Upload
truongkhanh
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi
Berbasis Kelautan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Ditulis oleh :
Nur Widia Rahmawati 213-14-004
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
1 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewareganegaraan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang maritim Indonesia menuju
ekonomi berbasis kelautan , yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAIN Salatiga. Saya sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Salatiga, 10 Desember 2014
Penyusun
2 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tantangan perkembangan perekonomian dunia memasuki era baru. Semangat globalisasi
perdagangan menjadi ruh kesadaran dalam pembuatan setiap kebijakan negara-negara di
dunia, yang didorong dan difasilitasi organisasi-organisasi perdagangan dunia, utamanya
WTO (World Trade Organization).
Semangat ini dilandasi sebuah dasar pemikiran hasil kristalisasi berbagai pengalaman dan
pandangan kritis mengenai perdagangan antarnegara dengan berbagai hambatan dan
tantangannya. Rezim perdagangan yang dikembangkan menganut paham zero resistance
yang menekankan bahwa volume perdagangan antarnegara dapat diperbesar meningkat
berkali lipat apabila negara-negara yang terlibat dalam perdagangan berupaya sungguh-
sungguh menghilangkan hambatan perdagangan. Salah satunya, menghapus bea masuk
barang impor.
Situasi arus barang pun turut terpengaruh berubah, seiring perubahan tingkat produktivitas.
Negara-negara kawasan Asia tumbuh sangat cepat (terutama Tiongkok), sementara
perekonomian negara-negara Eropa dan Amerika Serikat sedang mengalami kejenuhan dan
akhir-akhir ini justru mengalami penyusutan (kontraksi).
Situasi ini mampu semakin menggeser arus perdagangan dari dan menuju Asia (terutama
Tiongkok). Setidaknya diperkuat dengan fakta yang telah ada, sejumlah 45 persen seluruh
volume perdagangan laut melalui jalur laut Indonesia.
Seiring potensi peningkatan volume perdagangan yang pesat dengan diberlakukannya pasar
bebas bagi negara-negara yang tergabung menjadi anggota WTO dan potensi semakin
meningkatnya produktivitas perekonomian Tiongkok maka harus mampu diterjemahkan
sebagai sebuah tantangan pengembangan wilayah laut Indonesia sebagai Poros Maritim
Dunia. Karena, arus perdagangan yang terjadi, menggunakan moda transportasi laut, dari dan
menuju Tiongkok, akan banyak memanfaatkan alur laut di wilayah Indonesia.
3 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah laut itu ?
2. Bagaimana posisi laut Indonesia ?
3. Bagaimana potensi kelautan Indonesia ?
4. Bagaimana perkembangan ekonomi kelautan Indonesia ?
5. Bagaimana upaya pemerintah dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim
ekonomi berbasis kelautan?
6. Bagaimana cara menangkal globalisasi dari segi maritim?
4 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Laut dan Perdagangan bebas
Dari sisi Bahasa Indonesia pengertian laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang
banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut
adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya
mengandung garam dan berasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan bermuara
ke laut. ( sumber kbbi.web.id/laut )
Laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang
dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu :
1. Tempat rekreasi dan hiburan
2. Pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, angin, dsb.
3. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laun, dll.
4. Tempat barang tambang berada
5. Salah satu sumber air minum (desalinasi)
6. Sebagai jalur transportasi air
7. Sebagai tempat cadangan air bumi
8. Sebagai objek riset penelitian dan pendidikan
Macam-Macam / Jenis-Jenis Laut :
A. Jenis/Macam Laut Berdasarkan Sebab Terjadinya :
1. Laut Ingresi : Adalah laut yang terjadi karena penurunan dasar laut dengan
kedalaman 200 meter lebih.
2. Laut Transgresi : Adalah laut yang terjadi karena terjadi peninggian permukaan air
laut yang memiliki kedalaman kurang dari 200 meter.
5 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
3. Laut Regresi : Adalah laut yang ada karena proses sedimentasi lumpur daratan yang
masuk ke laut akibat erosi daratan.
B. Jenis/Macam Laut Berdasarkan Letak Laut :
1. Laut Tepi : Adalah laut yang ada di tepi benua.
2. Laut Pedalaman : Adalah laut yang dikelilingi oleh daratan benua yang hampir
seluruhnya terkepung benua.
3. Laut Tengah : Adalah laut yang ada di tengah-tengah antara benua.
C. Jenis/Macam Laut Berdasarkan Kedalaman Laut :
1. Laut Zona Litoral : Adalah laut yang berada di batas antara garis pasang surut air laut
yang bisa kering dan bisa tergenang air laut.
2. Laut Zona Neritik : Adalah laut yang mempunyai kedalaman kurang dari 200 meter.
3. Laut Zona Batial : Adalah laut yang memiliki kedalaman laut antara 200 hingga 1800
meter.
