancaman, jika pihak lain tidak mematuhi atau menyerah, beberapa konsukuensi negatif akan terjadi. Beberapa komitmen dapat merupakan sebuah ancaman, akan tetapi lainnya adalah pernyataan sederhana tindakan yang diharapkan yang meninggalkan tanggungjawab untuk menghindari bencana yang mengancam disamping pihak yang lain.

Karena sifatnya, komitmen merupakan pernyataan yang biasanya diikuti dengan tindakan. Apabila komitmen tersebut tidak diikuti dengan tindakan yang menjadi komitmennya maka akan ada dampak negatif terhadap dirinya. Oleh karena itu, sekali seorang negosiator membuat sebuah komitmen, ada motivasi kuat untuk mempertahankannya. Karena pihak lain kemungkinan akan paham, sebuah komitmen, akan sering mempunyai efek yang kuat pada apa yang pihak lain percaya pada kemungkinan (Pruitt, 1981).

Taktik pertimbangan dalam penggunaan komitmen (tactical consideration in using commitment)

komitmen mungkin digunakan untuk meraih keuntungan, akan tetapi komitmen juga tidak memungkinkan seorang negosiator untuk keluar ke posisi atau titik yang khusus. Dengan alasan ini, ketika membuat komitmen harus diikuti dengan membuat rencana kontinjensi yang memperbolehkanmu untuk keluar jika harus.

Pembentukan sebuah komitmen (establishing a commitment)

Pernyataan komitmen mempunyai tiga sifat yaitu:

Tingkat penyelesaian yang tinggi

Tingkat ketegasan yang tinggi

Pernyataan yang jelas tentang konsekuensi

Beberapa jalan untuk menciptakan sebuah komitmen :1. Pengumuman publik.

Pernyataan komitmen akan meningkat potensinya apabila lebih banyak orang yang tahu.

2. Berhubungan dengan pihak luar

Jalan lain untuk memperkuat komitmen yaitu dengan berhubungan dengan satu atau lebih sekutu.

3. Peningkatan permintaan yang menonjol

Pengulangan merupakan satu alat yang sangat kuat untuk membuat suatu pernyataan menonjol. Penggunaan jalur komunikasi yang berbeda untuk menyampaikan sebuah komitmen menekankan pada titik balik sebagai contoh, menceritakan kepada pihak lain tentang komitmen, kemudian menyerahkan pernyataan tertulis; kemudian membaca pernyataan dengan keras; kemudian mengedarkan komitmen kepada pihak lainnya.

4. Memperkuat ancaman atau janji

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperkuat ancaman implisit maupun eksplisit dalam sebuah komitmen :

Meninjau keadaan yang sama dan konsekuensinya

Membuat persiapan nyata untuk menyelesaikan ancaman

Membuat dan menyelesaikan pelengkap ancaman di depan, dengan demikian pihak yang lain akan percaya bahwa ancaman utama akan dipenuhi.

Penelitian pada ancaman dalam negosiasi (lihat de dreu, 1995; Shapiro and Bies, 1994) menyarankan bahwa negosiator yang membuat ancaman dirasa lebih kuat daripada negosiator yang tidak membuat ancaman. Persepsi ini tentang kekuatan yang lebih besar tidak tampak untuk mewujudkan hasil negosiasi yang lebih tinggi untuk pengguna ancaman, bagaimanapun juga (de Dreu, 1995; Shapiro and Bies, 1994). Faktanya pengguna ancaman juga dirasa kurang bekerjasama dan hasil mereka dalam situasi integratif terlihat lebih rendah daripada negosiator yang tidak menggunakan ancaman (Shapiro and Bies, 1994).

Mencegah pihak lain untuk pihak lain untuk menjadi committed (Preventing the other party from committing prematurely)

Strategi umum yang digunakan untuk mencegah pihak lain untuk menjadi comitted :

Menolaknya pada waktu yang penting

Mengabaikan atau menurunkan ancaman dengan tidak menjawab komitmen pihak yang lain atau membuat lelucon tentangnya.

Ketika pihak lain mengambil posisi pada issue yang secara relatif awal dalam sebuah negosiasi, mungkin ini sangat besar untuk keuntungan negosiator untuk mengajak berpikir bahwa posisi itu tidak akan diubah seperti negosiasi pada isu yang berkembang. Seorang negosiator mungkin mengatasi situasi ini dalam satu atau dua jalan: dengan menunjukkan arti suatu committment ketika dibuat, atau dengan pengambilan catatan dan mengawasi statemen lain.

