nurrohim makalah

  • Upload
    antokin

  • View
    38

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jgjggj

Citation preview

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    1/29

    LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GANESA 2013

    JUDUL LKTI

    AKBID (AKTUALISASI KARAKTER BUDAYA INDONESIA):

    PUNAKAWAN SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER

    PADA ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR MELALUI MODEL

    PEMBELAJARAN TERPADU

    Diusulkan oleh :

    Mega Ariyanti (NIM. 13010112130052 / Angkatan 2012)

    Arief Sugeng Fuadi (NIM. 21070111140105 / Angkatan 2011)

    Faiz Balya Marwan (NIM. 14010412130105 / Angkatan 2012)

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2013

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    2/29

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    3/29

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    4/29

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan kemudahan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Sholawat serta

    salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah

    menuntun manusia dengan Al Quran dan Sunnah. Karya ilmiah ini disusun dalam

    rangka Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh

    Unit Aktifitas Forum Studi Mahasiswa Pengembang Penalaran (Fordi Mapelar)

    Universitas Brawijaya dengan judul Akbid (Aktualisasi Karakter Budaya

    Indonesia): Punakawan sebagai Media Pendidikan Karakter Melalui Model

    Pembelajaran Terpadu pada Anak Tingkat Sekolah Dasar.

    Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

    karena itu, melalui kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

    1.Drs. Moh. Muzakka, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah memberi

    bimbingan, arahan, dan masukan selama penyusunan karya ilmiah ini.

    2.Teman-teman dan keluarga yang telah banyak memberikan kritik, saran,

    dukungan, doa, dan semangat.

    3.

    Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu

    selama penyusunan karya ilmiah ini.

    Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.

    Oleh karena itu, penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga karya

    ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi pembaca

    semua.

    Semarang, 1 Oktober 2013

    Penyusun

    iii

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    5/29

    DAFTAR ISI

    Halaman JudulLembar Pengesahan .................................................................................................... i

    Lembar Orisinalitas ................................................................................................... ii

    Kata Pengantar ..........................................................................................................iii

    Daftar Isi ................................................................................................................... iv

    Daftar Gambar .......................................................................................................... vi

    Ringkasan ................................................................................................................vii

    BAB I: Pendahuluan .................................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2

    1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................. 3

    BAB II: Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 4

    2.1 Wayang ................................................................................................................ 4

    2.2 Punakawan ........................................................................................................... 4

    2.3 Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini dan Tingkat Sekolah Dasar ............. 7

    BAB III: Metode Penulisan ....................................................................................... 8

    3.1 Metode Penulisan ................................................................................................ 8

    3.2 Sifat Penelitian ..................................................................................................... 8

    3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................................ 8

    3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 9

    BAB IV: Pembahasan .............................................................................................. 10

    4.1 Tahap Identifikasi .............................................................................................. 10

    4.2 Tahap Perencanaan ............................................................................................ 10

    4.3 Tahap Pelaksanaan ............................................................................................ 12

    4.3.1 Tahap Pengenalan Wayang dan Tokoh Punakawan ....................................... 12

    4.3.2 Tahap Pementasan Wayang ............................................................................ 13

    4.3.3 TahapEdu-games........................................................................................... 13

    iv

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    6/29

    4.4 Tahap Pembiasaan ............................................................................................. 14

    4.5 Tahap Evaluasi .................................................................................................. 17

    BAB V: Penutup ...................................................................................................... 185.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 18

    5.2 Saran .................................................................................................................. 18

    Daftar Pustaka

    Lampiran

    v

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    7/29

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Semar ....................................................................................................... 5Gambar 2. Nala Gareng ............................................................................................. 5

    Gambar 3. Petruk ....................................................................................................... 6

    Gambar 4. Bagong ..................................................................................................... 6

    vi

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    8/29

    RINGKASAN

    Wayang dapat diartikan sebagai salah satu kekayaan budaya yang bernilai

    seni tinggi. Dua arti penting yang akhirnya mengantarkan wayang Indonesia diakuiUNESCO pada tahun 2003 sebagai warisan luhur budaya dunia dan menjadi salahsatu dari sekian banyak kekayaan elemen budaya Indonesia yang digunakan sebagaiidentitas kebangsaan generasi muda Indonesia saat ini. Secara filosofi wayangmerupakan bentuk pencerminan karakter manusia, tingkah laku, dan kehidupannya.Menurut Dr. Marwah Daud Ibrahim, kemajuan suatu bangsa tergantung pada

    pembentukan karakter generasi mudanya. Setidaknya ada 18 nilai karakter yangharus dimiliki, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,demokratis, rasa ingin tahu, semangat, cinta tanah air, menghargai prestasi,

    bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, pedulisosial, dan tanggung jawab.

    Wayang Punakawan mengandung nilai-nilai yang dipandang penting untukmembangun pertumbuhan kepribadian anak karena di dalamnya mengandungsimbol-simbol ketauladanan yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan bagikehidupan. Dalam pendidikan karakter pada anak tingkat sekolah dasar diterapkan

    beberapa tahapan yang mendukung terlaksananya program tersebut, di antaranyaadalah tahap identifikasi; tahap perencanaan; tahap pelaksanaan; tahap pembiasaan;dan tahap evaluasi. Dalam tahap pelaksanaan program terbagi lagi menjadi 3 tahap,yaitu tahap pengenalan wayang dan tokoh Punakawan, tahap pementasan wayang,dan tahap edu-gamesatau permainan edukasi.