4. Laut Zona Abisal : Adalah laut yang memiliki kedalaman yang lebih dari 1800 meter.
Pengertian Perdagangan Bebas
Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu penjualan produk
antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. ( sumber
putricitraeffendy.blogspot.in/2012/05/pasar-bebas_19.html?m-1 )
Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan
(hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan
perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Perdagangan Internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan
yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang impor.
Secara teori, semuha hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh perdagangan bebas.
Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan yang didukung oleh penganut
perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan hambatan baru kepada terciptanya
6 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
pasar bebas. Perjanjian-perjanjian tersebut sering dikritik karena melindungi kepentingan
perusahaan-perusahaan besar.
2.2 Posisi Strategis Laut Indonesia
Indonesia merupakan Negara Kelautan terbesar di dunia yang memiliki bentang laut
luas dengan ribuan pulau besar dan kecil. Jumlah pulaunya lebih dari 13.500 buah dan
mencakup wilayah sepanjang 3.000 mil laut dari Sabang sampai Merauke.
Indonesia merupakan negara dengan pantai terpanjang kedua di dunia. Indonesia
terletak pada posisi geografis sangat strategis, terletak di antara persilangan dua benua dan
dua samudera, serta memiliki wilayah laut yang menjadi urat nadi perdagangan dunia.
Luas wilayah laut Indonesia mencapai ¾ dari seluruh wilayah Indonesia. Selat Malaka
dan jalur ALKI secara umum merupakan jalur perdagangan strategis yang dilalui kapal-kapal
perdagangan dunia dengan volume perdangangan mencapai 45 persen dari total nilai
perdagangan seluruh dunia. Sampai saat ini, Laut Indonesia berpotensi meningkat di masa-
masa datang, mengingat prospek perkembangan perekonomian di wilayah Asia masih
menjanjikan.
Posisi geografis Indonesia yang sangat strategis seharusnya mampu menempatkan
prioritas kebijakan nasional diorientasikan pada kepentingan Indonesia di wilayah laut.
Prinsip dasar yang harus diperhatikan dan dipertahankan sesuai cita-cita
konstitusi, hendaknya dalam menetapkan kebijakan dan kepentingan nasional Indonesia
mengutamakan integrasi wilayah nasional secara menyeluruh, menjamin politik luar negeri
yang bebas dan aktif, dan kesejahteraan masyarakat.
Prioritas pembangunan Indonesia yang berorientasi di wilayah laut, di samping untuk
kepentingan kesejahteraan rakyat, sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari kepentingan
besar lainnya, menyangkut kepentingan menjaga keutuhan NKRI mengingat ¾ wilayah
Indonesia merupakan wilayah laut.
7 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
Negara-negara dengan penduduk besar di dunia, seperti Tiongkok, India, Amerika
Serikat, Brazil, Indonesia, termasuk Eropa, secara keseluruhan menjanjikan prospek besaran
volume perekonomian.
Namun demikian, tidak sebagaimana Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brasil, dan
Eropa yang wilayahnya terbentang sebagai daratan, Indonesia memiliki tantangan lebih besar
dalam distribusi perekonomian, karena wilayahnya sebagian besar lautan dan aktivitas
perekonomian antarpulau menghadapi kendala berkaitan biaya distribusi yang sangat mahal.
2.3 Posisi Strategis Kepulauan Riau dan pintu gerbang pasar Internasional – Indonesia
Keberadaan fakta menunjukkan bahwa lokasi Kepulauan Riau sebagai lokasi yang
strategis dan terletak pada jalur perdagangan internasional selama berabad-abad silam telah
menjadikan karakter masyarakatnya sebagai masyarakat bahari dan pedagang antar pulau,
khususnya di Kepulauan Riau. Walaupun ada juga masyarakat setempat yang memiliki
profesi selain pedagang atau nelayan. Berkenaan dengan aktivitas perdagangan dan maritim
di Kepulauan Riau, tidak dapat dipungkiri bila Kepulauan Riau memiliki peran yang strategis
sebagai barrier serta pintu gerbang perdagangan dan aktivitas maritim di Selat Malaka yang
merupakan pintu gerbang di bagian barat Nusantara.
Kepulauan Riau yang merupakan gugusan kepulauan yang sangat ideal sebagai barrier
(rintangan) arus laut. Mengingat teknologi navigasi pelayaran dan aktivitas perdagangan
maritim pada masa lalu masih sangat sederhana, yaitu mengandalkan pelayaran dengan
menyusuri pantai. Pemanfaatan kondisi angin barat dan angin timur yang bertiup di sekitar
Selat Malaka memberikan kesempatan bagi pengembangan jalur pelayaran barat-timur dan
utara-selatan pulang-balik secara teratur. Hal ini memungkinkan berkembangnya aktivitas
perdagangan maritim di Selat Malaka yang kelak di kemudian hari berlangsung secara
berkelanjutan (Koestoro, dkk : 2004a : 1).
Dalam perjalanan sejarahnya Selat Malaka dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya sekurang-
kurangnya sejak abad ke-7 sebagai kerajaan maritim yang cukup disegani di Nusantara pada
waktu itu. Pada masa berikutnya, sekitar abad ke-14 hingga, wilayah ini silih berganti
8 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
dikuasai oleh kerajaan-kerajaan Islam yang ada di wilayah Pulau Sumatera. Masa berikutnya
bangsa Eropa, salah satunya bangsa Portugis menguasai Malaka tepatnya pada tahun 1511.
Mengacu pada berbagai sumber, antara lain yang dibuat oleh Tome Pires dapat diketahui
bahwa menjelang abad ke-16 bermunculan pusat-pusat kekuasaan baru di kiri-kanan Selat
Malaka. Dalam kompetisi di antara pusat-pusat kekuasaan tersebut, jelas bahwa faktor
ekonomi dan politik sangat menentukan bagi pembentukan pengaruh. Pada akhir abad ke-14
Malaka telah berkembang sebagai pusat perdagangan yang besar di kawasan Asia. Untuk
menjamin keamanan dan kestabilan dalam menciptakan kondisi yang baik bagi kelangsungan
perdagangannya, Malaka menjalankan ekspansi serta meluaskan pengaruhnya. Kepulauan
Riau merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam pengaruh Malaka. Pada abad ke-15
Malaka berkedudukan sebagai pusat perdagangan di Asia pada umumnya, dan Nusantara
pada khususnya (Koestoro, dkk.,: 2004a:1).
Bagian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum, Kepulauan Riau sebagai pintu
gerbang di bagian barat Nusantara dalam ranah perdagangan dan aktivitas maritim pada masa
lalu. Tulisan bersifat eksploratif, alur penalaran induktif digunakan dalam tulisan ini untuk
mendapatkan generalisasi umum. Data yang dipakai merupakan sampel data arkeologi yang
diperoleh dari hasil penelitian arkeologi di Pulau Lingga, Pulau Buaya dan Tanjungpinang.
Dalam tulisan ini, ruang lingkup pembahasan data dibatasi pada data yang diperoleh dari hasil
penelitian arkeologi di Pulau Lingga, Pulau Buaya dan Tanjungpinang, khususnya yang
berkenaan dengan aktivitas maritim dan perdagangan.
Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui jejak aktivitas maritim yang pernah ada di
bagian tenggara Selat Malaka, khususnya di wilayah Kepulauan Riau adalah melalui kajian
arkeologi maritim, yaitu studi arkeologi yang mengkhususkan kajiannya pada segala aktivitas
masa lalu berkaitan dengan dunia maritim. Termasuk di dalamnya segala sesuatu akibat dari
aktivitas kemaritiman masa lalu, tercermin dalam wujud budaya material yang ditemukan
tidak hanya di wilayah perairan (laut, sungai dan danau) tetapi juga di daratan (Koestoro, dkk,
2004b:30).
9 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
Aktivitas perdagangan maritim yang terjadi di bagian tenggara Selat Malaka, terutama
rute pelayaran perdagangan maritim dari Laut Mediterania ke Kepulauan Nusantara, dan dari
arah Laut Cina Selatan menuju bandar-bandar dagang di pesisir utara Pulau Jawa dan
Nusantara telah menjadi pusat sumber komoditi perdagangan rempah-rempah di kawasan
Asia menjelang abad ke-15 hingga penguasaan bangsa Eropa di Nusantara abad ke-19.
Terjadinya kontak dagang antara saudagar dari timur, barat, dan masyarakat Nusantara,
khususnya yang berada di wilayah Kepulauan Riau menjadikan wilayah ini sebagai lokasi
yang ideal dan strategis sebagai barrier bagi aktivitas pelayaran maupun para pedagang dari
dan menuju ke wilayah Nusantara.
Selain para sudagar Arab, India dan Cina, bangsa Melayu juga dikenal sebagai pedagang,
suku bangsa Melayu merupakan etnis mayoritas yang mendiami wilayah Kepulauan Riau.
Mereka digambarkan sebagai orang-orang laut. Selama berabad-abad, bangsa Melayu
memainkan peran penting dalam membuat rute awal pelayaran dari dan ke Nusantara melalui
Selat Malaka.
Lokasi yang strategis Kepulauan Riau menjadikannya sebagai daerah lokasi perdagangan
serta aktivitas maritim di bagian barat Nusantara, khususnya di Selat Malaka. Sebagai jalur
perdagangan dan aktivitas maritim dunia, Selat Malaka telah memainkan peranan penting
sejak masa lalu. Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan temuan data arkeologis berupa
fragmen keramik asing, mata uang asing maupun lokal, data etnografi perahu tradisional
Kolek Selat serta nama toponim daerah/kampung.
Keramik merupakan barang impor lintas wilayah yang memiliki makna tidak hanya
sebagai barang yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari aliran barang (flow of
goods) dari tempat produksinya sampai ke konsumennya (Harkantiningsih,2006:6).
Tinggalan arkeologis berupa fragmen keramik dan koin logam asing dapat membantu
deskripsi pola atau sistem dari aktivitas maritim dan perdagangan masa lalu, walaupun secara
langsung maupun tidak langsung data tersebut harus didukung oleh data kontekstualnya
dalam sebuah situs maupun antar situs arkeologisnya.