Penemuan Jalan untuk meninggalkan posisi komite (finding ways to abandon a committed position)

Metode untuk mengeluarkan pihak lain dari posisi komite :

1. Saat membangun suatu komitmen, seorang negosiator seharusnya secara simultan merencanakan suatu jalan keluar sendiri. Negosiator mungkin juga merancang ulang suatu komitmen untuk mengindikasikan bahwa suatu kondisi tersebut telah berubah.

2. kebebasan suatu komitmen adalah untuk membiarkan masalah selesai diam-diam. Setelah kehilangan waktu, seorang negosiator dapat membuat proposal baru dalam lingkup komitmen tanpa menyebutkan lebih awal.

3. Mengemukakan kembali komitmen dalam istilah yang lebih umum. Kelompok yang menginginkan kebebasan komitmen akan membuat proposal baru, perubahan sesuatu yang detail menjadi lebih sejalan dengan kebutuhannya sekarang, seolah-olah masih meninggalkan prinsip umum dari perjanjian awal.

4. Jika kelompok lain mengundurkan diri dari posisi komite, penting untuk meminimalkan suatu kerusakan yang sangat mungkin terjadi terhadap penghargaan terhadap diri sendiri atau terhadap hubungan konstituen.

Posisi komite adalah alat yang penuh kekuatan dalam negosiasi. Posisi komite juga merupakan alat yang rapuh dan oleh karena itu harus digunakan dengan hati-hati.

Penutupan perjanjian (final offer)

Taktik negosiator untuk menutup perjanjian

1. Menyediakan alternatif. Daripada membuat penawaran akhir tunggal, negosiator dapat menyediakan dua atau tiga paket alternatif untuk kelompok lain yang berpindah atau kurang setara bernilai. Orang cenderung mempunyai pilihan dan menyediakan rekan kerja dengan paket alternatif dapat menjadi suatu teknik yang sangat efektif untuk menutup perjanjian.

2. Mengasumsikan penutupan. Orang penjualan sering menggunakan asumsi teknik penutupan perjanjian. Setelah mempunyai pandangan umum tentang kebutuhan dan posisi pembeli, penawaran penjual akan mengambil bentuk order lebih banyak dan memulai untuk menyelesaikannya.

3. Pengambilan jalan tengah. Pengambilan jalan tengah mungkin merupakan taktik penutupan yang paling populer. Negosiator menggunkan taktik ini secara khusus akan memberikan ringkasan negosiasi dengan cepat.

4. Penawaran yang mendadak. Suatu penawaran yang mendadak memberikan batas waktu yang singkat untuk menekan kelompok lain untuk menyetujui dengan cepat.

5. Pemanis. Taktik penutupan yang lain adalah untuk menyimpan suatu konsesi khusus untuk menutup. Untuk menggunakan taktik ini dengan efektif, negosiator harus mencakup pemanis dalam rencana negosiasi mereka atau mereka mungkin mengijinkan banyak menutup.

HARDBALL TACTICSHardball tactics merupakan salah satu jenis taktik negosiasi untuk mengalahkan pihak lain. Taktik ini dirancang untuk menekan pihak yang dituju supaya melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan dengan jalan lain, dan biasanya menyamarkan penganutnya jelas ke dalam pendekatan distributive bargaining . Tidak terlalu jelas seperti dan sebaik apa taktik ini bekerja, tetapi mereka bekerja paling baik melawan negosiator yang tidak dipersiapkan dengan baik. Mereka juga dapat ketahuan sebelumnya. Banyak orang menemukan penyerangan taktik hardball dan dimotivasi untuk membalas ketika taktik itu digunakan untuk menyerang mereka. Taktik ini tidak bisa digunakan pada semua situasi negosiasi. Faktanya, dari hasil pengalaman, taktik ini lebih banyak bahayanya daripada baiknya dalam negosiasi. Taktik ini lebih susah untuk dimainkan daripada sekedar membaca, dan tiap taktik mengandung resiko bagi siapa yang menggunakannya, termasuk merusak reputasi, kehilangan kesepakatan, image public negative, dan pembalasan dari pihak lain.

Berhubungan dengan hardball tactics yang khas

Negosiator yang berhubungan dengan mereka yang menggunakan hardball tactics perlu memilih cara untuk merespon dengan tepat. Strategi respon yang baik untuk menghadapi taktik ini perlu identifikasi negosiator terhadap taktik yang cepat dan mengerti apa dan bagaimana taktik ini. Tidak ada satu pun respon yang dapat bekerja baik di semua situasi. Respon yang baik tergantung pada sasaran kita dan gambaran umum negosiasi yang bersangkutan. Strategi merespon itu antara lain:

Mengabaikannya, yaitu dengan merubah subjek dan mencari pihak lain yang baru untuk topik baru negosiasi. Walaupun strategi mengabaikan ini menunjukan kelemahan respon, tetapi faktanya dapat sangat kuat.

Mendiskusikannya, yaitu dengan menegosiasikan proses negosiasi yang akan dilakukan sebelum melanjutkan ke inti negosiasi. Tawarkan untuk merubah cara negosiasi ke yang kurang agresif.Merespon dengan setimpal, yaitu menghadapi hardball tactics dengan cara hardball tactics juga. Walaupun mungkin akan menimbulkan negosiasi yang keras dan chaos, tapi ini bukan pilihan yang buruk.

Memilih berteman dengannya, yaitu dengan mencoba menjadi teman negosiator yang menggunakan hardball tactics tersebut sebelum mereka menggunakan taktiknya pada kita. Teorinya bahwa akan lebih sangat susah untuk menyerang teman daripada musuh.

Hardball Tactics yang Khas, antara lain:

Good guy/bad guy

Yaitu taktik yang mirip teknik interogasi polisi yang menggunakan dua petugas (satu ramah, satu kasar) yang menginterogasi bergantian, yang kasar dulu , terus dilanjut yang ramah. Peran bad guy dalam negosiasi hanya bicara ketika negosiasi berjalan tidak sesuai yang diinginkan tim, selama masih baik tetap menggunakan good guy. Kelemahan taktik ini adalah relative jelas, mudah ditebak, khususnya pada penggunaan yang berulang kali. Taktik ini juga lebih susah untuk dipraktekan.

Highball/lowball

Yaitu taktik di mana negosiator memulai dengan memberikan penawaran pembukaan (opening) yang sangat tinggi sekali (rendah sekali) yang konyol yang ia ketahui tidak akan pernah diterima oleh pihak lawan, engan harapan mendekatkan penawaran yang ekstrem tersebut menyebabkan pihak lain mengevaluasi opening point nya supaya lebih mendekati resistence point. Kelemahannya, negosiasi akan berjalan lama dan pihak lain akan menganggap hanya membuang-buang waktu saja untuk kemudian menghentikan proses negosiasi.

Bogey

Negosiator menggunakan taktik ini berpura-pura bahwa suatu isu dari sedikit atau tidak adanya sesuatu yang penting bagi mereka adalah yang paling penting.The Nibble

Negosiator menggunakan taktik ini menanyakan konsesi kecil yang proporsional terhadap satu item yang belum pernah didiskusikan sebelumnya dengan tujuan untuk menutup kesepakatan.

Chicken

Negosiator yang menggunakan taktik ini mengkombinasikan gertakan dengan tindakan yang menakut-nakuti untuk memaksa pihak lain untuk menjadi pengecut dan memberikan apa yang mereka inginkan.Intimidation

Mereka berusaha memaksa pihak lain untuk menyetujui dengan cara yang emosional, biasanya dengan kemarahan atau menakut-nakuti.

Aggressive Behavior

Dengan melakukan cara-cara yang gresif dalam memaksakan posisi atau menyerang posisi orang lain

Snow Job

Terjadi ketika negosiator mengalahkan pihak lain dengan informasi yang banyak dimana terdapat masalah dalam menentukan apakah fakta yang terjadi benar-benar terjadi atau penting, yang dimasukkan hanya sebagai selingan.

Menempatkan Sisi Lain ke dalam Negosiasi

Sebelum menuju taktik negosiasi yang sesungguhnya, kita harus menyadari bahwa terkadang negosiasi tidak dapat berjalan karena suatu pihak merasa tidak membutuhkan pihak lain atau ia merasa tidak perlu melakukan negosiasi. Untuk dapat menarik kembali minat untuk melakukan negosiasi, terdapat tiga cara yang dapat dilakukan berdasarkan tulisan Deborah Kolb dan Judith William dalam Harvard Bussines Review yaitu menawarkan insentif, mematok harga, dan mencari dukungan.

Untuk melakukan negosiasi, kita harus mengawalinya dengan baik. Buka negosiasi dengan memberikan perhatian kepada lawan kita, agar timbul rasa horamat diantara kedua pihak yang bernegosiasi. Hal ini dilakukan agar kedua belah pihak merasa saling membutuhkan, sehingga negosiasi harus dilakukan.

Strategi untuk Negosiasi Menang-Kalah

Terkadang, terdapat negosiasi dimana suatu pihak harus kalah dan pihak lainnya menang. Kemenangan satu pihak berarti kekalahan bagi pihak lainnya. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk memenangkan negosiasi jenis ini adalah kita menetapkan harga terlebih dahulu atau menaruh jangkar. Penetapan harga ini dilakuakn dengan syarat bahwa kita yakin bahwa posisi kita dalam negosiasi adalah kuat. Hal ini dilakukan agar kita dapat mengatur negosiasi yang selanjutnya, karena dengan penetapan harga tersebut, lawan kita akan merasa terpojok, harus mengikuti harga yang kita mau. Namun, jika kita salah menetapkan harga, lawan kita akan merasa direndahkan atau terkadang akan mundur dari negosiasi karena dia tidak mampu menjangkau harga yang kita tawarkan.

