8
NOMOR 89 EW Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA Middle Income Trap, Indikasi Terhambatnya Hilirisasi

NOMOR 89 EW Middle Income Trap - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-89-draft-koreksi.pdf · kunci dalam bisnis mereka. Tidak hanya itu, ... baik di journal nasional maupun internasional,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NOMOR 89 EW Middle Income Trap - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-89-draft-koreksi.pdf · kunci dalam bisnis mereka. Tidak hanya itu, ... baik di journal nasional maupun internasional,

NOMOR 89 EW

Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Middle Income Trap, Indikasi TerhambatnyaHilirisasi

Page 2: NOMOR 89 EW Middle Income Trap - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-89-draft-koreksi.pdf · kunci dalam bisnis mereka. Tidak hanya itu, ... baik di journal nasional maupun internasional,

1Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

“Middle Income Trap”, Indikasi Terhambatnya Hilirisasi

Oleh : Dr. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng

KETIKA sebuah negara meninggalkan sumberdayaalam sebagai motor penggerak pembangunan danmemilih inovasi sebagai faktor kunci penghelapembangunan menggaet impian menjadi negaramaju, maka hilirisasi hasil riset menjadi harapanbaru bagi tercapainya cita-cita mulia itu. Bahkanhilirisasi mencuat menjadi bahasan penting dalamlingkungan litbang dan pengambil kebijakan antaralain karena menyangkut perubahan paradigma riset, yaitu bahwa riset yang sebelumnya diarahkan untukmembangun Iptek maka kini Iptek yang dihasilkandari sejumlah riset strategis harus mampuberkontribusi membangun ekonomi, daya saing dankesejahteraan.

Hilirisasi merupakan jawaban atas perubahanparadigma riset di Perguruan Tinggi

Menggelegarnya gaung hilirisasi mengakibatkansejumlah kementerian dan lembaga pemerintahyang bergerak di bidang riset mereplanning rencanastrategis mereka dengan memasukkan faktor kunciseperti reverse Engineering, kemandirian, kontribusi Perguruan Tinggi, prototipe industri dansebagainya. Parameter itu bahkan menjadi kata kunci dalam bisnis mereka. Tidak hanya itu, keinginan mengubah Balitbang dari anekdot masalalu dari badan yang sulit berkembang menjadianekdot masa kini yaitu badan elit danmembanggakan. Tidak ketinggalan, paradigmaPerguruan Tinggi yang dulu menjadi agen pencetakjournal dan lulusan SDM, kini serta merta berubahmenjadi agen perubahan untuk pembangunanekonomi, budaya dan daya saing. Sudah tepat jikapemerintah menjadikan riset sebagai jargon dalampembangunan ekonomi dan budaya, karena denganriset, kita yakini negara akan mandiri dalamekonomi dan berkepribadian. Ini merupakan salahsatu bukti bahwa keinginkan kuat pemerintah untukmemandirikan bangsa dibidang ekonomi nampakterpola dengan jelas.

Yang terjadi, hilirisasi masih menjadi bahasan tanpaakhir, seperti fatamorgana, indah dilihat, sulitdilaksanakan. Kenapa??.

Mendorong proses hilirisasi ternyata tidak semudahmembalik tangan, berbagai upaya telah dilakukanoleh pemerintah melalui lembaga litbang danperguruan tinggi, namun hingga saat ini hasilnyamasih jauh dari harapan. Ada sejumlah kendalayang menghambat proses hilirisasi hasil penelitian, antara lain :

Pertama, masih terjadi perbedaan paradigmapembangunan antara Perguruan Tinggi danIndustri. Sisi Perguruan Tinggi mengatakan hasilriset adalah untuk ilmu pengetahuan, dipublikasibaik di journal nasional maupun internasional, ilmupengetahuan adalah universe, inovasi bersifatterbuka (open innovation). Sementara, sebaliknyasisi Industri mengatakan hasil riset harusmendatangkan keuntungan, harus mampumenunjukkan kelebihan dari prusahaan sejenis lain, tidak perlu publikasi dan jurnal karena hanya akanmerugikan perusahaan kerena publikasi jurnalberarti membuka kerahasiaan perusahaan, ilmupengetahuan adalah rahasia, inovasi bersifattertutup (close innovation). Inilah yang menjadisalah satu biang keladi sulitnya mengantar hasil risetPerguruan Tinggi ke industri.

Page 3: NOMOR 89 EW Middle Income Trap - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-89-draft-koreksi.pdf · kunci dalam bisnis mereka. Tidak hanya itu, ... baik di journal nasional maupun internasional,

2Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Kedua, Teknologi mengalami proses yang cepatsekali berkembang terutama di negara maju. Akibatnya teknologi yang diciptakan oleh negaramaju membanjir ke negara berkembang sepertiIndonesia. Dikala kita berfikir menciptakanteknologi tertentu, teknologi yang lebih modern telah dipasarkan dengan harga yang cukup murah. Akhirnya kita tidak pernah berkembang denganteknologi yang kita ciptakan, sebaliknya kita hanyamampu memakai teknologi yang diciptakan olehnegara maju. Jika Audit teknologi bisa berjalansesuai ketentuan, maka segmen teknologi yang bisakita kembangkan seyogyanya dibuat di dalamnegeri. Hanya teknologi baru yang belum kita kuasaisajalah yang kita perbolehkan masuk ke Indonesia. Saat ini NSPK Audit teknologi telah di set up olehBPPT, harapan kedepan System Audit ini dapatdiaplikasikan secara signifikan sehinggamemungkinkan peneliti dan perekayasa terlibatdalam pembangunan berbasis Iptek di Indonesia.

Ketiga, hingga saat ini Hak atas KekayaanIntelektual (HKI) masih merupakan kendala yang perlu mendapat perhatian serius. Banyak hasil risettidak dipatenkan, akhirnya menjadi barang yang dengan mudah ditiru dan dijiplak oleh pihak lain sehingga mengakibatkan kerugian yang tidak sedikitjumlahnya khususnya di sisi peneliti. Begitu jugastandardisasi belum menjadi faktor penentu dalamIndustri, akibatnya banyak produk impor

berkualitas rendah yang berpotensi akan menuaibanyak masalah dalam operasinya.

Keempat, Proyek Pembelian dan kontrakpemerintah belum sepenuhnya menyertakan entitasriset dan alih teknologi sebagai syaratmemandirikan industri dalam negeri. Hal ini dapatberakibat ketergantungan terhadap pemberiteknologi terutama dalam hal pemeliharaan, sukucadang dan modifikasi teknologi. Jika dibiarkanmaka Indonesia hanya akan menjadi penontonkiprahnya bangsa lain mengelola sumberdaya alamIndonesia yang melimpah. Kemandirian teknologi, daya saing dan kesejahteraan semakin jauhpanggang dari api.

Kelima, Persoalan penting yang hingga saat inimasih hangat untuk dibahas adalah sinergikebijakan antar kementerian yang belumsepenuhnya terimplementasi dengan baik. Masalahyang terjadi di permukaan merupakan masalah yang kompleks, yang tidak dapat selesai jika hanyadikerjakan oleh sebuah instansi saja. Pendekatansemestinya dilakukan secara komprehensif danterintegrasi, namun yang terjadi adalah sebaliknya, rendahnya sinergi antar lembaga selalu menjadikelemahan dalam setiap proses pengambilankeputusan. Tanpa sinergi masalah timbul tidak akanpernah bisa dituntaskan.

“Middle Income Trap”, Indikasi Terhambatnya Hilirisasi

(lanjutan-1)

Page 4: NOMOR 89 EW Middle Income Trap - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-89-draft-koreksi.pdf · kunci dalam bisnis mereka. Tidak hanya itu, ... baik di journal nasional maupun internasional,

3Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Keenam, perhatian pemerintah terhadap risetbelum prioritas. Salah satu bukti adalah anggaranuntuk riset Indonesia baru mencapai 0.09% PDB atau sekitar Rp. 8.1 triliun. Sebuah angka yang sangat kecil bila dibanding anggaran riset negara tetangga, seperti Thailand (0,25 persen), Malaysia (1 persen), serta Singapura (2,6 persen). Sebesar 20% dana yang dialokasikan untukpendidikan hanya dapat digunakan untukmeningkatkan kapasitas sumberdaya manusia di sekolah dan perguruan tinggi, kurikulum, jurnal, pengelolaan pendidikan dan kenyataannya tidakdapat digunakan untuk riset yang berbasis Industri. Sehingga dana yang dialokasikan untuk riset masihsangat sedikit jumlahnya dan sulit bagi penelitiuntuk melakukan riset berskala besar dalam rangkamemperkuat iptek untuk mendorongpembangunan.

Fenomena Middle Income Trap Semakin Nyata

Sebagaimana dirilis oleh Economist Pocket World figure 2014, setidaknya penghasilan pekerja terbagidalam empat segmen, yaitu pekerja dengan

penghasilan rendah memiliki penghasilan per kapitadi tingkat rendah yaitu dibawah $1.036 per tahun, penghasilan per kapita di tingkat menengah rendahantara $1.036 – $4.086 per tahun, penghasilan per kapita di tingkat menengah tinggi antara $4.086 sampai $ 12.616 per tahun dan berpenghasilan per kapita tinggi $12.616 ke atas.

Negara dengan tingkat penghasilan per kapitarendah biasanya mengandalkan sumberdaya alamsebagai penggerak pembangunan, negara dengantingkat penghasilan per kapita menengah biasanyamengandalkan efisiensi di sektor industri dannegara dengan penghasilan per kapita tinggibisasanya mengandalkan inovasi sebagai faktorkunci penggerak pembangunan. Dari penelitian itumenegaskan bahwa sampai 2045, suatu negara tidak akan pernah memiliki penghasilan per kapitadiatas $12.616 jika hanya mengandalkan efisiensiindustri dan eksploitasi sumberdaya alam sebegaipenggerak roda pembangunan.

“Middle Income Trap”, Indikasi Terhambatnya Hilirisasi

(lanjutan-2)

Page 5: NOMOR 89 EW Middle Income Trap - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-89-draft-koreksi.pdf · kunci dalam bisnis mereka. Tidak hanya itu, ... baik di journal nasional maupun internasional,

4Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Disebutkan negara yang masih mengandalkanefisiensi sebagai penggerak roda pembangunanseperti India, Indonesia, Filipina dan Vietnam terperangkap dalam pengahsilan menengah rendah( Lower Middle Income Trap) sedangkan Brasil, China Malaysia, Mexico, South Africa dan Thailand masih terjebak dalam perangkap penghasilanmenengah atas (Upper Middle Income Trap). Hanyasejumlah kecil negara di dunia lolos dari Middle income Trap, antara lain Rusia, Spanyol, Korea Selatan dan Taiwan.

Langkah-langkah Strategis

Melepaskan diri dari Middle Income Trap tidaksemudah membuat kopi di pagi hari, Indonesia perlu melakukan perubahan secara mendasardibidang pembangunan ilmu pengetahuan danteknologi melalui sejumlah langkah strategis, antara lain :Pertama, memperkuat pelaksanaan alih teknologidalam Turn Key Project, Lisensi, FDI (Foreign Direct Invesment), Joint Production, Off Set, dan BOT (Build Operate Transfer), termasuk melakukanIdentifikasi teknologi harus dikuasai berdasar

Demand Pull, pembuatan skenario dan legal aspect dan pelaksanaan alih teknologi dengan melibatkanunsur akademia, bisnis, pemerintah dan masyarakat.

Kedua, melakukan dan mengembangkan audit teknologi terutama untuk: a) mewujudkan SistemAudit teknologi, b) membangun lembaga audit teknologi yang tersertifikasi melalui penyediaansumber daya auditor teknologi dan penyusunanmekanisme proses audit teknologi, b) meningkatkanaudit teknologi impor khususnya fasilitasi terhadappelaksanaan audit teknologi dan c) membangunsistem dan basis data Proven teknologi Industri.

Ketiga, mobilisasi peneliti, perekayasa dan tenagaahli ke industri. Dalam hal ini perlu memperkuatperaturan perundangan tentang mobilitas peneliti, perekayasa dan tenaga ahli ke Industri, meningkatkan kapasitas SDM dan penguatan SistemReverse Brain Drain dan Brain Gain.

Walahualam….

“Middle Income Trap”, Indikasi Terhambatnya Hilirisasi

(lanjutan-3)

Page 6: NOMOR 89 EW Middle Income Trap - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-89-draft-koreksi.pdf · kunci dalam bisnis mereka. Tidak hanya itu, ... baik di journal nasional maupun internasional,

5Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Gambaran Kaitan Middle Income Trapdengan Inovasi

Banyak analisis yang mengkhawatirkan bahwaIndonesia akan masuk dalam Jebakan PenghasilanMenengah atau Middle Income Trap, karenapertumbuhan income per kapitanya, yang kinimasih di seputar USD 4.000 terlalu jauh untukmencapai lebih dari USD 12.000. Ditambah lagikekhawatiran bahwa bonus demografi yang akandialami Indonesia dapat menjadi bencana bilapeningkatan SDMnya tidak kunjung tercapai.Tentuancaman ini harus diatasi bersama.

Pada gambar di atas terlihat bahwa Indonesia pernah memiliki pertumbuhan yang cukup baikhingga tahun 2010. Ini dicapai antara lain karenahasil ekspor komoditi dan mineral yang harganyasaat itu terbilang tinggi meskipun tanpa nilaitambah. Dengan posisi pertumbuhan itu, Indonesia diprediksi oleh konsultan keuangan asing akanmengalami pertumbuhan yang pesat. Pada tahun2025 diperkirakan akan mencapai income per capita lebih dari USD 14.000 pada peringkat 11 dunia. Di tahun 2045, saat 100 tahun kemerdekaan Indonesia prediksinya akan mencapai income per capita lebihdari USD 40.000, dan akan menjadi negara peringkat 6 di dunia.

Situasinya kemudian berubah dengan turunnyaharga batubara, timah, CPO dan komoditi serta

mineral lainnya. Akibatnya kemudian pertumbuhanmelandai. Sumber daya alam kita tidak memperolehlagi nilai yang maksimal. Hal inilah yang kemudiandiperkirakan akan membuat Indonesia masukdalam Middle Income Trap seperti yang tengahdialami negara lain seperti Malaysia dan Mexico.

Memang bila proses pembangunan dilakukansebagai deret tambah kita akan terperosok dalamjebakan tersebut. Apalagi bila bonus demografi yang akan dialami Indonesia tidak termanfaatkan denganbaik. Namun ada satu kunci untuk dapatmenangkalnya, yaitu dengan melakukan kegiataninovasi yang merata. Bila SDA kita bisa diprosesdidalam negeri untuk meningkatkan nilai tambahnyabaru diekspor maka pertumbuhan akan lebih baik.

Untuk itu kita para insinyur perlu melakukaninovasi di semua lini proses agar dapatmenghasilkan lebih banyak nilai tambah yang diperoleh. Pemerintah dalam hal ini perlumenciptakan iklim inovasi dengan mendorongindustri melakukan penelitian dan pengembangansebagaimana diamantan sebagai tanggung jawabpembinaan pemerintah dalam UU no 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran.(RH)

Sumber: Economist Pocket World in Figures 2014, WEF-GCR 2013

Page 7: NOMOR 89 EW Middle Income Trap - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-89-draft-koreksi.pdf · kunci dalam bisnis mereka. Tidak hanya itu, ... baik di journal nasional maupun internasional,

7Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Gambaran bahwa Indonesia akan keluar dariMiddle Income Trap di tahun 2033

Bappenas telah menerbitkan informasipemutakhiran mengenai lepasnya Indonesia dariMiddle Income Trap. Dalam perhitungan yang dilakukan, Bappenas menempatkan titik keluar darijebakan penghasilan menengah adalah sekitar tahun2034, pada saat mana PDB per kapita diprediksitelah melewati angka USD 12.616 (pedoman dariWorld Bank).Ini dicapai setelah Indonesia mengalamipertumbuhan sebesar 75 DI TAHUN 2025 hinggasekitar tahun 2035. Pertumbuhan ini tentu dicapaidengan serangkaian langkah peningkatan nilaitambah dari industri pengolahan setelahinfrastruktur dilengkapkan.Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa PDB per kapita diperhitungkan meningkat. Saat ini pada kisaran di bawah USD 4.000, pada tahun 2020 menjadi USD 4.719, di tahun 2025 menjadi USD 6.701, di tahun 2030 dicapai USD 9.715 dan prediksidi tahun 2035 akan mencapai USD 14.214.

Prediksi dari Bappenas tersebut tentu berasumsipeningkatan nilai tambah. Tugas insinyur adalahjuga menciptakan nilai tambah atas komoditi dan mineral yang dimiliki serta dari inovasi pada proses

pengolahan di industri. Dalam UU no 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran dapat dibaca bahwakewajiban insinyur antara lain: mengupayakaninovasi dan nilai tambah dalam kegiatanKeinsinyuran secara berkesinambungan.

Di lain pihak, masih dari UU yang sama, pemerintahbertanggung jawab atas pembinaan keinsinyuranyang butirannya antara lain: mendorong industry yang berkaitan dengan Keinsinyuran untukmelakukan penelitian dan pengembangan dalamrangka meningkatkan nilai tambah produksi. Juga mendorong Insinyur agar kreatif dan inovatif untukmenciptakan nilai tambah.

Dengan demikian lepas tidaknya Indonesia dariMiddle Income Trap adalah juga tantangan dan peran para insinyur. Sejauh mana para insinyurdapat menyumbangkan inovasi dan memberikannilai tambah yang maksimal di hilir proses produksibagi pertumbuhan PDB Indonesia dan tentu sajabagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Janganbiarkan kita hanya menjadi pembeli hasil inovasidari negara lain. Semoga. (RH)

Page 8: NOMOR 89 EW Middle Income Trap - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-89-draft-koreksi.pdf · kunci dalam bisnis mereka. Tidak hanya itu, ... baik di journal nasional maupun internasional,

Engineer WeeklyPelindung: A. Hermanto Dardak, Heru Dewanto Penasihat: Bachtiar Siradjuddin PemimpinUmum: Rudianto Handojo, Pemimpin Redaksi: Aries R. Prima, Pengarah Kreatif: AryoAdhianto, Pelaksana Kreatif: Gatot Sutedjo,Webmaster: Elmoudy, Web Administrator:Zulmahdi, Erni Alamat: Jl. Bandung No. 1, Menteng, Jakarta Pusat Telepon: 021- 31904251-52. Faksimili: 021 – 31904657. E-mail: [email protected]

Engineer Weekly adalah hasil kerja sama Persatuan Insinyur Indonesia dan Inspirasi Insinyur.

PENGUNJUNG BIOSKOP (juta, 2015)

22.2

28.9

41.9

72.1

78.2

85.9

112.5

119.1

156

157.8

161.1

156

213

219.4

276

1.050.60

1.286.802.191.90

27. Singapore

23. Thailand

19. Philipines

15. Malaysia

14. Australia

13. Spanyol

12. Itali

11. Jerman

10. Brazil

9. inggris

8. jepang

7. Rusia

6. Perancis

5. Korea Selatan

4. Mexico

3. China

2. USA

1. India

Sumber: The Economist: Pocket World in Figures, 2018