    Siswa sekolah dasar dikenalkan dengan wayang dan tokoh Punakawan yang

    disajikan dalam bentuk video semenarik mungkin dan buku paduan wayang.Kemudian, mengaplikasikan wayang dan tokoh Punakawan yang telah dikenalkansebelumnya melalui sebuah pementasan atau pertunjukan wayang denganmemainkan tokoh Punakawan. Dalam pementasan tersebut jga disuguhkan lagu-lagu dolanan Jawa yang sesuai dengan tema cerita yang dipentaskan, lalu siswadiajak untuk aktif dalam edu-gamesyang mengandung nilai-nilai karakter. Metode

    pembiasaan juga diterapkan agar nilai karakter tersebut dapat tertanam dalam dirisiswa.

    vii

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    9/29

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Wayang merupakan bentuk kesenian Jawa yang masih hidup, masih

    dihidupi, dan menghidupi. Wayang juga dapat diartikan sebagai salah satu

    kekayaan budaya yang bernilai seni tinggi. Dua arti penting yang akhirnya

    mengantarkan wayang Indonesia diakui UNESCO pada tahun 2003 sebagai warisan

    luhur budaya dunia dan menjadi salah satu dari sekian banyak kekayaan elemen

    budaya Indonesia yang digunakan sebagai identitas kebangsaan generasi muda

    Indonesia saat ini. Kehadiran wayang ditengah-tengah masyarakat sejatinya mampu

    memberikan peranan penting dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan

    manusia baik sebagai penyedap pertunjukan maupun sebagai prasarana dalam

    penyampaian pesan-pesan moral yang bermanfaat.

    Secara filosofi wayang merupakan bentuk pencerminan karakter manusia,

    tingkah laku, dan kehidupannya. Salah satu contoh wayang yang sampai saat ini

    masih hidup dan oleh masyarakat Indonesia dijadikan sebagai suri tauladan dan

    panutan hidup adalah Punakawan. Merupakan dunia wayang asli Indonesia yang

    terdiri atas tokoh Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong yang dibuat sedemikian

    rupa mendekati kondisi masyarakat Jawa yang beraneka ragam karakternya yang

    mengindikasikan sumber kebenaran dan kebajikan.

    Menurut Dr. Marwah Daud Ibrahim, kemajuan suatu bangsa tergantung

    pada pembentukan karakter generasi mudanya. Di era globalisasi sekarang ini,

    dimana kemajuan teknologi berkembang pesat, mengakibatkan kemudahan-

    kemudahan dalam mengakses peristiwa yang terjadi di benua lain membuat

    masyarakat Indonesia khususnya generasi muda lebih dekat dengan kebudayaan

    asing dibanding kebudayaannya sendiri. Hal seperti inilah yang nantinya dapat

    melunturkan budaya lokal termasuk budaya kesenian wayang serta lebih

    memprihatinkan jika kebudayaan asing merasuk dalam jiwa generasi muda

    Indonesia.

    Hilangnya karakter dan identitas kebangsaan generasi muda Indonesia

    akibat pengaruh kebudayaan asing saat ini perlu mendapatkan perhatian khusus.

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    10/29

    2

    Mengingat anak adalah calon generasi penerus yang merupakan aset utama dalam

    pelestarian dan pengembangan budaya bangsa ini. Namun, tingginya pengaruh

    budaya global tidak perlu lagi menjadi alasan tergesernya kebudayaan lokal, karena

    sumua itu bergantung pada usaha dan kemampuan kita untuk mengelola. Sehingga

    melalui karya tulis ilmiah ini, kami berusaha mengoptimalkan budaya asli

    Indonesia yaitu wayang sebagai media menuju Indonesia berkarakter kepada anak-

    anak usia sekolah dasar.

    Anak-anak usia sekolah dasar adalah usia dini yang kemungkinan besar

    relatif mudah dididik dan diarahkan kepada suatu objek yang dipandang menarik.

    Anak-anak seusia ini belum banyak mengenal apa yang ada di sekitarnya. Mereka

    akan mudah tertarik pada sesuatu yang dirasa lebih dekat dengan dunia mereka,

    baik bentuk, karakter maupun nilai yang dikandung oleh suatu objek tertentu.

    Punakawan yang terdiri atas tokoh Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong

    memiliki karakter yang khas dan penuh makna. Karakter dan suri tauladan yang

    baik dalam Punakawan memiliki kesamaan dengan nilai-nilai dalam pendidikan

    karakter yang telah ditetapkan oleh DIKNAS. Wayang Punakawan juga

    mengandung nilai-nilai yang dipandang penting untuk membangun pertumbuhan

    kepribadian anak karena di dalamnya mengandung simbol-simbol ketauladanan

    yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan bagi kehidupan. Nilai-nilai inilah yang

    perlu dilestarikan dan dikenalkan sejak dini kepada siswa sekolah dasar dalam

    rangka membentuk kepribadiannya.

    1.2 Perumusan Masalah

    Pendidikan karakter sangat diperlukan agar generasi penerus bangsa

    khususnya anak sekolah dasar memiliki karakter, moral, dan tingkah laku yang baik

    dalam kehidupannya. Dalam dunia pewayangan, Punakawan yang terdiri atas tokoh

    Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong memiliki karakter yang khas dan penuh

    makna. Karakter yang dapat dijadikan sebagai suri tauladan dan panutan yang baik

    bagi anak sekolah dasar. Anak akan mudah tertarik pada sesuatu yang dirasa lebih

    dekat dengan dunia mereka, sehingga melalui wayang Punakawan sebagai media

    pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk karakter dan kepribadian anak

    agar menjadi generasi muda yang bermoral untuk membangun Bangsa Indonesia

    lebih baik.

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    11/29

    3

    1.3 Tujuan dan Manfaat

    Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis

    ilmiah ini adalah:

    1. Memperkenalkan karakter dan sifat-sifat baik tokoh wayang Punakawan kepada

    siswa sekolah dasar dalam rangka membentuk karakter dan kepribadiannya

    2. Menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam tokoh wayang Punakawan

    3. Membimbing siswa sekolah dasar agar menerapkan nilai karakter dan sifat-sifat

    baik tokoh Punakawan dalam kehidupan sehari-hari

    4. Membentuk generasi muda yang berkarakter dan bermoral kuat melalui tokoh

    wayang Punakawan

    5.

    Melestarikan serta meningkatkan kecintaan para siswa sekolah dasar terhadap

    budaya asli Indonesia yaitu wayang

    6. Membantu upaya pemerintah dalam menyukseskan program pembentukan

    karakter

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    12/29

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Wayang

    Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling

    menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni

    peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga

    seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman,

    juga merupakan media penerangan, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta

    hiburan. Wayang kulit adalah salah satu jenis wayang yang ada di Indonesia, yang

    berarti gambar atau tiruan orang dan sebagainya yang terbuat dari kulit, kayu dan

    lain-lain untuk mempertunjukkan suatu lakon (cahcepu.com).

    Wayang kulit dalam bentuk aslinya dipergunakan untuk upacara agama.

    Pada abad ke-11 sudah mulai populer di kalangan rakyat. Sejak tahun 1058, bahkan

    sejak tahun 778 atau lebih tua lagi, sudah ada wayang atau ringgit. Angka tahun

    1058 disalin oleh Brandes berdasarkan angka tahun dalam prasasti di Bali yang

    memberikan bukti adanya pertunjukan wayang (www.tuanguru.com

    ).

    Pertujukan wayang terdiri atas berbagai unsur, baik bersifat fisik maupun

    non-fisik. Unsur-unsur fisik berupa wayang, gawang dan kelir, blncong, debog,

    tapak dara, kothak, gamelan, cempala, keprak, serta lain-lainya. Unsur non fisik

    yaitu perabot garap pakeliran yang berupa lakon, catur atau wacana, gerak wayang

    atau sabet, suluk, dodogan dan keprakan, serta karawitan pakeliran. Semua unsur

    tadi dalam pertunjukan disajikan secara serentak bersama dalam satu kesatuan

    sistem jalinan yang harmonis, tertib dan teratur, sehingga menghasilkan kesan

    estetik yang sungguh manakjubkan (Dr. Sayanto, S.Kar., MA).

    2.2 Punakawan

    Punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Mereka

    melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan bermacam-

    macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan

    sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter Punakawan terdiri

    atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk.

    http://www.tuanguru.com/http://www.tuanguru.com/http://www.tuanguru.com/http://yokimirantiyo.blogspot.com/2013/01/mengenal-karakter-tokoh-punakawan.htmlhttp://yokimirantiyo.blogspot.com/2013/01/mengenal-karakter-tokoh-punakawan.htmlhttp://yokimirantiyo.blogspot.com/2013/01/mengenal-karakter-tokoh-punakawan.htmlhttp://yokimirantiyo.blogspot.com/2013/01/mengenal-karakter-tokoh-punakawan.htmlhttp://yokimirantiyo.blogspot.com/2013/01/mengenal-karakter-tokoh-punakawan.htmlhttp://yokimirantiyo.blogspot.com/2013/01/mengenal-karakter-tokoh-punakawan.htmlhttp://www.tuanguru.com/
  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    13/29

    5

    1. Semar

    Gambar 1. Semar

    Semar berasal dari kata Samara (bergegas). Semar merupakan pusat dari

    Punakawan sendiri dan asal usul dari keseluruhan Punakawan itu sendiri. Semar

    disegani oleh kawan maupun lawan. Semar menjadi tokoh yang dihormati, namun

    tetap rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesama. Penuh

    kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang dimiliki.

    2. Nala Gareng

    Gambar 2. Nala Gareng

    Nala Gareng berasal dari kata nala khairan (memperoleh kebaikan). Nala

    gareng adalah seorang yang tak pandai bicara. Karakter yang disimbolkan adalah

    cacat kaki menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan.

    Tangan yang cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang

    menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia harus

    memahami realitas kehidupan.

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    14/29

    6

    3. Petruk

    Gambar 3. Petruk

    Petruk berasal dari kata fat ruk (tinggalkanlah). Petruk adalah anak kedua

    Semar. Tokoh petruk digambarkan dengan bentuk panjang yang menyimbolkan

    pemikiran harus panjang. Dalam menjalani hidup manusia harus berpikir panjang

    (tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir panjang, biasanya akan

    mengalami penyesalan di akhir.

    4. Bagong

    Gambar 4. Bagong

    Bagong berasal dari kata al ba gho ya(perkara buruk). Bagong adalah tokoh

    yang diciptakan dari bayangan Semar. Bagong bertubuh tambun gemuk seperti

    halnya Semar. Bagong berkarakter suka bercanda bahkan saat menghadapi

    persoalan yang teramat serius serta memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh.

    Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana,

    sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia (dari berbagai sumber :

    yokimirantiyo.blogspot.com).

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    15/29

    7

    2.3 Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini dan Tingkat Sekolah Dasar

    Ada 18 nilai karakter yang harus dimiliki, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3)

    toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9)

    rasa ingin tahu, (10) semangat, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)

    bersahabat/ komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli

    lingkungan, (17) peduli sosial, (18) dan tanggung Jawab.

    Paradigma pendidikan karakter, antara lain:

    1.

    Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap, bukan

    pengajaran, sehingga memerlukan pola pembelajaran fungsional.

    2.

    Pendidikan karakter menuntut pelaksanaan oleh tiga pihak secara sinergis, yaitu

    orang tua, satuan/ lembaga pendidikan, dan masyarakat.

    3. Materi dan pola pembelajaran disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis

    peserta didik.

    4. Materi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.

    5. Materi pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran lain.

    (Sekretaris Ditjen PAUDNI Kemdikbud)

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    16/29

    8

    BAB III

    METODE PENULISAN

    3.1 Metode Penulisan

    Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode

    deskriptif. Metode tersebut digunakan untuk mengambarkan fakta-fakta yang ada.

    Pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara

    lengkap pada aspek yang diselidiki, guna menggambarkan keadaan atau

    kondisinya. Pada tahap berikutnya meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data

    tersebut. Oleh karena itu, metode deskriptif dapat diwujudkan sebagai usaha

    memecahkan masalah dengan membandingkan persamaan dan perbedaan gejala

    yang ditemukan, mengukur dimensi suatu gejala, mengadakan klasifikasi gejala,

    menilai gejala, menetapkan standar, menetapkan hubungan antar gejala-gejala yang

    ditemukan (Nawawi dalam Satria, 2005).

    3.2 Sifat Penelitian

    Penelitian ini bersifat kreatif-inovatif. Yaitu dengan mencoba menyajikan

    data-data mengenai obyek penelitan yang diharapkan dapat menggambarkan

    keadaan obyek penelitian yang sebenarnya. Kemudian data-data tersebut dianalisis

    dengan menggunakan pendekatan yang dibutuhkan. Setelah itu, membuat suatu ide/

    konsep kreatif guna pemecahan permasalahan serta menambahkan sebuah konsep

    inovatif agar berbeda dengan yang lainnya sehingga memiliki ciri khas tersndiri

    dari konsep-konsep sebelumnya.

    3.3 Jenis dan Sumber Data

    Dalam penelitian ini digunakan metode pengambilan data, yaitu data

    sekunder. Data Sekunder ialah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan

    dilaporkan oleh di luar diri peneliti sendiri, meskipun yang dikumpulkan itu

    sesungguhnya adalah data yang asli (Winarno, 1985). Data sekunder adalah data

    yang dilakukan dengan cara membaca literatur kepustakaan, internet, media cetak

    yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Data ini digunakan oleh

    peneliti sebagai data pelengkap dari data primer.

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    17/29

    9

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    Berkaitan dengan bagaimana data dalam penelitan ini diperoleh. Metode

    atau cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut :

    1. Dekstop Research

    Metode pengumpulan data dengan memanfaatkan media massa internet

    untuk mendapatkan data dari artikel-ertikel berita penting terkait, jurnal-jurnal

    ilmiah, dan hasil penelitian beberapa tokoh yang ahli di bidang terkait atau yang

    sedang mempelajari bidang terkait.

    2.

    Studi Dokumentasi

    Metode pengumpulan data dengan cara mempelajari atau menggunakan

    catatan-catatan instansi yang diteliti.

    3. Studi Kepustakaan

    Studi Kepustakaan adalah mengutip hasil laporan yang disusun oleh pihak

    lain (J.Supranto, 2001).

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    18/29

    10

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Tahap Identifikasi

    Ada begitu banyak nilai karakter yang harus dimiliki manusia untuk bekal

    dalam bermasyarakat, kurang lebih ada sekitar 24 nilai karakter. Namun, ada 18

    nilai karakter yang setidaknya harus dimiliki dan hal itu dapat dimulai sejak dini.

    Seorang anak akan terbiasa dengan karakter luhur jika sudah dibiasakan sejak kecil.

    Berikut nilai karakter yang akan disampaikan melalui media pewayangan, yaitu:

    (1) religius, (7) mandiri, (13) bersahabat/ komunikatif,

    (2) jujur, (8) demokratis, (14) cinta damai,

    (3) toleransi, (9) rasa ingin tahu, (15) gemar membaca,

    (4) disiplin, (10) semangat, (16) peduli lingkungan,

    (5) kerja keras, (11) cinta tanah air, (17) peduli sosial, dan

    (6) kreatif, (12) menghargai prestasi, (18) tanggung Jawab.

    Berikut ini beberapa paradigma pendidikan karakter pada PAUDNI, antara

    lain:

    1.

    Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap, bukan

    pengajaran, sehingga memerlukan pola pembelajaran fungsional.

    2. Pendidikan karakter menuntut pelaksanaan oleh tiga pihak secara sinergis, yaitu

    orang tua, satuan/ lembaga pendidikan, dan masyarakat.

    3.

    Materi dan pola pembelajaran disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis

    peserta didik.

    4. Materi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.

    5.

    Materi pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran lain.(Sekretaris Ditjen PAUDNI Kemdikbud)

    4.2 Tahap Perencanaan

    Dalam pendidikan karakter, diperlukan peran serta bebagai pihak baik

    formal maupun informal. Misalnya saja, sekolah yang meliputi guru pengajar dan

    kepala sekolah; keluarga di rumah meliputi orang tua dan saudara; dan tempat

    bimbingan belajar anak (jika anak mengikuti bimbingan belajar) baik privat

    maupun regular.