Namun, jika posisi kita lemah, atau kita tidak tahu bagaimana kondisi harga yang sesungguhnya, kita dapat melakukan perlawanan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kekeuatan yang dimiliki oleh lawan kita. Perlawanan ini dapat kita lakukan dengan membawa negosiasi ke dalam situasi yang rileks, santai, dan menggali informasi sebanyak mungkin dari lawan kita.The Manipulator

Seorang manipulator akan memakai orang lain untuk melakukan pekerjaanya melalui tipu daya, pesona, atau dengan menimbulkan simpati. Para manipulator sangat sering menggunakan kebohongan untuk mendapatkan tujuan yang mereka ingin capai. Orang-orang manipulatif adalah mereka yang bisa memanfaatkan bohong secara maksimal.

Mereka yang manipulatif, biasanya menyadari manipulasi atau kebohongan yang dilakukan. Ketimbang orang lain, mereka lebih tahu kalau dirinya berbohong. Selain itu mereka juga lebih percaya diri akan keterampilan berbohong yang dimiliki. Mereka lebih yakin kalau orang lain berhasil dibohongi. Apa yang menarik dari pribadi manipulatif adalah disaat bersamaan dengan kebohongan yang dibuat dan mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka tetap mengontrol diri agar dikagumi dan disukai.

Cara mengatasi

Kesulitan kita untuk menghadapi para manipulator adalah kepandaian mereka mengemas kebohongan sehingga seolah-olah mereka meminta atau melakukan sesuatu dengan tulus. Meskipun demikian, tetap ada beberapa cara umum untuk mengatasi para manipulator tersebut. Beberapa cara tersebut antara lain:

1. Ketika para manipulator menyerang kita untuk memanfaatkan kita melakukan suatu pekerjaannya, biasanya dengan alasan yang begitu masuk akal dan manusiawi, kita dapat menolaknya secara halus, seperti Saya sebenarnya senang membantu Anda, tetapi hal ini akan saya bicarakan dengan atasan dulu atau Saya sangat ingin membantu Anda, tetapi jadwal saya sibuk hari ini.

2. Pahami diri anda, berhati-hatilah dan responlah secara wajar. Manipulator mengetahui dengan cermat lingkungan, orang-orang di sekitarnya dan mungkin termasuk Anda. Mereka mengetahui celah dimana mereka dapat memanfaatkan moment tertentu untuk mencapai tujuannya. Kadangkala dia suka memanfaatkan orang yang suka berempati, tidak percaya diri, dan orang-orang yang suka merespon sesuatu secara berlebihan. Jadi tetaplah siaga, jangan terpancing dengan situasi yang dibuat manipulator.

3. Ketika mengetahui ada seorang yang sifatnya manipulative, segera mungkin pahami taktik manipulator. Dari hal tersebut kemudian telaah apa yang Anda inginkan dan butuhkan. Jadilah assertif, jangan mau dimanfaatkan.

4. Jangan memaksakan diri untuk mengubah perilaku manipulator, karena hal ini biasanya membuat Anda semakin tertekan. Fokuslah pada perbaikan diri, apa yang wajib Anda lakukan

STRATEGI DAN TAKTIK NEGOSIASI INTEGRASI (INTEGRATIVE NEGOTIATION)Pendahuluan

Struktur fundamental dari integrative negotiation adalah salah satu diantara pihak-pihak yang bernegosiasi bisa mendefinisikan sasaran-sasaran yang memungkinkan kedua sisi pihak untuk mencapai tujuan mereka. Integrative negotiation/cooperative/collaborative/win-win/problem solving adalah proses mendefinisikan sasaran-sasaran tersebut dan menyusun seperangkat prosedur yang memungkinkan kedua sisi pihak untuk memaksimalkan tujuan masing-masing. Karakteristik integrative negotiation yang membuatnya berbeda dari negosiasi lainnya antara lain: fokus pada persamaan/keumuman daripada perbedaan; usaha untuk menunjukan kebutuhan dan kepentingan, bukan posisi; komitmen mempertemukan kebutuhan semua pihak; perubahan informasi dan ide; penemuan pilihan keuntungan bersama; penggunaan kriteria tujuan untuk standar kinerja. Terdapat perbedaan mendasar antara integrative negotiation dengan distributive bargaining. Dalam distributive bargaining, sasaran dari pihak-pihak yang bernegosiasi mutually exclusive dan bahkan membawa kepada konflik. Kedua pihak menginginkan untuk menjadi pemenang; keduanya menginginkan lebih dari setengah yang tersedia. Sebaliknya, dalam integrative negotiation sasaran pihak-pihak yang bernegosiasi tidak mutually exclusive. Jika salah satu sisi mencapai sasarannya, pihak yang lain tidak perlu terhambat untuk mencapai sasarannya. Keuntungan satu pihak tidak perlu menjadi beban pihak lain.

Gambaran Umum Proses Integrative Negotiation

Negosiator seringkali gagal dalam integrative negotiation karena mereka gagal menyadari potensi penyatuan masalah dalam negosiasi. Integrative negotiation yang sukses memerlukan beberapa proses. Pertama, pihak-pihak yang bernegosiasi harus mengerti kebutuhan dan tujuan nyata masing-masing pihak satu sama lain. Negosiator harus berusaha mengamati sampai ke bawah permukaan dari posisi pihak lain untuk menemukan kebutuhan utamanya Kedua, mereka harus menciptakan arus bebas informasi dan membuka perubahan ide. Ketiga, mereka harus fokus pada kesamaan diantara mereka, terutama pada keumuman diantara mereka daripada perbedaannya. Terakhir, mereka harus menyusun dan menjaga pencarian solusi yang mempertemukan sasaran dari kedua sisi pihak. Jika negosiator tidak memiliki perspektif proses-proses di atas jika mereka menangani problem dan pihak lawan mereka dalam istilah win-lose - integrative negotiation tidak akan terjadi. Hal ini merupakan seperangkat proses yang sangat berbeda dari proses distributive bergaining.

Langkah-Langkah Kunci Proses Integrative Negotiation

Terdapat empat langkah utama dalam proses integrative negotiation: mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah; memahami masalah dan membawa kepentingan serta kebutuhan ke permukaan; menghasilkan solusi alternative untuk masalah; dan mengevaluasi alternatif-alternatif tersebut serta menyeleksinya. Langkah identifikasi masalah selalu menjadi salah satu yang paling sulit. Hal ini bahkan menjadi nyata ketika beberapa pihak yang terlibat. Untuk pengidentifikasian masalah kita perlu menganalisis dari suatu kasus. Setelah mengidentifikasi sejumlah aspek kunci, selanjutnya adalah proses pendefinisian masalah. Langkah-langkah untuk mengidentifikasikan masalah tersebut yaitu meliputi: definisikan masalah dengan cara yang sama-sama diterima oleh kedua sisi pihak; jaga pernyataan masalah agar tetap bersih dan simple; kondisikan masalah sebagai sebuah sasaran dan identifikasikan hambatan-hambatan untuk mencapai sasaran tersebut; depersonalisasikan masalah menjadi masalah bersama; pisahkan antara pendefinisian masalah dengan pencarian solusi jangan melompat ke solusi sampai masalah didefinisikan secara penuh. Langkah umum kedua yaitu memahami masalah secara penuh untuk mengidentifikasikan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan masing-masing pihak. Dalam integrative negotiation setiap negosiator memerlukan mengikuti logika dan pemikiran pihak lain untuk menentukan factor-faktor yang memotivasinya untuk tiba pada satu titik. Anggapannya adalah bahwa jika kedua pihak mengerti factor-faktor motivasi masing-masing, mereka mungkin akan mengenali kemungkinan kecocokan dalam kepentingan yang memungkinkan mereka untuk membuat posisi baru yang akan didukung keduanya. Lax dan Sebenius (1986) telah menyatakan bahwa beberapa jenis kepentingan (interest) mungkin berkaitan dengan negosiasi dan masing-masing mungkin instrinsik (pihak-pihak bernilai instrinsik dalam dirinya) atau instrumental (pihak-pihak bernilai instrumental karena membantu mereka mendapatkan outcome lain di masa depan). Kepentingan-kepentingan (interest) tersebut, yaitu:

1. substantive interest, yaitu berhubungan dengan isu vokal dalam negosiasi, seperti harga, tingkat bunga, dll. Kepentingan ini mungkin intrinsic atau instrumental atau kedua-duanya;2. process interest, yaitu berhubungan dengan cara ketidaksepahaman disepakati. Satu pihak mungkin mengikuti distributive bargaining sedang pihak lainnya senang dengan integrative negotiation. Kepentingan ini bisa juga keduanya intrinsic dan instrumental;3. relationship interest, mengindikasikan bahwa satu atau kedua pihak menilai hubungan diantara mereka satu sama lain dan tidak ingin mengambil tindakan yang akan merusaknya. Kepentingan ini bisa instrumental atau intrinsik;4. interest in principle, prinsip-prinsip yang pasti seperti apa yang fair, apa yang benar, apa yang bisa diterima, apa yang etis - mungkin secara mendalam dislenggarakan oleh pihak-pihak dan membantu sebagai acuan dominan tindakan mereka. Kepentingan ini bisa intrinsik atau instrumental.Beberapa observasi tentang kepentingan dan tipe-tipe kepentingan adalah sebagai berikut:

