30
NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN Meity Arianty.,Psikolog Meity Arianty 1

NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

NILAI DAN NORMA

☻HAK DAN KEWAJIBAN

Meity Arianty.,Psikolog

Meity Arianty1

Page 2: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Pembahasan tentang nilai pada

dasarnya merupakan kajian filsafat,

khususnya bidang filsafat yang disebut

aksiologi. Pertanyaan atau pemikirankefilsafatan yang cirinya antara lain kritis

dan mendalam, di sini dimulai dengan

pertanyaan : apakah hakikat nilai itu ?.

Dalam berbahasa sehari-hari sering kali

kita mendengar atau membaca kata

penilaian, yang kata-asalnya adalah

nilai. Nilai yang dalam bahasa Inggrisnya

adalah value biasa diartikan sebagaiharga, penghargaan, atau taksiran.

Maksudnya adalah harga yang melekat

pada sesuatu atau penghargaan

terhadap sesuatu.

Meity Arianty

2

Page 3: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Bambang Daroeso (1986) mengemukakan bahwa nilaiadalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.

Darji Darmodiharjo (1995) mengatakan bahwa nilai adalahkualitas atau keadaan sesuatu yang bermanfat bagimanusia, baik lahir maupun batin.

Sementara itu Widjaja (1985) mengemukakan bahwamenilai berati menimbang, yaitu kegiatan menghubungkansesuatu dengan sesuatu yang lain (sebagai standar), untukselanjutnya mengambil keputusan. Keputusan itu dapatmenyatakan : berguna atau tidak berguna, benar atau tidakbenar, indah atau tidak indah, baik atau tidak baik danseterusnya.

Menurut Fraenkel, sebagaimana dikutip oleh SoenarjatiMoehadjir dan Cholisin (1989), nilai pada dasarnya disebutsebagai standar penuntun dalam menentukan sesuatu itubaik, indah, berharga atau tidak.

Meity Arianty

3

Page 4: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Beberapa ahli punya perbedaan pendapat tentang sifatnilai dari sesuatu, yaitu pendapat yang mengatakan bahwanilai itu bersifat subyektif dan nilai itu bersifat obyektif.

Pengertian nilai itu bersifat subyektif artinya bahwa nilai darisuatu obyek itu tergantung pada subyek yang menilainya. Sebagai ilustrasi, pohon-pohon kelapa yang batangnya bengkokdi suatu pantai sangat mungkin memiliki nilai bagi seorangseniman, tapi tidak bernilai bagi seorang pedagang kayubangunan. Sebuah bangunan tua warisan zaman Belanda yang sudah keropos sangat mungkin memiliki nilai bagi sejarawan, tapitidak demikian halnya bagi orang lain

Meity Arianty

4

Page 5: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Pandangan bahwa nilai itu subyektif sifatnya antara lain dianut olehBertens (1993), yang mengatakan bahwa nilai berperanan dalamsuasana apresiasi atau penilaian dan akibatnya suatu obyek akan dinilaisecara berbeda oleh berbagai orang. Untuk memahami tentang nilai, ia membandingkannya dengan fakta.

Ia mengilustrasikan dengan obyek peristiwa letusan sebuah gunung padasuatu saat tertentu. Hal itu dapat dipandang sebagai suatu fakta, yang oleh para ahli dapat digambarkan secara obyektif. Misalnya para ahlidapat mengukur tingginya awan panas yang keluar dari kawah, kekuatangempa yang menyertai letusan itu, jangka waktu antara setiap letusandan sebagainya. Selanjutnya bersamaan dengan itu, obyek peristiwatersebut dapat dipandang sebagai nilai. Bagi wartawan foto, peristiwaletusan gunung tersebut merupakan kesempatan emas untukmengabadikan kejadian yang langka dan tidak mudah disaksikan olehsetiap orang. Sementara itu bagi petani di sekitarnya, letusan gunungyang debu panasnya menerjang tanaman petani yang hasilnya hampirdipanen, peristiwa itu dipandang sebagai musibah (catatan : ilustrasiyang dicontohkan oleh Bertens tersebut sesungguhnya masih dapatdikritisi, sebab di situ tidak dibedakan antara peristiwa letusan gunungitu sendiri dengan akibat dari letusan gunung).

Meity Arianty

5

Page 6: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Berdasarkan ilustrasi tersebut, Bertensmenyimpulkan bahwa nilai memiliki sekurang-kurangnya tiga ciri.,

Pertama nilai berkaitan dengan subyek. Kalau tidakada subyek yang menilai, maka juga tidak ada nilai.

Kedua, nilai tampil dalam suatu konteks praktis, dimana subyek ingin membuat sesuatu. Dalampendekatan yang semata-mata teoritis, tidak akanada nilai. Dalam hal ini ia mengajukan pertanyaankepada pandangan idealis, apakah pendekatan yang murni teoritis dapat diwujudkan ?

Ketiga, nilai menyangkut sifat-sifat yang “ditambah” oleh subyek pada sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek. Nilai tidak dimiliki oleh obyek pada dirinya

Meity Arianty

6

Page 7: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Sementara itu menurut para filsuf pada zamanYunaniKuno, seperti

Plato dan Aristoles, nilai itu bersifat obyektif. Artinya, nilai suatu obyek itu melekat pada obyeknya dan tidaktergantung pada subyek yang menilainya. MenurutPlato, dunia konsep, dunia ide, dan dunia nilaimerupakan dunia yang senyatanya dan tetap.

Menurut Brandt, sebagaimana dikutip oleh T. Sulistyono (1995), sifat kekekalan itu melekat padanilai. Demikian pula pandangan tokoh-tokoh aliranRealisme Modern, seperti Spoulding, hakikat nilai lebihutama dari pada pemahaman psikologis. Pemahamanmanusia terhadap suatu obyek hanyalah merupakanbagian dari dunia pengalamannya, yang tidak jarangsaling bertentangan serta tidak konsisten. Berbedadengan manusia yang sifatnya “tergantung “, makasubsistensi nilai itu bebas dari pemahaman maupuninteres manusia

Meity Arianty

7

Page 8: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Menghadapi kontroversi pemahaman tentang nilai ini, makadipihak lain dikenal adanya penggolongan nilai intrinsik dannilai intrumental.

Pertanyaan, adakah sesuatu yang bernilai, meskipun tidak ada orang yang memberi nilai kepadanya ? Ini berarti, apakah nilai itu terkandungdi dalam obyeknya ? Sementara pertanyaan lain, apakah nilai itumerupakan kualitas obyek yang diberikan oleh subyek yang memberinya nilai ? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut,

Kattsoff (1996) memberikan ilustrasi tentang nilai sebuah pisau. Apakah suatu pisau dikatakan baik, karena memiliki kualitaspengirisan atau kualitas ketajaman di dalam dirinya? Atau, apakah suatu pisau saya katakan baik, karena dapat sayagunakan untuk mengiris? Terhadap pertanyaan pertama, jikajawabannya “ya”, maka inilah yang disebut nilai instrinsik. Terhadap pertanyaan kedua, jika jawabannya “ya”, maka inilahyang disebut nilai instrumental

Meity Arianty

8

Page 9: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Pendapat yang lebih komprehensif dan sekaligusmengambil jalan tengah dikemukakan olehDucasse, yang menyatakan bahwa nilai ituditentukan oleh subyek yang menilai dan obyekyang dinilai. Sebagai contoh, emas dan permata itumerupakan barang-barang yang bernilai, akantetapi nilai dari emas dan permata itu baru akanmenjadi nyata (riil) apabila ada subyek yang menilainya. Dengan demikian nilai itu merupakanhasil interaksi antara subyek yang menilai dan danobyek yang dinilai.

Meity Arianty

9

Page 10: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Ciri-Ciri Nilai

Menurut K. Bertens ( 2002: 141), nilai

memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.a. Nilai berkaitan dengan subyek. Kalau tidakada subyek yang dinilai, maka tidak ada nilai juga. Entah manusia hadir/tdk, gunung tetap meletus, tp u/ dpt dinilai “ indah” atau “merugikan” letusagunung itu memerlukan kehadiaran subjeku/menilainya.b. Nilai tampil dalam suatu konteks praktis, dimana subyek ingin membuat sesuatu. Dlmpendekatan yg semata-mata teoritis, tdk akn adanilai ( hy akan menjadi pertanyaan apakah suatupedekatan yg murni teoritis bisa diwujudkan )c. Nilai-nilai menyangkut sifat-sifat yang “ditambah” oleh subyek pada sifat-sifat yang dimiliki olek obyek. Nilai tdk dmilikioleh objek ygsama bagi berbagai subjek dpt menimbulkan nilaiyg berbeda-beda.

Meity Arianty

10

Page 11: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Secara aksiologis, nilai itu dibagi macamnya menurut kualitasnilainya, yaitu ke dalam nilai baik dan buruk yang dipelajari olehetika, dan nilai indah dan tidak indah yang dipelajari oleh estetika

Akan tetapi macam-macam nilai kemudian berkembang menjadiberaneka ragam, tergantung pada kategori penggolongannya. Sebagaicontoh, dikenal adanya nilai kemanusiaan, nilai sosial, nilai budaya, nilai ekonmis, nilai praktis, nilai teorits, dan sebagainya. Nilai sosial, nilai budaya dan sebagainya termasuk macam nilai yang didasarkanpada kategori bidang dari obyek nilai. Sedangkan nilai praktis, nilaiteoritis dan sebagainya termasuk macam nilai yang didasarkan padakategori kegunaan obyek nilai itu.

Dengan demikian ragam nilai dapat menjadi sangatbanyak, bahkan semua yang ada ini mengandung nilai. Dengan kata lain, nilai itu dapat melekat pada apa saja, baik benda, keadaan, peristiwa dan sebagainya.

Meity Arianty

11

Page 12: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Robert W. Richey sebagaimana dikutip oleh T. Sulistyono (1991) membagi nilai menjadi tujuh macam, yaitu(1) Nilai intelektual, (2) Nilai personal dan fisik, (3) Nilai kerja, (4) Nilai penyesuaian, (5) Nilai sosial, (6) Nilai keindahan, dan (7) nilai rekreasi.

Sementara itu Notonagoro membagai nilai menjadi tiga

macam, yaitu : 1. nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagiunsur jasmani manusia2. nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakankegiatan atau aktivitas3. nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, yang meliputi : a. Nilai kebenaran atau kenyataan-kenyataan yang bersumber pada unsur akal

manusia (rasio, budi, cipta) b. Nilai keindahan yang bersumber pada rasa manusia (perasaan, estetis) c. Nilai kebaikan atau moral yang bersumber pada kehendak atau kemauan

manusia (karsa, etis) d. nilai relegius yang merupakan nilai Ketuhanan, nilaikerohanian yang tertinggi dan mutlak

Meity Arianty

12

Page 13: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan

kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti

sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Nilai

bersifat abstrak, seperti penilaian baik atau buruknya sesuatu,

penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang

baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar yang dapat

mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat

sesuatu hal dalam kehidupan sosial. Makna dari sebuah nilai

tergantung pada penilaian seseorang.

Setiap manusia memiliki prinsip dalam bertindak. Prinsip

semacam tolak ukur dan rujukan yang membentuk warna

sebuah tindakan. Epistemolgi nilai artinya sumber nilai yang

dirujuk. Secara filosofis, sumber nilai berawal dari akal manusia

sendiri, karena manusia bertindak dengan pertimbangan

akalnya. Membicarakan tiga hal , yaitu objek nilai, cara

memeproleh nilai dan ukuran keberanan nilai.

Meity Arianty

13

Page 14: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukandalam hidup sehari-hari, berdasarkansuatu alasan (motivasi) tertentu dengandisertai sanksi. Sanksi adalahancaman/akibat yang akan diterima apabilanorma tidak dilakukan (Widjaja, 1985)

Moral berasal dari bahasa Latin yaitu mos jamaknya

adalah more , yang memiliki pengertian kebiasaan, adat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 1988,

kata mores masih dipakai dalam arti yang sama, yaitu secara

etimologi kata etika sama dengan etimologi kata moral, yang

berarti adat kebiasaan. ( K. Bertens, 2004)

Meity Arianty

14

Page 15: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Al Rasyidin (2011), menuliskan pengertian moral

yaitu :

“ Secara etimologi, term moral berasal dari

kata mores (Latin) yang maknanya selalu mengacu

pada idea of custom. Dari asal kata ini, Pojman

kemudian memaknai moral sebagai… prinsip-prinsip

tentang perilaku ideal dan aktual.

Sedangkan Piaget, sebagaimana dikutip Djahiri,

membatasi moral sebagai pandangan tentang baik

buruk dan benar salah suatu perilaku atau perbuatan

yang ditampilkan seseorang.

Karenanya, moral merupakan salah satu domainpenting yang menjadi ukuran dalam menilai danmempertimbangkan suatu perilaku, apakah iabaik atau buruk, benar atau salah, lurus ataubengkok. “

Meity Arianty

15

Page 16: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Norma memiliki pengertian suatu ukuran, garis pengarah,

atau aturan, kaidah bagi pertimbangan dan penilaian. Dengan

maksud bahwa jika ada suatu nilai yang sudah tertanam secara

emosional dan mendalam serta sadar bahwa nilai itu menjadi

milik bersama, maka nilai itu akan menjadi suatu norma yang

disepakati dalam satu masyarakat, sehingga kedudukannya

menjadi kuat. Kekuatan norma akan melahirkan sanksi bagi

orang yang melanggarnya, yaitu :

a. Jika anggota masyarakat melaksanakan sesuai

dengan norma yang berlaku, maka akan

diberikan pujian, balas jasa, dsb, sebagai bentuk

imbalan.

b. Jika anggota masyarakat tidak melaksanakan

sesuai dengan norma yang berlaku, maka

hukuman yang diterima dalam bentuk celaan dan

sejenisnya. ( K. Bertens )

Meity Arianty

16

Page 17: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Macam-Macam Norma Dalam kehidupan umat manusia terdapat bermacam-macam norma, yaitu :1. Norma agama, adalah aturan-aturan hidup yang berupa perintah-perintah danlarangan-larangan, yang oleh pemeluknya diyakini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Aturan-aturan itu tidak saja mengatur hubungan vertikal, antaramanusia dengan Tuhan (ibadah), tapi juga hubungan horisontal, antara manusiadengan sesama manusia2. Norma kesusilaan, aturan-aturan hidup tentang tingkah laku yang baik danburuk, yang berupa “bisikan-bisikan” atau suara batin yang berasal dari hatinurani manusia. 3. Norma kesopanan, aturan hidup bermasyarakat tentang tingkah laku yang baikdan tidak baik baik, patut dan tidak patut dilakukan, yang berlaku dalam suatulingkungan masyarakat atau komunitas tertentu. Norma ini biasanya bersumberdari adat istiadat, budaya, atau nilai-nilai masyarakat. 4. Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga negara yang berwenang, yang mengikat dan bersifat memaksa, demi terwujudnya ketertibanmasyarakatNorma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukumdigolongkan sebagai norma umum. Selain itu dikenal juga adanya norma khusus, seperti aturan permainan, tata tertib sekolah, tata tertib pengunjung tempatbersejarah dan lain-lain.Meity Arianty

17

Page 18: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Hubungan antara Nilai, Norma, dan MoralKetiganya mempunyai hubungan yang erat, terutama dalamwacana pendidikan moral, pembentukan sikap-sikap, pembangunan watak bangsa (the character building) dansebagainya.

Moral adalah dalam pengertian sikap/tingkah laku, bukan dalampengertian nilai moral maupun norma moral (kesusilaan). Kemudian, bagaimana hubungan antara nilai, norma, dan moral ? Menurut Kaelan, agar suatu nilai lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku, maka perlu lebih dikongkritkan serta diformulasikan menjadi lebihobyektif, sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalamtingkah laku kongkrit. Wujud yang lebih kongkrit dari nilai adalahmerupakan suatu norma (Kaelan, 2000). Dengan demikian, hubungan antara nilai, norma, dan moral dapatdinyatakan bahwa norma pada dasarnya merupakan nilai yang dibakukan, dijadikan standar atau ukuran bagi kualitas suatu tingkahlaku..

Meity Arianty

18

Page 19: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Defenisi HakBahasa Latin menggunakan kata ius-iuris untuk hak yang

pada awalnya menunjukkan hukum objektif (keseluruhan

undang-undang, aturan-aturan, dan lembaga-lembaga

untuk mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan

umum), tetapi kata ini hanya untuk menunjukkan hak

atas kepemilikan. Di dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), hak atau hukum adalah wewenang

menurut hukum.

Menurut (K.Bertens), hak bisa diartikan sebagai

tuntutan seseorang dan kelompok yang sah dan dapat

dibenarkan menurut hukum. Jadi, hak adalah

wewenang yang dimiliki individu atau kelompok untuk

menuntut sesuatu yang dikehendakinya sesuai dengan

kebenaran menurut hukum yang sah. Defenisi hak bisa

dilihat dari contoh berikut; A adalah seorang

mahasiswa yang berusia 21 tahun, maka pada Pemilu

2009 ini ia berhak untuk memilih calon presiden yang

sesuai dengan keinginannya.

Meity Arianty

19

Page 20: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Defenisi kewajibanMenurut tata bahasa Indonesia, kewajiban berasal

dari kata dasar wajib yang artinya, harus; sudah

semestinya.

Kewajiban menurut KBBI adalah sesuatu yang

diwajibkan, sesuatu yang harus dilaksankan,

keharusan, sesuatu yang harus dilaksanakan, atau

juga tugas, dan hak tugas menurut hukum.

Contohnya, jika A adalah seorang yang kaya, ia

memiliki kewajiban untuk menolong orang yang

miskin. Contoh kewajiban diatas adalah kewajiban

moral.

Meity Arianty

20

Page 21: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Jenis-jenis Hak dan kewajiban

• Hak legal

Hak yang didasarkan atas hukum dalam

salah satu bentuk. Hak-hak legal berasal

dari undang-undang,peraturan,hukum-

hukum, atau dokumen legal lainnya.

Contoh : Jika Negara,misalnya

mengeluarkan peraturan bahwa para

veteran perang memperoleh tunjangan

setiap bulan, maka setiap veteran yang

memenuhi syarat-syarat yang telah

ditentukan, berhak untuk mendapat

tunjangan tersebut.

Meity Arianty

21

Page 22: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

• Hak Moral

Hak yang berfungsi dalam sistem moral. Hak moral

didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja.

Contoh : Seorang suami atau istri berhak bahwa

pasangannya akan setia padanya.

• Hak khusus

Hak yang timbul dalam suatu suatu relasi khusus antara

beberapa manusia atau karena fungsi khusus yang dimiliki

oleh satu orang terhadap orang lain. Jadi, hak ini hanya

dimiliki oleh satu atau beberapa manusia.

Contoh : Jika Ali meminjam Rp.10.000 dari Bambang

dengan janji akan mengembalikannya dalam dua bulan,

maka Bambang di sini mendapat hak yang tidak dimiliki

oleh orang lain.

Meity Arianty

22

Page 23: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

• Hak Umum

Hak yang dimiliki oleh semua manusia tanpa

terkecuali bukan karena hubungan atau fungsi

tertentu, melainkan semata-mata karena ia manusia.

Dalam bahasa Inggris hak umum ini disebut natural

right atau juga human right ( Hak Asasi Manusia ).

• Hak Positif

Suatu hak bersifat positif, jika saya berhak bahwa

orang lain berbuat sesuatu untuk saya.

Contoh : Anak kecil yang terjatuh dalam kolam air

berhak untuk diselamatkan dan orang lain harus

membantu dia, jika kebetulan menyaksikan kejadian

itu.

Contoh hak positif lainnya adalah hak atas makanan,

pendidikan, pelayanan, kesehatan, pekerjaan yang

layak, dan lain-lain.

Meity Arianty

23

Page 24: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

• Hak Negatif

Suatu hak bersifat negatif, jika saya bebas untuk melakukan

sesuatu atau memiliki sesuatu, dalam arti : orang lain tidak boleh

menghindari saya untuk melakukan atau memiliki hal itu.

Contoh : hak atas kehidupan, kesehatan, milik atau keamanan, dan

lain-lain.

Hak negatif terbagi menjadi 2, yaitu :

Hak aktif ( Hak Kebebasan).

Hak untuk berbuat atau tidak berbuat seperti orang kehendaki.

Orang lain tidak boleh menghindari saya untuk melakukan seuatu.

Contoh : saya mempunyai hak untuk pergi ke mana saja saya mau

atau mengatakan apa yang saya inginkan.

Hak Pasif ( Hak Keamanan ).

Hak untuk tidak diperlakukan orang lain dengan cara tertentu.

Contoh : saya mempunyai hak bahwa orang lain tidak ikut campur

dalam urusan pribadi saya, bahwa rahasia saya tidak dibongkar,

bahwa nama baik saya tidak dicemarkan, bahwa keutuhan tubuh

saya tidak diganggu, dan lain-lain.

Meity Arianty

24

Page 25: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

• Hak Individual

Hak yang dimiliki oleh setiap individu.

Contoh : Hak beragama, hak berserikat, hak

mengemukakan pendapat, dan lain-lain.

• Hak Sosial

Hak yang dimiliki oleh anggota

masyarakat bersama dengan anggota-

anggota lain.

Contoh : Hak atas pekerjaan, hak atas

pendidikan, hak atas pelayanan kesehatan,

dan lain-lain.

Meity Arianty

25

Page 26: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Jenis-jenis Kewajiban- Kewajiban Sempurna dan Kewajiban Tidak Sempurna

Menurut John Stuart Mill, kewajiban sempurna

berhubungan dengan hak orang lain, sedangkan kewajiban

tidak sempurna tidak ada hubungannya dengan orang lain.

Dalam kewajiban sempurna yang menjadi dasar dalamnya

ialah keadilan. Seseorang berhak atau mempunyai

kewajiban untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan

keadilan yang ada. Jika dalam kewajiban sempurna lebih

mendasar adalah keadilan, maka kewajiban tidk sempurna

memakai moral sebagai dasar seperti berbuat baik terhadap

seseorang.

- Kewajiban terhadap Diri Sendiri

Kewajiban ini adalah kewajiban dimana

seseorang memiliki hak atau kesempatan

untuk bertanggungjawab atas hidupnya,

tidak hanya pribadi tetapi juga masyarakat.

Meity Arianty

26

Page 27: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

4. Hubungan antara hak dan kewajiban

Hubungan antara hak dan kewajiban bisa dilihat dari teori

korelasi, yang berarti hak dan kewajiban memiliki

hubungan timbal balik. Hak merupakan prasyarat yang

dimiliki seseorang untuk kewajiban dan, atau sebaliknya.

Seseorang yang berhak atas sesuatu sudah seharusnya

melakukan kewajiban, dan seseorang yang telah melakukan

kewajibannya maka ia sudah seharusnya menerima apa

yang menjadi haknya. Oleh karena itu, hak yang tidak

disertai dengan kewajiban tidak disebut sebagai hak.

Menurut sudut pandang kewajiban, kita bisa melihat bahwa

tidak selalu ada hak yang dijanjikan dari sebuah kewajiban

yang sama dan tidak selalu ada kewajiban yang sama

dengan hak orang lain. Contoh dari defenisi kewajiban,

misalnya A memiliki kewajiban untuk menolong orang

miskin, tetapi bukan merupakan hak seseorang yang miskin

kecuali pertolongan itu sudah diterimanya, maka

pertolongan tersebut sudah tentu menjadi haknya

Meity Arianty

27

Page 28: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Oleh karena itu, di bagian jenis-jenis kewajiban yang ada diatas ada

pembedaan antara yang disebut kewajiban sempurna dan kewajiban tidak

sempurna. Di dalam kewajiban sempurna (demi sebuah keadilan), seseorang

wajib melakukan sesuatu seperti membayar utang, dan yang meminjamkan

berhak untuk menuntut uangnya, sedangkan kewajiban tidak sempurna ada di

dalam kasus orang kaya dan miskin, bahwa orang yang miskin tidak berhak

menuntut pertolongan dari orang kaya, sekalipun orang kaya itu berkewajiban

untuk menolongnya.

Dari sudut pandang hak, hak selalu menuntut dari kewajiban. Akan tetapi

perlu ada pembedaan. Ada dua kategori untuk penentuan hak berdasar

dari sebuah kewajiban, yaitu hak-hak yang negatif dan yang positif. Hak-

hak yang negatif adalah bahwa seseorang dalam mendapatkan hak-haknya,

sudah menjadi kewajiban orang lain untuk tidak ikut campur. Hak-hak

positif menyangkut kewajiban sosisal untuk keadilan sosial, contohnya:

merupakan kewajiban Negara untuk memenuhi hak-hak warga negaranya

demi keadilan sosial dan tatanan sosial yang baik. Seperti yang tercantum

di dalam UUD’ 45 Pasal 34, yang berisi “fakir miskin dan anak-anak

terlantar dipelihara oleh negara” berarti pemiliharan atas fakir miskin dan

anak-anak terlantar termasuk pemenuhan atas hak-hak mereka adalah

kewajiban Negara.Meity Arianty

28

Page 29: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Kewajiban dalam KekristenanKewajiban seorang kristen adalah melakukan perintah dan

hukum Allah (hukum taurat), misalnya;

1. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu,

kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri

(Markus 12:30-31).

2. Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus

menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku

(Markus 8: 34).

3. Buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada

yang lain(Efesus 4:25).

4. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik;

usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam, belalah

hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-

janda(Yesaya 1:16-17).

5. Manusia harus taat kepada hukum Tuhan.

Bertens, 1997.

Brownlee, Malcolm, 2000.

Douma, J. 2000

Meity Arianty

29

Page 30: NILAI DAN NORMA HAK DAN KEWAJIBAN - Gunadarma

Meity Arianty

30