21
RANGKUMAN MATERI KULIAH MODUL NEUROSAINS DEPARTEMEN NEUROLOGI

Neurologi Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi kuliah neurologi

Citation preview

RANGKUMAN MATERI KULIAH

MODUL NEUROSAINS

DEPARTEMEN NEUROLOGI

PENDAHULUAN

Neurologi berasal dari kata neuro (syaraf) dan logos (ilmu) jadi neurologi adalah

ilmu yang mempelajari tentang sistem saraf dan berbagai kelainan yang terjadi. Neurologi

adalah ilmu kedokteran yang mempelajari kelainan, gangguan fungsi, penyakit, dan kondisi

lain pada sistem saraf manusia. Oleh sebab itu dipelajari pula hal-hal yang secara alami

dianggap fungsi sistem saraf normal. Misalnya: kepandaian berbahasa, gangguan belajar,

pikun dan lain-lainnya. Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan

pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan laboratorium

(penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi: fungsi cerebral, fungsi nervus cranialis, fungsi

sensorik, fungsi motorik dan refleks.

Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang

dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat

penting dalam mendiagnosis penyakit kelainan saraf serta menilai perkembangan atau

perjalanan penyakit saraf tersebut. Pemeriksaan tambahan/penunjang dalam neurologi

meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan neuroimaging (CT scan, MRI, MRS, PET,

SPECT), pemeriksaan khusus atas indikasi (EEG- Brain Mapping, Evoked potential,

Doppler, Neurooftalmologi, dan Neurotoologi). Dokter yang mengkhususkan dirinya pada

bidang neurologi disebut neurolog dan memiliki kemampuan untuk mendiagnosis, merawat,

dan memanejemen pasien dengan kelainan saraf. Kebanyakan para neurolog dilatih untuk

menangani pasien dewasa. Untuk anak-anak dilakukan oleh neurolog pediatrik, yang

merupakan cabang dari pediatri atau ilmu kesehatan anak. Di Indonesia, dokter dengan

spesialisasi neurologi diberi gelar Sp.S. atau Spesialis Saraf.

NEUROSAINS DALAM

APLIKASI KLINIS NEUROLOGI

WAWASAN ILMU NEUROLOGI

Ilmu-ilmu yang mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan susunan saraf (neurosains).

Ditinjau dari kegiatan-kegiatan ilmiahnya dikenal sebagai ilmu-ilmu dasar (basic) dan ilmu-

ilmu terapan (applied neurosciences)

1. Neurosains dasar (basic neurosciences)

Mempelajari berbagai aspek susunan saraf dan mencoba menjelaskan berbagai fenomena

dalam anatomi, fisiologi, biokimia dan performance makhluk hidup yang merupakan

manifestasi aktivitas susunan saraf dan keterkaitanan masing-masing komponen serta

interaksinya .

Kegiatan meliputi neuroanatomi, neurofisiologi, neurokimia, mikroanatomi/histologi baik

ditingkat makro maupun di tingkat seluler dan subseluler termasuk mempelajari interaksi

masing-masing komponen dan kegiatan terutama dalam bidang riset.

2. Neurosains Terapan(applied neurosciences)

Mendalami dan menggunakan hasil-hasil penelitian neurosains untuk meningkatkan

kesejahteraan manusia.

Antara basic neurosciences dengan applied neurosciences merupakan suatu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan. Setiap penemuan dalam “basic” dapat memacu penelitian

lanjutan yang menjurus ke arah terapan.

Neurologi Klinik

Penerapan ilmu-ilmu neurologi untuk mempelajari fenomena-fenomena perubahan

berbagai aspek susunan saraf dalam kaitannya dengan berbagai gangguan terhadap

susunan saraf pusat dan perifer baik secara primer maupun sekunder

Metodologi dalam Neurologi Klinik

Mengaplikasikan neuroanatomi, neurofisiologi, neuropatologi, neurokimia, neuroimaging

dan fungsi susunan saraf pusat dan perifer baik dalam keadaan sehat maupun sakit untuk

menegakkan diagnosis dan mengaplikasikan penemuan neurofarmakologi,

neurobehaviour, neurorestorasi/ rehabilitasi dalam rangka pengobatan/ penyembuhan

penderita.