1. terdapat hampir selalu lebih dari satu tipe kepentingan dalam suatu ketidaksepakatan

2. pihak-pihak dapat memiliki tipe-tipe resiko kepentingan yang berbeda

3. kepentingan selalu bercabang dari nilai atau kebutuhan manusia yang berakar mendalam.

4. kepentingan dapat berubah

5. terdapat sejumlah cara untuk memperoleh kepentingan

6. memperoleh kepentingan tidak selalu mudah atau untuk memperoleh satu keuntungan yang terbaik

7. memfokuskan pada kepentingan-kepentingan dapat berbahaya pada kelompok negosiator yang konsensus untuk isu tertentunya dibangun disekeliling posisi bersama daripada serangkaian kepentingan yang lebih umum.

Membuat Solusi Alternatif

Merupakan fase kreatif dari negosiasi integratif. Teknik ini dibagi dalam dua kategori umum:

1. Menciptakan Pilihan-Pilihan: Solusi Alternative Dengan Mendefinisikan Masalah Atau Sekumpulan Masalah

Teknik ini mengajak semua pihak untuk mendefinisikan secara spesifik kebutuhan mereka dan membangun alternatif-alternatif yang memuaskan.

Contoh kasus:

Terdapat sepasang suami istri yang sedang merencanakan tempat rekreasi selama liburan dua minggu. Sang suami ingin pergi ke pegunungan, sedangkan sang istri ingin pergi ke pantai. Solusi yang adil adalah dengan pergi seminggu di pegunungan dan seminggu di pantai. Namun mereka menginginklan solusi alternatif lainnya.

a. Memperluas sumber daya (Expand the pie)

Solusi yang mudah dengan menambah sumber daya expand the pie- sehingga kedua belah pihak mencapai tujuannya masing-masing.

Jika pasangan suami istri dapat membujuk atasan di tempat mereka bekerja untuk menambah liburan menjadi empat minggu, mereka dapat pergi ke pegunungan dan pantai masing-masing selama dua minggu.

b. Balas jasa (Logroll)

Teknik ini memerlukan pihak-pihak yang terlibat untuk menentukan lebih dari satu persoalan dalam konflik. Pihak-pihak tersebut sepakat dimana salah satu pihak mendapatkan prioritas yang lebih tinggi pada persoalan pertama, dan pihak kedua akan mendapat prioritas lebih tinggi pada persoalan kedua. Teknik ini akan efektif ketika pihak-pihak tersebut menyatukan dua isu, yaitu ketika salah satu pihak mendapatkan apa yang diinginkan sekarang, sedangkan pihak lain akan mendapatkan apa yang diinginkan di waktu yang lain.

Dalam contoh, suami istri tidak hanya membahas mengenai tempat rekreasi, tapi juga akomodasinya. Sang suami ingin ke tempat yang pondok informal, sedangkan sang istri menginginkan hotel yang mewah. Jika sang instri menginginkan akomodasi yang formal lebih penting dari lokasi wisata, pasangan tersebut dapat membuat kesepakatan dengan pergi ke hotel mewah di pegunungan.

c. Menggunakan kompensasi yang tidak spesifik (Use nonspecific compensation)

Dengan teknik ini, salah satu pihak memperoleh apa yang diinginkannya, dan memberikan kompensasi ke pihak lain karena mengakomodasi kepentingannya.

Dalam contoh, sang istri dapat memberitahu ke suami jika dia mau pergi ke pantai, sang istri akan membelikannya sebuah kamera digital.

d. Memotong pengorbanan karena kerelaan (Cut the costs for compliance)

Salah satu pihak akan mendapatkan tujuannya, sedangkan pengorbanan (misalnya biaya) pihak lainnya akan diminimalisasi jika dia mau mengikuti pihak pertama tersebut. Teknik ini lebih memuaskan dibanding logroll dan nonspecific compensation karena teknik ini membutuhkan pengetahuan tentang apa kebutuhan pihak lain dan preferensi (kepentingan, apa yang menjadi masalah terhadapnya, dan bagaimana kebutuhanya secara spesifik dapat terpenuhi) pihak tersebut.

Dalam contoh, sang suami menyukai tempat yang sepi dan damai sehingga dia tidak menyukai pantai, sedangkan sang istri sebaliknya. Sang suami akan mau pergi ke pantai jika sang istri dapat menjamin bahwa mereka akan tinggal ke tempat yang terpisah jauh dari resort lain.

e. Mencari solusi yang dapat menjembatani permasalahan (Find the bridge solution)

pihak-pihak yang terlibat menemukan pilihan yang baru yang dapat mempertemukan kebutuhan masing-masing. Kesuksesan teknik ini terjadi jika dapat mereformulasi permasalahan dengan tidak mempertentangkan posisinya, tapi memaparkan informasi yang cukup untuk menemukan apa kepentingan dan apa yang mereka inginkan, kemudian mencari opsi-opsi yang memuaskan kedua belah pihak. Jika para negosiator pada dasarnya dapat mempunyai komitmen pada win-win negotiation, solusi ini akan menjadi solusi yang sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Dalam contoh, jika suami ingin berburu dan memancing, sedangkan sang istri ingin berenang, belanja, dan menikmati kehidupan malam, mereka dapat mencari resort yang dapat memenuhi keinginan keduanya.

2. Menghasilkan Solusi Alternative Terhadap Permasalahan Yang Ada

Sebagi tambahan teknik-teknik di atas, terdapat beberapa pendekatan yang menghasilkan solusi alternative. Biasanya sekelompok orang lebih baik dari orang individual dalam memecahkan masalah karena dengan kelompok, akan tercipta perspektif yang luas sehingga dapat memberikan cara yang bermacam-macam dalam memecahkan masalah yang ada.

a. Brainstorming

Sekelompok orang bekerja untuk menghasilkan banyak solusi yang mungkin dilakukan.

Aturan-aturan berikut harus dijalankan:

1) Hindari menilai atau mengevaluasi solusi. Kritik dapat menhalangi pemikiran yang kreatif. Tidak boleh ada pemikiran yang dievaluasi sebelum kelompok tersebut menghasilkan suatu opsi.

2) Pisahkan orang-orang dari permasalahan. Proses diskusi kelompok dan brainstorming seringkali dipaksakan karena pihak-pihak masih memegang solusi-solusi dan alternatif-alternatif yang yang diinginkannya. Penyelesaian masalah dapat dilakukan secara efektif jika masing-masing pihak mendepersonalisasi masalah dan memperlakukan semua solusi secara seimbang tanpa memperhatikan siapa yang mengajukannya.3) Lakukan secara mendalam dalam proses brainstorming. Seringkali ide-ide terbaik kita keluar setelah diskusi atau setelah masalah terpecahkan. Riset membuktikan bahwa ketika brainstormer bekerja pada proses yang sangat panjang, ide terbaik biasanya muncul pada saat akhir dari aktivitas tersebut.4) Tanyakan pada pihak luar. Seringkali pihak luar dapat memberikan input yang membantu dan dapat membantu menyusun proses dan membuat semua pihak tetap pada jalan yang benar.Dengan brainstorming, terdapat setidaknya dua penyebab kinerja yang salah, yaitu:

1) Perbedaan kepribadian

2) Perbedaan status

b. Nominal group

Dalam teknik ini, para negosiator harus memulai dari permasalahan yang ditetapkan, kemudian para anggotanya menyiapkan daftar solusi yang dapat dilakukan. Setelah itu mereka bertemu dalam kelompok-kelompok kecil kemudian masing-masing membacakannya sedangkan ada seseorang yang mencatat semuanya. Secara khusus, dalam kelompok yang besar, pendekatan ini akan menghasilkan pilihan-pilihan yang bagus dalam waktu yang singkat. Seluruh yang terlibat dalam permasalahan kemudian dapat menguji solusi tersebut.

c. Surveys

Kekurangan dari nominal group adalah biasanya tidak dapat mengumpulkan ide-ide dari mereka yang tidak datang dalam negosiasi. Selain itu, teknik tersebut juga memakan waktu yang lama.

Dengan surveys, kuesioner disebarkan ke sejumlah besar orang-orang, kemudian menyatakan permasalahan dan menanyakan mereka solusi yang mereka pikirkan. Kekurangan teknik ini adalah tidak dapat melihat dan mendengarkan langsung pemikiran orang-orang tersebut.

Mengevaluasi Dan Memilih Alternatif-Alternatif

Merupakan langkah keempat dari negosiasi integratif untuk mengevaluasi alternatif-alterbatif yang telah dibuat sebelumnya dan memilih yang terbaik untuk diimplementasikan. Berikut ini langkah-langkah dalam mengevaluasi opsi-opsi dan mencapai konsesus:

1. Persempit ruang lingkup opsi-opsi pemecahan masalah

Uji daftar opsi yang dibuat dan focus pada opsi yang sangat kuat didukung oleh satu atau lebih negosiator.

2. Mengevaluasi solusi pada basis kualitas dan dapat diterima

Negosiator akan mengevaluasi dimensi kualitas dengan menentukan apa yang terbaik, apa yang paling rasional, dan apa yang paling logis. Kemudian pihak-pihak mencari contoh-contoh, pengambilan keputusan, dan hasil lain yang objektif dan proses yang dapat dijadikan benchmark untuk melegitimasi keadilan penyelesaian yang terjadi.

3. Sepakat pada criteria-kriteria sebagai tindak lanjut mengevaluasi opsi-opsi

Dengan dibuatnya standar-standar untuk menentukan apa yang adil, benar, atau hal yang benar yang dapat dilakukan

4. Mempunyai kemauan untuk menerima preferensi personal

Permintaan keterangan dari salah satu pihak ke pihak yang lain tentang preferensinya dapat menjadi suatu usaha untuk menggali informasi tentang posisinya dan mengidentifikasi kepentingan dan kebutuhannya.

5. Selalu waspada terhadap pengaruh-pengaruh yang tidak terlihat dalam memilih opsi

Salah satu pihak akan diuntungkan pada suatu opsi karena akan membantu dalam hal-hal yang tidak tampak mendapatkan pengakuan, terlihat kuat, merasa menang, dan lain sebagainya. Merupakan praktik yang bagus ubtuk membantu pihak-pihak lain mengidentifikasi hal-hal yang tidak tampak tersebut dan membuat anggota mereka merasa sebagai bagian dalam proses evaluasi.

6. Gunakan subgroup untuk mengevaluasi opsi-opsi yang kompleks

Kelompok-kelompok kecil dapat membantu ketika opsi-opsi yang kompoleks harus dipertimbangkan atau ketika berpengaruh ke banyak orang. Kelompok kecil ini dapat terdiri dari 6-8 orang.

7. Ambil waktu jeda istirahat untuk mendinginkan masalah

Ketika sekelompok orang telah menyelesaikan masalah, seringkali terjadi kekecewaan karena komunikasi tidak terjadi sebagaimana mestinya, preferensi mereka tidak diakui, atau pihak lain terlalu memaksakan preferensinya. Yang harus dilakukan adalah meluangkan waktu untuk menjelaskan kekecewaan mereka dan mendiskusikannya secara terbuka. Pihak-pihak tersebut juga harus mendepersonalisasi diskusinya.

8. Cari cara-cara lain untuk membalas jasa

a. Gunakan perbedaan-perbedaan dalam preferensi risiko

Dengan mempertimbangkan risiko dan manfaat yang dihadapi sekarang dan masa mendatang.

b. Gunakan perbedaan-perbedaan dalam mengekspektasi

Dengan mempertimbangkan ekpektasi dan manfaat yang dihadapi sekarang dan masa mendatang.

c. Gunakan perbedaan-perbedaan dalam preferensi waktu

Dengan preferensi waktu, dapat diketahui pihak-pihak yang lebih mementingkan kebutuhan jangka pendek dan pihak-pihak yang mementingkan kebutuhan jangka panjang.

9. Pegang keputusan-keputusan sementara dan kondisional sampai seluruh aspek dari proposal final dipenuhi secara lengkap

Walaupun telah terdapat konsesus yang jelas, kelompok dapat membicarakan tentang solusi pada keadaan tertentu (kondisional). Tidak ada sesuatu yang dapat dikatakan final sampai segalanya selesai.

10. Kurangi formalitas dan selalu mencatat sampai kesepakatan akhir dicapai

Kelompok biasanya tidak mengikatkan diri pada bahasa-bahasa tertentu atau kesepakatan tertulis sampai mereka sampai pada suatu konsensus. Secara umum, semakin sedikit catatan selama fase penyusunan solusi akan semakin baik. Sebaliknya, ketika kelompok sudah mendekati konsensus, salah satu pihak harus mencatat persyaratan-persyaratan perjanjian yang akan digunakan sebagai single text yang akan dibagikan ke kelompok-kelompok sesering kebutuhan mereka sampai seluruh pihak menyetujui penyusunan kata-kata dan pemilihan kata-kata pada perjanjian mereka.

Larrys target point

Monicas asking price

Larrys resistance point

$130,000

$135,000

$140,000

$145,000

$150,000

Monicas inferred system point

Larrys initial offer

Larrys target point

Monicas inferred target

Monicas asking price

Larrys resistance point

$130,000

$133,000

$135,000

$140,000

$145,000

$150,000