Upload
amalia-shalihah
View
59
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS MATA KULIAH AMDAL
Pelingkupan KA-AMDAL Rencana Pembangunan Dermaga Pelabuhan
Kapal Air
OLEH :
Candra Raharja P 140410100010
Frisca Yanari 140410100042
Jaka Anugrah 140410100053
Amalia Shalihah 140410100061
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
Proses Pelingkupan KA-AMDAL Rencana Pembangunan Dermaga Pelabuhan Kapal Air Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
1. Deskripsi Kegiatan
1.1. Lokasi Dan Skala/Volume/Lebar Dari Perencanaan Bisnis/Usaha Dan Kegiatan
Bertempat di Meulaboh, Aceh Barat. Jalur landai ferry dan jembatan dan area tambatan kapal
sepanjang 100 meter menggunakan tambat kapal lumba-lumba/dolphin.
Komponen-komponen di bawah ini akan di bangun :
Jalur akomodasi penumpang dan kendaraan
Tambat kapal model lumba-lumba/dolphin
Area untuk penempatan kargo/barang sementara
Bangunan administrasi, termasuk kantor, ruang tunggu penumpang, toilet dan kios
Area yang akan digunakan baik untuk pelabuhan komersial yang baru dan terminal ferry kira-
kira 4 (empat) hektar. Di bawah ini bagian-bagian yang akan didesain:
Daerah untuk kegiatan bongkar muat
Bangunan untuk transit dan gudang penyimpanan
Depot BBM
Area gudang penyimpanan untuk container
Perkantoran dan bangunan sekuriti/keamanan
Lampu/penerangan untuk keamanan
1.2. Jenis Perencanaan Bisnis Dan Kegiatan
Pelabuhan Komersial dan Terminal Ferry
1.3. Produksi Yang Akan Dihasilkan
Tidak ada produksi atau barang apapun yang akan dihasilkan tetapi untuk Pelabuhan
Komersial kemungkinan akan menjadi pelabuhan bongkar muat barang. Kemungkinan adanya
kegiatan ekspor CPO di masa mendatang.
1.4. Rencana Bisnis/Usaha Atau Kegiatan Alternatif Yang Akan Dianalisa Atau Diperiksa Di
Dalam Amdal
Ini adalah semata-mata proyek pembangunan pelabuhan komersial baru dan pengganti dari
terminal/pelabuhan ferry yang telah ada.
1.5. Instansi Pemerintah Dan Bagian Lain Yang Berpotensi Terpengaruh Atau Berpengaruh
Terhadap Rencana Usaha Dan Kegiatan
Dinas Perhubungan Darat
Pemerintahan Lokal/Bupati
Kemungkinan Pelindo (tergantung siapa yang akan bertanggung jawab atas operasional
pelabuhan nanti nya).
1.6. Ringkasan Rencana Kegiatan
Denah pembangunan kembali dermaga ferry dan peningkatan dermaga sementara Pelabuhan
Meulaboh dapat dilihat pada Gambar 1.
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan mencakup:
1. Peningkatan jalan akses ke pelabuhan dan pembangunan jalan internal pelabuhan.
2. Peningkatan dermaga cargo dengan semua kelengkapannya (causeway, anjungan bongkar-muat,
dolpin tambat).
3. Pembangunan dermaga ferry baru dengan semua kelengkapannya (trestle, anjungan bongkar-
muat, dolpin tambat, dolpin sandar).
4. Pembangunan rambu pelayaran.
5. Pembangunan terminal penumpang ferry.
6. Pembangunan lapangan parkir kendaraan penumpang ferry, lapangan parker kendaraan yang
akan diangkut ferry, lapangan parkir truk barang, dan lapangan parkir pengguna pelabuhan.
7. Pembangunan gudang barang dan lapangan penyimpanan terbuka (open storage).
8. Pembangunan depot BBM.
9. Pembangunan fasilitas utilitas.
10. Pembangunan gedung pengelola pelabuhan, termasuk gardu pemeriksaan dan gardu jaga.
11. Pembersihan bekas dermaga ferry yang rusak.
Luas lahan darat yang dialokasikan sebagai kasawan darat Pelabuhan Meulaboh sekitar 4
(empat) ha sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1. Luas kawasan perairan tidak terkuantifikasi
dalam gambar perencanaan yang tersedia.
Gambar 1.1. Denah Rencana Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Meulaboh.
