5
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber energi tak terbarukan berupa energi fosil yang semakin berkurang merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis energi dunia. Fenomena ini juga berdampak pada sektor energi listrik dunia yang menuju ambang kritis dikarenakan pemenuhan energi listrik sebagian besar masih disuplai dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi fosil. Selain itu, efek yang ditimbulkan dari hasil pembakaran energi fosil untuk kegiatan industri pembangkit dapat menimbulkan permasalahan pencemaran lingkungan berupa polusi udara yang memicu adanya efek gas rumah kaca (Green House Gases, GHG). Kondisi ini mendorong para pemimpin dari berbagai Negara yang tergabung dalam The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) untuk terus menyerukan tindakan dan komitmen yang lebih besar dari negara-negara industri maju dalam mengurangi emisi gas karbondioksida (CO 2 ) melalui penyelenggaraan konferensi perubahan iklim dunia, sebagai tindak lanjut dari Protokol Kyoto yang diselenggarakan di Jepang. Dari konferensi diharapkan setiap Negara mampu membuat kebijakan yang dapat dijadikan solusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Peningkatan konsumsi energi listrik dan pengurangan dampak lingkungan yang semakin kompleks dalam memenuhi kebutuhan ekonomi telah menimbulkan kesadaran bersama bagi Negara berkembang untuk melakukan pembangunan berkelanjutan melalui mekanisme Clean Development Mechanism (CDM) dalam bentuk pemanfaatan potensi sumber energi terbarukan (renewables) untuk pembangkit tenaga listrik. Dengan mempertimbangkan rasio elektrifikasi di Indonesia sampai dengan tahun 2012 sebesar 75,83 % [1] dan Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025 yang memberikan sasaran peningkatan pencapaian energi baru terbarukan pada tahun 2025 menjadi 5 % [2] maka perlu upaya melakukan diversifikasi energi pada pembangkit tenaga listrik dengan memprioritaskan pemanfaatan energi baru terbarukan secara optimal. Kebijakan dalam

new1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jk

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ketersediaan sumber energi tak terbarukan berupa energi fosil yang semakin

    berkurang merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis energi dunia.

    Fenomena ini juga berdampak pada sektor energi listrik dunia yang menuju

    ambang kritis dikarenakan pemenuhan energi listrik sebagian besar masih disuplai

    dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi fosil. Selain itu, efek

    yang ditimbulkan dari hasil pembakaran energi fosil untuk kegiatan industri

    pembangkit dapat menimbulkan permasalahan pencemaran lingkungan berupa

    polusi udara yang memicu adanya efek gas rumah kaca (Green House Gases,

    GHG). Kondisi ini mendorong para pemimpin dari berbagai Negara yang

    tergabung dalam The United Nations Framework Convention on Climate Change

    (UNFCCC) untuk terus menyerukan tindakan dan komitmen yang lebih besar dari

    negara-negara industri maju dalam mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2)

    melalui penyelenggaraan konferensi perubahan iklim dunia, sebagai tindak lanjut

    dari Protokol Kyoto yang diselenggarakan di Jepang. Dari konferensi diharapkan

    setiap Negara mampu membuat kebijakan yang dapat dijadikan solusi untuk

    mengurangi dampak perubahan iklim. Peningkatan konsumsi energi listrik dan

    pengurangan dampak lingkungan yang semakin kompleks dalam memenuhi

    kebutuhan ekonomi telah menimbulkan kesadaran bersama bagi Negara

    berkembang untuk melakukan pembangunan berkelanjutan melalui mekanisme

    Clean Development Mechanism (CDM) dalam bentuk pemanfaatan potensi

    sumber energi terbarukan (renewables) untuk pembangkit tenaga listrik.

    Dengan mempertimbangkan rasio elektrifikasi di Indonesia sampai dengan

    tahun 2012 sebesar 75,83 % [1] dan Blue Print Pengelolaan Energi Nasional

    2005-2025 yang memberikan sasaran peningkatan pencapaian energi baru

    terbarukan pada tahun 2025 menjadi 5 % [2] maka perlu upaya melakukan

    diversifikasi energi pada pembangkit tenaga listrik dengan memprioritaskan

    pemanfaatan energi baru terbarukan secara optimal. Kebijakan dalam

  • 2

    pemanfaatan energi baru terbarukan sebagai sumber energi listrik harus tetap

    memperhatikan aspek teknis, ekonomi, dan keselamatan lingkungan hidup.

    Sehingga sumber energi baru terbarukan dapat dijadikan sebagai solusi energi

    alternatif dalam mengatasi krisis energi listrik di Indonesia.

    Pertumbuhan ekonomi dan permintaan kebutuhan akan tenaga listrik yang

    terus meningkat perlu diimbangi dengan usaha penyediaan tenaga listrik yang

    mencukupi. Usaha penyediaan tenaga listrik meliputi usaha pembangkitan,

    transmisi, distribusi dan penjualan tenaga listrik [3]. Ketersediaan suplai tenaga

    listrik secara kontinyu dengan mutu yang baik dan memenuhi standar keselamatan

    ketenagalistrikan sangat diperlukan guna mewujudkan sistem ketenagalistrikan

    nasional yang berkelanjutan andal, aman dan akrab lingkungan.

    Letak geografis Pantai Pandansimo di pesisir selatan Pulau Jawa memiliki

    potensi energi terbarukan dari sumber energi matahari yang bersinar sepanjang

    hari dan energi angin dengan intensitas kecepatan angin rata-rata 4 m/s [4].

    Kondisi ini cukup layak untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi hibrid. Hal ini

    telah diimplementasikan melalui pembangunan PLTH Pandansimo yang

    merupakan hasil kerjasama dari Pemerintah, pihak swasta, pihak perguruan tinggi,

    dan masyarakat sekitar. Pengembangan PLTH ini dilatarbelakangi adanya upaya

    pemanfaatan energi terbarukan untuk mewujudkan daerah mandiri energi. Adanya

    PLTH telah membuat daya tarik bagi Pemerintah DIY untuk mengembangkan

    objek wisata di Pantai Baru Pandansimo Bantul dan pemberdayaan masyarakat

    nelayan dalam meningkatkan perekonomian.

    Pada tahun 2012 telah terjadi gangguan alam yang mengakibatkan

    kerusakan pada beberapa komponen sistem PLTH, sehingga mempengaruhi

    kinerja sistem dalam memanfaatkan potensi energi terbarukan untuk

    menghasilkan energi listrik. Hal ini sangat berdampak bagi masyarakat pengguna

    energi listrik yang mengandalkan suplai listrik dari PLTH Pandansimo, adanya

    sistem jaringan distribusi tegangan rendah milik PT PLN (Persero) yang telah

    masuk dalam Kawasan Wisata Pantai Baru Pandansimo diharapkan dapat

    memberikan dampak positif bagi keberlangsungan sistem PLTH Pandansimo.

  • 3

    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis ingin melakukan

    penelitian mengenai Analisis Kinerja Sistem Pembangkit Listrik Tenaga

    Hibrid (Angin Dan Surya) Di Pantai Baru Pandansimo Bantul Yogyakarta.

    1.2 Perumusan masalah Masalah yang dirumuskan pada penelitian ini adalah

    Bagaimana cara untuk mengetahui kinerja sistem PLTH Pandansimo dalam

    menjamin suplai pasokan listrik bagi pengguna energinya.

    Bagaimana cara untuk mengetahui peningkatan kinerja PLTH pandansimo

    dalam produksi energi listrik dengan adanya grid ditinjau dari perspektif

    ekonomi.

    1.3 Keaslian penelitian

    Penelitian tentang evaluasi sistem pembangkit hibrid untuk suplai energi

    listrik dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan telah banyak dilakukan di

    beberapa Negara. Diantaranya penelitian yang telah dilakukan oleh Anwari M [5]

    tentang evaluasi sistem hibrid angin dan disel di Pulau Pemanggil Malaysia

    menggunakan HOMER (Hybrid Optimization Model for Electric Renewable),

    hasil penelitian menunjukkan bahwa optimasi sistem hibrid dapat dilakukan

    melalui evaluasi sistem berdasarkan nilai Net Present Cost (NPC), Cost of Energy

    (COE) dan dampak emisi gas yang dihasilkan sistem. Hal sama juga di

    kemukakan oleh Liu Gang dalam penelitiannya untuk mengetahui kelayakan dari

    masing-masing sistem hibrid berdiri sendiri (Stand-alone) di tujuh kota Negara

    bagian Australian yang terdiri dari panel surya, turbin angin dan biomas [6].