Tidak dapat dipungkiri, teknologi produksi dan pembuatan keramik (dari bahan
stoneware serta porselin) belum dikenal oleh masyarakat Nusantara pada umumnya. Produksi
10 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
massal keramik menjadi dominasi Cina dan sebagain daerah Asia Tenggara daratan yang
terpengaruh oleh kekuasaan Cina pada masa lalu. Baru pada masa yang lebih muda,
khususnya di daerah Singkawang, Kalimantan Barat terdapat tempat produksi keramik yang
meniru keramik Cina. Hegemoni Cina dalam perdagangan keramik telah dimulai sejak zaman
Dinasti Han sekitar abad ke-20 SM -- ke-220 M hingga sekarang.
Keberadaan barang yang diproduksi dari daerah luar Nusantara serta keberadaan temuan
data berupa alat tukar, dalam hal ini mata uang dapat dijadikan sebagai indikasi adanya
aktivitas pertukaran/jual-beli dari daerah lain dengan penduduk lokal khususnya pada masa
lalu di daerah Kepulauan Riau.
Adapun data toponim sebuah daerah/kampung yang terletak di Pulau Lingga, dapat
dijadikan sebagai bukti keberadaan orang-orang dari daerah luar yang datang ke suatu daerah
untuk tujuan tertentu. Biasanya suku bangsa-suku bangsa dari daerah luar berkelompok pada
suatu daerah tertentu, baik disengaja maupun tidak, atau bahkan adanya pengaruh politik dari
para penguasa setempat yang menghendaki penataan/pengaturan lokasi untuk kepentingan
ekonomi, politik, sosial, budaya dan keamanan wilayahnya. Secara umum nama toponim
dikenali dari etnis yang berdomisili.
Data lain sebagai pendukung keberadaan aktivitas perdagangan dan maritim di wilayah
Kepulauan Riau adalah adanya teknologi pembuatan perahu tradisional yang disebut dengan
Kolek Selat pada masyarakat Dompang Seberang, di sebelah barat Pulau Bintan. Teknologi
pembuatan perahu tradisional yang disebut oleh masyarakat setempat Kolek Selat, diwariskan
turun temurun oleh leluhur masyarakat Dompang Seberang khususnya, dan masyarakat di
Kepulauan Riau pada umumnya telah menjadikan bukti yang tidak terelakkan bagaimana
masyarakat yang berdomisili di daerah kepulauan beradaptasi dengan lingkungan perairan
dalam rangka mempertahankan serta memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.4 Potensi Ekonomi Kelautan
Potensi Laut Indonesia memberikan peluang kesejahteraan dan kemakmuran. Indonesia
memiliki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang terbentang seluas 2,4 juta kilometer persegi
11 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
dengan berbagai potensi kekayaan alam yang siap dieksploitasi di dalamnya. Potensi ekonomi
tersebut menjanjikan bagi prospek pencapaian kinerja perekonomian yang mampu
menyejahterakan rakyat.
Namun demikian, sebagai negara berkembang yang masih kekurangan kemampuan teknologi
untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan bawah laut, Indonesia harus
membangun kerja sama lebih erat dengan negara-negara berteknologi maju untuk
mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber energi dasar laut.
Potensi perekonomian kelautan dapat dikembangkan dari berbagai sektor, terutama sektor
perikanan tangkap, sektor perikanan budidaya, sektor pengolahan perikanan, sektor jasa
pelabuhan, eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya energi lepas laut, terutama pada kawasan
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), kehutanan pesisir, perdagangan, pelayaran dan pariwisata.
Kesadaran tentang keunikan kebutuhan konsumen mancanegara terhadap produk perikanan
dapat memberikan peluang bagi pemasaran ekspor produk perikanan Indonesia. Tingkat
konsumsi ikan masyarakat Indonesia saat ini masih jauh di bawah tingkat konsumsi negara-
negara lain di dunia, sehingga eksploitasi dan pengembangan budidaya perikanan dan
perikanan tangkap masih memiliki peluang sangat besar di pasar domestik, dengan asumsi
daya beli masyakat semakin meningkat pada masa-masa mendatang, ditopang pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, semakin berkualitas dan inklusif.
Peranan sektor kelautan dan perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah
mendorong pertumbuhan agroindustri melalui penyediaan bahan baku, meningkatkan devisa
melalui peningkatan ekspor hasil produk kelautan dan perikanan, meningkatkan kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani atau nelayan serta menunjang
pembangunan nasional. Sejalan dengan itu, maka kebijaksanaan umum pembangunan sektor
kelautan dan perikanan harus berorientasi pada peningkatn produktivitas, nilai tambah,
perluasan kesempatan kerja dan efisiensi usaha serta peningkatan pendapatan usaha sektor
kelautan dan perikanan.