1.7. Perencanaan Kebutuhan Dana
Faktor utama untuk menentukan layaknya suatu proyek adalah memperkirakan kebutuhan
dana yang perlu untuk di investasikan untuk pembangunan proyek investasi tersebut sehingga dapat
beroperasi. Perhitungan biaya akan dikonversikan ke dalam mata uang USD, sesuai dengan besarnya
nilai tukar yang diprediksikan. Pembiayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu capital expenditure dan
initial operation expenses.
Dapat dirangkum disini, total capital expenditure dan intial operation untuk pembangunan
kawasan pelabuhan menjadi sebesar:
Tabel 1.1 Total Biaya Investasi Awal Kawasan
No Keterangan Biaya (IDR) Biaya (USD)1 Lahan IDR 17,850,000,000.00 $ 1,487,500.002 Bangunan Kawasan IDR 1,932,000,000.00 $ 161,000.003 Dermaga IDR 25,760,000,000.00 $ 2,146,666.674 Tangki Timbun IDR 237,417,600,000.00 $ 19,784,800.005 Infrastruktur Kawasan IDR 34,361,592,966.21 $ 2,863,466.086 Desain IDR 672,000,000.00 $ 56,000.007 Other IDR 1,000,000,000.00 $ 83,333.33
Total IDR 318,993,192,966.21 $ 26,582,766.08
Semua biaya yang dicantumkan di atas sudah memasukkan unsur perhitungan sebagai berikut:
• PPN sebesar 10%
• Biaya supervisi sebesar 2% dari nilai kontrak
Sedangkan akan ada initial operation expenses yang timbul dari pengoperasian proyek
investasi ini, pihak manajemen memperkirakan adanya biaya lain-lain yang mencakup biaya
perizinan, biaya kunjungan pihak manajemen ke lokasi proyek, biaya bantuan hukum, biaya
peresmian, dan biaya pemasaran yang dapat mencapai sejumlah IDR 1.000.000.000,-
2. Rona Lingkungan
2.1. Kondisi fisik dan lingkungan
2.1.1. Konfigurasi Wilayah
Wilayah daratan Aceh terdiri atas daratan utama (mainland) di Pulau Sumatera
beserta 119 pulau(sumber: RUTR Wilayah Pesisir Aceh, data dari Departemen Dalam Negeri
menyebutkan total ada 663 pulau, dengan rincian: 205 pulau telah bernama, dan 458 pulau
belum bernama), paling tidak ada 9 pulau seperti : Pulau Simeulue (Kab. Simeulue), Pulau
Tuangku, Pulau Ujungbatu, Pulau Balai, Pulau Nibong (di Kepulauan Banyak Kab. Aceh Singkil),
Pulau Weh (Kota Sabang), serta Pulau Breueh, Pulau Nasi, Pulau Bunta (di Pulo Aceh Kab.
Aceh Besar). Selain pulau-pulau tersebut, pulau-pulau lainnya relatif merupakan pulau-pulau
kecil. Dengan konfigurasi demikian dan terletak di tepi perairan laut, maka selain daratan di
pulau utama (mainland) Pulau Sumatera dan pulau-pulau besar dan kecil, juga ada wilayah
laut kewenangan Aceh yaitu sejauh 12 mil-laut dari garis pantai dan/atau garis pangkal
menurut pulau-pulau terluar.
2.1.2. Ketinggian / Elevasi
Di pesisir timur, bagian wilayah dengan ketinggian < 500 meter di atas permukaan laut
(dpl) relatif lebih ”merata” lebarnya dari garis pantai, sementara di pesisir barat menunjukkan
kondisi yang relatif lebih lebar di sekitar Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Singkil, dan
Subulussalam; sementara yang relatif sangat sempit di sekitar Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh
Selatan, dan Aceh Barat Daya. Ketinggian diatas 3.000 m dpl terdapat di kompleks Gunung
Leuser.
2.1.3. Fisiografi Wilayah Aceh Barat
Dataran rendah di bagian barat terdapat terletak sejak dari sekitar muara Sungai
Alas/Singkil, muara Krueng Tripa, sampai muara Krueng Teunom, dataran ini berhampiran
atau diapit oleh barisan pegunungan berlereng terjal yang merupakan tempat mengalir nya
sungai-sungai yang relatif pendek dan deras ke bagianl embah yang datar di pesisir.