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    19/29

    11

    Pendidikan karakter yang akan diterapkan, sasarannya adalah anak-anak

    tingkat sekolah dasar. Tim pendidikan karakter media wayang bekerja sama dengan

    pihak sekolah meliputi guru beserta jajarannya. Tim pendidikan karakter dari

    mahasiswa berperan sebagai penyampai materi pendidikan karakter melalui

    pementasan wayang yang berisi drama dan nyanyian lagu-lagu tradisional yang

    telah diaransemen ulang dengan lirik yang dibuat sendiri disesuaikan engan nilai

    karakter yang akan disampaikan. Setelah itu, tim dari mahasiswa memberikan edu-

    games yang memiliki nilai karakter yang dapat diterapkan pada anak-anak setingkat

    sekolah dasar.

    Tim guru dan orang tua berperan sebagai tim pembiasaan siswa dalam

    menerapkan nilai karakter luhur yang telah diajarkan oleh tim pendidikan karakter

    dari tim mahasiswa. Setelah itu, dilakukan evaluasi oleh seluruh tim pendidikan

    karakter baik dari mahasiswa maupun guru. Evaluasi dibagi menjadi dua macam,

    yaitu yang pertama, memberikan kuesioner untuk diisi oleh siswa sebelum dan

    sesudah adanya penerapan pendidikan karakter dengan media pewayangan sebagai

    pembanding dan yang kedua, evaluasi yang dilakukan dengan berdiskusi antara tim

    mahasiswa, guru, dan orang tua (hanya perwakilan beberapa).

    Tokoh pewayangan yang digunakan sebagai ikon utamanya adalah tokoh

    Punakawan. Tokoh Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong) tersebut

    karena sebenarnya tokoh tersebut adalah penggambaran karakter masyarakat

    Indonesia itu sendiri. Tokoh-tokoh Punakawan dengan beragam karakter yang ada,

    yaitu: Semar yang memiliki karakter rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap

    mengasihi sesama; Gareng digambarkan memiliki cacat fisik, yaitu dengan tangan

    yang cacat, kaki yang pincang, mata yang juling, melambangkan cipta, bahwa

    menciptakan sesuatu dan tidak sempurna, kita tidak boleh menyerah; Petruk adalahtokoh yang nakal tapi cerdas, pandai berbicara, dan suka menyindir ketidakbenaran

    dengan lawakan-lawakannya; dan Bagong menunjukkan bagaimana meminimalkan

    kekurangan kita, dan memaksimalkan kelebihan kita, tetap percaya diri dengan

    kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    20/29

    12

    4.3 Tahap Pelaksanaan

    Program pendidikan karakter berbasis wayang ini dilaksanakan di Sekolah

    Dasar dengan melibatkan siswa siswi sekolah dasar, guru, dan seluruh pihak-pihak

    terkait penyuksesan program. Program dilaksanakan setiap hari minggu

    dikarenakan supaya kegiatan belajar mengajar tidak terganggu serta ketercapaian

    program lebih optimal. Sedangkan untuk waktu pelaksanaan menyesuaikan dengan

    kebutuhan. Pelaksanaan program terbagi menjadi 3 tahap, yaitu: tahap pengenalan

    wayang dan tokoh Punakawan, tahap pementasan wayang, dan tahap edu-games

    atau permainan edukasi.

    4.3.1 Tahap pengenalan wayang dan tokoh Punakawan

    Tahap ini merupakan tahap awal dimana siswa sekolah dasar dikenalkan

    lebih dahulu mengenai wayang mulai dari sejarah awal mula wayang masuk ke

    Indonesia hingga kesuksesan wayang mendapat pengakuan oleh UNESCO sebagai

    warisan luhur budaya dunia dan menjadi salah satu dari sekian banyak kekayaan

    elemen budaya Indonesia yang digunakan sebagai identitas kebangsaan generasi

    muda Indonesia. Lebih penting dari yang telah disebutkan diatas, siswa sekolah

    dasar harus paham dan mengerti mengenai tokoh wayang Punakawan yang terdiri

    atas Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong yang memiliki karakter khas dan

    penuh makna. Pada tahap ini, siswa sekolah dasar juga dikenalkan tentang nilai-

    nilai karakter dan sifat-sifat Punakawan yang patut untuk dijadikan sebagai suri

    tauladan, panutan, dan tuntunan. Sedikit contoh kecil mengenai karakter dan sifat

    tokoh Punakawan yang dikenalkan dan diajarkan kepada siswa sekolah dasar

    seperti Semar yang memiliki karakter tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi

    sesama. Upaya untuk meningkatkan minat siswa sekolah dasar agar tidak merasa

    bosan dan siswa dapat terus mengikuti seluruh rangkaian kegiatan ini hingga selesaidengan lancar sangat perlu untuk dilakukan. Pada tahap pengenalan wayang ini,

    kami berusaha untuk mengemasnya semenarik mungkin dengan menyajikannya

    dalam sebuah video yang menampilkan tokoh wayang Punakawan disertai dengan

    alunan musik Jawa yang khas. Pembelajaran atau pengenalan sejarah wayang dan tokoh

    Punakawan melalui perantara video terbukti dapat memudahkan pengetahuan kognitif bagi

    siswa sekolah dasar. Pada tahap ini disamping kami menyajikan dalam bentuk video

    juga memberikan siswa sekolah dasar sebuah buku paduan mengenai wayang dan

    tokoh Punakawan. Hal ini dikarenakan agar tingkat pemahaman dan ingatan siswa

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    21/29

    13

    sekolah dasar terhadap tokoh beserta karakter Punakawan tetap tertanam dalam

    jiwa dan pikiran mereka.

