7
2.1. Ekstrak tumbuhan Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat digunakan sebagai bahan awal, bahan antara, atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan awal dianalogkan dengan komoditi bahan baku obat yang dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan teknologi juga dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat bahan alam tersebut. Pembuatan ekstrak tumbuhan berkhasiat obat dilanjutkan dengan standardisasi kandungan untuk memelihara keseragaman mutu, keamanan dan khasiat. Terpenuhinya standar mutu produk/bahan ekstrak tidak terlepas dari pengendalian proses, artinya bahwa proses yang terstandar dapat menjamin produk yang terstandar. Inilah hal yang sementara ini banyak dilakukan, yaitu dengan bahan baku terstandar dan proses yang terkendali/terstandar, maka akan diperoleh produk atau bahan ekstrak terstandar tanpa penerapan pengujian atau pemeriksaan. Padahal pengujian atau pemeriksaan persyaratan parameter standar umum ekstrak mutlak harus dilakukan dengan

Non Spesifik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farkon

Citation preview

Page 1: Non Spesifik

2.1. Ekstrak tumbuhan

Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat

digunakan sebagai bahan awal, bahan antara, atau bahan produk jadi. Ekstrak

sebagai bahan awal dianalogkan dengan komoditi bahan baku obat yang

dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Berbagai

penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan teknologi juga

dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang

diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat

bahan alam tersebut. Pembuatan ekstrak tumbuhan berkhasiat obat

dilanjutkan dengan standardisasi kandungan untuk memelihara keseragaman

mutu, keamanan dan khasiat.

Terpenuhinya standar mutu produk/bahan ekstrak tidak terlepas dari

pengendalian proses, artinya bahwa proses yang terstandar dapat menjamin

produk yang terstandar. Inilah hal yang sementara ini banyak dilakukan, yaitu

dengan bahan baku terstandar dan proses yang terkendali/terstandar, maka

akan diperoleh produk atau bahan ekstrak terstandar tanpa penerapan

pengujian atau pemeriksaan. Padahal pengujian atau pemeriksaan persyaratan

parameter standar umum ekstrak mutlak harus dilakukan dengan berpegang

pada manajemen pengendalian mutu eksternal oleh badan formal atau badan

independen.

2.2. Standardisasi

Standardisasi adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara

pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu

kefarmasian, mutu dalam arti memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan

farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk

kefarmasian umumnya. Persyaratan mutu ekstrak terdiri dari berbagai

parameter standard umum dan parameter standar spesifik. Pengertian

standardisasi juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir obat (obat,

ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang

konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu. Simplisia

Page 2: Non Spesifik

sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar (wild crop),

kandungan kimianya tidak dijamin selalu konstan karena adanya variabel

bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara) panen, serta proses

pasca panen dan preparasi akhir. Variasi senyawa kandungan dalam produk

hasil panen tumbuhan obat (invivo) disebabkan beberapa aspek diantaranya

aspek genetik (bibit), lingkungan (tempat tumbuh dan iklim), rekayasa

agronomi (fertilizerdan perlakuan selama masa tumbuh), serta panen (waktu

dan paska panen) (Anonim, 2000).

a. Standardisasi simplisia

Syarat yang harus dipenuhi antara lain kemurnian simplisia, tidak

mengandung peptisida berbahaya, logam berat, dan senyawa toksik dan

beberapa persyaratan lain dalam Farmakope Indonesia.

b. Standardisasi ekstrak

Parameter yang ditetapkan dalam standardisasi ekstrak antara lain

parameter spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik yaitu identitas,

organoleptik, senyawa terlarut pada pelarut polar dan non polar serta profil

kromatografi. Sedangkan parameter non spesifik yaitu susut pengeringan

dan bobot jenis, kadar air, kadar abu, sisa pelarut, dan residu pestisida.

2.3. Upaya Standardisasi Ekstrak Tumbuhan

Melihat jumlah simplisia yang semakin banyak digunakan sebagai

bahan baku dalam pembuatan obat tradisional / obat bahan alam, maka perlu

segera ditetapkan standar mutu dan keamanan untuk bahan baku tersebut.

Untuk menjaga kualitas bahan baku obat alam perlu dilakukan usaha

budidaya dan standardisasi terhadap bahan baku tersebut, baik yang berupa

simplisia maupun yang berbentuk ekstrak atau sediaan galenik. Dalam rangka

standardisasi ini Badan Pengawas Obat dan Makanan telah melakukan

penelitian bekerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian serta

lembaga terkait guna menetapkan bilangan parameter ekstrak tumbuhan obat.

Page 3: Non Spesifik

2.4. Parameter Non Spesifik

1). Parameter Kadar Air

Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang

berada di dalam bahan. Penetapan parameter dilakukan dengan cara yang

tepat yaitu titrasi, destilasi atau gravimetri. Tujuan dari parameter ini adalah

memberikan batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air

di dalam bahan.

2). Parameter Kadar abu

Bahan yang dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan

turunannya terdekstruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan

organik. Tujuan dari parameter ini adalah memberikan gambaran kandungan

mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

terbentuknya ekstrak. 

3). Kadar abu tidak larut asam

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu pada penetapan kadar

abu yang tidak larut dalam asam ketika dilarutkan dengan pelarut asam.

4). Parameter Cemaran Logam Berat

Parameter cemaran logam berat adalah menetukan kandungan logam

berat secara spektroskopi serapan atom atau lainnya yang lebih valid. Tujuan

dari parameter ini adalah untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak

mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cu dll.) melebihi nilai yang

ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan.

5). Parameter Cemaran Aflatoksin

Parameter cemaran aflatoksin merupakan parameter yang menetukan

adanya aflatoksin dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Tujuan

dari parameter ini adalah memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak

mengandung cemaran jamur melebihi batas yang ditetapkan karena

berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan aflotoksin yang berbahaya bagi

kesehatan.

Page 4: Non Spesifik

6). Parameter Cemaran Mikroba

Parameter cemaran mikroba digunakan untuk menentukan

(identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara analisis. Tujuan dari

parameter ini adalah untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak mengandung

mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba nonpatogen melebihi batas

yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya

(toksik) bagi kesehatan.

Persyaratan parameter non spesifik ekstrak secara umum ditunjukkan

pada tabel berikut.

2.5. Manfaat Standardisasi Ekstrak

Persyaratan

Page 5: Non Spesifik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :

Departemen Kesehatan.

Badan POM RI. 2005. Standardisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salah

Satu Tahapan Penting Dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia. Info

POM. Vol. 6. No. 4.

Muhtadi, dkk., 2012. Potensi Daun Salam (Syzigium polyanthum Walp.) Dan Biji

Jinten Hitam (Nigella sativa Linn) Sebagai Kandidat Obat Herbal

Terstandar Asam Urat. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 13. No. 1.