Organisasi Sistem Persarafan

Sistem saraf pusat à otak dan medulla spinalis

Sistem saraf perifer

- Serabut saraf (dan ganglia) membawa informasi dari kulit dan tungkai (aferen)

- Serabut saraf membawa informasi ke otot-otot untuk mengontrol gerakan (eferen)

- Serabut saraf dan ganglia sistem saraf otonom

- Serabut saraf dan ganglia dari sistem persarafan enteric untuk mengontrol fungsi usus

Metoda

1. Anamnesis

– Menggunakan metoda wawancara baik dengan penderita (auto) maupun

dengan orang-orang yang “dekat” dengan penderita (allo)

– Wawancara ini sangat penting dan utama à kelihaian seorang dokter terlihat

dari penguasaan komunikasi dan ketajaman naluri dalam mencari penyakit

penderita

– Anamnesis yang akurat à gambaran diagnosis atau diagnosis banding dapat

ditemukan

2. Pemeriksaan/status neurologi klinik

A. Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fungsi vital dan gambaran umum dari

kepala, dada dan perut serta ekstremitas

B. Pemeriksaan Neurologi

Meliputi:

• Pemeriksaan Kesadaran

I. Kuantitas; dapat digunakan Skala Koma Glasgow à dengan menilai

respon mata, motorik, verbal.

II. Kualitas;

- Meningkatnya tingkat kesadaran/eksitasi serebral: tremor,

euforia, mania

- Menurunnya tingkat kesadaran: delirium, somnolen, sopor,

sopor-koma, koma

GLASGOW COMA SCALE

• Verbal

• Motor

• Eyes

Verbal

• Orientasi baik (5)

• Bingung (confused) (4)

• Bicara tidak sesuai (inappropriate) (3)

• Suara tidak dimengerti (2)

• Tidak ada suara (1)

• (T=intubasi)

Motor yaitu bergerak sesuai perintah, melokalisasi nyeri, Fleksi terhadap nyeri

(whitdrawal), fleksi abnormal, Respon ekstensi, tidak ada respon.

Eye yaitu buka mata spontan, buka mata dengan perintah, buka mata dengan

rangsangan nyeri, tidak ada respon.

Pemeriksaan rangsangan Meningeal diataranya kaku kuduk, tanda brudzinki I, tanda

kernig, tanda brudzinki II, tanda lasege.

Pemeriksaan system motorik meliputi : kekuatan motorik, tonus (hiper, normo, dan

hipo), trofik (hiper, normo, dan hipo), gerakan-kerakan involunter.

Refleks-refleks diantaranya : reflex fisiologi (biseps, triseps, KPR, ARP) dan reflex

patologis (Babinsky, Chaddock, dll)

Kekuatan motorik mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

1. Flicker of contraction

2. Active movement with gravity eliminated

3. Active movement against gravity

4. Active movement against gravity and resistance

5. Normal power

Ada dua tipe pemeriksaan dalam neurologi, yaitu anamnesis dan pemeriksaan status

neurologi klinik. Pemeriksaan anamnesis melalui wawancara dengan pasien (auto) atau

dengan orang-orang dekat pasien (allo).

Pemeriksaan status neurologi klinik ada yang:

1. Pemeriksaan umum: pemeriksaan vital, gambaran umum kepala, dada, perut dan

ekstremitas. Pemeriksaan tekanan darah jg termasuk yg umum, terutama pada kasus

stroke, harus diperiksa yg kanan dan kiri buat menentukan ada ada g gangguan

pembuluh darah.

2. Pemeriksaan neurologi: Periksa Kesadaran: bisa kuantitas atau kualitas.

Pemeriksaan Sistem Sensorik

Pemeriksaan sensori, meliputi pemeriksaan sensorik, eksteroreseptif (nyeri,

raba/tekan, suhu), proprioseptif, enteroseptif. Kemudian terkait juga dengan homonculus

yang sensorik, prinsipnya sama dengan yang motorik. Hanya beda di apa yang hilang,

kemampuan sensorik or motoriknya. Semua fungsi sensorik akan melewati talamus, kecuali

olfaktorius/pembauan dan keseimbangan yang diatur di serebelum.

General Properties of Sensory Systems

Homunculus Sensorik

Jaras sensorik

Gambar di atas ini hanya menjelaskan bahwa kelainan di medula spnialis terutama,

bersifat segmentel.

Ex: Torakal 10 umbilikus, Torakal 4 papila mamae. Bila ada lesi di medula spinalis

torakal 10, kena traktus spinotalamikus, keluhannya dipestesi (bila disentuh masih terasa,

tapi masih kurang kualitasnya dibanding normal) mulai dari umbilikus ke bawah. Bila di

Torakal 4 mulai dari papila mamae ke bawah.

Pemeriksaan fungsi vestibuler dan serebelum (terkait fungsi keseimbangan dan

koordinasi).

Pemeriksaan fungsi kortikal luhur/neurobehavior terdiri dari non kognitif (Ex:

perilaku, tanda-tanda depresi) dan kognitif. Contohnya bisa pamenggunakan TOAG

(test orientation and attention of Galvaston dan MMSE (mini mental status

examination) sebagai penilaian awal fungsi kognitifnya pasien.

Diagnosis dan Diagnosis Banding

• Kesimpulan dari semua pemeriksaan adalah diagnosis atau diagnosis banding (jika

belum jelas kesimpulan pemeriksaan tersebut). Meliputi:

– Diagnosis Klinis

– Diagnosis Topis

– Diagnosis Etiologis

– Diagnosis Patologi

o Diagnosis klinis keterampilan sebagai dokter dalam memeriksa pasien.

Ex: Hemiparesis kanan, Paresis nervus 3, Paresis nervus 7 kanan tipe sentral.

Setelah itu, ditetapkan diagnosis topis. Bila diagnosis klinis salah topis.

o Topis itu berkaitan dengan di mana gangguan tersebut terjadi, berkaitan erat

dengan etiologinya. Ex: Topisnya misalnya Saraf tepi tidak mungkin

vaskuler. Saraf tepi mungkin suatu inflamasi, infeksi atau trauma.

o Setelah topis, ditentukan diagnosis etiologi yang penting sekali untuk

menentukan terapinya apa.

o Terakhir, diagnosis patologis yang penting untuk menentukan prognosis.

Untuk meyakinkan kita, kita bisa merujuk pasien untuk pemeriksaan penunjang

• Dan berdasar diagnosis tersebut disusun rancangan pemeriksaan tambahan/penunjang

untuk lebih memastikan diagnosis sekaligus menyingkirkan diagnosis banding.

Pemeriksaan Tambahan/Penunjang

Meliputi :

• Pemeriksaan laboratorium umum/khusus

• Pemeriksaan neuroimaging à konvensional CT scan, MRI, MRS, PET, SPECT

• Pemeriksaan khusus atas indikasi à EEG-Brain Mapping, EMG, Evoked potential,

Doppler, Neurooftalmologi, Neurootologi

EEG

”|

EEG untuk pemeriksaan pasien epilepsi misalnya. Karena gejalanya tidak semua

serangannya dalm bentuk kejang, bisa juga bengong beberapa detik/absans, atau

gangguan perilaku yang sementara dan kapan - kapan bisa kumat lagi dengan gejala

yang sama. Jadi, harus dibuktikan dengan EEG ditambah brain mapping, untuk

pemetaan ,aktifitas otaknya. Pemeriksaan ini termasuk yang neurofisiologi.

EMG

- EMG bisa untuk menilai fungsi saraf tepi, batang otak, dan fungsi oksipital, digunakan

untuk intra operasi monitoring. Ex: Pada operasi bedah syaraf, bila fungsinya menurun,

dokter bedahnya akan menghentikan operasi, jangan sampai keluarannya bisa lebih parah

daripada sebelumnya.

VEP

- VEP Visual ekopotensial untuk deteksi gangguan saraf dan oksipital. Terkait juga

dengan pemeriksaan neurofisiologi.

- Opthalmoskopi dokter mata juga menggunakan. Pasien dengan tekanan intrakranial

meningkat, melalui pupil bisa dilihat papil dari nervus optikus, yang mengandung

sembab/undip.

Terapi / Pengobatan, meliputi:

1. Pengobatan kausal

2. Pengobatan simptomatik

3. Pengobatan kognitif dan neurorestorasi/rehabilitasi

Ilustrasi kasus aplikasi neurologi klinis

Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke dokter dengan keluhan utama nyeri

kepala dan sempoyongan yang muncul tiba-tiba. Sebelumnya ia merasakan kelopak

mata kanannya jatuh dan jika minum tersedak. Pasien memiliki kebiasaan merokok

sejak lama dan konsumsi alkohol > 3 botol setiap hari.

RPD : Hipertensi. Minum obat tidak teratur

Pemeriksaan Fisik:

Tekanan darah meningkat, RR & HR dbn

Ptosis mata kanan

Pupil anisokor kiri<kanan

Refleks cornea (-) mata kanan

Sensasi nyeri ↓ pada sisi kanan wajah

Anhidrosis sisi wajah kanan

Uvula deviasi ke kiri, palatum kanan jatuh,

Motorik kekuatan normal

Sensasi tajam ↓ pada sisi tubuh kiri

Kegagalan Elektrik

Kegagalan Metabolik

KEGAGALAN ELEKTRIKKEGAGALANENERGI

JARINGANMENURUNNYAHOMEOSTASIS

KATIONPERGESERANNEUROTRANSMITTER

& Ca2+

OKSIGEN & GLUKOSA JAR.

ATP & PCr

ASIDOSIS LAKTAT JAR. KALIUM SELULAR Na,Ca2+, Cr, H2O SELULAR

TERJADI EDEMA SITOTOKSIK PELEPASAN GLUTAMAT & NEUROTRANSMITTER LAIN INFLUX KALSIUM

KEGAGALANMETABOLIK

TOKSISITASCALSIUMEKSTRASELULAR

FOSFOLIPASE AS. ARAKHIDONAT LEUKOTRIN & PG

RADIKAL OKSIGEN MERUSAK MEMBRAN PROTEIN & DNA

PROTEASE MEMECAH PROTEINARGININ CITRULIN & NO

INFARKDAN NEKROSISKERUSAKAN BBB

EDEMA VASOGENIK(INTRASEL EDEMA)

AKTIVITAS & RECRUITMENTLEKOSIT

Kelainan Medulla Spinalis

Gejala & Tanda Klinis Lesi Medulla Spinalis:

o Tanda motorik

Tanda LMN : atrofi, hipotoni, hiporefleks, refleks patologik (-), klonus (-).

Tanda UMN : hipertoni, hiperefleks, klonus (+), refleks patologik (+).

o Gejala nyeri

Nyeri Radikular: nyeri seperti ditusuk, pada distribusi dermatom saraf

bagian dorsal à inflamasi atau kompresi saraf dorsal yang disebabkan

lesi ekstramedular - medula spinalis.

Menyebar, nyeri menetap à lesi intramedular.

o Gejala sensorik

Nyeri & suhu: lesi pada traktus spinothalamikus à defisit pada tubuh

kontralateral dibawah lesi.

Posisi & rasa getar à defisit ipsilateral dan dibawah level lesi

Sindroma klinis medula spinalis

o Mielopati transversa: tanda LMN & UMN à trauma, mielitis viral, MS.

o Hemiseksi medula spinalis à sindroma Brown-Sequard à gangguan nyeri & suhu

kontralateral, kelemahan ipsilateral serta gangguan getar dan posisi à trauma,

tumor.

o Siringomielia à gejala LMN setinggi lesi, paraparesis à kongenital.

o Oklusi arteri spinalis anterior à hiperefleks, paraparesis spastis, hilangnya rasa

nyeri & suhu dibawah lesi à aterosklerotik aorta.

o Subacute combined degeneration (sklerosis posterolateral) à hilangnya rasa getar

& posisi pada tungkai bilateral berhubungan dengan tanda UMN à defisiensi vit B

12.

o Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS): LMN & UMN à etiologi belum diketahui.

o Tabes Dorsalis: nyeri, parestesia, hilangnya rasa getar & posisi à Neurosifilis.

Lesi Saraf Perifer

Gejala sensorik à lesi saraf perifer.

Gangguan: - distal dg pola stocking & glove à polineuropati.

Klasifikasi:

o Mononeuropathy simplex

o Mononeuropathy multiplex

o Polyneuropathy à GBS, CIDP, metabolik (DM).

Lesi pada root & plexus:

A. Lesi trauma & kompresi

B. Tabes dorsalis

C. Penyakit Lyme

Mielopati:

A. Siringomielia

B. Subacute combined degeneration (defisiensi Vit B12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sitorus ,F. Kuliah Neurosains dalam Aplikasi Neurologi . Departemen Neurologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia –RSCM Jakarta

2. Mardjono, Mahar, Sidarta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit Dian Rakyat.

Jakarta: 2004.

3. Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi. EGC. Edisi 2. Jakarta.