Sementara Prof. Tridoyo Kusumastanto mengungkapkan, ada 7 sektor dalam kelautan yang
kaitannya terhadap pembangunan ekonomi bangsa. Sektor tersebut antara lain perikanan,
12 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
pertambangan, industri kelautan, jasa kelautan, bangunan kelautan, pariwisata bahari, dan
perhubungan laut. Menurut perhitungan beliau kelautan menyumbangkan 22,5 persen dari
produk domestik bruto (PDB), oleh karenanya sektor ini harus lebih mendapat perhatian.
Terdapat sejumlah tantangan dan permasalahan mendasar bagi Indonesia jika ingin berpaling
membangun ekonomi berbasis kelautan dan perikanan. Persoalan yang harus dipecahkan
mulai dari identifikasi dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, manajemen pemerintah
melalui peraturan dan birokrasi, penurunan nilai investasi serta kompleksitas permasalahan
perikanan yakni sumberdaya ikan yang kian kritis akibat menurunnya areal penangkapan,
kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu, tingkat pengetahuan dan peralatan nelayan dan
kualitas produk perikanan yang dihasilkan.
Untuk menjawab segala tantangan dan permasalahan tersebut, pemerintah perlu melakukan
usaha yang lebih signifikan guna menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai tulang
punggung pembangunan ekonomi bangsa.
Upaya ini misalnya Pertama, pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan berkelanjutan
dan berbasis masyarakat. Pengelolaan ini berupa proses yang terintegrasi mulai dari
pengempulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan kesimpulan, alokasi
sumber dan implementasinya menyangkut segenap potensi baik renewable maupun non
renewable resource kelautan dan perikanan. Pengelolaan ini harus mengarah pada bagaimana
sumberdaya yang ada saat ini mampu memenuhi kebutuhan sekarang dan kebutuhan generasi
yang akan datang, dimana aspek keberlanjutan harus meliputi aspek ekologi, ekonomi dan
sosial.
Kedua, mendorong peningkatan nilai investasi kelautan dan perikanan dari penanaman modal
dalam negeri. Hal ini dimaksudkan agar besarnya potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
yang dimiliki bangsa ini dapat dinikmati oleh warga negaranya sendiri. Selain itu pemerintah
perlu untuk melakukan kajian lebih detail tentang usaha-usaha perikanan yang dapat
dikembangkan di Indonesia di tahun-tahun yang akan datang.
Ketiga, memperbaiki daya saing produk kelautan dan perikanan di pasar Internasional.
Pemerintah industri dan masyarakat hendaknya dapat bekerjasama secara sinergis guna
13 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
meningkatkan nilai daya saing produk tersebut. Pola kemitraan antara ketiga elemen tersebut
sangat berarti dalam mendorong kualitas produk kelautan dan perikanan. Selain itu perlu juga
adanya program peningkatan SDM berupa pelatihan, penyuluhan dan keterampilan yang lebih
terpadu kepada masyarakat perikanan.
Keempat, pemerintah perlu membuat regulasi yang tepat untuk mengoptimalkan potensi
kelautan dan perikanan. Peraturan dan birokrasi yang dibuat ini mampu hendaknya
menyelesaikan segenap permasalahan dunia kelautan dan perikanan, seperti sengketa
perbatasan dan pulau terluar, persoalan desentralisasi dan otonomi daerah, illegal fishing dan
penggunaan alat tangkap, regulasi yang mendukung peningkatan iklim investasi serta
berbagai tata peraturan lainnya yang mampu menyentuh kesejahteraan masyarakat nelayan.
2.5 Pengembangan Ekonomi Kelautan
Berbasis pada seluruh potensi dan tantangan yang dimiliki Indonesia sebagai
konsekuensi dari reorientasi kebijakan pembangunan menuju pengembangan perekonomian
maritim maka paradigma pembangunan pun harus digeser menjadi ‘Prioritas pembangunan
perekonomian harus berorientasi pada wilayah maritim yang terintegrasi dengan
pembangunan wilayah darat’.
Paradigma ini menegaskan jaminan bahwa pembangunan maritim pada akhirnya akan
membantu peningkatan efisiensi dan efektivitas pada aktivitas perekonomian yang
berkembang di wilayah darat.
Namun demikian, persoalan yang mengemuka adalah pengembangan paradigma
sangat minim dengan dukungan studi kelayakan kuantitatif memadai, sehingga mampu
meyakinkan pengambil kebijakan agar benar-benar berpihak pada rezim pembangunan
berorientasi maritim.
Selama ini, yang berkembang dominan dalam wacana adalah asumsi-asumsi yang
dibangun di atas data kasar atau bahkan abstrak. Misalnya mengangkakan potensi kerugian
illegal fishing dan illegal logging, kemudian dengan mudahnya seolah mengasumsikan
‘seandainya tidak dicuri maka potensi pendapatan negara akan sebesar kerugian yang
ditimbulkan illegal fishing dan illegal logging’. Sebuah asumsi menyesatkan, karena kita
14 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
tidak memiliki akses ke pasarnya, sedangkan pelaku illegal fishing dan illegal logging pasti
telah memiliki pembeli.
Maka ke depan, proyeksi pengembangan perekonomian maritim harus benar-benar
dilengkapi kalkulasi meyakinkan tentang prospek kontribusinya terhadap perekonomian dan
kesejahteraan rakyat, sehingga mampu mencuri perhatian pengambil kebijakan, khususnya
Bappenas, sehingga dengan sungguh-sungguh memperhatikan potensi perekonomian maritim
sebagai solusi atas upaya percepatan pengentasan kemiskinan dan pencapaian kesejahteraan
rakyat.
Memang benar fakta yang mengungkapkan 45 persen dari nilai perdagangan dunia
sebesar US$ 1.500 triliun ditransportasikan melalui wilayah laut Indonesia. Akan tetapi,
membandingkan dengan nilai APBN Indonesia sebesar Rp1.840 triliun atau ekuivalen dengan
US$160 miliar sebagaimana pandangan Prof Darmin Danuri sungguh perbandingan yang
sangat tidak tepat.
Perbandingan yang lebih fair apabila dilakukan secara apple to apple (setara) dengan
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp9.084 triliun, yang lebih mencerminkan
besaran aktivitas perekonomian sepanjang 2013.
Pun demikian, 45 persen dari nilai perdagangan dunia sebesar US$1.500 triliun yang
melalui wilayah laut Indonesia juga tidak mencerminkan aktivitas transaksi atau volume
perekonomian yang terjadi di wilayah laut Indonesia (potensi PDB), akan tetapi sekadar
menegaskan besarnya aset yang dibawa, ditransportasikan, dan melalui wilayah laut
Indonesia.
Patut disadari juga apabila kita memperhatikan pelajaran dari filosofi alam yang
sangat sederhana ‘lebah akan datang dengan sendirinya ketika ada bunga’, demikian juga
perilaku manusia, termasuk pelaku ekonomi dan pihak pengambil kebijakan.
Pembangunan berorientasi darat sesungguhnya tidak dengan serta merta menjadi
prioritas, karena paradigma berpikir yang tertanam dalam benak pengambil kebijakan
sebelumnya. Akan tetapi, justru disebabkan faktor yang jauh lebih dominan, yakni adanya
fakta tentang aktivitas perekonomian darat yang lebih besar, lebih pesat, dan jauh lebih
15 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
atraktif dibanding dengan di laut dan fakta tentang kebutuhan kenyamanan masyarakat yang
tentu saja tinggal di daratan.
Solusi yang paling mendekati peningkatan aktivitas di wilayah laut dan pesisir adalah
dengan mengembangkan kota-kota pelabuhan dan obyek-obyek pariwisata atraktif,
sebagaimana Hongkong dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada investor
swasta dan pelaku industri properti untuk mengambil peran besar mengembangkan kota
pelabuhan dan obyek pariwisata.
2.6 Urgensi Pembentukan Bakamla
Indonesia merupakan negara dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang cukup
menjanjikan dengan volume perekonomian masuk dalam 16 besar negara di seluruh dunia.
Patut disadari bahwa keberlangsungan pembangunan Indonesia di segala bidang sangat
tergantung dari sarana prasarana transportasi (perhubungan) dan ketersediaan energi,
terutama energi baru dan terbarukan, termasuk hasil eksplorasi sumberdaya energi bawah
laut.
Kepentingan suatu negara di wilayah laut, terutama menyangkut masalah pertahanan
dan keamanan nasional serta integrasi wilayah secara keseluruhan, yang menjadi modal dasar
pelaksanaan tugas pembangunan perekonomian dan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat,
dapat dilakukan di bawah jaminan rasa aman dan damai.
Namun yang tidak kalah penting adalah tugas untuk memastikan terjaminnya
keamanan dan keselamatan di wilayah laut. Fungsi tersebut pada saat ini dipegang oleh
Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) yang harus segera diubah menjadi Badan
Keamanan Laut (Bakamla).
16 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
Dengan berbagai persoalan mengemuka yang dihadapi Bakorkamla hingga kini
semakin menegaskan bahwa eksistensi Bakorkamla belum mampu menunjukkan kinerja
optimal sebagai sebuah institusi keamanan laut yangpowerfull, efektif dan efisien.
Bakorkamla tidak memiliki kewenangan memaksa sehingga masing-
masingstakeholder masih cenderung berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Kondisi
tersebut mendorong untuk segera dilakukan reaktualisasi Bakorkamla dalam menjawab
persoalan kekinian, menyangkut tantangan kompleks yang dihadapi.
Selain itu, revitalisasi Bakorkamla menjadi Bakamla sebagai sebuah institusi
keamanan laut yang memiliki kinerja coast guard, sehingga diharapkan pada masa
mendatang, institusi keamanan laut mampu menjalankan kewenangan dan tupoksinya secara
efektif dan efisien. Kehadirannya mampu menjadi solusi menyeluruh terhadap berbagai
permasalahan di wilayah laut.
Konsekuensinya, sebagai negara hukum yang tunduk, terikat, dan patuh pada
ketentuan produk hukum dan perundang-undangan berlaku maka menjadi penting untuk
menegaskan pengaturan kelautan, termasuk di dalamnya pengaturan ketentuan
penyelenggaraan penegakan hukum di wilayah laut, oleh Bakamla, secara jelas dan
pengaturan sistem penegakan hukum di laut dimulai penyidikan, penuntutan, dan sistem
peradilan yang berwawasan maritim dalam Rencana Undang-Undang Kelautan.
RUU Kelautan kini sedang dalam pembahasan untuk memastikan arah pembangunan
wilayah kelautan agar memiliki dasar hukum jelas dan menjamin kepastian hukum, disertai
eksistensi Bakamla yang jauh lebihpowerfull, efektif, dan efisien, serta berkewenangan
penegakan hukum.
Sistem peradilan yang dibangun dan diatur sesuai ketentuan yang berlaku dalam
Undang-Undang Kelautan hendaknya mengedepankan asas penyelenggaraan peradilan
murah, cepat, dan sederhana.
17 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
Asas biaya murah berarti biaya penyelenggaraan peradilan ditekan, sehingga dapat dijangkau
oleh para pencari keadilan dan menghindari pemborosan yang tidak perlu.
Asas cepat menghendaki agar peradilan dilakukan secara cepat. Penyelenggaraan peradilan
diharapkan dapat selesai sesegera mungkin dan dalam waktu yang singkat.
Asas sederhana memiliki maksud, dalam penyelenggaraan peradilan dilakukan dengan
sederhana, singkat, dan tidak berbelit-belit.
Cita-cita menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia harus mampu memastikan
bahwa faktor keamanan dan keselamatan di wilayah laut menjadi prioritas utama dalam
pengelolaan potensi perekonomian dan potensi-potensi lain sebagai konsekuensi posisi
strategis wilayah laut Indonesia di dunia.
Dalam konteks ini, kehadiran Bakamla yang berdaya (powerful) dengan segala kewenangan
yang dijamin secara tegas dalam Undang-Undang Kelautan, termasuk memiliki kewenangan
penegakan hukum yang didukung unsurcriminal justice system lain berwawasan kemaritiman
harus dapat menjamin kepastian hukum.
Selain itu, mampu memastikan Bakamla bekerja secara efektif dan efisien, menjamin
keamanan dan keselamatan laut. Para pengguna jasa transportasi laut serta pelaku ekplorasi
dan eksploitasi potensi kekayaan laut pun merasa cukup nyaman, terjamin keamanan dan
keselamatannya, serta terbebas dari perompakan dan pungutan liar para preman dan oknum
aparat yang mengampu di bidang kelautan. Akhirnya, biaya distribusi di laut yang dirasakan
sangat mahal akan dapat ditekan.
2.7 Strategi Menangkal Globalisasi Berbasis Maritim
Menurut Jenderal Abdul Haris Nasution, bahwa yang dimaksud dengan ketahanan nasional
itu tidak saja berisi kekuatan militer tetapi menyangkut keadilan, kesejahteraan, dan
pemerataan di bidang sosial, ekonomi dan politik. Karena itu strategi ketahanan bangsa harus
minimal mencakup pembangunan sosio-ekonomi, sosio-kultural, pertahanan dan keamanan.
Untuk meningkatkan ketahanan Indonesia berbasis maritim, banyak hal harus mendapat
perhatian lebih. Terutama guna menghadapi keterbukaan global dan pasar bebas. Tanpa
18 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
peningkatan ketahanan tersebut, maka posisi geografis menjadi pertaruhan.
Untuk menangkal globalisasi dan pasar bebas berbasis maritim, terdapat strategi yang harus
ditempuh. Berikut, strategi sosio-ekonomi, sosio-kultural, pertahanan dan keamanan guna
menghadapi globalisasi dan pasar bebas.
1.Sosio-Ekonomi
Pembangunan harus diubah dengan memadukan aktivitas ekonomi berbasis laut dan darat
menjadi sebuah kesatuan ekonomi Nusantara. Aspek maritime akan menempatkan potensi
kelautan sebagai landasan penguatan struktur perekonomian Indonesia, yang di dalamnya
dibangun industry yang modern dan pertanian yang maju. Bukan saja sarana transportasi dan
perikanan, tetapi juga sumber kekayaan alam lainnya dan industri, pertambangan dan energy,
pariwisata bahari, bangunan kelautan dan jasa kelautan. Jika ekonomi maritime tidak menjadi
arus utama pembangunan, maka sumbangan pada ekonomi nasional akan tetap kecil,
sebaliknya bila dikembangkan tentu akan berdampak sangat besar bagi pemerataan dan
kesejahteraan nasional.
2.Sosio-Kultural
Revolusi budaya harus dilaksanakan agar bangsa bangsa Indonesia mampu menemukan
kembali jatidiri sebagai bangsa bahari. Nilai-nilai dan budaya maritim itulah yang sekarang
terdegradasi. Untuk menegakkan kembali nilai-nilai budaya tersebut maka “kepemimpinan
dalam masyarakat maritim agraris” harus bisa menjadi teladan dan daya penggerak
menjadikan maritim sebagai pilar pembangunan nasional.
3.Pertahanan dan Keamanan
Maritim domain awareness harus menjadi antipasi strategis terhadap pengaruh globalisasi
baik untuk perkembangan politik, keamanan dan ekonomi nasional. Terutama yang
menyangkut potensi kerawanan sebagai konsekwensi negara maritim. Dengan demikian naval
capability harus didasarkan pada pengarus-utamaan integrasi strategis kawasan Samudra
Pasifik, Laut Cina Selatan dan Samudra Hindia. Selain itu pembangunan kekuatan harus
19 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
mempunyai kapabilitas yang handal untuk menjamin keamanan kedaulatan dan sumberdaya
maritim, serta perlunya penataan kembali lembaga-lembaga kemaritiman agar lebih efektif
dan menghindari tumpang tindih kewenangan yang tinggi, dan bila perlu dengan
menyempurnakan peraturan perundang-undangan.
Dengan strategi yang berbasis maritim tersebut, maka pengaruh globalisasi dan pasar bebas
akan dapat diminimalisir bahkan akan dapat dinetralisir menjadi tidak membahayakan bagi
kelangsungan bangsa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumberdaya Kelautan memiliki potensi yang besar untuk pengembangan ekonomi
nasional, namun demikian pemanfaatannya harus dilaksanakan secara hati-hati agar tidak
terjadi kerusakkan ekosistemnya seperti yang terjadi pada sumberdaya daratan , sebagai
negara berkembang yang masih kekurangan kemampuan teknologi untuk mengeksplorasi dan
mengeksploitasi kekayaan bawah laut, Indonesia harus membangun kerja sama lebih erat
dengan negara-negara berteknologi maju untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber
energi dasar laut.
Dalam konteks ini, kehadiran Bakamla yang berdaya (powerful) dengan segala
kewenangan yang dijamin secara tegas dalam Undang-Undang Kelautan, termasuk memiliki
20 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
kewenangan penegakan hukum yang didukung unsurcriminal justice system lain berwawasan
kemaritiman harus dapat menjamin kepastian hukum. Untuk mewujudkan cita-cita Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia harus mampu memastikan bahwa faktor keamanan dan
keselamatan di wilayah laut menjadi prioritas utama dalam pengelolaan potensi
perekonomian dan potensi-potensi lain sebagai konsekuensi posisi strategis wilayah laut
Indonesia di dunia.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, Kami sangat mengaharapkan kritik dan sran dari dosen dan mahasiswa untuk
perbaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat untuk mengetahui daln
menambah wawasan yang lebih luas untuk ke arah yan lebih baik.
Daftar Pustaka
Dinas Perindustrian dan Perdagangan. “Pengaruh perdagangan bebas terhadap ekspor produk.
http://www.disperindagkepri.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=77:pengaruh-perdagangan-bebas-terhadap-ekspor-
produk-ikm&catid=8:perdagangan-luar-negeri&Itemid=6 .{diakses tanggal11 Desember
2014 7:20}
21 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan
Fajar, mukti. “poros maritim perdagangan”. 23 oktober 2014. http://krjogja.com/liputan-
khusus/analisis/3445/poros-maritim-perdagangan.kr {diakses tangal 11 Desember 2014
08: 09}
Flo, Claudia. “Contoh karya tulis tentang laut”. 15 mei 2011. http://karyatulislaut.
blogspot.com/ {diakses tanggal 10 desember 17: 57}
Irawan. “Menangkat globalisasi berbasis maritim”. 27 Agustus 2014. http://suluhnuswantara.
org/showthread.php?tid=4851 {diakses tanggal 11 desember 2014 07: 25}
Sudirman. “Membangun ekonomi bangsa berbasis kelautan dan perikanan”. http://esk.ipb.ac.
id/index.php/alumni-a-mahasiswa/47-mata-kuliah-pilihan-mayor-{diakses tanggal 10
desember 2014 18:03}
Syafar,Asfar. “Pembangunan benua maritim Indonesia”.
http://www.academia.edu/5418541
/MAKALAH_WSBB_PEMBANGUNAN_BENUA_MARITIM_INDONESIA {diakses
tanggal 10 Desember 2014 17:55}
Tiwi. “Makalah potensi dan sumber daya”.http://artikelbermanfaat100.blogspot.com/2013
/04/makalah-potensi-dan-sumberdaya.html {diakses tanggal 10 Desember 2014 18:00}
Usadi Bambang. “Indonesia sebagai poros maritim ekonomi berbasis kelautan” 26 agustus
2014.http://jurnalmaritim.com/2014/08/indonesia-poros-maritim-dunia-menuju-ekonomi-
berbasis -kelautan/ {diakses tanggal 10 Desember 2014 17:50}
22 | Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan