Upload
faridahmaksum
View
69
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
materi kuliah neurologi
Citation preview
PENDAHULUAN
Neurologi berasal dari kata neuro (syaraf) dan logos (ilmu) jadi neurologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang sistem saraf dan berbagai kelainan yang terjadi. Neurologi
adalah ilmu kedokteran yang mempelajari kelainan, gangguan fungsi, penyakit, dan kondisi
lain pada sistem saraf manusia. Oleh sebab itu dipelajari pula hal-hal yang secara alami
dianggap fungsi sistem saraf normal. Misalnya: kepandaian berbahasa, gangguan belajar,
pikun dan lain-lainnya. Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan
pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan laboratorium
(penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi: fungsi cerebral, fungsi nervus cranialis, fungsi
sensorik, fungsi motorik dan refleks.
Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang
dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat
penting dalam mendiagnosis penyakit kelainan saraf serta menilai perkembangan atau
perjalanan penyakit saraf tersebut. Pemeriksaan tambahan/penunjang dalam neurologi
meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan neuroimaging (CT scan, MRI, MRS, PET,
SPECT), pemeriksaan khusus atas indikasi (EEG- Brain Mapping, Evoked potential,
Doppler, Neurooftalmologi, dan Neurotoologi). Dokter yang mengkhususkan dirinya pada
bidang neurologi disebut neurolog dan memiliki kemampuan untuk mendiagnosis, merawat,
dan memanejemen pasien dengan kelainan saraf. Kebanyakan para neurolog dilatih untuk
menangani pasien dewasa. Untuk anak-anak dilakukan oleh neurolog pediatrik, yang
merupakan cabang dari pediatri atau ilmu kesehatan anak. Di Indonesia, dokter dengan
spesialisasi neurologi diberi gelar Sp.S. atau Spesialis Saraf.
NEUROSAINS DALAM
APLIKASI KLINIS NEUROLOGI
WAWASAN ILMU NEUROLOGI
Ilmu-ilmu yang mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan susunan saraf (neurosains).
Ditinjau dari kegiatan-kegiatan ilmiahnya dikenal sebagai ilmu-ilmu dasar (basic) dan ilmu-
ilmu terapan (applied neurosciences)
1. Neurosains dasar (basic neurosciences)
Mempelajari berbagai aspek susunan saraf dan mencoba menjelaskan berbagai fenomena
dalam anatomi, fisiologi, biokimia dan performance makhluk hidup yang merupakan
manifestasi aktivitas susunan saraf dan keterkaitanan masing-masing komponen serta
interaksinya .
Kegiatan meliputi neuroanatomi, neurofisiologi, neurokimia, mikroanatomi/histologi baik
ditingkat makro maupun di tingkat seluler dan subseluler termasuk mempelajari interaksi
masing-masing komponen dan kegiatan terutama dalam bidang riset.
2. Neurosains Terapan(applied neurosciences)
Mendalami dan menggunakan hasil-hasil penelitian neurosains untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia.
Antara basic neurosciences dengan applied neurosciences merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Setiap penemuan dalam “basic” dapat memacu penelitian
lanjutan yang menjurus ke arah terapan.
Neurologi Klinik
Penerapan ilmu-ilmu neurologi untuk mempelajari fenomena-fenomena perubahan
berbagai aspek susunan saraf dalam kaitannya dengan berbagai gangguan terhadap
susunan saraf pusat dan perifer baik secara primer maupun sekunder
Metodologi dalam Neurologi Klinik
Mengaplikasikan neuroanatomi, neurofisiologi, neuropatologi, neurokimia, neuroimaging
dan fungsi susunan saraf pusat dan perifer baik dalam keadaan sehat maupun sakit untuk
menegakkan diagnosis dan mengaplikasikan penemuan neurofarmakologi,
neurobehaviour, neurorestorasi/ rehabilitasi dalam rangka pengobatan/ penyembuhan
penderita.