    4.3.2 Tahap pementasan wayang

    Setelah siswa sekolah dasar dikenalkan dengan wayang dan tokoh

    Punakawan yang disajikan dalam bentuk video semenarik mungkin dan buku

    paduan wayang, maka langkah selanjutnya adalah mengaplikasikan wayang dan

    tokoh Punakawan yang telah dikenalkan sebelumnya melalui sebuah pementasan

    atau pertunjukan wayang dengan memainkan tokoh Punakawan. Pada tahap

    pementasan ini, siswa sekolah dasar akan dipertunjukan sebuah pementasan drama

    yang secara langsung dimainkan oleh tim relawan mahasiswa. Tema yang diangkat

    dalam pementasan adalah tema tentang kehidupan sehari-hari yang dialami anak

    pada umumnya. Seperti persahabatan, kejujuran, kepemimpinan, dan lain

    sebagainya. Dalam pementasan drama wayang ini juga sarat akan nilai-nilai dan

    karakter tokoh Punakawan yang dapat dijadikan sebagai teladan bagi siswa sekolah

    dasar dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta dalam setiap dialognya

    mengandung pesan-pesan positif dan mendidik. Untuk meningkatkan semangat

    siswa, dalam pementasan drama ini kami juga menyajikan lagu-lagu daerah yang

    lirik lagunya dirubah dengan lirik atau kalimat yang mendidik serta diiringi dengan

    musik gamelan asli budaya Indonesia. Sehingga bukan hanya dari segi tontonan

    yang menghibur siswa tetapi juga mengandung tuntunan agar siswa menjadi

    generasi muda yang bermoral dan berkarakter baik. Dalam dialog cerita yang

    dipentaskan juga diselingidengan dialog interaktif dengan siswa agar siswa lebih

    aktif dengan memberikan respon pada cerita.

    4.3.3 Tahap edu-games

    Pada tahap ini merupakan tahap implementasi setelah siswa sekolah dasar

    dibekali pengetahuan tentang wayang dan tokoh punakawan serta pementasan

    drama wayang yang sarat akan makna dan tuntunan. Sehingga seluruh siswa

    sekolah dasar harus berperan aktif dalam mengikuti permainan edukasi. Konsep

    dari permainan ini adalah siswa sekolah dasar akan dibagi menjadi beberapa

    kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa. Dari kelompok yang

    sudah dibentuk kemudian diberikan nama kelompok berdasarkan nama tokoh

    pewayangan dengan tujuan agar siswa lebih mengenal tokoh pewayangan. Tokoh

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    22/29

    14

    pewayangan juga dapat berupa nama tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sengaja

    dimasukkan dalam cerita pewayangan. Karena tokoh pewayangan beragam sesuai

    dengan kebutuhan cerita.

    Setelah masing-masing kelompok mendapatkan nama, tiap

    kelompokdiberikan permainan puzzle. Puzzle tersebut berisikan cerita-cerita

    pewayangan yang telah disesuaikan dengan kesukaan anak-anak, yaitu tokoh

    pewayangan dibuat seperti gambar animasi kartun wayang yang terlihat lucu

    sehingga siswa pun juga terasa nyaman dengan gambar yang disuguhkan. Ketika

    setiap kelompok mulai menyatukan puzzle, siswa juga diajak untuk bernyanyi

    bersama dengan lagu-lagu dolanan yang telah diaransemen ulang diliriknya oleh

    tim relawan mahasiswa. Dari permainan ini, siswa diharapkan tidak hanya

    mengenal karakter tokoh tapi juga menerapkan dalam kesehariannya, tentu saja

    karakter yang baik. Adanya lagu dolanan, sebagai penunjang penanaman nilai

    karakter serta siswa juga mengakrabkan siswa dengan lagu dan musik tradisional.

    Sedangkan, permainan dikemas berupapuzzlemengembangkan ketangkasan siswa

    dalam merangkai pola-pola puzzle serta melatih kesabaran siswa dalam mencapai

    suatu tujuan. Bagi kelompok yang paling cepat menyelesaikan puzzledengan baik

    dan mengikuti aturan main yang telah dibuat, maka kelompok tersebut berhak

    mendapatkan hadiah berupa miniatur tokoh pewayangan dengan berbagai karakter

    dan siswa berhak memilih sendiri tokoh mana ynag diinginkan.

    4.4 Tahap Pembiasaan

    Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan

    perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dan konsisten dalam waktu yang

    cukup lama dengan harapan perilaku dan keterampilan yang diulang-ulang itu

    benar-benar masuk dalam benak dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit

    untuk ditinggalkan. Dalam istilah psikologi, proses pembiasaan disebut

    conditioning. Proses ini akan mewujudkan suatu kebiasaan (habit) dan

    kemampuan (ability), yang akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi (personal

    habits) yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Ketika telah menjadi kebiasaan,

    sikap atau perilaku itu seperti sudah otomatis dan spontan dilakukan serta tidak

    memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya jika seorang anak telah

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    23/29

    15

    dibiasakan di sekolahan untuk membereskan mainan setelah bermain usai, maka

    ketika dia rumahpun biasanya akan melakukan hal yang sama.

    Edward lee Thoorndike, salah seorang tokoh psikologi yang memberi

    pengaruh terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan teori pembiasaan

    yang lebih dikenal dengan teori connectionism(koneksionisme) yaitu belajar terjadi

    akibat adanya asosiasi antara stimulus dengan respon, stimulus akan memberi kesan

    pada panca indra, sedangkan respon akan mendorong seseorang untuk bertindak

    (Wiji Suwarno, 2006: 59). Sebagai contoh yang dapat kita lihat pada seorang anak

    didik yang terbiasa jujur dalam setiap berkata, pada saat ditanya oleh orang

    walaupun seseorang yang tidak dikenalpun akan tetap berkata jujur.