Pegunungan bagian utara terletak di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Aceh Jaya, dan
Aceh Barat. Pegunungan bagian utara ini merupakan bukit-bukit yang saling terpisah, yang
antara lain terdiri atas Kompleks Gunung Seulawah (1.762 m), Kompleks Gunung Ulu Masen
(2.390 m), dan Komplek Gunung Peut Sagoe (2.780 m).
Pegunungan bagian selatan terletak di Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh
Barat Daya, dan Aceh Selatan. Pegunungan bagian selatan ini terdiri dari tiga baris
pegunungan sejajar. Jajaran paling selatan dengan pegunungan paling tinggi adalah Gunung
Leuser (3.466 m) yang merupakan gunung tertinggi di Aceh.
2.1.4. Klimatologi
Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) curah hujan rata-rata tahunan bervariasi
dari hampir 5000 mm per tahun di bagian lereng barat Bukit Barisan sampai kurang dari 1500
mm per tahunan di pelembahan bagian timur Bukit Barisan. Pada lereng bagian barat Bukit
Barisan (termasuk kabupaten Aceh Barat) hujan melimpah sepanjang tahun. Curah hujan
bimodal dengan puncak pada bulan April, Mei dan sekitar Oktober dan November, cukup
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman padi dua kali tanam setahun, bila sifat tanah nya
mendukung.
Menurut Oldeman et al., (1979), Kabupaten Aceh Barat termasuk zone A (bulan basah
> 9 bulan dan tanpa bulan kering) dan zone B (bulan basah 7-9 bulan dengan bulan kering
kurang dari dua bulan). Semakin ke arah barat, curah hujannya semakin tinggi. Di sekitar
Meulaboh, hampir setiap bulan mempunyai curah hujan bulanan rata-rata > 200 mm dengan
puncak musim hujan terjadi pada bulan April dan Oktober. Zone B menempati wilayah antara
pantai barat yang basah dan dataran sebelah timur nya serta sebagian besar lereng Bukit
Barisan. Curah hujan bulanan dan jumlah hari hujan hasil pencatatan di Stasiun Meteorologi
Bandar Udara Cut Nyak Dien, Kabupaten Nagan Raya disajikan pada Tabel 1.
Fluktuasi suhu rata-rata bulanan dalam setahun kecil. Perbedaan suhu antara bulan
terpanas (sekitar Mei dan November-Desember) dan bulan terdingin (Januari dan Juni)
kurang dari 2oC. Variasi suhu udara umumnya berkaitan dengan ketinggian tempat dari
permukaan laut. Suhu maksimum dan minimum rata-rata bulanan di Meulaboh dan
sekitarnya, disajikan pada Tabel 2.1.
2.1.5. Sistem Lahan Pesisir Barat
Kawasan yang berupa rawa terdapat sistem lahan MDW (Mendawai) yaitu di Rawa Singkil,
dan sistem lahan BBK (Benjah Bekasik) yaitu di Rawa Tripa. Selain itu setempat-setempat
terdapatsistem lahan PTG (Putting), MPT (Maput), dan TNJ (Tanjung).
2.2. Kondisi Keanekaragaman Hayati
Aceh dibatasi oleh Selat Malaka di sebelah timur dan Samudera Hindia di sebelah barat. Dua
perairan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Perairan barat Aceh didominasi oleh
ekosistem terumbu karang yang memagari pesisir Aceh mulai dari sebelah utara menuju perairan
barat Aceh hingga perbatasan dengan Sumatera Utara. Di sebelah timur, sungai yang bermuara ke
selat Malaka lebih banyak daripada sungai yang bermuara ke Samudera Hindia. Masukan air sungai
tersebut menciptakan karakteristik substrat yang berbeda di wilayah laut. Perairan timur Aceh
didominasi oleh substrat pasir di sepanjang laut pesisir nya, terumbu karang dapat ditemukan di
sebagian kecil wilayah timur Aceh seperti Laweung di Pidie atau Jambo Aye di Aceh Utara.
2.3. Kondisi Pariwisata
Jenis Pariwisata di Aceh Barat : wisata alam , wisata bahari, wisata budaya, wisata ekologi,
wisata kota, dan wisata minat khusus. Ada beberapa faktor untuk identifikasi distribusi objek-objek
wisata di Aceh Barat:
• faktor letak geografis yaitu kedekatan satu wilayah dengan wilayah yang lainnya,
• faktor jarak yaitu jarak dari satu wilayah dengan wilayah yang lainnya,
• faktor aksesibilitas yaitu tingkat kemudahan pencapaian baik jalur transportasi maupun angkutan,
dan
• faktor pelayanan kota yaitu pelayan suatu kota terhadap kebutuhan dari pada penduduk nya
2.4. Kondisi Ekonomi Aceh Barat
Aceh Barat Daya mengandalkan sektor pertanian dan perdagangan untuk kelangsungan
perekonomiannya. Hal ini ditunjang dengan posisinya yang sangat strategis di jalur dagang kawasan
barat Aceh, khususnya kota Blangpidie yang sejak dulu menjadi pusat perdagangan di pantai barat
Aceh. Berikut ini merupakan struktur ekonomi di Aceh Barat:
• Pertanian (26.88 %)
• Pertambangan & Penggalian (7.51 %)
• Perdagangan, Hotel & Restoran (20.30 %)
• Industri (10.23 %)
• Jasa-Jasa (18.1 %)
• Pengangkutan & Komunikasi (7,55 %)
• Konstruksi (7,55 %)
• Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan(1.90 %)
• Listrik, Gas & Air Bersih (0,38 %)
3. Hasil Konsultasi dengan Publik
Konsultasi dan diskusi dengan:
3.1. Pemerintah Provinsi
Pembangunan dermaga pelabuhan kapal air menurut pemerintah provinsi dinilai memiliki
potensi yang bagus untuk menambah perekonomian daerah. Hal ini dikarenakan apabila pelabuhan
kapal ini terealisasi maka lalulintas perdagangan yang menggunakan jalur laut dari seluruh pelosok
menjadi lancar, sehingga aktivitas perdagangan dapat terus berlangsung. Selain itu dengan adanya
pembangunan ini maka akan dapat menambah lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat
yang berdampak pada berkurang nya pengangguran. Selain itu, dampak positif lain yang ditimbulkan
dari adanya pelabuhan ini adalah pemasukan pajak bagi pemerintah provinsi. Namun selain
banyaknya dampak positif, pemerintah provinsi juga menyayangkan dampak lingkungan yang
kemungkinan akan ditimbulkan seperti kemungkinan adanya pencemaran laut, udara, dan tanah;
merusak terumbu karang; perubahan ekosistem pantai; perusakan berbagai habitat biota laut; dll.
3.2. Para Pakar
Hasil konsultasi dengan para pakar baik pakar lingkungan ataupun pakar pembangunan,
menganggap bahwa pembangunan dermaga kapal air ini dinilai akan mampu merubah ekosistem
yang ada karena pembangunan nya yang berada di kawasan pantai. Selain itu dapat pula
menyebabkan perubahan iklim mikro serta kemungkinan kerusakan berbagai habitat makhluk hidup
yang tinggal di sekitar jalur pembangunan. Menurut pakar pembangunan, dermaga yang akan
dibangun memiliki dua dampak, yaitu dampak positif dan negative. Dampak negatif nya adalah
kemungkinan akan memakan waktu yang sangat lama dan memerlukan biaya yang besar serta
tenaga ahli yang dibutuhkan juga harus yang benar-benar professional. Selain itu dampak negatif
lain pembangunan ini adalah kebisingan pada lalulintas darat serta kerusakan akses jalan raya yang
digunakan sebagai sarana pengangkutan bahan-bahan bangunan. Kemungkinan terjadi nya
demonstrasi akibat masyarakat yang terganggu dengan kegiatan konstruksi, dll. Selain itu ada pula
dampak positif yang didapat dari pembangunan ini adalah daerah tersebut menjadi lebih dikenal
luas oleh masyarakat yang berdampak pada pemasukan daerah nya, serta kemungkinan lapangan
pekerjaan bertambah bagi masyarakat setempat.
3.3. Pemrakarsa
Para pemrakarsa menilai bahwa pembangunan dermaga pelabuhan ini memiliki potensi
ekonomi yang tinggi bagi daerah tersebut, kemudian adanya kemungkinan investor asing yang
menanam modal di kegiatan pembangunan tersebut membuat sarana dan prasarana di dalam
pelabuhan tersebut menjadi lebih bagus dan menambah pemasukan pula bagi daerah. Namun
dalam pembangunan nya kemungkinan akan timbul banyak sekali dampak lingkungan yang akan
ditimbulkan seperti kerusakan jalan, hilang nya salah satu habitat bagi makhluk hidup, perubahan
udara menjadi lebih panas dari biasanya, dll. Untuk dampak sosial yang ditimbulkan dapat berakibat
pada masyarakat setempat yang memprotes lahan nya berubah menjadi kegaduhan serta membuat
perubahan kebiasaan masyarakat seperti yang biasanya bermata pencaharian sebagai nelayan
mungkin dapat berubah menjadi kurir pembangunan tersebut. Namun secara keseluruhan,
pemrakarsa setuju akan pembangunan ini.
3.4. Instansi yang Bertanggungjawab
Badan pemerintah yang bertanggungjawab pada proyek pembangunan ini berpendapat bahwa
kegiatan pembangunan diperkirakan tidak akan menimbulkan dampak sosial dan lingkungan yang
sangat buruk seperti yang telah diperkirakan. Pihak terkait dapat menjamin bahwa pembangunan
pelabuhan tidak akan sampai mengganggu sepenuhnya lahan-lahan lain yang biasa dipergunakan
oleh masyarakat setempat. Kemudian dari pemekaran daerah pantai yang akan dibangun seperti
mangrove dan terumbu karang yang terkena dampak, akan dilakukan program konservasi di daerah
lain yang masih berada di sekitar daerah tersebut sebagai upaya penggantian lahan yang tergantikan
tersebut. Untuk pencemaran lingkungan seperti udara dan laut khusus nya akan ditanggulangi
dengan meminimalisir kegiatan pembangunan dan pengolahan limbah nya sedemikian rupa agar
tidak timbul pencemaran yang lebih besar. Dari segi social, masyarakat setempat akan diberdayakan
sebagai tenaga kerja sehingga dapat menambah lapangan kerja dan meminimalkan pengangguran.
Selain itu apabila pembangunan ini telah selesai dibangun maka masyarakat setempat juga menjadi
bagian dalam dermaga pelabuhan ini baik sebagai tenaga honorer ataupun pekerja tetap di kantor
nya.
3.5. Masyarakat yang Berkepentingan
Sebagian masyarakat setuju bila pembangunan pelabuhan ini dilakukan sementara sebagian
lainnya kurang setuju. Banyak diantara mereka menganggap bahwa pembangunan ini hanya
menimbulkan kerusakan saja bagi kegiatan utama mereka sebagai nelayan. Selain itu adanya
pembangunan ini menurut masyarakat uang penggantian lahan nya dinilai tidak sepadan dengan
yang diberikan oleh pihak terkait. Namun dibalik itu semua masyarakat setuju akan pembangunan
yang dilakukan karena dampak positif lain seperti penambahan lapangan pekerjaan dan
kemungkinan hidup yang lebih baik dapat tercapai akibat lokasi mereka menjadi ramai dan dikenal
oleh masyarakat luas.
4. Dampak Potensial
Dampak potensial yang teridentifikasi merupakan hasil interaksi antara komponen
lingkungan hidup dengan rencana kegiatan usaha pembangunan Pelabuhan. Interaksi komponen
lingkungan yang diperkirakan akan mengalami perubahan (terkena dampak) karena rencana
kegiatan usaha pembangunan pelabuhan sebagai sumber dampak disajikan dalam bentuk matriks
interaksi dampak sebagaimana yang tertuang pada tabel di bawah ini. Kegiatan yang diprakirakan
akan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan yang diamati diberi tanda (x).
Tabel 4.1. Matriks Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan Usaha Pembangunan Pelabuhan Kapal Air
Komponen Lingkungan
A B C D
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 78
9 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3a b c d e f
A. FISIK KIMIA
1. Iklim Mikro X
2. Kualitas Udara
X X X X X X X X X X X X X
3. Kebisingan X X X X X X X X X X X
4. Bentang Alam
X
5. Kualitas Sungai
X X
6. Sedimentasi Laut
X X X
7. Kualitas Perairan Laut
X X X X X X X X X X X X
8. Kualitas Tanah
X X X X X X X X X X X X X
9. Banjir X X
10. Abrasi X X X X
B. Biologi1. Keanekaraga
man VegetasiX
2. Habitat Satwa
X
3. Keanekaragaman Satwa
X
4. Biota Laut/Akuatik
X X
C. SOSIAL EKONOMI BUDAYA
1. Kependudukan
X X
2. Partisipasi dan Kesempatan Kerja
X X X X X
3. Pendapatan Masyarakat
X X X
4. Aksesibilitas X X X X
5. Perekonomian Lokal
X X X X
6. Penerimaan Asli Daerah (PAD)
X X X
7. Sikap dan Persepsi
X X X X X X X X X X
D. KESEHATAN MASYARAKAT
1. Sanitasi Lingkungan
X X X X X X
2. Pola Penyakit
X X X X X
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
X X X X X X X X X X X X X X X X X
Keterangan:
A. Pra Konstruksi1. Penetapan Lokasi 2. Perizinan
a. Badan Hukum Usahab. Izin Tanahc. Izin Instansi Terkait
3. Sosialisasi4. Rekruitment dan Seleksi Tenaga Kerja5. Survei Kelayakan Teknis (oleh Pemrakarsa dan
C. Operasi1. Rekrutmen tenaga kerja operasional.2. Pembuatan kapal (ship building), perbaikan
kapal (ship repairing), dan pemeliharaan kapal (ship maintenance).
3. Pembuatan bangunan lepas pantai (rig).4. Pengangkutan bahan baku dan produk.5. Pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja6. Operasional Lalu Lintas Darat
Instansi terkait)B. Konstruksi
1. Penyiapan lahan.2. Mobilisasi alat dan material.3. Penerimaan tenaga kerja konstruksi. 4. Pembuatan base camp5. Pemasangan Tiang Pancang6. Pembangunan Talud7. Pembangunan Cusway, Trestle dan Dermaga8. Pembangun Fasilitas Pelabuhan
a. Pemasangan Jaringan Listrikb. Pembangunan Gorong-gorongc. Pembangunan kantor d. Jalan aksese. Pengerasan dan Pelapisan Lahan Pelabuhanf. Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi
7. Bongkar MuatD. Pasca Operasi
1. Penutupan lahan limbah cair.2. Demobilisasi peralatan3. Penutupan lahan tempat pembuangan limbah
Padat.
5. Prioritas Dampak Penting Hipotetik (Isu-Isu Pokok)
Evaluasi dampak potensial dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan yang dalam
hal ini dapat diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL dengan mempertimbangkan hasil konsultasi
dan diskusi dengan pakar, instansi yang bertanggung jawab serta masyarakat yang berkepentingan.
Tujuan kegiatan ini adalah menghilangkan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak
penting, sehingga diperoleh daftar dampak penting hipotetik yang dipandang perlu dan relevan
untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak penting hipotesis yang
dihasilkan pada tahap ini belum tertata secara sistematis. Metode yang digunakan adalah :
Diskusi
Diskusi dilakukan di antara anggota tim, antara anggota tim dengan pemrakarsa kegiatan,
dengan institusi terkait serta dengan masyarakat setempat yang berpotensi terkena dampak.
Pengamatan lapangan
Pengamatan lapang dilaksanakan oleh ketua tim bersama anggota untuk mengidentifikasi
dampak potensial secara mendalam melalui pengumpulan data sekunder, observasi lapangan dan
wawancara.
Penggunaan tujuh kriteria dampak penting,
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai sifat penting dampak berdasarkan Keputusan Kepala
BAPEDAL No. 056 Tahun 1994 mengenai 7 (tujuh) kriteria dampak penting. Evaluasi dampak penting
menunjukkan sifat dampak, sinergistik dan kumulatif dampak, sehingga dapat ditentukan penting
tidaknya dampak, melalui : 1) jumlah manusia yang terkena dampak, 2) luas wilayah persebaran
dampak, 3) intensitas dampak, 4) sifat kumulatif dampak, 5) lamanya dampak berlangsung, 6)
berbalik tidaknya dampak, serta 7) banyaknya komponen lain yang terkena dampak. Selanjutnya
berdasarkan proses evaluasi dampak potensial tersebut diperoleh dampak penting hipotetik sebagai
berikut :
5.1. Perubahan Bentang Alam
Kegiatan pada tahap konstruksi dan operasi seperti penyiapan lahan dan pembangunan
prasarana dan sarana berimplikasi pada perubahan bentang alam di tapak proyek. Abrasi akibat
penyiapan lahan dan pembuatan jalan secara langsung dapat merubah bentang alam. Demikian
halnya dengan banjir yang diprakirakan terjadi akibat drainase yang buruk dan hilangnya vegetasi
juga dapat menimbulkan perubahan bentang alam. Upaya penghijauan yang dilakukan secara
terpadu diharapkan dapat memperbaiki kondisi bentang alam. dampak penting hipotetik yang
membentuk isu pokok adalah Bentag alam, abrasi dan banjir.
5.2. Keanekaragaman dan Produktivitas Hayati
Baik kegiatan pada tahap konstruksi maupun pada tahap operasi akan menyebabkan perubahan
pada keanekaragaman dan produktivitas hayati. Upaya penghijauan serta upaya untuk mematuhi
prosedur kerja yang benar diharapkan dapat menimalisir perubahan kondisi keanekaragaman dan
produktivitas hayati dan mengarah pada kondisi yang membaik. Dampak penting hipotetik yang
membentuk isu pokok ini adalah Iklim Mikro, Kualitas Udara, Kualitas Perairan Darat dan laut,
Keanekaragaman Vegetasi, Habitat Satwa, Keanekaragaman Satwa dan Biota Air.
5.3. Dinamika Sosial
Perubahan kependudukan dan meningkatnya aksesibilitas akan menimbulkan perubahan
dinamika sosial dalam masyarakat. Disamping itu, berbagai kegiatan pembangunan galangan kapal
juga akan menimbulkan sikap dukungan-penerimaan dan/atau sikap penolakan-pertentangan juga
berpengaruh terhadap perubahan dinamika sosial. dampak penting hipotetik pembentuk isu pokok
perubahan dinamika sosial adalah aksesibilitas, kependudukan, sikap penerimaan dan dukungan
dan sikap penolakan dan pertentangan
5.4. Perubahan Perekonomian Daerah
Perekonomian daerah lokasi proyek diprakirakan akan mengalami perubahan seiring dengan
adanya pembangunan pelabuhan. Terbukanya kesempatan kerja yang berimplikasi pada
peningkatan pendapatan masyarakat serta pajak dan munculnya usaha-usaha/mata pencaharian lain
yang dengan adanya kegiatan galangan kapal (multiplier effect) selanjutnya dapat meningkatkan
PAD. Dampak penting hipotetik pembentuk isu pokok adalah kesempatan kerja, pendapatan
masyarakat, peningkatan pendapatan asli daerah dan perekonomian lokal.
6. Pelingkupan Wilayah Studi
Wilayah studi pelaksanaan Analisis Dampak Lingkungan ini meliputi batas rencana kegiatan
pembangunan Dermaga Pelabuhan Kapal Air. Lingkup wilayah studi ditetapkan berdasarkan batas
proyek, batas ekologis, batas administrasi, dan batas sosial.
6.1. Batas Proyek
Batas Wilayah Proyek agar berkonsentrasi pada wilayah kegiatan perbaikan Pelabuhan
Meulaboh sesuai dengan tata ruang yang direncanakan, serta posisi alur pelayaran yang
direncanakan.
6.2. Wilayah Ekologis.
Batas Wilayah Ekologis ditentukan oleh sejauh mana sifat hidro-oseanografi (arus,
gelombang, angkutan sedimen) mempengaruhi penyebaran dampak dari kegiatan konstruksi
dan operasional pelabuhan.
6.3. Batas Wilayah Sosial.
Batas Wilayah Sosial agar difokuskan pada pemukiman di sekitar rencana kegiatan
perbaikan Pelabuhan Meulaboh dan tempat-tempat konsentrasi interaksi sosial antara pengelola
Pelabuhan Meulaboh, penduduk lokal, dan pendatang.
6.4. Batas Wilayah Administrasi.
Batas Wilayah Administrasi ditentukan mulai dari Kelurahan Suak Indra Puri sampai
dengan batas kecamatan yang menaungi kelurahan tersebut.
7. Kepakaran Yang Diperlukan
Dalam studi ANDAL ini agar pemrakarsa dapat menunjuk pelaksana studi yang memiliki
kompetensi dan keahlian yang sesuai dengan bidang yang diteliti sesusai dengan isu-isu utma yang
tertuang dalam Kerangka Acuan ini. Secara minimal, tim studi ANDAL harus memiliki tenaga-tenaga
ahli sebagai berikut:
a. Ahli Lingkungan Hidup (sebagai team leader, dengan syarat sertifikat AMDAL B atau penyusun
berpengalaman tidak kurang dari 5 dokumen AMDAL)
b. Ahli Hydrooceanografi
c. Ahli sosial meliputi:
d. Ahli kependudukan
e. Ahli ekonomi
f. Ahli sosiologi/anthropologi
g. Ahli kualitas udara dan air
h. Ahli Biologi
i. Ahli Kesehatan masyarakat