    Selain itu, dengan mengetahui nilai NPC dan COE maka dapat ditentukan

    konfigurasi optimal dari komponen penyusun pembangkit hibrid yang sesuai

    untuk suatu daerah, sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Hasan

    Khurshid dalam mendesain sistem hibrid 50 kW di Bangladesh, hasil penelitian

    menunjukkan bahwa konfigurasi komponen pembangkit hibrid menggunakan

    panel surya, turbin angin dan generator lebih layak dibandingkan apabila tiap

    komponen pembangkit berdiri sendiri untuk mensuplai beban [7].

  • 4

    Kelayakan sistem pembangkit juga dapat dilakukan melalui optimasi. Hal

    ini didasarkan pada sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Baharudin pada

    sebuah sistem pembangkit mini-grid untuk suplai listrik unit pengolahan air laut

    menjadi air tawar (Desalination), hasil penelitian menunjukkan bahwa optimasi

    menggunakan HOMER dengan menvariasi ukuran dan kapasitas dari komponen

    pembangkit, maka akan didapatkan nilai NPC terkecil sebagai sistem yang layak

    dari konfigurasi komponen penyusun sistem hibrid yang digunakan [8]. Selain itu,

    nilai NPC juga dapat dipengaruhi dengan memasukkan variable sensitivitas

    (radiasi matahari dan kecepatan angin) yang digunakan dalam simulasi HOMER,

    sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Sureshkumar U pada sistem hibrid

    energi terbarukan yang menggunakan energi matahari dan energi angin di India

    [9].

    Berbeda dari penelitian sebelumnya, dalam penelitian pada sistem panel

    surya 1 MW untuk kebutuhan industri kecil di Malaka Malaysia, Anwari M

    menggunakan HOMER untuk melakukan pemodelan dan simulasi sistem

    terhubung dengan grid (On-Grid), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai

    NPC sistem lebih tinggi jika Grid terhubung dengan sistem panel surya, akan

    tetapi adanya koneksi ini dapat mengurangi konsumsi energi jaringan [10].

    Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu, ternyata perangkat lunak

    HOMER telah banyak digunakan dalam membantu penelitian terkait dengan studi

    sistem pembangkit hibrid. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitan Tesis

    ini lebih menekankan pada analisis kinerja dan ekonomi sistem pembangkit listrik

    tenaga hibrid (angin dan surya) di Pantai Baru Pandansimo Batul Yogyakarta,

    analisis dilakukan melalui pemodelan dengan bantuan perangkat lunak HOMER

    untuk kondisi PLTH Pandansimo Off-Grid dan On-Grid. Hasil dari analisis ini

    merupakan data kinerja sistem PLTH Pandansimo dan peningkatan kinerja sistem

    PLTH Pandansimo dalam produksi energi listrik ditinjau dari sisi ekonomi.

  • 5

    1.4 Tujuan Penelitian

    Tujuan dalam penelitian ini adalah

    1. Melakukan analisis kinerja sistem PLTH Pandansimo dengan bantuan

    perangkat lunak HOMER untuk kondisi Off-Grid.

    2. Rekonfigurasi untuk analisis peningkatan kinerja dan ekonomi sistem PLTH

    Pandansimo melalui simulasi menggunakan HOMER untuk kondisi On-Grid.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat

    antara lain:

    1. Dapat mengetahui kinerja sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (Angin

    dan Surya) Pandansimo kondisi Off-Grid dalam mensuplai kebutuhan energi

    listrik.

    2. Dapat mengetahui konfigurasi peralatan pembangkit yang optimal untuk

    peningkatan kinerja sistem pembangkit hibrid.

    3. Dapat memberikan rekomendasi dalam upaya peningkatan usaha penyediaan

    tenaga listrik menggunakan energi terbarukan.