    Bahkan, walaupun sifat atau tingkah laku tertentu yang pada awalnya sangat

    sulit untuk melakukannya, namun karena sering dilakukan berulang-ulang dalam

    jangka waktu yang lama akhirnya ia terbiasa dan menguasai tingkah laku tersebut.

    Di sinilah pentingnya proses pembiasaan bagi anak untuk menerapkannya dalam

    belajar, sebab sesuatu pengetahuan, sifat atau tingkah laku yang diperoleh dengan

    pembiasaan, maka apa yang diperoleh itu akan sangat sulit untuk mengubah atau

    menghilangkannya, sehingga cara ini sangat berguna dalam mendidik anak. Hal ini

    disebabkan karena kebiasaan itu merupakan perilaku yang sifatnya otomatis, tanpa

    direncanaknan terlebih dahulu, berlangsung begitu saja tanpa dipikirkan lagi.

    Proses pembiasaan ini berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan

    yang dibimbingan oleh orang yang lebih dewasa seperti orang tua dan guru, peserta

    didik akan semakin terbiasa. Jadi peran guru atau orang tua dalam proses ini sangat

    penting.

    Setelah memahami apa itu pembiasaan dan teori pembiasaan, sekarang akan

    kami paparkan tentang konsep dalam tahapan ini. Pada tahapan ini yang

    memerankan langsung adalah guru kelas. Guru kelas dituntut untuk menanamkam

    nilai-nilai karakter Punakawan yang telah disampaikan dalam tahapan pelaksanaan

    (pementasan dan edu-games). Penanaman karakter ini dapat dilakukan dengan cara

    mengaplikasikan karakter dengan wujud yang riil (real) secara berulang-ulang.

    Contoh wujud pengaplikasian karakter dalam kelas seperti berikut: Ketika

    guru mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang penemu

    bohlam lampu misalnya. Disamping guru menjelaskan tentang bagaimana cara

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    24/29

    16

    kerja dari bohlam lampu sederhana dan nama penemunya, juga dijelaskan karakter

    yang dimiliki sang peneliti/ penemu khususnya Thomas Alva Edison, penemu

    bohlam lampu. Guru menceritakan bahwa Thomas mempunyai karakter pekerja

    keras dan pantang menyerah (tidak mudah putus asa), walaupun beberapa kali gagal

    dalam melakukan percobaan tapi dia tetap mengulanginya sampai berhasil. Contoh

    yang lain, ketika dilaksanakan ulangan harian, siswa dididik agar bersifat percaya

    diri dan jujur. Siswa diberi sugesti agar mereka yakin akan kemampuannya sendiri.

    Selain itu lakukan percobaan dengan cara membiarkan siswa dalam kelas untuk

    mengerjakan soal ulangan tanpa pengawasan(guru keluar dari ruang kelas).

    Sebelum guru meninggalkan siswa, sebaiknya guru memberikan keyakinan bahwa

    jujur merupakan sifat/ karakter yang terpuji, guru berkata bahwa nilai sebagus

    apapun kalau tidak jujur (mencontek) akan tidak dihargai, tetapi kalau jujur dalam

    mengerjakan walaupun nilainya kurang baik akan lebih dihargai (diapresiasi).

    Dalam tahapan pembiasaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

    guru, yaitu:

    1.

    Pembiasaan hendaknya dilakukan secara berulang-ulang (terus-menerus).

    2. Pembiasaan harus bersifat konsekuen, tegas, dan tetap teguh terhadap pendirian

    atau aturan yang telah disepakati. Jangan member kesempatan kepada anak

    untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu. (Ramayulis, Ilmu

    Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, hlm. 185)

    Selain melaksanakan tugas melakukan pembiasaan, guru juga berperan

    sebagai pengamat dan penilai secara langsung seberapa progress (kemajuan)

    penanaman karakter setiap hari. Dalam evaluasi yang dilaksanankan dua minggu

    sekali guru diharapkan dapat memaparkan kemajuan penanaman karakter pada

    siswa sekaligus memberikan masukan kepada tim relawan pendidikan karakter dari

    mahasiswa sehingga nantinya dapat didiskusikan dan digodog(direncanakan) ulang

    sehingga dalam pementasan selanjutnya dapat lebih mengena kepada siswa.

    4.5 Tahap Evaluasi

    Dalam setiap kegiatan yang dilakukan pasti perlu adanya evaluasi. Evaluasi

    diharapkan dapat menunjukkan pencapaian keberhasilan atau ketidakberhasilan

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    25/29

    17

    dalam pelaksanaan tersebut. Dalam pembelajaran, evaluasi diperlukan untuk

    mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Apakah pembelajaran

    yang dilakukan dapat dikatakan berhasil atau tidak? Apakah metode yang dilakukan

    lebih efektif dan efisien daripada metode yang lama atau sebaliknya? Evaluasi juga

    diharapkan dapat memaparkan kekurangan dari sebuah metode agar nantinya dapat

    dicari solusi guna penyempurnaan metode tersebut. Tahapan evaluasi dibagi

    menjadi 2, yaitu evaluasi berkala dan evaluasi akhir. Evaluasi berkala dilaksanakan

    setiap seminggu sekali. Evaluasi berkala dilakukan dengan cara mempertemukan

    tim relawan mahasiswa (Akbid) dan para guru kelas. Guru akan menceritakan

    perkembangan dari target yang telah direncanakan serta mengungkapkan

    kekurangan dari kegiatan yang telah dilakukan sekaligus memberi masukan kepada

    tim Akbid sehingga selanjutnya dapat diterapkan dalam pemetasan pada minggu

    selanjutnya agar lebih baik. Evaluasi akhir merupakan tahapan terakhir dari

    kegiatan ini yang dilaksanakan satu bulan sekali. Evaluasi akhir dilakukan dengan

    cara membuat lembararan penilaian yang berisi petanyaan sederhana dan studi

    kasus. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menyampaikan pendapatnya mengenai

    program pendidikan karakter yang diterapkan. Evaluasi akhir diharapkan akan

    memberikan kesimpulan akhir dari hasil baik keberhasilan maupun

    ketidakberhasilan metode yang dilaksanakan selama satu bulan. Data dari hasil

    evaluasi ini akan dibuat laporan sehingga harapannya dapat menjadikan acuan dan

    bermanfaat dalam kegiatan selanjutnya yang sejenis.

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    26/29

    18

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Dalam

    kebudayaan, selain tersimpan nilai estetik dan artistik yang tinggi juga terdapat nilai

    karakter yang menjadi jatidiri bangsa Indonesia dan sebagai motor penggerak agar

    Indonesia menjadi negara yang besar di mata dunia Internasional. Salah satu

    warisan kebudayaan yang bisa kita sarikan karakternya adalah Punakawan. Tokoh

    wayang asli Indonesia yang merupakan representasi dari karakter masyarakat

    Indonesia (khususnya Jawa) yang sesungguhnya. Karakter masyarakat Indonesia

    yang diwujudkan dalam Punakawan antara lain: rendah hati, tidak sombong, jujur,

    mengasihi sesama, pantang menyerah, cerdas, pandai berbicara, dan percaya diri.

    Karakter ini bisa ditanamkan kepada calon penerus bangsa dengan berbagai

    metode, metode yang kita tawarkan adalah memanfaatkan sarana wayang. Tahapan

    dalam metode yang kami tawarkan meliputi identifikasi, perencanaan, pelaksanaan,

    pembiasaan, dan evaluasi. Tahapan pokok dalam metode ini dipusatkan dalam

    tahapan pelaksanaan dan pembiasaan. Tahapan pelaksanaan diwujudkan dengan

    pementasan wayang yang menampilkan karakter dari tokoh Punakawan yang

    diselingi lagu dolanan agar siswa tidak jenuh dan tertarik dan dilanjutkan edu-

    games untuk merangsang siswa aktif. Tahapan pembiasaan diarahkan dan

    diaplikasikan langsung oleh guru dalam setiap pengajaran secara terus-menerus

    agar karakter Punakawan terpatri dalam benak siswa.

    5.2 Saran

    Memadukan kebudayaan dan pendidikan perlu dilakukan mengingat

    kebudayaan bersifat fungsional dalam upaya meningkatkan pendidikan karakter

    bangsa. Gagasan ini mulai disadari dan direspon oleh pemerintah melalui

    Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui penanaman

    nilai kebudayaan yang dilakukan melalui pendidikan karakter yang diterapkan

    secara berjenjang pada semua tingkat pendidikan mulai tahun ajaran 2011/2012.

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    27/29

    19

    Kemudian dalam kurikulum pendidikan tahun 2013 penanaman nilai kebudayaan

    lebih ditekankan pada cakupan seni dan budaya nasional.

    Harapannya, selain dimasukkan dalam mata pelajaran kesenian dan

    kebudayaan, pendidikan karakter juga dapat diwujudkan dalam kegiatan

    ekstrakurikuler sebagai penunjang pendidikan karakter pada siswa sehingga

    dibutuhkan dukungan dan peran serta pemerintah secara langsung. Wujud peran

    serta pemerintah dapat berupa kebijakan yang menunjang kegiatan ini dan

    bekerjasama dengan institusi tertentu seperti perguruan tinggi atau beberapa

    kelompok penggiat pendidikan dan kebudayaan dari masyarakat.

  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    28/29

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    Departemen Agama RI. 2001. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

    Departemen Pendidikan Nasional RI. 2007. Pedoman Pembelajaran BidangPengembangan Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: DirektoratJenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah DirektoratPembinaan Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah Dasar.

    Hasyim Umar. 1998. Cara Mendidik Anak dalam Islam. Surabaya: Bina Ilmu.

    Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. 2010. Pedoman PewayanganBerperspektif Perlindungan Saksi dan Korban. Jakarta: LembagaPerlindungan Saksi dan Korban.

    Prodibpi.wordpress.com. 2010. Teori Keteladanan dan Pembiasaan DalamPendidikan. Diakses bulan September 2013.

    Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

    yokimirantiyo.blogspot.com. 2013. Mengenal karakter tokoh Punakawan. Diaksesbulan September 2013.

    www.cahcepu.com. 2013. Sejarah Pewayangan. Diakses bulan September 2013.

    www.referensimakalah.com. 2012. Pendidikan Melalui Proses Pembiasaan.Diakses bulan september 2013.

    www.tuanguru.com. 2013. Sejarah Wayang. Diakses bulan September 2013.

    http://www.cahcepu.com/http://www.tuanguru.com/http://www.tuanguru.com/http://www.cahcepu.com/
  • 5/20/2018 nurrohim makalah

    29/29

    21

    LAMPIRAN

    Scan Bukti Pembayaran

    Scan KTM