257

NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual
Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUAL

BERWAWASAN EKOLOGI

DI SD AR-RIDHA AS-SALAAM ISLAMIC GREEN SCHOOL CINERE

Upaya Penguatan Sikap Pro-Lingkungan Hidup Sejak Dini

Nila Siska Sari, MA

Pustakapedia

Indonesia

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUAL

BERWAWASAN EKOLOGI DI SD AR-RIDHA AS-SALAAM ISLAMIC GREEN SCHOOL CINERE

Upaya Penguatan Sikap Pro-Lingkungan Hidup Sejak Dini

©2020, Nila Siska Sari

Hak cipta dilindungi undang-undang

Penulis : Nila Siska Sari, MA Tata Letak : Tim Pustakapedia

Desain Sampul : Fadil Fadhilla

ISBN : 978-623-7641-19-3

Cetakan ke-I, Januari 2020

Diterbitkan oleh:

Pustakapedia

(CV Pustakapedia Indonesia)

Jl. Kertamukti No.80 Pisangan

Ciputat Timur, Tangerang Selatan 15419

Email: [email protected]

Website: http://pustakapedia.com

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara

apapun tanpa izin tertulis dari Penulis

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

i

بسم اهلل الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis kepada Allah swt yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa

mampu menyelesaikan disertasi ini. S}alawat dan salam penulis

ucapkan kepada baginda Nabi Muhammad saw yang telah

membawa Islam di muka bumi ini, sehingga kita semua mampu

mengenal Islam dan mengambil pelajaran darinya. Dalam

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan karya ini.Penulis menyadari rampungnya karya

ini, tidak terlepas dari banyak sumbangsi dan kontribusi besar

dari berbagai pihak. Penelitian ini adalah hasil karya tulis

penulis selama studi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Adapun beberapa pihak yang membantu

penulis dalam menyelesaikan disertasi ini, sekaligus ucapan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka semua,

Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang

terhormat:

Kepada seluruh jajaran petinggi Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang memberikan sumbangsi yang tidak

terhingga bagi penulis diantaranya Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yaitu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis,

MA, Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yaitu Prof. Jamhari, MA., Ph.D., Wakil Direktur Sekolah

Pascasarjana Dr. Hamka Hasan, Lc., MA., Ketua Program Studi

Doktor Pengkajian Islam Prof. Dr. Didin Saepudin, MA.,

Sekretaris program studi Doktor Pengkajian Islam Dr. Asmawi,

M.Ag., Ketua Program Studi Magister Pengkajian Islam Arif

Zamhari, M.Ag., Ph.D. Sekretaris program studi Magister

Pengkajian Islam Dr. Imam Sujoko, MA., Dan semua jajaran dan

staf akademik yang sangat baik dalam melayani urusan

administrasi dan akademik semoga menjadi amal kebaikan dunia

akhirat, penulis ucapkan terima kasih tak terhinggah.

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

ii

Ucapan terima kasih kepada Suparto, M.Ed., Ph.D.,

sebagai pembimbing penulis dalam menyelesaikan tesis.

Kritikan konstruktif, komentar mendalam dan bimbingannya

sangat membantu penulis dalam memperbaiki setiap kesalahan

yang ada pada tesis ini.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada kedua

orang tua penulis, Alm. Umar bin Sami’un dan Habsah binti

Jalaluddin, yang selalu memberikan do’a terbaik dan motivasi

luar biasa baik secara fisik dan batin, sehingga bisa

menyelesaikan tesis yang jauh dari kesempurnaan ini. Kemudian

tidak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih kepada suami

tercinta Dr. Lukman Sumarna, MA., sebagai pengingat ketika

lalai dalam mengerjakan kewajiban akademik dan dua buah hati

tercinta Fayyad Hadi Adzkiya dan Hilyah Nadira Adzkiya

sebagai motivasi dan pelipur lara di saat penulis lelah. Dan

seluruh keluarga besar tercinta kakanda-kakanda dan ayunda-

ayunda serta adikku yang senantiasa memberikan semangat dan

doanya kepada penulis

Kepada seluruh dosen Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya dan

memberikan segala waktunya untuk mengajar kami selama

menjadi mahasiswa Pasca Sarjana. Kepada seluruh guru besar

Pascasarjana yang telah memberikan ilmunya dan memberikan

pengalamannya selama berada di perkuliahan Pascasarjana,

khususnya beberapa dosen yang menguji saat penulis

mengadakan Ujian Proposal, Ujian Work In Progres, Ujian

Komprehensif dan Ujian Pendahuluan. Kepada seluruh anggota

staf Pascasarjana bidang akademik, bidang kepustakaan, bidang

kemahasiswaan, penulis ucapkan banyak terimakasih, karena

telah memberikan waktunya mengurus dan memperhatikan

keperluan penulis ketika berada di Pascasarjana.

Ucapan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan

almamater Gontor Putri di Ciputat Zuashfiyailina, S.Pd.,

Nurbaiti, S.Pd., Fathul Haromah, S.Ud., Sinta Rachmani Syahid,

S.Pd.I. Kepada kakak-kakak yang sudah dianggap seperti

saudara selama berada di Ciputat Ust. Dr. M. Mukaddar, MA.,

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

iii

Falizar Rifani, MA., serta teman-teman seperjuangan

perkuliahan Pascasarjana, khususnya mahasiwa Pascasarjana

angkatan 2017 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Serta teman-teman berdiskusi selama perkuliahan di

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Intan Zakiyyah,

S.Pd.I., Nurlaila, M.Pd.I., Zikra Fadilla, S. Hum., Navida

Febrina Syafaaty, S. Kpm.

Penulis ucapkan terima kasih untuk informan-informan

yang telah bersedia membantu memberikan informasi terkait

tesis ini Hj. E. Melany, SH., MH., Rifa Rahmaniah, M.Pd.,

Puspita Aditia S.Pd.I., Rifan Dermawan, S.Pd.I., Intan Ryanti,

S.Pd., para siswa-siswi dan wali murid.

Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, ungkapan terimakasih secara khusus juga penulis

ucapkan. Semoga segala bentuk aktivitas yang memberikan efek

langsung dan tidak langsung bagi penulis dalam menulis tesis

ini, mendapat balasan yang terbaik dari Yang Maha Baik.

Semoga Yang Maha Cinta, senantiasa melimpahkan Cinta dan

Karunianya kepada semua orang-orang yang sangat berjasa

dalam penulisan disertasi ini. Akhirnya dengan segala

keterbatasan penulis tesis ini pasti masih memiliki banyak

kekurangan. Untuk itu, saran konstruktif akan sangat membantu

penulis untuk meningkatkan kualitas karya ilmiah ini.

Ciputat, 9 Desember 2019

Nila Siska Sari, MA

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

iv

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Permasalahan 18

C. Rumusan Masalah 19

D. Batasan Masalah 19

E. Tujuan Penelitian 20

F. Manfaat/Signifikansi Penelitian 21

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan 21

H. Metodologi Penelitian 27

1) Jenis Penelitian 27

2) Sumber Data 28

3) Teknik Pengumpulan Data 29

4) Teknik Analisis Data 33

5) Pendekatan Penelitian 34

I. Sistematika Pembahasan 35

BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUAL

EKOLOGI: MEMBANTU MEMBENTUK

KARAKTER EKOLOGIS ANAK SECARA

KONSISTEN 39

A. Degradasi Kesadaran Ekologi Anak Didik di

Sekolah 40

B. Makna Nilai-Nilai Spiritual 46

1) Spiritual Dan Nilai: Tinjauan Secara

Teoritis 46

2) Orientasi dan Bentuk Refleksi Pendidikan

Spiritual 52

3) Makna Spiritual Dalam ekologi 62

4) Spiritual Anak Dalam Pendidikan 69

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

vi

C. Ekologi dan Perilaku Pro-Lingkungan Hidup 73

1) rgensi Pemahaman Ekologi: Membentuk

Perilaku Pro-Lingkungan Hidup Sejak Dini 73

2) Membangun Perilaku Pro-Lingkungan

Hidup Sesuai Ajaran Islam 81

BAB III ISLAMIC GREEN SCHOOL: ALTERNATIF

PEMBELAJARAN DINI KONSERVASI

LINGKUNGAN 93

A. Gambaran Umum Sekolah Hijau 94

B. Profil Sekolah Hijau: SD Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere 103

C. Proses Pembelajaran Berwawasan Ekologi 106

1) Kurikulum Pembelajaran 106

2) Metode Pembelajaran 110

3) Peserta didik dan Guru 111

4) Struktur Mata Pelajaran 112

5) Kegiatan Sekolah Ekstrakurikuler 113

6) Sumber Belajar 114

7) Sarana dan Prasarana

D. Atmosfir Sekolah Hijau Islam: Al-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere 118

BAB IV UPAYA PENANAMAN NILAI-NILAI

PENDIDIKAN SPIRITUAL BERWAWASAN

EKOLOGI PADA SEKOLAH BERBASIS

LINGKUNGAN HIDUP 121

A. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual-Ekologi:

Penguat Kesadaran Ekologi Peserta Didik 123

B. Proses Penguatan Pendidikan Spiritual Ekologi 125

1) Kurikulum 2013 dan Kurikulum

Berwawasan Lingkungan Hidup 130

2) Integrasi Materi Pelajaran Terhadap

Lingkungan 141

3) Pembiasaan Karakter Ekologis 147

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

vii

4) Slogan Kebersihan dan

Lingkungan 151

5) Kegiatan Ekstrakurikuler Tertentu 156

C. Aplikasi Progam Pendidikan Spiritual

Berwawasan Ekologi di Sekolah 162

1) Assembly 162

2) Earth Day 163

3) Field Trip 166

D. Indikator Pemahaman Ekologi 175

1) Melalui Ulangan Green School Education 175

2) Melalui Kunjungan Tempat-Tempat

Tertentu 178

E. Peran dan Orientasi Pendidikan Spiritual

Berwawasan Ekologi 180

1) Peserta Didik 180

2) Guru 188

3) Orangtua 189

F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

Berwawasan Ekologi 191

1) Metode Internalisasi Eco-Spiritual Education di Sekolah 193

2) Sikap Peserta didik Terhadap Kebersihan

Sekolah 201

3) Sikap Terhadap Manusia 204

G. Tantangan Penguatan Pendidikan Spiritual

Berwawasan Ekologi di SD Al-Ridha Al-Salaam

Sekolah Hijau Islam Cinere 205

1) Kendala Dalam Pelaksanaan Pendidikan

Spiritual Berwawasan Ekologi 207

BAB V PENUTUP 213

A. Kesimpulan 213

B. Saran 214

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

viii

DAFTAR PUSTAKA 217

GLOSARIUM 233

INDEKS 239

BIODATA PENULIS

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Minimnya kepedulian kesadaran individual

manusia terhadap alam lingkungan, sudah menjadi

pemandangan keseharian bagi setiap warga Indonesia.

Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan alam

lingkungan dan saling membutuhkan satu sama lainnya,

harusnya menyadari pentingnya menjaga, memelihara

serta melestarikan alam lingkungan sekitar. Hal tersebut

berlandaskan pada UU Tahun 2009 No. 32, yang

berkenaan dengan pengelolaan ekologi, menjelaskan

bahwa kehidupan manusia memiliki keterikatan yang

tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidupnya__

baik

lingkungan alam ataupun lingkungan sosial. Semuanya

akan berdampak signifikan terhadap proses kehidupan.

Oleh karenanya, maka perlu pemeliharaan dan pelestarian

agar tidak terjadinya kerusakan ekologi seperti: kerusakan

ekologi disebabkan oleh peristiwa alam, kerusakan

ekologi akibat perbuatan manusia, dan kerusakan ekologi

akibat lemahnya aparat dalam menegakkan hukum. 1

Faktanya manusia selalu memperlihatkan sikap

antagonisnya dalam interaksi terhadap lingkungannya

(melakukan penebangan pohon secara bebas, membuang

sampah sembarangan, pembakaran hutan, dan lain

sebagainya). Sebagaimana data terbaru yang beredar

menunjukkan bahwa laju deforestasi hutan di Indonesia

sampai saat ini hampir mencapai 1,1 juta hektar per

tahun. Sehingga diperlukan sebuah cara pengelolaan alam

1Abdulloh Hadziq, ‚Pembelajaran Agama dan Lingkungan

Dalam Kultur Sekolah Alam (Membumikan Kesadaran Lingkungan

sejak Dini),‛ Tadris. Vol. 11. No. 1 (2016), 66.

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

2

dan lingkungan (environment) secara berkelanjutan

dengan tujuan agar mengurangi dampak kerusakan alam

dari sifat konsumsi ekonomi masyarakat.2 Sama halnya

dengan informasi mengenai pencemaran air di Indonesia

(khususnya Jakarta). Dinas Lingkungan Hidup DKI

menganalisa bahwa pencemaran air di Jakarta semakin

meningkat dan masih belum dapat diminimalisir.

Terbukti kali-kali yang ada di Jakarta masih terlihat

hitam dan bau. Hal ini diakibatkan masih banyaknya

manusia yang membuang sampah rumah tangga, sampah

industri, serta kotoran manusia dan hewan.3

Fenomena nyata sikap antagonis manusia

terhadap ekologinya, bukan hanya dilakukan oleh mereka

yang awan, justru mereka yang memahami subtansial dari

ajaran agamanya dan sebagian masyarakat yang terdidik

(para akademisi), juga tidak pernah absen dari sikap-sikap

antagonisnya terhadap alam lingkungannya. Atas fakta

dari perjelasan ini, maka menjadi pertanyaan besar dalam

hati diri masing-masing, siapa yang akan memelihara

alam lingkungan yang berkelanjutan ini?, melihat bahwa

yang terdidik, yang religius dan lapisan masyarakat,

begitu sangat kering akan kepeduliannya terhadap

lingkungan__

padahal di satu sisi manusia sangat

bergantungan sekali dengan alam sekitarnya.

Hossein Nasr pada karyanya ‚Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man‛, mengungkapkan

dominasi manusia terhadap alam lingkungan sudah

melampaui batas. Alam hanya dianggap sebatas sesuatu

2Eko Budihardjo, Kota dan Lingkungan: Pendekatan Baru

Masyarakat Berwawasan Ekologi, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2015),

Cet, ke-2, 58.

3Suseno, lihat

www.http://metro.tempo.co/read/1110622/kali-item-bau-busuk-ini-

analisa-dinas-lingkungan-hidup-dki/ 26 juli 2018, 08:07 WIB.

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

3

yang dapat dimanfaatkan untuk kesenangan. Lebih dari

itu, nilai-nilai sakral yang ada pada alam lingkungan

sudah terpangkas dan tercemari oleh manusia modern.

Alam dianggap seperti ‚prostitute‛ yang dapat dinikmati

semaunya oleh manusia__

tanpa mempertimbangkan

dampak dan tanggung jawabnya terhadap alam.4 Begitu

juga pandangan Muh{ammad Fath{ullah al-Ziyadi, dalam

bukunya yang berjudul ‚al-Isla>m wa al-Bi>’ah‛

menjelaskan bahwa krisis lingkungan yang terjadi pada

manusia saat ini, disebabkan oleh sifat keserakan,

keegoisan dan ketidakmampuan manusia dalam

mengontrol instink serta berupaya secara terus menerus

mendominasi sumber daya alam untuk memperkaya diri

sendiri atau sebuah kelompok tanpa adanya upaya

reklamasi, pemeliharaan dan kesadaran konservasi

terhadap hak-hak lainnya.5

Maraknya persoalan tentang krisis lingkungan ini,

harusnya menjadi perhatian serius bagi seluruh lapisan

masyarakat tak terkecuali pemerintah untuk menemukan

solusi dan penangulangan dini yang tepat, demi

terwujudnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals). Mukaryanti menegaskan untuk dapat

menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat

(public awareness) terhadap ekologi diperlukan teknologi

lingkungan. Akan tetapi hal tersebut harus didukung

dengan penyelenggaraan pendidikan lingkungan secara

intensif guna mewujudkan pembangunan yang

4Seyyed Hossein Nasr, Man and Nature: The Spiritual

Crisis of Modern Man, (London: Mandala Unwin Paperbacks,

1990), 18. 5Muhammad Fathullah al-Ziyadi, al-bi >’ah wa al-Isla>m,

(Libya: Al-Daulah Al-Imarah Al-‘Arabiyah Al-Muttahidah,tt), 3.

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

4

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.6 Berbeda

dengan Kashif M. Sheikh, ia menjelaskan keterlibatan

pemimpin agama atau partisipasi guru agama setempat

dalam membangun kesadaran lingkungan masyarakat

menduduki posisi terbaik di Karakorum Barat, Pakistan.

Dukungan para pemimpin agama untuk memelihara

lingkungan berhasil dengan melalui penekanan terhadap

tradisi antara kepercayaan tradisional dan praktik-praktik

yang berorientasi pada konservasi lingkungan.7

Kajian tidak jauh berbeda dilakukan Meidi

Saputra terkait dengan environment, menjelaskan bahwa

pembinaan tentang kesadaran ekologi secara kurikuler

yang diajarkan pada siswa siswi melalui pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan (PPKN) serta didukung

dengan berbagai aktivitas-aktivitas

pembiasaan__

habituasi, dan pemanfaatan eksistensi

medsos (media sosial) sebagai penghubung agar dapat

menggerakkan partisipasi siswa siswi yang memiliki

peranan penting dalam menumbuhkan kebajikan moral

terhadap pelestarian ekologi di usia dini. Jika kolaborasi

antara keduanya dilakukan dengan maksimal, maka akan

memunculkan kebaikan moral terhadap pelestarian

lingkungan semakin lebih cepat tercapai.8 Dede Sugandi

6Mukaryanti ‚Keterkaitan Pendidikan Lingkungan dan

Penyediaan Teknologi Lingkungan Dalam Mewujudkan

Pembangunan yang Berkelanjutan‛, Jurnal Tek. Ling. P3TL-BPPT.

4 (2), Jakarta, 2003, 43. 7Kashif M. Sheikh ‚Involving Religious Leaders in

Conservation Education in The Western Karakorum, Pakistan‛,

Mountain Research and Development, Vol. 26, No. 4, Religion and Sacredness inMountains: A Historical Perspective, (Nov., 2006),

319.

8Meidi Saputra ‚Pembinaan Kesadaran Lingkungan

Melalui Habituasi Berbasis Media Sosial Guna Menumbuhkan

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

5

‚Environmental Education and Community Participation: The Importance of Conservation Lesson in Teaching and Learning for Environmental Conservation Efforts in The Region of Sagara Anakan tahun 2013‛ menjelaskan

bahwa urgennya pelajaran pendidikan tentang lingkungan

hidup dan partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi

lingkungan di daerah Sagara Anakan yang berkelanjutan.

Partisipasi masyarakat dalam konservasi lingkungan di

Sagara Anakan akan mendorong manfaat yang

berkelanjutan. Oleh karena itu, pemerintah harus

mendorong memandu masyarakat untuk melakukan

integrasi dan konservasi lingkungan lintas bagian untuk

menarik komunitas dan lembaga penelitian.9

Beberapa dari penelitian terdahulu mengatakan

bahwa pendidikan lingkungan merupakan mediasi yang

tepat dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap

lingkungan hidup. Palmer dan Neal menegaskan

education of environment mampu membangun kesadaran

dan pemahaman terkait dengan konservasi alam

lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.10

Pernyataan

tersebut diperkuat oleh Uusitalo bahwa konstruksi

pengetahuan EE sangat penting, jika seseorang telah

menyadari konsekuensi perbuatannya dan lebih

Kebajikan Moral Terhadap Pelestarian Lingkungan‛, Jurnal Kemasyarakatan, Vol. 2, No. 1, 2017, 14.

9Dede Sugandi ‚Environmental Education and Community

Participation: The Importance of Conservation Lesson in Teaching

and Learning for Environmental Conservation Efforts in The Region

of Sagara Anakan‛, Jurnal Pendidikan Sains dan Kemanusiaan,

2013, 183. 10

J. Palmer & P. Neal, The Handbook of Environmental Education, (London: Routledge, 1994), 3.

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

6

memperhatikan perilakunya dalam berinteraksi terhadap

lingkungannya.11

Pandangan berbeda dikemukakan oleh

Hungerford dan Volk, yang berargumen bahwa partisipasi

aktif tidak cukup ditekankan dalam EE__education of

environment, meskipun perilaku bertanggung jawab

terhadap lingkungan dapat dikembangkan secara bertahap

melalui__

variabel tingkat entri, termasuk kemampuan

untuk mengalami dan menikmati alam dan pengetahuan

ekologi; variabel kepemilikan, seperti pengetahuan

mendalam dan investasi pribadi di lingkungan, variabel

pemberdayaan: seperti internal locus of control dan niat

serta kemampuan bertindak untuk lingkungan.12

Begitupun sejarawan Amerika, Lynn White Jr.,

mengemukakan bahwa akar mendasar permasalahan dari

krisis lingkungan sebenarnya sebagian besar adalah

pengaruh dari religius dan pemecahannya pun menurut

Lynn harus ditempuh secara esensial tanpa mengabaikan

dimensi religius sebagai unsur prinsipil yang tidak bisa

terpisahkan dari kehiduapan religiusitas manusia.13

Perspektif lebih partikuler yang dikemukakan

oleh Calvin B. De Witt yang mengatakan bahwa agama

sebagai penyumbang utama dalam mengatasi dampak

krisis lingkungan modern telah parah. Dia mencatat

bahwa beberapa ilmuwan terkemuka baru-baru ini

menyuarakan sudut pandang yang menawarkan forum

11

L. Uusitalo, Conflict Between Attitudes And Behaviour, (1993), 63.

12J. M. Hungerford & T. L. Volk, ‚Changing Learner

Behavior Through Environmental Education‛, The Journal of Environmental Education, 1990, 21.

13

G. Barbour, Menemukan Tuhan, dalam Sains Kontemporer dan Agama, terj. Fransiskus Borgias M. (Jakarta :

Mizan, 2005), 266.

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

7

integratif melalui etika dan spiritual dalam membantu

ilmu pengetahuan untuk melestarikan ekologi agar lebih

survival. Ia menegaskan etika yang diturunkan secara

ilmiah dan religius harus terhubung dengan kehidudpan

sehari-hari.14

Abdul Qudus dari hasil penelitiannya

menemukan bahwa dengan mengabaikan dimensi spiritual

agama, konsep ‚sustainable development‛ atau

pembangunan berkelanjutan terlihat lemah karena hanya

fokus pada dimensi fisik, ekonomi, sosial, dan ekologi.

Sehingga melibatkan aspek spirtual agama sangat

diperlukan dalam menanggapi masalah krisis ekologi saat

ini.15

Begitu juga argumen ditegasakan Mujiyono bahwa

dalam menjelaskan beberapa argumentasi teologis tentang

persoalan lingkungan global, ternyata tidak cukup

solusinya dengan menggunakan teknis dan ekologis, akan

tetapi perlu melakukan pendekatan dalam berbagai aspek

yang saling berkaitan, yaitu memperhatikan aspek

teknologi, ekologi, dan spiritual religius. Karenanya, ia

menawarkan sebuah konsep eko-religi Islam yang

menurutnya sejalan dengan prinsip-prinsip ekologi

modern.16

Bersumber dari beberapa argumen dan pendapat

di atas, jelas bahwa pendidikan lingkungan, teknologi dan

konsep pembangunan berkelanjutan bukan satu-satunya

solusi dalam membangun kesadaran lapisan masyarakat

14

Stephen R. Kellert and Timothy J. Rafnham, The Good in Nature and Humanity: Connecting Science, Religion, and Spirituality with the Natural Word, (Washington: Island Press,

2002), 9. 15

Abdul Qudus, Respon Tradisionalisme Islam terhadap Krisis Lingkungan: Telaah atas Pemikiran Seyyed Hossein Nasr, (Diserasi: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta,

2010). 16

Mujiyono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qura>n, (Jakarta: Paramadina, 2001). 56.

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

8

terhadap ekologinya. Justru dengan mengabaikan aspek

spiritual dan agama, kondisi ekologi terlihat menjadi

tidak seimbang (relasi antara manusia dan lingkungan).

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan merupakan

komponen bagian terpenting untuk mewujudkan

kepedulian masyarakat akan lingkungan, tetapi di sisi

lainnya dibutuhkan dukungan-dukungan immateri yang

dapat membawa kesadaran manusia secara konsisten

melalui pendidikan.

Konstruksi public awareness akan pentingnya

ekologi melalui pendidikan, nyatanya belum cukup kuat

diakibatkan lemahnya tujuan pendidikan karena lebih

menitik beratkan dan tendensi terhadap aspek kognitif

(lebih menekankan pada output__hasil akhir) yang jauh

dari kontrol nilai-nilai yang mengarahkan pada kesalehan

yang bersifat vertikal maupun horizontal menjadi pusat

yang harus diperbaiki oleh pemegang kebijakan

pendidikan. Arah pendidikan yang jauh dari cita-cita para

leluhur__

bukan hanya sekedar mendidik dari aspek

kognitif (intelektualnya), akan tetapi juga mendidik

mencakup ranah afektif, sosial dan estetika dari dalam

potensi siswa siswi, terlihat seperti komoditas dan sebuah

barang dagangan saja. Karena itulah, pada akhirnya

pendidikan berorientasi hanya memenuhi selera pasar,

sebab dianggap seperti sebuah tempat cetak manusia yang

sekedar siap bekerja akan tetapi minim inovasi dan

kurang produktif. Oleh karenanya, tidak heran pendidikan

di Indonesia saat yang mayoritasnya bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan zaman bukannya siap mendidik

anak-anak dalam bersikap kritis terhadap keadaan,

sehingga anak-anak yang dihasilkan dalam pendidikan

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

9

adalah mereka yang tidak perduli dan miskin empati

terhadap permasalahan sosial.17

Di tengah kompleksitasnya arah pendidikan

Indonesia saat ini yang cenderung menekankan pada nilai

dan hasil, tampak kurang relevan terhadap pesan esensial

dari subtansi sistem undang-undang yang diformulasikan

oleh pemerintah itu sendiri, padahal begitu jelas spirit

yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 pasal 1 butir 1 yang sangat tegas menjelaskan tujuan

dari Sistem Pendidikan Nasional:

‚Tujuan pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya agar memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

kemampuan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara‛.18

Sesuai dengan cita-cita luhur yang disebutkan

pada undang-undang di atas, maka unsur penting yang

dapat mendukung sistem pendidikan nasional, salah

satunya kekuatan spiritual keagamaan, yang basis utama

spiritual keagamaan itu bersumber dari landasan tauhid

sebagai pondasi mendasar pendidikan spiritual. Esensi

dari landasan tauhid yaitu menciptakan manusia sebagai

umat yang satu meyakini Allah sebagai satu-satunya rabb,

yang mencipta, mengatur dan memelihara alam semesta

sekaligus yakin akan kesatuan alam, keteraturan dan

keharmonisan alam dengan berbagai hukum yang

17Komite Nasional Pendidikan, Permasalahan pendidikan

serta rekomendasi untuk pemerintah baru, (2014), 3. 18

Direktorat Pendidikan Tinggi,http://www.inherent-

dikti.net/files/sisdiknas,pdf, Akses6/23/2011 2:52:07 PM

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

10

mengaturnya dan mengikat dengan satu hukum tertinggi

Yang Maha Pengatur yaitu hukum alam ciptaan Allah.

Aktualisasi dari landasan tauhid itu salah satunya adalah

melalui pendidikan spiritual. Pendidikan spiritual yang

menekankan nilai-nilai Islam diharapkan dapat mencetak

manusia mulia yang sadar menjaga alam dengan baik,

bijaksana dalam mengeksploitasi alam, yang orientasi

semuanya untuk ‘ubudiah kepada Allah. Dengan

pendidikan spiritual yang berlandaskan pada nilai-nilai

tauhid ini, diharapkan dapat meminimalisir dan

membangun kesadaran dini dari tindakan-tindakan

antagonis manusia terhadap alam dan ekologinya.19

Arne Naess__

seorang filosof lingkungan yang

pertama kali memperkenalkan tentang konsepsi ‚ekologi

mendalam‛ sebuah orientasi etika lingkungan dan

pemikiran ulang berbasis spiritual yang menyoroti

tentang identitas dan peran manusia dalam berinteraksi

terhadap alam. Ia mensinyalir pandangannya bahwa alam

memiliki nilai ‚transedental‛ dalam dirinya__

bukan hanya

instrumen untuk memenuhi kebutuhan manusia, justru

dalam ekologi tidak hanya terikat oleh individualitas atau

kelompok sosial tetapi sebagian juga didasari atas

hubungan manusia__

yaitu identitas yang sama dengan

dunia alam. Dalam konteks ini, gagasan Naess ingin

membagun konsep bahwa ekologi mendalam

menggemakan perspektif religius, seperti meminta kita

untuk berbuat baik kepada orang lain sebagai diri kita

sendiri.20

Seyyed Hossein Nasr pun mempertegas bahwa

tidak ada kedamaian di antara manusia kecuali ada

19Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2015), Cet ke-13, 206. 20

Roger S. Gottlieb ‚This Sacred earth: Religion, Nature, Environment, (New York & London: Routledge Taylor & Francis

Group, 2006), 422.

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

11

kedamaian dan keharmonisan dengan alam.21

Dimensi

spiritual__

ketaatan pada Allah, bukan mutlak

berhubungan secara vertikal saja, akan tetapi nilai dari

spiritual turut memanggil hati manusia untuk berbuat dan

bersikap baik dengan makhluk Tuhan lainnya, salah

satunya adalah dengan alam. Roger S. Gottlieb

menjelaskan bahwa kesadaran spiritual mampu membuat

masyarakat hidup secara ekologis dan bertanggung jawab

terhadapnya.22

Sebagaimana penjelasan pandangan tersebut,

bahwa dimensi-dimensi yang tertanam pada ekologi,

hakikatnya bukan hanya pemenuhan materi semata. Lebih

dari itu terselip dimensi spiritual yang mengajak manusia

mencintai alam lingkungannya. Esensial kuat inilah yang

kemudian mengajak segenap manusia untuk memelihara

dan melestarikan ekologinya secara konsisten. Oleh

karenanya, pembangunan dimensi spiritual penting

dilakukan melalui penekanan pendidikan spriritual agar

ketataatan yang dibangun bukan sekedar ketaatan yang

bersifat secara vertikal melainkan meliputi ketaatan yang

bersifat horizontal juga.

‘Ali ‘Abd al-Halim Mahmud menegaskan

pendidikan spiritual merupakan upaya internalisasi rasa

ketaatan atau kecintaan terhadap Allah swt yang muncul

dalam hati peserta didik. Lahirnya ketaatan tersebut,

tentu akan membangun kesalehan individual dan

kesalehan sosial mereka karena mengharapkan limpahan

rahmat dan ridha Allah dari setiap ucapan, kegiatan,

21

Seyyed Hossein Nasr, Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man, (London: Mandala Unwin Paperbacks,

1990), 87. 22

Roger S. Gottlieb ‚This Sacred earth: Religion, Nature, Environment, (New York & London: Routledge Taylor & Francis

Group, 2006), 426.

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

12

kepribadian, perilaku serta menjauhi segala yang dilarang

oleh Allah swt. Dengan pendidikan spiritual memberikan

pengaruh signifikan terhadap kepribadian seseorang

(peserta didik), sehingga dapat memotivasi peserta didi

kepada kebaikan, berhias dengan sifat-sifat mulia.23

Oleh

sebab itu, Sa’id Hawwa mengemukakan pendidikan

spiritual adalah upaya untuk membangun jiwa manusia

agar lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Spiritual teaching merupakan input (proses) usaha mentranformasi

manusia dari semula jiwa keruh menuju jiwa jernih, dari

fikiran yang belum tunduk atau taat menuju daya nalar

yang taat, dan dari qalbun yang keras menjadi qalbun

yang lembut. Subtansi intinya bahwa pendidikan spiritual

adalah sebuah proses penyempurnaan pribadi individu

menuju kebaikan yang berlandaskan dengan tuntunan al-

Qura>n dan Sunnah yang meliputi aspek perkataan,

perbuatan dan keadaannya.24

Pandangan yang sama diutarakan oleh Ahmad

Suhailah Zain al-‘Abidin H}ammad menjelaskan SE ialah

penanaman rasa kecintaan kepada Allah swt di dalam hati

siswa-siswi, untuk memperkuat keimanan dan

menjadikannya tujuan hidupnya selalu mengharapkan

keridhaan Allah swt baik dalam setiap ucapan, perbuatan,

dan tingkah laku serta menghindari sesuatu yang

mengakibatkan murka-Nya.25

Begitu juga perspektif

pendidikan spiritual Zakiah Daradjat yang menegaskan

23Abd al-Hamid al-Shaid al-Zintani, Us{us al-Tarbiyah al-

Isla>miyah fi> al-Sunnah al-Nabawi>yah, (Tunis: al-Dar al-‘Arabiyah li

al-Kitab, 1993), 326. 24

Sa’id Hawwa, Tarbiyatuna al-Ruh{iyah, (Kairo: Maktabah

al-Wahbah, 1992), 69. 25

Ahmad Suhailah Zain al-‘Abidin Hammad, Mas’u >liyah al-Usrah fi> Tah{sin al-Shabab min al-Irhab, (Lajnah al-‘Ilmiyah li } al-

Mu’tamar al-‘Alami ‘an Mauqif al-Isla>m min al-Irhab,

2004M/1425H), 4.

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

13

bahwa aktivitas spiritual akan membawa dampak

signifikan terhadap kesadaran beragama dan

aktualisannya dari pengalaman diri masing-masing orang.

Kesadaran tersebut bisa diuji melalui introspeksi,

sehingga elemen perasaan dalam kesadaran beragama

yang membawa inplikasi pada keyakinan akan

memberikan mempengaruhi mendasar pada tindakan

seseorang dalam seluruh aktivitas kehidupannya. 26

Sir Alister Hardy dalam tulisannya menjelaskan

bahwa sifat spiritual seseorang mengartikan tentang sisi

dirinya, bukan hanya menuntun dirinya pada perasaan

yang disebut dengan religius, tetapi lebih dari itu,

spiritual bisa membuat seseorang mencintai sesuatu yang

bersifat non-materi dalam kehidupannya seperti:

mencintai alam, seni, musik , dan nilai-nilai moral.27

Pernyataan yang sedikit berbeda dari Constantin

Regamey bahwa spiritual tidak ada urgensitas pada

perasaan moral, akan tetapi spiritual membawa seseorang

pada tuntunan ketertiban, tanggung jawab, kebebasan,

keadilan, kerinduan untuk keadilan atau kesatuan dengan

keseluruhan, intuisi keindahan dan kebenaran,

kemampuan mental (perhatian, abstraksi, penalaran

koheren, dan gagasan umum tentang nilai-nilai non

utilitarian).28

Hasil dari sejumlah studi mendalam dan

penelitian empiris tentang pendidikan spiritualitas pada

26

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan

Bintang, 2010), Cet ke-17, 14. 27

Alex Rodger, ‚Moral, spiritual, Religious-Are they

Synonymous?‛, Journal Spiritual and Religious Education, Volume.

5. 2-21. 28

Stephen Bigger,‛Religious Education, Spirituality, and

Anti Racism‛, Journal Spiritual and Religious Education, Volume.

5. 22-36.

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

14

peserta didik, sungguh memberikan ide menarik

berdasarkan dari hasil datanya yang menyimpulkan bahwa

peranan dan fungsi spiritual terhadap sikap dan

pengalaman yang dimiliki atau ditemui dalam peserta

didik sangat kuat mempengaruhi perkembangan

kesadaran dan kepedulian dalam membentuk seseorang

yang mencintai alam lingkungannya. Oleh karenanya,

dalam konteks ini pemerintah sebagai pemegang otoritas

yang bertanggung jawab dalam bidang kurikulum,

seharusnya mengetahui bahwa jenis pengalaman belajar

yang dapat membantu menggembangkan secara aktif

akan kesadaran ekologi peserta didik.29

Winterton C.

Curtis pun menyatakan banyak di antara manusia lebih

megembar-gemborkan nilai-nilai sains, sementara nilai-

nilai spiritual yang berlaku dikesampingkan. Hal ini

dikarenakan nilai-nilai dari spiritual dianggap tidak dapat

diukur melalui ilmu pengetahuan. Padahal pengaruh

spiritual begitu besar dalam interaksi kehidupan

manusia.30

Melihat begitu besarnya sumbangsih dan

pengaruh dimensi spiritual dalam membangkitkan

kesalehan dan kesadaran kolektif (common sense) yang

masuk ke dalam segala aspek kehidupan manusia, salah

satunya ketika mereka berinteraksi terhadap lingkungan

hidup. Untuk itu, lembaga pendidikan dituntut agar

secara terus menerus menekankan aspek pendidikan

spiritual yang tidak boleh terlepas ikatannya dari

fenomena ekologi__

selain sebagai penentu eksternal yang

29Joy A. Palmer. Spirit of The Environment: Religion,

Value and Environmental Concern, (London & New York:

Routledge, 1998), 139. 30

Winterton C. Curtis, ‚Spiritual Values‛, Science, New

Series, American Association for the Advancement of Science, Vol.

47, No.1224 (Jun. 14, 1918), pp. 571-579.

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

15

memiliki peranan atau pengaruh terhadap proses

pendidikan peserta didik.31

Orientasi utamanya juga ingin

membangun kesadaran dini peserta didik dalam

memelihara lingkungannya berdasarkan realitas di

lapangan itulah, maka penulis melihat dalam konteks

penerapan yang lebih intensif dari pendidikan spiritual ini

yang mesti dielaborasi dengan ekologi, ternyata masih

terbatas karena tidak semua sekolah dapat menerapkan

konsep pendidikan seperti itu,_kemungkinan hanya ada

beberapa sekolah saja, salah satunya adalah SD Al-Ridha

Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Bermula dari tujuan pendidikan di Indonesia yang

kurikulumnya sarat akan pengetahuan__

berusaha

mengarahkan anak-anak sebagai juara (meraih angka

gemilang). Terkadang anak-anak belajar hanya untuk

reputasi sekolah, bukan belajar untuk membekali

kesadaran dan aktualisasi ilmu yang diterima supaya

dapat membimbing kehidupan lebih terarah. Hal ini dapat

diamati dari bagaimana pola dan subtansi apa para siswa

pelajari di sekolah, kondisi demikian seringkali sangat

jauh dari realita kehidupan yang dialami, maka penulis

melihat ini adalah sebagian problem adanya kesenjangan

antara nilai ideal normatif dengan realitas empiris. Siswa

dapat memahami apa yang telah dipelajari, tetapi tidak

bisa mengaitkan dengan pengalaman langsung yang

dihadapi di masa sekarang maupun masa depan. Realitas

demikian, pada akhirnya menyebabkan anak-anak tumbuh

menjadi orang cerdas berpengetahuan tetapi tidak dapat

melahirkan sikap kearifan, kurang produktif,

31

S. Philip Goohart, ‚The Influence of Education and

Environment Upon The Early Development of The Atypical or

Nervous Child, Beginning with The Kindergarten Years‛, The Journal of Education, vol. 72, No. 2 (1788), (July 14, 1910), pp. 39-

40.

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

16

menampilkan egoistik. Ilmu dimiliki sebatas sebagai

modal mencari profesi duniawi dan hanya mengejar

kehidupan di masa depan, namun miskin kesadaran dan

kepedulian terhadap alam lingkungannya, semua itu

disebabkan lemahnya penanaman pendidikan spiritual dan

implementasi dalam kehidupan nyata.

Menggejolaknya fenomena krisis lingkungan yang

terjadi di masyarakat Indonesia, alternatif yang dapat

dilakukan ialah memberikan pendidikan lingkungan hidup

sejak dini bagi peserta didik di sekolah. Kontribusi PLH

sejak dini memberikan banyak perilaku positif bagi anak-

anak di sekolah khususnya sikap pro-lingkungan hidup.

Menimbang bahwa usia dini merupakan masa-masa

pembentukan berbagai karakter yang baik bagi anak-anak

khusus perilaku pro-lingkungan hidup atau kesadaran

kepedulian terhadap lingkungan, maka pemupukan nilai-

nilai ekologi ada baiknya dilaksanakan sedini mungkin

agar tidak mudah dilupakan dan selalu teringat sampai ia

beranjak dewasa sehingga wawasan yang ia dapatkan

dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Atas dasar tersebut, melalui penelitian ini penulis

ingin menguji kesadaran lingkungan (perilaku pro-

lingkungan hidup) siswa siswi di sekolah dengan

menjadikan SD Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere sebagai objek penelitian. Pemilihan Islamic Green School ini, karena sebagai sekolah adiwiyata yang

menerapkan kebijakan berwawasan lingkungan hidup

untuk membentuk sistem pendidikan yang berkualitas.

Misi dan visinya hendak membentuk karakter peserta

didik yang siap menjadi agen perubahan yang mampu

membangun masa depan umat dan menjadi peserta didik

religius sebagai khalifah Allah yang ideal. Memang secara

umum Green School memiliki orientasi yang sama yaitu

agar para peserta didik memahami manusia itu makhluk

bagian dari alam dan menumbuhkan kepekaan, kesadaran

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

17

upaya memelihara lingkungan untuk masa mendatang dan

mensosialisasikan gaya hidup yang bertanggung jawab.

Dengan semua gagasan utama itu, meliputi metode

pengajaran dan pembelajaran adalah peserta didik ‛belajar

dengan melakukan‛ (learning by doing)__

peserta didik

memperoleh informasi melaui indra mereka sendiri

melalui investigasi, perjalanan dan menambah kesalihan

serta keimanan, dan memecahkan masalah berdasarkan

tingkat usia mereka sendiri.32

Penekanan nilai-nilai

pendidikan spiritual yang berwawasan ekologi di SD Al-

Ridha Al-Salaam Cinere, bukan hanya melalui kurikulum

pembelajaran berwawasan lingkungan saja, akan tetapi

juga melalui kegiatan-kegiatan sekolah seperti:

pendidikan lingkungan hidup (PLH). Dengan melibatkan

penyatuan spiritual dan ekologi inilah kemudian

memberikan sumbangsih positif terhadap nalar berpikir

dan sikap peserta didik dalam berinteraksi dengan baik

terhadap alam dan lingkungan. Kolaborasi kurikulum

berwawasan lingkungan dan pendidikan spiritual di SD

Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

diharapkan mampu membangun kesalehan secara vertikal

dan horizontal peserta didik yaitu mengarahkan anak-

anak yang taat pada Allah swt namun tidak mengabaikan

tanggung jawabnya dalam mencintai, menghargai

makhluk ciptaan Tuhan lainnya.

Melihat dan berangkat dari pemaparan di atas-

lah, mulai dari permasalahan krisis lingkungan,

permasalahan pendidikan yang cenderung menekankan

pada aspek kognitif dan problematika atau fenomena-

fenomena empirik lainnya serta perdebatan akademik

32

Eila Jeronen, dkk, Environmenal education in Finland: A

Case Study of Environmental Education in nature Schools,

International Journal of Environmental & Sciences Education, Vol.

4. No. 1, 2009, 3.

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

18

yang meninggalkan pertanyaan besar, khususnya dalam

ranah aspek pendidikan spiritual dan ekologi. Untuk

mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang masih

abstrak tersebut, maka peneliti ingin mengetahui secara

mendalam tentang kajian studi ini.

B. Identifikasi Masalah

Mengacu pada uraian mengenai latar belakang

permasalahan penelitian yang sebelumnya, penulis dapat

mengidentifikasi sejumlah masalah-masalah mendasar

yang muncul dalam penelitian tesis ini, antara lain:

1. Minimnya kepedulian masyarakat terhadap

kelestarian alam lingkungannya diakibatkan

perbuatan dan sikap-sikap antagonis manusia

modern saat ini. Selain itu, menunjukan fakta

bahwa adanya kesenjangan antara nilai idealitas

normatif dan tatanan realitas empiris.

2. Solusi pendidikan ekologi dalam membangun

kesadaran manusia terhadap lingkungannya

ternayata belum dapat meminimalisir dampak

pencemaran lingkungan.

3. Pendidikan yang lebih tendensius terhadap aspek

kognitif (lebih menekankan pada output__hasil

akhir.

4. Orientasi pendidikan yang kurang tepat dengan

hanya menyiapkan manusia yang siap kerja dan

jauh dari rumusan tujuan pentingnya akan

kesadaran dan peran mendasar pendidikan

nasional di Indonesia.

5. Di sekolah peserta didik disuguhi dengan banyak

pengetahuan sehingga minimnya kepedulian

terhadap realita kehidupan, termasuk kepedulian

terhadap alam dan lingkungannya.

6. Mayoritas sekolah lebih menekankan pada

tatanan pendidikan lingkungan dari aspek materi

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

19

saja, dibandingkan dengan pendidikan spiritual

berwawasan ekologi.

C. Rumusan Masalah

Hasil identifikasi masalah yang telah diuraikan di

atas, maka rumusan masalah utama yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana

aktualisasi nilai-nilai pendidikan spiritual berwawasan

ekologis di SD Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere?

1. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai

pendidikan spiritual berwawasan ekologi di SD

Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere?

2. Bagaimana implementasi nilai-nilai penguatan

pendidikan spiritual berwawasan ekologis oleh

siswa-siswi di SD Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere dalam interaksinya terhadap

lingkungannya?

3. Bagaimana tantangan dalam aplikasi penguatan

nilai-nilai pendidikan spiritual berwawasan

ekologi di SD Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere?

D. Batasan Masalah

Dari identifikasi dan rumusan masalah di atas

maka perlunya suatu batasan masalah agar pembahasan

dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih fokus

pada objek yang akan dikaji. Merujuk pada hasil rumusan

masalah, maka ada beberapa batasan yang menjadi fokus

pada penelitian ini:

1. Konsep

Melihat begitu luasnya pembahasaan tentang

spiritual dan ekologi. Penulis hanya

memfokuskan pada proses penguatan nilai-nilai

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

20

pendidikan spiritual berwawasan ekologi,

aplikasinya dalam program-program kegiatan

pendidikan lingkungan hidup di sekolah serta

kegiatan intra dan ekstrakurikuler.

2. Tempat

Tempat penelitian diselenggarakan di SD Al-

Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

dan sebagai pembanding penguatan nilai-nilai

pendidikan spiritual berwawasan ekologi ini

dilakukan di Madrasah Ibtida>iyah Pembangunan

UIN Jakarta.

3. Waktu

Dalam penelitian lapangan ini, limit waktu yang

dibutuhkan minimal satu tahun enam bulan

(mulai dari Mei 2018 sampai dengan Desember

2019).

E. Tujuan Penelitian

Koheren dengan rumusan permasalahan yang

telah ditetapkan sebelumnya, setidaknya ada tiga tujuan

yang hendak diketahui dalam penelitian ini, namun secara

umum penelitian ini bertujuan mengetahui signifikansi

pendidikan spiritual berwawasan ekologi dalam

membangun kesadaran dini peserta didik di SD Al-Ridha

Al-Salaam Islamic Green School Cinere terhadap

lingkungannya. Adapun secara umum tesis ini bertujuan

untuk memperoleh informasi tentang:

1. Proses penguatan program atau kegiatan nilai-

nilai pendidikan spiritual dan integrated curriculum yang berwawasan ekologi aplikasinya

di SD Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

2. Aktualisasi nilai-nilai pendidikan spiritual

berwawasan ekologi oleh siswa siswi SD Al-

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

21

Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

dalam interaksinya terhadap lingkungannya.

3. Tantangan dalam aplikasi penguatan nilai-nilai

pendidikan spiritual berwawasan ekologi di SD

Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

F. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Merujuk pada tujuan penelitian yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini mengandung

dua manfaat/signifikansi penelitian baik secara teoritis

maupun secara praktis. Ditinjau dari aspek teoritis,

penelitian ini diharapkan mampu:

1. Dijadikan acuan untuk mengeksplorasi lebih lanjut

problem ekologi dalam tinjauan pendidikan spiritual.

2. Dijadikan panduan praktis dalam merespon berbagai

wacana kontemporer saat ini, khususnya berkaitan

dengan problem krisis ekologi dan krisis sikap

manusia.

3. Membantu para pendidik di sekolah dalam memberi

solusi kesadaran kepada warga sekolah dalam

kepeduliannya terhadap lingkungan hidup.

Secara praktis kajian ini diharapkan mampu

mendorong semua kalangan untuk bersikap, bertindak

dan berbuat secara ekologis. Dengan berbekal

pengetahuan pendidikan spiritual ekologi diharapkan

mampu memotivasi individual (peserta didik, para guru,

dan masyarakat) mempraktikkannya dalam kehidupan

sehari-hari terutama dalam bertindak terhadap alam dan

lingkungan sekitar.

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Secara umum, kajian tentang pendidikan spiritual

telah banyak dibahas sebelumnya, begitu juga tentang

Sekolah Alam, namun dalam kajian kali ini penulis lebih

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

22

memfokuskan pada ‚pendidikan spiritual berwawasan

ekologi‛. Adapun sebagai pembanding terhadap

penelitian penulis, diuraikan penelitian terdahulu yang

relevan dengan kajian yang penulis teliti adalah:

Deborah Schein dalam tulisannya ‚Nature’s Role in Children’s Spiritual Development (2014)‛, menemukan

bahwa alam memiliki peranan dalam pembentukan

perkembangan spiritual anak. Dengan melibatkan atribut

khusus untuk menciptakan momen spiritual dalam waktu,

ruang, dan alam serta menghubungkannya dengan

pertanyaan-pertanyaan besar yang mampu membuat anak-

anak berekplorasi__

memikirkan dan merasakan kehadiran

spiritual melalui kegiatan alam. Momen-momen spiritual

ini seringkali diciptakan ketika anak-anak menghabiskan

waktunya di alam terbuka. Schein menyimpulkan melalui

kegiatan atau program penghijaun anak usia dini ini,

ternyata memiliki implikasi yang signifikan terhadap

perkembangan spiritual anak-anak di Amerika Serikat.33

Persamaannya dengan penelitian penulis bahwa eksistensi

alam mampu membangun kesadaran spiritual anak,

sehingga momen-momen ini membawa suatu perubahan

sikap anak dalam bertindak terhadap alam. Perbedaannya,

penelitian tersebut lebih memfokuskan pada

perkembangan spiritual anak usia dini melalui alam bukan

menekankan pada ranah pendidikan spiritualnya.

Muhammad Ibrahim Hasan, seorang pakar

lingkungan dalam kitabnya al-Bi>’ah wa al-Talawwuth: Dira>sah Tah}liliyah li Anwa>’ al-Bi’a>t wa Maz}ahir al-

33Deborah Schein ‚Nature’s Role in Children’s Spiritual

Development. Children, Youth and Environments, Vol. 24, No. 2,

Greening Early Chilhood Education, 2014, pp, 78-101.

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

23

Talawwuth tahun 1995,34

mengungkapkan bahwa

lingkungan alam dan manusia tidak akan pernah dapat

dipisahkan, karena proses pengolahan alam oleh manusia

itu merupakan interaksi yang terjadi secara terus menerus

bahkan proses ini akan semakin baik jika dilandasi dengan

akhlak mulia, sehingga perilaku merusak alam dapat

diminimalisir sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan

serta tidak berlebih-lebihan. Kajian pustaka ini lebih

menitik beratkan kepada ilmu alam, dengan penekanan

yang berlandaskan akhlak mulia (nilai pendidikan Islam)

dalam membangun hubungan antara manusia dengan

alam. Persamaannya bahwa manusia dan alam memiliki

hubungan yang tidak dapat dipisahkan yaitu hubungan

materi dan spiritual.

