99

No 3 Tahun 1958 Tentang Penempatan Tenaga Kerja Asingjdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/uu1958_03.pdfIndonesia bagi warga Indonesia, ... masing-masing dalam waktu dan menurut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: No 3 Tahun 1958 Tentang Penempatan Tenaga Kerja Asingjdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/uu1958_03.pdfIndonesia bagi warga Indonesia, ... masing-masing dalam waktu dan menurut

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1958 Tentang

PENEMPATAN TENAGA KERJA ASING (Lembaran Negara No. 8 Tahun 1958)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa untuk menjamin bagian yang layak dari kesempatan kerja di Indonesia bagi warga Indonesia, perlu diadakan peraturan untuk mengawasi pemakaian tenaga bangsa asing di Indonesia;

Mengingat : Pasal-pasal 28 ayat 1 dan 89 Undang-Undang Dasar Sementara Republik

Indonesia ; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;

M E M U T U S K A N : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan : a. orang asing, ialah tiap orang bukan warga negara Republik Indonesia : b. pekerjaan, ialah :

a) setiap pekerjaan yang dilakukan di bawah perintah orang lain dengan menerima upah atau tidak;

b) pekerjaan ialah :

1. setiap pekerjaan yang dilakukan di bawah perintah orang lain dengan menerima upah atau tidak; setiap pekerjaan yang dijalankan atas dasar borongan dalam suatu perusahaan, baik oleh orang yang menjalankan pekerjaan itu sendiri maupun oleh orang yang membantu orang yang menjalankan pekerjaan itu; a. majikan, ialah setiap orang atau badan hukum, yang mempekerjakan orang lain, atau

jika majikan berkedudukan di luar Indonesia wakilnya yang sah atau yang menurut kenyataan bertindak sebagai wakilnya.

b. Menteri, ialah Menteri Perburuhan.

Pasal 2

1. Majikan dilarang mempekerjakan orang asing tanpa izin dari Menteri 2. Menteri dapat menunjuk pejabat yang bertindak atas nama Menteri 3. Bila pada waktu Undang-Undang ini mulai berlaku, majikan mempekerjakan orang

(orang) asing, mengenai orang (orang) asing ini majikan yang bersangkutan dianggap telah memperoleh izin selama waktu enam bulan.

4. Dalam hal termaksud pada ayat 3 majikan yang bersangkutan berkewajiban memberi laporan tentang orang-orang asing yang dipekerjakannya serta pekerjaan mereka masing-masing dalam waktu dan menurut contoh yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 3

1. Dalam mengambil keputusan untuk memberi izin atau tidak, Menteri atau pejabat

tersebut pada pasal 2 ayat (2) berhak minta bantuan dari kalangan buruh dan majikan atau orang-orang yang dipandangnya perlu.

Page 2: No 3 Tahun 1958 Tentang Penempatan Tenaga Kerja Asingjdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/uu1958_03.pdfIndonesia bagi warga Indonesia, ... masing-masing dalam waktu dan menurut

2. Izin diberikan dengan memperhatikan keadaan dan perkembangan pasar kerja serta aspirasi nasional untuk menduduki tempat-tempat yang penting dalam segala lapangan masyarakat yang disesuaikan dengan rencana pendidikan kejuruan dan rencana pembangunan yang konkrit.

3. Izin tersebut berlaku untuk waktu yang ditentukan dalam izin itu, waktu mana tiap-tiap kali dapat diperpanjang.

4. Izin tersebut dapat diberikan untuk satu atau beberapa orang yang akan menjalankan pekerjaan-pekerjaan atau untuk jabatan-jabatan tertentu.

5. Dalam izin itu dapat ditetapkan syarat-syarat tertentu. 6. Izin dapat dicabut kembali sewaktu-waktu, bilamana majikan melanggar syarat-syarat

yang ditetapkan.

Pasal 4

1. Terhadap penolakan permintaan izin atau permintaan untuk memperpanjang waktu berlakunya izin oleh pejabat pada pasal 2, dalam waktu 60 hari terhitung mulai tanggal surat penolakan, dapat diajukan keberatan dengan surat kepada Menteri.

2. Surat keberatan itu harus memuat alasan-alasan mengapa penolakan, dianggap tidak

betul dan disertai turunan surat keputusan penolakan.

Pasal 5

1. Sebelum mengambil keputusan, Menteri terlebih dahulu minta pertimbangan dari suatu dewan yang dibentuk untuk keperluan itu.

2. Dengan yang dimaksud pada ayat (1) bersifat interdepartemental dan terdiri dari

wakil-wakil Kementerian Perburuhan, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertanian, Kementerian Pelayaran, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Dalam Negeri.

3. Menteri dan Dewan tersebut di atas, dalam soal-soal yang bersifat sosial, kulturil dan

religius harus minta pertimbangan Menteri Sosial, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dan Menteri Agama, dengan pengertian, bahwa dalam perbedaan pendapat, soalnya harus diajukan kepada Kabinet untuk diputuskan.

Pasal 6

Majikan yang mengajukan permohonan, membayar biaya-biaya yang akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.

Pasal 7

1. Barang siapa diminta bantuannya oleh pejabat termasuk pada pasal 2 atau dewan

termaksud pada pasal 5, berkewajiban untuk memberikannya, jika perlu dibawah sumpah.

2. Mereka yang memenuhi permintaan bantuan menerima penggantian kerugian dan

ongkos jalan menurut peraturan yang ditetapkan oleh Menteri.

Page 3: No 3 Tahun 1958 Tentang Penempatan Tenaga Kerja Asingjdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/uu1958_03.pdfIndonesia bagi warga Indonesia, ... masing-masing dalam waktu dan menurut

Pasal 8

Barang siapa yang di dalam menjalankan tugas kewajibannya berdasarkan Undang-Undang ini mengetahui sesuatu yang harus dirahasiakan wajib merahasiakannya, kecuali jika dalam menjalankan tugas kewajiban itu ia perlu memberitahukannya.

Pasal 9

1. Majikan yang melanggar pasal 2 ayat (1) atau tidak memenuhi syarat-syarat termaksud pada pasal 3 ayat (5) atau tidak memenuhi kewajiban termaksud pada pasal 2 ayat (4) dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh ribu rupiah.

2. Barang siapa yang tidak memenuhi kewajiban termaksud pada pasal 7, dihukum

dengan hukuman kurungan selama-lamanya satu bulan atau denda sebanyak-banyaknya tiga ribu rupiah.

Pasal 10

1. Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang dipercayakan kepadanya

menurut pasal 8, dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh ribu rupiah.

2. Barang siapa karena kekhilafannya menyebabkan rahasia itu terbuka, dihukum

dengan hukuman kurungan setinggin-tingginya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh ribu rupiah.

3. Tidak ada tuntutan terhadap hal-hal pada ayat (1) dan (2) kecuali ada pengaduan

dari yang bersangkutan.

Pasal 11

Hal-hal yang diancam dengan hukuman pada pasal 9 dan 10 ayat (2) dianggap sebagai pelanggaran dan yang diancam dengan hukuman pada pasal 10 ayat (1) dianggap sebagai kejahatan.

Pasal 12

1. Apabila ketika diperbuat pelanggaran termaksud pada pasal 9 belum lewat waktu dua tahun semenjak yang melanggar dikenakan hukuman yang tidak dapat diubah lagi karena pelanggaran yang sama, hukuman setinggi-tingginya yang tersebut pada pasal itu dapat ditambah sepertiga.

2. Terhadap pelanggaran yang terulang untuk kedua kalinya atau seterusnya, tiap-tiap

kali terjadi dalam waktu lima tahun, setelah hukuman yang terakhir tidak dapat diubah lagi, hanya dijatuhkan hukuman kurungan.

Pasal 13

1. Jika seuatu hal yang diancam dengan hukuman dalam Undang-Undang ini dilakukan

oleh sesuatu badan hukum atau perserikatan, maka tuntutan ditujukan serta hukuman dijatuhkan terhadap pengurus atau pemimpin-pemimpin badan hukum atau perserikatan itu.

2. Jika pemimpin badan hukum atau perserikatan dipegang oleh badan hukum atau

perserikatan lain, maka ketentuan pada ayat (1) berlaku bagi pengurus badan hukum atau perserikatan yang memegang pimpinan itu.

Page 4: No 3 Tahun 1958 Tentang Penempatan Tenaga Kerja Asingjdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/uu1958_03.pdfIndonesia bagi warga Indonesia, ... masing-masing dalam waktu dan menurut

Pasal 14

1. Selain daripada pegawai-pegawai yang pada umumnya diwajibkan mengusut perbuatan-perbuatan yang dapat dikenakan hukuman, diwajibkan juga mengusut perbuatan-perbuatan yang dapat dikenakan hukuman menurut Undang-Undang ini, pegawai-pegawai Kementerian Perburuhan yang ditunjuk oleh Menteri.

2. Pegawai-pegawai termaksud pada ayat (1) berkuasa untuk minta lihat semua surat-

surat yang dipandangnya perlu untuk menjalankan tugasnya dapat diduga dijalankan hal-hal yang dapat dikenakan hukuman menurut Undang-Undang ini.

3. Jikalau pegawai-pegawai termaksud pada ayat (1) ditolak untuk memasuki tempat-

tempat termaksud pada ayat (2), walaupun telah menunjukkan surat keterangan atau surat perintah yang berkenaan dengan tugasnya, maka mereka dapat minta bantuan polisi, agar dapat memasuki tempat-tempat tersebut.

Pasal 15

Undang-Undang ini tidak berlaku untuk pegawai diplomatic dan konsuler dari perwakilan Negara Asing.

Pasal 16

Undang-Undang ini disebut “Undang-Undang tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing” dan mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya , memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 5: No 3 Tahun 1958 Tentang Penempatan Tenaga Kerja Asingjdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/uu1958_03.pdfIndonesia bagi warga Indonesia, ... masing-masing dalam waktu dan menurut

P E N J E L A S A N UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1958

Tentang PENEMPATAN TENAGA ASING

PENJELASAN UMUM Baik untuk menjamin bagian yang layak dari kesempatan kerja bagi warga negara Indonesia, maupun untuk memenuhi hasrat bangsa Indonesia untuk menduduki tempat-tempat yang layak dalam pelbagai lapangan kerja yang sampai sekarang kebanyakan masih diduduki oleh orang-orang asing. Pemerintah memandang perlu untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan yang dapat dijalankan oleh tenaga asing dengan maksud untuk membatasinya dalam hal-hal yang dipandang perlu dan dengan demikian menyediakan kesempatan kerja itu bagi warga negara Indonesia sendiri. Penempatan tenaga asing sampai sekarang tidak banyak berbeda dari pada sebelum kemerdekaan. Keadaan ini akan berlangsung terus, jika Pemerintah tidak mulai turut campur dalam penempatan tenaga itu dengan tegas. Di dalam melaksanakan penempatan tenaga-tenaga asing itu Pemerintah berpendapat bahwa khusus untuk menghilangkan unsur-unsur kolonial dalam struktur ekonomi negara kita dalam lapangan usaha yang vital bagai perekonomian nasional dan yang mempunyai sifat-sifat tersebut, pengawasan terhadap tenaga-tenaga asing harus diperkeras, diantaranya dengan menutup jabatan-jabatan tertentu untuk tenaga asing dan menyediakan khusus untuk tenaga-tenaga Indonesia dan antara tenaga Indonesia dan tenaga asing untuk pekerjaan yang sama sifat, nilai dan tanggungjawabnya masih terdapat diskriminasi, hal mana oleh Pemerintah tidak diingini. Sebaliknya “Indonesianisasi “ itu pada sifatnya minta waktu karena Pemerintah harus berusaha menyediakan dan mendidik tenaga-tenaga Indonesia untuk mengganti tenaga-tenaga asing itu. Selama orang-orang asing yang berada di Indonesia dapat pindah bekerja atau ganti pekerjaan tanpa pengawasan dari Pemerintah, usaha-usaha Pemerintah untuk mengatur pekerjaan orang asing dengan mengatur/membatasi pemasukan orang asing pada hakekatnya tidak mungkin membawa hasil-hasil yang diharapkan. Karena itu dalam Undang-Undang ini dipergunakan “system” pemberian izin untuk mempekerjakan tiap-tiap orang asing. Dengan demikian, maka semua pekerjaan orang asing (vreemdelingenarbeid) dapat diawasi oleh Pemerintah. Jadi izin masuk bagi orang asing yang hendak bekerja di Indonesia harus dihubungkan dengan izin untuk mempekerjakan orang asing itu.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Dari pasal ini teranglah, bahwa diatur dalam Undang-Undang ini hanyalah pekerjaan dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau tidak dan pekerjaan borongan dalam suatu perusahaan. Jadi Undang-Undang ini tidak berlaku misalnya terhadap orang-orang asing yang hendak menjalankan sendiri suatu pekerjaan bebas (“Vrije beroepen” seperti pengacara, dokter, akuntan dan sebagainya).

Pasal 2 Pemberian izin menurut Undang-Undang diserahkan kepada pejabat–pejabat yang ditunjuk oleh Menteri baik di Pusat maupun di Daerah.

Page 6: No 3 Tahun 1958 Tentang Penempatan Tenaga Kerja Asingjdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/uu1958_03.pdfIndonesia bagi warga Indonesia, ... masing-masing dalam waktu dan menurut

“System “ izin menurut Undang–Undang ini terutama berlaku buat pekerja–pekerja yang dilakukan oleh orang asing sesudah berlaku Undang–Undang ini. Pekerjaan yang telah dilakukan sebelum berlaku Undang–Undang ini dan masih berlangsung pada waktu Undang–Undang ini mulai berlaku tidak luput pula dari pengawasan Pemerintahan. Akan tetapi sebagai Peraturan peralihan dan untuk memudahkan administrasi, perlu ditetapkan, bahwa majikan yang pada waktu Undang–Undang ini mulai berlaku mempekerjakan tenaga–tenaga asing, dianggap telah mendapat izin untuk selama–lamanya 6 bulan . Untuk memudahkan pengawasan, majikan memberi laporan tentang pekerjaan– pekerjaan yang dijalankan oleh orang–orang asing sebelum berlakunya Undang–Undang ini .

Pasal 3

Sebelum mengambil keputusan diberikan izin atau tidak pejabat yang bersangkutan berhak minta bantuan dari kalangan buruh dan kalangan majikan atau orang–orang yang dipandangnya perlu. Dalam surat izin ditentukan waktu berlakunya dengan mengingat perkembangan pasar kerja. Demikian pula dapat ditetapkan syarat–syarat tertentu, misalnya kewajiban majikan untuk mendidik tenaga Indonesia. Syarat–syarat selanjutnya ialah tidak boleh pindah dari pekerjaan waktu mana izin itu diberikan .

Pasal 4 dan 5 Bila permintaan izin ditolak oleh pejabat yang bersangkutan, maka majikan yang bersangkutan, masih dapat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan kepada Menteri sendiri, yang dapat berubah keputusan pejabat tersebut. Sebelum mengambil keputusan terakhir, Menteri berwajib minta pertimbangan dari suatu dewan yang dibentuk untuk keputusan itu. Pertimbangan dari Dewan tidak mengikat Menteri.

Pasal 6

Karena permintaan untuk mempekerjakan tenaga asing langsung mengenai kepentingan pemohon, dalam Undang–Undang ini ditetapkan, bahwa biaya berhubung dengan pemberian izin itu dipikul oleh majikan yang berkepentingan . Besarnya biaya ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri .

Pasal 7 dan 8 Tidak memerlukan penjelasan.

Pasal 9 s/d 14 Pasal–pasal ini yang memuat peraturan formeel berhubung dengan pelanggaran dari Undang–Undang ini, tidak perlu dijelaskan lebih lanjut.

Pasal 15 s/d 16 Pasal ini tidak memerlukan penjelasan