Organisasi Sistem Persarafan
Sistem saraf pusat à otak dan medulla spinalis
Sistem saraf perifer
- Serabut saraf (dan ganglia) membawa informasi dari kulit dan tungkai (aferen)
- Serabut saraf membawa informasi ke otot-otot untuk mengontrol gerakan (eferen)
- Serabut saraf dan ganglia sistem saraf otonom
- Serabut saraf dan ganglia dari sistem persarafan enteric untuk mengontrol fungsi usus
Metoda
1. Anamnesis
– Menggunakan metoda wawancara baik dengan penderita (auto) maupun
dengan orang-orang yang “dekat” dengan penderita (allo)
– Wawancara ini sangat penting dan utama à kelihaian seorang dokter terlihat
dari penguasaan komunikasi dan ketajaman naluri dalam mencari penyakit
penderita
– Anamnesis yang akurat à gambaran diagnosis atau diagnosis banding dapat
ditemukan
2. Pemeriksaan/status neurologi klinik
A. Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fungsi vital dan gambaran umum dari
kepala, dada dan perut serta ekstremitas
B. Pemeriksaan Neurologi
Meliputi:
• Pemeriksaan Kesadaran
I. Kuantitas; dapat digunakan Skala Koma Glasgow à dengan menilai
respon mata, motorik, verbal.
II. Kualitas;
- Meningkatnya tingkat kesadaran/eksitasi serebral: tremor,
euforia, mania
- Menurunnya tingkat kesadaran: delirium, somnolen, sopor,
sopor-koma, koma
GLASGOW COMA SCALE
• Verbal
• Motor
• Eyes
Verbal
• Orientasi baik (5)
• Bingung (confused) (4)
• Bicara tidak sesuai (inappropriate) (3)
• Suara tidak dimengerti (2)
• Tidak ada suara (1)
• (T=intubasi)
Motor yaitu bergerak sesuai perintah, melokalisasi nyeri, Fleksi terhadap nyeri
(whitdrawal), fleksi abnormal, Respon ekstensi, tidak ada respon.
Eye yaitu buka mata spontan, buka mata dengan perintah, buka mata dengan
rangsangan nyeri, tidak ada respon.
Pemeriksaan rangsangan Meningeal diataranya kaku kuduk, tanda brudzinki I, tanda
kernig, tanda brudzinki II, tanda lasege.
Pemeriksaan system motorik meliputi : kekuatan motorik, tonus (hiper, normo, dan
hipo), trofik (hiper, normo, dan hipo), gerakan-kerakan involunter.
Refleks-refleks diantaranya : reflex fisiologi (biseps, triseps, KPR, ARP) dan reflex
patologis (Babinsky, Chaddock, dll)
Kekuatan motorik mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
1. Flicker of contraction
2. Active movement with gravity eliminated
3. Active movement against gravity
4. Active movement against gravity and resistance
5. Normal power
Ada dua tipe pemeriksaan dalam neurologi, yaitu anamnesis dan pemeriksaan status
neurologi klinik. Pemeriksaan anamnesis melalui wawancara dengan pasien (auto) atau
dengan orang-orang dekat pasien (allo).
Pemeriksaan status neurologi klinik ada yang:
1. Pemeriksaan umum: pemeriksaan vital, gambaran umum kepala, dada, perut dan
ekstremitas. Pemeriksaan tekanan darah jg termasuk yg umum, terutama pada kasus
stroke, harus diperiksa yg kanan dan kiri buat menentukan ada ada g gangguan
pembuluh darah.
2. Pemeriksaan neurologi: Periksa Kesadaran: bisa kuantitas atau kualitas.
Pemeriksaan Sistem Sensorik
Pemeriksaan sensori, meliputi pemeriksaan sensorik, eksteroreseptif (nyeri,
raba/tekan, suhu), proprioseptif, enteroseptif. Kemudian terkait juga dengan homonculus
yang sensorik, prinsipnya sama dengan yang motorik. Hanya beda di apa yang hilang,
kemampuan sensorik or motoriknya. Semua fungsi sensorik akan melewati talamus, kecuali
olfaktorius/pembauan dan keseimbangan yang diatur di serebelum.
General Properties of Sensory Systems
Homunculus Sensorik
Gambar di atas ini hanya menjelaskan bahwa kelainan di medula spnialis terutama,
bersifat segmentel.
Ex: Torakal 10 umbilikus, Torakal 4 papila mamae. Bila ada lesi di medula spinalis
torakal 10, kena traktus spinotalamikus, keluhannya dipestesi (bila disentuh masih terasa,
tapi masih kurang kualitasnya dibanding normal) mulai dari umbilikus ke bawah. Bila di
Torakal 4 mulai dari papila mamae ke bawah.
Pemeriksaan fungsi vestibuler dan serebelum (terkait fungsi keseimbangan dan
koordinasi).
Pemeriksaan fungsi kortikal luhur/neurobehavior terdiri dari non kognitif (Ex:
perilaku, tanda-tanda depresi) dan kognitif. Contohnya bisa pamenggunakan TOAG
(test orientation and attention of Galvaston dan MMSE (mini mental status
examination) sebagai penilaian awal fungsi kognitifnya pasien.
Diagnosis dan Diagnosis Banding
• Kesimpulan dari semua pemeriksaan adalah diagnosis atau diagnosis banding (jika
belum jelas kesimpulan pemeriksaan tersebut). Meliputi:
– Diagnosis Klinis
– Diagnosis Topis
– Diagnosis Etiologis
– Diagnosis Patologi
o Diagnosis klinis keterampilan sebagai dokter dalam memeriksa pasien.
Ex: Hemiparesis kanan, Paresis nervus 3, Paresis nervus 7 kanan tipe sentral.
Setelah itu, ditetapkan diagnosis topis. Bila diagnosis klinis salah topis.
o Topis itu berkaitan dengan di mana gangguan tersebut terjadi, berkaitan erat
dengan etiologinya. Ex: Topisnya misalnya Saraf tepi tidak mungkin
vaskuler. Saraf tepi mungkin suatu inflamasi, infeksi atau trauma.
o Setelah topis, ditentukan diagnosis etiologi yang penting sekali untuk
menentukan terapinya apa.
o Terakhir, diagnosis patologis yang penting untuk menentukan prognosis.
Untuk meyakinkan kita, kita bisa merujuk pasien untuk pemeriksaan penunjang
• Dan berdasar diagnosis tersebut disusun rancangan pemeriksaan tambahan/penunjang
untuk lebih memastikan diagnosis sekaligus menyingkirkan diagnosis banding.
Pemeriksaan Tambahan/Penunjang
Meliputi :
• Pemeriksaan laboratorium umum/khusus
• Pemeriksaan neuroimaging à konvensional CT scan, MRI, MRS, PET, SPECT
• Pemeriksaan khusus atas indikasi à EEG-Brain Mapping, EMG, Evoked potential,
Doppler, Neurooftalmologi, Neurootologi
EEG
”|
EEG untuk pemeriksaan pasien epilepsi misalnya. Karena gejalanya tidak semua
serangannya dalm bentuk kejang, bisa juga bengong beberapa detik/absans, atau
gangguan perilaku yang sementara dan kapan - kapan bisa kumat lagi dengan gejala
yang sama. Jadi, harus dibuktikan dengan EEG ditambah brain mapping, untuk
pemetaan ,aktifitas otaknya. Pemeriksaan ini termasuk yang neurofisiologi.
EMG
- EMG bisa untuk menilai fungsi saraf tepi, batang otak, dan fungsi oksipital, digunakan
untuk intra operasi monitoring. Ex: Pada operasi bedah syaraf, bila fungsinya menurun,
dokter bedahnya akan menghentikan operasi, jangan sampai keluarannya bisa lebih parah
daripada sebelumnya.
VEP
- VEP Visual ekopotensial untuk deteksi gangguan saraf dan oksipital. Terkait juga
dengan pemeriksaan neurofisiologi.
- Opthalmoskopi dokter mata juga menggunakan. Pasien dengan tekanan intrakranial
meningkat, melalui pupil bisa dilihat papil dari nervus optikus, yang mengandung
sembab/undip.
Terapi / Pengobatan, meliputi:
1. Pengobatan kausal
2. Pengobatan simptomatik
3. Pengobatan kognitif dan neurorestorasi/rehabilitasi
Ilustrasi kasus aplikasi neurologi klinis
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke dokter dengan keluhan utama nyeri
kepala dan sempoyongan yang muncul tiba-tiba. Sebelumnya ia merasakan kelopak
mata kanannya jatuh dan jika minum tersedak. Pasien memiliki kebiasaan merokok
sejak lama dan konsumsi alkohol > 3 botol setiap hari.
RPD : Hipertensi. Minum obat tidak teratur
Pemeriksaan Fisik:
Tekanan darah meningkat, RR & HR dbn
Ptosis mata kanan
Pupil anisokor kiri<kanan
Refleks cornea (-) mata kanan
Sensasi nyeri ↓ pada sisi kanan wajah
Anhidrosis sisi wajah kanan
Uvula deviasi ke kiri, palatum kanan jatuh,
Motorik kekuatan normal
Sensasi tajam ↓ pada sisi tubuh kiri
Kegagalan Elektrik
Kegagalan Metabolik
KEGAGALAN ELEKTRIKKEGAGALANENERGI
JARINGANMENURUNNYAHOMEOSTASIS
KATIONPERGESERANNEUROTRANSMITTER
& Ca2+
OKSIGEN & GLUKOSA JAR.
ATP & PCr
ASIDOSIS LAKTAT JAR. KALIUM SELULAR Na,Ca2+, Cr, H2O SELULAR
TERJADI EDEMA SITOTOKSIK PELEPASAN GLUTAMAT & NEUROTRANSMITTER LAIN INFLUX KALSIUM
KEGAGALANMETABOLIK
TOKSISITASCALSIUMEKSTRASELULAR
FOSFOLIPASE AS. ARAKHIDONAT LEUKOTRIN & PG
RADIKAL OKSIGEN MERUSAK MEMBRAN PROTEIN & DNA
PROTEASE MEMECAH PROTEINARGININ CITRULIN & NO
INFARKDAN NEKROSISKERUSAKAN BBB
EDEMA VASOGENIK(INTRASEL EDEMA)
AKTIVITAS & RECRUITMENTLEKOSIT
Kelainan Medulla Spinalis
Gejala & Tanda Klinis Lesi Medulla Spinalis:
o Tanda motorik
Tanda LMN : atrofi, hipotoni, hiporefleks, refleks patologik (-), klonus (-).
Tanda UMN : hipertoni, hiperefleks, klonus (+), refleks patologik (+).
o Gejala nyeri
Nyeri Radikular: nyeri seperti ditusuk, pada distribusi dermatom saraf
bagian dorsal à inflamasi atau kompresi saraf dorsal yang disebabkan
lesi ekstramedular - medula spinalis.
Menyebar, nyeri menetap à lesi intramedular.
o Gejala sensorik
Nyeri & suhu: lesi pada traktus spinothalamikus à defisit pada tubuh
kontralateral dibawah lesi.
Posisi & rasa getar à defisit ipsilateral dan dibawah level lesi
Sindroma klinis medula spinalis
o Mielopati transversa: tanda LMN & UMN à trauma, mielitis viral, MS.
o Hemiseksi medula spinalis à sindroma Brown-Sequard à gangguan nyeri & suhu
kontralateral, kelemahan ipsilateral serta gangguan getar dan posisi à trauma,
tumor.
o Siringomielia à gejala LMN setinggi lesi, paraparesis à kongenital.
o Oklusi arteri spinalis anterior à hiperefleks, paraparesis spastis, hilangnya rasa
nyeri & suhu dibawah lesi à aterosklerotik aorta.
o Subacute combined degeneration (sklerosis posterolateral) à hilangnya rasa getar
& posisi pada tungkai bilateral berhubungan dengan tanda UMN à defisiensi vit B
12.
o Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS): LMN & UMN à etiologi belum diketahui.
o Tabes Dorsalis: nyeri, parestesia, hilangnya rasa getar & posisi à Neurosifilis.
Lesi Saraf Perifer
Gejala sensorik à lesi saraf perifer.
Gangguan: - distal dg pola stocking & glove à polineuropati.
Klasifikasi:
o Mononeuropathy simplex
o Mononeuropathy multiplex
o Polyneuropathy à GBS, CIDP, metabolik (DM).
Lesi pada root & plexus:
A. Lesi trauma & kompresi
B. Tabes dorsalis
C. Penyakit Lyme
Mielopati:
A. Siringomielia
B. Subacute combined degeneration (defisiensi Vit B12)
DAFTAR PUSTAKA
1. Sitorus ,F. Kuliah Neurosains dalam Aplikasi Neurologi . Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia –RSCM Jakarta
2. Mardjono, Mahar, Sidarta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit Dian Rakyat.
Jakarta: 2004.
3. Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi. EGC. Edisi 2. Jakarta.