Muhammad Mukaddar dengan tesisnya yang

berjudul ‚Eko-Tarbiyah Aplikasi pendidikan Islam

Berwawasan Ekologi di SMK Kehutanan Wali Songo

Tuban‛, (Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta: 2013)35

menemukan bahwa adanya penguatan

nilai-nilai pendidikan agama (akhlak) dalam ekologi yang

berpengaruh signifikan terhadap perilaku ekologi

masyarakat, dengan kata lain dapat dinyatakan semakin

kuat pemahaman masyarakat tentang integrasi pendidikan

Islam dalam ekologi maka semakin besar kecintaan

masyarakat dalam pelestarian hutan. Integrasi pendidikan

Islam dan ekologi di SMK Negeri 1 jurusan kehutanan

Pon-Pes Wali Songo Tuban, telah membawa dampak

positif terhadap perilaku ekologi masyarakat setempat,

34

Muhammad Ibrahim Hasan, Dira>sah Tah}liliyah li Anwa>’ al-Bi’a>t wa Maz}ahir al-Talawwuth, (Mesir: Jami’ah al-Iskandariyah,

1995). 65. 35

Muhammad Mukaddar, Eko-Tarbiyah Aplikasi pendidikan Islam Berwawasan Ekologi di SMK Kehutanan Wali Songo Tuban, (Sekolah PascaSarjana: 2013). 120.

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

24

seperti kesadaran merawat, menjaga dan mengembangkan

potensi hutan. Hal ini terbukti dengan perubahan karakter

masyarakat tentang hutan yang sebelumnya hanya

sebagai sarana pemenuhan kebutuhan menjadi

perlindungan bagi masyarakat. Perbedaannya, tesis ini

lebih memfokuskan pada penguatan pemahaman

masyarakat tentang ekologi yang berawal dari penerapan

SMK Negeri 1 jurusan kehutanan Pon-Pes Wali Songo

Tuban yang kemudian berdampak pada perilaku

masyarakat berupa kecintaan terhadap hutan.

Persamaannya dengan penelitian penulis adalah bahwa

nilai-nilai pendidikan Islam dan pendidikan spiritual

adalah sama-sama berlandaskan pada esensi tauhid.

Azman Ahmad dalam jurnalnya yang berjudul

‚Islamic Attitudes Towards Environmental Problems and Practices a Case Study of the Muslim Community in Brunei Darussalam (2015), menemukan bahwa dengan

implementasi nilai-nilai Islam terhadap permasalahan

krisis lingkungan salah satunya polusi parah yang ada di

Brunei Darussalam sedikitnya telah membawa dampak

positif bagi masyarakat Brunei (mayoritas muslim) dalam

membangun kesadaran konservasi yang sebelumnya

pengetahuan dan sikap masyarakat Brunei Darussalam

dingin dan tidak perduli terhadap isu-isu lingkungan

hidup mereka.36

Persamaannya bahwa pendidikan

spiritual merupakan bagian dari nilai-nilai Islam, namun

pendidikan spiritual lebih memfokuskan relasi antara

Tuhan dan aktualisasi ketaatan tersebut dapat dilihat

melalui sikap manusia terhadap makhluk-Nya.

36Azman Ahmad ‚Islamic Attitudes Towards

Environmental Problems and Practices a Case Study of the Muslim

Community in Brunei Darussalam‛, Global Religion, Culture, and Ecology, Volume. 16 Issue 3, 2015.

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

25

Muhamamd Ahmad Al-Khudi ‚Al-Qiyamu al-Bi’iyah min Manz{uri Islami> (2009)‛, menemukan bahwa

signfikansi Islam dalam ekologi relevan dengan al-Quran

dan sunnah tentang: nilai-nilai etika dalam ekploitasi

(keseimbangan dan moderasi di alam semesta), nilai-nilai

konservasi lingkungan serta nilai-nilai estetika di

lingkungan. Tiga dari nilai-nilai lingkungan tersebut

muncul setelah mengamati

atau terkonsentrasi pada

kebiasaan interaksi manusia dan orientasi pendidikan

Islam yang berusaha mengembangkannya terhadap orang-

orang Muslim dengan berbagai metode sesuai bentuk atau

jenis nilai-nilai karakter yang dibutuhkan manusia

tersebut.37

Fachruddin Majeri Mangunjaya dan Jeanne dalam

jurnal yang berjudul ‚Reviving an Islamic Approach for Environment Conservation in Indonesia (2012)‛,

menemukan bahwa melalui pendidikan__

yang merupakan

pendekatan inovatif, serta menggabungkan prinsip-prinsip

Islam perlindungan lingkungan dan metode konservasi

tradisional dengan sejumlah inisiatif yaitu melibatkan

kerja sama para pemimpin agama, dan kegiatan pesantren

ramah lingkungan mampu membawa kesadaran publik

akan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Setelah

upaya negara dalam melestarikan Sumber Daya Alam

Indonesia yang dibutuhkan begitu sulit dan kurang efektif

karena disebabkan minimnya lahan yang tersedia dan

seringnya terjadi komplik kebijakan konservasi di antara

penduduk lokal.38

37

Muhamamd Ahmad Al-Khudi ‚Al-Qiyamu al-Bi’iyah min

Manz}uri Islami>‛, Majallatu al-Zarqo li al-Buhuth wa al-dira>sat al-Insani>yah, Vol. 9. No. 2.(2009), 71.

38

Fachruddin Majeri Mangunjaya and Jeanne ‚Reviving An

Islamic Approach For Environment Conservation In Indonesia‛,

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

26

Anna M. Gade dalam tulisannya ‚Tradition and Sentiment in Indonesian Environmental Islam (2012)‛,

menemukan bahwa pada tahun 2010-2011 beredar pesan

di ranah publik bahwa indonesia menjadi Islam ‚hijau‛.

Dengan menerapkan kurikulum dan model pembelajaran

ekologi baru ‚eko-dakwah‛ (jangkauan agama dan

lingkungan) oleh otoritas keagamaan serta

menghubungkan teori dan praktik yang telah lama

ditetapkan dalam tradisi dengan tujuan membawa

kesadaran pengalaman manusia terhadap sumber daya

alam, selain itu, dapat membuat perasaan dan emosi

terbawa pada kekuatan persuasif untuk mengubah

persepsi dan mengilhami tindakan. Eko-dakwah ini

memberikan sentimen moral dan tindakan di dunia ini

dengan menghormati negara-negara alami sebagai

antisipasi di dunia yang akan datang.39

Muhammad Iqbal dalam tesisnya yang berjudul

‚Perspektif al-Quran Tentang Perubahan Iklim,‛ (UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta: 2008),40

menemukan bahwa

adanya relasi manusia dan alam di dalam al-Quran yang

dipandang sebagai pendukung dalam aspek pemenuhan

kebutuhan material dan spiritual. Dalam hal ini, maka

manusia sebagai khalifah al-‘Ard{ diberi tanggung jawab

untuk memelihara serta menjaga alam sepenuhnya.

Perbedaannya Iqbal menekankan pada dua dimensi yakni

dimensi materi dan spiritual antara hubungan manusia

Global Religion, Culture, and Ecology, Volume. 16 Issue 3, 2012.

286-305. 39

Anna M. Gade ‚Tradition And Sentiment In Indonesian

Environmental Islam‛, Global Religion, Culture, and Ecology,

Volume. 16 Issue 3, 2012. 40

Muhammad Iqbal, Perspektif al-Quran Tentang Perubahan Iklim, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2008).

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

27

dan alam, sedangkan penulis hanya menitik beratkan pada

aspek spiritual saja. Sedangkan persamaannya terletak

pada satu aspek pembahasan yakni spiritual.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang relevan

di atas, secara umum lebih memfokuskan pada nilai-nilai

Islam dan perspektif umum tentang konsep ekologi.

Namun dimensi penguatan nilai-nilai pendidikan spiritual

sebagai elemen fundamental yang melibatkan

berwawasan ekologi dalam bentuk penelitian secara

spesifik dan komprehensif tidak terlalu difokuskan. Atas

dasar itulah, penulis penting mengkaji mengenai

penguatan nilai-nilai pendidikan spiritual berwawasan

ekologi secara holistik dan mendalam untuk menemukan

signifikansi baik secara teoritis dan aplikatif. Adapun

kajian ini tipologinya, berupa penelitin lapangan yang

akan dilaksanakan di salah satu sekolah berbasis

lingkungan hidup.

H. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian field

research yakni penelitian yang langsung dilaksanakan

atau pada responden. Objek penelitiannya dapat

berupa objek di lapangan yang dapat memberikan

informasi tentang kajian penelitian yang ditulis.

Metodologi yang digunakan ‚kualitatif‛ yang mana

bertujuan untuk menemukan dan memahami makna

perilaku-perilaku, simbol-simbol dan fenomena-

fenomena.41

Metode kualitatif adalah langkah-

langkah penelitian yang menghasilkan data deskriptif

melalui kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang,

41Imam Suprayogo & Tobroni, Metodologi Penelitian

Sosial-Agama, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet, Ke-2, 93.

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

28

peristiwa tertentu secara rinci dan mendalami

perilaku yang dapat diamati.42

Makna perilaku yang diamati di lapangan

meliputi tindakan atau interaksi peserta didik serta

warga sekolah terhadap lingkungan; pengamatan

simbol-simbol seperti slogan atau poster tentang

kebersihan dan lingkungan; dan pengamatan

fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya sesuai

dengan fakta yang ada di lapangan. Sedangkan jenis

penelitiannya adalah studi kasus yang bersifat

komprehensif (menyeluruh), intens, rinci dan

mendalam yang lebih diarahkan sebagai upaya

menelisik masalah-masalah yang bersifat

kontemporer, kekinian atau dapat disebut bahwa studi

kasus ialah penelitian yang rinci yang berkaitan

dengan suatu latar atau objek atau penyimpanan

dokumen mengenai peristiwa-peristiwa tertentu.43

2. Sumber Data

Dalam proses penelusuran dan pengumpulan

data yang diperlukan untuk menjawab penelitian ini,

penulis memfokuskan kajian ini bertumpu pada studi

dokumentasi dan data lapangan. Sumber penelitian

itu dapat berupa primary sources dan secondary sources.

Data yang dihasilkan dari sumber primer

adalah bersifat lapangan, seperti observasi dan

wawancara mendalam serta studi dokumentasi.

Sumber data bisa berupa: 1) Person atau individu

42

CR. Brogdan & SJ. Taylor, Introduction in Qualitative Research Methods, (New York: John Wiley, 1993), 54.

43Burhan Bungin, Analisis Data Kualitatif; Pemahaman

Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2015), Cet, ke-18, 20.

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

29

yakni pelaku penguatan nilai-nilai pendidikan

spiritual-ekologi, seperti peserta didik, guru PAI, dan

kepala sekolah dan pengembang kurikulum serta wali

murid. 2) Place atau tempat yaitu SD Al-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere beserta situasi-

kondisi di dalamnya yang terkait dengan penelitian

ini dan sebagai pembandingnya di MIP UIN Jakarta.

3) Paper atau dokumen adalah segala bentuk dokumen

baik yang bersifat kelembagaan ataupun tulisan-

tulisan yang berkaitan dengan SD Al-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere seperti: program

PLH, kurikulum pembelajaran, gambar-gambar, dan

slogan kebersihan dan lingkungan.

Sedangkan untuk data yang dihasilkan dari

sumber sekunder yakni berupa data tertulis seperti

dokumen, jurnal, artikel-artikel, dan buku-buku yang

bukan menjadi rujukan utama dari penelitian ini,

namum bisa memberikan beberapa informasi atau

penjelasan serta pendukung berkenaan dengan kajian

yang sedang diteliti saat ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Suatu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan metode atau instrument untuk

mendapatkan dan mengungkapkan informasi yang

akan diteliti di sebut dengan teknik pengumpulan

data. Agar mendapatkan data semestinya yang

diperlukan di lapangan, ada beberapa langkah

pengumpulan data peneliti lakukan yaitu: observasi,

wawancara, dan studi dokumen.

a) Observasi diperlukan dalam tahap ini karena

sebagai sebuah observasi, pencatatan dengan

sistematika terhadap fenomena-fenomena

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

30

yang diselidiki.44

Observasi digunakan dalam

penelitian ini agar mencari data mengenai

gambaran umum pelaksanaan pendidikan

spiritual berwawasan ekologi di SD Al-Ridha

Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Dalam hal ini peneliti mengikuti proses

pelaksanaan pendidikan spiritual berwawasan

ekologi di SD Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere. Pengamatan meliputi:

Kondisi SD Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere, sikap dan etika peserta

didik terhadap lingkungan sekolah,

lingkungan sekolah, kegiatan sekolah

(berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan

spiritual berwawasan ekologi), dan

dokumentasi.

Bagian Observasi

Tabel 1.1

44Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi

Offset, 2010), 73.

No Fokus Observasi Deskripsi Observasi

1 Kondisi SD Al-Ridha

Al-Salaam Islamic

Green School Cinere

Kondisi umum sekolah yang

meliputi: gedung sekolah, para

guru, parb bba peserta didik

sekolah dasar, proses belajar

mengajar.

2 Sikap atau etika

peserta didik

terhadap lingkungan

sekolah

Meliputi sikap dan etika peserta

didik dalam berinteraksi terhadap

lingkungan hidup di sekolah.

Menjaga kebersihan ruang kelas,

menjaga kebersihan pekarangan

sekolah, memelihara tanaman dan

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

31

b) Wawancara merupakan suatu percakapan atau

dialog yang dilakukan oleh pewawancara agar

dapat memperoleh informasi dari orang yang

diwawancarai mengenai apa yang hendak

diteliti.45

Wawancara ini ada secara

terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara

terstruktur adalah wawancara yang

susunannya sudah disediaan sedemikian rupa

oleh peneliti.46

Wawancara tidak terstruktur

sama halnya dengan dialog nonformal dengan

tujuan untuk memperoleh informasi dari

responden, akan tetapi susunan kata dan

urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap

45

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet, ke-IV, 115.

46Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet, ke-IV, 118.

ternak di sekolah.

3 Lingkungan sekolah Kondisi pekarangan sekolah,

lapangan sekolah, depan gerbang

sekolah, jalanan menuju sekolah,

tanaman hijau sekolah, tempat

pembuangan sampah.

4 Kegiatan sekolah

(berkaitan dengan

pendidikan spiritual

ekologi)

Kegiatan bank sampah, kegiatan

PLH dan kegiatan penguatan nilai-

nilai pendidikan spiritual

berwawasan ekologi di sekolah.

5 Dokumentasi Dokumentasi berupa program

kegiatan, kurikulum pembelajaran,

gambar-gambar, slogan dan

lainnya.

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

32

responden.47

Objek yang diwawancarai dalam

penelitian ini: guru PAI, peserta didik dari

kelas V SD Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere, kepala sekolah serta

pengembang kurikulum, ketua Yayasan SD

Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere dan wali murid. Berikut tabel

kelompok dan jumlah informan yang

diwawancarai:

Jumlah Informan yang diwawancarai

Tabel 1.2

No Nama Jabatan

1 Hj. E. Melany. SH. MH Ketua Yayasan Al-Ridha

Al-Salaam IGS Cinere

2 Rifa Rahmaniah, M. Pd Kepala Sekolah SD Al-

Ridha Al-Salaam IGS

Cinere

3 Puspita Aditia S. Pd.I

Guru Kelas VI Al-Ridha

Al-Salaam IGS Cinere

4 Rifan Dermawan S. Pd. I

Guru Kelas V Al-Ridha

Al-Salaam IGS Cinere

5 Intan Ryanti, S.Pd Wakasek Kurikulum I

SD Al-Ridha Al-Salaam

IGS Cinere

5 Siswa 20 orang Terdiri dari siswa kelas

kelas V dan VI

7 Wali murid 5 orang Wali murid dari kelas V

dan VI

c) Dokumentasi dibutuhkan dalam penelitian

untuk mengumpulkan dan menganalisa

10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet, ke-IV, 117.

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

33

dokumen-dokumen penting oleh sekolah yang

memiliki kaitan dengan penelitian ini,

misalnya seperti: arsip mencatatnya dengan

tujuan agar memperdalam dan memperkaya

data yang dikumpulkan dari objek yang ada.48

Adapun dokumentasi yang digunakan berupa

dokumentasi program kegiatan SD Al-Ridha

Al-Salaam IGS Cinere, kurikulum SD Al-

Ridha Al-Salaam IGS Cinere, silabus

pembelajaran, materi pelajaran, kumpulan

materi/soal, daily plan dan catatan-catatan

lainnya.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan dan Sugiono,

ialah suatu proses mencari, menyusun secara

sistematis data yang didapatkan melaui hasil

wawancara, catatan lapangan maupun bahan-bahan

lainnya sehingga bisa dipahami dengan mudah dan

temuan penelitiannya juga dapat diinformasikan

kepada yang lainnya.49

Sama halnya Miles dan

Huberman mengatakan bahwa analisis data di dalam

sebuah penelitian kualitatif dilakukan secara

interaktif dan continue sampai data yang akan

diperoleh oleh peneliti tuntas sampai datanya sudah

jenuh.

Adapun penelitian ini menggunakan teknik

analisis deskriptif kualitatif. Cukup menjelaskan dan

mendeskripsikan keadaan suatu objek penelitian

48

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet, ke-7, 195.

49

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet, ke-2, 186.

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

34

berdasarkan penyebab-penyebab yang terlihat atau

apa adanya.50

Setelah data terkumpul, peneliti

melakukan agregasi, organisasi dan klarifikasi

sehingga menjadi komponen-komponen yang bisa

dikelola dengan beberapa tahap atau cara untuk

menganalisis data. Akan tetapi secara garis besar,

langkah-langkah yang dilalui ada tiga yaitu: Reduksi

data, Display data, Pengambilan kesimpulan dan

verifikasi.51

Sedangkan untuk menguji kevalidan data,

maka peneliti melakukan cara triangulasi dalam

memeriksaan keabsahan (valid) data dengan

memanfaatkan atau menggunakan sesuatu yang lain

di luar data tersebut. Selain itu kegunaan teknik

triangulasi adalah membandingkan kebenaran data

dari informan yang satu dan yang lainnya dengan

praktek di lapangan. Triangulasi yang dilakukan

merupakan triangulasi metode yakni penulis

melakukan observasi dan wawancara terstruktur atau

bebas untuk memperoleh kebenaran yang valid baik

dari guru dan murid.52

5. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan teknik pengumpulan data dan

teknik analisis tersebut, maka terlihat jelas penelitian

ini adalah penelitian kualitatif yang mana

50

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet, ke-IV, 236.

51

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), 246.

52 Triangulasi ada empat: triangulasi metode, triangulasi

antar-peneliti, trianguasi sumber data, dan triangulasi teori. Lexi J.

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2000), Cet, ke-12, 178.

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

35

penelitiannya bertumpu pada data-data empirik

seperti studi dokumentasi, observasi dan wawancara.

Adapun karena penelitian ini bersifat

lapangan, maka peneliti menggunakan pendekatan

fenomenologi dan pendekatan ekologi. Menurut

Noerhadi Magetsari pendekatan fenomenologi

merupakan pendekatan yang menggambarkan makna

asli sebagaimana yang dirasakan oleh subjek dalam

data atau gejala.53

Sedangkan pendekatan ekologi

sebagaimana diungkapkan oleh Bronfenbrenner

merupakan suatu perspektif mengenai metodologi

dalam mempelajari perkembangan kepribadian yang

mempertimbangkan aspek-aspek di luar individu,

yaitu dari sisi lingkungan di mana individu berada

serta melihat manusia sebagai bagian suatu sistem.54

I. Sistematika Pembahasan

Penelitian kualitatif ini terdiri dari lima bab yang

masing-masing bab menerangkan bagian-bagiannya

sendiri:

Bab pertama mencakup pembahasan yang

berkaitan dengan permasalahan-permasalahan penelitian

mulai dari pembahasan (latar belakang masalah

penelitian, identifikasi masalah, perumusan masalah,

pembatasan masalah, penelitian terdahulu yang relevan,

tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian,

metodologi penelitian, serta sistematika penelitian).

Selanjutnya, bab dua berisi kerangka konseptual

dan landasan teoritis tentang ‚nilai-nilai pendidikan

53

Noerhadi Magetsari, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, (Bandung: Nuansa Bandung, 2001), 147.

54

Urie Bronfenbrenner, The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and Design, (England:

Harvard university press, 1979), 16.

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

36

spiritual-ekologi: membantu membentuk karakter

ekologis anak secara konsisten‛ dengan sub bab:

degradasi kesadaran ekologi anak didik di sekolah, konsep

dan praktik spiritual (spiritual tinjauan secara teoritis,

orientasi dan bentuk refleksi pendidikan spiritual, makna

spiritual dalam ekologi, spiritual anak dalam pendidikan).

ekologi dan perilaku pro-lingkungan hidup (urgensi

pemahaman ekologi: membentuk perilaku pro-lingkungan

hidup sejak dini, membangun perilaku pro-lingkungan

hidup sesuai ajaran islam).

Bab tiga membahas objek penelitian: Islamic green school: alternatif pembelajaran dini konservasi

lingkungan. Yang berisi tentang gambaran umum sekolah

hijau, profil sekolah hijau SD Al-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere, proses pembelajaran

berwawasan ekologi (kurikulum dan metode

pembelajaran, peserta didik dan guru, struktur mata

pelajaran, kegiatan sekolah ekstrakurikuler, sumber

belajar, sarana dan prasarana), Atmosfir sekolah hijau

Islam Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Bab empat, berisi ‚upaya penanaman nilai-nilai

pendidikan spiritual berwawasan ekologi pada sekolah

berbasis lingkungan hidup‛, yang terdiri dari: proses

penguatan pendidikan spiritual ekologi (kurikulum 2013

dan kurikulum berwawasan lingkungan hidup, integrasi

materi pelajaran terhadap lingkungan, pembiasaan

karakter ekologis, slogan kebersihan dan lingkungan,

melalui kegiatan ekstrakurikuler tertentu), aplikasi

program pendidikan spiritual berwawasan ekologi di

sekolah (assembly, earth day, field trip), indikator

pemahaman ekologi (melalui ulangan green school education, melalui kunjungan tempat-tempat tertentu),

peran dan orientasi pendidikan spiritual berwawasan

ekologi (peserta didik, guru, orangtua), aktualisasi nilai-

nilai pendidikan spiritual berwawasan ekologi (metode

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

37

internalisasi eco-spiritual education di sekolah, sikap

peserta didik terhadap kebersihan sekolah, sikap terhadap

sesama manusia), tantangan penguatan pendidikan

spiritual berwawasan ekologi di SD al-Ridha Al-Salaam

sekolah hijau Islam Cinere (kendala dalam pelaksanaan

pendidikan spiritual berwawasan ekologi di SD Al-Ridha

Al-Salaam Sekolah Hijau Islam Cinere, Distingsi

penekanan ekologi di SD Al-Ridha Al-Salaam Sekolah

Hijau Islam Cinere dan Madrasah.

Bab kelima penutup, yang menjelaskan tentang

kesimpulan penelitian dan saran serta rekomendasi.

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

38

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

39

BAB II

NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUAL-EKOLOGI:

MEMBANTU MEMBENTUK KARAKTER EKOLOGIS

ANAK SECARA KONSISTEN

Kerusakan alam dan lingkungan hidup pada

hakikatnya bukan saja dilatar belakangi oleh reaksi alam itu

sendiri. Penyebab perilaku manusia yang tidak selaras dan

harmonis dalam berinteraksi terhadap alam lingkungan

nyatanya lebih dominan memberi sumbangsih negatif bagi

kehidupan ekosistem. Faktanya dapat terlihat secara empirik

dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga perilaku

antagonis manusia tersebut cenderung membawa dampak

merugi terhadap alam dan lingkungan hidup sekitar, seperti

membuang sampah sembarangan yang berpotensi

mengundang banjir, membakar dan mengundul hutan,

pencemaran lingkungan yang semuanya akan menyumbang

reaksi negatif alam.

Berbagai penanggulangan dan antisipasi yang

ditawarkan terhadap masyarakat agar dapat mengurangi dan

mencegah kerusakan ekologi, baik mulai melalui media

pendidikan hingga teknologi canggih. Namun output yang

didapatkan belum mampu mengkonstruk kesadaran konsisten

manusia terhadap lingkungan hidupnya. Dalam permasalahan

inilah, maka sisi dari spiritual perlu dibangun dan ditekankan

khususnya dalam dunia pendidikan, agar reinforcement dini

yang diarahkan kepada anak didik di sekolah__

kaitannya

terhadap spiritual dan ekologi, diharapkan mampu

membangun kesadaran dan kepedulian individual terhadap

ekologi sejak belia. Dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

kehadiran spiritual tidak hanya berkaitan secara vertikal

(terhadap Tuhan), akan tetapi eksistensi spiritual dalam diri

manusia turut membawa dampak positif terhadap ciptaan

Tuhan lainnya, salah satunya adalah beretika baik terhadap

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

40

alam dan lingkungan untuk kelangsungan hidup bersama

makhluk Tuhan yang berlandaskan pada ajaran-ajaran Islam

Oleh karenanya, pembahasan dalam bab ini

merupakan bagian penting untuk dapat mengantarkan dan

memahami subtansi dari penelitian ini. Bab ini menjelaskan

beberapa konseptual dan teoritis baik mengenai spiritual dan

pemahamannya yang ditinjau dari berbagai perspektif,

kemudian kerangka teoritis tentang pendidikan spiritual

menurut Islam, karakteristik dimensi spiritual pada anak-

anak, serta etika manusia terhadap ekologi.

A. Degradasi Kesadaran Ekologi Anak Didik di Sekolah

Di era yang semakin mengalami kemajuan hampir

menyeluruh di semua aspek (ekonomi, budaya, politik, ilmu

pengetahuan serta teknologi) di belahan dunia, nyatanya

belum cukup mampu mendatangkan perubahan signifikan

dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Mengutip

perkataan Charles ‚Ini merupakan era masa depan yang

paling baik sekaligus paling buruk‛, ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin maju dan pesat mendatangkan

kemudahan seseorang untuk mengakses berbagai bidang

pendidikan, namun secara bersamaan terdapat kemerosotan

pendidikan dalam beberapa aspek.1

Dilansir dari Bappenas (Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional) tingkat pendidikan di Indonesia

sesuai angka indeksnya masih menduduki posisi yang

rendah. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pengajaran

pendidikan yang tidak terarah dan semaunya, sehingga

output dari pendidikan tersebut hanya menjadikan peserta

didik tahu akan suatu ilmu akan tetapi sangat kurang

memahami, menghayati, dan mengamalkan ilmu yang

1 Anita Lie, Takim Andriono, Sarah Prasasti, Menjadi

Sekolah Terbaik: Praktik-praktik Strategis dalam Pendidikan, (Jakarta: Tanoto Foundantion & Raih Asa Sukses, 2014), 13.

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

41

didapatkan di bangku sekolah dalam praktik kehidupan

sehari-hari.2 Fakta lapangannya bahwa pendidikan saat ini

belum mampu memberi solusi signifikan dalam

memecahkan permasalahan krisis yang menimpa manusia

saat ini, salah satunya krisis pemahaman akan

pemeliharaan lingkungan. Problema krisis lingkungan yang

dihadapi manusia, penyebabnya bersumber dari sikap

pemenuhan kebutuhan manusia baik personal, kelompok

ataupun kebutuhan sosial lainnya. Masalah lingkungan

yang paling sering ditemui dalam lingkungan masyarakat

ialah yang berkaitan dengan masalah air, makanan, dan

tempat tinggal. Maslow menjelaskan bahwa setiap

manusia membutuhkan yang namanya pemenuhan

fisiologis (minuman dan makanan wajib harus dipenuhi).

Kebutuhan lainnya ialah keamanan, disayangi dan

disayangi, harga diri, aktualisasi yang juga perlu dipenuhi.

Namun yang diperoleh untuk saat ini ialah udara yang

sudah tercemar, air, tanah kotor yang banyak dipenuhi

oleh sampah.

Melalui pertimbangan inilah, maka sekolah-sekolah

perlu memperhatikan dan menekankan pendidikan

lingkungan serta strategi pemecahan masalah lingkungan,

karena sekolah (lembaga pendidikan) merupakan saluran

terbesar yang mudah diterima dan menyentuh ruang-ruang

permasalahan krisis yang menimpa masyarakat modern ini.

Perlunya sekolah dalam menekankan pendidikan

lingkungan karena lingkungan merupakan tempat tinggal

manusia yang saling memenuhi kebutuhannya masing-

masing, serta lingkungan adalah faktor yang dapat

mempengaruhi pendidikan. Dalam hal ini bagaimana bisa

2Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, dalam

Mohammad Ali, Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional: Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi, (Bandung: Grasindo, 2009) 126.

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

42

pendidikan dapat terlepas dari kaitannya dengan

permasalahan lingkungan. Oleh karenanya sekolah harus

dapat menanamkan pemahaman dan sikap ekologi sejak

dini kepada siswa-siswi di sekolah karena faktor utama

yang mendukung krisis lingkungan yakni gaya hidup

masyarakat. Sehingga sekolahlah sebagai forum yang

dapat membantu meminimalisir sikap destruktif mausia

melalui pengembangan pemahaman keyakinan, nilai dan

sikap yang relevan untuk bekal masyarakat hidup secara

harmonis dengan alam dan lingkungan.

Kendala yang sulit dalam menanamkan sikap dan

pengetahuan ekologis pada siswa-siswi di sekolah

dilatarbelakangi oleh empat faktor. Pertama, mengenai

orientasi pendidikan yang tidak selaras dengan rumusan

pendidikan nasional. Umumnya tujuan pendidikan secara

nasional yang tertulis dalam UU SISDIKNAS ialah agar

menumbuh kembangkan kemampuan intern anak didik

agar menjadi sosok yang ber-IMTAQ kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mah}mudah, sehat fisik, berilmu,

cakap, keratif, mandiri, dan menjadi warga negara

demokratis serta memilik tanggung jawab. Namun pada

realita lapangan terdapat ketimpangan antara rumusan

tujuan secara nasional dan praktik di sekolah. Secara

empirik tujuan pendidikan di Indonesia selama ini lebih

cenderung mengantarkan peserta didik untuk memiliki

banyak pengetahuan atau berfokus pada kognitif anak.3

Ketidakseimbangan antara kecakapan kognitif, spiritual,

sosial, dan afektif justru menghilangkan unsur integrasi

pada masing-masing aspek, sehingga yang muncul ialah

unsur dis-integrasi. Pendidikan seperti inilah yang

seringkali dipraktikkan sederetan intruksi dari guru ke

murid dengan istilah ‚pendidikan berupaya menciptakan

3 Muhammad Ali, Kebijakan Pendidikan Menengah Dalam

Perspektif Governance Di Indonesia, (Malang: UB. Press, 2017),

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

43

manusia siap pakai‛ yakni mencetak anak-anak yang siap

kerja yang diperlukan dalam persaingan bidang industri,

teknologi dan ekonomi.. Walhasil antusiasme lembaga

pendidikan pun semakin tertarik untuk merumuskan

orientasi pendidikan seperti ini karena relevan dengan

kebutuhan pasar.4

Faktor kedua, dikotomi pendidikan ialah

pendidikan yang tidak melibatkan antara pendidikan

umum dan pendidikan agama seperti yang terjadi di dunia

Barat. Rifyal Ka’bah menegaskan bahwa dikotomi

pendidikan merupakan cermin dari secular school kontras

dari religious school.5 Di Indonesia sendiri menurut Malik

Fajar, fenomena dikotomi pendidikan tampak pada

perguruan tinggi umum yang memiliki keunggulan dari

segi rasional, pengayaan di bidang skill dan minus

pengayaan moral, pada faktanya hanya menghasilkan

manusia cerdas tetapi kurang mempunyai keunggulan

moralitas, spiritualitas, dan afektivitas. Sebaliknya

pendidikan di pesantren mempunyai keunggulan dari

spiritualitas, moralitas, afektivitas, dan sosial, akan tetapi

cenderung lemah secara intelektual. Selanjutnya adanya

kebijakan kurikulum dalam bidang studi agama

(pendidikan agama) dan umum yang terjadi di sekolah-

sekolah umum dan lembaga-lembaga pendidikan Islam,

menurut Malik Fajar sebenarnya kebijakan seperti itu

hanyalah bersifat alokatif-dikotomis karena waktunya

masih terpisah sehingga dalam pemberian pelajaran bidang

studi umum tidak dikaitkan dengan agama dan

4Elni Handayani, Masalah pendidikan di Indonesia dan

solusinya, https://www.kompasiana.com/elnihandayani/masalah-

pendidikan-di-indonesia-dan-solusinya. 24 Juni 2015 04:07. 5 Rifyal Ka’bah, dalam Mukhtar Samad, Integrasi

Pembelajaran Bidang Studi Iptek dan Al-Islam (Suatu upaya mengatasi dikotomi pendidikan), (Yogyakarta: Sunrise, 2016),

18.

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

44

sebaliknya.6 Baiquni menjelaskan dikotomi pendidikan

merupakan penghalang reinkarnasi umat Islam di dunia

yang mampu memainkan perannya dan menguasai

berbagai disiplin ilmu pengetahuan.7 Munculnya dikotomi

pendidikan ini tentunya menjadi kendala bagi umat

muslim dan no-muslim untuk mengintegrasikan berbagai

disiplin ilmu.

Faktor ketiga, pendidikan kurang melibatkan peserta

didik pada persoalan-persoalan krisis sosial yang terjadi di

masyarakat. Pentingnya pengenalan isu-isu yang sedang

dihadapi manusia saat ini ialah agar lembaga pendidikan

dan peserta didik menemukan pemecahan-pemecahan

masalah dan menawarkan solusi-solusi konkret bagi

peserta didik. Upaya ini dilakukan agar anak didik

memiliki kesadaran tentang hakikat dirinya siapa, untuk

apa, dan bagaimana. Sudah semestinya kehidupan setiap

manusia memberikan manfaat, kebahagiaan, kedamaian,

dan pencerahan bagi manusia dan makhluk Tuhan lainnya.8

Faktor keempat ialah menyadari keragaman

karakteristik siswa-siswi dengan memberikan ruang atau

kesempatan kepada siswa-siswi untuk berekpresi,

bereksperimen dan mengeksplorasi kegiatan yang

disenangi serta diinginkan khususnya terhadap lingkungan

dan alam dengan tujuan dapat mengembangkan kreativitas

anak dalam berbagai aspek.9 Sebagai motivator, guru harus

6 Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, ( Surabaya:

Fajar Dunia, 1999), 113. 7M. Baiquni, Puji Astuti, Merajut Pengalaman Pendidikan

Pembangunan Berkelanjutan Universitas Gadjah Mada, (

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018), 121. 8Jejen Musfah, Pendidikan Holistik: Pendekatan Lintas

Perspektif, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet-1, 3. 9Yeni Rachmawati, Euis Kurniati, Strategi Pengembangan

Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ( Jakarta:

Kencana, 2011), Cet-2, 32.

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

45

memberi keluasan ruang gerak peserta didik untuk

melakukan aktivitas ini. Tujuannya tidak sekedar

mengetahui kecenderungan minat anak dan kecerdasannya,

akan tetapi mengetahui sejauh mana kepedulian dan

kesadaran anak pada lingkungan dan alamnya.

Faktor lebih spesifik yang melatarbelakangi

kemungkinan besar sekolah mengalami kesulitan dalam

mengembangkan pemahaman dan kesadaran ekologi pada

peserta didik bisa disebabkan oleh beberapa faktor yakni:

1. Materi ajar yang telah terorganisir di sekolah

memberi peluang yang minim dalam penekanan

pendidikan ekologi guna memecahkan masalah

krisis lingkungan. Sehingga menjadi kendala dan

bertentangan dengan pendikan ekologi. Karena

pendidikan ekologi merupakan interdisiplin

dengan pendekatan pemecahan masalah.

2. Kurikulum yang sarat akan materi pelajaran

menyulitkan untuk memasukkan materi pelajaran

baru ke dalam kurikulum.

3. Pendidikan lingkungan hidup (PLH) tidak dapat

menafikan pertanyaan-pertanyaan mengenai nilai.

Karena mayoritas sekolah sudah mengendalikan

nilai-nilai norma dan sikap masyakat untuk

dimusyawarahkan atau didiskusikan. EE harus

menawarkan proses klarifikasi nilai-nilai tersebut

dengan cara merangsang individu. Tujuannya

menguji perilaku anak melalui cara

pengklarifikasian dirinya.

4. Waktu yang sedikit diberikan kepada guru kelas

untuk menjelaskan tentang integrasi pendidikan

ekologi dengan program pengajaran dan materi

ajar. Bahkan mungkin tidak disiapkan dan

diambil begitu aja berdasarkan kesanggupan guru.

Kondisi guru yang kurang akan pemahaman

tentang lingkungan, kurang efektif

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

46

meneruskannya pada peserta didik di sekolah

melalui metode ceramah. Sehingga peserta didik

tidak terstimulasi untuk memiliki minat dan

ketertarikan terhadap lingkungan, dan tidak

mampu menumbuhkan keyakinan, perilku, nilai

atau keterampilan yang dapat menjadikan siswa-

siswi sebagai anak-anak yang peka anak dengan

permasalahan lingkungan.

5. Kendala lain yang menyebabkan lemahnya

pemahaman dan kesadaran anak didik yang

berkaitan dengan penyelenggara administrasi,

masyarakat, sikap siswa yang kurang peduli,

penjadwalan yang tidak fleksible, serta kurang

motivasi dari orangtua. 10

Faktor-faktor di atas, akan mempengaruhi ruang

gerak yang sulit bagi para pendidik dan peserta didik

untuk menumbuhkan dan mengembangkan perilaku-

perilaku pro-lingkungan hidup di sekolah, jika tidak

segera melakukan sebuah penekanan dari aspek-aspek

tertentu.

B. Nilai-Nilai Dan Spiritual

1. Spiritual dan Nilai: Tinjauan Secara teoritis

Spiritualitas memiliki ragam arti dan makna pada

masing-masing pandangan individu. Seringkali didapati

jawaban untuk mengutarakan esensi dari spiritualitas,

seseorang mengalami suatu kesulitan dalam

menjelaskannya. Ini merupakan term elusif dipahami

bahkan dapat memunculkan beberapa kontroversial

dalam artian ‚berbeda bagi orang yang berbeda‛.

Misalnya, dalam satu kasus ada dari beberapa kelompok

10

Yusuf Hilmi Adisendjaja, ‛Penerapan Pendidikan

Lingkungan di Sekolah‛, Jurnal BIO-Universitas Pendidikan Indonesia, 21 Mei 2007.

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

47

atau personal menggambarkan spiritualitas sebagai

sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan interior,

pengalaman religius, pencarian makna dan tujuan,

ataupun ekspresi keterkaitan transendensi, namun di sisi

lainnya spiritualitas dideskripsikan individu sebagai

imanensi, nilai-nilai utama, integritas, identitas, koneksi

ke sesuatu yang lebih besar, dan kesadaran.11

Banyak yang berpendapat bahwa nilai spiritual itu

pada umumnya tidak terukur oleh ilmu sains. Hal ini

digambarkan ‚spiritual‛ adalah sebagai istilah yang

oposisinya merupakan ‚material‛. Dengan sebuah

contoh: jika seseorang berbicara tentang kerinduan

spiritual manusia__

yang bertentangan dengan kebutuhan

material, maka seseorang tersebut kemungkinan tidak

memiliki gagasan yang jelas untuk mengungkapkan

kalimat itu, namun hal tersebut begitu menyiratkan

dalam hati dirinya. Perasaan sulit untuk diutarakan itulah

merupakan bagian dari ‚ruh manusia‛ yang begitu elusif

untuk didefinisikan, akan tetapi ia adalah hal yang diakui

sebagai sesuatu yang konkret.12

Spiritualitas diambil dari kata latin ‚spiritus‛

artinya bernafas, yang bermakna ‚prinsip yang

menghidupkan atau vital (sehingga menghidupkan

organisme fisik)‛, ‚makhluk supernatural‛, ‚kecerdasan

atau bagian bukan materiil dari orang‛.13

Dalam bentuk

kata sifat ‚spiritual‛, memiliki makna yaitu ‚yang

11

Kate Adams, Brendan Hyde, and Richard Woolley, The Spiritual Dimension of Childhoood, (London: Jessica Kingsley

Publishers, 2008), 11.

12

Winterton C. Curtis,‛ Spiritual Values‛, American Associatiob for The Advancement of Science, Vol. 47, No. 1224

(Jun. 14 , 1918), 571-579.

13

David Adshead, ‚Facilitating Spiritual Development in

the Context of Cultural Diversity‛, Education, Culture and Values, Vol. 5. 2000, 37.

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

48

berhubungan dengan spirit‛, ‚yang berhubungan dengan

yang suci‛, ‚yang berhubungan dengan fenomena atau

makhluk supernatural‛. Dalam bahasa ‘Arab dan Persi

Spiritual disebut ru>haniyyah (‘Arab) dan ma’nawiyah

(Parsi). Ru>haniyyah diambil dari kata ruh, ma’nawiyah

diambil dari kata ma’na, yang mempunyai makna

kebatinan dengan berarti ‚yang hakiki‛ proposisi dari

‚yang kasatmata‛. Dua term itu sangat berhubungan

dengan kondisi realitas tinggi dari pada materi dan

kejiwaan. Ringkasnya makna spiritual setidaknya

memiliki tiga sisi definisi. Pertama, mengidupkan—

spiritualitas mampu menghidupkan organisme mati

secara jasadiyah ataupun kejiwaan, tanpanya keduanya

tidak berarti. Kedua, memiliki arti sacred (suci) artinya

ia memiliki status lebih tinggi dari pada materiil

(profane). Ketiga, berhubungan dengan Rabb sebagai

musabbab (causa) sumber dari kehidupan.14

Hill, Emmons dan Crumpler mengungkapkan

spiritualitas adalah Experience (pengalaman) masing-

masing manusia yang berhubungan dengan suatu

transenden dan yang suci.15

Dalam Islam spiritualitas

dipahami bukanlah sesuatu yang bersifat materi atau

jasadiah. Ruh (spiritualitas) sangat berbeda jauh dengan

kebutuhan jasadiah. Kebutuhan jasadiah cenderung

duniawi dan kebutuhan ruh tendensi menarik pada

pemenuhan kebutuhan ukhrowi. Esistensi ruh yang ada

dalam seorang muslim berorientasi menuntun untuk

selalu konsisten dalam mengendalikan seluruh perbuatan

14

Alex Rodger, ‚Moral, Spiritual, Religous-Are they

Synonymous?‛, Education, Culture and Values, Vol. 5. 2000, 3.

15

Petter C. Hill,et al., ‚Conceptualizing Religion and

Spirituality: Points of Commonality, Points of Departura‛,

Journal for The Theory of Social Behavior, (United Kingdom:

Wiley-Blackwell Publishing Ltd, 2000), 15-77.

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

49

yang dikerjakan manusia relevan dengan syari’at.16

Selagi ruh berada di benak seseorang, maka ia akan

selalu mendorong seorang muslim-muslimah untuk

melaksanakan shalat, haji, puasa, dan aktivitas-aktivitas

kebaikan lainnya dengan syarat relevan dengan syara’.

Namun perlu dipahami, bahwa spiritual tidak sekedar

hadir pada waktu atau tempat sujud, di sekitar Ka’bah

dan Masjid, akan tetapi ia dapat hadir dalam setiap

pekerjaan (profesi) baik dimanapun seseorang berada.

Artinya aktivitas spiritual orang Islam tidak hanya

diwujudkan dalam bentuk sholat, puasa, haji, dan zikir,

dan ibadah lainnya namun bisa juga teraktualisasikan

dalam segala aktivitas keseharian manusia baik itu yang

berhubungan secara vertikal maupun horizontal. Atas

dasar itu, maka inilah yang dinamakan penyatuan antara

materi dengan ruh yakni segala aktivitas manusia

dilaksanakan sesuai dengan hukum syara’ berlandaskan

pada kesadaran akan hubungan manusia dengan Allah

swt.17

Seringkali kecendrungan seseorang untuk

melakukan sikap terpuji dalam memenuhi kebutuhan

lahir-bathin, sebenarnya bukanlah dorongan unsur halus

yang berada dalam diri seseorang. Itu merupakan

dorongan yang berasal dari kesadaran yang dimiliki

seseorang akan hubungannya dengan Allah swt (al-Idrok li al-S{illatihi billah), seseorang merasa selalu terawasi

sehingga alasan inilah yang membuat manusia taat

kepada-Nya. Rasa kesadaran itu semakin menguat

apabila seseorang mendengar nasehat yang begitu

16

Abdul Qodir ‘Audah, Al-Islam Baina Jahli Abna>ihi wa ‘Ajzi ‘Ulama’ihi, (Al-Ittih}ad al-Islami al-‘Alami li al-

Munaz}omat al-T}olabiyah, 1985), 56.

17

Ruslan, Menyingkap Rahasia Spiritualitas Ibnu ‘Arabi, (Makasar: Al-Zikra, 2008), 32.

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

50

menyentuh, melihat kejadian-kejadian yang

menunjukkan keagungan Allah swt, atau pada saat

mendapatkan pengalaman yang tidak mengenakkan.

Spiritualitas Islam membumi bahkan mnjadi menyatu

dengan perubahan kehidupan manusia dalam

kesehariannya. Justru tidak ada dikotomi antara urusan

duniawi dan ukhrawi dalam Islam, spiritual bukan hanya

teraktualisasikan dalam ritual ibadah namun dalam

seluruh sisi kehidupan manusia.18

Sedangkan ‚nilai‛ merupakan suatu yang biasa

digunakan untuk menunjukkan kata abstrak agar dapat

dikatakan sebagai worth (keberhargaan) atau goodness

(kebaikan). Melakukan penilaian berarti menimbang

dengan arti suatu kegiatan individu dalam

menghubungkan yang satu dengan yang lainnya dan

diakhiri dengan sebuah keputusan. Hasil dari keputusan

itulah yang menyatakan kebenaran suatu nilai yakni

memiliki ‚ nilai positif‛ atau ‚nilai negatif‛. Nilai

seringkali dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada

pada manusia baik itu jasmani, cipta, rasa, karsa dan

keyakinan. Sehingga dapat diartikan sebagai kualitas dari

sesuatu yang berguna bagi manusia zahir dan batin. Nilai

bagi manusia merupakan pedoman, alasan, bahkan

dorongan personal dalam berprilaku baik sengaja maupun

tidak sengaja.

Sesuatu yang disebut bernilai tidak hanya dapat

berupa materi, akan tetapi bisa berwujud immateri, justru

nilai yang bersifat immateri dianggap paling tinggi

kedudukannya dan mutlak bagi manusia seperti: nilai

religius dan nilai kerohanian. Perbedaannya nilai materi

relatif lebih mudah diukur menggunakan alat-alat ukur.

18

Abdul Qodir ‘Audah, Al-Islam Baina Jahli Abna>ihi wa ‘Ajzi ‘Ulama’ihi, (Al-Ittih}ad al-Islami al-‘Alami li al-

Munaz}omat al-T}olabiyah, 1985), 76.

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

51

Sedangkan nilai immateril tidak bisa diukur melalui alat-

alat ukur, tetapi diukur melalui budi nurani manusia.

Untuk mengukur nilai immateril dapat juga dibantu

melalui akal, indera, perasaan, kehendak, dan keyakinan.

Penilaian ini tentulah tidak sama antara manusia yang

satu dan lainnya.19

Louis O. Kattsof membedakan nilai

pada dua perspektif: intrinstik dan instrumental. Kattsof

menjelaskan nilai intrinsik adalah sesuatu yang sejak

semula telah bernilai. Sedangkan nilai instrumental ialah

nilai dari sesuatu karena dapat digunakan sebagai media

untuk mencapai tujuan sesuatu.20

Nilai intrinstik

merupakan pusat etika yang terdapat dalam dirinya

sendiri dan memiliki pengaruh besar.21

Notonagoro, seorang filsuf Indonesia menyebutkan

nilai terbagi menjadi tiga nilai utama: Nilai material,

vital dan kerohanian. Material dimaknai bernilai jika

materi itu berguna bagi kebutuhan fisik manusia dan

dapat bernilai vital jika bermanfaat bagi rutinitas

kegiatan manusia. Sedangkan dikatakan bernilai ruhani

jika berguna bagi batin (ruh) manusia. Notonagoro

membagikan lagi nilai-nilai pada empat aspek: Nilai

kebenaran, keindahan, kebaikan moral, dan religius. Nilai

kebenaran adalah bermuara pada akal manusia; Nilai

keindahan bersumber pada bagian rasa (estetis) manusia;

Nilai kebaikan moral adalah yang berasal pada kehendak

manusi; dan terakhir nilai religius yang berarti bersumber

19

Darji Darmodiharjo, Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2004), Cet ke-4, 233.

20

Louis O. Kattsof, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta:

Tiara Wacana, 2014), 213.

21 B. Charles Henry, ‚The Philoshopy of Meaning and

Value‛, ARPN Journal of Science and Technology, Vol 3. No. 6

June 2013. 593-597.

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

52

pada keyakinan manusia, dengan disertai penghayatan

melalui rasio dan budi batinnya.22

Dalam melakukan penilaian yang bersifat ruhani,

manusia haruslah menggunakan nuraninya yang dibantu

dengan indera, akal, perasaan, kehendak, dan keyakinan.

Dengan melibatkan alat-alat bantu tersebut dapat

diketahui seberapa optimalkah kemampuan dan peranan

alat-alat bantu dalam memberikan penilaian ruhani ini.

Dan penilaian ini tidaklah sama antara manusia yang

melakukan penilaian ruhani yang satu dengan ruhani

yang lain.

Dari pandangan penjelasan tentang spiritual dan

nilai spiritual di atas, maka kesimpulannya ialah bahwa

spiritual bersifat individual (tidak dimiliki oleh agama

apapun, namun di sisi lainnya spiritualitas kemungkinan

dimiliki oleh setiap agama). Spiritual merupakan

perasaan serta keyakinan terhadap sesuatu yang

refleksinya tidak hanya bisa didapatkan dari ritual ibadah

wajib akan tetapi dapat hadir serta mucul dalam berbagai

aktivitas kapanpun dimanapun. Adapun nilai spiritual

adalah nilai yang terdapat pada bathin seseorang manusia

yang terdiri dari nilai kebenaran, estetika, kebaikan

moral, dan religius.

2. Orientasi dan Bentuk Refleksi Pendidikan Spiritual

Wahana yang menjadi salah satu pengembangan

spiritual seseorang ialah pendidikan. Pendidikan

memiliki tujuan di antara ialah untuk mempromosikan

pengembangan spiritual pada peserta didik. Dalam

pembelajaran dan pengajaran di sekolah tidak lepas dari

yang namanya dimensi spiritual, artinya selalu terdapat

di dalamnya penekanan spiritual bagi peserta didik.

Michael Beesley menyatakan bahwa sebagian besar

22

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

53

pendidikan akan mendukung kebutuhan spiritual,

walaupun banyak orang merasa sulit untuk

mengambarkan dimensi spiritual dalam praktiknya. Ia

merespon bahwa sekolah atau lembaga pendidikan

memiliki kontibusi besar dalam mengembangkan

spiritual anak-anak dengan melalui kegiatan-kegiatan

sekolah. Namun untuk memenuhi kebutuhan spiritual

anak-anak dipastikan siswa menghadapi pendekatan23

relevan dalam pengajaran dan pembelajaran yang

melibatkan di luar nalar kognitif dan rasional.

Maksudnya belajar melalui panca indera, perasaan,

intuisi, kesadaran batin dan keheningan.24

Palker Palmer berpendapat sama bahwa sekolah

pada umumnya harus memasukkan dimensi spiritual atau

perhatian pada yang suci dan transenden. Ia menyarankan

bahwa reformasi pendidikan seyogyanya dimulai dengan

transformasi hati guru (memerhatikan spiritual

mendalam), dan peningkatan teknologi yang selama ini

merambah pesat merupakan sebuah penyesuaian

eksternal yang tidak melupakan bagian para guru dan

murid dalam memperhatikan penekanan pendidikan

23

Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang

seseorang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya sesuatu proses yang sifatnya

masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,

menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoritis tertentu. Lihat La Iru, La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012), 12.

24

Michael Beesley, ‚ Spiritual Education in Schools‛, An International Journal of Personal, Social, and Emotional Development, Volume 11, 2009, 22-28.

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

54

spiritual.25

Hammond,26

Hay dan Nye,27

West-Bumham

dan Huws-Jones,28

Johnson dan Neagley29

mengungkapkan bahwa pendidikan spiritual tidak harus

dimulai dari kategori-kategori teologis atau dari suatu

sistem keagamaan bahkan dari ekspresi historis

pencarian spiritual, tetapi pendidikan spiritual memiliki

lebih dari kapasitas kategori-kategori tersebut. Salah

satunya pendidikan spiritual dapat diajarakan di ruang

kelas ataupun di luar kelas yang mana bisa meliputi

aspek mistis, agama, emosional, etis, ekologis, dan

kreatif. Sehingga dalam konteks dan pemetaan penerapan

tersebut dapat dikembangkan dengan sebuah latihan atau

kegiatan yang dapat merangsang kesadaran spiritual

peserta didik.

Terkait dengan spiritual ini, awalnya sebagian ahli

memaknainya sebagai esensi arti dari transenden, namun

dengan memperhatikan kondisi sosial saat ini, makna

spritualitas pun mengalami perkembangan dan perluasan

yang bukan hanya sekedar berhubungan dengan ruh

(spirit) atau sebatas ritual ibadah, akan tetapi mencakup

keragaman refleksi pada realitas kehidupan khususnya

25

Parker Palmer, The Courage to Teach: Exploring the Inner Landscape of The Teacher’s Life, (CA: Jossey Boss, 1998),

93.

26

J. Hammod, New Methods in RE Teaching: an Experiential Approach. (Harlow: Oliver & Boy, 1990), 87.

27

D. Hay, Something There: The Biologi of Human Spirit, (London: Darton, Longman and Todd, 2007). R. Nye, Children Spirituality: What it is and Why it Matters. (London: Church

House Publishing, 2009). 58.

28

J. West Burnham, The Effective Teaching of Religious Education, (Harlow: Longman, 2007), 22.

29

A. Johnson and Neagley, Educating From The Heart, (Maryland: Rowman and Littlefield Education, 2011), 42.

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

55

dalam praktik memelihara lingkungan hidup (ecology).30

Dengan pertimbangan melihat fenomena atau fakta

kondisi bumi yang semakin menderita, memanggil

manusia dengan mengirimkan tanda-tanda ekstrim

ketidakseimbangannya baik melalui gempa bumi,

tsunami, banjir, badai, panas maupun kekeringan yang

belum terjadi sebelumnya. Selain itu juga, ditandai

bahwa ekosistem secara keseluruhan mendekati ‚titik

kritis‛ atau ‚perubahan keadaan yang tidak dapat diubah

dengan konsekuensi yang tidak terduga‛. Sebagian

manusia ada yang merespon dengan ide-ide dan tindakan

yang mencoba untuk membawa perhatian kolektif ke

gaya hidup materialistik yang tidak berkelanjutan dan

sebagian lainnya merespon dengan cara berkontribusi

melalui percepatan polusi, serta penipisan spesies dalam

mengatasi kerusakan ekologi.31

Namun untuk kesekian

kalinya, belum mampu menjawab problematika tentang

kerusakan ekologi yang ada di muka bumi.

Spiritual dalam pendidikan merupakan hal yang

dapat meningkatkan kesadaran, merangsang kesadaran,

menumbuhkan kreativitas dan imajinasi,

menghubungkan seseorang dengan yang lebih hebat

(tentang masalah tujuan dan makna), serta memfasilitasi

hubungan dengan apa yang menjiwai seseorang. Ia adalah

proses ilahi yang dimulai dengan kesediaan seseorang

untuk memungkinkan subjek dan peserta didik agar

30

Brian J. Zinnbauer, Kenneth I. Pargament, Brenda Cole,

Mark S. Rye, Eric M. Butter, Timothy G. Belavich, ‚Religion

and Spirituality: Unfuzzing the Fuzzy‛, Journal for the scientific study of religion, 36, ( USA: Wiley-Blacwell, 1997), 549-564.

31

Sarah McFarland Taylor, ‚Reinhabiting Religion: Green

Sisters, Ecological Renewal, and The Biogreography of

Religious Landscape‛, dalam Roger S. Gottlieb, The Sacred Earth: Religion, Nature, Environment. (New York and London:

Routledge, 2004), 32.

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

56

terlibat hati (perasaan) dalam setiap kali melakukan

perjalanan aktivitas yang memperluas pikiran dan jiwa.32

Pendidikan spiritual merupakan usaha dalam

memberi penguatan dimesi ruh serta penekanan iman

dalam hati peserta didik untuk memenuhi kebutuhan

naluri yang beragam, memperbaiki sifat buruk dengan

akhlak terpuji dan kedisiplinan sehingga menambah

tendensi yang mengarahkan pada prinsip nilai-nilai

spiritual, contoh yang baik yang diperoleh dari keimanan

pada Allah swt, malaikat Tuhan, kitab-kitab suci, Rasul

dan Nabi, hari akhir, serta keputusan baik dan buruk.33

Hakikatnya SE adalah sumber petunjuk akal yang

digambarkan sebagai standar ukuran (alat ukur) untuk

menumbuhkan dan mengembangkan bermacam-macam

personality manusia yang berbeda dengan perkembangan

sempurna yang mencakup segala hal, yakni mengesakan

Tuhan, memiliki jiwa yang jernih, akhlak yang baik

dengan menghiasi diri dengan nilai-nilai norma.34

Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Mu’minu>n dari

ayat 1-11 tentang gambaran atau kriteria orang-orang

yang memiliki spiritual yang kuat:

32

Laura Jones, ‚What Does Spirituality in Education

Mean?‛, Journal of College and Character, Volume 6. Issue 7,

2006. 2-10.

33

Sa’id Hawwa, Tarbiyatuna> al-Ruh{iyah, (Kairo:

Maktabah al-Wahbah, 1992), 69.

34

Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2000), 124.

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

57

‚Sesungguhnya beruntunglah orang-orang

yang beriman. Yaitu orang-orang yang

khusyu' dalam sembahyangnya. Dan orang-

orang yang menjauhkan diri dari

(perbuatan dan perkataan) yang tiada

berguna. Dan orang-orang yang

menunaikan zakat. Dan orang-orang yang

menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap

isteri-isteri mereka atau budak yang

mereka miliki. Barangsiapa mencari yang

di balik itu. Maka mereka Itulah orang-

orang yang melampaui batas. Dan orang-

orang yang memelihara amanat-amanat

(yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-

orang yang memelihara sembahyangnya.

Mereka Itulah orang-orang yang akan

mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

58

surga Firdaus, mereka kekal di

dalamnya.‛35

Ayat di atas menekankan bahwa pendidikan

spiritual sebenarnya telah menjadi sebagai pilar

pembentuk yang paripurna. Dengan meniadakan tak akan

totalitas pembentukan personality manusia yang selalu

dihadapkan atau dengan waktu yang merusak, kesusahan,

gangguan dan mudahnya terkena krisis akhlak dan

lainnya.

‘Ali ‘Abd al-Halim Mahmud menegaskan

pendidikan spiritual merupakan upaya internalisasi rasa

ketaatan atau kecintaan terhadap Allah swt yang muncul

dalam hati peserta didik. Lahirnya ketaatan tersebut,

tentu akan membangun kesalehan individual dan

kesalehan sosial mereka karena mengharapkan limpahan

rahmat dan ridha Allah dari setiap ucapan, kegiatan,

kepribadian, perilaku serta meninggalkan semua yang

tidak dianjurkan oleh Allah swt. Pendidikan spiritual

memberikan pengaruh signifikan terhadap kepribadian

seseorang (peserta didik), sehingga dapat memotivasi

peserta didik kepada kebaikan, berhias dengan sifat-sifat

mulia.36

Oleh sebab itu, Sa’id Hawwa mengemukakan

pendidikan spiritual adalah upaya untuk membangun

jiwa manusia agar lebih mendekatkan diri kepada Allah

swt. Spiritual teaching merupakan input (proses) usaha

mentranformasi manusia dari semula jiwa keruh

mengarah pada jiwa yang jernih, dari fikiran yang jahil

menuju nalar yang taat, dan dari qalbun yang keras

menjadi qalbun yang lembut. Subtansi intinya bahwa

pendidikan spiritual adalah sebuah proses

35

Q.S. al-Mu’minu>n [23]: 1-11. 36

Abd al-Hamid al-Shaid al-Zintani, Us{us al-Tarbiyah al-Isla>miyah fi> al-Sunnah al-Nabawi>yah, (Tunis: al-Dar al-

‘Arabiyah li al-Kitab, 1993), 326.

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

59

penyempurnaan pribadi individu menuju kebaikan yang

berlandaskan dengan tuntunan al-Qura>n dan Sunnah yang

meliputi aspek perkataan, perbuatan dan keadaannya.37

Pandangan yang sama diutarakan oleh Ahmad

Suhailah Zain al-‘Abidin H}ammad menjelaskan spiritual education ialah usaha penanaman rasa kecintaan kepada

Allah swt di hati anak didik, untuk memperkuat

keimanan dan menjadikannya tujuan hidupnya selalu

mengharapkan keridhaan Allah swt baik dalam setiap

ucapan, perbuatan, dan tingkah laku serta menghindari

sesuatu yang mengakibatkan murka-Nya.38

Begitu juga

perspektif pendidikan spiritual Zakiah Daradjat yang

menegaskan bahwa aktivitas spiritual akan membawa

dampak signifikan terhadap kesadaran beragama dan

aktualisannya dari pengalaman diri masing-masing

orang. Kesadaran tersebut bisa diuji melalui introspeksi,

sehingga elemen perasaan dalam kesadaran beragama

yang membawa inplikasi pada keyakinan akan

memberikan mempengaruhi mendasar pada tindakan

seseorang dalam seluruh aktivitas kehidupannya. 39

Pendidikan spiritual merupakan suatu proses

penguatan sisi spiritual seseorang anak dan iman secara

intern untuk memenuhi kebutuhan naluriyah beragama,

memperbaiki sifat dengan akhlak yang baik dan

meningkatkan kecenderungan serta mengarahkan anak-

anak pada nilai-nilai spiritual. Pengaruh SE penting

terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Dampak

37

Sa’id Hawwa, Tarbiyatuna> al-Ruh{iyah, (Kairo: Maktabah

al-Wahbah, 1992), 69. 38

Ahmad Suhailah Zain al-‘Abidin Hammad, Mas’u>liyah al-Usrah fi> Tah{sin al-Shabab min al-Irhab, (Lajnah al-‘Ilmiyah li}

al-Mu’tamar al-‘Alami ‘an Mauqif al-Isla>m min al-Irhab,

2004M/1425H), 4. 39

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan

Bintang, 2010), Cet ke-17, 14.

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

60

darinya bukan hanya berorientasi pada aspek jiwa yang

dapat memperkuat keimanan dan aqidah, akan tetapi

mencangkup berbagai aspek manusiawi seperti: Aspek

jiwa yaitu akhlak dengan membersihkan diri meliputi;

Aspek akal yakni menambah kecerdasan kognitif, daya

nalar, logika, menghayati; Aspek sosial yakni saling

memperkokoh makna mengasihi, menyayangi,

melengkapi satu sama lain, menolong, dan saling

toleransi sesama manusia dan makhluk Tuhan lainnya.

Adapun pengaruh penting lainnya yakni ikhlas kepada

Allah swt, tawakal (penyerahan diri) kepada Allah swt,

istiqomah, menyuruh pada kebaikan dan menetang

kemungkaran.40

Pengaruh penting lainnya yakni dapat

membangkitkan nalar kekuatan diri seseorang muslim

untuk menjalankan pola kehidupan Islam yang haq serta

menjauhkan sifat yang berlebih-lebihan dan

kelengahan.41

Dengan demikian, maka pendidikan

spiritual sungguh benar-benar telah menjadi suatu wadah

dan pondasi pembentuk perkembangan paripurna

manusia, yang tanpanya pembentukan kepribadian

manusia tidak akan lengkap karena manusia akan selalu

dihadapkan dengan zaman yang semakin merusak

diakibatkan oleh berbagai krisis akhlak manusia.

Secara jelas bahwa pendidikan spiritual memiliki

tujuan baik untuk diri seseorang. Muatan-muatan aspek

pendidikan spiritual dapat mengarahkan personal atau

hamba Allah dengan tujuan:

40

Abdul Munir Mulkam, Nalar Spiritual Pendidikan Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2002). 76.

41

Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2000), 158.

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

61

1) Memperkokoh dalam diri seseorang keyakinan dan

keimanan yang benar kepada Allah swt yakni

mengesakan Allah swt (tiada Tuhan selain Dia);

2) Mengarahkan seorang hamba untuk mengesakan

Allah yang berkaitan dengan ubudiyah dan

ibadahnya, caranya menyerahkan sepenuh hatinya

kepada Allah swt;

3) Menanamkan keimanan seseorang kepada para

malaikat, kitab-kitab samawi, para Rasul dan para

Nabi, hari akhir dan takdir baik dan buruk;

4) Menyucikan jiwa seseorang mu’min dan

membersihkan dirinya dengan mencukupi

kecenderungan dalam beragama, dan fitrahnya yang

asli yakni bertauhid dengan iman yang sempurna

kepada Allah swt;

5) Dapat menambah kecintaan seseorang kepada

Rasulullah saw, mengikuti contoh-contohnya

(sunnah-sunnahnya);

6) Mendorong setiap orang untuk mencari keutamaan-

keutamaan dan nilai-nilai akhlak yang baik.

7) Membentuk kebiasaan anak sejak dini akhlak yang

baik bagi dirinya dan bagi orang lain.

8) Sebagai penjagaan individu dari godaan dan

keinginan hawa nafsu yang tercela. 42

Dari penjelasan tujuan pendidikan spiritual itu, dapat

diketahui bahwa SE merupakan upaya yang dapat

menggerakkan hati seseorang untuk selalu dekat kepada

Rob-nya, menyadari bahwa Tuhan selalu mengawasinya,

dan menjaga dirinya untuk konsisten berbuat baik kepada

Tuhan dan hal-hal yang negatif. Manifestasi bentuk

ketaatan itu mutlaknya akan terlihat pada perilaku

manusia dalam berbicara, bertindak, dan berinteraksi

42

Astuti Rahmani, Membangkitkan Kesadaran Spiritual, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2005), 35.

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

62

dalam sosial serta terhadap makhluk hidup Tuhan

lainnya. Sejatinya gambaran spiritual ialah gambaran

ketakwaan seorang ‘abd terhadap Tuhan-nya. Hasil dari

ketakwaan itu berupa akhlak mulia baik secara vertikal

maupun horizontal.

3. Makna Spiritual Dalam Ekologi

Umat manusia sedang berada dalam arah untuk

mencapai tingkat kesadaran yang lebih baik. Selama

sejarah manusia yang singkat dan penuh kekerasan, umat

manusia telah menempuh perjalanan jauh ke jalan yang

salah, seperti diibaratkan seseorang perlu menemukan

jalan pulang sebelum terhilang. Untuk melakukan

revolusi ini, semua yang bernapas saat ini harus belajar

hidup selaras dan harmonis dengan bumi. Hal ini

dikarenakan betapa besarnya dampak manusia terhadap

fungsi ekosistem alami dan betapa sedikitnya waktu yang

tersisa untuk mengubahnya perilaku manusia. Manusia

perlu bertanggung jawab dan bertindak dengan penuh

keberanian serta kebijaksanaan.

Berawal dari keyakinan yang salah yang selama ini

dipahami manusia yakni bahwa ‚manusia terpisah dari

dunia‛ artinya alam adalah sesuatu di luar masalah

manusia. Padahal alam dan lingkungan merupakan

makhluk hidup yang menjadi milik manusia dan termasuk

bagian dari diri manusia itu sendiri. Dalam arti, ia adalah

bagian dari keutuhan penderitaannya. Bumi

membutuhkan perhatian manusia untuk menyembuhkan

tubuhnya yang rusak oleh eksploitasi manusia, rusak

jiwanya, terluka oleh penodaan manusia, dan kelupaan

manusia akan sifat sakralny.43

43

Winona LaDuke, ‚In The Time of The Sacred Places‛,

Spiritual Ecology The Cry Of The Earth, (California: The

Golden Sufi Center, 2008), 50.

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

63

Menjawab permasalahan krisis lingkungan tersebut,

maka diperlukan spiritual ekologi yang mampu

membantu memimpin transisi dengan memperkuat suara

bumi yang menjerit diakibatkan ulah perbuatan manusia.

Spiritual ekologi menuntut seseorang agar meletakkan

kekhawatiran sehari-hari yang menyibukkan pikiran

manusia dan mendengarkan dengan kata hati pada wasiat

tentang betapa putus asa-nya bumi dalam memelihara

manusia. Masalah-masalah yang terjadi di atas bumi saat

ini, sudah sepatutnya dicari solusi dengan cara

melibatkan atau menghadirkan spiritual ekologi untuk

berbicara kebenaran yang mendalam dan urgen agar dapat

mengilhami seseorang untuk mendengarkan tangisan,

memperdalam refleks pribadi seseorang serta memperluas

lingkaran percakapan tentang hubungan manusia dengan

eksipasi bumi dan masing-masing orang. Karena

kesempurnaan manusiawi bergantung pada mengenali

dan merangkul bumi sebagai makhluk hidup yang

beradab, ibu kandung manusia, sumber pengasuhan

manusia, dan sesuatu yang dimaknai di luar harga

(sesuatu yang lebih dari harga).44

Nasr menegaskan bahwa terjadi ketimpangan

ekosistem mutakhir ini sebenarnya disebabkan oleh krisis

spiritual dan religiusitas manusia, yang biasa ia sebut

dengan perennial truths yakni sebagai akibat dari sikap

kelalaian manusia modern pada hakikat kebenaran yang

abadi. Nasr menyatakan bahwa diskursus spiritual

ekologi pada hakikatnya dapat mengenalkan kajian relasi

mendalam yang keterkaitan masing-masingnya

dideskripsikan dalam visi keselarasan manusia dan alam

lingkungan. Menghadapi realita krisis lingkungan dengan

44

Thich Nhat Hanh,‛ The Bells of Mindfulness‛, dalam

Spiritual Ecology The Cry Of The Earth, (California: The

Golden Sufi Center, 2008), 20.

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

64

melalui imajinasi spiritualitas manusia, menurut Nasr

dapat revitalisasi nilai-nilai spiritualitas ekologi baik

pada ranah teologis maupun sakralitas alam sehingga

mampu memberikan solving yang berkaitan dengan

tindakan destruktif terjadi akibat dominasi sikap manusia

dalam penguasaan teknologi dan keserakahannya yang

menghancurkan potensial alam.45

Liewellyn Vaughan-Lee menyatakan spiritual ekologi

merupakan suatu kombinasi tepat yang mampu

memantulkan cahaya batin seseorang semakin cerah yang

berusaha menyembuhkan penyakit manusia dalam

tindakan pengrusakan terhadap bumi. Spiritual ekologi

secara elegan menarik kembali sebagian besar sistem

kesalahan mendasar dalam hubungan manusia dengan

bumi. Para nabi, mistikus, dan penyair telah berbicara

tentang kesatuan semua kehidupan. Para ahli Biologi pun

turut menegaskan bahwa fakta genetik kehidupan

sebagai manusia, seseorang benar-benar kerabat dengan

seluruh keanekaragaman kehidupan, dari mulai microba

hingga mamalia.46

Walting menyebutkannya dalam kajiannya

‚ecotopias‛ yang menjelaskan penting sekali

mengikutsertakan imajinasi agama dengan lingkungan

dan manusia melalui imajinasi keharmonisan,

kebersamaan, kearifan, interpendensi, kesakralan, bahkan

juga baik menghubungkan lingkungan dalam perspektif

teologi agama-agama dunia. Walaupun banyak

pertentangan yag muncul akan esensi spiritualitas, namun

45

Seyyed Hossein Nasr, ‚The Spiritual and Religious

Dimensions of The Environmental Crisis‛, dalam D. Cadman

dan J. Carey, A Sacred Trust, Ecology and Spiritual Vision, (London: The Temenos Academy, 2002), 119-148.

46

Liewellyn Vaughan-Lee,‛ The call of The Earth‛, dalam

Spiritual Ecology The Cry Of The Earth, (California: The

Golden Sufi Center, 2008), 25.

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

65

para pakar ahli lingkungan Islam dan sekelompok tokoh

agama menyatakan bahwa spiritualitas memiliki makna

yang luas, mencakup berbagai domain arti berbeda serta

telah tumbuh dan mengakar dalam berbagai budaya,

bangsa, bahkan kelompok agama.47

Dengan adanya perbedaan esensi spiritualitas dari

berbagai kalangan baik itu dari ahli teologis maupun

praktisi agama (religious practitioners) tentang distingsi

itu, penulis menyimpulkan bahwa spiritualitas bukan

hanya menyangkut pada tatanan teologis, akan tetapi

sudah mengakar pada ranah praktik dan pengalaman

keberagaman yang selalu timbul dan tumbuh dari tiap

penganut tradisi agama. Walaupun banyak perselisihan

muncul di antara para pakar lingkungan, tetapi

sebagaimana diperkuat oleh Pedersen bahwa mayoritas

ajaran agama telah membangun sikap spiritualitas

ekologi sebagai salah satu komponen dari keyakinan

(belief), nilai (value), bahkan merupakan bagian praktik

yang wajib dilaksanakan, agar nilai-nilai spiritualitas

tidak jauh dari subtansinya serta tetap bisa dipahami

dalam batasan yang universal.48

Para spiritulitas Barat pun menyepakati bahwa

refleksi dari spiritual tidak hanya berkutat pada tatanan

teologis, akan tetapi mencakup beberapa komponen

penting. Pertama spiritulitas sebagai a source of value, ultimate meaning, purpose beyond the self. Kedua,

spiritualitas adalah cara untuk memahami (a way of

47

Tony Watling, Ecological Imagimatious In The World Religious: An Ethnographic Analysis. (New York-London: Continuum International Publishing Group, 2009), 3.

48

Kusmita Pedersen, ‚Environmental Ethics in

Interreligious Perspective Explorations‛, dalam Summer B.

Twiss and Bruce Grelle, (Eds), Global Ethics: Comparative Religious Ethics and Interreligious Dialogue. Boulder:

Westview, 1998).

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

66

understanding) realitas. Ketiga, spiritualitas merupakan

inner awareness. Keempat spiritualitas sejatinya adalah

gambaran integrasi individu (personal integration). Dari

empat komponen spiritualitas itu, faktanya memberi

kontribusi dan peran urgen dalam mendeskripsikan

kehidupan sosial dan ketidakadilan terhadap lingkungan.

Dengan hadirnya spiritual ekologi harapannya

mampu menghadirkan bentuk kecerdasan yang meliputi

afektik dan budaya akan respon ru>h diri terhadap

persoalan krisis lingkungan. Penemuan dari Istilah

‚spiritual ekologi‛ ini merupakan penyatuan yang

menekankan antara agama, spiritualitas dan lingkungan.

Hal inipun diperkuat oleh para praktisi spiritual ekologi

yang telah sepakat menekankan pada tiga aspek dalam

mengatasi problematika krisis lingkungan yang semakin

akut, yakni peran pemerhati lingkungan baik secara

ilmiah maupun akademik, peran pemerhati nilai-nilai

lingkungan yang berhubungan dengan spiritual dan

religius, serta peran seseorang secara religius maupun

spiritual dalam kaitannya terhadap lingkungan.49

Membantu meminimalisir sikap destruktif manusia

yang semakin akut, maka perlu melibatkan lembaga

pendidikan di sekolah dengan menekankan pembelajaran

praktik pendidikan lingkungan yg melibatkan imajinasi

spiritual individu warga sekolah. Reinforcement pendidikan yang ramah akan lingkungan bagi masyarakat

di sekolah khususnya peserta didik akan membantu

membekali pengetahuan dan kepekaan anak usia dini

terhadap kondisi sosial khususnya tentang keadaan

lingkungan hidup. Pembiasan dari penyatuan dua dimensi

49

Muhammad Yusuf Siddiq, ‚An Ecological Journey in

Muslim Bengal‛, dalam Richard. C. Foltz, F. M. Denny & A.

Baharuddin (Eds.), Islam and Ecology: A Bestowd Trust (pp.

451-462). Cambridge: Harvard University Press. 2003.

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

67

spiritual dan ekologi ini diharapkan mampu membentuk

sikap dan perilaku sholeh yang bukan hanya berhubungan

secara trasenden tetapi juga memantulkan sikap balance

(keseimbangan) dan keharmonisan dalam berinteraksi

sesama makhluk hidup Tuhan lainnya. Pendidikan

spiritual ekologi (eco-spiritual education) merupakan

salah satu cara atau upaya membangun kesadaran peduli

akan lingkungan hidup melalui refleksi spiritual

seseorang.50

Pendidikan spiritual ekologi memiliki peranan

penting dalam menggambarkan kehidupan sosial dan

ketidakadilan. Cakupan pendidikan spiritual ekologi

bukan hanya sekedar sains dan akademik, agama dan

spiritualitas, akan tetapi mencakup keberlangsungan

lingkungan hidup. Alam lingkungan menginginkan

kesadaran manusia untuk memberikan ukuran dalam

bertindak, menganalisa akan sikap yang paling

fundamental bahkan keyakinan agama yang

sesungguhnya akan kepercayaan terhadapnya, begitu juga

tanggung jawab dimensi spiritual terhadap bumi.

Ecological renewal sepakat bahwa perlu melibatkan

konseptualisasi spiritual ekologi guna menjawab

permasalahan dan kebutuhan pembangunan ekologi yang

berkelanjutan dengan etika dan sikap yang baik. Hadirnya

konseptualisasi spiritual ekologi akan lebih menekankan

keseimbangan (balancing) antara dimensi spiritual

lingkungan dengan dimensi aktivitas lingkungan yang

berasaskan ecotheology (kesadaran ekologis ber-

perspektif ke-ilahiyah-an) dan sacred cosmology

(merealisasikan nilai sakral alam) baik dengan menjaga

keseimbangan ekosistem maupun mengutamakan

50

Salah Zaimeche, Education in Islam: The Role of The Mosque. (Manchester: Foundantion for Science Technology and

Civilization, 2002). 52.

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

68

keberlanjutan alam, sebagaimana yang disebutkan oleh

Schwencke tentang peran tersebut dengan istilah eco-Islam.

51

Nilai dari pendidikan spiritual berwawasan ekologi

dapat dicerminkan warga sekolah yang memiliki motivasi

spiritual bukan saja dipahami, dihayati, tetapi juga

direalisasikan dalam praktek hidup di sekolah dan di luar

sekolah. Dengan memandang bahwa alam bukan sekedar

wujud fisik saja. Visi pendidikan spiritual ekologi

dijadikan sebagai sebuah imperatif religius-spiritual bagi

anak didik untuk memiliki sikap-sikap yang manusiawi,

etis, bermoral, integratif, holistik dan menyeluruh dalam

memandang alam. Hal itu dilakukan dengan cara: 52

pertama, memberi penyadaran terhadap siswa untuk

menyadari akan sikap bertoleransi bukan saja kepada

sesama manusia tetapi juga pada lingkungan alam.

Dengan menjelaskan apabila manusia melestarikan alam,

maka alam pun akan menjaga alam dan makhluk lainnya

begitu juga sebaliknya. Bertoleransi terhadap alam adalah

dengan membiarkan alam merealisasikan dan

mewujudkan dirinya secara bebas-otonom tanpa

intervensi-dominatif manusia.

Kedua, membangun hubungan spiritual dengan

lingkungan dan alam, dengan memandang alam sebagai

komponen realitas yang bernilai spiritual dalam dirinya

sendiri. Ini dilakukan supaya dapat menumbuhkan

kesadaran lingkungan bahwa alam dihargai kesuciannya.

Ketiga, karena alam adalah ciptaan Tuhan, maka

membiasakan untuk memperlakukan alam karena

51

A. M. Schwencke, Globalized Eco-Islam: A Survey of Global Islamic Environmentalism, (Leiden University: The

Netherlands,2016).

52

Eko Asmanto, Model Spiritualitas Lingkungan Menuju Pembangunan Berkelanjutan, (Sidoarjo: Umsida, 2015), 73.

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

69

manifestasi cinta kepada Tuhan (dalam konteks Islam

disebut dengan berbuat ikhsan) yakni sisi lain yang akan

membentuk tabi’at anak didik bersikap positif terhadap

alam.53

Dengan penerapan dua cara tersebut, maka kesadaran

menjaga dan melestarikan lingkungan/alam oleh peserta

didik menjadi semakin peduli , selain itu anak bukan

hanya mendapatkan sikap yang peka akan lingkungan

hidup akan tetapi ia juga akan menemukan unsur/dimensi

spiritual secara bersamaan dalam penyikapan terhadap

problematika lingkungan hidup.

4. Spiritualitas Anak Dalam Pendidikan

Spiritual merupakan sebuah bawaan dan

kecenderungan alami dari setiap umat manusia tanpa

terkecuali pada anak-anak. Justru dimensi spiritual pada

anak-anak meliputi beragam aspek yang bukan hanya

sekedar pengalaman kematian, visi dan impian, atau

sebuah rasa kekaguman dan keingintahuan, akan tetapi

juga mencakup sebuah rasa (sense) tentang identitas

seseorang, pencarian jati diri dan aspek politik

spiritualitas. Melalui spiritualitas ini anak-anak sudah

mampu mengembangkan rasa harga diri yang menjadi

landasan dasar cara-cara di mana mereka memperlakukan

kehidupan mereka sendiri, begitu juga memberi impikasi

53

Roehlkepartain Eugene,‛ Spiritual Development in

Chilhood and Adolescence: Moving to The Scientific

Mainstream‛, dalam Eugence C. Roehlkepartain, Peter L.

Benson, Pamela Ebstyne King & Linda M. Wagener, (Eds.), The handbook of Spiritual Development in Childhood and Adolescence. (London: Thousand Oaks, New Delhi: Sage

Publications, 2006.

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

70

nilai-nilai positif dalam kehidupannya sehari-hari.54

Walaupun demikian, Taylor L dan P. Lemone

menyatakan bahwa respon spiritual satu individu dan

individu lainnya berbeda-beda. Hal itu dikarenakan

berbagai faktor atau latar belakang tahap atau tingkat

perkembangan anak, latar belakang keluarga, etnik, dan

pengalaman hidup masing-masing.55

Menurut Fowler tahap spiritual (mythic-literal faith) untuk usia tujuh hingga sebelas tahun sama seperti

proses perkembangan dan pertumbuhan kognitifnya

(akalnya). Dalam rentang usia ini, anak sudah mulai

memiliki cara berpikir logis dan mengatur kehidupannya

dengan klasifikasi-klasifikai baru. Anak baru mulai

memahami dan mengambil makna dari tradisi yang ada

di masyarakatnya secara sistematis, dan telah mampu

menemukan korelasi serta makna dalam bentuk-bentuk

cerita. Pada masa yang di sebut tahap operasional

konkret, anak sekolah dasar akan mulai memahami

segala sesuatu yang bersifat non-empirik dengan

interpretasi konkret. Kemudian kesempatan cara berpikir

ini akan berpengaruh pada pemahaman mengenai

konteks-konteks keagamaan. Akhirnya definisi-definisi

keagamaan yang bersifat no-empirik yang tadinya

dipahami secara konkret, seperti ‚Tuhan dekat dengan

manusia‛, ‚Tuhan ada di mana-mana‛, mulai dapat

dipahami secara abstrak.56

Pada hakikatnya spiritualitas yang dialami oleh

anak-anak dapat dikembangkan dalam berbagai macam

54

Kate Adams, Brendan Hyde, Richard Woolley, The Spiritual Dimension of Childhood, (London:Jessica Kingsley

Publishers, 2008), 144.

55

Ari Ginanjar Agustian, Kecerdasan Spiritual, (Bandung:

PT. Mizan Pustaka, 2007), 12.

56

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 29.

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

71

cara atau bentuk seperti dikembangkan melalui agama,

pemikiran terhadap sesuatu, melalui ibadah, mediasi atau

ritual. Ada beberapa spiritual dibangun atau muncul dari

perasaan atau kesadaran dan ketakjuban terhadap

keindahan alam dan semesta. Manfaat untuk lainnya

yaitu dapat menjadi hubungan positif bagi lainnya.

Rupanya pengalaman negatif yang dirasakan anak-anak

dapat juga menjadi kontribusi terhadap spiritual mereka,

seperti penderitaan mental atau perasaan fisik. Selain itu,

lembaga pendidikan formal akan dimintai untuk dapat

membantu anak dalam mengembangkan sisi spiritualnya,

sehingga bisa menjadi hamba Tuhan yang memiliki sikap

religius yang tinggi.57

Diakui memang untuk mendefinisikan dan

mengukur dimensi spiritual pada anak-anak sangat elusif.

Tolak ukur untuk membuat potensi spiritual anak tak

terlihat menjadi terlihat, maka kecerdasan spiritual

anaklah yang akan menuntunnya untuk melakukan suatu

hal kebaikan, seperti belajar empati dan peduli terhadap

manusia dan makhluk Tuhan, belajar menghargai orang,

dan lain sebagainya. Kemungkinan besar cara terbaik

untuk memahami spiritual seorang anak oleh mereka

yang dewasa yaitu melalui potensial anak-anak dalam

mengekspresikan kegiatan spiritualitas yang terjadi

dalam kehidupan sehari-harinya ‚ordinary events‛. Akan

tetapi kemudahan mengukur spiritualitas anak pada

kegiatan keseharian ini sering terlewatkan bagi orang-

57

J. Berryman, ‛Children’s Spirituality and Religious

Languange‛, British Journal of Religious Education 7, 3, 1985.

120-127.

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

72

orang dewasa untuk memahami dan mendapatkan

informasi spiritual anak-anak.58

Pada umumnya karakteristik perkembangan

spiritual anak-anak yang sudah mulai memasuki bangku

sekolah dipengaruhi oleh bermacam penyebab baik

intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yang dari

bawaan tentu akan terus berkembang (positif atau

negatif) sesuai dengan stimulus yang didapatkan melalui

faktor ekstrinsik, seperti yang anak-anak dapatkan dari

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Perkembangan spiritual inilah yang kemudian akan

memberikan implikasi dalam kehidupan keseharian anak-

anak, jika perkembangan spiritualnya baik maka akan

semakin baik juga mu’amalahnya kepada siapapun,

begitu juga sebaliknya.

Salah satu strategi yang dapat diterapkan guru di

sekolah agar dapat membantu pertumbuhan spiritual

anak didik yaitu: 1) Memberikan pendidikan agama

dengan cara hidden curriculum, yakni menjadikan

sekolah sebagai nuansa agama secara komprehensif; 2)

Menciptakan sarana yang kondusif bagi anak untuk

menghayati agamanya, tidak hanya sekedar bersifat

teoritis, tetapi penghayatan yang benar-benar dibangun

dari pengalaman keberagamaan yang didapatkan; 3)

Membantu anak mengembangkan rasa ketuhanan melalui

cara spiritual paranting, seperti: memupuk hubungan

sadar anak dengan Tuhan melalui doa setiap hari,

aktivitasnya sehari-hari, membangun kesadaran kepada

anak-anak bahwa Tuhan akan membimbing seseorang

apabila meminta pada-Nya, mengajak anak merenung

segala aktivitasnya dengan cara menanamkan keyakinan

58

Edward Robinson, The Original Vision: a Study of The Religious Experience of Chilhood. (London: The Religious

Experience Unit, 2006), 115.

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

73

bahwaTuhan ada dalam jiwa mereka dengan metode

menjelaskan ‚mereka tidak dapat melihat diri mereka

tumbuh atau mendengar darah mereka mengalir, tetapi

tahu bahwa semua itu benar terjadi sekalipun mereka

tidak tahu apapun‛. 59

Dengan adanya penjelasan di atas, maka Graham

Rossiter mengusulkan dalam meningkatkan kualitas

spiritualitas anak, seyogyanya pemegang otoritas sekolah

mengajak atau mengundang para guru yang memiliki

spiritual mendalam untuk menjadi subjek model dan

metode spiritual bagi anak-anak dalam menumbuh

kembangkan sikap kritis mereka tentang hal-hal yang

berhubungan dengan penguatan spiritual. Ia pun

menambahkan bahwa penting sekali melibatkan para

guru yang memiliki pemahaman spiritualitas yang

mendalam untuk diimplementasikan pada aktivitas

belajar mengajar di sekolah agar anak-anak tidak

mengabaikan dan memiliki kecenderungan fitrah

awalnya atau kecenderungan bawaan yakni

kecenderungan spiritualitas (spirituality as a natural human predisposition).

60

C. Ekologi dan Perilaku Pro-Lingkungan Hidup

1. Urgensi Pemahaman Ekologi: Membentuk Perilaku

Pro-Lingkungan Hidup Sejak Dini

Menguaknya berbagai macam isu tentang ekologi

yang semakin mengancam makhluk hidup di muka bumi

ini, nyatanya belum banyak disadari oleh manusia.

59

Brendan Hyde, Childeran and Spirituality: Searching for meaning and Connectedness. (London: Jessica Kingsley

Publishers, 2009), 98.

60

Graham Rossiter,‛ an Evaluative Perpective on

Spirituality for School Education,‛ Journal of Religious Education, 53, 1, 2005, 3-22.

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

74

Berdampingan hidup dengan alam bukannya membuat

manusia menjadi sahabat yang baik dengan alam,

manusia justru menganggap remeh terhadap alam dan

lingkungan hidupnya. Atas dasar inilah, para pakar

lingkungan Islam (Eco-Islamic Scientist) mengusulkan

bahwa penting melakukan sebuah pendekatan ekologi

dalam mengkonstruksi hubungan antara manusia dan

lingkungan hidupnya sebagai salah satu bagian fondasi

etika manusia terhadap lingkungan hidup.61

Ekologi atau ilmu tentang lingkungan merupakan

salah satu cabang pengetahuan yang di dalamnya

mempelajari timbal balik hubungan makhluk hidup

dengan lingkungannya. Term ini pertama kali

diperkenalkan dalam bidang Biologi oleh seorang biolog

Jerman bernama Ernts Hackel (1869).62

Ekologi

dibedakan menjadi dua bagian yakni ekologi manusia

artinya ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik

antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Atau ilmu

yang mempelajari pola interaksi antara manusia dengan

lingkungan sekitar yaitu interaksi sosial antara manusia

dengan sesama manusia, serta interaksi manusia dengan

lingkungan alam sekitarnya.63

Dan ekologi alam artinya

interaksi dan interkoneksi antara seluruh makhluk di

alam raya ini yang wujudnya saling memberi manfaat

(simbiosis mutualisme) sesuai dengan kemampuan atau

61

Marwan Haddad, ‚ An Islamic Approach Towards

Environmental Education‛, dalam Canadian Journal of Environmental Education, 11. (Canada: Lakehead University,

2006).

62

Fuad Amsyari, Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), 11.

63

Saiful Arif, ‚Ekologi Manusia dan Kesadaran Individu Dalam Pengelolaan Lingkungan‛, diakses dari:

http://www.averroes.or.id/research/ekologi. tanggal 30-20-2010.

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

75

potensi masing-masing makhluk yang telah Allah berikan

sebagai bentuk ubudiyah kepada Allah swt.64

Seyyed Hossein Nasr dan Osman Bakar tokoh

tradisional dalam Islam memandang bahwa sering

munculnya permasalahan ekologi harusnya dicari

penyelesainnya secara komprehensif (baik secara agama,

spiritual, ilmu sosial, ataupun dilihat dari ekologi itu

sendiri). Manusia perlu membangun pemahaman

interkoneksi antara Tuhan, alam, dan manusia dalam

menghadapi masalah-masalah ekologi. Dengan kesadaran

interkoneksi tersebut, maka manusia akan menyadari

bahwa alam dan lingkungan merupakan manifestasi dari

citra Tuhan. Sehingga manusia tidak semena-mena dan

sembarangan terhadap lingkungan hidupnya.

Berlandaskan pada prinsip tauhid, alam bukan saja

dimaknai dengan benda mati yang dapat dinikmati

semaunya oleh manusia, justru asas tauhid menekankan

bahwa esensi dalam alam dan lingkungan, dapat

menjadikan sarana spiritual bagi manusia untuk lebih

mengenal Tuhannya. Nasr menegaskan bahwa Tuhan

menciptakan alam raya ini tidak sia-sia. Segala yang

terhampar baik di langit dan di bumi tidak lain agar

manusia mengetahui bukti keberadaan-Nya yang satu

yang patut disembah dan dipuji.65

Sebagaimana ayat

Qur’a>n yang berbunyi:

64

Nur Arfiyah Febriani,‛Bisnis dan Etika Ekologi Berbasis

Kitab Suci‛, Nurani, Vol, No. 2, Desember 2010, Jurnal Fakultas Syari’ah IAIN Raden Fatah Palembang, 17.

65

Seyyed Hossein Nasr, Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man, (London: George Allen and Unwin,

1976), 29. Osman Bakar, Environmental Wisdom for Planet Earth The Islamic Heritage, (Kuala Lumpur: Center for

Civilization Dialogue University of Malaya, 2007).

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

76

66

Lawrence dalam bukunya yang berjudul ‚A Citizen’s Guide to Ecology‛ mengatakan bahwa tujuan

dari pada diperkenalkan ekologi kepada masyarakat ialah

untuk memberikan apresiasi yang tinggi pada alam atas

kenikmatan dan kecantikan yang didapatkan dari alam,

dan membantu setiap warga negara memahami

pernyataan tegas (tuntutan) baik bersifat konkret

maupun abstrak tentang masalah lingkungan hidup dan

bencana yang terjadi di alam.67

Begitupun Yusuf al-

Qardawi menjelaskan bahwa salah satu interkoneksi

manusia, lingkungan, dan seluruh yang ada di dunia ini

ialah usaha untuk saling mencintai, menyayangi, dan

menjaga satu sama lain dalam konteks kedudukan yang

tunggal yakni sebagai makhluk Tuhan.68

Itulah sebabnya manusia hidup di dunia ini tidak

sendirian tetapi berdampingan dengan makhluk lain,

66

Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah

menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa

yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir

dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang

(keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa

Kitab yang memberi penerangan. Q.S. Luqma>n [31]: 20.

67

Lawrence B. Slobodkin, A Citizen’s Guide to Ecology, (New Yok: Oxford University Press, 2003), 22.

68

Yu>suf al-Qard{a>wi>, Ri’a>yah al-Bi’ah fi Shari>’ah al-Isla>m, (Kairo: Da>r al-Shuru>q, 2001), 45.

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

77

bahkan manusia dapat dikatakan bagian dari lingkungan

dan selalu berhubungan dengan alam sekitarnya.

Koentjaraningrat memperkuat bahwa manusia dalam

hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

akan terus-menerus terjadi relasi timbal balik dan

mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan adanya proses

interaksi manusia dengan lingkungan secara continue, memunculkan sederetan pengalaman, sehingga

pengalaman ini kemudian diabstraksikan menjadi teori,

konsep, dan pendidikan serta pedoman-pedoman tingkah

laku dalam bermasyarakat. Emil Salim mengatakan

demikian bahwa ikatan antara manusia dan alam akan

memberikan sebuah pengetahuan yakni pemikiran

bagaimana manusia memperlakukan alam

lingkungannya. Oleh karenanya, bersatunya alam

lingkungan dengan nafas kehidupan manusia (penduduk)

merupakan hasil penyesuaian-penyesuaian. Apabila

manusia tidak mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungan hidup yang ada, maka makhluk hidup pun

tidak akan dapat survive.69

Adisenjaya mengemukakan penting sekali

memberikan pemahaman dan pendidikan lingkungan

terhadap masyarakat dengan beberapa tujuan.70

Pertama

untuk membangun kesadaran berupa dorongan kepada

setiap individu untuk melakukan hal baik terhadap

lingkungan dan masalahnya. Kedua sebagai wawasan

yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh

berbagai pengalaman dan pemahaman dasar tentang

69

Taryati, Emiliana Sadilah, Ambar Adrianto, dan

Sumarno, Pemahaman Masyarakat Terhadap Daerah Rawan Ekologi di Kabupaten Sragen dan Kabubaten Bojonegoro, (Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah, 2012), 19.

70

Bambang Yuniarto, Membangun Kesadaran Warga Negara Dalam Pelestarian Lingkungan, (Yogyakarta:

Deepublish, 2013),

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

78

lingkungan hidup dan permasalahannya. Ketiga sikap,

yaitu membantu individu untuk memperoleh seperangkat

nilai dan kemampuan mendapatkan pilihan yang tepat,

serta mengembangkan perasaan yang peka terhadap

lingkungan dan memberikan motivasi untuk berperan

serta secara aktif dalam peningkatan dan perlindungan

lingkungan. Keempat sebagai keterampilan yaitu

membantu setiap individu untuk memperoleh

keterampilan dalam mengidentifikasi dan memecahkan

masalah lingkungan. Kelima memberikan motivasi

kepada setiap orang untuk berperan aktif dalam mencari

pemecahan masalah lingkungan. Keenam mengevaluasi

yaitu mendorong individu agar memiliki kemampuan

mengevaluasi pengetahuan lingkungan ditinjau dari

berbagai sisi (sosial, spiritual, agama, ekonomi, politik,

dan faktor-faktor pendidikan).

Maraknya permasalahan krisis environment pada

hakikatnya muncul bukan hanya disebabkan oleh faktor

basis etika manusia. Memang disadari bahwa terjadinya

degradasi lingkungan yang menimpa masyarakat

didominasi oleh minimnya etika manusia terhadap

lingkungan hidup, namun tidak terlepas dari itu, perlu

diketahui ada yang lebih fundamental berpotensi besar

dalam mempengaruhi etika manusia itu sendiri yaitu

pendidikan. Pendidikan merupakan sarana yang tepat

dalam merumuskan dan mengakomodasi pilar spiritual,

sosial, dan lingkungan. Pendidikan juga salah satu cara

yang dapat membantu bertujuan mencapai pembangunan

berkelanjutan.71

Bangai dan Blum menjelaskan

pendidikan harus merespon sedini mungkin urgensi

dalam memberdayakan dan membekali sumber daya

71

Fahcruddin Majeri Mangunjaya, Ekopesantren: Bagaiamana Merancang Pessantren Ramah Lingkungan?, (Jakarta: Pustaka Yayasan Obor Indonesia, 2014), 20.

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

79

manusia dalam segala level usia guna menghadapi

problema lingkungan hidup.72

Anwari mengemukakan bahwa dunia pendidikan

perlu atau dituntut mengembangkan perspektif yang

sesuai dengan permasalah ekologi. Peran pendidikan

sedikitnya ialah harus berusaha membangun pemahaman

bahwa kerusakan alam dan lingkungan yang saat terjadi

merupakan akibat perbuatan manusia yang berupaya

mengeksploitasi sumber-sumber daya lingkungan demi

pemenuhan kebutuhan personal, kelompok, dan sosial

lainnya. Dunia pendidikan juga harus menjelaskan bahwa

dampak dari ekologi yang rusak yakni meminta tumbal

pengorbanan manusia. Dua pengertian ini penting untuk

dibangun dalam pendidikan sebagai maksud bahwa

manusia dan lingkungan memiliki keterhubungan satu

sama lain.73

Menghadapi gejolak krisis lingkungan,

pendidikan harus segera menjawab tantangan ini dan

menawarkan pemecahan-pemecahan masalah real yang

dapat menjadikan warga sekolah sadar dan konsisten

untuk melakukan tindakan konservasi baik untuk diri

sendiri dan untuk masyarakat umum dengan cara mulai

mendidik dan melatih perilaku pro-lingkungan74

anak-

anak sejak dini.

72

Bangai dan Blum dalam Fahcruddin Majeri Mangunjaya,

Ekopesantren: Bagaiamana Merancang Pessantren Ramah Lingkungan?, (Jakarta: Pustaka Yayasan Obor Indonesia, 2014),

22. 73

Anwari,‚Pendidikan Tentang Ekologi‛, artikel pendidikan

lingkungan, 2010.

74

Perilaku lingkungan hidup sama halnya dengan perilaku

ekologi yakni suatu tindakan yang memberikan kontribusi

terhadap kelestarian lingkungan dan atau konservasi. Perilaku

pro-lingkungan hidup bertujuan untuk mengurangi atau

memberikan solve terhadap atau terkait permasalahan

lingkungan hidup. Perilaku pro-lingkungan hidup meliputi

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

80

Membangun perilaku pro-lingkungan hidup di masa

dini berdampak baik pada kesadaran peserta didik

terhadap lingkungan. Sebagaimana teori social learning yang berbunyi bahwa anak-anak banyak belajar tentang

contoh sikap dan perilaku pro-lingkungan hidup dari

model yang diterapkan oleh guru di sekolah. Hal ini

memberikan pengaruh sangat kuat bagi anak-anak,

mengingat guru adalah sosok figur dan tauladan bagi

dirinya dalam segala aspek. Dengan melalui observasi

dan imitasi perilaku secara terus menerus dilakukan di

sekolah, diharapkan anak-anak memiliki sikap peduli

lingkungan yang tinggi dalam kehidupan sehari-harinya

(tidak hanya di sekolah). Pentingnya menanamkan sikap

mengenai pro-lingkungan hidup bagi anak-anak ialah:

a) Masa dini adalah sebuah proses pembentukan sikap,

perilaku, dan nilai-nilai. Pembentukan tiga pokok

(sikap, perilaku, dan nilai-nilai) yang ditanamkan

sejak dini pastinya akan berbekas hingga anak-anak

dewasa nanti. Pendidikan lingkungan hidup (PLH)

yang didapatkan selama bersekolah di sekolah

adiwiyata menjadi ingatan yang tidak terlupakan

dan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-

harinya.

b) Pendidikan lingkungan hidup yang diterima oleh

anak-anak di sekolah juga melibatkan orangtuanya,

sehingga orangtua juga turut membantu segala

berbagai bentuk untuk meminimalkan dampak negatif pada

lingkungan. Aspek-aspeknya meliputi koservasi energi,

mobilitas dan transportasi, menghindari limbha, daur ulang,

konsumerisme, dan konservasi. Lihat Tyas Palupi, Dian R.

Sawitri, ‚The Importance of Pro-Environmental Behavior in

Adolescent‛, E3S Web of Conferences. 2018. Lihat Freya A. V.

St John, Gareth Edwards-Jones, Julia P.G Jones,‛ Conservation

and Human Behavior: Lessons from Social Psychology‛,

Wildlife Research, 2010, 37, 658-667.

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

81

keperluan yang dibutuhkan oleh anak-anaknya

dalam kegiatan PLH. Artinya orangtua juga turut

mendukung dan memperkuat PLH anak-anak dan

sekolah juga memberikan kesempatan kepada

orangtua untuk belajar PLH. Dalam hal ini secara

tidak langsung terjadi sebuah proses PLH bagi orang

dewasa. Sehingga orangtua pun memahami

pentingnya peduli terhadap kondisi lingkungan

hidup.

c) Anak-anak yang telah dididik dan dilatih PLH di

sekolah suatu hari akan menjadi generasi penerus

dan pemimpin nasional. Sehingga sikap dan perilaku

mnejadi tauladan bagi lainnya, dan selalu

mempertimbangkan aspek lingkungan dalam

kebijakan apapun.75

Jelas sekali pada uraian di atas, bahwa memberikan

pendidikan dalam bentuk apapun yang dimulai dari kecil

akan memberikan dampak yang berkelanjutan hingga

anak dewasa. Oleh karenanya menekankan berbagai

karakter baik sangat direkomendasikan dilakukan sedini

mungkin, karena atsar dari padanya juga akan terus

melekat, diingat, dan membekas sehingga membentuk

good habits dalam penerapan kesehariannya.

2. Membangun Perilaku Pro-Lingkungan Hidup Sesuai

Ajaran Islam

Krisis kesadaran manusia (human) akan sikap

konservatif terhadap lingkungan nyatanya bukan baru-

baru ini saja terjadi. Pada tahun 1960-an, diskurus

75

A. Shinta, Widiantoro, dan Yudhawati,‛ Growing

Chindren’s Water Conservation Awareness Through Writing

and Drawing Method. Call For Papers on The 8th International Graduate Students and Scholars’ Conference in Indonesia (IGSSCI). Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM. 115-121.

Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

82

tentang ketidakselarasan attitude manusia terhadap

ekologi buktinya telah marak dibicarakan.76

Persoalan

tersebut menggugah perhatian banyak Sarjana, salah

satunya Bill McKibben, orang yang dengan tegas

menyuarakan risalah tentang akan berakhirnya alam

semesta di dunia akibat sikap dominasi anthroposentris

yang kemudian dimuat dalam karyanya ‚The End of Nature‛.

77 Degradasi sikap kepedulian tersebut hingga

saat ini belum dapat diminimalisirkan. Padahal jika harus

menelisik kembali, alam selalu mengalami proses-proses

penyesuaian terhadap ekosistem yang telah mencapai

ratusan hingga ribuan tahun. Oleh karenanya penting

bagi manusia untuk mempertahankan kelestarian alam

yang diawali dari lingkup yang terdekat yaitu dalam

lingkaran kehidupan keseharian manusia.78

Fenomena-fenomena yang bersifat destruktif,

harusnya menjadi pertimbangan manusia dalam

melakukannya, karena itu dapat memancing bahkan

memberi reaksi negatif alam atau ekologi terhadap

kelangsungan hidup generasi manusia. Lester R. Brown

mengungkapkan bahwa ada banyak bentuk kerusakan

ekologi akibat ulah manusia di antaranya: Munculnya

pencemaran lingkungan sebagai faktor hadirnya wilayah-

wilyah perindustrian; seperti banjir, akibat dari adanya

sistem pembuangan air yang buruk, pembuangan sampah

76

Lynn White, Jr., ‚The Historical Roots of Our Ecological

Crisis‛, Journal Sciences, 155 (1967), 7.

77

Bill McKibben, The End of Nature, (New York: Random

House, 1989), 24.

78

Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), 51.

Page 94: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

83

yang tidak pada tempatnya dan kesalahan dalam menjaga

tempat aliran sungai. 79

Dampak kerugian dari bencana alam yang

diakibatkan oleh peristiwa alam sendiri atau causa dari

manusia, nyatanya sudah ditegaskan dalam al-Qura>n.

Allah swt telah sangat jelas menegaskan bahwa manusia

memiliki peran central di alam semesta, selain menjadi

hamba Allah swt, manusia juga diberi amanah menjadi

khalifah al-ard}.80 Tugas khalifah yang dititipkan dan

diberikan Allah Swt potensi akal yang berbeda dengan

makhluk Tuhan lainnya, mutlaknya memanfaatkan alam

dan lingkungannya dengan cara dan etika yang baik

sesuai tuntunan ajaran agama Islam.81

Firman Allah swt

dalam QS. Al-Isra’ ayat 70 dan Huud ayat 61 yang

berbunyi:

‚Dan Sesungguhnya telah kami muliakan

anak-anak Adam, kami angkut mereka di

daratan dan di lautan kami beri mereka

rezeki dari yang baik-baik dan kami

lebihkan mereka dengan kelebihan yang

79

Lester R. Brown, Vital Signs 1993: The Trends that are Sharing our Future, Terj. Yayasan Obor Indonesia, (Jakarta:

Y.O.I, 1995), 270.

80

Muh}ammad Fath}ullah al-Ziyadi, al-Isla>m wa al-Bi>ah, (Libia: Daulah al-Imara>t al-‘Arabiyah al-Muttahidah, tt), 5.

81

Sa>mih ‘Abdul al-Sala>m, ‚’Ala>qoh al-Insa>n bi al-Bi>ah‛,

Maqo>lah Tsaqo>fah wa Ma’rifah, 2013.

Page 95: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

84

Sempurna atas kebanyakan makhluk yang

Telah kami ciptakan‛.82

‚Dia Telah menciptakan kamu dari bumi

(tanah) dan menjadikan kamu

pemakmurnya‛.83

Hal serupa digambarkan oleh Muh}ammad Ibrah}im

H}asan, manusia dan alam memiliki relasi erat yang tidak

mungkin untuk dipisahkan antara keduanya, karena

proses pemanfaatan alam oleh manusia merupakan

bagian dari interaksi yang berkelanjutan (sustainable).

Selama proses interaksi dilandasi dengan etika-etika

ekologis tentu tidak akan berimplikasi negatif pada

kehidupan manusia, begitupun sebaliknya. Menjembatani

problematika inilah, makanya agama Islam sebagai

agama yang komprehensif__

yang mengatur segala sisi

kehidupan manusia tak terkecuali tentang ‚ekologi‛,

menyeru kepada segenap umat manusia untuk

memperhatikan lingkungan hidupnya dan mengambil

manfaat darinya tanpa merusak demi kehidupan

ecosystem.84

Selaras dengan peringatan Allah swt dalam

Q.S al-A’raf: 56:

82

Q.S. al-Isra’ [17]: 70.

83

Q.S. Huud [11]: 61.

84

Muh}ammad Ja>bir Qa>sim, ‚al-Tarbiyah al-Bi’i>yah fi> al-

Islam>‛, Majallah Asuyut}i li al-Dira>sa>t al-Bi’i>yah, Ja>mi’ah al-

Ima>ra>t, 2007.

Page 96: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

85

‚Dan janganlah kamu membuat kerusakan

di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan berdoalah kepada-

Nya dengan rasa takut (Tidak akan

diterima) dan harapan (akan dikabulkan).

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat

kepada orang-orang yang berbuat baik‛.85

Memperhatikan etika dalam beinteraksi terhadap

ekologi sangat dibutuhkan apabila seseorang ingin

mendapatkan respon alam berupa keramahan lingkungan

hidup. Membangun perilaku etis sebagaimana yang

diungkapkan oleh Blackburn merupakan salah satu cara

mengarahkan manusia untuk dijadikan sebagai tolak ukur

layak atau tidaknya sikap manusia dalam memperlakukan

lingkungan hidupnya.86

Leopold mengusulkan bahwa etika-

etika merupakan contoh aktualisasi sebuah proses

perkembangan (evolution). Etika kemungkinan dihormati

sebagai cara membimbing dalam menghadapi situasi-

situasi ekologis yang bersifat baru atau berbelit-belit, atau

melibatkan reaksi-reaksi yang tertunda. Etika merupakan

sebuah kebaikan dari himpunan naluri dalam berbuat. Etika

lingkungan yang sederhana akan memperbesar batasan-

batasan komunitas termasuk di dalamnya tanah, air,

tumbuh-tumbuhan, dan hewan atau sekumpulannya.

Perwujudan dari etika hanya bisa dilakukan dalam tatanan

relasi pada sesuatu yang dapat, dilihat, dirasa, dipahami,

dicintai, atau sebaliknya yang memiliki kepercayaan.87

85

Q.S. al-A’raf [7]: 56

86

S. Blackburn, Being good: A Short Introduction to Ethics, (Oxford: Oxford University Press, 2001), 34.

87

Stephen R. Kellert, Values, Ethics, and Spiritual and Scientific Relations to Nature, (Washington: Island Press, 2002),

67.

Page 97: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

86

Dalam Islam khususnya, lingkungan hidup bukan

hanya sekedar benda yang tidak berarti. Alam dan

lingkungan hidup justru dalam perspektif Islam

merupakan tanda adanya Allah swt. Melalui alam, Allah

memberikan petunjuk bagi umat manusia untuk

mengetahui hakikat keberadaannya. Firman Allah swt

dalam surat Adz-Dzariyat ayat 20.

‚Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda

(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang

yakin‛. 88

Etika yang diajarkan dalam agama islam salah satu

penekanannya yakni ‚jangan melakukan kerusakan di

bumi‛. Basis pemahaman yang harus diperhatikan secara

benar oleh umat Islam keterkaitan dengan etika

lingkungan. Pertama Rabb al-‘a>lami>n, Islam mengajarkan

bahwa Allah swt adalah Tuhan semesta alam. Jadi bukan

Tuhan manusia atau sekelompok manusia saja.

Dihadapan Allah swt semua ciptaannya sama, dilayani

oleh allah swt sama dengan manusia. Kedua rahmatan lil’a>lami>n, artinya manusia diberikan kepercayaan untuk

melestarikan dan berlaku kasih sayang terhadap seluruh

alam dengan berlandaskan akhlak mulia. Manusia

bertindak dalam semua tindakannya berdasarkan kasih

sayang terhadap seluruh alam. Jika makna Rabb al ‘a>lami>n dan rah{matan lil’a>lami>n dipahami dengan baik,

maka tidak akan ditemukan sikap merusak alam

lingkungan.

Muhammad Idris menyatakan ada tiga sikap dapat

dijadikan sebuah landasan dalam beretika terhadap

lingkungan menurut Islam. Pertama ta’abbdud artinya

88

Rabiah Z. Harahap, ‚Etika Islam Dalam Mengelola

Lingkungan Hidup‛, Jurnal EduTech, Vol. 1 No. 1 Maret 2015.

Page 98: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

87

bahwa memelihara ekologi merupakan implementasi

sikap patuh seorang hamba pada Tuhannya. Karena

menjaga lingkungan hidup yang telah Allah berikan

merupakan titipan (amanah) untuk manusia sebagai

khalifah al-ard. Penekanan tersebut juga bahkan

dijelaskan di dalam ilmu fiqih yang berstatus wajib

karena anjurannya sudah jelas baik dalam al-qura>n

maupun dalam sunnah. Kedua ta’aqqul, yakni secara logis

pemeliharaan lingkungan, memiliki tujuan yang mudah

dipahami. Lingkungan hidup merupakan tempat tinggal

dan hidup makhluk Tuhan. Lingkungan alam telah diatur

dan didesain sebaik mungkin oleh Allah dengan

keseimbangan serta keserasian masing-masing memiliki

keterkaitan. Jika ditemukan ketidak serasian yang

diperbuatkan oleh manusia, maka akan memicu bencana

yang tidak hanya akan menimpa manusia, tetapi seluruh

makhluk hidup yang berada di sekitarnya. Ketiga

takhalluq, yakni menghiasi diri dengan membiasakan

berinteraksi pada alam dengan akhlak dan tabi’at yang

baik. Karena itu akan menjadi modal awal manusia dalam

menjaga lingkungan, sehingga keharmonisan dan

kelestarian alam akan terjadi secara alami sendirinya

tanpa harus ada ancaman hukuman dan sebab-sebab

lain.89

Quraisy Shihab dalam karyanya tafsir al-Mis}bah

menjelaskan tentang etika manusia pada ekologi yang

tercantum dalam al-Qura>n. Ia menawarkan beberapa

etika yang dianjurkan dalam berinteraksi terhadap alam

dan lingkungan sekitar. Pertama, larangan berbuat

kerusakan bagi setiap manusia, Ini disebabkan manusia

memiliki posisi sebagai pelaku utama dalam kehidupan

ini. Tidak sedikit lingkungan rusak akibat perbuatan

89

A. Sony Keraf, Etika Lingkungan, (Jakarta: PT Kompas

Media Nusantara, 2006), 22.

Page 99: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

88

manusia sehingga berpotensi mengurangi nilai manfaat

dan fungsi suatu objek. Tentunya sikap yang tidak bijak

tersebut akan memunculkan potensi kerusakan-kerusakan

ekologi yang akan menghambat segala aktifitas manusia

di bumi. Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam tafsirnya

menjelaskan bahwa ‚al-fasadu fi> al-ard}‛, berarti

meledaknya peperangan dan perkembangan fitrah yang

dapat mengakibatkan degradasi kehidupan serta

memunculkan dekadensi akhlak. Maksudnya segala

bentuk kerusakan-kerusakan yang terjadi di atas bumi

tidak lain merupakan causa ulah manusia.90

Dalam al-Qura>n dengan tegas menjelaskan bahwa

kerusakan alam dan ekositem di daratan dan lautan

banyak diakibatkan oleh sikap manusia yang sombong,

rakus, tidak sadar, egois, dan angkuh. Bentuk interaksi

akhlak manusia yang buruk ini sangat kontradiktif

dengan ajaran agama Islam, yang mengharuskan manusia

untuk menjaga dan melestarikannya sekalipun alam

diciptakan untuk manusia dan makhluk Tuhan lainnya,

tetapi menjaga amanah Tuhan harus tetap dipertanggung

jawabkan. Sebagaimana ayat Qura>n yang berbunyi:

‚Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada

hari itu tentang kenikmatan (yang kamu

megah-megahkan di dunia itu).‛ 91

Kedua, anjuran berbuat baik terhadap lingkungan

dan alam. Allah swt melarang dengan tegas kepada

manusia untuk tidak membuat kerusakan setelah

diadakan perbaikan. Allah swt menciptakan alam dalam

keadaan yang selaras dan seimbang dengan keteraturan

90

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. I, (Jakarta: Lentera hati, 2002), 78.

91

Q.S. Al-Kautsar [102]: 8

Page 100: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

89

untuk memenuhi kebutuhan makhluk-Nya. Quraisy

Shihab menerangkan berbuat baik dengan lingkungan

hidup memiliki banyak cara seperti merawat kelestarian

alam, jangan menggunakan air berlebihan, memelihara

kebersihan lingkungan, jangan membuang sampah

sembarangan dan lain sebagainya. Peringatan Allah untuk

tidak melakukan tindakan destruktif di planet bumi

faktanya banyak ditemukan di dalam al-Qura>n, hal ini

dikarenakan sikap manusia yang tidak jarang lupa diri

dan lupa terhadap yang menciptanya ketika mendapatkan

suatu nikmat sehingga terjerumus dalam kekufuran.92

Sejalan dengan QS. Ibrahim ayat 7-8 yang berbunyi:

‚Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu

memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu

bersyukur, pasti kami akan menambah

(nikmat) kepadamu, dan jika kamu

mengingkari (nikmat-Ku), Maka

Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Dan

Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang

yang ada di muka bumi semuanya

mengingkari (nikmat Allah) Maka

92

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan,

1992), 67.

Page 101: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

90

Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha

Terpuji.‛ 93

Ketiga, anjuran untuk bersikap seimbang artinya

tidak timpang dan sama ukurannya, seperti adanya laki-

laki dan wanita, ada siang dan juga malam dan lain

sebagainya. Hal ini diciptakan tidak lain satu makhluk

dengan makhluk Tuhan lainnya dapat saling berpasangan

dan menghasilkan keseimbangan serta keserasian. Jikalau

keseimbangan dan keserasian tidak diterapkan dalam

berinteraksi terhadap ciptaan Tuhan maka akan terjadi

tabrakan kebutuhan makhluk yang ada muka bumi

sehingga memicu banyak kemungkinan yang terjadi.

Quraisy Shihab menjelaskan la> tufsidu dalam surat al-

Mulk ayat 3-4, menjelaskan bahwa semua sikap yang

diperbuat harus relevan dengan takaran dan

timbangannya agar dapat tercipta keseimbangan dan

keharmonisan antar hubungan sosial masyarakat yang

masing-masing memberikan kelebihan dan menerima

haknya masing-masing yang seimbang. Manusia dituntut

berlaku adil terhadap semua makhluk bukan hanya

terhadap manusia. Interaksi baik terhadap semua

makhluk Allah swt, justru akan mendatangkan reaksi

positif. Oleh karenanya salah satu tuntunan urgen dalam

bersikap terhadap lingkungan ialah kesadaran individual

menjaga keselarasan eksistensi lingkungan dan habitat

tanpa ada sikap merusak. Disebabkan bahwa Yang Maha

Pemilik memperhitungkan hal-hal tertentu dalam

menciptakan segala sesuatu yang berada di alam ini

seperti dalam firman-Nya QS. al-Hijr: 19 yang berbunyi:

93

Q.S. Ibrahim [14]: 7-8

Page 102: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

91

‚Dan kami Telah menghamparkan bumi

dan menjadikan padanya gunung-gunung

dan kami tumbuhkan padanya segala

sesuatu menurut ukuran.‛

Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya

tidak sekalipun pernah mengabaikan tentang persoalan

konservasi lingkungan. Untuk dapat melestarikan dan

menjaga keserasian lingkungan hidup, Nabi bersama para

sahabatnya mencontohkan policy dan praktik konservasi

lingkungan, seperti melakukan pengaturan tata kota,

pertumbuhan populasi dan pemeliharaan sumber daya

alam. Kebijakan yang begitu populer pada masa itu

adalah kawasan haram (suatu kawasan diperuntukkan

dalam melindungi sumber daya alam agar tidak

diganggu). Dalam kawasan haram tersebut fasilitas-

fasilitas penampungan air harus dijaga dan dilindungi

kealamiannya. Dan banyak lagi kebijakan Nabi dan para

sahabat dalam rangka melindungi lingkungan dan alam.

Fakta inilah kemudian menunjukkan bahwa Islam sudah

sejak lama memperhatikan serta mempertimbangkan

segala aspek lini kehidupan makhluk hidup salah satunya

terhadap lingkungan dan ekosistem di muka bumi ini.94

94

Kebijakan konservasi alam yang dicontohkan Nabi dan

para sahabat mengambil bentuk berupa pemberlakuan ih{ya> al-mawa>t, h{a>ri>m, dan h{ima>. Konsep praktis itu dalam konteks saat

ini telah berkembang menyesuaikan zaman, tempat regional, dan

budaya. Intinya Nabi dan sahabat telah memperaktekkan suatu

ajaran bahwa menjaga, merawat, dan melindungi alam

merupakan kewajiban agama bagi setiap umat Islam. Kajian

lebih lanjut seputar praktek konservasi terawal yang

dicontohkan Nabi dan sahabat, dapat dilihat dalam dua kajian,

Fachruddin M. Mangunjaya, ‚Lingkungan Hidup dan Konservasi

Alam dalam perspektif Islam‛, dalam Jurnal Islamia, Vol. III, No. 2, 2007.

Page 103: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

92

Page 104: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

93

BAB III

ISLAMIC GREEN SCHOOL: ALTERNATIF

PEMBELAJARAN DINI KONSERVASI

LINGKUNGAN

Pendidikan lingkungan hidup (PLH)

merupakan salah satu cara mendidik dan mengajar

anak-anak supaya memiliki rasa kesadaran dan

kepeduli an melestarikan alam lingkungan sejak dini.

Dewasa ini, terlihat perilaku masyarakat Indonesia

terhadap alam lingkungannya sudah semakin

melewati batas seharusnya. Bencana longsor, banjir,

kebakaran hutan dan peristiwa reaksi alam lainnya

memakan begitu banyak korban bagi mereka makhluk

yang tak bersalah karena tindakan antagonis dan

keserakahan manusia dalam memenuhi hasrat

kebutuhan hidupnya baik bersifat individu ataupun

kelompok.

Menindak lanjuti permasalah tersebut, maka

pendidikan sebagai lembaga yang mampu menjangkau

seluruh elemen masyarakat perlu menekankan sense kesadaran diri anak didik untuk mencintai lingkungan

dan alamnya dengan melalui pendidikan berwawasan

lingkungan hidup. Penanaman dasar pengetahuan

tentang pemeliharaan lingkungan hidup menjadi

fondasi dan solusi sejak dini agar anak-anak mampu

bersikap dan berinteraksi dengan alam lingkungan

hidupnya dengan bijaksana dan arif. Kolaborasi

kontruksi pendidikan spiritual dan wawasan ekologi

mempunyai peran yang strategis dalam menjadikan

anak-anak sebagai hamba Allah yang bukan hanya

mementingkan dan memperhatikan urusan yang

bersifat materi tetapi juga mampu menguatkan

pemahaman dan pengenalan lebih mendalam

mengenai Rabb-nya.

Page 105: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

94

Dalam hal inilah, SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere sebagai sekolah

adiwiyata yang berusaha menjembatani generasi-

generasi dini handal yang bukan hanya menekankan

aspek akademik dan hasil, akan tetapi juga berusaha

semaksimal mungkin mendidik anak-anak di sekolah

tentang kepekaan serta kesadaran dalam memahami

situasi-situasi kondisi sosial masyarakat khususnya

pada masalah yang berkenaan dengan lingkungan

hidup.

A. Gambaran Umum Sekolah Hijau

Green School adalah salah satu sekolah yang

memiliki policy positif dalam pendidikan lingkungan

hidup. GS sekolah yang selalu berusaha

mempertimbangkan segala aktivitas kegiatan

sekolahnya baik dalam internal proses belajar

mengajar maupun sisi eksternalnya selalu melibatkan

dan memperhatikan aspek-aspek lingkungan di

sekitarnya. Sekolah hijau berkomitmen dan berusahan

secara teratur dalam menumbuhkan program-program

unggulan kegiatan sekolah untuk membumikan nilai-

nilai lingkungan ke dalam segala kegiatan sekolah.

Seperti “program hijau” yang dikembangkan melalui

lima aktivitas utama: kurikulum berwawasan

lingkungan, penambahan kualitas kawasan sekolah

dan lingkungan sekitarnya, pendidikan berbasis

komunitas, sistem pendukung yang ramah

lingkungan, dan manajemen sekolah berwawasan

lingkungan.1

1Sarwono, Pengintegrasian Materi Pelestarian Lingkungan

Hidup ke Dalam Bidang Studi Biologi, PPKN, Ekonomi dan Geografi di SMP Malang. (Malang:Lemlit IKIP Malang, 1997).

68.

Page 106: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

95

Islamic Green School memiliki landasan bahwa

manusia sebagai khalifah di atas muka bumi harus

dapat melaksanakan perintah Allah swt dalam

memakmurkan bumi dengan menebarkan segala

kebaikan terhadap sesama makhluk Tuhan lainnya

(bukan hanya sesaman manusia akan tetapi terhadap

tumbuhan, hewan dan lingkungan dalam lingkup kecil

maupun besar). Manusia sebagai pengguna sekaligus

pemelihara alam dan lingkungan juga harus

memberikan manfaat terhadap makhluk Tuhan

lainnya atau melakukan perbuatan yang seimbang di

bumi, bukan melakukan suatu pengrusakan tanpa

perbaikan. Sebagaimana dalam Qura>n surat al-An’am

ayat 165:

“Dan dia lah yang menjadikan kamu

penguasa-penguasa di bumi dan dia

meninggikan sebahagian kamu atas

sebahagian (yang lain) beberapa derajat,

untuk mengujimu tentang apa yang

diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya

Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan

Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang. 2

2 Q.S. Al-An’am [6]: 165

Page 107: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

96

Sekolah hijau merupakan program adiwiyata3

yakni program pendidikan yang berusaha

mengantarkan individu untuk bersikap peduli

lingkungan hidup. Adiwiyata ini merupakan salah

satu program dan kebijakan pendidikan lingkungan

hidup yang sudah disetujui pada tanggal 19 Februari

2004 oleh empat kementerian: Departemen

Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH),

Departemen Pendidikan Nasional, Departemen

Agama, dan Departemen Dalam Negeri. Kebijakan

yang telah disepakati ini sebagai pedoman dasar bagi

para penanggung jawab dalam usaha meningkatkan

wawasan serta pemahaman masyarakat terhadap

pelestarian fungsi lingkungan hidup. 4

Basis prinsipal program Adiwiyata meliputi dua

hal. Pertama partisipatif yaitu seluruh komunitas

sekolah terlibat dalam manajemen sekolah

(perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi relevan

dengan tanggung jawab dan peran). Kedua,

berkelanjutan artinya secara menyeluruh program

kegiatan di GS dilaksanakan secera terencana dan

continuitas.

Handoyo menjelaskan bahwa greening school secara konseptual dapat diartikan sebagai sebuah

program pendidikan yang memiliki tujuan untuk

menumbuhkan perilaku pro-lingkungan hidup pada

3Adiwiyata juga merupakan upaya pemerintah untuk

memberikan edukasi kepada rakyat agar memiliki kepekaan dan

kesadaran pada lingkungan hidup. Lihat Tim Adiwiyata Tingkat

Nasional, Panduan Adiwiyata: Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan”,

4Tim Adiwiyata Tingkat Nasional, Panduan Adiwiyata

Sekolah Perduli dan Berbudaya Lingkungan. Kerjasama

Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2011.

Page 108: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

97

diri siswa siswi, pendidik dan kepala sekolah

mengenai masalah lingkungan hidup yang terdapat di

sekolah maupun lingkungan hidup di sekitarnya.

Sekolah hijau memiliki empat prinsip yakni:5 pertama

greening school dapat diimplementasikan baik

diperkotaan maupun diperdesaan, atau di pegunungan

maupun pantai, atau di kawasan pertanian maupun

industri. Konsep greening school ini disebut sebagai

bebas dari ruang (free of space). Kedua, sekolah hijau

adalah konsep yang bersifat pro-aktif, artinya konsep

ini tidak perlu dilakukan secara enforsi, akan tetapi

berjalan secara natural atau alami, berdasarkan

kesiapan dan kebutuhan bersama warga sekolah.

Ketiga, sekolah hijau memiliki orientasi agar

dapat menumbuhkan sikap kesadaran pro-lingkungan

hidup siswa di sekolah dan sekitarnya sebagai bagian

dari keseluruhan masalah lingkungan secara global.

Konsep ini mengajak komponen penting dari pada

sekolah (para guru dan kepala sekolah) untuk berpikir

secara umum dan bertindak secara lokal. Keempat,

sekolah hijau merupakan nilai yang berubah. Konsep

ini dinamis berorientasi pada masa lalu, tetapi

kenyataannya beranjak pada situasi obyektif yang ada

dan berupaya untuk memperbaiki secara empirik.

Banyak masyarakat di luar salah persepsi dengan

beranggapan bahwa yang dinamakan sekolah hijau

ialah sekolah yang memiliki lapangan hijau, yang

memiliki koleksi tanaman hijau atau yang bangunan

sekolahnya hijau atau mengkoleksi hal-hal yang

bernuansa hijau dan sebagainya. Anggapan seperti itu

tentunya tidaklah benar, karena untuk mendirikan

5B. Handoyo, Model Sekolah Hijau Berbasis Sekolah

Setempat Di Sekolah Dasar Sekitar Sungai Bango Sawojajar Malang, (Malang: Lemlit Universitas Negeri Malang), 2002, 27.

Page 109: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

98

sebuah sekolah hijau itu sendiri diperlukan beberapa

hal atau disebut dengan kategori pokok yang bisa

dikatakan dengan sekolah hijau. Syarat-syarat sekolah

hijau yang dapat disebut dengan sekolah adiwiyata

yakni memiliki beberapa bagian program yang

terpadu: Pertama, memiliki kebijakan berwawasan

lingkungan. Program adiwiyata muncul berdasarkan

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

2/2009 mengenai panduan pelaksanaan program

adiwiyata yang disempurnakan menjadi Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup RI No. 05/2013 yang

membahas tentang pedoman pelaksanaan program

adiwiyata. Peraturan tersebut merupakan strategi

PLH untuk mewujudkan sustainable development. Demi kelancaran

Kebijakan Berwawasan Lingkungan Hidup di

sekolah adiwiyata

Tabel 1.3

Standar Implementasi Pencapaian

Kurikulum

memuat

kebijakan

upaya

perlindungan

& pengelolaan

lingkungan

hidup

1. Visi, misi &

tujuan sekolah

memuat

kurikulum PLH

2. Dalam

kurikulum

terdapat materi

ajar mulok dan

pengembangan

diri terkait PLH

3. Pelaksanaan

PLH dalam

pelajaran wajib,

mulok, dan

pengembangan

Ada visi, misi,

tujuan sekolah

yang memuat

PLH.

Kurikulum

memasukkan

PLH dalam

pembelajaran

wajib, mulok

&

pengembangan

diri. Adanya

ketuntasan

minimal

belajar untuk

Page 110: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

99

diri harus

dilengkapi

dengan

ketuntasan

minimal

belajar. (dapat

dilihat pada

lampiran)

PLH dalam

pelajaran

wajib, mulok

&

pengembangan

diri

Menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup

yakni berupaya mengembangkan dan

mengintegrasikan materi ajar dengan pendidikan

lingkungan hidup. Dalam pelaksanaan kurikulum PLH

guru dan siswa pada praktik pembelajaran pendidikan

lingkungan hidup memiliki standarisasi masing-

masing.6 Sedangkan kegiatan lingkungan berbasis

partisipatif yang dimaksud dalam syarat pokok

sekolah Adiwiyata artinya melakukan kegiatan yang

dilaksanakan oleh warga sekolah secara bersama-

sama. Jika tidak terdapat kegiatan berbasis

partisipatif (bersama-sama), maka pelaksanaan

pendidikan lingkungan hidup tidak dapat dikatakan

sebagai“ Adiwiyata” karena dilakukan secara

individual. Contok kegiatan berbasis pertisipatif ialah

seperti: membersihkan halaman sekolah,

membersihkan kebun setiap grade, membuat karya

dari barang bekas, membuat kompos, melakukan

persemaian dan kegiatan lain sebagainya.

6Standarisasi guru dan murid tersebut dapat dilihat pada

lampiran-lampiran. Standarisasi guru yakni kompetensi yang

harus dimiliki guru dalam mengembangkan kegiatan PLH.

Sedangkan standarisasi siswa mampu melakukan kegiatan

pembelajaran mengenai PLH.

Page 111: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

100

Standarisasi Kegiatan Berbasis Partisipatif

Tabel 1.4

No Indikator Nilai

Maks

Nilai

0,5 1 2

1 Warga sekolah telah

dapat memelihara dan

merawat sarana dan

prasarana, gedung dan

lingkungan sekolah

2 Min

50%

lokasi

terawat

Min 75%

lokasi

terawat

Min 90%

lokasi

terawat

2 Warga sekolah telah

dapat memanfaatkan

lahan dan fasilitas

sekolah sesuai kaidah

PLH

2 Min

25%

lokasi

pemanfa

atan

lahan

sekolah

Min 50%

lokasi

pemanfaa

tan lahan

sekolah

Min 75%

lokasi

pemanfa

atan

lahan;

sekolah

3 Warga sekolah telah

mengembangkan kegiatan

ekstra kurikuler terkait

PLH

2 Min 3

bentuk

kegiatan

ekstraku

rikuler

Min 5

bentuk

kegiatan

ekstrakuri

kuler

Min 7

bentuk

kegiatan

ekstrakur

ikuler

4 Guru dan siswa telah

melakukan kreatifitas dan

inovasi terkait PLH

2 Min 3

kreativit

as &

inovasi

guru

dan

siswa

Min 5

kreativita

s &

inovasi

guru dan

siswa

Min 7

kreativit

as &

inovasi

guru dan

siswa

5 Guru dan/atau siswa

mengikuti kegiatan

mengenai lingkungan

hidup yang diadakan oleh

pihak luar.

2 Min 3

kegiatan

aksi LH

Min 5

kegiatan

aksi LH

Min 10

kegiatan

aksi LH

Page 112: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

101

Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan

artinya banyaknya dan kualitas SARPRAS di sekolah

Adiwiyata harus berstandar sesuai dengan

PERMENDIKNAS No. 24/2007 tentang Standar

Sarana dan Prasarana dari SD/MI-SMA/MA.

SARPRAS yang ada di Sekolah Adiwiyata bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan warga sekolah dan

mendukung kegiatan PLH, seperti membuat kompos,

rumah jamur dan sebagainya. SARPRAS harus

dipelihara sesuai standar yakni ramah lingkungan dan

sehat. Contohnya tempat belajar mendapatkan

penerangan dan pengaturan udara yang cukup. Ruang

dipelihara oleh seluruh warga sekolah dengan

menertibkan jadwal piket. Selain itu, penghematan

penggunaan listrik dan air secara efisien,

pemeliharaan kebun dan lain sebagainya.7

Keunggulan dari program adiwiyata yang

dilaksanakan ini ialah dapat; Mendukung pencapaian

standar kompetensi (KD dan SKL) baik pendidikan

level dasar ataupun menengah; Meningkatkan

efesiensi penggunaan dana operasional sekolah

dengan cara penghematan dan pengurangan konsumsi

dari berbagai sumber daya dan energi; Menciptakan

kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar

mengajar yang lebih nyaman dan kondusif,

Menjadikan tempat pembelajaran nilai-nilai

pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang

baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat

sekitar; Meningkatkan upaya perlindungan hidup

melalui kegiatan pengedalian pencemaran,

7Panduan Adiwiyata “Sekolah Peduli dan Berbudaya

Lingkungan”, Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 113: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

102

pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi

lingkungan sekolah.8

Salah satu yang menjadi ciri sekolah adiwiyata

dalam melestarikan lingkungan ialah menerapkan

prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dalam berbagai

rutinitas kehidupan sehari-hari. Dengan tujuan untuk

mengurangi meluapnya sampah yang berserakan,

membuka lapangan pekerjaan produktivitas dan

menjadikannya sebuah karya.9

Tujuan didirikannya sekolah hijau pada

umumnya: Membentuk peserta didik di sekolah

memiliki sikap kepeduli an dan membiasakan budaya

lingkungan yang mampu berpartisipasi dalam usaha

melestarikan lingkungan serta sustainable developmnet bagi kebutuhan generasi sekarang

maupun yang akan datang; Mewujudkan warga

sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan melalui tata

kelola sekolah yang baik untuk mendukung

pembangunan berkelanjutan; partisipatif komunitas

sekolah terlibat dalam manajemen yang meliputi

keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian selaras dengan tanggung jawab dan peran;

seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan

terus menerus secara menyeluruh.10

8B. Handoyo, Model Sekolah Hijau Berbasis Sekolah

Setempat Di Sekolah Dasar Sekitar Sungai Bango Sawojajar Malang, (Malang: Lemlit Universitas Negeri Malang), 2002, 27.

9Yuni Puspitawati, Mardwi Rahdriawan, “Kajian

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat dengan Konsep 3R

(Reduce, Reuse, Recycle) di Kelurahan Larangan Kota Cirebon.

Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. Volume 8 (4),

Desember 2012. 349-359. 10

Zayd Sayfullah, Sekolah ramah hijau, (Bogor: Dompet

Dhuafa Makmal Pendidikan, 2013), 59.

Page 114: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

103

Begitupun kegiatan-kegiatanyang diseleggarakan

di sekolah hijau, seperti kegiatan yang bertema

tentang “sampah”memiliki tujuan untuk memberikan

wawasan (insight) tentang lingkungan. Sehingga

kegiatan sekolah ini mampu mengantarkan peserta

didik memiliki sense kesadaran dini tentang

persoalan-persoalan lingkungan hidup yang semakin

hari semakin meningkat.

B. Profil Sekolah Hijau Islam: SD Al-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere

Berawal dari sebuah persoalan krisis lingkungan

yang menimpa umat Islam serta minimnya kesadaran

masyarakat muslim dalam memanfaatkan SDA

lingkungan yang terhampar, mengantarkan pendiri

Yayasan Al-Ridha Al-Salaam untuk merintis sebuah

sekolah yang dinamakan sekolah hijau

Islam.11

Sekolah hijau Islam yang bernamakan “Al-

Ridha Al-Salaam”berlokasikan di Cinere itu yang

didirikan pada tahun 2009, merupakan bagian dari

lembaga pendidikan swasta yang bertempatkan di

Jalan PLN Raya No. 79 Gandul Cinere. Sekolah hijau

Islam ini berusaha membangun landasan yang baik

bagi perkembangan kemampuan anak didik selaras

dengan yang telah dirumuskan oleh penyelenggara

pendidikan dasar dan menengah yang dinyatakan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010,

tentang pengelolaan pelaksanaan pendidikan yang

bertujuan menjadikan peserta didik manusia yang: 1)

BerIMTAQ kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

luhur, dan berkepribadian mulia, 2) Berilmu, cakap,

kreatif, kritis dan inovatif, 3) Memiliki tubuh dan

11

Hasil Wawancara dengan Ketua Yayasan Hj. E. Melany.

SH. MH Al-Ridha Al-Salaam IGS Cinere di ruang guru.

Page 115: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

104

pikiran yang sehat, mandiri, dan percaya diri, 4)

Toleran sesama manusia, peka sosial, demokratis, dan

bertanggung jawab.

Sekolah hijau Islam ini memiliki visi dengan

menjadikan Ar-Ridha al-Salaam Islamic Green school sebagai suatu lembaga pendidikan Islam modern yang

berwawasan lingkungan, asri, nyaman, dan bernuansa

Islam, agar membentuk insan yang berkarakter kuat,

cerdas, beriman, dan bertaqwa kepada Allah swt. Visi

ini telah dipahami oleh warga sekolah dengan

meringkasnya menjadi sebuah motto “Be Moslem, Be Creative, Be Green, Bilingual”.

12

Motto Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

Gambar 2.1

Selain visi yang integratif dengan lingkungan,

sekolah hijau Islam Cinere memiliki misi;

Mempersiapkan generasi anak-anak yang sehat;

Memiliki anak didik yang berpengetahuan luas,

cerdas, kreatif, dan peduli lingkungan; Percaya diri

secara kecerdasan (intelektual), emosional dan

spiritual dengan mengenalkan anak pada alam sekitar;

Mengenalkan kepada peserta didik kedisiplinan (tata

12

Dokumentasi Profil SD AL-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere, diambil tahun 2018.

Be Moesle

m

Be Creative

Be Green

Billingual

Page 116: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

105

tertib); dan Memberikan peluang kepada anak untuk

menikmati masa-masa bermain dan belajar.13

Adanya visi, misi, dan motto di atas, maka tujuan

Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School adalah:

menjadikan Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School sebagai sekolah unggulan di Depok,

membangun generasi masa depan yang dapat

mengelola dan mengkonservasi bumi, mewujudkan

pencapaian pendidikan berkualitas dengan perolehan

hasil ujian nasional terbaik, mewujudkan disiplin dan

dedikasi yang tinggi dari guru dan murid, manifestasi

lingkungan sekolah yang bernuansa dan berbudaya

islami, mewujudkan lingkungan dan budaya sekolah

yang berwawasan lingkungan, asri, dan alami,

Terwujudnya Sekolah Dasar yang berkarakter peduli

lingkungan melaui 3 R (reuse, reduce, recycle) dan 6

R (Rajin, Rapi, Rawat, Resik, Riang, Ringkas),

terwujudnya kerjasama yang baik dan harmonis

antara warga sekolah dengan masyarakat sekitar.14

Potensi dari visi, misi serta motto yang dimiliki

SD Al-Ridha Al-Salaam Cinere adalah menjadikan

sekolah SD Al-Ridha Al-Salaam Cinere internasional

Islamic Green School, meningkatkan literasi al-

Quran, mendapatkan gelar adiwijaya eco-Asean,

menjadi sekolah tahfidz unggulan, membentuk pribadi

yang islami, mendapatkan beragai juara diberbagai

bidang seni.15

Kesimpulan besarnya bahwa sekolah

hijau menginginkan anak-anak didik memiliki

13

Dokumentasi Profil SD AL-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere, diambil tahun 2018.

14

Dokumentasi Profil SD AL-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere, diambil tahun 2018.

15

Dokumentasi SD AL-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere, diambil tahun 2018.

Page 117: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

106

kesadaran ekologi yang tinggi karena melihat

miskinnya pengetahuan, pemahaman, dan sikap

ekologi yang terjadi di masyarakat sehingga

pendidikan sebagai lembaga besar harus ikut andil

dalam mencari solusi dalam permasalahan krisis

lingkungan ini.

Konsep pembelajaran di sekolah hijau islam ARAS

Cinere

Gambar 2.2

Gambar di atas mengartikan bahwa kebijakan

dan kurikulum berwawasan lingkungan, program

kegiatan, sarana dan prasarana yang ada di sekolah

semuanya diarahkan untuk membentuk perilaku

ekologis atau sikap pro-lingkungan hidup anak didik.

C. Proses Pembelajaran Berwawasan Ekologi

1. Kurikulum Pembelajaran

Kurikulum merupakan bagian komponen

penting dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

Pada artian yang sangat sempit, banyak yang

memaknai kurikulum sama dengan muatan

materi ajar atau sekelompok materi pelajaran

yang harus diselesaikan oleh setiap siswa untuk

memperoleh ijazah. Namun seiring

berkembangnya zaman, kurikulum terus

mengalami perluasan definisi. Caswel dan

kesadaran ekologis

kebijakan berwawasan lingkungan

kurikulum berwawasan linkungan

program kegiatan

sarana dan prasarana

Page 118: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

107

Campbell mengartikan kurikulum sebagai

penguatan pada semua pengalaman belajar yang

diterima siswa-siswi dan mempengaruhi

pertumbuhan pribadinya.16

Doll menyatakan bahwa “the commonly accepted definitions of the curriculum has changed to all the experiences wich are offered to learners under the auspices or direction of the school”. Kurikulum bukan sebatas berkaitan

dengan muatan materi ajar dari setiap mata

pelajaran, akan tetapi mempengaruhi seluruh

aspek yang ada di sekolah baik pendidik, kepala

sekolah, buku yang digunakan untuk belajar,

ruangan kelas, alat pelajaran dan lain sebagainya.

Atau dengan istilah populer yang dikembangkan

oleh Patmonedowo “kurikulum meliputi berbagai

sisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah”.17

Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere menerapkan kurikulum

pembelajaran K-13. Karena di dalam kurikulum

2013 khususnya setiap lulusan satuan pendidikan

dasar dan menengah memiliki kompetensi pada

tiga dimensi yakni sikap, pengetahuan,dan

keterampilan. Penguasaan dimensi sikap pada

setiap peserta didik, setidaknya mencerminkan

perilaku yang; Beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa; Memiliki jiwa yang

berkarakter, jujur, dan peduli; Bertanggung

jawab; Belajar sejati sepanjang hayat;

Mempunyai tubuh sehat jasmani dan rohani

16

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002), 35.

17

Ronald C. Doll, Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. (New York: The Ronald Press, 2008), 45.

Page 119: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

108

sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan

alam sekitar, bangsa, dan negara.18

Dimensi keterampilan yang harus dikuasai

oleh peserta didik SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School yakni memiliki

keterampilan berpikir dan bertindak: produktif,

kreatif, kritis, kolaboratif, mandiri, dan

komunikatif dengan cara melalui pendekatan

saintifik dan mempertimbangkan tahap

perkembangan anak yang sesuai dengan tugas

yang diberikan. Tingkat untuk dimensi afektif

dan psikomotorik antar level pendidikan harus

memperhatikan: perkembangan psikologi anak,

lingkup dan kedalaman, kesinambungan, fungsi

satuan pendidikan dan lingkungan.

Di samping menerapkan kurikulum nasional

(kurikulum K-13), SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere juga menerapkan

kurikulum berwawasan lingkungan hidup. Isi dari

kurikulum pembelajaran ini memiliki tujuan

untuk meningkatkan wawasan atau pengetahuan,

psikomotorik dan ecological awareness warga

sekolah akan pentingnya memelihara lingkungan

hidup sekitar. Dengan menerapkan kurikulum

berwawasan lingkungan hidup ini, maka anak-

anak sudah terbiasa untuk merawat dan menjaga

lingkungan, mempunyai fondasi dasar yang kuat

dalam mencintai lingkungan. Dalam penerapan

kurikulum berwawasan lingkungan hidup proses

pembelajaran di sekolah selalu dikolaborasikan

dengan lingkungan. Seluruh muatan materi dan

18

Dokumentasi SD AL-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere, diambil tahun 2018.

Page 120: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

109

program aktivitas kegiatan di SD ARAS yang

dilaksanakan di sekolah semuanya selalu

dikaitkan dengan lingkungan.

Fungsi dari dua kurikulum yang diterapkan di

SDN Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere baik kurikulum K-13 dan kurikulum

berwawasan lingkungan hidup ialah:

a. Untuk input kognitif

kurikulum merupakan alat dianggap dapat

mengembangkan kemampuan kecerdasan

anak, yaitu pengembangan potensi logik

untuk menghadapi dan problem solving yang akan dihadapi.

b. Kurikulum sebagai proses pembuktian diri

Artinya alat yang bisa memfasilitasi anak

didik agar dapat berkembang sesuai dengan

minat dan bakatnya yang ada pada dirinya

sehingga membuat setiap individu anak bisa

mengetahui terhadap dirinya sendiri dan

tumbuh sebagai dirinya sendiri.

c. Sebagai proses peragaan di dalam sosial

Yakni sarana untuk membekali siswa-siswi

dengan segala potensi dalam menghadapi

kehidupan bermasyarakat yang tidak saja

berusaha beradaptasi dengan “kehidupan”

yang telah ada, tetapi juga secara

pembaharuan dan memiliki daya cipta untuk

mengembangkan kehidupan ke arah yang

lebih produktif dan bernilai.

d. Sebagai input program akademik

Yakni kurikulum dipandang sebagai media

dan ruang belajar, di mana dari kegiatan

belajar yang telah diprogram dalam

kurikulum, anak-anak dapat memperoleh

pengetahuan yang dapat membekali

Page 121: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

110

kemampuan untuk bisa “survive” dalam

zaman yang dilaluinya.19

Dari dua penerapan kurikulum di SD ARAS

Islamic Green School, diharapkan peserta didik

dapat memenuhi segala sisi, tidak terkecuali

dalam memahami permasalahan-permasalahan

sosial khususnya problema krisis lingkungan

yang marak terjadi di masyarakat.

2. Metode Pembelajaran

Metode belajar adalah bagian dari salah satu

kunci keberhasilan dalam sebuah proses belajar

dan mengajar di sekolah guna memudahkan

pemahaman siswa terhadap materi ajar di

sekolah. Sebagaimana penyataan“al-T}oriqotu Ahammu Min al-Maddah” metode lebih penting

dari pada materi. Artinya para guru di sekolah

perlu menerapkan berbagai metode pengajaran

yang relevan dengan muatan materi yang akan

diajarkan. Berlandaskan pada pernyataan ini, SD

Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere sangat memperhatikan bahkan

mewajibkan kepada setiap guru untuk

menggunakan berbagai metode pembelajaran

yang variatif dan inovatif di dalam aktivitas

belajar mengajar di kelas. Guru bisa

menggunakan berbagai metode yang disesuaikan

tema materi ajar agar dapat tercapai tujuan dari

pembelajaran. Selain itu, hal ini dilakukan

supaya pembelajaran di kelas tidak monoton,

menarik minat belajar siswa, dan anak-anak di

kelas dapat belajar dengan senang dan mudah

19

Dokumentasi Kurikulum SD AL-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere, diambil tahun 2018.

Page 122: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

111

memahami subtansial dari bahan ajar. Fakta

lapangannya guru bebas mengunakan metode

pengajaran apapun, tanpa membatasi sedikitpun

penggunaan-penggunaan metode pengajaran

tertentu dalam proses KBM di sekolah.20

3. Peserta didik dan Guru

Student (siswa) ialah bagian dari anggota

masyarakat yang berupaya untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki dalam

dirinya melalui proses pembelajaran pada jalur

pendidikan formal maupun non-formal baik jenis

pendidikan tertentu. Dalam setiap sekolah tentu

memiliki jumlah peserta didik yang berbeda-

beda. Begitupun SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere. Jumlah peserta didik SD

Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere pada tahun ajaran 2018/2019 memiliki

jumlah peserta didik 309 orang.

Jumlah Peserta DidikTahun Ajaran 2018/2019

Tabel 1.5

SD K-1 SD K-2 SD K-3 SD K-4 SD K-5 SD K-6

L P L P L P L P L P L P

38 29 35 35 22 17 17 13 26 20 28 29

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa secara

keseluruhan jumlah peserta didik laki-laki adalah

166 orang, sedangkan peserta didik perempuan

berjumlah 143 orang. Untuk data penerimaan

20

Hasil wawancara dengan guru PAI kelas 6 pada tanggal

29 Maret 2019 di Mushalla SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Page 123: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

112

siswa ditahun ajaran 2018/2019 sebanyak 102

orang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan.

Adapun untuk guru atau pendidik SD Ar-Ridha

Al-Salaam Islamic Green School Cinere tahun

ajaran 2018/2019 berjumlah 36 orang yang terdiri

dari 10 guru laki-laki dan 16 guru perempuan

dengan uraian di bawah ini:

Jumlah Pendidik dan Admin

Tabel 1.6

No Tipe Guru Jumlah

1 Kepala Sekolah 1

2 Guru Tetap Yayasan 17

3 Guru Tidak Tetap 18

4 Admin 5

4. Struktur Mata pelajaran

Susunan mata pelajaran yang diajarkan di SD

Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School meliputi mata pelajaran wajib dan muatan lokal.

Mata pelajaran wajib dari kelas I sampai kelas VI

meliputi: Pendidikan agama Islam dan Budi

Pekerti, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika,

IPA, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Seni Budaya dan Prakarya,

Pendidikan jasmani, Olahraga dan kesehatan.

Sedangkan untuk mata pelajaran muatan lokal

yang dipilih para penanggung jawab SD Ar-

Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

ditetapkan berdasarkan ciri khas yang ada di

wilayah temapt sekolah, potensi, dan keunggulan

daerah, serta kesediaan lahan, sarana prasarana,

dan tenaga pendidik. Sasaran materi muatan

lokal adalah penguatan kewirausahaan dan

penanaman nilai-nilai budaya sesuai dengan

Page 124: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

113

lingkungan. Nilai-nilai kewirausahaan yang

dikembangkan antara lain: eksplorasi, inovasi,

kreatif, kemandirian, berpikir kritis, komunikasi,

dan memiliki etos kerja. Nilai-nilai budaya yang

dimaksud antara lain disiplin, kejujuran,

tanggung jawab, kepekaan terhadap lingkungan

dan kerjasama.

Penguatan nilai-nilai kewirausahaan dan

budaya tersebut diintergrasikan di dalam proses

KBM di kelas. Adapun mata pelajaran muatan

lokalnya: seperti bahasa Inggris. ICT, PLH,

bahasa Arab, dan musik.

5. Kegiatan Sekolah Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakulikuler adalah sebuah

aktivitas pengayaan dan perbaikan yang

berkenaan tentang program kokulikuler dan

intrakurikuler. Kegiatan ini bisa dijadikan

sebagai tempat bagi peserta didik yang

mempunyai kecenderungan minat mengikuti

kegiatan tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler akan

dibimbing dan dilatih oleh guru yang mampu

membentuk sikap baik peserta didik terhadap

kegiatan yang diikuti oleh peserta didik.21

Sekolah Dasar Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere memiliki kegiatan

ekstrakulikuler yang dilaksanakan di sekolah

maupun di luar sekolah. Ini bertujuan supaya

peserta didik dapat memperbanyak dan

memperluas pengetahuan diri masing-masing dan

juga dapat membantu memotivasi pembinaan

21

Dokumentasi SD AL-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere, diambil tahun 2018.

Page 125: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

114

sikap dan nilai-nilai. Adapun tujuan khusus

lainnya ialah:

a. Siswa dapat mendalami dan memperluas

psikomotorik tentang hubungan antar

berbagai materi pelajaran, bakat dan minat,

serta menyempurnakan upaya pembinaan

manusia seutuhnya yang: beriman bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berkepribadian yang mantap dan mandiri,

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, sehat rohani dan jasmani,

memiliki rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

b. Siswa diharapkan mampu memanfaatkan

pendidikan dengan kepribadian serta

mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya

dalam program kurikulum dengan kebutuhan

dan keadaan lingkungan. 22

Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang

dilaksanakan di SD Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere: Pramuka, Melukis,

English, Tahfidz, Tari, Sains Club, Gitar, Soccer, Marawis, Robotic, Marching Band, Teater, Silat,

Renang, Design Grafis.

6. Sumber Belajar

Sumber belajar atau learning resources yakni

seluruh yang dikatakan dapat mendukung proses

pembelajaran sehingga mampu memberikan

perubahan ke arah positif. Arif S. Sadiman

mengemukakan sumber belajar adalah segala

sesuatu yang berada di luar yang memungkinkan

22

Dokumentasi SD AL-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere, diambil tahun 2018.

Page 126: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

115

terjadinya proses belajar mengajar. Sumber

belajar dapat berupa guru, buku, film, majalah,

laboratorium ataupun peristiwa memungkinkan

dapat merubah individu dari yang tidak tahu

menjadi tahu, mengerti, terampil, dan mampu

membedakan baik dan buruk.

Dalam rangka tersebut, maka Sekolah Dasar

Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School memiliki beberapa sumber belajar di antaranya

ialah: buku paket, buku referensi, perpustakaan,

alat peraga serta sarana prasarana penunjang

lainnya.

7. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Setiap sekolah memerlukan sarana prasarana

pendukung pendidikan. Tujuan dari sarana

prasarana adalah untuk memberikan kemudahan

dan kelancaran dalam suatu pelaksanaan baik

dalam formal maupun informal yang dapat

berupa benda. Sarana dan prasarana dalam

sebuah lembaga pendidikan dapat juga disebut

dengan fasilitas belajar. Nana Syaodih

menyatakan bahwa fasilitas belajar adalah semua

yang dibutuhkan dalam kegiatan proses belajar

mengajar baik bergerak maupun yang tidak

bergerak agar tujuan dari pendidikan berjalan

dengan teratur, efektif, lancar dan efisien.

Dalam hal ini sekolah SD Al-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School memiliki beberapa

sarana dan prasarana penunjang belajar siswa-

siswi di sekolah yang terdiri dari keadaan ruang,

alat-alat pendidikan, dan perpustakaan.

Page 127: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

116

Keadaan Ruang

Tabel 1.7

Jenis Ruangan Jumlah Luas Kondisi Ket

B S B

R. kelas 15 15

R. Guru 1 1

R.UKS 1 1

Toilet 6 6

Alat-alat Pendidikan

Tabel 1.8

Jenis Alat Jumlah Kondisi Ket

B S B

IPA, Matematika

Alat Komputer\ 25 25

Sound, Radio, Kaset 1 1

Perpustakaan

Tabel 1.9

Jenis Buku Jumlah Kondisi Ket

B S B

Buku Fiksi 720 720

Buku

Nonfiksi

273 273

Buku

Referensi

154 154

Bahan

Audio/Visual

50 50

Page 128: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

117

SARPRAS Ramah Lingkungan

Tabel 1.10

Jenis SARPRAS RL Jumlah Kondisi Ket

B S B

Kebun setiap grade 6 6

Rumah kompos 1 1

Tempat peternakan 2 2

Rumah nursery 1 1

Tempat sampah

organik dan anorganik

20 20

Apotik hidup 1 1

Hidroponik 3 3

Rumah jamur 1 1

Dengan ini Sekolah Dasar Al-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School memasuki kriteria

yang relevan dengan peraturan pemerintah

Nomor 19 tahun 2005 tentang SNP (standar

nasional pendidikan) bab tujuh standar sarana

dan prasarana, pasal 42 yang menyatakan:

Pertama, setiap satuan pendidikan harus

memiliki sarana yang di dalamnya perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku

dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai

serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan. Kedua, setiap satuan pendidikan

wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,

ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang

laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit

produksi, kantin, instalansi daya dan jasa, tempat

olahraga, beribadah, bermain, berkreasi, dan

tempat lain yang dapat menunjang proses belajar

mengajar yang teratur dan berkelanjutan.

Page 129: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

118

D. Atmosfir Sekolah Hijau Islam: Ar-Ridha Al-

Salam Islamic Green School Cinere

Sekolah Dasar Al-Ridha Al-Salaam Cinere

merupakan sekolah “adiwiyata” yakni sekolah

yang memiliki kepedulian dengan lingkungan

yang sehat, bersih serta lingkungan yang asri.

Adanya program adiwiyata diharapkan seluruh

masyarakat di sekitar sekolah dapat menyadari

bahwa lingkungan hidup adalah lingkungan yang

sehat bagi kesehatan tubuh kita. “Adi” yang

berarti besar, agung, baik, ideal atau sempurna.

Sedangkan wiyata artinya tempat itu digunakan

oleh setiap orang untuk mendapatkan wawasan ,

norma, dan etika.

Sekolah yang berkonsepkan adiwiyata ini

tidak hanya unggul dalam hal yang berkenaan

dengan pro-lingkungan hidup, akan tetapi unggul

dalam bidang sains dan bahasa. Sekolah hijau

Islam memiliki guru-guru yang ramah dan

tanggap akan kepeduli an terhadap lingkungan.

Sama halnya dengan anak-anak didiknya di

sekolah, merekapun begitu sangat dekat dengan

alam dan lingkungan mereka. Dalam kegiatan

proses belajar mengajar anak-anak tidak memiliki

seragam formal. Anak-anak bebas memakai baju

apapun dengan syarat rapi, bersih, dan sopan.

Suasana sekolah Hijau SD Al-Ridha Al-

Salaam Cinere yang bertempat di Cinere ini

memiliki lingkungan hijau yang nyaman, sejuk

dan asri. Selain didapati lapangan hijau, di SD Al-

Ridha Al-Salaam Sekolah Hijau Islam Cinere,

dapat ditemukan banyak pepohonan, tanaman

didalam pot, dan peternakan seperti burung,

ayam, bebek, dan hewan peliharaan lainnya.

Anak-anak di usia dini diajarkan untuk mencintai,

Page 130: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

119

merawat, dan menjaga lingkungan hidupnya agar

peduli dengan keadaan atau permasalahan sosial.

Relevan dengan yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa untuk menjadi sekolah hijau

ialah harus memenuhi empat pokok syarat yakni

memiliki pengetahuan hijau, sikap hijau,

keterampilan hijau, dan lingkungan hijau.

Sebagaimana yang diamati di lapangan nampak

jelas bahwa anak-anak didik dan guru-guru di

ARAS masing-masing telah memenuhi setiap

unsur komponen tersebut baik pengetahuan hijau,

sikap hijau, keterampilan hijau dan lingkungan

hijau. Kondisi-kondisi tersebut membuktikan

bahwa gambaran-gambaran tersebut real adanya

di sekolah hijau Islam ARAS Cinere.

Suasana tempat belajar atau ruangan kelas

anak-anakpun di desain dan diatur semenarik

mungkindengan tema-tema yang diusulkan oleh

masing-masing kelas. Hamparan rumput hijau di

depan teras ruang kelas membuat anak-anak

menjadi semakin betah berlama-lama di sekolah.

Peserta didik diberi kebebasan dalam

mengekplorasi minat dan bakat sesuai dengan

kemampuaannya masing-masing. Mayoritas anak-

anak ketika jam istirahat, selalu berada di kebun

kelasnya masing-masing (memberi makan hewan

peliharaan, merawat kebunnya) dan sering

bermain di lapangan hijau.

Menariknya di Sekolah hijau ARAS ini,

lingkungannya sangat sejuk dan natural karena

masih banyak ditemukan lahan-lahan hijau,

walaupun ada bagian yang di paving block seperti

area parkir dan area mushalla, namun suasana

hijau semakin membuat penghuni di ARAS sejuk,

Page 131: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

120

asri, dan ramah akan lingkungan pun tampak jelas

di sekitar sekolah.

Menurut Kepala Sekolah SD Al-Ridha Al-

Salaam Cinere, Rifa Rahmaniah, dengan

menggalakkan kegiatan dan program penghijauan

dan pemeliharaan terhadap ternak dan tanaman

lainnya dapat menumbuhkan karakter rasa

kecintaan, kepeduli aan anak terhadap lingkungan

hidup yang bersih dan terhadap binatang.23

Walaupun setiap anak membutuhkan adaptasi

yang berbeda-beda, namun pada akhirnya anak-

anak merasa sudah mulai terbiasa dengan

kegiatan-kegiatan sekolah merumput, mengambil

sampah (dimanapun didapatinya), bercengkrama

dengan alam dan lingkungan. Anak-anak sudah

mulai menyadari bahwa lingkungan adalah bagian

darinya. Inilah yang kemudian membuat peserta

didik merasa memiliki tanggung jawab menjaga

lingkungan dan termotivasi untuk melakukan hal-

hal positif terhadap lingkungan sekolahnya.24

Sehingga kebiasaan ini terbawa saat dimanapun

anak-anak berada, baik di lingkungan sekolah,

rumah, dan masyarakat.

23

Hasil Wawancara dengan Rifa Rahmaniah kepala sekolah,

tanggal 29 Maret 2019 di ruang Kepala Sekolah SD Al-Ridha

Al-Salaam Cinere.

24

Wawancara dengan Uci siswi kelas V, tanggal 29 Maret

2019 di Masjid SD AR-Ridha Al-Salaam Islamic Green school.

Page 132: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

121

BAB IV

UPAYA PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN

SPIRITUAL BERWAWASAN EKOLOGI PADA

SEKOLAH BERBASIS LINGKUNGAN HIDUP

Pendidikan ekologi bukanlah hal baru sebagaimana

yang diaplikasi oleh sebagian sekolah saat ini. Khususnya

di indonesia sendiri pendidikan ekologi sudah berkembang

sejak tahun 1980-an yang populer dengan sebutan

pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup (PKLH).

Seiring proses pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup,

walhasil terlihat bahwa PKLH itu mulai tak terdengar lagi,

sehingga di tahun 2000-an mulai muncul kembali dan

berdiri sekolah-sekolah yang berbasis lingkungan baik dari

kurikulumnya atau kegiatannya.

Lembaga pendidikan harusnya tidak pernah

melakukan dikotomi antara sekolah dengan lingkungan.

Karena pada dasarnya lingkungan merupakan faktor

pendukung proses belajar mengajar siswa siswi di sekolah

serta sebagai sarana media pembelajaran, walaupun diakui

masih banyak ditemukan sekolah-sekolah tertentu yang

memiliki kesadaran minim akan kelestarian terhadap

lingkungan sekolahnya. Lingkungan sekolah bersih dan

nyaman justru dapat menumbuh kembangkan siswa siswi

secara optimal (fisik sehat, pikiran jernih, anak-anak

menjadi lebih cerdas sehingga melahirkan anak-anak yang

berkualitas). Sebaliknya lingkungan kotor dan tidak

nyaman akan mempengaruhi kualitas belajar anak dan

kesehatan anak.

Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan besar

dalam mengubah perilaku buruk individu menjadi perilaku

yang lebih baik. Dalam membentuk karakter bangsa yang

baik, maka sekolah sarana yang ampuh dalam membantu

membentuk karakter dan kebiasaan positif seorang anak.

Pendidikan yang diajarkan di sekolah sudah selayaknya

Page 133: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

122

menyajikan dan mencari problem solving yang bukan

sebatas berkaitan dengan ruang lingkup akademik saja

(penguasaan kognitif yang seringkali diasosiasikan dengan

‚pembelajaran buku‛, ‚pekerjaan sekolah‛ dll), melainkan

juga harus merambah atau memperhatikan terhadap

permasalahan dan kondisi sosial masyarakat saat ini.

Seperti tindakan pendidikan di tahun 1988 yang

menekankan bahwa kurikulum sekolah harus ada di

dalamnya tentang penekanan spiritual, moral, budaya,

mental dan perkembangan fisik dan sosial anak. Hal

tersebut dilakukan oleh berbagai lembaga pendidikan tidak

lain dengan tujuan mempersiapkan para peserta didik

untuk peluang atau kesempatan, memiliki sikap tanggung

jawab, dan pengalaman menghadapi problematika

kehidupan masa dewasanya kelak. Generasi muda adalah

pemimpin masa depan. Jika dari awal generasi muda telah

dilibatkan dalam kegiatan peduli lingkungan hidup, maka

ketika dewasa dan masa pemimpinnya kelak selalu

memprioritaskan kerjanya pada permasalahan atau isu-isu

lingkungan hidup.

Dalam rangka mempersiapkan generasi handal di

masa mendatang, dan dilatarbelakangi oleh berbagai

permasalahan yang sering terjadi di sosial masyarakat

khususnya dalam masalah lingkungan hidup, maka Sekolah

Dasar ARAS Islamic Green School Cinere sebagai sarana

pendidikan berbasis lingkungan hidup mengarahkan

peserta didik menjadi sosok yang tanggap terhadap

lingkungan hidup dengan menerapkan sebuah kebijakan

yang mana segala aktivitas kegiatannya (baik internal dan

eksternal) selalu melibatkan dan mempertimbangkan aspek

lingkungan sekitarnya. Adapun untuk penjelasan secara

detail mengenai aktualisasi penekanan nilai-nilai

pendidikan spiritual ekologi di Sekolah Dasar ARAS

Islamic Green School Cinere pada bab ini akan diuraikan

sebagai berikut:

Page 134: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

123

A. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual-Ekologi: Penguat

Kesadaran Ekologi Peserta Didik

Lingkungan pada dasarnya bukan hanya dapat

memenuhi kebutuhan hidup jasmani manusia. Dalam

berbagai perspektif agama, mengakui bahwa lingkungan

dan alam hakikatnya menjadi salah satu unsur yang

mampu membantu memenuhi kebutuhan ruhani manusia.1

Ditegaskan dalam banyak ayat al-Qura>n seperti QS. al-

Baqarah: 164; QS. Ali-Imran: 190; QS. al-An’am: 99 dan

masih banyak lainnya, menggambarkan bahwa apa yang

Allah swt ciptakan meliputi langit dan bumi serta makhluk

di dalamnya sungguh terdapat tanda-tanda kekuasan-Nya

bagi yang berpikir, mengetahui dan yakin adanya hal

tersebut.

Sejalan dengan ayat-ayat al-Qura>n yang telah

disebutkan di atas mengantarkan rasio manusia untuk

berpikir secara mendalam (think deeply) hakikat

sebenarnya Allah swt menciptakan hamparan alam dan

lingkungan di bumi ini. Inilah argumen mendasar mengapa

sekolah perlu mendidik anak-anak memiliki wawasan dan

perilaku lingkungan dengan melibatkan dimensi spiritual

dan agama. Karena nilai-nilai yang terkandung pada

lingkungan sangatlah membantu peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan fitrah yang dimilikinya,

dengan sebutan kecenderungan spiritual (spirituality as a natural human predisposition).

2 Dari sini tampak jelas,

bahwa pendidikan spiritual-ekologi sebagai media yang

1 Kusmita Pedersen, ‚Environmental Ethics in

Interreligious Perspective Explorations‛, dalam Summer B.

Twiss and Bruce Grelle, (Eds), Global Ethics: Comparative Religious Ethics and Interreligious Dialogue. Boulder:

Westview, 1998).

2Graham Rossiter,‛ an Evaluative Perpective on

Spirituality for School Education,‛ Journal of Religious Education, 53, 1, 2005, 3-22.

Page 135: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

124

dapat memberi penguatan sikap pro-lingkungan hidup

sejak dini, diharapkan menghasilkan nilai-nilai spiritual-

ekologi yang dapat memberikan kesadaran terhadap siswa-

siswi di sekolah khususnya Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere. Nilai-nilai

pendidikan spiritual-ekologi yang diitanamkan antara lain:

a. Mengamalkan Perintah Allah swt dalam berprilaku

atau berinteraksi terhadap makhluk-Nya yang lain

seperti: lingkungan, alam, hewan, dan tumbuhan yang

seringkali diabaikan oleh manusia dalam berinteraksi

terhadapnya. Sikap peduli terhadap lingkungan sekitar

sekolah, lingkungan kelas, menyayangi binatang,

merawat tumbuh-tumbuhan di pekarangan sekolah

dan kebun sekolah.

b. Bertanggung jawab terhadap kebersihan sekolah

sebagai bentuk sikap pro-lingkungan hidup.

c. Menghayati nasehat-nasehat yang berkenaan dengan

lingkungan.

d. Memotivasi teman-teman untuk selalu berbuat

kebaikan terhadap lingkungan, seperti: Mengajak

teman-teman untuk memelihara lingkungan dengan

baik sebagai wujud ketaatan kepada Allah swt dan

menegur warga sekolah yang tidak mematuhi

peraturan sekolah dalam hal pemeliharaan lingkungan.

e. Menasehati teman-teman yang kurang memiliki

kesadaran kepedulian terhadap lingkungan.

f. Mendidik anak-anak dengan memberikan kesadaran

bahwa setiap makhluk Tuhan memiliki posisi yang

sama yakni makhluk Tuhan yang harus saling

memelihara, saling memberikan manfaatnya masing-

masing.3

3 Hasil pengamatan dan wawancara dari peserta didik dan

guru di SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

Jumat, 22 November 2019 pukul 09.00-11.00 WIB.

Page 136: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

125

Nilai-nilai pendidikan spiritual-ekologi itulah yang

ingin ditanamkan dalam proses pembelajaran di SD Ar-

Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere untuk

memperkuat kesadaran kepedulian terhadap lingkungan

serta kesadaran spiritual.

B. Proses Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

Ekologi di Sekolah

Indonesia saat ini dilanda begitu banyak krisis (krisis

yang hampir menyeluruh dalam berbagai aspek). Padahal

jika mengacu pada pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 yang menyatakan bahwa tujuan dari pembentukan

negara Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Kecerdasan bangsa yang mampu

survive dalam menghadapi berbagai kesulitan dan krisis-

krisis yang melanda. Pernyataan itu tidak searah dengan

cita-cita luhur yang tertera dalam pembukaan UUD 1945

tersebut, karena ditandai dengan berbagai krisis akut yang

terjadi di masyarakat salah satunya krisis kesadaran

terhadap lingkungan hidup. Krisis yang terjadi itu, tidak

lain merupakan refleksi dari krisisnya pendidikan.4

Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kelestarian

alam dan lingkungan, menggerakkan Pemerintah Indonesia

berupaya membuat sebuah aturan perundang-undangan

khususnya mengenai ‚lingkungan‛ yang tertulis dalam

Undang Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1997

tentang pengelolaan lingkungan hidup.5 Upaya-upaya

lainnya yang dicanangkan oleh pemerintah ialah melalui

pendidikan lingkungan hidup yang dimulai pada tahun

4Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Tentang Tujuan

Pembentukan Negara Republik Indonesia.

5Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Page 137: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

126

1982 dengan model pendekatan integratif6 pada jenjang

atau level SD sampai SMA dan pendekatan monolitik7

pada tingkat perguruan tinggi.

Mengacu pada aturan UU tersebut, Sekolah Dasar

ARAS Islamic Green School Cinere yang merupakan

bagian dari lembaga pendidikan Islam modern menerapkan

pendekatan integratif guna membangun dan membentuk

kesadaran ekologis sejak dini peserta didik di sekolah. Hal

itupun selaras dengan visi sekolah yakni menciptakan

sekolah berwawasan lingkungan, asri, nyaman, dan

berpedoman pada Islam, membentuk manusia memiliki

good charachter, cerdas, beriman, dan bertaqwa kepada

Allah swt, berusaha menawarkan solusi melalui sistem

pembelajaran berbasis lingkungan hidup guna melahirkan

generasi-generasi penerus yang memiliki pengetahuan

hijau, sikap hijau, dan keterampilan hijau.

Dihadapkan dengan fenomena-fenomena maraknya

sikap krisis kesadaran lingkungan yang terjadi di

masyarakat saat ini, Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam

6Pendekatan integratif ialah pendekatan yang memadukan

beberapa aspek dalam satu proses (input). Pendekatan ini dapat

berupa inter bidang studi dan antar bidang studi. Misalnya

interbidang studi, materi bahasa diintegrasikan dengan

keterampilan bahasanya, sedangkan integrasi antar bidang studi

misalnya, materi pendidikan agama Islam dipadukan dengan

materi IPA, IPS, dan lain sebagainya. Mohammad Siddik,

Pengembangan Model Pembelajaran Menulis Deskripsi, (

Malang: Tunggal Mandiri Publishing, 2018), 29. 7Pendekatan monolik adalah pendekatan yang

berpandangan bahwa materi yang diajarkan merupakan suatu

bidang studi tersendiri tanpa mengaitkan dengan materi ajar

lainnya. Lihat Afriantoni, Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda: Percikan Pemikiran Ulama Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi, (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2019),

25.

Page 138: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

127

Islamic Green School Cinere mencoba mencari solusi

pemecahan masalah dengan cara memberikan wawasan-

wawasan (tentang permasalahan lingkungan) dan

membangun wawasan itu dalam bentuk sikap melalui

berbagai program dan kegiatan sekolah bernuansa spiritual

ekologi yang dapat mengembangkan kecintaan peserta

didik terhadap lingkungan secara konsisten sejak dini.

Dalam melakukan sebuah proses penekanan

penguatan pendidikan spiritual ekologi di Sekolah Dasar

Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere, ada

beberapa bagian titik komponen-komponen penting yang

menjadi fokus reinforcement nilai-nilai pendidikan

spiritual ekologi karena dinilai memiliki peran dan

kontribusi besar dalam menumbuh kembangkan sikap

kesadaran ekologis peserta didik di sekolah, di antara

penguatannya ialah: penekanan pada bidang kurikulum

sekolah, penekanan melalui integrasi berbagai materi

pelajaran terhadap lingkungan, penekanan melalui

pembiasaan karakter ekologis, penekanan melalui slogan

kebersihan dan lingkungan, dan melalui kegiatan

ekstrakurikuler tertentu. Kedudukan proses ini dapat

terlihat pada gambar di bawah ini:

Konsep SE Berwawasan Ekologi

Gambar 2.3

SPIRITUAL

Manusia Lingkungan

pendidikan

Hubungan kepada Allah swt

Page 139: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

128

Gambar 2.4 menunjukkan bahwa manusia dan

lingkungan menempati posisi yang sama yakni sama-sama

merupakan makhluk Tuhan. Sebagai sesama makhluk

Tuhan seharusnya saling menghargai, mengasihi, merawat

dan memberikan manfaatnya masing-masing. Karena

sejatinya makhluk Tuhan tidak dapat hidup sendiri tanpa

dukungan-dukungan yang mampu membantu menjaga satu

sama lain. Manusia bukan sekedar membangun hubungan

baik kepada Sang Khalik (h}ablu minal allah) atau kepada

sesama manusia (h}ablu min an-na>s), akan tetapi juga tidak

lepas dalam membangun hubungannya kepada alam (h}ablu min al-‘a>lam) sebagai tempat tinggal manusia di dunia.

Untuk menyadari bahwa manusia dan lingkungan

memiliki kedudukan yang sama, maka perlu membangun

kesadaran ekologi dengan melibatkan sisi spiritual.

Perantara yang dapat mengarahkan ecological awareness

ialah melalui pendidikan, yang penekanannya tidak cukup

bersifat fisik saja, akan tetapi mencakup penekanan

spiritual. Sehingga dampak dari nilai-nilai pendidikan

spiritual yang tertanam dalam lingkungan tidak hanya

menghasilkan ilmu pengetahuan secara umum atau

tindakan pro-lingkungan hidup saja, namun menghasilkan

sebuah ketaatan kepada Tuhan karena telah melekat di hati

masing-masing peserta didik anggapan bahwa di dalam

lingkungan terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya dan Allah

swt sangat mengecam hamba-hambanya yang berbuat

kerusakan terhadap lingkungan.

Page 140: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

129

Proses Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

Ekologi di SD ARAS

Gambar 2.4

Gambar di atas yang terdiri dari input, proses, output pendidikan yang ada di dalam GE sebenarnya diarahkan

untuk pembentukan sikap pro-lingkungan hidup atau

karakter ekologis sejak dini. Input yang terdiri dari SDM

(kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa) , input SD non

Manusia (peralatan, perlengkapan), input Peraturan

Perundang-undangan tentang lingkungan (lihat pada bab 3

tentang kebijakan berwawasan lingkungan), input harapan-

harapan: visi, misi, moto, dan tujuan (lihat pada bab 3

tentang profil sekolah hijau). Proses yang terdiri dari

kurikulum pembelajaran, integrasi materi ajar, pembiasaan

karakter ekologis, slogan kebersihan dan lingkungan, dan

kegiatan ekstrakurikuler. Dan output baik yang bersifat

akademik maupun non-akademik merupakan proses

reinforcement nilai-nilai pendidikan spiritual-ekologi yang

Input Proses Output

1. Kurikulum

2. Integrasi materi ajar

3. Pembiasaan karakter

ekologis

4. Slogan kebersihan dan

lingkungan

5. Kegiatan ekstrakurikuler

Membentuk perilaku

pro-lingkungan hidup

sejak dini

Page 141: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

130

memiliki tujuan untuk membentuk dan membangun sikap

konservasi peserta didik di sekolah serta warga sekolah

lainnya. Begitupun komponen yang telah disebutkan,

sarana dan prasana pendukung (bersifat hard) lain serta

keterampilan yang diharapkan dari input pembelajaran

baik di ruang kelas atau di luarnya juga mendorong upaya

pencapaian pembentukan karakter ekologis peserta didik di

sekolah. Adapun penjelasan beberapa komponen proses

pada gambar di atas adalah sebagai berikut:

1. Kurikulum 2013 dan Kurikulum Berwawasan

Lingkungan Hidup

Kurikulum merupakan komponen penting dan

menjadi salah satu kunci dalam menentukan kualitas

lulusan sekolah tertentu.Purwadi mengemukakakan

bahwa kurikulum dapat didefinisikan kepada beberapa

bagian yakni: 1) Kurikulum dapat dijadikan sebuah

ide, 2) Kurikulum diartikan sebagai formal yakni

berupa dokumen yang dijadikan referensi atau

pedoman dalam melaksanakan kurikulum, 3)

Kurikulum menurut pandangan pendidik, 4)

Kurikulum operasional yang dilaksanakan oleh guru di

kelas, 5) Kurikulum juga diartikan ‚experience‛ yakni

pengalaman yang dialami oleh anak didik, 6)

Kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.8

Lain halnya dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 pasal 1 butir 19 yang menerangkan mengenai

SPN (Sistem Pendidikan Nasional) yang

mendefinisikan kurikulum sebuah serangkaian rencana

dan aturan yang berkaitan dengan tujuan pendidikan,

isi pendidikan, dan materi pelajaran serta metode

yang digunakan untuk panduan pelaksanaan aktivitas

8 Purwadi Suhandini, Kurikulum dan Pembelajaran,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 89.

Page 142: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

131

kegiatan KBM supaya dapat mencapai tujuan

pendidikan yang diinginkan.9

Zakiah Daradjat menjelaskan kurikulum

merupakan sebuah program terencana dalam kajian

pendidikan dan dilaksanakan di sekolah agar dapat

memperoleh sejumlah tujuan-tujuan pendidikan

tertentu.10

Sama halnya dengan Alice Miel yang

mengatakan bahwa kurikulum pada hakikatnya

meliputi banyak aspek, termasuk infrastruktur,

kondisi sekolah, kemauan, kepercayaan, wawasan,

keterampilan, dan perilaku orang yang melayani dan

dilayani di sekolah (termasuk di dalamnya seluruh

pegawai sekolah) dalam hal ini semua pihak yang

terlibat dalam memberikan bantuan kepada peserta

didik memaknai bagian dari kurikulum.11

Kedudukan kurikulum begitu urgen dalam

pendidikan karena fungsi dari kurikulum bukan

totalitas untuk menjadikan peserta didik menguasai

materi pelajaran yang telah ditempuh selama sekolah,

akan tetapi lebih dari itu, ia mampu memberikan

implikasi terhadap perkembangan dan pertumbuhan

peserta didik relevan dengan arah filsafat pendidikan

dan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh institusi

pendidikan yang bersangkutan.12

Di antara fungsi

9 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19.

10

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2014), Cet. ke-12, 121. 11

Alice Miel, Changing the Curriculum a Social Prosses, (New York: D. Appleton Century Company, 1946), 10. Lihat

juga Romine St., Building the High School Curriculum. (New

York: The Ronald Press Company, 1945). 14.

12

Abdullah Indi, Pengembangan kurikulum: Teori dan

praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 211.

Page 143: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

132

kurikulum13

yang relevan dengan wacana ini ialah

fungsi penyesuaian (the adjust fine of adaptive function) dan fungsi integrasi (the integration function). Fungsi penyesuaian artinya kurikulum

sebagai education tool (alat pendidikan) harus

mengarahkan peserta didik agar mampu hidup

menyesuaikan diri dengan lingkungan baik secara

fisik maupun secara sosial. Oleh karenanya dalam

fungsi adaptif ini, peserta didik harus diberikan

program atau kegiatan pendidikan yang dapat

mengantarkan peserta didik untuk bisa menyesuaikan

diri mereka dengan lingkungan dan masyarakat.

Sehingga tujuan untuk menjadikan peserta didik

sebagai pemimpin di muka bumi ini mampu

diimplementasikan melalui nilai-nilai pendidikan

spiritual ekologi yang telah didapatkan anak-anak di

sekolah. Fungsi integrasi kurikulum yakni bahwa

kurikulum memiliki makna sebagai alat pendidikan

harus dapat menghasilkan personality yang integral.

Artinya peserta didik dituntut untuk memiliki pribadi

yang integrasi, meliputi berbagai aspek; spiritual,

sosial, afektif, kognitif, dan psikomotorik, agar dapat

memberikan kontribusi dalam rangka pembentukan

dan pengitegrasian terhadap masyarakat.14

Melihat dari penjelasan fungsi kurikulum di atas,

dapat diketahui bahwa kurikulum memiliki peranan

yang berpengaruh dalam pendidikan. Alasan

tersebutlah mengantarkan Sekolah Dasar Al-Ridha

13

Depdiknas merumuskan ada enam fungsi kurikulum:

fungsi penyesuaian, fungsi integrasi, fungsi diferensiasi, fungsi

persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik. Lihat dalam

Ma’as Shobirin, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar, (Yogakarta: CV. Budi Utama, 2016), 19.

14

TIM Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran,

Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 9.

Page 144: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

133

Al-Salaam Islamic Green School Cinere menerapkan

dua kurikulum pembelajaran (kurikulum 2013 dan

kurikulum berwawasan lingkungan hidup atau disebut

dengan kurikulum kekhasan).15

Penerapan dua

kurikulum tersebut dilaksanakan karena relevan

dengan visi, misi dan motto Sekolah Dasar Ar-Ridha

Al-Salaam Islamic Green School Cinere yakni visi;

Menjadikan Ar-Ridha al-Salaam Islamic Green school sebagai suatu lembaga pendidikan Islam modern yang

berwawasan lingkungan, asri, nyaman, dan memiliki

nafas Islam, agar membentuk manusia yang

berkarakter kuat, cerdas, beriman, dan bertaqwa

kepada Allah swt. Misi-nya; Mempersiapkan anak-

anak yang sehat; Memiliki wawasan yang luas, cerdas,

kreatif, dan peduli lingkungan; Percaya diri secara

intelektual, emosional dan spiritual dengan

mengenalkan anak pada alam sekitar; Mengenalkan

kepada peserta didik peraturan dan disiplin (tata

tertib); dan Memberikan kesempatan pada anak untuk

menikmati masa bermain dan belajar. Sehingga visi

dan misi tersebut dipahami oleh warga sekolah

dengan sebuah motto ‚Be Moslem, Be Creative, Be Green, Bilingual‛.

16

Berangkat dari pada visi, misi, dan motto sekolah

serta basis sekolah yang berkonsepkan adiwiyata

(mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan hidup),

Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere menerapakan dua kurikulum yaitu

kurikulum 2013 dan kurikulum berwawasan

15 Hasil wawancara dengan Intan Ryanti wakasek

kurikulum I Jumat, 29 Maret 2019 di ruang kepala sekolah SD

Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere 12.00 WIB.

16

Hasil wawancara dengan kepala sekolah pada hari Jumat,

29 Maret 2019 di ruang kepala sekolah SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere pukul 10.00 WIB.

Page 145: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

134

lingkungan hidup. Gunanya adalah agar peserta didik

mampu menumbuhkan sikap keseimbangan antara

kecerdasan, spiritual, dan permasalahan-permasalahan

sosial yang ada di masyarakat. Oleh karenanya,

kolaborasi dan integrasi kedua kurikulum ini

diharapkan dapat mewujudkan cita-cita yang

diinginkan oleh pendiri yayasan Ar-Ridha Al-Salaam

yakni keseimbangan intelektual, spiritual, sosial dan

afektif serta psikomotorik.

Tantangan eksternal (permasalahan-permasalahan

sosial dan sebagainya) yang terus bersifat dinamis,

melatarbelakangi pergantian kurikulum KTSP

menjadi kurikulum 2013. Di tengah arus globalisasi

dan modernisasi yang semakin maju dan pesat, justru

banyak memunculkan konflik dan isu besar mengenai

krisis-krisis permasalahan lingkungan hidup yang

mulai suram dari perhatian masyarakat mulai dari

kecil hingga dewasa. Melihat celah kekurangan

tersebut, maka jalur pendidikan melalui kurikulum

2013 hadir mempersiapkan insan Indonesia supaya

mempunyai potensi hidup sebagai individu dan

netizen yang beriman dan bertakwa, inovatif,

produktif, kreatif, dan afektif serta mampu

memberikan kontribusi pada kehidupan masyarakat,

bangsa, negara dan peradaban dunia.17

Kurikulum 201318

dibuat untuk berusaha paripurna

dengan menggabungkan beberapa karakteristik yang

17

Ma’as Shobirin, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar, (Yogakarta: CV. Budi Utama, 2016), 34.

18

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang

menyempurnakan kurikulum sebelumnya (KTSP) tahun 2006.

Kurikulum 2013 ialah kurikulum yang menyatukan kemampuan,

tema, konsep, dan topic yang dibentuk dalam disiplin tunggal

namun mega.,ndung beberapa disiplin dan mengandung beberapa

pembelajaran. Lihat Trianto Ibnu Badar at-Taubany, Hadi

Page 146: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

135

dibutuhkan di dalamnya supaya dapat

mengembangkan kesinambungan sikap, spiritual,

sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Hal itu tampak

pada pelaksanaan dalam pembuatan RPP, guru akan

merumuskan lima aspek, yang mana masing-masing

aspek memiliki integrasi terhadap materi ajar.

Misalnya tema materi kelas VI semester satu adalah

tentang ‚Selamatkan Makhluk hidup‛. Contoh

rumusan rencana pelaksanaan pembelajarannya dapat

dilihat pada tabel 1.7:

RPP Ilmu Pengetahuan Alam

Tabel 1.11

Suseno, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah, (

Depok: Kencana, 2017), 102.

Satuan pendidikan :SD ARAS Islamic Green School Tema :Selamatkan Makhluk hidup

Kelas/semester :VI/satu

Alokasi waktu :1 x pertemuan (6 x 35 menit)

Kompetensi inti (KI)

KI-1 :Menerima dan menjalankan ajaran agama yang

dianutnya.

KI-2 :Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi

dengan keluarga, teman, dan guru.

KI-3 :Memahami pengetahuan faktual dengan cara

mengamati, mendengar, melihat, membaca, dan

menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,

makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-

benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

KI-4 :Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang

jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis

dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat dan

dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak

beriman dan berakhlak mulia.

Page 147: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

136

Rencana pelaksanaan pembelajaran ini sengaja

hanya dimuat berisi KI, KD, dan indikator pencapaian

untuk menunjukkan dan menandai mulainya suatu

proses penguatan nilai-nilai pendidikan spiritual

berwawasan ekologi yang terlihat pada butir 1 dan 2

dari KI/KD.19

Rencana pelaksanaan pembelajaran

bukan hanya sekedar bentuk tulisan yang tersusun

secara sistematis atau sekedar formalitas saja, akan

tetapi RPP yang telah dituangkan tersebut menjadi

19

Hasil analisis data dokumentasi kurikulum dan silabus 29

Maret 2019 di ruang kepala sekolah SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere jam 09.00 WIB.

Kompetensi dasar (KD) Indikator Pencapaian

1.1 Bertambah keimanannya dengan

menyadari hubungan dan

kompleksitas alam dan jagad raya

terhadap kebesaran Tuhan yang

menciptakannya, serta

mewujudkannya dalam

pengamalan ajaran agama yang

dianutnya.

1.1 Menjaga

keanekaragaman

makhluk hidup

sebagai ciptaan

Tuhan, merupakan

wujud pengalaman

agama yang dianut.

2.1 Menunjukkan perilaku

bertanggung jawab dan peduli

lingkungan dalam aktivitas sehari-

hari.

2.1 Melakukan sikap

tanggung jawab

terhadap makhluk

hidup, lingkungan,

tumbuhan, dan

hewan-hewan.

3.4Mendeskripsikan perkembangan

makhluk hidup

3.4 Menjelaskan sikap

tanggung terhadap

makhluk hidup.

4.4Mengikuti prosedur perkembangan

tumbuhan dan melaporkan

hasilnya dalam bentuk tulisan

4.4 Mengamati jenis

makhluk hidup

Page 148: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

137

sebuah acuan oleh para guru di sekolah dalam proses

kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam rumusan

KD butir 1 dan 2 tampak jelas bahwa bagian dari

susunan tersebut terdapat kaitan proses penguatan

nilai-nilai pendidikan spiritual dan ekologi secara

tertulis.20

Sama halnya dengan pelaksanaan kurikulum

berwawasan lingkungan hidup, yang merupakan salah

satu perwujudan dari komponen program adiwiyata,

karena pada dasarnya sekolah memiliki peran besar

terhadap kelestarian lingkungan dan dari sekolahlah

peserta didik akan mendapatkan pengetahuan

mengenai lingkungan itu. Atas kontribusi besar

pendidikan dalam membantu menanamkan kesadaran

karakter ekologis melalui kurikulum berwawasan LH

(lingkungan hidup), maka sudah sepatutnya KBLH

dapat diaplikasikan oleh setiap lembaga pendidikan

yang berusaha dan bercita-cita menjadikan anak-anak

di sekolah sebagai generasi dini yang mencintai

lingkungan hidupnya.

Penerapan kurikulum berwawasan lingkungan21

pada hakikatnya merupakan bagian ciri khas dari

20

Lihat tabel 06 RPP tentang Kompetensi dasar butir 1 dan

2, ‚Bertambah keimanannya dengan menyadari dengan

menyadari hubungan dan kompleksitas alam dan jagad raya

terhadap kebersaran Tuhan yang menciptakannya, serta

mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang

dianutnya‛ dan ‚Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa

ingin tahu, obyektif, jujur, kerjasama, cermat, tekun, hati-hati,

bertanggung jawab, terbuka dan perduli lingkungan) dalam

aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam

melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi‛.

21

Kurikulum yang isi materi pembelajarannya bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kecakapan serta

Page 149: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

138

sekolah hijau. Implementasi kurikulum berwawasan

lingkungan hidup pada umumnya diaplikasikan

melalui penyisipan indikator atau penambahan

indikator22

yang terpadu dengan lingkungan yang

disesuaikan dengan muatan materi ajar yang dapat

diintegrasikan dengan lingkungan, karena tidak semua

tema materi ajar dapat diintegrasikan dengan

lingkungan. Penambahan indikator itu terdapat pada

RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) yang

menjadi acuan setiap pendidik dalam proses

pembelajaran di sekolah. Adapun untuk integrasi

penerapan dalam materi ajar itu sendiri akan

dikembangkan oleh setiap guru penanggung jawab

MAPEL dengan memanfaatkan sarana prasarana

yang ada di SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere. Tidak terhenti pada rumusan acuan

pembelajaran (RPP) di kelas, jika merujuk pada

definisi kurikulum yang diungkapkan oleh Alice Miel

yang menyatakan bahwa makna dari kurikukum itu

sendiri bukan hanya meliputi rencana pembelajaran

mutlak akan tetapi berbagai aspek, seperti

infrastruktur, kondisi sekolah, kemauan, kepercayaan,

wawasan ilmu pengetahuan, kecakapan, dan sikap-

sikap orang yang melayani di sekolah dalam hal ini

seluruh oknum yang ikut serta dalam memberikan

bantuan kepada siswa (tenaga kependidikan) termasuk

makna dari kurikulum.

Selaras dengan pernyataan Miel mengenai

pengertian kurikulum menjadi penguat bahwa gedung

kesadaran warga sekolah akan pentingnya melestraikan

lingkungan sekitar. Lihat

22

Penyisipan kurikulum berwawasan lingkungan hidup

dapat dilihat pada tabel 06 rencana pelaksanaan pembelajaran

terdapat dibagian indikator pencapaian.

Page 150: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

139

sekolah yang teratur, suasana SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere hijau dipenuhi oleh

pepohonan rindang, tanaman dan hewan peliharaan,

wawasan anak-anak dan guru tentang lingkungan

yang cukup memadai, semangat mencintai kebersihan

serta sikap-sikap warga sekolah yang ekologis

menandai bagian dari kurikulum berwawasan

lingkungan. Jadi kurikulum berwawasan lingkungan

hidup tidak sekedar diartikan sebagai sebuah

penambahan indikator dalam RPP saja akan tetapi

mencakup secara menyeluruh yang ada di dalam

sekolah hijau Islam.23

Kategori Kurikulum Berwawasan Lingkungan Hidup

Gambar 2.5

23

Hasil wawancara dengan dengan Intan Riyanti wakasek

kurikulum I Jumat, 29 Maret 2019 di ruang kepala sekolah SD

Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere 12.00 WIB.

Kurikulum berwawasan lingkungan hidup

kebijakan sekolah, Indikator

dalam RPP

gedung sekolah, suasasa sekolah

Pengetahuan,

sikap. kecakapan warga sekolah

Page 151: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

140

Tampak jelas bahwa dari gambar 2.6 di atas,

menegaskan bahwa bagian dari kurikulum

berwawasan lingkungan hidup pada hakikatnya

meliputi secara komprehensif apa yang ada di wilayah

sekolah hijau itu sendiri (sarana prasarana, peserta

didik, guru, tenaga kependidikan, pengetahuan, dan

lain sebagainya). Kurikulum berwawasan lingkungan

hidup ini berguna untuk mengarahkan peserta didik

peka terhadap permasalah-permasalahan sosial di

antaranya adalah memiliki pengetahuan serta sikap

peduli dengan lingkungan hidup sekitarnya. Masing-

masing kurikulum memiliki fokus dan penekanan

dalam aspek-aspek tertentu sehingga kolaborasi dan

integrasi dari keduanya menjadi lebih sempurna untuk

menggapai tujuan-tujuan dari pembelajaran, visi, misi,

serta motto yang diharapkan dari sekolah. Selain itu,

penerapan kurikulum berwawasan lingkungan hidup

merupakan salah satu cara pendidik supaya bisa

meningkatkan potensi siswa-siswi dalam memahami

suatu pembelajaran yang dimodifikasi guru menjadi

suatu media pembelajaran yang unik dan menambah

wawasan hijau anak-anak. Harapannya, dengan

hadirnya sekolah hijau dan penerapan kurikulum hijau

di dalamnya maka peserta didik di sekolah akan selalu

terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang dapat

mengarahkan anak-anak belajar banyak mengenai

pemeliharaan dan pelestarian lingkungan, seperti

memadukan hidup yang hijau di sekolah dan di

lingkungan tempat tinggalnya.24

24

Hasil analisis data dokumentasi kurikulum dan silabus 29

Maret 2019 di ruang kepala sekolah SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere.

Page 152: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

141

2. Integrasi Materi Pelajaran Terhadap lingkungan

Hidup

Pendidikan pada umumnya telah menjadi

kebutuhan primer bagi setiap individu manusia,

karena ia merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia. Pada awalnya

pendidikan diartikan sebagai tuntunan atau bantuan

yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa

kepada anak didik agar ia menjadi seorang dewasa

yang baik nantinya. Namun, semakin berkembangnya

zaman, definisi dari pendidikan terus mengalami

perubahan dan menuju kesempurnaan. Seperti yang

dipahami hingga saat ini, pendidikan merupakan

sebuah usaha yang dilakukan secara sengaja/sadar

telah terencana untuk mendapatkan kondisi belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta

keterampilan yang dibutuhkan untuk dirinya,

masyarakat dan negara. Dalam perspektif Barat

pendidikan dipandang sebagai usaha sengaja untuk

mentransferkan ilmu, keterampilan, dan nilai-nilai

dari guru kepada anak didik.25

Sesederhana apapun sebuah masyarakat atau

komunitas tentulah didalamnya membutuhkan yang

namannya pendidikan. Begitupun sebaliknya yang

terjadi di sebuah lembaga pendidikan Islam,

pendidikan agama Islam pastinya sudah menjadi

target utama dalam setiap lembaga pendidikan Islam.

Pendidikan agam Islam merupakan materi ajar mutlak

yang harus ada di sekolah. Berbeda dengan pendidikan

25

Sudirman, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya,

2014), 30.

Page 153: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

142

secara umumnya, pendidikan agama Islam memiliki

dua tujuan utama seperti yang diutarakan oleh Zakiah

Daradjat bahwa pendidikan agama Islam memiliki

beberapa definisi dan tujuan penting bagi seorang

anak:26

Pertama, PAI (pendidikan agama Islam)

merupakan upaya berupa arahan dan bimbingan

kepada peserta didik agar setelah itu diharapkan dapat

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran

agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life.

Kedua, pendidikan agama Islam adalah pendidikan

yang dijalankan berdasarkan ajaran Islam. Ketiga,

pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang

berdasarkan pada ajaran-ajaran agama Islam yang

menjadikan keselamatan hidup bagi individu di dunia

dan akhirat.

Manifestasi penyelenggaran pendidikan agama

Islam yang ada di sekolah pada hakikatnya tidak

pernah lepas kaitannya dengan disiplin ilmu lainnya

(pasti terdapat di dalamnya hubungan satu ilmu

dengan ilmu lainnya). Dengan kata lain dapat disebut

dengan integrasi materi ajar atau disiplin ilmu.

Integrasi pendidikan agama Islam dalam berbagai

disiplin ilmu sangat penting, karena melihat tujuan

utama dari pendidikan agama Islam tidak hanya

berorientasi pada dimensi pemahaman (intelektual)

peserta didik terhadap ajaran agama Islam, lebih dari

itu pendidikan agama Islam bertujuan menekankan

dimensi keimanan anak-anak, dimensi penghayatan

atau pengalaman batin yang dirasakan oleh anak-anak,

serta dimensi pengalaman yakni mampu

menginternalisasikan ajaran agama Islam yang telah

dipahami dalam bentuk menggerakkan, mengamalkan,

26

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2014), Cet. ke-12, 93.

Page 154: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

143

dan menaati ajarannya dalam berbagai lini kehidupan

peserta didik sehari-hari. Salah satu contohnya, di SD

AR-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

berupaya mengintegrasikan tema ajar pendidikan

agama dan budi pekerti dengan disiplin ilmu lainnya

seperti hal-hal yang berkaitan terhadap lingkungan

dengan tujuan agar peserta didik memiliki akhlak dan

etika yang baik dalam berinteraksi terhadap

lingkungannya dengan berlandaskan ajaran agama

Islam. Akhlak dan etika yang baik terhadap alam dan

lingkungan merupakan gambaran bagian dari

keimanan seseorang terhadap Tuhannya (misalnya

membuang sampah pada tempatnya, merapikan

tanaman sekolah dan sebagainya yang berkenaan

dengan kebersihan serta keindahan lingkungan).27

Dalam kesempatan ini guru sebagai penanggung

jawab pelajaran pendidikan agama Islam-lah yang

harus mampu mengembangkan, menggali wawasan

peserta didik agar indikator-indikator yang diinginkan

dalam pembelajaran di kelas ini tercapai, khusususnya

penekanan pada aspek spiritual ekologi.

Hakikatnya sekolah berkonsep green school pada

tatanan praktik selalu mengintegrasikan materi ajar

apapun terhadap lingkungan hidup. Namun, karena

untuk menggali hal-hal yang berkaitan dengan aspek

penanaman pendidikan spiritual, maka integrasi

materi ajar hanya pada MAPEL tertentu seperti:

pendidikan agama Islam, IPA, dan pendidikan

lingkungan hidup.

Integrasi MAPEL Terhadap Aspek SE-Ekologi

27

Hasil wawancara Puspita Aditia selaku guru kelas VI,

Rabu, 18 Maret 2019 di kantor guru SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School pukul 10.00 WIB.

Page 155: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

144

Tabel 1.12

No Mata Pelajaran Temuan Aspek SE-Ekologi

1 PAI Pada awal pelajaran atau biasanya pada

penutup peajaran guru seringkali

menguatkan penjelasan bahwa akhlak dan

etika tidak hanya diterapkan kepada

Allah swt dan manusia tetapi juga

terhadap lingkungan.

2 IPA Pada materi ajar ini guru tidak hanya

menjelaskan materi ajar yang terkait.

Misalnya guru memadukan tema yang

diajarkan dengan Allah swt. Misal tema

tentang ‚selamatkan makhluk hidup‛.

Guru menjelaskan sebagai penguatan dan

sebagai kesadaran siswa agar anak didik

konsisten dalam memelihara lingkungan.

3 PLH Guru dalam proses pembelajaran PLH.

Misalnya dalam proses penanaman

jagung di kebun sekolah terdapat jagung

yang gagal panen. Guru penanggung

jawab materi ajar menjelaskan bahwa apa

yang ditanamkan juga bergantung pada

Allah swt. Makanya tidak sedikit setiap

tanaman ada yang gagal panen dan

berhasil.

Tujuan dari integrasi materi ajar tertentu terhadap

pendidikan spiritual agar peserta didik memahami dan

menghayati bahwa nilai-nilai yang terkandung pada

pendidikan agama Islam sebenarnya sangat

memperhatikan kondisi lingkungan dan alam. Bahkan

adanya integrasi (PAI dan lingkungan) justru

menambah banyak wawasan peserta didik tentang

perilaku pro-lingkungan hidup sejak dini yang bukan

sebatas bersifat materi akan tetapi bersifat spiritual.

Page 156: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

145

Manifestasi ayat-ayat al-Qur>an yang menerangkan

kepada manusia untuk tidak melakukan kerusakan

terhadap bumi baik itu tanaman ataupun binatang

mutlaknya diimplemantasikan dalam bentuk

pengayaan proses pembelajaran/pendidikan di

sekolah. Misalnya penanaman nilai-nilai pendidikan

spiritual ekologi sebagaimana yang tertera pada ayat-

ayat al-Qura>n surat al-Baqarah ayat 30 dan 205 yang

berbunyi:

‚Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada

para malaikat: "sesungguhnya aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

mereka berkata: "mengapa engkau hendak

menjadikan (khalifah) di bumi itu orang

yang akan membuat kerusakan padanya dan

menumpahkan darah, padahal kami

senantiasa bertasbih dengan memuji engkau

dan mensucikan engkau?" tuhan berfirman:

"sesungguhnya aku mengetahui apa yang

tidak kamu ketahui‛.28

28

Q.S. Al-Baqarah [2]: 30

Page 157: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

146

‚Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia

berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi,

serta merusak tanam-tanaman dan ternak,

sedang Allah tidak menyukai kerusakan‛.29

Dua ayat-ayat al-qura>n di atas secara tegas

menekankan kepada semua penghuni bumi untuk

tidak melakukan kerusakan terhadap bumi. Apalagi

manusia satu-satunya makhluk Tuhan yang

dipercayai-Nya sebagai khalifah (pengelola bumi),

harusnya melakukan kebaikan-kebaikan terhadap

bumi bukan malah melakukan kerusakan terhadap

bumi. Secara esensial ayat-ayat al-qura>n yang telah

disebutkan di atas, menanamkan nilai-nilai spiritual

Dalam menerapkan kurikulum berwawasan

lingkungan hidup, Sekolah Dasar Al-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere pada proses pengajaran

setiap materi ajar selalu mengintegrasikannya dengan

aspek lingkungan hidup, terkhusus dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam. Seperti

diketahui bahwa Pendidikan agama Islam memiliki

beberapa materi ajar yang terdiri dari Aqidah Akhlak,

Fiqh, SKI, al-Qura>n Hadist. Dari beberapa materi ajar

tersebut yang dihimpun dalam satu pelajaran PAI,

selalu diintegrasikan dengan lingkungan, misalnya

seperti tema aqidah dan akhlak. Pada penjelasam

akhir pembelajaran guru selalu menanyakan dan

menjelaskan integrasi antara materi ajar dan ekologi,

begitupun dalam pelajaran lainnya. Ini selalu

dilaksanakan secara continuitas di sekolah, agar

29

Q.S. Al-Baqarah [2]: 205

Page 158: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

147

peserta didik memahami dan mampu menerapkan

dalam kehidupannya sehari-hari pada saat ia

berinteraksi terhadap lingkungan hidup. Serta

mengingat dan menghayati bahwa dalam diri makhluk

hidup baik tumbuhan, hewan, dan hamparan bumi

langit yang telah diciptakan merupakan wujud adanya

Allah swt dan manusia sebagai khalifah di atasnya

harus menjaga, dan melestarikannya secara konsisten

serta mengelola apa yang ada di dalamnya tanpa harus

merusak subtansi dari padanya.30

3. Pembiasaan Karakter Ekologis

Karakter merupakan suatu hal yang urgen bagi

tercapainya tujuan hidup yang diinginkan. Albert

Einstein31

menegaskan bahwa seorang ilmuwan besar

bukan lahir dari kepandaian, akan tetapi lahir

disebabkan oleh karakter yang dimiliki olehnya.

Karakter ialah nilai dasar yang berguna membangun

personality seseorang yang dibentuk oleh hereditas dan pengaruh lingkungan pergaulan atau lingkungan

alam, membedakan diri dan orang lain serta tampak

dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari. Guna

membentuk karakter peserta didik yang di sekolah,

perlu pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah

upaya memberikan hal-hal positif yang dilakukan oleh

guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang

dididiknya. Membentuk karakter peserta didik dapat

30

Hasil wawancara dengan peserta didik dan guru PAI pada

tanggal 18 Maret 2019 di Mushalla SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere pukul 09.00 WIB.

31

Albert Einstein mengatakan ‚most people say that it is intellect wich makes a great scientist. They are wrong... it is character‛. Lihat dalam Rosidatun, Model Implementasi Pendidikan Karakter, (Caramedia Communication: Gresik,

2018), 14.

Page 159: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

148

dibantu melalui keteladanan guru seperti perilaku

guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,

sikap toleransi, kepeduli an tehadap sesama manusia

dan makhluk Tuhan, ketaatan guru dan hal-hal yang

berkaitan lainnya.

Terkait tentang pentingnya pembentukan karakter

ekologis sejak dini di sekolah oleh para guru, maka

hadirnya Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere sudah tentu pasti membutuhkan

pembiasaan karakter pro-lingkungan demi tercapainya

tujuan pembelajaran di sekolah serta visi dan misi

sekolah. Diketahui hampir dalam aktivitas proses

belajar mengajar Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere selalu memperhatikan

dan mempertimbangkan aspek lingkungan. Hal ini

dilakukan agar anak-anak didik tidak pernah lupa

bahwa lingkungan adalah bagian dari dirinya, mutlak

harus diperhatikan dan lingkungan sebagai sarana

pendukung pembelajaran. Karena alasan inilah, SD

ARAS memiliki rutinitas kegiatan unik dalam rangka

membangun dan menggerakkan kepeduli an secara

konsisten anak-anak usia dini terhadap lingkungan

hidupnya. Bentuk kegiatan karakter ekologis ini ada

yang bersifat harian bahkan mingguan.

Orientasi utamanya adalah agar anak-anak tidak

hanya memahami permasalahan-permasalahan yang

bersifat akademisi tetapi juga memahami permasalah

yang berkaitan dengan kehidupan sosial saat ini. Salah

satunya adalah masalah krisis lingkungan yang

dialami oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Melihat

fakta dan fenomena yang marak terjadi di masyarakat,

maka wujud Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere berusaha mendidik dan

melatih anak-anak di sekolah untuk menjadi generasi

yang memiliki sense kepeduli an terhadap lingkungan

Page 160: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

149

yang tinggi dengan cara membentengi sisi spiritual

dan ekologi.

Hal ini dapat diamati ketika para siswa mulai siap

memasuki kelasnya masing-masing. Sebelum masuk

ke dalam kelas, anak-anak diwajibkan berdoa

(menyusun barisan pada tiap-tiap kelas), setelah

berdoa anak-anak diajak untuk merenung eksistensi

alam dan lingkungan. Anak-anak diajak berpikir

bahwa manusia memiliki kewajiban untuk memelihara

lingkungan hidupnya dimanapun baik lingkungan

sekolah dan di luar sekolah karna alam dan lingkungan

merupakan pemberian Allah swt yang memiliki

manfaat besar bagi kehidupan manusia. Selain itu,

memelihara lingkungan hidup dengan mencintai

binatang dan tanaman merupakan perbuatan yang

dianjurkan oleh Allah swt, sebaliknya bagi siapapun

yang merusak lingkungan hidup sungguh Allah swt

sangat membenci perbuatan itu. Allah swt

menciptakan sesuatu pasti memiliki manfaat bagi

lainnya. 32

Tidak ada makhluk Tuhan di atas bumi ini

yang tidak memiliki manfaat satupun, bahkan pada

dedaunan yang tua dan mati sekalipun, ia masih bisa

memberi manfaat bagi makhluk Tuhan lainnya. Salah

satunya dedaunan tua yang berada di sekeliling kita

Anak-anak diajak mengambil 10 daun-daun kering

setelah berdoa. Daun-daun kering itu dikumpulkan

saat istirahat. Ketika sudah banyak daun-daun itu

dikumpulkan dimasukkan ke dalam karung dan

dibawa ke tempat pembuatan kompos yang dikelola

oleh Dinas Lingkungan Hidup di daerah Cinere. Siswa

menukarkan daun-daun kering dengan kompos yang

32

Hasil wawancara dengan Puspita Aditia guru kelas VI

lima pada tanggal 18 Maret 2019 di kantor gur SD Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere pukul 11.00 WIB.

Page 161: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

150

sudah jadi. Kompos-kompos itu digunakan warga

sekolah untuk menyuburkan tanaman dan kebun di

area sekolah, sehingga tanaman hijau tumbuh rimbun

dan sehat.

Aktivitas seperti ini dilaksanakan setiap hari

secara continuitas agar anak-anak di sekolah menjadi

terbiasa, peka, bertanggung jawab dalam upaya-upaya

penyelamatan terhadap kondisi lingkungan hidupnya

baik di sekolah, masyarakat dan lingkungan rumah

serta pembangunan berkelanjutan. Dengan

menerapkan rutinitas seperti ini, siswa-siswi pun

diharapkan menjadi sosok yang peka dengan

pemandangan-pemandangan sampah yang ada di

sekitar lingkungan belajar dan bermain baik sampah

yang bersifat organik maupun non-organik.33

Kegiatan lainnya lagi ialah menabung sampah.

Kegiatan ini dilakukan dihari-hari tertentu (hari

Jumat) yang sudah menjadi rutinitas sekolah. Anak-

anak dibimbing oleh guru kelas menuju keluar

sekolah. Mereka diajak mengamati keadaan

lingkungan sosial. Tujuan utamanya agar anak-anak

dekat dengan masyarakat, tidak memilah milih teman

dari kalangan apapun karena mayoritas dari anak-anak

datang dari kalangan menengah ke atas, serta

mengetahui kondisi lingkungan masyarakat. Sambil

berjalan dan mengamati keadaan lingkungan

masyarakat anak-anak diperintahkan untuk memungut

sampah yang ada di sekitar mereka lalui. Sampah-

sampah itu dikumpul di sekolah dengan cara

mengantri (karena diabsen satu persatu). Anak-anak

mendengar nasehat dengan seksama oleh guru.

33

Hasil wawancara dari Rifan Dermawan, guru kelas lima

pada tanggal 18 Maret 2019 di kantor guru SD Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere pukul 11.00 WIB.

Page 162: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

151

Mereka dilatih untuk bersikap sabar dalam kegiatan

‚menabung sampah‛. Pembiasaan yang dilaksanakan

di SD ARAS ini perlu kerjasama, komitmen, contoh,

kontrol dari semua pihak agar anak-anak pun

bersemangat dan bersabar dalam melatih kepekaan

mereka terhadap lingkungan hidupnya.

Memotivasi terbentuknya karakter pro-ekologi

siswa-siswi sejak dini di SD ARAS, maka perlu

dilatih melalui kewajiban membersihkan sekolah

(jangan bertumpu pada petugas pembersih), merawat

tanaman, menyayangi hewan, membudidayakan

tanaman, dan memilah sampah-sampah organik dan

anorganik. Harapannya, dengan apa yang telah

dilakukan pendidik dan anak-anak di sekolah menjadi

ladang amal yang akan dipetik di akhirat, dan anak-

anak tumbuh menjadi generasi yang lebih baik di

masa mendatang.

4. Slogan Kebersihan dan Lingkungan

Slogan sebenarnya memiliki bahasa yang unik dan

menarik, secara tidak langsung tujuan dari slogan

ialah agar peserta didik atau pembacanya mudah

memahami subtansi tulisan tersebut sehingga

menimbulkan rasa empati dalam diri peserta didik

atau pembaca. Kairavouri dan Heikki dalam

penelitiannya ‚posters as a means of learning and Communication in internship period‛ menjelaskan

bahwa pemberian tugas melalui bentuk poster yang

menarik dapat membantu pembelajaran siswa menjadi

inovatif dan kreatif karena adanya strategi materi dan

komunikasi visual.34

Selain itu, anak-anakpun mudah

34

Seija Kairavouri, Heikki Kynaslahti, ‚Posters as a means

of learning and communication in internship period‛, Journal of Art & Humanities. Vol.3 No. 10 (2014).

Page 163: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

152

mengingat kata-kata yang tersirat dari slogan yang

tertulis. Relevan dengan itu, Sekolah Dasar Ar-Ridha

Al-Salaam Islamic Green School Cinere melihat

peluang positif bahwa melakukan pembelajaran

melalui slogan atau poster juga memiliki pengaruh

signifikan bagi peserta didik di sekolah, salah satunya

memberikan kesadaran ekologi pada individu peserta

didik dan warga sekolah lainnya.

Bila berkunjung di Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere, banyak

ditemukan slogan-slogan yang bersifat islami,

mengenai kebersihan, lingkungan dan bumi. Tata

letak slogan-slogan itu ada di sekitar dinding tembok,

dinding sekolah, dan di area taman dan lapangan.

Beberapa slogan sekolah yang mayoritas bersifat

kalimat imperatif ajakan dan imperatif suruhan.

Kalimat yang bersifat imperatif ajakan dan imperatif

suruhan itu lebih banyak berisi tentang ajakan dalam

menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan,

walaupun ada beberapa slogan yang bersifat imperatif

biasa yang memiliki subtansi berbeda. Slogan-slogan

itu ialah sebagai berikut:

a. Kebersihan Sebagian Dari Iman

Slogan ini diadopsi dari kata-kata mutiara

bahasa Arab yang berbunyi ‚al-naz}ofatu min al-i>ma>n‛. Tujuan slogan ini yakni

memberitahukan dan mengajak kepada warga

sekolah khususnya peserta didik untuk

menjaga kebersihan yang tidak hanya fokus

pada kebersihan kelas dan luar kelas akan

tetapi meliputi kebersihan badan, pakaian,

lingkungan (sekolah, masyarakat, tempat

bergaul, tempat beribadah, dan tempat

tinggal). Kebersihan yang terealisasi dengan

baik menandai dan menggambarkan keimanan

Page 164: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

153

seseorang. Artinya seseorang yang beriman

kepada Allah swt, sudah tentu pasti ia

memiliki sifat mencintai kebersihan yang

menyeluruh, ukurannya tidak hanya berasal

dari pakaiannya saja. Jika slogan ini benar-

benar diterapkan dengan baik oleh siswa siswi

di sekolah, mengartikan anak-anak benar-benar

menerapkan apa yang menjadi perintah dan

larangan Allah swt yakni mencintai kebersihan

secara paripurna.

b. Buanglah Sampah Pada Tempatnya

Slogan ini hakikatnya mengandung arti yang

tersirat dalam, walaupun sebagian besar orang

banyak menilai bahwa slogan ‚Buanglah

Sampah Pada Tempatnya‛ hanyalah berupa

sebuah tulisan yang menghiasi tempat-tepat

sampah yang kemudian sering diabaikan oleh

banyak orang. Namun core dari slogan ini,

mirisnya banyak yang tidak mampu untuk

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-

hari. Bagi warga sekolah khususnya di SD Ar-

Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere,

slogan ini tentunya tidak asing didengar dan

dilihat. Angga siswa kelas enam mengatakan

bahwa di SD ARAS Cinere banyak dijumpai

slogan-slogan kebersihan, bumi, dan alam. Ia

mengutarakan bahwa tujuan dari slogan-slogan

yang cukup banyak di sekolah tidak lain agar

setiap anak-anak paham dan sadar dengan

tanggung jawabnya dalam melestarikan

lingkungan hidup salah satu bagian terkecilnya

ialah dimulai dengan membuang sampah pada

tempatnya. Bagi Angga slogan-slogan di

sekolah sebenarnya memberi himbauan kepada

seluruh warga sekolah untuk tidak pernah

Page 165: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

154

bosan dan lupa dalam masalah konservasi pada

lingkungan. Slogan ini mengajak seluruh

lapisan warga sekolah untuk tidak membuang

sampah sembarangan dan mengelompokkan

sampah yang organik dan anorganik di tempat-

tempat sampah yang telah disediakan di

sekolah.

c. Stop Global Warning, Start Think Green Di tengah arus globalisasi dan modernisasi

yang semakin meningkat sebenarnya

membawa pengaruh positif bagi semua

masyarakat, namun di lain sisi kemajuan itu

dapat memunculkan dampak-dampak negatif

bagi siapapun. Di antaranya dampak negatif

yang mucul dari arus modernisasi dan

globalisasi ialah pencemaran lingkungan, air

dan udara. Hadirnya globalisasi mengawali

lahirnya pemanasan global. Slogan ini berarti

mengajak warga sekolah untuk bersama-sama

menyelamatkan dunia melalui berbagai macam

cara seperti go green dan gagasan hijaun

lainnya yang membangun demi mencegah

pemananasan global akibat rumah kaca.

d. No Pollution = World Evolution Slogan ini untuk mengingatkan kepada warga

sekolah bahwa dengan tidak adanya polusi,

maka sama juga dengan evolusi dunia.

Maksdunya dunia akan semakin berangsur

berproses membaik dengan adanya bebas

polusi, bebas pencemaan udara, air dan lainnya

e. Gerakan Hidup Bersih Dan Sehat Bebas

Sampah

Hal yang paling sulit untuk dipraktikkan oleh

masyarakat Indonesia dalam kehidupannya

sehari-hari ialah hidup bersih dan membuang

Page 166: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

155

sampah pada tempatnya. Dengan adanya

slogan ini menghimbau kepada warga sekolah

untuk menggalakkan gerakasn hidup yang

bersih dan bebas sampah dengan berbagai

kegiatan dan program kegiatan di sekolah.

f. Hijaukan Kembali Untuk Masa Depan Bumi

Kita

Mengajak warga sekolah untuk menanam

banyak pohon (tidak melakukan penebangan

terhadapnya) agar bumi yang ditinggali tidak

gersang melainkan menjadi hijau dengan

tujuan agar bisa dirasakan dan dimanfaatkan

bagi generasi-generasi selanjutnya atau anak-

anak cucu.

g. Ciptakan Lingkungan Sekolah Hijau, Bersih,

Dan Nyaman

Slogan ini menghimbau warga sekolah untuk

turut menciptakan lingkungan yang hijau, asri,

nyaman dan bersih. Dengan lingkungan yang

bersih maka akan mempengaruhi proses

pembelajaran siswa siswi dan kesehatannya di

sekolah.35

Slogan-slogan di atas, pada umumnya untuk

menyampaikan informasi dalam bentuk kalimat

pendek dan menarik. Tujuan khususnya ialah agar

dapat mempengaruhi peserta didik atau pembaca

melalui informasi yang disampaikan, menghimbau

peserta didik atau pembaca agar melakukan apa yang

menjadi tujuan kalimat slogan (menjaga kebersihan,

membuang sampah pada tempatnya, menggalakkan

hidup yang bersih dan sehat, menjaga bumi dan

sebagainya), memotivasi peserta didik atau pembaca

35

Hasil pengamatan di sekitar lingkungan SD Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere.

Page 167: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

156

dengan pesan-pesan yang disampaikan melalui slogan,

serta untuk menyadarkan masyarakat umum atau

warga di luar sekolah lainnya yang berkunjung ke

sekolah.

5. Kegiatan Ekstrakulikuler Tertentu

Kegiatan eskstrakurikuler adalah salah satu

bagian dari pembentukan pendidikan karakter anak-

anak. Karakter atau biasa disebut dengan tabiat/watak

merupakan sikap yang terbentuk sesuai faktor

kehidupan anak-anak. Ekstrakurikuler selain

merupakan wahana yang dapat membantu

pengembangan anak-anak relevan dengan kebutuhan,

potensi, bakat, minat juga dapat membantu

pertumbuhan pengembangan kepribadian peserta didik

di sekolah.36

Sikap peduli atau partisipasi siswa siswi terhadap

lingkungan sebenarnya tidak hanya diaplikasikan pada

mata pelajaran atau pada saat peserta didik berada di

sekolah. Sebagai sekolah yang berciri khas

menerapkan kurikulum berwawasan lingkungan,

harapannya dalam segala aktivitas baik saat KBM, dan

program kegiatan sekolah lainnya memberikan

kesempatan penuh dan ruang kepada pendidik serta

peserta didik untuk mengembangkan dan menyisipkan

waktu dalam hal kelestarian lingkungan. Dalam

kegiatan ekstrakulikuler sekalipun, Sekolah Dasar Ar-

Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere tidak

pernah lepas untuk mengembangkan tujuan utama dari

sekolah yakni membumikan kesadaran peserta didik

terhadap lingkungan hidup dengan menyisipi

36

Syarifuddin K, Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (PAI): Konsep Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Upaya Deradikalisasi Pelajar di Lingkungan Sekolah,

Page 168: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

157

pengetahuan dan sikap cinta terhadap lingkungan

melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang

dilaksanakan di sekolah ARAS seperti pramuka dan

tahfiz, tidak pernah melupakan bagian-bagian dari

pada kelestarian lingkungan baik itu bersifat wawasan

atau berupa tindakan. Di dalam kegiatan pramuka

misalnya, tak sedikit para pembina mengajak anak-

anak untuk bersikap ekologis dengan cara bersama-

sama mengajak anak-anak menjaga lingkungan dan

kebersihan sekitar lingkungan sekolah. Yang lebih

fundamentalnya bahwa di dalam pramuka terdapat

‚Dasa Darma Pramuka‛37

yang mana dari sepuluh

point ‚Dasa Darma Pramuka‛ tersebut bait pertama

dan kedua penekanannya adalah masalah spiritual dan

sikap ekologis. Bait pertama ‚Taqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa‛ berarti anggota pramuka harus

menjalankan perintah Tuhan serta meninggalkan

segala larangan-larangan-Nya,dilanjut dengan selalu

konsisten membaca doa atau niat karena Allah dalam

setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan dalam

kehidupan sehari-hari serta patuh dan berbakti kepada

kedua orangtua, sayang kepada saudara, dan lain

sebagainya karena ini merupakan bagian-bagian

perintah Allah swt. Bait kedua ‚Cinta Alam dan Kasih

Sayang Sesama Manusia‛, makna yang terselip dari

bait ini ialah mengajak anggota pramuka untuk selalu

menjaga kebersihan lingkungan dimanapun berada,

37

Isi Dasa Darma Pramuka: 1. Taat kepada Tuhan Yang

Maha Esa; 2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia; 3.

Patriot sopan dan ksatria; 4. Patuh dan suka bermusyawarah; 5.

Rela menolong dan tabah; 6. Rajin terampil dan gembira; 7.

Hemat, cermat, dan bersahaja; 8. Disiplin, berani, dan setia; 9.

Bertanggung jawab dan dapat dipercaya; 10. Suci dalam pikiran,

perkataan dan perbuatan.

Page 169: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

158

ikut menjaga kelestarian alam, baik flora maupun

fauna, membantu fakir miskin, yatim piatu, orang tua

jompo dan mengunjungi orang yang sakit.

Pokok penting lainnya dari kegiatan

ekstrakurikuler pramuka salah satunya ialah berkemah

yang dilakukan di alam terbuka.38

Kegiatan berkemah

ini dilakukan di gunung, hutan, dan pantai. Banyak

nilai positif yang didapatkan dari berkemah di antara

yaitu ‚cinta alam‛. Dengan adanya sikap kesadaran

cinta alam peserta didik atau seseorang maka ia akan

menyadari bahwa alam adalah karuniaTuhan yang

terbesar.Dalam kegiatan berkemah ini, anak-anak

justru banyak merenung dan menghayati keagungan

Tuhan melalui ciptaannya yang ada di bumi dan langit.

Anak-anak diharapkan dapat menggali pikirannya

bahwa masing-masing dari ciptaan-Nya saling

memiliki keterkaitan, saling membutuhkan, saling

memberi keseimbangan. Jika tanpa memiliki dan

menyadari urgensi sikap ‚cinta alam‛ maka manusia

jugalah yang akan merasakan dampaknya. Senada

dalam firman Allah swt dalam surat Ar-Rahman ayat

2-7 dan surat Al-Maidah ayat 33 yang berbunyi:

38

Berkemah adalah kegiatan hidup di luar rumah atau di

alam bebas dalam beberapa waktu dengan menggunakan alat-

alat sederhana. Kemendikbud, Panduan Pembinaan Ekstrakurikuler Wajib Kepramukaan di Sekolah Dasar, (Jakarta:

2017), 3.

Page 170: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

159

‚2)...Yang telah mengajarkan Al Quran. 3)

Dia menciptakan manusia. 4) Mengajarnya

pandai berbicara. 5) Matahari dan bulan

(beredar) menurut perhitungan. 6) Dan

tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan

Kedua-duanya tunduk kepada nya. 7) Dan

Allah telah meninggikan langit dan Dia

meletakkan neraca (keadilan).39

‚Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-

orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya

dan membuat kerusakan di muka bumi,

hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau

dipotong tangan dan kaki mereka dengan

bertimbal balik, atau dibuang dari negeri

(tempat kediamannya). yang demikian itu

(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di

dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan

yang besar‛.40

Intinya ekstrakurikuler kepramukaan dapat

membantu mengembangkan peserta didik memiliki

39

Q.S Al-Maidah [5]: 33 40

Q.S Ar-Rahman [55]: 2-7

Page 171: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

160

karakter spiritual dan sosial yang kuat, memiliki

karakter kebangsaan dan kenegaraan Indonesia, serta

memiliki kecakapan kokoh guna membekali peserta

didik survivedi tengah-tengah masyarakat.

Ekstrakurikuler lainnya yang dapat menggali

potensi kesadaran eco-spiritual peserta didik ialah

tahfiz. Tujuan dari tahfiz bukan sekedar agar anak-

anak dapat menghafalkan ayat-ayat al-Qura>n dari

setiap juz al-Quran, tetapi yang lebih esensial ialah

anak-anak dapat mentadabbur isi dari ayat-ayat al-Qura>n dan mengamalkan perintah yang ada di

dalamnya. Biasanya dalam tahfiz ini, anak-anak

membaca al-Qura>n dengan terjemahannya. Metode ini

dapat memudakan anak-anak dalam menghafal,

memahami tiap kata, menambah kosa kata bahasa

Arab, dan memahami maksud dari isi ayat al-Quran,

sehingga anak-anak yang telah mengikuti program

ekstrakurikuler tahfiz ini dapat mengakutualisasikan

nilai-nilai yang tertanam dari ayat-ayat al-Quran yang

telah dipelajarinya dalam kehidupannya sehari-hari.41

Nana menjelaskan dalam program tahfidz yang diikuti,

ia juga belajar lebih banyak bahwa segala sesuatu yang

ada di bumi ini terselip tanda-tanda kebesaran Tuhan

yang belum banyak disadari oleh manusia.42

Adapun

untuk lebih detail dapat diamati pada tabel di bawah

ini:

41Syarifuddin K, Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam

(PAI): Konsep Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Upaya Deradikalisasi Pelajar di Lingkungan Sekolah, (2018

42 Hasil wawancara dengan Nana siswi kelas V pada

tanggal 29 Maret 2019 di Musholla SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere.

Page 172: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

161

Nilai-Nilai SE-Ekologi Pada Kegiatan

Ekstrakuriker

Tabel 1.13

No Nama Kegiatan Nilai-nilai SE-Ekologi

1 Pramuka Penguatan nilai-nilai SE-

Ekologi dilakukan saat

kegiatan pramuka dan

juga kegiatan kemah.

Kegiatan pramuka bukan

hanya mengajarkan

kegembiraan dan

kemandirian akan tetapi

ada nilai-nilai spiritual

ekologis yang tertanam di

dalamnya. Ditandai dari

hasil pengamatan pada

kegiatan pramuka

sekolah.

2 Tahfiz Qura>n Pada saat kegiatan ini

anak-anak tidak hanya

belajar menghafal ayat-

ayat Allah, akan tetapi

diajak untuk memahami

isi kandungan ayat dan

berusaha mendidik anak-

anak untuk menerapkan

apa yang telah dihafalkan

dalam kehidupan sehari-

hari.

Tabel di atas mengartikan bahwa terdapat nilai-

nilai pendidikan spiritual berwawasan ekologi pada

dua kegiatan ekstrakurikuler (pramuka dan Tahfiz Qura>n) di SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Page 173: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

162

C. Aplikasi Program Pendidikan Spiritual Berwawasan

Ekologi Di Sekolah

Dalam menunjang kesadaran spiritual dan ekologi,

Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere bukan hanya melaksanakan pembelajaran sebatas

pada tatanan teoritis, akan tetapi juga mengaplikasikan

kepada beberapa program kegiatan yang berkaitan penuh

dengan keduanya guna membangun dua kesadaran tersebut

secara bersamaan bagi peserta didik di sekolah. Dengan

mengikutsertakan kedua aspek tersebut di dalamnya

diharapkan aspek spiritual bertujuan membentuk karakter

diri peserta didik sehingga karakter tersebut mampu

mengarahkan seorang anak dalam menyikapi segala hal

yang akan dihadapinya baik yang bersifat positif maupun

yang bersifat negatif. Sedangkan unsur ekologi memiliki

tujuan untuk membangun kesadaran kepekaan seorang

anak dalam menghadapi permasalahan lingkungan hidup

dan cara pemecahannya terhadap permasalahan itu. Oleh

karenanya dalam memfasilitasi dua dimensi tersebut,

Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere menerapkan program-program yang berhubungan

erat antara spiritual dan ekologi, di antaranya adalah

sebagai berikut:

1. Assembly merupakan acara pentas seni wajib yang

ditampilkan dari setiap kelas tiap semesternya.

Uniknya acara assembly ini yakni kostum-kostum

yang digunakan oleh peserta didik berasal dari

bahan-bahan recycle (daur ulang). Menariknya lagi

dalam acara assembly bukan sekedar pementasan

seni akan tetapi mengandung pesan-pesan tersirat

baik bersifat sosial, agama, dan moral. Salah satu

acara yang termasuk di dalam pementasan ini yaitu

drama, anak-anak menampilkan drama yang

berbeda dari masing-masing kelas. Ada banyak

pesan-pesan yang dapat diambil dari seni drama

Page 174: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

163

ini, misalnya relevan dengan kajian ini, tema

drama yang diangkat tentang sikap tauladan

Rasulullah saw terhadap lingkungan, seperti

mensosialisasikan penghijauan dan tidak

melakukan pencemaran terhadap lingkungan.

Sebagai seorang yang bertaqwa dan mendapat

julukan manusia sempurna, Rasulullah justru akrab

dan cinta pada lingkungan hidupnya. Sikap

tauladan ekologis Rasul merupakan bentuk

gambaran ketaatan manusia terhadap Tuhannya,

karena mengakui bahwa lingkungan merupakan

makhluk Tuhan. Lingkungan secara fisik bukan

hanya pemenuhan kebutuhan materi manusia akan

tetapi pemenuhan kebutuhan spiritual manusia.

Aspek ekologi yang dapat digali dari event ini,

misalnya anak-anak memanfaatkan bahan-bahan

bekas yang sudah tidak terpakai di daur ulangkan

kembali (recycle) untuk digunakan sebagai kostum

pentas seni mereka, background panggung, dan

sebagainya. Acara assembly merupakan acara

favorit yang sangat ditunggu-tunggu dan disukai

oleh anak-anak di sekolah.

2. Earth Day (hari bumi) merupakan hari pengamatan

tentang bumi yang dicanangkan setiap tahun pada

tanggal 22 April dan diperingati secara

internasional. Hari bumi ini bukan hanya sekadar

peringatan ‚hari bumi‛ saja, akan tetapi momen

tersebut juga dimanfaatkan untuk meningkatkan

kesadaran dan kepeduli an manusia serta memberi

apresiasi terhadap planet bumi (planet hijau) yang

merupakan tempat tinggal umat manusia. Dalam

acara peringatan hari bumi anak-anak dan para

guru berkumpul di lapangan dengan masing-

masing membawa tanamam hijau, bunga, dan

sebagainya. Rifa menjelakan bahwa pada hari bumi

Page 175: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

164

ini, anak-anak diajak berpikir, menghayati bahwa

bumi merupakan bentuk kebesaran Allah swt dan

amanah-Nya yang harus dijaga dan dilestarikan

oleh manusia. Lebih dari itu, guru memotivasi

anak-anak bahwa sebagai generasi penerus

pemimpin-pemimpin selanjutnya di atas bumi,

yang menjadi pengguna sekaligus penggelola bumi

untuk tidak melakukan tindakan semena-mena

(membuang sampah sembarangan, membunuh

hewan, melakukan eksploitasi), merusak bumi

tanpa sikap perbaikan terhadap bumi hanya untuk

kepentingan personal atau kepentingan suatu

komunitas. sebagaimana firman Allah swt yang

berbunyi:

‚Dan dia lah yang menjadikan kamu

penguasa-penguasa di bumi dan dia

meninggikan sebahagian kamu atas

sebahagian (yang lain) beberapa derajat,

untuk mengujimu tentang apa yang

diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya

Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan

Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.‛43

43

Q.S. Al-An’am [6]: 165

Page 176: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

165

‚Dan dialah yang menurunkan air hujan

dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan

air itu segala macam tumbuh-tumbuhan

Maka kami keluarkan dari tumbuh-

tumbuhan itu tanaman yang menghijau.

kami keluarkan dari tanaman yang

menghijau itu butir yang banyak; dan dari

mayang korma mengurai tangkai-tangkai

yang menjulai, dan kebun-kebun anggur,

dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan

delima yang serupa dan yang tidak

serupa. perhatikanlah buahnya di waktu

pohonnya berbuah dan (perhatikan

pulalah) kematangannya. Sesungguhnya

pada yang demikian itu ada tanda-tanda

(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang

beriman.‛44

44

Q.S. Al-An’am [6]: 99.

Page 177: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

166

Tujuan daripada guru-guru mengaitkan sisi

spiritual dengan pentingnya pemeliharaan ekologi

ialah agar anak-anak merasa takut, sadar, dan

selalu ingat bahwa membuat kerusakan terhadap

bumi merupakan larangan Allah swt, dan Allah swt

tentu akan memberi ganjaran atau hukuman bagi

mereka yang telah merusak bumi. Dengan itu, para

guru menekankan bahwa pendidikan spiritual

ekologi ini benar-benar harus ditanamkan sejak

dini, karena pemberian pengetahuan tersebut

terhadap anak-anak akan terus melekat dalam

setiap ingatan mereka hingga dewasa.

3. Field trip yakni acara kunjungan pembelajaran

siswa-siswi ke luar kelas/sekolah. Tempat-tempat

yang dituju field trip sesuai dengan tema yang

telah ditentukan. Dalam kegiatan field trip, anak-

anak bukan sekedar berkunjung tetapi juga

mempelajari apa yang ada di sekitarnya. Kegiatan

seperti ini seringkali dimanfaatkan oleh para guru

untuk mengobservasi tindakan siswa-siswi baik

aspek afektif, sosial, spiritual dan psikomotorik

anak dalam interaksinya pada kehidupan sosial

implementasi dari pengetahuan yang didapatkan

dari sekolah. Dalam kunjungan pembelajaran akan

terlihat anak-anak yang belum terbiasa dengan

menjaga kebersihan lingkungan dan anak-anak

yang sudah terbiasa menjaga lingkungan hidupnya.

Motivasi anak-anak yang sudah beradaptasi dalam

menjaga kebersihan lingkungan hidup beragam-

ragam.45

Anisa siswi yang sedang duduk di bangku

kelas lima mengakui bahwa dirinya merasa

45

Hasil wawancara dengan Rifa Rahmaniah, kepala sekolah,

di kantor kepala sekolah SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Page 178: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

167

termotivasi untuk menjaga lingkungan hidup di

manapun ia berada karena sejak kecil orangtuanya

telah memberikan pengarahan, pemahaman dan

pendidikan lingkungan bahwa Allah tidak

menyukai orang-orang yang berbuat semena-mena

terhadap lingkungan hidup. Ketika lingkungan

rusak maka hal itu akan berdampak bukan pada

dirinya saja, tetapi akan berdampak kepada semua

orang yang ada di sekitarnya.

Ditambah lagi

dengan masuknya Anisa di sekolah Islam

berwawasan lingkungan hidup, membuat

kesadaran ia menjadi lebih meningkat, karena

penekanan di sekolah bukan saja mengenai

lingkungan akan tetapi berintegrasi dengan

spiritual. Anisa menuturkan bahwa setiap jam

keberadaan mereka di sekolah, selalu diingatkan

dalam untuk menjaga kebersihan lingkungan

sekolah. Secara pribadi alasan Anisa selalu

berusaha menjaga kelestarian lingkungan ialah

takut akan adanya teguran Allah di dunia dan

akhirat. 46

Selain program-program di atas ada beberapa program

unggulan wajib dan research topic yang berbeda-beda pada

setiap level pendidikan. Tujuan program pendidikan hijau

dan topik penelitian adalah untuk menunjukkan sikap

kepeduli an peserta didik terhadap makhluk hidup yang

ada di lingkungan sekitarnya baik di sekolah, masyarakat,

dan lingkungan tempat tinggal. Program kegiatan ini

secara keseluruhan dilaksanakan di Sekolah Dasar Ar-

Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere itu sendiri.

46

Hasil wawancara dengan Anisa, siswi kelas V di Musholla

SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

Page 179: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

168

Adapun untuk program dan topik penelitiannya akan

diuraikan di bawah ini:47

Program Green Education dan Research Topic Tabel 1.14

Program Green Education dan Research Topic

Level Program Research

Grade 1 Little farm Pengamatan pertumbuhan

hewan

Persemaian Identifikasi tulang daun

Grade 2 Kebun

jagung

Pengamatan jenis batang

Kompos Pertumbuhan jagung dan

hama pada jagung Rumah

kaktus

Grade 3 Rumah jamur Pembuatan media untuk

baklok

Hidroponik Membuat nutrisi media

hidroponik

Grade 4 Recycle paper

Membuat metamorfosis

kupu-kupu

Waste bank

Grade 5 Ecoshop Pengamatan kultur air dan

jaringan Menanam

Sayur

Grade 6 Vertical garden

Masing-masing grade yangdiuraikan di atas, sudah

memiliki program green education dan tema penelitian

tersendiri. Setiap peserta didik sudah mengetahui

tanggung jawab dari tugas tersebut dan akan terus

47

Hasil Analisis Data dari Program Kegiatan Sekolah Dasar

Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere Tahun Ajaran

2018/2019.

Page 180: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

169

dibimbing oleh guru kelas dan asisten guru kelas. Dalam

program green education diharapkan anak-anak dapat

mengetahui, mempraktikkan, dan mengamalkan

pengetahuan yang didapatkan dari sekolah mulai dari

persemaian, merawat tumbuhan atau ternak, sampai pada

memetik hasilnya. Motivasi yang diberikan para guru

kepada anak-anak bahwa dengan melakukan pemeliharaan

terhadap alam dan lingkungan merupakan bagian dari

anjuran Allah swt yakni sikap turut serta memelihara

kelangsungan kehidupan manusia. Sebagaimana yang

termaktub dalam al-Qura>n surat al-Maidah ayat 32 yang

berbunyi:

...

‚Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan

seorang manusia, maka seolah-olah dia telah

memelihara kehidupan manusia semuanya.‛ 48

Kaitannya dengan ayat yang telah dijelaskan di atas

ialah membumikan pengetahuan dan sikap hijau terhadap

anak-anak sejak dini memiliki tujuan tidak lain adalah

untuk memelihara keselamatan manusia dan bumi ini

sendiri. Sehingga dengan sikap ini manusia dan alam

mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya secara

bersamaan. Oleh karenanya sekolah hijau Islam Cinere,

menginginkan anak-anak didiknya memperoleh

pengetahuan dan memahami cara menghargai lingkungan

dan alam melalui berbagai program green education yang

sudah terencana dari setiap grade:

1. Little Farm merupakan kegiatan bertani atau

berternak yang dilakukan oleh anak-anak. Kegiatan

little farm yang ditujukan khusus bagi anak-anak

tingkat satu dengan tujuan agar anak-anak belajar

merawat, memelihara, dan menyayangi hewan-hewan

48

Q.S. Al-Maidah [5]: 32

Page 181: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

170

peliharaan atau tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar

lingkungan hidup.

2. Persemaian atau nursery (persemaian) merupakan

tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan

memproses benih menjadi sebuah bibit yang telah siap

ditanamkan di lapangan. Kegiatan ini juga dilakukan

anak-anak kelas satu. Biasanya untuk anak pemula

nyemai bibit cabe, tomat, kankung, dan pakcoy.

Tujuan utama dari kegiatan persemaian ini agar anak-

anak memahami cara memperlakukan tanaman yang

berbentuk bibit sesuai dengan keadaannya masing-

masing, sehingga dapat memberikan pertumbuhna

secara optimal, pemeliharaan yang optimal

(memudahkan anak-anak mengontrol dan merawat

tanaman), tanaman akan mudah berdaptasi dengan

lingkungan eksternal dan ekstrim, serta memberi

pengetahuan kepada anak-anak bahwa persemaian

dapat menjadi pengganti tumbuhan yang mati di

lapangan.

3. Kebun jagung merupakan tempat kegiatan menanam

dan memelihara kebun jagung yang ditanam oleh

anak-anak, dan akan terus di rawat sampai dapat

menghasilkan jagung oleh anak-anak kelas dua.

4. Rumah Kompos adalah tempat untuk mengumpulkan

daun-daun yang sudah kering kemudian akan diolah

menjadi pupuk kompos. Kegiatan ini biasanya

dilakukan untuk anak-anak kelas dua. Pupuk kompos

ini digunakan untuk tanaman-tanaman sekolah dan

tumbuhan yg masih proses pertumbuhan.

5. Rumah kaktus adalah tempat menyimpan kaktus.

Kegiatan ini dilakukan agar tanaman kaktus mendapat

perawatan yang baik.

6. Rumah jamur atau dikenal dengan istilah ‚kumbung‛

adalah tempat menyimpan media tanaman agar

pertumbuhan jamur dapat tumbuh dengan baik dan

Page 182: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

171

menghasilkan jamur yang berkualitas (baik dari segi

berat dan bentuk). Program kegiatan ini dilaksanakan

bagi anak-anak kelas tiga.

7. Hidroponik merupakan salah satu cara

membudidayakan tanaman dengan memanfaatkan air

tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya.

Program kegiatan ini dilaksanakan bagi anak-anak

kelas tiga. Yang ditanamkan di hidroponik untuk anak

kelas tiga adalah kankung dan pakcoy.

8. Recycle paper merupakan kegiatan mendaur ulang

atau mengolah kembali barang bekas untuk dijadikan

kerajinan dan lain-lain. Kegiatan ini biasanya

dilakukan untuk kelas empat.

9. Waste bank atau bank sampah merupakan kegiatan

yang bersifat social engineering yang mengajarkan

anak-anak sejak dini untuk memilah sampah serta

menumbuhkan kesadaran siswa-siswi dalam

pengelolaan sampah secara bijak dan pada gilirannya

akan mengurangi sampah yang akan diangkut ke TPA

(tempat pembuangan akhir). Bank sampah salah satu

kegiatan momentum awal dalam membina kesadaran

kolektif siswa-siswi untuk mulai memilah, mendaur

ulang, dan memanfaatkan sampah karena sampah

mempunyai nilai jual yang cukup baik sehingga

pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan

menjadi budaya baru di Indonesia. Program kegiatan

ini biasanya dilakukan oleh anak-anak kelas empat. 10. Ecoshop merupakan kegiatan menjual hasil dari

tanaman-tanaman yang sudah dirawat dan dipelihara

oleh anak-anak serta kerajinan-kerajinan yang

diperoleh dari recycle paper. Ecoshop ini biasanya

dilaksanakan pada saat open house yakni program

kegiatan dalam rangka memperkenalkan atau

mempromosikan sekolah kepada khalayak umum.

Page 183: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

172

11. Menanam sayur yaitu menanamkan sayur dari hasil

persemaian atau yang sudah siap untuk ditanam di

lapangan. Seperti menanam sayur kangkung dan

sebagainya.

12. Vertical Garden adalah tanaman bertingkat dengan

maksud agar luas lahan yang ingin ditanam

bertambah. Di Sekolah Dasar Al-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere tanaman tingkat ini

merupakan program kegiatan untuk kelas enam.

Tanaman vertical garden ini biasanya menggunakan

aquaponic dengan cara menggantungkan pot-pot

tanaman bahkan menempelkannya di dinding pagar

sekolah atau wilayah depan teras kelas. Manfaat

program ini bukan hanya menambah pengetahuan bagi

anak-anak kelas enam atau para guru tetapi juga

membuat suasana udara menjadi sejuk dan hijau saat

berada di kelas maupun diluar kelas.49

Dari beberapa program-program yang sudah

dijadwalkan sedemikian rupa pada masing-masing kelas,

siswa-siswi di sekolah juga memiliki tugas research. Yang

mana tugas research itu dipresentasikan pada saat sains book expo. Research yang sudah dibagikan itu akan

dipresentasikan oleh dua sampai tiga orang anak dari

masing-masing kelasnya (mulai dari TK sampai SMP).

Menurut Rifa, anak-anak memiliki antusias yang tinggi

dalam menyelesaikan research mereka. Walaupun anak-

anak baru pertama kali melakukan research tersebut tapi

mereka begitu terlihat serius dalam melakukan setiap

tahapan-tahapan research mulai dari tahap pengamatan,

analisis, sampai pada tahap akhirnya. Hasil penelitian dari

49

Hasil pengamatan dokumentasi kegiatan dan program

GE di SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

2018.

Page 184: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

173

masing-masing gradeitu juga akan dimuat dalam bentuk

tulisan dan dibukukan.

Bentuk aktualisasi pendidikan spiritualnya dari

program kegiatan ini ialah terletak pada saat anak-anak

akan memulai kegiatan atau aktivitas green education ini.

Guru kelas atau asisten kelas menjelaskan bahwa apa yang

ditanamkan dan apa yang dipelihara saat ini sampai

tumbuhan atau ternak itu bisa berkembang dengan baik

merupakan izin Allah. Kita (manusia) hanya berusaha

merawat, memelihara agar tumbuh sesuai dengan yang

diinginkan. Adapun masalah berhasil atau gagal semuanya

(baik tanaman dan ternat yang dirawat) sudah kehendak

Allah swt. Selain pada saat memulai kegiatan, biasanya

ada tanaman yang gagal untuk dipanen, seperti program

wajib pada setiap grade seperti kegiatan menanam jagung.

Program ini tak jarang anak-anak mengalami kegagalan

untuk memetik hasil panen jagung karena berbagai alasan.

Namun begitu, guru dalam bidang materi ajar (green education) menjelaskan kepada anak-anak bahwa segala

suatu ini (salah satunya dalam menanam jagung)

merupakan izin Allah swt, Allah swt yang

mengembangkannya dengan baik dan Allah pulalah yang

mematikannya, tanpa izin Allah swt maka panen jagung

tidak menutup kemungkinan gagal. Oleh karenanya,

jangan sampai dalam diri pribadi anak-anak tertanam sifat

merasa bahwa ini berkat hasil usaha mereka sendiri

ditakutkan menimbulkan kesombongan pada mereka

masing-masing. Kenyataannya jika Allah swt tidak

mengizinkannya tumbuh maka ada kemungkinan akan

gagal panen jagung.50

50

Hasil wawancara dengan Rifa Rahmaniah, kepala sekolah,

di kantor kepala sekolah SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Page 185: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

174

Proses Penguatan Nilai-Nilai Eco-Spiritual Education di

ARAS

Tabel 1.15

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat proses

penguatan nilai-nilai pendidikan spiritual berwawasan

ekologi di SD AR-Ridha Al-Salaam Islamic Green School

SD AR-RIDHA AL-SALAAM ISLAMIC GREEN SCHOOL CINERE

No Proses penguatan Aplikasi program

Tahunan Setiap Grade

1

Kurikulum 2013 dan

Kurikulum

berwawasan lingkungan

hidup

Assembly Little Farm

Persemaian

2 Integrasi materi ajar

terhadap lingkungan hidup

Earth day Kebun

jagung

Kompos

3 Pembiasaan Karakter

Ekologis

Field trip Rumah

kaktus

Rumah

jamur

4 Slogan-slogan kebersihan

dan

Lingkungan

Hidroponik

Waste bank

5 Ulangan mengenai green education

Recycle paper

Ecoshop

Menanam

sayur

Vertical garden

Page 186: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

175

Cinere yang tertanam dalam lima komponen dan beberapa

aplikasi program GE.

D. Indikator Pengetahuan dan Sikap Pro-Lingkungan

Hidup Anak di Sekolah

1. Melalui Ulangan Green School Education Sekolah Hijau Islam pada dasarnya merupakan

sekolah adiwiyata yakni sekolah yang selalu

mempertimbangkan aspek lingkungan dalam segala

aktivitas pembelajaran. Selain memiliki materi ajar

green education, sekolah hijau Islam Cinere

melakukan pengujian melalui ulangan GE dalam

rangka mengukur pengetahuan dan kepekaan siswa

terhadap kepeduli an lingkungan sesuai pengalaman

yang mereka rasakan. Contoh soal yang diujikan

dalam ulangan green education ialah sebagai berikut:

Soal Ulangan Green School Education

Tabel 1.16

NO PERTANYAAN SCORE

1 Ada beberapa hal yang

berkaitan dengan kegiatan

GE yang dilaksanakan di

sekolah? Apa yang kalian

pahami tentang 3R

(Recycle, Reduce, Reuse)?

Jelaskan

2 Lingkungan merupakan

faktor penting yang bisa

memperngaruhi kehidupan

manusia. Coba kalian

jelaskan tentang

lingkungan sekolahmu

yang memiliki program

GE?

Page 187: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

176

3 Sekolah kita memiliki

program GE di setiap

grade. Apa saja program

GE yang dilaksanakan di

sekolahmu?

4 Salah satu program GE di

sekolah kita adalah Waste Bank. Jelaskan tentang

waste bank kelas 4 dan

pengelolaannya?

5 Analis bertugas menjaga

waste bank di hari Jumat

dan banyak teman-teman

yang membawa sampah?

Bagaimana cara mengatasi

hal tersebut supaya selesai

dengan cepat?

6 Tukang sampah yang biasa

mengambil sampah dari

rumahmu sering terlambat

datang. Bagaimana

keadaan sampah di

lingkungan sekitar

rumahmu saat ini dan apa

yang sebaiknya kamu

lakukan? Mengapa kamu

harus melakukan atau tidak

melakukan hal itu?

Page 188: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

177

7 Di Indonesia, penanganan

sampah belum teratasi

dengan baik. Sehingga

sampah tersebut

menggunung. Padahal

sampah bisa dimanfaatkan

dengan baik. Apakah

sampah bisa menjadi

sumber penghasilan

seseorang? jelaskan!

8 Sampah mempunyai

dampak positif dan juga

dampak negatif bagi

kehidupan manusia dan

lingkungan sekitarnya.

Sebutkan 3 dampak positif

dan negatif tentang adanya

sampah?

9 Jenis sampah dibedakan

menjadi dua yaitu organik

dan anorganik. Mengapa

sampah organik bisa

membusuk dan

menimbulkan bau tidak

sedap?

10 Sebutkan macam-macam

sampah organik dan

anorganik?

Dari soal-soal yang diajukan di atas akan terlihat

masing-masing kemampuan pemahaman siswa

tentang green education dan sikap interaksinya

terhadap lingkungan. Karena pada hakikatnya anak-

anak akan menjawab pertanyaan dengan jujur sesuai

apa yang didapatkan dan dilakukannya di lapangan.

Page 189: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

178

2. Melalui Kunjungan ke Tempat-Tempat Tertentu

dan Aktivitas di Sekolah

Salah satu yang menjadi moment penting dalam

mengukur suatu keberhasilan pendidikan spiritual

berwawasan ekologi anak, yakni melalui kegiatan

kunjungan pada tempat-tempat tertentu. Biasanya

anak-anak yang sudah mulai beradaptasi dengan

peraturan sekolah akan terlihat sikap mereka dalam

beretika terhadap lingkungan hidup. Contoh yang

paling sederhana dan mendasar yang dijelaskan oleh

Puspita Aditia, ketika anak-anak ingin membuang

bekas makanan atau minuman yang telah

dikonsumsinya. Mayoritas anak selalu menanyakan

keberadaan tempat sampah, bahkan tidak seorang

anakpun yang berani membuang sampah tidak pada

tempatnya.51

Sama halnya yang diungkapkan oleh

Rifa Rahmaniah, anak-anak sekalipun keberadaan

tempat sampahnya jauh, mereka akan menuju ke

tempat sampah itu, walaupun ada sebagian kecil dari

mereka yang bergerak menuju tempat sampah secara

terpaksa, karena melihat teman-teman lainnya

membuang sampah pada tempatnya. Namun, dengan

pembiasaan dan kedisiplinan yang sudah terlatih sejak

dini, niscaya sikap itu akan terbentuk hingga mereka

dewasa.52

Puspita Aditia mengatakan, justru moment ini baik

untuk mengukur pemahaman sikap pro-lingkungan

hidup anak-anak. Karena di lingkungan luar anak-

anak akan mudah memperlihatkan sikap alaminya

51

Hasil wawancara dengan Puspita Aditia, guru kelas

enam, di kantor guru Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam Islamic

Green School Cinere.

52

Hasil wawancara dengan Rifa Rahmaniah, kepala

sekolah, di kantor kepala sekolah SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere.

Page 190: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

179

masing-masing (natural attitude) tanpa harus berpura-

pura. Inilah salah satu yang disebutevent ordinary,

yakni mengukur pemahaman anak-anak baik dari segi

spiritual dan ekologi melalui bagian dari moment-

moment keseharian anak-anak. Dalam moment ini

akan terlihat sejauh mana pemahaman spiritual dan

ekologi mereka yang telah diajarkan di sekolah. Oleh

karenanya, para pendidik SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere tidak pernah melewati

sedikitpun kondisi sikap anak-anak dalam moment

kunjungan ini, karena moment ini dapat

memperlihatkan komitmen anak-anak dalam menjaga

sikapnya dalam berbagai aspek, salah satunya

tindakan mereka dalam menjaga lingkungan hidup.

Aktivitas yang terjadi di sekolah baik di dalam

proses KBM maupun di luar juga dapat dijadikan

patokan untuk mengukur sikap pro-lingkungan hidup

anak-anak. Aktivitas-aktivitas secara spotan terkait

konservasi lingkungan dapat menambah. Adapun

indikator yang diamati dari aktivitas kegiatan di

sekolah ialah:

Indikator Sikap

Tabel 1.17

No Sikap

1 Merawat tanaman dengan teratur setiap hari.

2 Membuang sampah pada tempatnya.

3 Menempatkan sampah organik dan anorganik sesuai

pada tempatnya.

4 Membersihkan ruang kelas dan lingkungan sekolah.

5 Menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah.

6 Mengumpulkan daun-daun yang gugur

7 Merapikan kebun yang mulai tak tertata dengan baik

Page 191: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

180

8 Merawat binatang ternak di sekolah ayam dan

burung dan lainnya.

9 Merapikan apotik hidup

10 Saling mengingatkan teman untuk tidak membuang

sampah sembarangan dan menjaga kebersihan

lingkungan sekolah

Itulah beberapa indikator yang menjadi acuan

dalam mengamati sikap atau perilaku ekologis anak di

SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

E. Peran Dan Orientasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

Berwawasan Ekologi

Pendidikan spiritual mempunyai peran penting dalam

kehidupan sehari-hari manusia. Dalam artian dapat

dikatakan, ‚spiritual merupakan bagian inti dalam diri

seseorang‛, semakin baik spiritual yang didapatkan

melalui pendidikan, maka akan semakin baik pula

implementasinya dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Inilah bagian dari alasan bahwa lembaga pendidikan perlu

menanamkan dan memperhatikan aspek spiritual yang

orientasinya bukan menjadi seorang peserta didik yang

taat dan cinta pada Allah swt akan tetapi kesadaran

spiritual mampu membangun kesadaran bersikap secara

konsisten baik terhadap Tuhan, dan makhluk Tuhan yang

ada di atas bumi. Adapun orientasi yang ingin dibangun

dari pendidikan spiritual berwawasan ekologi di Sekolah

Dasar Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School di

antaranya bagi:

1. Peserta didik

Peserta didik merupakan salah satu komponen

dalam sebuah sistem pendidikan. Dalam proses

transformasi pendidikan peserta didik disebut juga

dengan ‚raw material‛ (bahan mentah). Pada

umumnya peserta didik ialah seseorang yang sedang

Page 192: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

181

dalam proses atau tahap perkembangan dan

pertumbuhan yang perlu diarah serta dibimbingkan

oleh pendidik baik dari segi kognitif, afektif,

psikomotorik, sosial, dan spiritual.53

Syamsul Nizar54

menggambarkan kriteria peserta didik ke dalam lima

kategori: Pertama, peserta didik bukanlah sebuah

miniatur manusia dewasa, ia memiliki dunianya

tersendiri; Kedua, peserta didik memiliki periodisasi

pertumbuhan dan perkembangan; Ketiga, peserta

didik adalah makhluk Allah swt yang memiliki

perbedaan masing-masing baik dari bawaan maupun

pengaruh dari lingkungan; Keempat, peserta didik

memiliki dua unsur utama baik jasmani dan rohani,

yang masing-masingnya memerlukan dua hal yang

berbeda; Kelima, peserta didik merupakan manusia

yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat

dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

Dengan memahami definisi dan kriteria peserta

didik pada umumnya. Maka peran anak didik sebagai

penerus bangsa dalam membumikan nilai-nilai

pendidikan spiritual-ekologi yakni: Pertama sebagai

problem solver dalam menghadapi berbagai

permasalahan sosial khususnya mengenai lingkungan

hidup dengan memulai memberikan contoh-contoh

kecil baik dalam lingkup sekolah maupun di

masyarakat, misalnya dalam lingkup sekolah

melakukan pemberian air dan kompos pada tanaman

yang ada di kebun dengan tujuan agar tanaman

memperoleh makanan yang cukup dan tidak mati.

Dalam lingkup masyarakat, misalnya menyuarakan

53

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2015), 133.

54

Syamsul Nizar, Makalah yang tidak diterbitkan, (PPs

IAIN Imam Bonjol Padang, 2013), 23.

Page 193: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

182

kepada masyarakat untuk mengadakan sebuah

perlombaan peduli lingkungan. Kedua, sebagai

penggerak generasi, seperti mengajak keluarga dan

teman-teman untuk tidak melakukan bentuk

kerusakan terhadap bumi. Ketiga, sebagai informer yakni memberikan pengetahuan atau informasi

mengenai lingkungan bagi teman-teman di luar

sekolah, contoh sampah organik dan anorganik itu

tidak sama dan harus dibuang sesuai dengan

tempatnya masing-masing. Keempat, sebagai

motivator artinya anak didik SD ARAS Cinere

diharapkan dapat menjadi sosok pendorong anak-anak

lainnya dalam menjaga lingkungan, dan meningkatkan

wawasan sains-nya. Contoh: si A mendapatkan

penghargaan pin Professor, dengan demikian

diharapkan anak-anak didik lainnya menjadi

termotivasi dan berusaha untuk meningkatkan

wawasan dan research-nya mengenai sains dan

ekologi. Selain menjadi motivasi anak-anak di sekolah

SD ARAS, si A juga diharapkan dapat memberi

dorongan bagi anak-anak di lingkungan bergaulnya.

Peran strategis peserta didik dalam membangun

lingkungan, pastinya tidak luput untuk menggapai

tujuan tertentu. Orientasi nilai-nilai pendidikan

spiritual berwawasan ekologi diharapkan dapat

ditujukan untuk pengembangan-pengembangan

potensi diri peserta didik. Secara umum nilai-nilai

pendidikan spritual berwawasan ekologi bertujuan

supaya bisa membangun sikap konsisten siswa-siswi

sejak dini dalam menghargai, menjaga eksistensi

lingkungan hidup. Namun untuk pencapaian orientasi

yang lebih spesifik dapat meliputi tiga aspek:

cognitive domain, affective domain, dan psychomotor domain.

Page 194: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

183

a) Ranah kognitif

Kognitif merupakan aspek-aspek yang

berhubungan dengan pembelajaran, intelektual,

dan berpikir.55

Dari penguatan nilai-nilai

spiritual ekologi di SD ARAS, maka orientasi

kognitif yang terbangun yakni mampu

menambah pengetahun peserta didik, bahwa

sebagai manusia sudah selayaknya manusia

juga memperlakukan alam dengan baik karena

alam adalah bagian dari manusia. Alam dan

lingkungan telah memberikan manfaatnya bagi

manusia sebaliknya manusia juga harus

memberikan perlakukan yang baik

sebagaimana perlakuan yang manusia inginkan

dari alam. Memahami adanya hubungan timbal

balik antara keterkaitan alam dan manusia,

yang mana keduanya memiliki hak untuk

dimanfaatkan dan memberi manfaat bagi satu

sama lain (sesama makhluk hidup). Tidak

cukup terhenti pada domain kognitif

‚pemahaman‛, akan tetapi harapan tak kalah

penting ialah dapat membangun kategori

‚aplikasi‛ dari pengetahuan yang didapatkan

dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

b) Ranah afektif

Afektif dipahami sebagai sikap, perilaku yang

melibatkan perasaan dan emosi.56

Dari

55

Veysel Sonmez,‛ Assosiation of Cognitive, Affective,

Psychomotor and Intuitive Domains in Educations, Sonmez

Model‛, Universal Journal of Education Research 5(3): 347-356,

2017.

56

Enamul Hoque, ‚Three domains of Learning: cognitive,

Affective, and Psychomotor‛, The Journal of EFL Education and Research (JEFLER), Volume 2 Number 2 September 2016. 45-

52.

Page 195: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

184

pembelajaran nilai-nilai pendidikan spiritual

ekologi, ada beberapa orientasi afektif yang

ingin dibangun: Pertama, menumbuhkan rasa

kepatuhan dan ketaatan yang meningkat di

hati peserta didik. Mampu memberikan

kesadaran bahwa Allah swt mengawasi segala

tindakan yang dilakukan oleh hambanya,

dengan adanya pendidikan spiritual

berwawasan ekologi ini, peserta didik

memahami bahwa mereka harus bersikap

konsisten dalam menjaga lingkungan

hidupnya, peduli dan peka, karena memelihara

alam dan lingkungan merupakan suatu perintah

dan keharusan bagi setiap umat manusia. Hal

itu selaras dengan firman Allah swt:

‚Makan dan minumlah rezki (yang diberikan)

Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka

bumi dengan berbuat kerusakan.‛ 57

Kedua, ikut berpartisipasi dalam menjaga dan

memelihara lingkungan masyarakat, serta turut

membangun lingkungan masyarakat dengan

berbagai program yang direncanakan oleh

kepala desa/RT/RW dan sebagainya,

menghilangkan sikap acuh tak acuh dengan

permasalahan krisis lingkungan yang melanda

masyarakat Indonesia.

Ketiga, orientasi afektif yang diharapkan dari

peserta didik di sekolah dari pendidikan

spiritual berwawasan ekologi ialah mampu

57

Q.S Al-Baqarah [1]: 60

Page 196: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

185

menunjukkan sikap peduli terhadap

lingkungan dimanapun anak-anak berada, dan

selalu termotivasi untuk memelihara

lingkungan tanpa ada unsur paksaan atau

lainnya.

c) Ranah psikomotorik

Orientasi psikomotorik adalah hal yang

berhubungan dengan keterampilan motorik

seperti gerakan fisik.58

Orientasi psikomotorik

bagi anak didik di SD ARAS ialah melahirkan

individu-individu yang tanggap dan tegas

dalam menghadapi serta mengatasi problema

krisis lingkungan yang marak terjadi saat ini.

Diharapkan suatu hari jika peserta didik

menjadi seorang pemimpin bangsa mampu

memberikan keputusan bijak dalam

mempertimbangkan segala hal yang

berhubungan dengan alam dan lingkungan

implmentasi dari nilai-nilai spiritual (ketaatan

kepada Tuhan). 59

Tiga Ranah Orientasi SE bagi Anak Didik

Tabel 1.18

No Ranah Orientasi Aplikasi

1 Kognitif 1. Mampu menambah

pengetahun peserta

didik tentang

1. Anak-anak seringkali

menyadari adanya

musibah seperti banjir,

58

A. Ajumunisha Ali Began, A. Tholappan, ‛ Psychomotor

Domain of Bloom’s Taxonomy in Teacher Education‛,

SHANLAX International Journal of Education. Volume 6, 2018.

11-14. 59

Hasil wawancara dengan Rifa Rahmaniah, kepala sekolah,

di kantor kepala sekolah SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Page 197: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

186

integrasi spiritual,

manusia dan

lingkungan serta

tanggung

jawabnya terhadap

lingkungan

2. Memahami adanya

hubungan timbal

balik antara

lingkungan dan

manusia

pencemaran udara dan air

serta lainnya tak lepas

dari reaksi alam dan

hukuman Tuhan akan

perbuatan manusia

terhadap bumi yang tidak

berbuat keseimbangan

sehingga mereka sangat

antusias untuk belajar

lebih tentang lingkungan

dan manusia serta

menjaga perilakunya

terhadap lingkungan.

2. Anak-anak selalu

berkeyakinan bahwa apa

yang Allah swt ciptakan

sekalipun seperti daun

tua, memiliki manfaat

bagi yang lainnya.

2 Afektif 1. Menumbuhkan

rasa kepatuhan dan

ketaatan kepada

Allah swt yang

meningkat di hati

peserta didik.

2. Ikut berpartisipasi

dalam menjaga dan

memelihara

lingkungan

masyarakat

3. Menunjukkan

sikap peduli

terhadap

lingkungan

dimanapun anak-

1. Anak-anak menjadi

termotivasi berbuat baik

terhadap makhluk Allah

swt seperti: membuang

sampah pada tempatnya,

menjaga kebersihan kelas

dan lingkungan sekolah

dll. Dengan menyadari

kehadiran Tuhan dalam

alam anak-anak tahu

bahwa Allah swt selalu

mengawasi perbuatan

merusak manusia

terhadap lingkungan.

2. Turut membangun

lingkungan masyarakat

Page 198: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

187

anak berada, dan

selalu termotivasi

untuk memelihara

lingkungan tanpa

ada unsur paksaan

dengan berbagai program

yang direncanakan oleh

kepala desa/RT/RW dan

sebagainya,

menghilangkan sikap

acuh tak acuh dengan

permasalahan krisis

lingkungan yang melanda

masyarakat Indonesia.

3. Mengimplementasikan

ilmu mengenai

lingkungan di manapun

berada, seperti: ketika

melakukan field trip anak-anak berusaha

membuang sampah pada

tempatnya; di lingkungan keluarga, seperti turut

mermbantu orangtua

membersihkan rumah

walaupun ada pembantu di

rumah.

3 Psikomo

torik

1. Melahirkan

individu-individu

yang tanggap dan

tegas dalam

menghadapi serta

mengatasi

problema krisis

lingkungan yang

marak terjadi saat

ini

1. Menjadi seorang

pemimpin kecil yang

tanggap lingkungan di sekolah, seperti: mengajak

untuk menjaga lingkungan

bersama dan menegur

anggota kelas untuk

memelihara kebersihan

dengan baik.

2. Menjadi pemimpin masa

depan yang diharapkan mampu memberikan

keputusan bijak dalam

mempertimbangkan segala

Page 199: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

188

hal yang berhubungan

dengan alam dan

lingkungan, seperti

melakukan pembangun

yang harus

memperhatikan

lingkungan sekitar.

2. Guru

Guru pada dasarnya merupakan seorang pemegang

amanat dan bertanggung jawab atas apa yang

diamanahkan.60

Sebagaimana yang telah dijelaskan

dalam Al-Quran firman Allah swt:

‚Sesungguhnya Allah menyuruh kamu

menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan menyuruh kamu apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya

kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-

baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Guru memiliki banyak peran dalam dunia

pendidikan. Ingin menjadikan generasi yang

berkualitas maka gurulah orang yang pertama sebagai

icon yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, dalam

60

Samsul Nizar, Zainal Efendi Hasibuan, Pendidik Ideal: Bangunan Character Building, ( Depok: Prenadamedia Group,

2018), 19.

Page 200: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

189

implementasi kurikulum 2013 guru diharuskan dapat

melakukan berbagai hal salah satunya ialah membantu

mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar

peserta didik, orang lain dan lingkungannya. 61

Peran

guru dalam penguatan nilai-nilai pendidikan spiritual

ekologi

Orientasi pendidikan spiritual berwawasan ekologi

diharapkan dapat menambah wawasan para guru di

sekolah dalam mengembangkan keilmuannya.

Keilmuan tidak sekedar ruang lingkup materi yang ia

ajarkan akan tetapi disiplin ilmu lainnya. Guru

diharapkan juga dapat memadukan materi ajar

fokusnya terhadap materi ajar lainnya khususnya.

Selain menambah wawasan guru terhadap berbagai

disiplin ilmu pengetahun, pendidikan spiritual

berwawasan ekologi bisa menjadikan personality guru

yang semakin baik khususnya dalam memandang

keterhubungan antara alam (lingkungan) dan interaksi

manusia.

Melalui pendidikan spiritual berwawasan ekologi

di SD ARAS Cinere menambah kepekaan guru untuk

memperhatikan kondisi lingkungan dan membangun

interaksi yang baik dengan masyarakat dalam urusan

kondisi lingkungan hidup sekitar. Lebih dari itu

orientasi eco-spiritual education dapat pula

meningkatkan ketakwaan dan keimanan seseorang,

karna wujud lingkungan dan alam semesta pada

hakikat terbesarnya ialah menunjukkan kebenaran

bukti-bukti Allah swt yang tampak pada ciptaannya di

langit dan di bumi.

3. Orangtua

61

Siti Marwiyah, Alaudin, Muh. Khaerul Ummah,

Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis Penerapan Kurikulum 2013, ( Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), 35.

Page 201: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

190

Orang tua merupakan center pendidikan memiliki

peran penting dalam permasalahan perkembangan

pendidikan anak-anaknya di sekolah. Menitipkan

anak-anak di sekolah green school pasti banyak hal

yang baru yang tentunya belum diketahui banyak para

orangtua. Guru di sekolah hijau dituntut harus dapat

melibatkan wali murid daam pendidikan lingkungan

hidup ini. Kesempatan inilah menandai bahwa PLH

memerlukan role of parents62 yang dapat mendukung

keberlangsungan proses pembelajaran di sekolah,

karena secara pribadi anak-anak membutuhkan

konsultasi dan keterlibatan orangtua dalam

pelaksanaan kurikulum sekolah secara totalitas,

Sehingga kesadaran anak didik tentang pentingnya

memelihara lingkungan sekitar akan terus meningkat.

Orang tua melalui komite sekolah adalah sebagai

pendukung program sekolah dan sebagai pembantu

anak-anaknya dalam melaksanakan berbagai program

lingkungan di sekolah. Misalnya, orang tua

mendukung adanya program assembly dan membantu

kelancaraan kegiatan ini dengan memenuhi

perlengkapan yang dibutuhkan dari barang bekas;

Orang tua mendonasikan tanaman dan ternak guna

memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang

cara budidaya, seperti donasi bibit ikan lele oleh

orangtua kepada anak-anak SD ARAS agar dapat

membudidaya ikan Lele di dalam ember.

Menanamkan nilai-nilai pendidikan spiritual

berwawasan ekologi ternyata tidak hanya memberi

62

Amy Cutter-Mackenzie & Susan Edwrds, ‚Toward A

Model For Early Childhood Environmental Education:

Foregrounding, Developing And Connecting Knowledge

Through Play-Based Learning‛, The Journal Environmental Education, Volume 44, edisi 3, 8 Mei 2013. 195-213.

Page 202: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

191

dampak positif terhadap anak-anak, para guru di

sekolah, akan tetapi kepada orangtua. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh Natania,63

dengan adanya

penekanan pendidikan spiritual-ekologi, nyatanya

memberi respon bagi kami (orangtua) untuk bersikap

hal yang sama sebagaimana anak-anaknya yang

dituntut dan terbiasa melakukan hal-hal konservasi

terhadap lingkungan. Orangtua sebagai penyambung

pendidikan di rumah juga harus mengkondisikan atau

mendukung apa yang telah anak-anak dapatkan dari

sekolah. Orientasi lainnya, secara tidak langsung

orangtua juga mendapatkan ilmu-ilmu baru yang

berbeda dengan sekolah pada umumnya dan

mengupdate wawasan baru baginya. Anak-anak juga

terlihat lebih mudah untuk di motivasi dan diajak

dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup ketika di

lapangan (di luar sekolah).

F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

Berwawasan Ekologi

Pada intinya setiap proses pembelajaran yang telah

terlaksanakan di sekolah, harus bisa memberikan feedback dan output yang tidak hanya berorientasikan pada nilai.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yang

menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha yang

dilakukan secara sadar dan terencana agar dapat

mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran

supaya peserta didik secara aktif mengembangkan

kemampuan yang ada dalam dirinya agar memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, sikap pengendalian diri,

good personality, intelektual, berakhlak mulia, serta

63

Hasil wawancara dengan Natania, wali murid kelas VI

pada 29 Maret 13.00 WIB di SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere di Musholla ARAS.

Page 203: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

192

memiliki keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya

sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.64

Dari pengertian

tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan itu bukan

hanya bertujuan mencerdaskan anak-anak secara kognitif,

tetapi lebih dari itu pendidikan bertujuan termasuk

mencerdaskan kesadaran spiritual, kepekaan diri dalam

bertindak atau menghadapi permasalahan-permasalahan

diri, masyarakat dan negara serta memiliki akhlak yang

baik dalam praktik di segala aktivitas apapun.

Hal yang terlihat bertentangan dalam pendidikan saat

ini yakni potret pendidikan yang semakin buram, padahal

berbagai kemajuan teknologi sudah sangat mendukung

peningkatan kecerdasan anak-anak dalam berbagai aspek,

namun kualitas kesadaran spiritual dan kesadaran sikap

dalam menanggapi problematika dalam kehidupan sosial

tidak berbanding lurus dengan kemajuan teknologi modern

ini. Oleh karenanya, lembaga pendidikan perlu melakukan

evaluasi mengenai kelemahan-kelemahan dibeberapa aspek

komponen pendidikan agar kecerdasan kognitif tidak

dominan atau bisa balance dengan kecerdasan spiritual,

emosional, dan afektif.

Menanggapi adanya permasalahan tersebut, Sekolah

Dasar Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

tidak ingin ada sebuah kesenjangan antara aspek kognitif,

sosial, spiritual, dan afektif. Anak-anak di Sekolah Dasar

Al-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

diharapkan mampu menjadi sosok teladan yang memiliki

empat karakter tersebut secara balance sejak dini. Inilah

yang membuat pendiri yayasan Al-Ridha Al-Salaam

merumuskan sebuah visi dan misi yang diringkas menjadi

motto ‚Be Moslem, Be Creative, Be Green, Bilingual‛.65

64

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003.

65

Dokumentasi Profil SD AL-Ridha Al-Salaam Islamic

Green School Cinere, diambil tahun 2018.

Page 204: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

193

Menanamkan rasa ketaatan yang kuat kepada Tuhannya,

kreatif guna mampu bersaing dan survive, mencintai

lingkungan hidupnya, dan mampu berkomunikasi dengan

bahasa-bahasa asing. Semua ini ditanamkan sejak dini agar

anak-anak siap menjadi generasi-generasi penerus yang

bertaqwa, cerdas, kompetitif, serta memiliki rasa kepekaan

yang tinggi terhadap sosial baik dalam permasalahan

apapun.

Dalam rangka itulah, guna melahirkan insan-insan

cerdas dan berkarakter, Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere mencoba menerapkan

dan membiasakan berbagai metode baik dalam proses

pembelajaran di kelas dan proses pembelajaran di luar

kelas. Hal ini dilakukan agar anak-anak di sekolah

senantiasa melakukan pengayatan dan pendalaman atas

apa yang telah dipelajari di dalam kelas maupun di luar

kelas. Adapun untuk membumikan sikap kepeduli an dan

kesadaran terhadap lingkungan dan alam, maka ada

beberapa metode yang diterapkan oleh guru Sekolah Dasar

Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere yakni:

1. Metode Internalisasi Nilai-Nilai Eco-Spiritual Education Di Sekolah

Hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam

upaya membumikan sikap eco-spiritual anak-anak di

sekolah ialah metode. Zakiah Daradjat menyampaikan

metode adalah suatu teknik penyampaian bahan

pelajarankepada murid dengan cara yang lebih mudah

dan efektif.66

Metode merupakan cara yang dapat

membantu efektifitas dalam proses penguatan dan

pendidikan spiritual berwawasan ekologi. Ketepatan

pemilihan metode dalam pembelajaran di kelas

66

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 87.

Page 205: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

194

ataupun di luar kelas sudah tentu pasti dapat

menentukan keberhasilan atau pencapaian yang

diinginkan oleh sekolah. Metode pendidikan ialah

wawasan yang membahas tentang bermacam pola-

pola atau cara yang dapat digunakan pendidik dalam

menempuh proses pendidikan dan pengajaran agar

peserta didik dengan mudah memahami apa yang ia

pelajari.67

Hasil diskusi kepala sekolah dan beberapa guru

kelas Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere menjelaskan bahwa ada beberapa

metode yang dapat digunakan untuk membentuk

suatu habit yang baik dan konsisten bagi anak-anak di

antaranya ialah:

a. Metode khiwar

Metode ini merupakan metode percakapan antara

dua lawan bicara atau lebih mengenai suatu topik

lingkungan dan kaitannya dengan manusia.

Metode ini sengaja diarahkan untuk mencapai

suatu maksud atau tujuan yang dikendaki oleh

pendidik. Metode ini bisa digunakan saat proses

KBM (kegiatan belajar mengajar) berlangsung di

kelas, saat event-event tertentu dan sebagainya.

Percakapannya bisa dikutip dari ayat-ayat al-

Qura>n dan hadist-hadist nabi.

b. Metode Kisah

Metode ini menyajikan cerita-cerita yang terdapat

dalam al-quran dan hadist sebagai bahan

pembelajaran berbagai materi pelajaran yang

diintegrasikan dengan permasalah lingkungan.

Misalnya cerita kaum-kaum tertentu tentang

perbuatannya terhadap bumi, atau kisah-kisah

67

Halid Hanafi, La Adu, Zainuddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2018), Cet-1,166.

Page 206: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

195

Rasul tentang bentuk keprduliannya terhadap

lingkungan. Metode ini juga bisa diterapkan

dalam proses KBM dan di luar KBM.

c. Metode Tauladan

Metode teladan merupakan suatu cara seorang

guru memberi contoh kepada anak-anak di

sekolah bagaimana seharusnya bersikap terhadap

lingkungan hidup. Kepala Sekolah ARAS Islamic Green School Cinere mengungkapkan bahwa

metode ini sangat penting untuk diterapkan di

sekolah apapun, karena mempertimbangkan

bahwa guru merupakan publik figur anak-anak

yang selalu menjadi suri tauladan yang baik bagi

anak-anak didiknya. Oleh sebab itu, guru-guru

harus benar-benar menunjukkan kepribadian yang

baik, mengevaluasi kekurangannya. Berusaha

menghilangkan sikap-sikap tercela yang

berpotensi memberi pengaruh buruk pada anak-

anak lainnya.

d. Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan ini digunakan oleh guru-guru

di sekolah untuk membiasakan anak-anak

bersikap baik, bertutur kata yang baik, memiliki

sopan santun sesuai dengan nilai-nilai ajaran

agama sehinga ini bukan hanya belajar akan

tetapi melekat pada tinkah laku anak di

sekolah.68

Contoh dalam praktik di sekolah,

misalnya seperti pembiasaan karakter ekologis

yang dilakukan setiap hari saat sebelum masuk

kelas oleh guru kelas dan anak-anak pada setiap

grade serta kegiatan lainnya. Metode ini tidak

hanya diterapkan kepada murid, tetapi terlebih

68

Aslan, Hidden Curriculum, (Kebumen: CV. Pena Indis,

2019), 31.

Page 207: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

196

dahulu diteladani oleh guru juga. Misalnya

kehadiran guru-guru yang baru mulai beradaptasi

dengan sekolah hijau Islam harus melakukan

pembiasaan lebih awal karna ia adalah orang yang

akan memberikan pengarahan pembiasaan-

pembiasaan karakter spiritua-ekologis pada anak-

anak didik nantinya. Yang perlu diperhatikan

dalam metode pembiasaan ini ialah dibiasakan

sebelum terlambat; dilakukan secara terus-

menerus, teratur dan terprogram sehingga pada

akhirnya akan terbentuk kebiasaan yang sesuai

dengan nilai-nilai agama dan pentingnya

pengawasan guru sangat berpengaruh dalam

kebehasilan karakter anak-anak; pembiasaan harus

diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas. Dan

jangan memberi kesempatan luas kepada anak-

anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah

ditanamkan; pembiasaan yang awalnya hanya

bersifat mekanistis hendaknya secara bertahap-

tahap dirubah menjadi kebiasaan yang dibarengi

dengan kata hati nurani anak didik itu sendiri.69

e. Metode Nasehat

Metode nasehat ialah memberikan suatu pesan

atau arahan yang baik dan buruk kepada seseorang

yang melanggar aturan sekolah. Tujuan dari

pengunaan metode ini yakni timbulnya kesadaran

anak-anak atau orang yang .dinasehati agar mau

mengikuti arahan yang baik.70

Metode nasehat

dapat diberikan secara langsung oleh pendidik

69

Binti Maunah, Metode Penyusunan Desain Pembelajaran Aqidah Akhlak, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), 141.

70 Zuhri, Convergentive Design Kurikulum Pendidikan

Pesantren (Konsepsi Dan Aplikasinya), (Yogyakarta: CV Budi

Utama, 2016), 155.

Page 208: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

197

atau orangtua kepada anak-anak tanpa melalui

perantara atau alat bantu apapun. Nasehat bisa

berupa pesan-pesan baik dan buruk yang harus

dikerjakan dan ditinggalkan.71

Misalnya dalam

satu kasus, ada beberapa anak yang didapati

membuang sampah sembarang dan kurang peka

terhadap kebersihan sekolah atau mengabaikan

kewajiban piket di kelas, maka guru segera

menindaklanjuti ini melalui nasehat. Nasehat ini

juga harus memperhatikan lawan bicara, karna

ada sebagian anak tidak suka dinasehat secara

tegas, bahkan menyukai nasehat yang bersifat

lemah lembut agar nuraninya merasa lunak saat

dinasehati oleh para guru. Nasehat ini bisa kapan

saja dilakukan oleh pendidik (di kelas, di luar

kelas ataupun di luar lingkungan sekolah).

f. Metode reward dan punishment Dua metode ini bertujuan untuk merespon hal

positif dan negatif dari peserta didik. Metode

imbalan ialah salah satu cara yang dilakukan guru

dalam memberikan apresiasi kepada siswa-siswi

atas sikap yang patut dipuji. Mulyasa mengatakan

reward penting dilakukan karena merupakan

respon terhadap perbuatan yang bisa

meningkatkan kembali tingkah laku baiknya

tersebut.72

Suharsimi Arikonto memperkuat

bahwa memberi imbalan adalah bagian yang dapat

71

Jasman Jalil, Pendidikan Karakter: Implementasi Oleh Guru, Kurikulum, Pemerintah Dan Sumber Daya Pendidikan,

(Sukabumi: CV. Jejak, 2018), 166.

72

Mulyasa dalam Yusvidha Ernata, ‚Analisis Motivasi

Belajar Peserta Didik Melalui Pemberian Reward dan

Punishment di SDN Ngaringan 05 Kec. Gandusari Kab. Blitar‛,

Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 5, Nomor 2,

September 2017. 781-790.

Page 209: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

198

membuat anak senang dan bahagia karena telah

mencapai tujuan yang ditentukan oleh guru.73

Dalam dunia pendidikan, metode penghargaan

juga dibutuhkan sebagai bentuk apresiasi guru

terhadap murid. Hal ini tentu dapat diamati di

berbagai sekolah. Contoh di SD Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere memberikan

apresiasi terhadap siswa-siswi dalam sebuah

research yang berhubungan dengan ekologi. Ada

lima tahap reward yang diberikan SD ARAS

Islamic Green School Cinere terhadap peserta

didiknya antara lain: Pertama, reward Diploma

adalah pin sains berwarna hitam paling pertama

yang akan diberikan kepada peserta didik sebagai

motivasi anak-anak dalam meningkatkan

kemampuannya sains-nya. Kedua, reward Bachelor merupakan pin sains kedua berwarna

hijau yang diberikan kepada peserta didik sudah

hafal tentang perkalian dan pembagian dengan

baik. Ketiga, reward Magister merupakan pin

sains ketiga berwarna orange yang diberikan

kepada siswa jika memiliki pemahaman yang baik

tentang matematika yang sedang dipelajari dan

memiliki nilai yang baik dalam pelajaran tersebut.

Keempat, reward Doktor merupakan pin sains

keempat berwarna biru yang diberikan kepada

siswa-siswi yang memiliki pemahaman yang baik

tentang matematika yang sedang dipelajari dan

terlibat dalam penelitian ilmiah. Kelima, reward Professor yakni pin kelima paling tertingi

berwarna merah yang diberikan kepada siswa-

siswi yang memiliki pemahaman yang baik

73

Suharsimi Arikonto, Manajemen Pengajaran, (Jakarta:

Rineka Karya: 1993), 160.

Page 210: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

199

tentang matematika yang sedang dipelajari,

terlibat penelitian ilmiah, pembuatan laporan

ilmiah (karya tulis/jurnal) mampu mempublikasi

dan berani mempertanggung jawabkannya.

Program research dapat terintegrasi dengan

berbagai kegiatan green education yang akan

dilakukan oleh masing-masing kelas. Adapun

untuk judul reseacrh dapat dilihat pada tabel 1.14

tentang program GE dan research topic. Sedangkan reward dalam bentuk rutinitas

kegiatan menjaga lingkungan hidup yakni berupa

verbal (ucapan dan pujian lisan) karena

memelihara lingkungan merupakan kewajiban

bagi setiap manusia termasuk peserta didik jadi

tidak ada untuk penghargaan yang bersifat materi.

Contoh pada kegiatan berbasi komunitas: ketika

anak-anak sudah selesai dalam kegiatan bank

sampah, guru akan mengapresiasi dengan ucapan

terimakasih kepada anak-anak yang sudah bekerja

sama dengan baik dan bersemangat dalam

menjaga lingkungan sekolah tanpa ada unsur

paksaan, kemudian apresiasi lainnya berupa tepuk

tangan. Contoh apresiasi perorang, misalnya ada

anak yang memungut sampah dan membuangnya

pada tempat sampah baik organik maupun

anorganik, bentuk penghargaan seperti menepuk

bahu anak sambil mengucapkan ‚bagus anakku‛

‚mengangguk-angguk tanda senang dan

menyetujui perbuatan yang dilakukan anak-anak‛.

Page 211: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

220

Apresiasi Pin Sains dan Lingkungan

Gambar 2.6

Metode pemberian hukuman merupakan cara

terakhir digunakan jika anak-anak yang sudah

diberi nasehat dan peringatan masih saja

mengulangi perbuatannya. Namun metode

hukuman di sini bukan merupakan sebuah

hukuman fisik tetapi hukuman kuratif dengan

tujuan untuk memperbaiki peserta didik yang

melakukan kesalahan dan memelihara peserta

didik lainnya bukan untuk dijadikan ajang balas

dendam terhadap anak-anak didik. Misalnya anak-

anak yang sering tidak menjaga kebersihan

sekolah, membuang sampah sembarangan akan

pin sains paling pertama yang akan diberikan kepada peserta didik sebagai motivasi anak-anak dalam meningkatkan kemampuannya sains-nya.

pin sains kedua yang diberikan kepada peserta didik sudah hafal tentang perkalian dan pembagian dengan baik.

pin sains ketiga yang diberikan kepada siswa jika memiliki pemahaman yang baik tentang matematika yang sedang dipelajari dan memiliki nilai yang baik dalam pelajaran tersebut.

pin sains keempat yang diberikan kepada siswa-siswi yang memiliki pemahaman yang baik tentang matematika yang sedang dipelajari dan terlibat dalam penelitian ilmiah.

pin tertingi yang diberikan kepada siswa-siswi yang memiliki pemahaman baik tentang matematika yang sedang dipelajari, terlibat penelitian ilmiah, pembuatan laporan ilmiah (karya tulis/jurnal) mampu mempublikasi dan berani mempertanggung jawabkannya.

Page 212: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

201

dikenai hukuman membersihkan lapangan,

membersihkan toilet dan lain sebagainya. 74

Dengan adanya penggunaan-penggunaan metode

yang tepat, para guru berharap agar anak-anak dapat

mengambil hikmah dan contoh bagi dirinya masing-

masing dalam aktualisasi mengenai spiritual ekologi.

Tujuan utamanya bukan hanya bersifat duniawi

semata tetapi mencapai kebahagian sejati yakni lebih

mendekatkan diri pada Allah swt. Sekian dari

banyaknya metode-metode pendidikan, metode-

metode tersebut dipilih karna memang tepat untuk

digunakan dalam pendidikan di sekolah hijau Islam

Cinere.

2. Sikap Peserta Didik Terhadap Kebersihan sekolah

Hal yang paling mudah untuk mengetahui sikap

peserta didik terhadap ekologi secara umum ialah

melalui sikap peserta didik di luar jam kegiatan

belajar mengajar. Dalam kegiatan di luar jam KBM

anak-anak melakukan sesuatu secara natual. Ada

anak-anak yang pergi ke kantin, ada yang bermain di

lapangan hijau menangkap belalang, ada yang

berkunjung ke tempat ternak kelasnya, dan ada yang

bersih-bersih di wilayah kebun kelasnya. Sikap yang

dilakukan anak-anak ini jangan diabaikan, justru ini

memberikan kemudahan bagi para guru kelas untuk

mengetahui implementasi ilmu yang didapatkan dari

sekolah selama ini. Adapun implementasi nilai-nilai

pendidikan spiritual berwawasan ekologi bagi peserta

didik di sekolah ialah salah satunya tanggap akan

kebersihan sekolah. Nana menjelaskan bahwa kami

74

Hasil wawancara dengan kepala Rifa’ Rahmaniah tanggal

29 Maret 2019 pukul 10.00 di kantor kepala sekolah SD ARAS

Cinere.

Page 213: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

202

(anak-anak SD Ar-Ridha Islamic Green School Cinere) selalu diingatkan dalam hal menjaga

kebersihan lingkungan. Bahkan ketika menjadi murid

baru, kami juga diingatkan oleh kakak kelas untuk

tidak membuang sampah sembarangan. Ada beberapa

sikap yang kerap dilakukan anak-anak untuk tetap

menjaga keindahan dan kebersihan di sekolah:

a. Menata kembali etalase-etalase tanaman yang

tidak tertata rapi.

Tidak selamanya penataan pot-pot tanaman dan

etalase tumbuhan tertata dengan baik. Demi

terlihat rapi dan indah tak jarang anak-anak

menyusun dan menata kembali desain pot-pot

dan etalase tanaman. Hal ini dilakukan agar

memiliki suasana yang baru layaknya rumah pada

umumnya.

b. Memilah dedaunan-dedaunan yang sudah tua dari

tanaman yang masih menempel.

Banyaknya tanaman-tanaman di sekolah yang

dedaunan atau bagian pelepahnya sudah tua.

Anak-anak segera memangkas dedaduan tua

dengan gunting besar atau jika ditemukan

tanaman sudah mati akan ditukar dengan

tanaman lainnya.

c. Menyiram dan merawat tanaman-tanaman di

sekolah secara bergantian setiap hari.

Kegiatan ini sudah menjadi kewajibannya anak

SD ARAS Islamic Green School secara individu

bergantian. Beberapa kali terlihat anak-anak di

waktu istirahat berkunjung dan merawat

tanaman-tanaman mereka baik di depan kelas

maupun di kebun kelas.

d. Merawat ternak-ternak di sekolah.

Selain merawat tumbuh-tumbuhan, anak-anak

juga diwajibkan merawat hewan yang ada di

Page 214: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

203

sekolah seperti burung, kelinci, domba, ayam dan

lain-lain. Biasanya waktu istirahat anak-anak

banyak berkunjung ke tempat ternak mereka.

e. Berusaha selalu membuang sampah pada

tempatnya.

Sikap ini mutlak melekat pada diri setiap anak-

anak SD ARAS. Sebagai sekolah yang

berkonsepkan adiwiyata, tak heran jika terlihat

antusiasme anak-anak dalam menjaga kebersihan

sekolah. Salah satunya ialah saat selesai makan

atau jajan anak-anak tidak pernah meninggalkan

sampah jajanannya pada tempatnya akan tetapi

langsung membuang sampah ditempatnya.

f. Tanggap dan peka terhadap kebersihan sekolah.

Di sekolah dasar ARAS Islamic Green School Cinere, anak-anak sudah dididik untuk tidak

bergantung pada bagian kebersihan sekolah

dalam menjaga keindahan sekolah. Jikalau

mereka melihat ada sampah berserakan atau

sebagian kecil dari sampah anorganik terdapat di

beberapa sisi sekolah, mereka langsung

mengambil dan membuang sampah tersebut pada

tempatnya.

g. Menanam tanaman hijau di kebun sekolah.

Untuk menjaga kelestarian dan keindahan

lingkungan sekolah anak-anak sering menanam

tanaman hijau bersama baik di kebun sekolah

ataupun di beberapa titik lingkungan sekolah,

seperti di depan kelas, halaman, dan daerah yang

dekat dengan kebun sekolah.

h. Mendaur ulang sampah-sampah anorganik.

Jika dalam keseharian hidup manusia, banyak

sekali sampah berserakan tidak dipeduli kan.

Berbeda dengan anak-anak di SD ARAS, sampah

bagi para peserta didik bukanlah hal yang

Page 215: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

204

menjijikan. Justru anak-anak memanfaatkan

kesempatan ini dengan menghasilkan banyak

karya dari sampah. Karya ini kemudian dijual

dalam sebuah acara ecoshop. Uang dari penjualan

ini akan menambah saldo kas maisng-masing

kelas. 75

3. Sikap Terhadap Sesama Manusia

Pada hakikatnya setiap pelaksanaan pendidikan

baik formal maupun informal selalu memiliki

pengaruh signifikan bagi masing-masing peserta didik

di sekolah. Implikasi itu bisa berupa kecerdasan

kognitif, afektif, spiritual, sosial, dan psikomotorik.

Sebagaimana halnya, implikasi pendidikan spiritual

berwawasan ekologi yang diterapkan di SD Ar-Ridha

Al-Salaam Islamic Green School Cinere. Banyak hal-

hal positif yang didapatkan anak-anak di sekolah

tersebut ketika mereka mulai memahami motto yang

diinginkan dari sekolah itu. Salah satunya ialah

implikasi perkembangan sikap anak-anak terhadap

sesama teman sejawat, antara lain yang ialah:

a. Memberi nasehat kepada teman sejawat, adik

kelas dan kakak kelas untuk tetap menjaga

kebersihan, keasrian, kenyamananm sekolah,

b. Memberikan attention pada siswa-siswi yang

membuang sampah sembarangan. Sikap ini

biasanya dilakukan oleh para pengurus sekolah

terhadap peserta didik lainnya yang tidak mau

mengikuti aturan sekolah dan pengurus sekolah.

Peringatan ini berupa pengumuman yang

dilakukan setelah waktu shalat zuhur di Musholla

oleh pengurus (khususnya kelas lima). Pengurus

75

Hasil observasi dalam aktivitas anak didik di SD Ar-

Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Page 216: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

205

sekolah menyebutkan nama-nama yang sering

melanggar kebersihan sekolah (membuang

samapah sembarangan, tidak menjaga kebersihan

kelas/sekolah, dan sebagainya).

c. Memberikan sanksi terhadap siswa yang

membuang sampah sembarangan. Sanksi bisa

berupa mengumpulkan sampah dari berbagai sisi

tempat sekolah, membersihkan pekarangan

sekolah, dan membuat sesuatu dari barang bekas.

d. Melaporkan sikap destruktif pada guru yakni

apabila cara pertama, kedua, dan ketiga peserta

didik yang melakukan sikap tidak mencerminkan

perilaku hijau, maka akan dilaporkan pengurus

kepada guru atau kepala sekolah. 76

G. Tantangan Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

Berwawasan Ekologi Di SD Al-Ridha Al-Salaam

Sekolah Hijau Islam Cinere

Guna mencapai pada titik tujuan yakni visi dan

misi sekolah, tidak semua lembaga pendidikan

menemukan jalan yang mulus dalam pelaksanaannya.

Banyak hambatan atau tantangan yang tentu akan

dilalui pada setiap lembaga pendidikan untuk

menjadikan sekolah yang unggul dalam berbagai

aspek (spiritual, sosial, kognitif, afektif, dan

psikomotorik). Dalam Undang-Undang Dasar 1945

Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang pendidikan

menjelaskan bahwa pendidikan nasional memiliki

fungsi mengembangkan potensi dan membentuk

tabiat anak didik serta peradaban bangsa bermartabat

demi kecerdasan kehidupan bangsa, dengan tujuan

agar peserta didik menjadi sosok manusia beriman dan

76

Hasil wawancara dengan peserta didik dan observasi di

SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Page 217: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

206

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

akhlak yang mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.77

Artinya dapat diketahui

bahwa lembaga pendidikan berperan penting dalam

mencerdaskan anak-anak bangsa secara optimalyang

meliputi berbagai sisi guna melahirkan generasi-

generasi gemilang di masa depan. Namun, dalam

pelaksanaan pendidikan tentu banyak sekali

ditemukan hambatan atau kendalanya yang akan

dilewati baik berasal dari internal sekolah maupun

eksternal sekolah.

Sama halnya dengan Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere, dalam

mengaplikasikan pendidikan spiritual berwawasan

ekologi di sekolah agar mampu mendidik serta

melatih anak-anak dalam rangka kepeduli an terhadap

lingkungan hidup baik di sekolah maupun di luar

sekolah, tentu tidak semudah dibayangkan oleh setiap

orang. Rifa Rahmaniah selaku kepala sekolah SD Ar-

Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

menjelaskan bahwa banyak sekali kendala yang dilalui

dalam pelaksanaan pendidikan spiritual berwawasan

ekologi ini. Hambatan dan kendala bisa muncul dari

internal dan eksternal sekolah. Contoh hambatan

internal sekolah seperti pendidik, siswa-siswi, dan

eksternal sekolah seperti orangtua dan lingkungan

bergaul.78

77

Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 Pasal 3 Tahun

2003. 78

Hasil wawancara dengan Rifa Rahmaniah, kepala sekolah,

di kantor kepala sekolah SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere 29 Maret 2019.

Page 218: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

207

1. Kendala Dalam Pelaksanaan Pendidikan Spiritual

Berwawasan Ekologi.

a. Peserta didik

Hambatan yang biasanya datang dari peserta

didik yakni dalam membiasakan anak-anak

didik untuk tidak membuang sampah

sembarang, mengambil sampah yang dibuang

bukan pada tempatnya oleh teman sejawat

ataupun orang lainnya. Pada awalnya anak-

anak merasa terbeban dan enggan untuk

membiasakan sikap itu, satu sisi ada yang

peduli dan satu sisinya lagi acuh tak acuh

dengan sikap itu. Memang mayoritas anak-

anak yang bersekolah di SD Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere adalah

anak-anak yang datang dari kalangan keluarga

menengah ke atas. Itulah halnya banyak sekali

dari anak-anak tersebut masih termanjakan

oleh suasana rumah yang tidak menuntut anak-

anaknya untuk bersikap peduli dengan

kebersihan atau lingkungan hidup, karena

alasan menurut para sebagian orang tua, anak-

anaknya belum memiliki kewajiban dalam

menjaga serta memelihara kebersihan

lingkungan. Sehingga alasan inilah yang

membuat siswa-siswi yang baru atau yang

lama masih belum terbiasa dengan hal-hal

kebersihan. Namun, kami dari pihak guru

selalu berusaha memberikan contoh ‚tauladan‛

kepada anak-anak agar mereka terbiasa.

Menurut Rifa, anak butuh proses untuk

menyesuaikan diri terhadap lingkungan

sekolah barunya. Baginya tidak ada anak-anak

yang nakal dan bodoh, hanya saja anak-anak

Page 219: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

208

butuh waktu untuk memahami tujuan dari

sekolah baru ini.

b. Para guru

Guru merupakan publik figur anak-anak di

sekolah. Baik dan buruk sikap guru maka akan

menjadi contoh bagi anak-anak di sekolah.

Maka tidak heran ada yang mengatakan bahwa

guru merupakan komponen penting dalam

pendidikan dan pengajaran, tanpa seorang guru

maka proses belajar mengajar tidak akan dapat

belangsung. Oleh karenanya guru harus

memberikan teladan yang baik bagi peserta

didik di sekolah. Namun, kendala yang

diungkapkan oleh Rifa selaku kepala sekolah

ARAS Cinere ini bahwa masih ada guru yang

belum memahami secara betul visi dan misi

dari sekolah ini. Ada sebagian mereka sangat

sulit diajak bekerja sama dalam membangun

eco-spiritual education ini. Mereka tidak siap

kotor-kotoran, tidak siap membimbing anak-

anak dalam kegiatan menanam tumbuhan,

berternak hewan, serta menjaga kebersihan

sekolah secara bersama. Anak-anak sudah siap

melakukan kegaiatan hijau dan kebersihan,

masih ada yang bersantai. Sehingga karena

merasa kurang cocok dengan visi dan misi

dirinya, maka tak jarang beberapa guru

mengundurkan diri sekolah. Selain itu

minimnya wawasan yang dimiliki oleh guru

tentang lingkungan juga menjadi penghambat

dalam proses belajar mengajar di sekolah.

c. Orangtua

Pada hakikatnya orangtua sangat mendukung

proses pembelajaran di sekolah, namun bagi

orangtua yang baru memasukkan anak-

Page 220: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

209

anaknya ke SD ARAS Cinere belum

memahami betul konsep dan sistem

pembelajaran yanga ada di sekolah hijau Islam

ini. Kendala yang masih muncul dari orang tua

ialah sikap orangtua yang sering kurang

mendukung. Banyak orangtua belum

memahami tentang visi dan misi sekolah hijau

Islam, mereka memandang bahwa sekolah

hijau Islam sama halnya dengan sekolah

konvensioanal lainnya. Orangtua dari peserta

didik selalu mengeluhkan anak-anaknya yang

kotor setelah pulang sekolah dan program-

program sekolah lainnya.

d. Lingkungan bergaul

Hafi Anshari menjelaskan lingkungan

merupakan segala yang ada di sekitar manusia

atau anak didik baik berupa benda, peristiwa,

ataupun kondisi masyarakat. Lingkungan yang

paling berpengaruh besar ialah lingkungan

pendidikan dan lingkungan bergaul anak-anak

kehidupan sehari-hari.79

Sratain, seorang ahli

psikologi Amerika mengatakan environment mencakup segala kondisi dan alam dunia yang

dapat mempengaruhi tingkah laku,

pertumbuhan, dan perkembangan

seseorang.80

Dari sini terlihat jelas, bahwa

kondisi lingkungan memberi sumbangan besar

pada tumbuh kembangnya anak-anak baik dari

sisi spiritual, kognitif, afektif, sosial dan

psikomotorik.

79

Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya:

Usaha Nasional, 1983), 90. 80

Sartain dalam Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2000), 28.

Page 221: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

210

Dari beberapa kendala dalam penguatan

pendidikan eco-spiritual yang telah diuraikan

sebelumnya, lingkungan bergaul juga

berpotensi mempengaruhi karakter seseorang

baik secara sikap, pikiran, perilaku, maupun

perbuatan seseorang. Tentunya ini akan

mengganggu proses penekanan eco-spiritual education yang telah berlangsung di sekolah.

81

Mengapa tidak, ketika wawasan dan sikap

yang telah diarahkan dan dibimbing dengan

sebaik mungkin oleh guru kepada peserta di

sekolah akan menjadi sia-sia semata jikalau

peserta didik tidak memiliki teman dan

lingkungan bergaul yang baik. Lingkungan

bergaul bisa meliputi lingkungan keluarga,

masyarakat, dan teman.82

Rifan Dermawan83

selaku guru di SD ARAS menyatakan bahwa

lingkungan keluarga yang memiliki visi sama

dengan sekolah tentu akan menjadikan anak-

anak lebih disiplin dalam menjaga lingkungan

hidupnya begitupun sebaliknya. Lingkungan

masyarakat sekitar rumah juga berpotensi

menyumbang karakter-karakter negatif anak.

Jika masyarakat di lingkungan hidupnya

mayoritas memiliki kesadaran menjaga

lingkungan yang tinggi sudah tentu pasti akan

81

Muhammad Japar, Zulela, Sofyan Mustoip, Implementasi Pendidikan Karakter, (Surabaya: Jakad Publishing, 2018), 74.

82John Peter, Billy Tambahani, Mengubah Sampah menjadi

emas: Kiat-kiat yang mengubah seorang pemuluh sampah menjadi pengusaha beromzet miliaran, (Bandung: Diakonia

Internasional, 2015), 20. 83

Hasil wawancara dengan Rifan Dermawan guru kelas V

di ruang guru SD Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere pada tanggal 29 Maret 2019.

Page 222: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

211

mempengaruhi perkembangan sikap dan

karakternya dalam berinteraksi terhadap

lingkungan hidupnya, namun jika itu tidak

maka anak-anak juga akan memiliki selera

kepekaan terhadap lingkunganpun rendah atau

tidak sama sekali. Yang paling tidak kalah

penting adalah lingkungan bergaul sebayanya.

Teman yang berkahlak baik justru akan

mengantarkan anak-anak menjadi baik. Teman

yang menunjukkan kebaikan justru akan

menjadi motivasi bagi anak-anak lainnya,

seakan-akan dirinya ingin menjadi seperti

temenya tersebut.

Kendala yang lebih spesifik materi ajar yang

telah terorganisir di sekolah memberi peluang yang

minim dalam penekanan pendidikan ekologi guna

memecahkan masalah krisis lingkungan. Sehingga

menjadi kendala dan bertentangan dengan

pendikan ekologi. Karena pendidikan ekologi

merupakan interdisiplin dengan pendekatan

pemecahan masalah.

Page 223: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

212

Page 224: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

213

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Konklusi dari tesis ini membuktikan bahwa

terdapat penanaman nilai-nilai pendidikan spiritual

berwawasan ekologi di Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere yang menawarkan

alternatif progresif baru terhadap peserta didik mengenai

urgensi konservasi dini melalui proses dan program

kegiatan yang bernuansa nilai-nilai pendidikan spiritual

berwawasan ekologi. Proses penguatan nilai-nilai

pendidikan spiritual-ekologi di SD ARAS meliputi:

Penekanan pada Kurikulum 2013 dan Kurikulum

Berwawasan Lingkungan Hidup; integrasi materi

pelajaran terhadap lingkungan; Pembiasaan karakter

ekologis; Slogan kebersihan dan lingkungan; dan

Kegiatan ekstrakurikuler tertentu.

Penerapan nilai-nilai pendidikan spiritual-

ekologi dilaksanakan pada berbagai kegiatan sekolah

yang berkaitan dengan lingkungan dan materi yang

diajarkan di Sekolah Dasar Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere. Adapun tantangan atau kesulitan

dalam penerapan nilai-nilai pendidikan spiritual-ekologi

di SD ARAS Cinere muncul dari peserta didik, guru,

orangtua, dan lingkungan bergaul. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan

menekankan dimensi spiritual dan ekologi yang diimplementasikan dalam berbagai proses pembelajaran dan kegiatan sekolah meliputi: kurikulum, integrasi berbagai disiplin ilmu terhadap lingkungan, pembiasaan karakter ekologis sebelum masuk kelas, slogan kebersihan dan lingkungan, kegiatan ekstrakurikuler, dan program kegiatan PLH wajib setiap grade; mampu membantu kesadaran secara konsisten pada peserta didik dalam berinteraksi terhadap lingkungan hidupnya. Nilai-nilai transendental ekologi yang ditanamkan saat

Page 225: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

214

kegiatan berlangsung memberikan ruang atau kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, menghayati serta mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari terlebih dalam urusan terhadap lingkungan.

Hasil Penelitian tesis ini menemukan bahwa “semakin baik penghayatan spiritual ekologi peserta didik dalam penerapan di kehidupan sehari-hari khususnya terhadap lingkungan, maka akan semakin besar pula peluang kesadaran ekologis atau sikap pro-lingkungan hidup peserta didik yang terbangun”. Hal ini terbukti pada saat pelaksanaan berbagai kegiatan baik yang terencana di sekolah maupun tidak terencana yang melibatkan aspek spiritual dan ekologi. Motivasi anak-anak dalam menjaga dan memelihara lingkungan lebih didominasikan oleh rasa kepatuhan dan anjuran/perintah Tuhan untuk tidak melakukan tindakan-tindakan destruktif terhadap bumi bukan karena rasa takut kepada guru ataupun aturan disiplin lainnya. Justru dengan penguatan nilai-nilai pendidikan spiritual ekologi, anak-anak dibebaskan dalam berekplorasi dan perkembangan kepekaan terhadap lingkungan anak-anakpun akan muncul secara alami dari panggilan hati nuraninya, walaupun memang butuh proses yang berkala dalam menyadari sikap ekologis anak-anak.

B. SARAN Berdasarkan pemaparan penelitian pada bab-bab

sebelumnya yang telah penulis lakukan. Ada beberapa saran dan implikasi membangun dari penulis agar penelitian ini dapat lebih dikembangkan dan dapat menjadi masukan bagi otoritas lembaga pendidikan terkhusus pendidikan yang memiliki kebijakan berwawasan lingkungan hidup. Saran dan implikasinya ialah sebagai berikut: 1. Perlunya sinergisitas seluruh warga sekolah dalam

mengembangkan nilai-nilai pendidikan spiritual berwawasan ekologi di sekolah (guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan lainnya) agar terwujudnya

Page 226: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

215

visi dan misi sekolah yang diinginkan terangkum dalam sebuah motto “be moeslem, be creative, be green, and billinggual”.

2. Guru harus berusaha lebih mengupdate wawasan keilmuannya dalam proses belajar mengajar khususnya pada tatanan integrasi materi ajar dengan lingkungan hidup, guna membangun sisi spiritual-ekologi yang baik bagi peserta didik sehingga penghayatan dan pengamalan anak-anak terhadap kesadaran lingkungan pun tinggi.

3. Memberikan kesempatan waktu yang cukup kepada para guru dalam menjelaskan integrasi lingkungan dan materi ajar khususnya dalam proses belajar mengajar di kelas agar anak-anakpun lebih memahami pentingnya entitas dari spiritual dan ekologi dalam praktiknya di lapangan.

4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik waktu yang cukup dalam mengekplorasi dan mengaitkan materi ajar guna membangun pemahaman yang komprehensif kaitannya antara spiritual dan ekologi.

5. Pemerintah perlu menghadirkan Program Adiwiyata pada level Perguruan Tinggi agar Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang telah terbentuk sejak dini terus terpelihara hingga dewasa.

Selain itu, dengan penelitian ini semoga dapat memberi manfaat yakni memberikan kesadaran dan ecological insight kepada masyarakat bahwa lingkungan merupakan bagian dari makhluk Tuhan dan manifestasi Tuhan yang harusnya dijaga, dihargai, dan saling memberi manfaat satu sama lain. Lingkungan yang selama ini dipahami oleh masyarakat umum hanya sebagai pemenuhan kebutuhan manusia merupakan suatu pemahaman yang belum sempurna. Dengan menyempurnakan pemahaman tindakan manusia dan lingkungan dengan melibatkan aspek spiritual harapannya masyarakat juga menyadari dan merasa

Page 227: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

216

terawasi oleh Allah swt sehingga muncullah sikap konservasi terhadap lingkungan secara konsisten.

Dengan adanya penelitian ini dapat memberi kesempatan kepada para akademisi untuk mengkaji lebih mendalam tentang permasalahan yang berkenaan dengan lingkungan dan spiritual, karena mengingat masih banyaknya kekurangan yang dilakukan oleh penulis. Diharapkan dengan

Page 228: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

217

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku

Abdillah, Mujiyono. Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Quran, Jakarta: Paramadina, 2001.

‘Audah, Abdul Qodir. Al-Islam Baina Jahli Abna>ihi wa ‘Ajzi ‘Ulama’ihi. Al-Ittih}ad al-Islami al-‘Alami li al-

Munaz}omat al-T}olabiyah, 1985.

Adams, Kate Brendan, Hyde, and Richard Woolley, The Spiritual Dimension of Childhoood. London: Jessica

Kingsley Publishers, 2008.

Afriantoni. Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda: Percikan Pemikiran Ulama Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi, (Yogyakarta:

DEEPUBLISH, 2019.

Agustian, Ari Ginanjar. Kecerdasan Spiritual. Bandung: PT.

Mizan Pustaka, 2007.

Al-Qard{a>wi>, Yu>suf. Ri’a>yah al-Bi’ah fi Shari>’ah al-Isla>m. Kairo: Da>r al-Shuru>q, 2001.

Al-Sala>m,Sa>mih ‘Abdul. ‚’Ala>qoh al-Insa>n bi al-Bi>ah‛,

Maqo>lah Tsaqo>fah wa Ma’rifah, 2013.

Al-Zintani, Abd al-Hamid al-Shaid. Usus al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Sunnah al-Nabawiyah. Tunis: al-Dar

al-‘Arabiyah li al-Kitab, 1993.

Al-Ziyadi, Muhammad Fathullah, Al-bi’ah wa Al-Islam, Libya: Al-Daulah Al-Imarah Al-‘Arabiyah Al-

Muttahidah.

Amsyari, Fuad. Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981.

Anshari, Hafi. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional, 1983.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Aslan, Hidden Curriculum. Kebumen: CV. Pena Indis, 2019.

Page 229: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

218

Asmanto, Eko. Model Spiritualitas Lingkungan Menuju Pembangunan Berkelanjutan, Sidoarjo: Umsida, 2015.

at-Taubany, Trianto Ibnu Badar. Suseno, Hadi. Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah, Depok:

Kencana, 2017.

B. Slobodkin, Lawrence. A Citizen’s Guide to Ecology. New

Yok: Oxford University Press, 2003.

B., Handoyo. Model Sekolah Hijau Berbasis Sekolah Setempat Di Sekolah Dasar Sekitar Sungai Bango Sawojajar Malang, (Malang: Lemlit Universitas

Negeri Malang), 2002.

Bakar, Osman. Environmental Wisdom for Planet Earth The Islamic Heritage, Kuala Lumpur: Center for

Civilization Dialogue University of Malaya, 2007.

Barbour, G. Menemukan Tuhan, dalam Sains Kontemporer dan Agama, terj. Fransiskus Borgias M. Jakarta :

Mizan, 2005.

Belousa, Inga. International Handbook of the Religous, Moral, and Spiritual Dimensions in Education. Netherlands:

Springer, 2009.

Billy, Tambahani., John, Peter. Mengubah Sampah menjadi emas: Kiat-kiat yang mengubah seorang pemuluh sampah menjadi pengusaha beromzet miliaran. Bandung: Diakonia Internasional, 2015.

Blackburn, S. Being good: A Short Introduction to Ethics. Oxford: Oxford University Press, 2001.

Brogdan, CR. & Taylor, SJ. Introduction in Qualitative Research Methods. New York: John Wiley, 1993.

Bronfenbrenner, Urie. The Ecology Of Human Development: Experiments By Nature And Design. Harvard

university press: England, 1979.

Budihardjo, Eko. Kota dan Lingkungan: Pendekatan Baru Masyarakat Berwawasan Ekologi. Jakarta: Pustaka

LP3ES, 2015.

Page 230: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

219

Bungin, Burhan. Analisis Data Kualitatif; Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo, 2015.

C, Petter., Hill,et al., ‚Conceptualizing Religion and

Spirituality: Points of Commonality, Points of

Departura‛, Journal for The Theory of Social Behavior. United Kingdom: Wiley-Blackwell

Publishing Ltd, 2000.

Daradjat, Zakiah. dkk, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi

Aksara, 2014.

Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

2010.

Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.

Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Darmodiharjo, Darji. Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2004.

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta didik. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2010.

Doll, Ronald C. Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. New York: The Ronald Press, 2008.

Eugene, Roehlkepartain. ‚Spiritual Development in Chilhood

and Adolescence: Moving to The Scientific

Mainstream‛, dalam Eugence C. Roehlkepartain,

Peter L. Benson, Pamela Ebstyne King &

Linda M. Wagener, (Eds.), The handbook of Spiritual Development in Childhood and Adolescence. (London: Thousand Oaks, New Delhi: Sage

Publications, 2006.

Fandeli, Chafid. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Dalam Pembangunan Berbagai Sektor. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2018.

Garrdner, Howard. Frames Of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, New York: Basic Books, 1983.

Page 231: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

220

Gottlieb, Roger S. ‚This Sacred earth: Religion, Nature, Environment, (New York & London: Routledge

Taylor & Francis Group, 2006.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi

Offset, 2010.

Hammad, Ahmad Suhailah Zain al-‘Abidin. Mas’uliyah al-Usrah fi Tahsin al-Syabab min al-Irhab. Lajnah al-

‘Ilmiyah li al-Mu’tamar al-‘Alami ‘an Mauqif al-

Islam min al-Irhab, 2004M/1425H.

Handbook, Informational & Guide II for Support and

Implementation of Student Citizen Act of 2001,

Character and civic education.

Handoyo, B. Model Sekolah Hijau Berbasis Sekolah Setempat Di Sekolah Dasar Sekitar Sungai Bango Sawojajar Malang, (Malang: Lemlit Universitas Negeri

Malang), 2002.

Hanh,Thich Nhat. ‛ The Bells of Mindfulness‛, dalam

Spiritual Ecology The Cry Of The Earth. California:

The Golden Sufi Center, 2008.

Hasan, Ibrahim Muhammad. al-Bi’ah wa al-Talawwuth: Dirasah Tahliliyah li Anwa’ al-Bi’at wa Mazahir al-Talawwuth. Jami’ah al-Iskandariyah, 1995.

Hawwa, Sa’id Tarbiyatuna> al-ruhiyah. Kairo: Maktabah al-

Wahbah, 1992.

Hay, D., R. Ney, The Spirit of The Child. Jessica Kingsley

Publisers: London, 2006.

Hyde, Brendan. Childeran and Spirituality: Searching for meaning and Connectedness. London: Jessica

Kingsley Publishers, 2009.

Indi, Abdullah. Pengembangan kurikulum: Teori dan praktik.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007.

Iqbal, Muhammad. Perspektif al-Quran Tentang Perubahan Iklim, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2008.

Page 232: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

221

Jalil, Jasman. Pendidikan Karakter: Implementasi Oleh Guru, Kurikulum, Pemerintah Dan Sumber Daya Pendidikan. Sukabumi: CV. Jejak, 2018.

K, Syarifuddin. Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (PAI): Konsep Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Upaya Deradikalisasi Pelajar di Lingkungan Sekolah, 2018.

Kellert, Stephen R. and Rafham, Timothy J. The Good in Nature and Humanity: Connecting Science, Religion, and Spirituality with the Natural Word, Washington:

Island Press, 2002. Kemendikbud. Panduan Pembinaan Ekstrakurikuler Wajib

Kepramukaan di Sekolah Dasar. Jakarta: 2017.

Keraf, A. Sony. Etika Lingkungan. Jakarta: PT Kompas

Media Nusantara, 2006.

Khaerul Ummah, Siti Marwiyah, Alaudin, Muh. Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis Penerapan Kurikulum 2013. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018.

LaDuke, Winona. ‚In The Time of The Sacred Places‛,

Spiritual Ecology The Cry Of The Earth. California:

The Golden Sufi Center, 2008.

Lee, Liewellyn Vaughan. ‛ The call of The Earth‛, dalam

Spiritual Ecology The Cry Of The Earth. California:

The Golden Sufi Center, 2008.

M. Mangunjaya, Fachruddin. ‚Lingkungan Hidup dan

Konservasi Alam dalam perspektif Islam‛, dalam

Jurnal Islamia, Vol. III, No. 2, 2007.

M. Mangunjaya, Fachruddin. Konservasi Alam Dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Magetsari, Noerhadi. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam,

(Bandung: Nuansa Bandung, 2001.

Mahmud, Ali Abdul Halim. Pendidikan Ruhani. Jakarta:

Gema Insani Press, 2000.

McKibben, Bill. The End of Nature. New York: Random

House, 1989.

Page 233: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

222

Miel, Alice. Changing the Curriculum a Social Prosses. New

York: D. Appleton Century Company, 1946.

Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2000.

Motroff, Ian I., Elizabeth A. Denton, A Spiritual Audit Corporate America: A Hard Look at Spirituality, Religion, and Values in the Workplace. San

Francisco: Preiffer, 1999.

Mukaddar, Muhammad. Eko-Tarbiyah Aplikasi pendidikan Islam Berwawasan Ekologi di SMK Kehutanan Wali Songo Tuban. Sekolah PascaSarjana: 2013.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Mulyasa E., Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002.

Mustoip, Muhammad Japar, Zulela, Sofyan. Implementasi Pendidikan Karakter, Surabaya: Jakad Publishing,

2018.

Nasional, Kementreian Pendidikan, Ditjen Mandikdasmen

Direktorat Pembinaan SMP, Pendidikan Karakter di SMP, 2010.

Nasional, Tim Adiwiyata Tingkat. Panduan Adiwiyata Sekolah Perduli dan Berbudaya Lingkungan. Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dengan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011.

Nasr, Seyyed Hossein. ‚The Spiritual and Religious

Dimensions of The Environmental Crisis‛, dalam D.

Cadman dan J. Carey, A Sacred Trust, Ecology and Spiritual Vision. London: The Temenos Academy,

2002.

Nasr, Seyyed Hossein. Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man, London: Mandala Unwin Paperbacks.

1990.

Page 234: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

223

Nizar, Syamsul. Makalah yang tidak diterbitkan. PPs IAIN

Imam Bonjol Padang, 2013.

Nizar, Syamsul. Zainal Efendi Hasibuan, Pendidik Ideal: Bangunan Character Building. Depok: Prenadamedia

Group, 2018. O’Murchu, D,. Reclaiming Spirituality: A New Spiritual

Framework for Today’s Word. Dublin: Gateway,

1997. Palmer, J. & Neal, P. Joy A. Spirit of The Environment:

Religion, Value and Environmental Concern. London

& New York: Routledge.1998.

Palmer, J. & Neal, P. The Handbook of Environmental Education. London: Routledge, 1994.

Pedersen, Kusmita. ‚Environmental Ethics in Interreligious

Perspective Explorations‛, dalam Summer B. Twiss

and Bruce Grelle, (Eds), Global Ethics: Comparative Religious Ethics and Interreligious Dialogue. Boulder:

Westview, 1998.

Pembelajaran, TIM Pengembang MKDP Kurikulum dan

Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Tentang Tujuan

Pembentukan Negara Republik Indonesia.

Pendidikan, Komite Nasional. Permasalahan pendidikan serta rekomendasi untuk pemerintah baru. 2014.

Qa>sim, Muh}ammad Ja>bir. ‚al-Tarbiyah al-Bi’i>yah fi> al-Islam>‛,

Majallah Asuyut}i li al-Dira>sa>t al-Bi’i>yah, Ja>mi’ah al-

Ima>ra>t, 2007.

Qudus, Abdul. ‚Respon Tradisionalisme Islam terhadap Krisis

Lingkungan: Telaah atas Pemikiran Seyyed Hossein

Nasr‛. Diserasi: Sekolah Pascasarjana Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2010.

R. Brown, Lester.Vital Signs 1993: The Trends that are Sharing our Future, Terj. Yayasan Obor Indonesia.

Jakarta: Y.O.I, 1995.

Page 235: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

224

R. Kellert, Stephen. Values, Ethics, and Spiritual and Scientific Relations to Nature. Washington: Island

Press, 2002.

Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia,

2015.

Robinson, Edward. The Original Vision: a Study of The Religious Experience of Chilhood. London: The

Religious Experience Unit, 2006.

Romine St., Building the High School Curriculum. New York:

The Ronald Press Company, 1945.

Rosidatun, Model Implementasi Pendidikan Karakter, (Caramedia Communication: Gresik, 2018

Ruslan. Menyingkap Rahasia Spiritualitas Ibnu ‘Arabi. Makasar: Al-Zikra, 2008.

Sartain dalam Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2000.

Sarwono, Pengintegrasian Materi Pelestarian Lingkungan Hidup ke Dalam Bidang Studi Biologi, PPKN, Ekonomi dan Geografi di SMP Malang. Malang:Lemlit IKIP Malang, 1997.

Sayfullah, Zayd. Sekolah ramah hijau, (Bogor: Dompet

Dhuafa Makmal Pendidikan, 2013.

Schwencke, A. M. Globalized Eco-Islam: A Survey of Global Islamic Environmentalism, Leiden University: The

Netherlands,2016.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. I, Jakarta: Lentera hati,

2002.

Shobirin, Ma’as. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Yogakarta: CV. Budi Utama, 2016.

Siddik, Mohammad. Pengembangan Model Pembelajaran Menulis Deskripsi, ( Malang: Tunggal Mandiri

Publishing, 2018.

St, Romine. Building the High School Curriculum. New York:

The Ronald Press Company, 1945.

Page 236: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

225

Sudirman, Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Karya, 2014.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009.

Suhandini, Purwadi. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:

Bumi Aksara, 2003.

Suprayogo, Imam & Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2003.

Suryosubroto, B., Tata Laksana Kurikulum. Jakarta: Rineka

Cipta, 1990.

Tacey, David. The Spirituality Revolution:The Emergency of Contemporary Spirituality. Sidney: HarperCollins,

2003.

Taryati, Emiliana Sadilah, Ambar Adrianto, dan Sumarno,

Pemahaman Masyarakat Terhadap Daerah Rawan Ekologi di Kabupaten Sragen dan Kabubaten Bojonegoro. Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah,

2012.

Taylor, Sarah McFarland. ‚Reinhabiting Religion: Green

Sisters, Ecological Renewal, and The Biogreography

of Religious Landscape‛, dalam Roger S. Gottlieb,

The Sacred Earth: Religion, Nature, Environment. (New York and London: Routledge, 2004.

Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 Pasal 3 Tahun 2003.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19.

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Watling, Tony. Ecological Imagimatious In The World Religious: An Ethnographic Analysis. New York-

London: Continuum International Publishing Group,

2009.

Yuniarto, Bambang. Membangun Kesadaran Warga Negara Dalam Pelestarian Lingkungan. Yogyakarta:

Deepublish, 2013.

Page 237: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

226

Zaimeche, Salah. Education in Islam: The Role of The Mosque. Manchester: Foundantion for Science

Technology and Civilization, 2002.

Zainuddin, Halid Hanafi, La Adu. Ilmu Pendidikan Islam, .Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2018.

Zuhri, Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren (Konsepsi Dan Aplikasinya). Yogyakarta:

CV Budi Utama, 2016.

Referensi Jurnal International dan Nasional

Adisendjaja, Yusuf Hilmi ‚Penerapan Pendidikan Lingkungan

Di Sekolah‛, Jurnal BIO-UPI Jurusan Pendidikan Biologi-Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,

21 Mei 2007.

Adshead, David. ‚Facilitating Spiritual Development in the

Context of Cultural Diversity‛, Education, Culture and Values, Vol. 5. 2000.

Ahmad, Azman. ‚Islamic Attitudes Towards Environmental

Problems and Practices a Case Study of the Muslim

Community in Brunei Darussalam, Global Religion, Culture, and Ecology, Volume. 16 Issue 3.

Al-Khudi, Muhamamd Ahmad. ‚Al-Qiyamu al-Bi’iyah min

Manzhuri Islami‛, Majallatu al-Zarqo li al-Buhuth wa al-Dirasat al-Insaniyah, Vol. 9. No. 2. 2009.

Beesley, Michael. ‚ Spiritual Education in Schools‛, An International Journal of Personal, Social, and Emotional Development, Volume 11, 2009.

Began, A. Ajumunisha Ali. A. Tholappan, ‛ Psychomotor

Domain of Bloom’s Taxonomy in Teacher

Education‛, SHANLAX International Journal of Education. Volume 6, 2018. 11-14.

Page 238: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

227

Berryman, J.‛Children’s Spirituality and Religious

Languange‛, British Journal of Religious Education 7,

3, 1985.

Bigger, Stephen. ‚Religious Education, Spirituality, and Anti

Racism‛, Spiritual and Religious Education, Volume.

5.

Curtis, Winterton C. ‚Spiritual Values‛, Science, New Series,

American Association for the Advancement of Science, Vol. 47, No.1224. Jun. 14, 1918.

Cutter, Amy- Mackenzie & Susan Edwrds, ‚Toward A Model

For Early Childhood Environmental Education:

Foregrounding, Developing And Connecting

Knowledge Through Play-Based Learning‛, The Journal Environmental Education, Volume 44, edisi 3,

8 Mei 2013. 195-213.

Febriani, Nur Arfiyah. ‚Bisnis dan Etika Ekologi Berbasis

Kitab Suci‛, Nurani, Vol, No. 2, Desember 2010,

Jurnal Fakultas Syari’ah IAIN Raden Fatah Palembang.

Gade, Anna Mgade. ‚ Tradition and Sentiment In Indonesian

Environmental Islam, Global Religion, Culture, and

Ecology, Volume. 16 Issue 3, 2012.

Goohart, S. Philip. ‚The Influence of Education and

Environment Upon The Early Development of The

atypical or Nervous Child, Beginning with The

Kindergarten Years‛, The Journal of Education, vol.

72, No. 2 (1788), (July 14, 1910.

Hadziq, Abdulloh. ‚Pembelajaran Agama dan Lingkungan Dalam Kultur Sekolah Alam (Membumikan Kesadaran Lingkungan sejak Dini),‛ Tadris. Vol. 11.

No. 1 .2016.

Harahap, Rabiah. ‚Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan

Hidup‛, Jurnal EduTech, Vol. 1 No. 1 Maret 2015.

Page 239: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

228

Henry, B. Charles, ‚The Philoshopy of Meaning and Value‛,

ARPN Journal of Science and Technology, Vol 3. No.

6 June 2013. 593-597.

Hoque, Enamul. ‚Three domains of Learning: cognitive,

Affective, and Psychomotor‛, The Journal of EFL Education and Research (JEFLER), Volume 2

Number 2 September 2016. 45-52.

Hungerford, J. M. & Volk, T. L. ‚Changing Learner Behavior

Through Environmental Educatio‛. The Journal of Environmental Education, 1990.

Jeronen, Eila., dkk, ‚Environmenal education in Finland: A

Case Study of Environmental Education in nature

Schools‛, International Journal Of Environmental & Sciences Education, Vol. 4. No. 1, 2009.

Jones, Laura. ‚What Does Spirituality in Education Mean?‛,

Journal of College and Character, Volume 6. Issue 7,

2006.

Kairavouri, Seija. Heikki Kynaslahti, ‚Posters as a means of

learning and communication in internship period‛,

Journal of Art & Humanities. Vol.3 No. 10 (2014)

Mangunjaya, Fachruddin Majeri and Jeanne ‚Reviving An

Islamic Approach For Environment Conservation In

Indonesia, The Journal of Global Religion, Culture, And Ecology, Volume. 16 Issue 3, 2012.

Maunah, Binti. Metode Penyusunan Desain Pembelajaran Aqidah Akhlak, Yogyakarta: Kalimedia, 2017.

Mukaryanti ‚Keterkaitan Pendidikan Lingkungan dan

Penyediaan Teknologi Lingkungan Dalam

Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan‛,

Jurnal Tek. Ling. P3TL-BPPT. 4 (2), Jakarta, 2003.

Puspitawati, Yuni. Rahdriawan, Mardwi. ‚Kajian Pengelolaan

Sampah Berbasis Masyarakat dengan Konsep 3R

(Reduce, Reuse, Recycle) di Kelurahan Larangan Kota

Cirebon. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. Volume 8 (4), Desember 2012. 349-359.

Page 240: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

229

Rodger, Alex. ‚Moral, spiritual, Religious-Are they

Synonymous?‛, Spiritual and Religious Education,

Volume. 5.

Rossitter, Graham. ‚An Evaluative Perspective on Spirituality

for School Education‛, International Journal of Children’s Spirituality .

Saputra, Meidi. ‚Pembinaan Kesadaran Lingkungan Melalui

Habituasi Berbasis Media Sosial Guna Menumbuhkan

Kebajikan Moral Terhadap Pelestarian Lingkungan‛,

Jurnal Kemasyarakatan, Vol. 2, No. 1, 2017.

Schein, Deborah. ‚Nature’s Role in Children’s Spiritual

Developmen,‛ Children, Youth and Environments,

Vol. 24, No. 2, Greening Early Chilhood Education,

2014.

Sheikh, M. Kashif. ‚Involving Religious Leaders in

Conservation Education in The Western Karakorum,

Pakistan‛, Mountain Research and Development, Vol.

26, No. 4, Religion and Sacredness in Mountains: A Historical Perspective Nov., 2006.

Shinta, A. Widiantoro, dan Yudhawati,‛ Growing Chindren’s

Water Conservation Awareness Through Writing and

Drawing Method. Call For Papers on The 8th

International Graduate Students and Scholars’ Conference in Indonesia (IGSSCI). Yogyakarta:

Sekolah Pascasarjana UGM.

Siddiq, Muhammad Yusuf. ‚An Ecological Journey in Muslim

Bengal‛, dalam Richard. C. Foltz, F. M. Denny & A.

Baharuddin (Eds.), Islam and Ecology: A Bestowd Trust (pp. 451-462). Cambridge: Harvard University

Press. 2003.

Sonmez, Veysel. ‛ Assosiation of Cognitive, Affective,

Psychomotor and Intuitive Domains in Educations,

Sonmez Model‛, Universal Journal of Education Research 5(3): 347-356, 2017.

Page 241: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

230

Sugandi, Dede. ‚Environmental Education and Community

Participation: The Importance of Conservation Lesson

in Teaching and Learning for Environmental

Conservation Efforts in The Region of Sagara

Anakan‛, Jurnal Pendidikan Sains dan Kemanusiaan,

2013.

Uusitalo, L. Are Environment Attitude and Behavior Inconsistent? Finding From a Finnish Study, Scandinavian Political Studies, Vol. 13-No. 2. 1990.

White, Jr., Lynn. ‚The Historical Roots of Our Ecological

Crisis‛, Journal Sciences, 155, 1967.

Zinnbauer, Brian J., Kenneth I. Pargament, Brenda Cole,

Mark S. Rye, Eric M. Butter, Timothy G. Belavich,

‚Religion and Spirituality: Unfuzzing the Fuzzy‛,

Journal for the scientific study of religion, 36. USA:

Wiley-Blacwell, 1997.

Zinnbauer, Brian., J. Kenneth I. Pargament, Brenda Cole,

Mark S. Rye, Eric M. Butter, Timothy G. Belavic,

‚Religion and Spirituality‛, International Journal for Psychology of Religion. Dako: University of North

Dakota, 1999.

Referensi Internet

Arif, Saiful. ‚Ekologi Manusia dan Kesadaran Individu Dalam Pengelolaan Lingkungan‛, diakses dari:

http://www.averroes.or.id/research/ekologi. tanggal

30-20-2010.

Direktorat Pendidikan Tinggi, http://www.inherent-

dikti.net/files/sisdiknas,pdf, Akses6/23/2011 2:52:07

PM

Rohman, Syaiful ‚Membangun Sekolah Hijau (Green

School)‛,Gurusiana, diakses dari

http://syaifulrohman.gurusiana.id/article/membangun-

Page 242: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

231

sekolah-hijau-green-school. pada tanggal 11

November 2017.

Suseno, http://metro.tempo.co/read/1110622/kali-item-bau-

busuk-ini-analisa-dinas-lingkungan-hidup-dki/ 26 juli

2018, 08:07 WIB.

Referensi Wawancara

Anisa. Hasil wawancara dengan peserta didik dan guru PAI

pada tanggal 29 Maret 2019 di Mushalla SD Ar-Ridha

Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Aditia, Puspita. Hasil wawancara selaku guru kelas VI, 29

Maret 2019 di kantor guru SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School. Dermawan, Rifan. Hasil wawancara guru kelas V pada tanggal

29 Maret 2019 di Mushalla SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere.

Kegiatan, Program. Hasil Analisis Data dari Sekolah Dasar

Ar-Ridha Al-Salaam Islamic Green School Cinere

Tahun Ajaran 2018/2019.

Kurikulum, dan silabus. Hasil analisis data dokumentasi 29

Maret 2019 di ruang kepala sekolah SD Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere.

Melany. Hasil Wawancara dengan Ketua Yayasan Al-Ridha

Al-Salaam IGS Cinere di ruang guru.

Nana. Hasil wawancara dengan siswi kelas V pada tanggal 29

Maret 2019 di Musholla SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere.

Rahmaniah, Rifa. Hasil wawancara dengan kepala sekolah, di

kantor kepala sekolah SD Ar-Ridha Al-Salaam

Islamic Green School Cinere.

Ryanti , Intan. Hasil wawancara dengan wakasek kurikulum I

29 Maret 2019 di ruang kepala sekolah SD Ar-Ridha

Al-Salaam Islamic Green School Cinere.

Page 243: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

232

Sugiono, Yon Hasil wawancara dengan Ketua Pusat

Pengembangan Penelitian di Kantor P3JM MIP UIN

Jakarta pukul 15.30 WIB.

Uci,. Hasil Wawancara dengan siswi kelas V, tanggal 29

Maret 2019 di Masjid SD AR-Ridha Al-Salaam

Islamic Green school. Wali Murid. Hasil wawancara kelas VI SD Ar-Ridha Al-

Salaam Islamic Green School Cinere di Musholla

ARAS.

Referensi Al-Quran

Q.S. Al-Baqarah [2]: 205

Q.S Al-Maidah [5]: 13

Q.S Al-Maidah [5]: 33

Q.S Ar-Rahman [55]: 2-7

Q.S. Al-An’am [6]: 165

Q.S. Al-Baqarah [2]: 220

Q.S. Al-Maidah [5]: 32

Page 244: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

233

GLOSARIUM

Adiwiyata Program dalam rangka

mewujudkan sekolah yang peduli

dan berbudaya pada lingkungan

(Peraturan Menteri LH RI No.

05/2013).

Assembly Acara pentas seni wajib yang

ditampilkan dari setiap kelas tiap

semesternya yang pengunaan

kostumnya memanfaatkan barang-

barang yang dapat didaur ulang.

Bank sampah Wadah pemilahan dan

pengumpulan sampah yang dapat

didaur ulang dan atau diguna ulang

yang memiliki nilai ekonomi

(Peraturan Menteri Negara LH RI

No.13/ 2013)

Daur ulang sampah Usaha mengubah sampah menjadi

sesuatu barang yang berguna

setelah melalui proses pengolahan

(Peraturan Pemerintahan RI No.

81/2012 tentang pengelolaan

sampah rumah tangga dan sampah

sejenis sampah rumah tangga).

Ekstrakurikuler Kegiatan non-pelajaran formal

yang dilakukan peserta didik di

sekolah atau di Universitas,

umumnya di luar jam belajar

kurikulum standar.

Earth Day Hari bumi yakni hari pengamatan

tentang bumi yang dicanangkan

setiap tahun pada tanggal 22

Page 245: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

234

April dan diperingati secara

internasional dengan tujuan untuk

meningkatkan kesadaran dan

keperdulian manusia serta

memberi apresiasi terhadap planet

bumi (planet hijau) yang

merupakan tempat tinggal umat

manusia.

Ecoshop kegiatan menjual hasil dari

tanaman-tanaman yang sudah

dirawat dan dipelihara oleh anak-

anak serta kerajinan-kerajinan

yang diperoleh dari recycle paper. Field trip Acara kunjungan pembelajaran

siswa-siswi ke luar kelas/sekolah

yang berwawasan lingkungan

atau pro-lingkungan hidup. Karakter ekologis Sikap atau tabiat yang berkaitan

dengan kesadaran keprdulian

lingkungan, seperti membuang

sampah pada tempatnya, merawat

tanaman dan hewan dan lain

sebgaainya.

Kurikulum lingkungan

hidup Kurikulum yang isi materi

pembelajarannya bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap

dan kecakapan serta kesadaran

warga sekolah akan pentingnya

melestraikan lingkungan sekitar.

Pendidikan lingkunga

hidup Proses pengubahan sikap sikap

dan perilaku dalam usaha

mendewasakan manusia dalam

Page 246: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

235

bidang lingkungan hidup. Proses

ini dilakukan melalui pengajaran

dan pelatihan serta membutuhkan

suri tauladan dari guru/pendidik.

Hasil dari proses pendidikan

adalah perilaku pro-lingkungan

hidup atau perilaku yang sadar

dilakukan seseorang untuk

meminimalkan dampak negatif

ata lingkungan alami dan binaan.

Pendekatan ekologi suatu perspektif mengenai

metodologi dalam mempelajari

perkembangan kepribadian yang

mempertimbangkan aspek-aspek

di luar individu, yaitu dari sisi

lingkungan di mana individu

berada serta melihat manusia

sebagai bagian suatu sistem.

Pendidikan spiritual Merupakan upaya internalisasi

rasa ketaatan atau kecintaan

terhadap Allah swt yang muncul

dalam hati peserta didik.

Pendekatan integratif Pendekatan yang memadukan

beberapa aspek dalam satu

proses (input). Pendekatan ini

dapat berupa inter bidang studi

dan antar bidang studi

Pendekatan monolik Pendekatan yang berpandangan

bahwa materi yang diajarkan

merupakan suatu bidang studi

tersendiri tanpa mengaitkan

dengan materi ajar lainnya.

Perilaku Pro-lingkunga

hidup sama halnya dengan perilaku

ekologi yakni suatu tindakan

Page 247: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

236

yang memberikan kontribusi

terhadap kelestarian lingkungan

dan atau konservasi. Perilaku

pro-lingkungan hidup bertujuan

untuk mengurangi atau

memberikan solve terhadap atau

terkait permasalahan lingkungan

hidup. Perilaku pro-lingkungan

hidup meliputi berbagai bentuk

untuk meminimalkan dampak

negatif pada lingkungan. Aspek-

aspeknya meliputi koservasi

energi, mobilitas dan

transportasi, menghindari

limbha, daur ulang, konsumerisme,

dan konservasi.

Reuse Menggunakan kemballi barang-

barang

Reduce Mengurangi konsumtif pada

barang-barang

Recycle Mendaur ulang barang-barang

yang sudah tidak terpakai lagi

Sampah Material sisa yang sudah tidak

digunakan kembali, sehingga

harus dimusnahkan. Sampah

berasal dari kegiatan yang

dilakukan manusia namun bukan

kegiatan biologis. Jenis sampah

ada organik (sampah basah) dan

anorganik (sampah kering).

Sekolah Hijau Sekolah yang warganya

memiliki kesadaran lingkungan

dan terwujud melalui kesadaran

yang ramah lingkungan untuk

meningkatkan kualitas hidup.

Page 248: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

237

Slogan kebersihan Kalimat singkat yang berupa

ajakan, himbawan, dan peringatan

untuk menjaga kebersihan baik

kebersihan badan, pakaian,

tempat tinggal dan lingkungan

hidup.

Slogan lingkungan Kalimat singkat yang berupa

ajakan, himbawan, dan peringatan

dalam menjaga lingkungan.

Page 249: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

238

Page 250: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

239

DAFTAR INDEKS

A

Abdul Qudus ................................ 4, 5

Adisenjaya ...................................... 45

Adiwiyata ....................................... 55

Afektif ..... 5, 25, 73, 74, 92, 100, 101,

104, 109, 110, 113, 116

Agama . 2, 4, 5, 15, 16, 26, 30, 31, 37,

38, 39, 41, 42, 43, 48, 49, 51, 52,

63, 69, 75, 76, 78, 79, 80, 81, 90,

106, 117

Akhlak ... 6, 14, 15, 32, 33, 34, 35, 36,

50, 51, 78, 79, 81, 103, 110, 117

Alam .. 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

14, 16, 17, 23, 24, 25, 27, 36, 37,

39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48,

49, 50, 51, 52, 53, 54, 57, 58, 60,

66, 67, 73, 75, 76, 79, 80, 81, 82,

85, 87, 93, 101, 102, 104, 113, 115,

116, 117

Alice Miel ................................. 72, 76

Al-Qura>n 8, 34, 48, 50, 51, 80, 81, 88,

93, 105, 115, 116

Anorganik ............. 83, 85, 98, 99, 108

Anwari ............................................ 46

Aplikasi ........ 12, 13, 22, 96, 116, 118

Apotik ............................................ 99

Aquaponic ...................................... 95

Arne Naess ....................................... 6

B

Baiquni ........................................... 26

C

Calvin B. De Witt ............................ 4

Charles ............................................ 24

Constantin Regamey ........................ 8

D

Daun .............................. 82, 93, 94, 99

Dede Sugandi .................................... 3

Degradasi ............................ 21, 45, 51

Degradasi .................................. 24, 47

Destruktif ............ 25, 38, 48, 109, 116

Dikotomi ........................... 26, 30, 113

Disiplin ............................................ 87

E

Eco-Islamic Scientist ...................... 42

Ecological ............... 32, 37, 38, 39, 47

Ecological Renewal ........................ 32

Ecoshop ......................................... 109

Eco-Spiritual ........... 96, 104, 112, 118

Ekologi ... 1, 15, 24, 36, 42, 43, 45, 46,

59, 70, 79, 89, 100, 103, 109, 110

Eksploitasi ................................ 36, 91

Ekstrakurikuler 12, 22, 57, 63, 64, 70,

71, 86, 87, 88, 89, 119

Ekstrakurikuler ............. 63, 86, 87, 88

Environment ..................... 7, 9, 16, 32

Etalase ........................................... 107

Etika .................................... 43, 49, 50

Evolution......................................... 85

F

Fauna ............................................... 87

Flora ................................................ 87

G

Globalisasi ................................ 74, 85

Go Green ......................... 85, 116, 118

Green School .... 10, 12, 13, 18, 19, 22,

54, 56, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,

Page 251: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

240

65, 68, 69, 70, 73, 74, 75, 76, 77,

79, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 89, 92,

95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 103,

104, 105, 107, 108, 109, 110, 112,

114, 118, 119

H

Hafi Anshari ................................. 113

Hari Bumi ....................................... 90

Hereditas ........................................ 81

Hidroponik ............................... 93, 94

Hukuman .......................... 50, 91, 107

Hungerford ....................................... 4

I

Imperatif ................................... 39, 84

Indikator ... 22, 75, 76, 77, 79, 99, 100

Inovatif ............. 16, 58, 61, 62, 74, 84

Integrasi . 3, 15, 22, 25, 27, 38, 69, 70,

71, 72, 74, 76, 77, 78, 79, 80, 81,

117, 119, 120

Intelektual 26, 58, 61, 73, 74, 78, 103

Intrakurikuler ........................... 57, 63

K

Karakter 10, 15, 16, 21, 22, 47, 66, 68,

70, 71, 76, 81, 82, 83, 86, 88, 89,

104, 106, 111, 116, 119

Karakter Ekologis .................... 81, 96

Kashif M. Sheikh ......................... 2, 3

Kebijakan .... 5, 16, 26, 47, 52, 54, 55,

56, 68, 116, 117

Kebun Jagung ................................. 94

Kecerdasan 6, 28, 38, 41, 74, 78, 104,

109, 110, 115

Khalifah ...... 10, 17, 48, 50, 54, 80, 81

Khiwar .......................................... 105

Kisah ............................................ 105

Kognitif . 5, 11, 12, 25, 30, 34, 61, 68,

73, 100, 101, 103, 104, 109, 113,

116

Komunitas ........... 3, 49, 54, 57, 78, 91

Konservasi 2, 3, 15, 16, 22, 46, 52, 71,

85, 99, 103, 119, 120

Kreatif .. 31, 58, 60, 61, 63, 73, 74, 84,

104, 110

Krisis .. 2, 4, 10, 11, 13, 15, 24, 25, 26,

27, 33, 35, 36, 38, 45, 46, 58, 59,

61, 69, 70, 74, 82, 101, 112

Kritis ................... 5, 31, 42, 58, 60, 63

Kurikulum .... 9, 11, 16, 18, 19, 20, 22,

26, 27, 54, 56, 59, 60, 61, 64, 68,

70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 81,

86, 102, 114, 116, 117, 119

L

Leopold ........................................... 49

Liewellyn Vaughan-Lee .................. 37

Lingkungan .. 1, 2, 3, 5, 27, 39, 43, 45,

49, 50, 52, 53, 54, 55, 69, 71, 77,

83, 86, 88, 90, 96, 97, 111, 112,

113, 114, 115, 120

Lingkungan Hidup ... 1, 49, 52, 53, 54,

55, 69, 71, 77, 83, 114

Little Farm ...................................... 93

Lynn White ................................. 4, 47

M

Malik Fajar ...................................... 26

Manusia .... 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,

12, 13, 14, 15, 16, 17, 21, 22, 23,

24, 25, 26, 28, 29, 31, 32, 33, 34,

35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43,

44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,

53, 54, 57, 58, 64, 70, 74, 78, 80,

81, 82, 87, 88, 89, 90, 93, 95, 97,

98, 100, 101, 102, 105, 108, 110,

113, 114, 115, 116, 120

Maslow ............................................ 25

Media .... 3, 23, 57, 65, 77, 93, 94, 113

Meidi Saputra ................................... 3

Metode . 10, 16, 18, 22, 27, 30, 42, 61,

104, 105, 106, 107

Page 252: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

241

Misi 58, 59, 73, 77, 82, 104, 109, 111,

114, 115, 120

Modernisasi .............................. 74, 85

Motivasi ................... 39, 45, 103, 112

Motto ... 58, 59, 73, 77, 104, 109, 114,

120

Mujiyono .......................................... 5

Mukaryanti ....................................... 2

N

Nasehat ............. 30, 83, 106, 107, 109

Neal .............................................. 3, 4

Nilai-Nilai .... 2, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12,

13, 15, 17, 18, 21, 22, 27, 28, 32,

34, 35, 37, 38, 40, 46, 54, 56, 63,

68, 70, 73, 75, 78, 80, 88, 89, 96,

102, 106, 107, 118, 119

O

Orangtua ...... 22, 28, 47, 87, 103, 106,

110, 111

Organik ......................... 83, 85, 98, 99

Orientasi .... 6, 10, 16, 22, 25, 55, 100,

102

Osman Bakar ............................ 43, 44

Output .................... 5, 12, 23, 24, 103

P

Palmer........................... 3, 4, 9, 30, 31

Pembangunan Berkelanjutan... 2, 4, 5,

57, 83

Pembiasaan 3, 22, 70, 71, 82, 99, 105,

119

Pendekatan .. 5, 16, 21, 27, 30, 42, 60,

69, 112

Pendidikan . 2, 3, 6, 12, 24, 25, 26, 27,

30, 32, 34, 35, 39, 40, 45, 46, 47,

53, 55, 57, 63, 64, 65, 68, 69, 71,

72, 78, 81, 86, 88, 89, 100, 103,

105, 106, 109, 110, 112, 113

Pendidikan Spiritual Ekologi ... 69, 71

Persemaian .................. 93, 94, 95, 116

Personality ................ 73, 81, 102, 103

Polusi........................... 15, 32, 85, 115

Potensi 5, 6, 15, 25, 41, 43, 48, 50, 58,

61, 62, 63, 74, 78, 86, 88, 100, 110,

114

Pramuka .............................. 86, 87, 89

Prasarana ..... 22, 60, 63, 64, 65, 76, 77

Produktif ................... 5, 10, 60, 61, 74

Program 12, 13, 14, 18, 20, 22, 27, 54,

55, 56, 61, 63, 64, 65, 66, 70, 72,

76, 80, 85, 86, 88, 89, 92, 93, 95,

96, 97, 101, 111, 117, 118, 119

Program Hijau ................................. 54

Pro-Lingkungan Hidup ....... 42, 47, 97

Psikomotorik ...... 73, 74, 92, 100, 101,

109, 110, 113

Q

Quraisy Shihab .................... 50, 51, 52

R

Rasulullah ................................. 35, 90

Recycle ................................ 59, 90, 95

Recycle Paper ...................... 93, 94, 96

Reduce ............................................. 59

Refleksi ................... 22, 31, 38, 39, 69

Religious ... 3, 8, 9, 31, 32, 37, 38, 41,

42

Religius ... 2, 4, 7, 8, 10, 28, 38, 39, 41

Reuse ............................................... 59

S

Sampah ... 1, 23, 25, 48, 51, 57, 67, 79,

83, 84, 85, 86, 91, 94, 97, 98, 99,

106, 107, 108, 109, 110, 112, 116

Saran ....................................... 22, 119

Sekolah Hijau ... 22, 55, 56, 57, 58, 59,

66, 76, 77, 93, 97, 106, 107, 111,

114

Page 253: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

242

Seyyed Hossein Nasr ... 2, 5, 7, 37, 43,

44

Sir Alister Hardy .............................. 8

Slogan ..................... 83, 84, 85, 86, 96

Sosial . 1, 3, 4, 5, 7, 24, 25, 26, 31, 33,

34, 35, 38, 39, 43, 45, 46, 52, 54,

58, 61, 66, 68, 72, 74, 77, 82, 83,

88, 90, 92, 100, 101, 104, 109, 113,

116

Spiritual 2, 7, 8, 9, 14, 28, 29, 30, 32,

33, 34, 35, 36, 37, 40, 44, 49, 89,

100, 103, 109, 110

Survive ................................... 69, 104

Syamsul Nizar .............................. 100

T

Tabiat ..................................... 86, 110

Tauladan . 32, 34, 46, 47, 90, 105, 111

V

Vertical Garden ............................... 95

Visi ....... 37, 40, 58, 59, 69, 73, 77, 82,

104, 109, 111, 112, 114, 115, 120

Volk ................................................... 4

W

Wawasan .... 10, 53, 55, 56, 57, 70, 77,

79, 80, 87, 102, 103, 105, 111, 112,

120

Winterton C. Curtis .................... 9, 28

Y

Yusuf Al-Qardawi ........................... 44

Z

Zakiah Daradjat ...... 8, 34, 72, 78, 104

Page 254: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual

BIODATA PENULIS

Nama lengkap Nila Siska Sari, lahir di

Bangka (Penyampak) 27 November 1990,

merupakan anak ke lima dari enam

bersaudara pasangan Habsah Binti Jalaluddin

dan alm. Umar Bin Sami’un. Riwayat jenjang

pendidikan yang telah ditempuh. Sekolah

Dasar Negeri 213 Toboali Bangka Selatan

tahun 2006 sd tahun 2012; Menyelesaikan

studi di Madrasah Tsanawiyah Pondok

Pesantren Al-Islam Kemuja Bangka Barat tahun 2013 sd tahun

2016; Menyelesaikan studi di Madrasah ‘Aliyah Pondok Modern

Darussalam Gontor Putri 1 Mantingan Ngawi tahun 2016 sd

tahun 2010. Menempuh Sarjana Strata Satu Pendidikan Agama

Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2011 sd tahun 2015. Menempuh Magister Strata dua pada

program Pengkajian Islam di Sekolah Pascasarjana Universitas

Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta konsentrasi

Pendidikan Agama Islam Tahun 2016-2020.

Organisasi selama mahasiswi: HMI (Himpunan Mahasiswa

Islam) UIN Jakarta, BEM Devisi Kemahasiswaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, PAMALAYU BABEL (Persatuan

Mahasiswa Melayau Bangka Belitung) Ketua Devisi keagamaan

cabang Ciputat, LTTQ (Lembaga Tahsin Dan Tahfiz Al-Quran)

masjid Fathullah Ciputat, Pengurus LTTQ bagian Tilawah,

LEMKA (lembaga kaligrafi al-Quran) UIN Jakarta.

Pengalaman kerja pernah menjadi guru di Pondok Pesantren Ar-

Rahmah Curup Air Meles Atas, Curup, Bengkulu tahun 2010-

2011 dan guru di Sekolah Menengah Pertama Islam Ruhama

Ciputat tahun 2014-2015.

Saran dan masukan konstruktif via email:

[email protected]

Whatsapp: 0857-1824-6013

Page 255: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual
Page 256: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual
Page 257: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51294/1/Nila Siska... · 2) Guru 188 3) Orangtua 189 F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual