Upload
imelda-suryadita
View
32
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
parenteral
Citation preview
Pendahuluan
Salah satu aspek pengelolaan yang penting untuk proses pemeliharaan dan
penyembuhan penyakit adalah nutrisi pasien. Tubuh manusia membutuhkan
makanan untuk hidup dan aktivitas. Zat kimia yang menyusun makanan manusia
dalam jumlah besar adalah karbohidrat. lemak, dan protein, dikenal dengan istilah
makronutrien. Makronutrien dibutuhkan tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi
dan pembentukan serta perbaikan struktur tubuh hingga dapat berfungsi semestinya.
Kebutuhan energi tubuh dapat dibagi menjadi kebutuhan untuk memenuhi
metabolisme basal; untuk aktivitas dan specific dynamic effect.
Kebutuhan nutrisi untuk orang sakit sering lebih besar, karena pada saat sakit
terdapat peningkatan hormon stres yang memerlukan tambahan energi, misalnya
pada keadaan infeksi atau keadaan yang memerlukan pengaturan makanan secara
khusus. Di lain pihak, banyak kendala atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi karena pasien tidak mau makan (selera makan lanang) atau tidak mampu
makan akibat penyakitnya. Pada keadaan-keadaan tersebut, untuk dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi, pasien harus tetap mendapat makanan baik secara nutrisi enteral
(NE) yaitu melalui selang nasogastrik atau secara nutrisi parenteral (NPE).
Walaupun manfaat klinik yang didapat baik melalui NPE maupun NE boleh dikatakan
setara, tetapi mengingat teknik NE kurang invasif dan lebih murah, maka bila. masih
memungkinkan teknik yang dipilih adalah NE. Tetapi dalam kondisi tertentu, di mana
teknik NE tidak memungkinkan, NPE menjadi pilihan
Pemberian nutrisi dengan cara parenteral tidak dapat menggantikan fungsi
alamiah usus, karena hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus dapat
berfungsi normal kembali. Disadari bahwa harga NPE relatif mahal, tetapi jika
digunakan dengan benar pada pasien yang tepat, pada akhirnya akan dapat dihemat
banyak biaya yang semestinya keluar untuk obat-obatan dan waktu tinggal di rumah
sakit. Mengingat teknik NPE yang tidak mudah, makalah ini akan membahas tentang
cara pemilihan, kapan dan bagaimana NPE itu.
Pengertian Nutrisi Parenteral
Yang dimaksud dengan terapi nutrisi parenteral ialah semua upaya pemberian
zat nutrien melalui infus. Tujuan NPE tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energi
basal dan pemeliharaan kerja organ, tetapi juga menambah konsumsi nutrisi untuk
kondisi tertentu, seperti keadaan stres (sakit berat, trauma), untuk perkembangan
dan pertumbuhan. Dengan pengertian tersebut, maka terapi nutrisi parenteral dapat
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
1. Terapi nutrisi parenteral parsial (suportif atau suplemen), diberikan bila:
Dalam waktu 5-7 hari pasien diharapkan mampu menerima nutrisi enteral
kembali. Masih ada nutrisi enteral yang dapat diterima pasien NPE parsial ini
diberikan dengan indikasi relatif.
2. Terapi nutrisi parenteral total, diberikan jika batasan jumlah kalori ataupun
batasan waktu tidak terpenuhi. NPE total ini diberikan atas indikasi absolut.
Indikasi
Pada terapi NPE, yang perlu ditentukan terlebih dulu ialah apakah memang
ada indikasi atau tidak. Secara umum, NPE diindikasikan pada pasien yang
mengalami kesulitan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu. Tanpa
bantuan nutrisi, tubuh memenuhi kebutuhan energi basal rata-rata 25 kkal/kgBB/hari.
Jika cadangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya dipenuhi melalui proses
glukoneogenesis, antara lain dengan lipolisis dan proteolisis 125- 150 g/hari. Puasa
lebih dari 24 jam menghabiskan glukosa darah (20 g), cadangan glikogen di hati (70
g) dan otot (400 g). Sedangkan cadangan energi lainnya, lemak (12.000 g), dan
protein (6.000 g) habis dalam waktu kira-kira 60 hari. Keadaan-keadaan yang
memerlukan NPE adalah sebagai berikut:
a. Pasien tidak dapat makan (obstruksi saluran pencernaan seperti striktur atau
keganasan esofagus, atau gangguan absorbsi makanan).
b. Pasien tidak boleh makan (seperti fistula intestinal dan pankreatitis)
c. Pasien tidak mau makan (seperti akibat pemberian kemoterapi).
Meskipun terdapat ketiga hal tersebut, NPE tidak langsung diberikan pada keadaan:
Pasien 24 jam pascabedah yang masih dalam Ebb phase, masa di mana
kadar hormon stres masih tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan kadar
gula darah meningkat. Pada fase ini cukup diberikan cairan elektrolit dan
dçkstrdsa 5%. Jika keadaan sudah tenang yaitu demam, nyeri, renjatan, dan
gagal napas sudah dapat diatasi, krisis metabolisme sudah lewat, maka NPE
dapat diberikan dengan lancar dan bermanfaat. Makin berat kondisi pasien,
makin lambat dosis NPE total (dosis penuh) dapat dimulai. Sebelum keadaan
tenang (flow phase) tercapai, NPE total hanya menambah stres bagi tubuh
pasien. Fase tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar kortisol,
katekolamin, dan glukagon.
Pasien gagal napas (p02 <80 dan pC02 >50) kecuali dengan respirator. Pada
pemberian NPE penuh, metabolisme karbohidrat akan meningkatkan produksi
C02 dan berakibat memperberat gagal napasnya.
Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstraselular.
Pasien penyakit terminal, dengan pertimbangan cost- benefit
Strategi Pemberian NPE
Sebelum memulai NPE, tahapan yang perlu dilakukan man: 1). identifikasi
status gizi; 2). menentukan problem nutrisi; 3). menghubungkan tujuan NPE dengan
penyakit primernya; 4). menghitung kebutuhan nutrien per hari; 5), menyusun
kebutuhan nutrien dengan preparat cairan yang tersedia; 6). menentukan cara
pemasangan infus.
1) Identifikasi Status Gizi
Identifikasi status gizi harus dilakukan sebelum memulai terapi NPE. Dengan
mengetahui status gizi pasien, lebih- cukup atau kurang, dapat diputuskan saat mulai
dan komposisi nutrisi yang akan diberikan. Pada pasien dengan gizi cukup, NPE
baru dimulai pada hari ketiga, setelah fase Ebb dilewati. Bila gizi pasien kurang, NPE
bisa dimulai lebih awal yaitu setelah 24-48 jam.
Menentukan Masalah Nutrisi
Pada tahap ini ditentukan sifat dukungan NPE yang akan diberikan, apakah-untuk
suportif (parsial) dan berapa lama, atau NPE total. Keputusan ini berganttmg pada
kondisi pasien:
Apakah bisa menerima makanan per oral penuh, sebagian atau sama sekali
tidak bisa/tidak diperbolehkan.
Berapa lama kondisi tersebut diperkirakan akan berlangsung.
Menghubungkan Tujuan Nutrisi Parenteral dengan Penyakit Primer
Keadaan-keadaan seperti status gizi, proses katabolisme dan penyakit pasien
mempengaruhi tujuan, saat mulai, dosis, jenis dan susunan nutrisi yang akan
digunakan. Pasien dengan masalah khusus (gizi kurang, diabetes melitus, gangguan
ginjal dan hati), maka NPE dapat diberikan lebih dini, yaitu setelah 24—48 jam.3,8
Juga, jenis penyakit, seperti gangguan hati atau ginjal misalnya, akan menentukan
pilihan jenis formula maupun dosis yang akan dipakai.l,8 Beberapa pertimbangan
NPE pada pasien dengan gangguan khusus, seperti tersebut di bawah ini:
a. Gangguan hati. Pasien dengan gangguan hati akut atau kronik mengalami
penurunan kadar asam amino rantai cabang (AARC) dan peningkatan asam
amino aromatik (AAA) di plasma dan otak. Laporan penelitian menyebutkan
bahwa nutrisi parenteral dengan formula tinggi AARC dan rendah AAA
memberikan imbangan nitrogen yang lebih baik, mengurangi risiko ensefalopati
dan memperbaiki angka kelangsungan hidup pasien. Peradangan hati akut
dengan sebab apapun, akan didahului stadium preikterik yang ditandai dengan
rasa mual yang sangat, nafsu makan menurun dan nyeri daerah epigastrium,
sehingga memerlukan nutrisi parenteral. 1 Pada saat awal di mana pasien
menampakkan tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya diberikan infus kristaloid,
selanjutnya diberikan infus dekstrose 5-10%. Bila perlu dapat diselingi dengan
cairan infus yang mengandung asam amino esensial yang cukup. Pada
gangguan hati kronik, seperti sirosis hati, umumnya nutrisi parenteral baru
diberikan bila disertai komplikasi, misalnya asites masif, hematemesis melena,
ensefalopati, dan formula cairan yang diberikan disesuaikan dengan masalah
klinik yang dihadapi. Pada ensefalopati hepatik misalnya, langkah pertama yang
penting ialah pemberian dekstrosa 10% atau maltosa 10% sebagai sumber
kalori, koreksi gangguan keseimbangan elektrolit, dan langkah berikutnya ialah
pemberian cairan kaya AARC. Tujuan pemberian AARC ialah mencegah
masuknya AAA ke dalam jaringan otak, di samping untuk menurunkan
katabolisrne protein dan mengurangi konsentrasi amonia darah.
b. Gangguan ginjal. Pada pasien gagal ginjal, kekurangan air (dehidrasi) dan
kekurangan garam adalah 2 kelainan yang sering ditemukan. Kelainan ini
bersifat reversibel dan apabila koreksi tidak segera dilaksanakan, akan
merupakan tahap pertama dari rangkaian kelainan yang akan menurunkan faal
ginjal. Di samping itu, pada pasien gagal ginjal terdapat gangguan ekskresi
nitrogen, sehingga pengurangan masukan protein akan memperbaiki keadaan.
Yang harus diperhatikan ialah bagaimana caranya memberikan kalori yang
cukup dengan diet rendah protein tanpa membuat pasien mengalami malnutrisi
kalori-protein. Pemberian nutrisi parenteral yang mengandung asam amino
esensial dan glukosa pada gagal ginjal akut memberikan angka kelangsungan
hidup lebih baik dibanding glukosa saja.
c. Diabetes melitus. Pada orang normal, NPE biasanya diberikan pada hari ketiga
Sedang pada pasien DM, karena umumnya mudah jatuh dalam keadaan
hipokalorik, maka NPE pada pasien DM dimulai lebih dini. Syarat NPE pada DM
ialah setelah kadar glukosa darah kurang dari 250 mg/ dl. Bila kadar glukosa
darah masih di atas angka tersebut dan harus segera mulai NPE, untuk
menurunkan kadar glukosa dapat dilakukan regulasi cepat dengan insulin.
Menghitung Kebutuhan Nutrien Per hari
Dalam menghitung kebutuhan nutrien, di samping kebutuhan untuk keadaan
sehat, juga perlu diperhitungkan kondisi penyakit yang men dasarinya. Kalori adalah
unsur yang mutlak harus diberikan cukup. Sumber kalori yang utama dan harus
selalu ada adalah glukosa. Otak dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa ini setiap
saat. Jika tidak tersedia cukup, tubuh melakukan glukoneogenesis dari substrat lain.
Selain karbohidrat, sumber kalori yang' lain ialah lipid. Untuk keperluan regenerasi
sel, sintesis enzim dan protein diperlukan sumber protein, yaitu asam amino.
Komponen nutrisi penting lainnya ialah vitamin yang larut lemak dan larut air,
elektrolit, trace element. Albumin, insulin, dan obat-obatan lain mungkin diperlukan
sesuai kondisi tubuh.
- Cairan. Pemenuhan kebutuhan cairan dipengaruhi oleh adanya penyakit yang
mendasarinya, seperti gagal jantung, gangguan respirasi, ginjal dan hati.
Kebutuhan cairan pasien dewasa pada umumnya berkisar 2,2 ml/ kkal atau
20-50 ml/kgBB/hari, atau rata-rata 35 ml/kgBB. Bila terdapat kehilangan cairan
yang abnormal, seperti diare atau muntah. cairan perlu ditambahkan sejumlah
yang hilang tersebut. Bila terdapat demam cairan ditambah sebanyak 150 mL/
Peningkatan 1°C. dalam hilangnya cairan lambung, berarti juga hilangnya
komponen mineral/elektrolit, maka perlu di perhitungkan dalam menentukan
formula NPE
- Kalori. Kebutuhan kalori secara sederhana dapat diperkirakan dari berat
badan. Untuk menghitung resting metabolic expenditure (RME), rumusan
yang biasa di gunakan rumusan Harris- Benedict:
Pria ; RME (kkal/hari) = 66,5 + 13,8 x BB (kg) + 5 x TB (cm) – 6,8 x Umur (th)
Perempuan :RME (kkal/hari) = 6555 + 9,6 x BB (kg) + 1,8 x TB (cm) – 4,7 x
Umur (th).
Disamping itu kebutuhan basal tersebut, tambahan kalori di
perhitungkan bila menghadapi stress atau aktivitas sebagai berikut :
- 1,2 x RME untuk kondisi tanpa stress
- 1,5 x RME untuk kondisi stress sedang seperti trauma dan operasi
- 2,0 x RME untuk kondisi stress berat seperti sepsis dan luka bakar > 40 %
permukaan tubuh.
Dalam pemberian NPE, tambahan kalori yang di perlukan untuk aktivitas tidak
di perlukan lagi, karena dalam RME kebutuhan untuk spesifik dinamik action
sudah di perhitungkan.
Untuk kepentingan praktis, mengingat rumus Haris Benedict rumit, Howard
Lyn6 menyederhanakan perhitungan menjadi :
- 25 kkal/kgBB, untuk kondisi tanpa stress
- 30 kkal/ kgBB, untuk stress ringan
- 35 kkal/ kgBB, untuk stress sedang
- 40 kkal/kgBB, untuk stress berat
Sumber Kalori
Dua sumber utama kalori adalah karbohidrat dan lemak. Tetapi bila kebutuhan
NPE hanya dipenuhi oleh karbohidrat, ada beberapa hal yang harus di perhatikan,
terutama bila cairan dektrosenya bersifat hipertonis, yaitu : thrombosis,
meningkatkan kebutuhan insulin, bahaya hipoglikemia bila infus dektrose hipertonis
di hentikan mendadak, meningkatkan BMR, meningkatkan produksi CO2. Untuk
mengatasi keadaan ini, setengah sumber kalori nonprotein dapat di gantikan dengan
emulsi lemak karena produksi CO2 akan di tekan. Jangan menggunakan protein
sebagai sumber energy, karena protein penting untuk regenerasi sel dan sintesis
protein visceral seperti enzim, albumin, immunoglobulin.
- Karbohidrat
Glukosa. Glukosa adalah karbohidrat pilihan untuk nutrisi parenteral,
karena glukosa merupakan substrat paling fisiologis, secara natural ada
dalam darah, banyak persediaan, murah, dapat diberikan dalam berbagai
konsentrasi, dengan nilai kalori 4 kkal/g. Untuk dapat memberikan
pengaruh maksimum terhadap keseimbangan nitrogen, minimal diperlukan
100-150 g glukosa. Kebutuhan tersebut juga digunakan untuk memenuhi
energi yang diperlukan oleh susunan saraf pusat dan perifer, eritrosit,
leukosit, ñbroblas yang aktif dan fagosit tertentu yang menggunakan
glukosa sebagai satu-satunya sumber energi. Untuk menghindari
hiperglikemi yang tiba-tiba, peningkatan konsentrasi glukosa, misalnya dari
5% menuju 20% harus bertahap, (star! slow ® go slow). Kecepatan infus
yang dianjurkan ialah 6-7 mg/kgBB/ menit. Beban glukosa akan
merangsang pankreas mengeluarkan insulin. Pada keadaan produksi
insulin menurun, seperti pada sepsis, infus glukosa yang berlebihan atau
kecepatan infus lebih dari yang dianjurkan berakibat meningkatnya
konsumsi oksigen, produksi dan konsumsi energi akibat lipogenesis, yang
akan memperburuk keadaan. Bila terjadi hiperglikemia, untuk selanjutnya
lebih baik mengurangi kecepatan infus glukosa dibanding dengan
pemberian insulin. Jika larutan glukosa diselingi cairan lain, besar
kemungkinan kadar glukosa darah bertiuktuaSi karena overshoot insulin
dari waktu ke waktu. Agar fluktuasi seminimal mungkin, larutan karbohidrat
dibagi rata sepanjang 24 jam.
Fruktosa. Fruktosa merupakan sumber kalori yang potensial karena tidak
memerlukan insulin untuk masuk ke dalam sel, lebih sedikit iritasi vena,
dimetabolisasi lebih cepat di hati dan mempunyai efek hemat nitrogen
lebih baik. Tetapi kebanyakan jaringan tidak menggunakan fruktosa secara
langsung. Perubahan menjadi glukosa terutama terjadi dalam hati, dan
jaringan hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi.
Kerugian lain penggunaan fruktosa ialah bila infus terlalu cepat atau
berlebihan dapat menyebabkan asidosis laktat, hipoposfatemia, penurunan
nukleotida adenin hati, peningkatan bilirubin dan asam urat.
Gula alkohol (sorbitol dan xylitol). Jenis karbohidrat ini juga tidak
memerlukan insulin untuk menembus dinding sel. Keduanya tidak dapat
digunakan langsung sebelum diubah menjadi glukosa di hati. Mengingat
adanya risiko asidosis laktat, peningkatan asam urat darah dan diuresis
osmotik, gula alkohol ini tidak mempunyai keunggulan dibanding glukosa.
Untuk mendapatkan efek positif, xyli~ tol diberikan dalam kemasan
kombinasi dengan glukosa dan fruktosa (GFX-Glukosa-Fruktosa-Xylitol)
dengan perbandingan 4221 yang dianggap ideal secara metabolik.
Maltosa. Maltosa memiliki beberapa keuntungan sebagai karbohidrat
alternatif, terutama pada pasien DM, karena: mengandung 2 molekul
glukosa, tidak memerlukan insulin saat menembus dinding sel, isotonis
sehingga dapat diberikan melalui vena perifer, dan dapat dicampur dengan
cairan lain yang hipertonis (untuk menurunkan osmolaritas). Meskipun
tidak memerlukan insulin untuk masuk sel, tetapi proses intraselular mutlak
masih memerlukannya. Pemberian dosis yang aman dan efisien adalah
1,5 g/kgBB/ hari. Infus yang berlebihan menyebabkan pemborosan melalui
urin, bisa sampai eksla'esi melebihi 25% dari maltosa yang diinfuskan.
- Lemak
Selain karbohidrat, lemak juga berfungsi sebagai sumber energi dengan
nilai 9 kkal/g, lebih tinggi nilai energinya per unit volume dibanding karbohidrat.
1,8 Hati merupakan organ terpenting dalam metabolisme lemak, karena hati
dapat menggunakan asam lemak sebagai sumber energi, sekaligus mensintesis
asam lemak untuk penyimpanan energi. Lemak penting untuk integritas dinding
sel, sintesis prostaglandin dan sebagai pelarut vitamin yang larut lemak. Nutrisi
parenteral dengan kemasan bebas lemak untuk jangka lama menyebabkan
defisiensi asam lemak esensial yang terlihat sebagai alopesia, dermatitis,
perlemakan hati dan gangguan fungsi imunitas. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa pemberian emulsi lemak sebesar 30- 40% dari kalori total merupakan
jumlah yang optimal. Untuk mencegah defisiensi asam lemak esensial, perlu
diberikan asam lemak esensial sebanyak 4-8% dari kalori total sehari. Emulsi
lemak 10% dan 20% tidak hipertonis, dapat diberikan melalui vena perifer.
Kecepatan infus emulsi lemak tidak melebihi 0,5 g/kgBB/jam, sesuai dengan
batas maksimal kemampuan ambilan lemak. Tiap 500 mL diberikan dalam waktu
6-8 jam, dapat diteteskan bersama karbohidrat dan asam amino. Sebagai sumber
kalori, lemak perlu dikombinasi dengan kalori karbohidrat dalam perbandingan l: l.
Misalnya untuk 1200 kkal, diberikan 150 g glukosa dan 70 g lemak.5,8
Keuntungan kombinasi sumber kalori ini adalah dihindarkannya penyulit
hiperosmolar dan hiperglikemia. Mengingat harga emulsi lemak mahal untuk
digunakan secara rutin, emulsi cukup diberikan sekali tiap minggu.
- Sumber Protein
Asam amino yang menyusun protein hampir seluruhnya tergolong asam
amino-a. Asam amino yang tidak disintesis tubuh disebut asam amino esensial.
Asam amino diperlukan untuk regenerasi sel, pembentukan enzim dan sintesis
protein somatik dan viseral, hormon peptida (in- sulin dan glukagon).
Pemberiannya harus dilindungi kalori agar asam amino teursebut tidak dibakar
menjadi energ*` (glukoneogenesis). Jangan memberi asam amino jika kebutuhan
dasar belum terpenuhi. Untuk melindungi tiap gram nitrogen diperlukan 80-150
kkal karbohidrat (25 kkal per gram asam amino). Kalori yang berasal dari asam
amino tidak ikut diperhitungkan sebagai sumber protein untuk kalori. Kebutuhan
nitrogen berkisar 0,2 g/kgBB/hari, setara dengan protein 1,25 g/kgBB/hari, atau
1,5 g/kgBB/ hari asam amino. Kebutuhan ini akan berkurang pada keadaan
gangguan fungsi ginjal dan hati dan meningkat pada keadaan katabolik.l,6
Kebutuhan protein pada keadaan katabolik bisa sampai 1,5 g/kgBB/hari untuk
menginduksi keseimbangan nitrogen positif dan membangun kembali massa
tubuh yang normal.
Kebutuhan asam amino pada keadaan sepsis lebih tinggi lagi, 2-3
g/kgBB/hari. Jika pasien sepsis tidak mendapat kalori eksogen, akan terjadi
destruksi jaringan otot 750-1000 gram sehari. Namun pemberian protein yang
dianjurkan cukup 1-1,5 g/kgBB/hari. Proteolisis akan mengganggu dan
menghabat sintesis protein viseral waktu paruh pendek, terutama enzim-enzim
dihati.
- Elektrollt
Elektrolit merupakan komponen esensial pada NPE. Kebutuhan elektrolit pada
NPE bervariasi tergantung keadaan klinik Umumnya kebutuhan dasar elektrolit
per kgBB/hari pada dewasa adalah:
a) Natrium (Na) 1,0-2,0 mmol atau 100-200mEq/hari
b) Kalium (K) 0,7-1 mmol atau 50-100 mEq/hari
c) Kalsium (Ca) 0,1 mmol atau 7,5-10 mEq/hari
d) Magnesium (Mg) 0,1 mmol atau 10-12 mEq/hari
e) Fosfor (P) 0,4 mrnol atau 12-16 mEq/hari
Kalium merupakan elektrolit esensial untuk sintesis protein. Kebutuhan K
biasanya lebih banyak pada awal- awal NPE(Total), diduga karena disimpan dalam
hati dan masuk ke dalam sel. Kebutuhan K meningkat pada saat terjadi masukan
glukosa.
Kalsium diperlukan pada NPE jangka lama, di mana biasanya terdapat
kehilangan Ca endogen akibat imobilisasi. Kalsium 'juga diperlukan lebih banyak
pada pankreatitis.
Fosfor diperlukan untuk metabolisme tulang, sintesis jaringan dan fosforilasi
ATP. Hipopospatemia dapat terjadi segera pada kemasan NPE tanpa P. Akibat yang
berbahaya ialah menurunnya kadar eritrosit yang berakibat berkurangnya suplai 02
ke jaringan, otot menjadi lemah dan berpengaruh pada respirasi.
Magnesium penting dalam anabolisme dan pada sistem enzim, khususnya
enzim yang berkaitan dengan aktivitas metabolik di otak dan hati. Kebutuhan
meningkat pada keadaan diare, poliuria, pankreatitis dan keadaan hiperkatabolik.
Kehilangan Mg paling banyak melalui cairan gastrointestinal.
Vitamin diperlukan untuk penggunaan komponen -komponen nutrisi.
Defisiensi vitamin yang sering dilaporkan pada NPE Total 1-2 minggu sampai 3
bulan ialah defisiensi asam folat dengan gambaran pansitopenia, detisiensi tiamin
dengan gambaran ensefalopati, detisiensi vitamin K dengan gambaran
hipoprotrombinemi. Kebutuhan vitamin yang diberikan melalui intravena lebih besar
dibanding melalui oral, diduga akibat ekskresi melalui ginjal yang lebihbesar.
Sedangkan kelebihan vitamin A dan D dapat menyebabkan berturut-turut dermatitis
eksfoliativa dan hiperkaisemia.
Kebutuhan vitamin yang direkomendasikan: Vitamin A mg (IU) 1-(3300), Vitamin D
ug 5 (200) IU, Vitamin E ug (IU) 10(10) , VitaminC lOOmg , Asam Folat 400 ug,
Nikotinamid40 mg, Riboflavin 3,6 mg, Tiamin 3 mg, Piridoksin 4 mg,
Sianokobalamin 5 ug, Asam Pantotenat 15 mg, Biotin 60 ug.
Trace Elment
Seng (Zn) merupakan unsur esensial dari berbagai enzim. Defisiensi Zn
menyebabkan dermatitis dan penyembuhan luka lambat yang dapat terjadi dalam
beberapa minggu. Defisiensi ini dapat dicegah dengan pemberian 3 mg Zn perhari,
dan ada diare perlu tambahan 12 mg per hari setiap 1 liter cairan yang keluar. 1,2,7
Besi (Fe) penting untuk sintesis hemoglobin (Hb) sedang cadangan dalam tubuh
sedikit. Tembaga (Cu) diperlukan untuk maturasi eritrosit dan metabolisme lipid.
Mangan (Mg) penting untuk metabolisme Kalsium/Fosfor, proses reproduksi dan
pertumbuhan. Kobalt (Co) merupakan unsur penting vitamin B-12.
Trace elemen yang direkomendasikan (ug/hari):
Seng 2500-6000 Tembaga 500-1500
Iodine 130-910 Mangan 150-800
Florid 950 Kromium 10- 15
Selenium 200 Molibdenum 20
Menyusun Kebutuhan Nutrien dengan Kemasan Cairan yang Tersedia
Setelah berhasil menentukan kebutuhan nutrien perhari kita dapat memilih kemasan
infus yang sesual dengan kebutuhan tersebut, antara lain Nutrisi parenteral
komersial yang dapat dipakai:
- Mengandung kalori karbohidrat saja. Dekstrose 5%; Dekstrose 10; Dekstrose
40%
- Mengandung karbohidrat dan elektrolit. Triparen 1 : Trriparen 2; KA-EN 1B ;
KA-EN 3A/B
- Mengandung asam amino . Aminovel 600; Aminofusin 1000; pan Amin G
- Mengandung Lemak, Intralipid 60%; Intralipid 20%.
Cara Pemasangan Infus
Program nutrisi parenteral parsial untuk jangka pendek dapat diberikan
melalui vena perifer, karena sebagian besar larutannya bersifat isotonis (osmolaritas
<800 mOsm/ kgBB).6 Vena perifer dapat menerima osmolaritas cairan sampai
maksimal 900 mOsm.5 Makin tinggi osmolaritas (makin bipenonis) makin mudah
terjadi kerusakan dinding vena perifer seperti tromboñebitis atau tromboemboli.
Sedangkan NPE total yang diprogram untuk jangka panjang, harus diberikan melalui
vena sentral karena lamtannya bersifat hipertonis dengan osmolaritas >900 mOsm.
Melalui vena sentral, aliran darah menjadi lebih cepat sehingga tidak sampai
merusak dinding vena.
Komplikasi
Dari berbagai komplikasi yang ada, dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu:
- Mekanik
Komplikasi mekanik yang sering terjadi ialah akibat pemasangan
kateter vena sentral, yaitu pneumototaks, hidrotoraks, trombotlebitis, dan
emboli udara. Oleh karena itu pemasangan vena sentral harus dikerjakan oleh
dokter yang terampil untuk itu.
- Metabolik
Komplikasi metabolik yang terjadi antara lain gagal jantung akibat
kelebihan cairan, hiperglikemia, hipoglikemi, hiperosmolar,
ketidakseimbangan elektrolit, deñsiensi asam lemak esensial. Untuk
mengatasi maslah ini, terapi NPE harus dimulai dengan dosis renda 1 (start
low) dan dinaikkan secara perlahan (go slow), dengan pemantauan yang
ketat.
- Infeksi
Infeksi melalui kateter pada NPE jarang terjadi pada 72 jam pertama.
Bila ada panas selama 72 jam pertama, harus dicari kemungkinan penyebab
dari sumber lain. Untuk memastikan adanya infeksi melalui kateter harus
dilaluikan kultur mikroorganisme ujung kateter.
Kesimpulan
Nutrisi pasien merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan
penyakit. Namun disadari bahwa kondisi sakit menyebabkan pasien mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang sering lebih banyak dari
kebutuhan dalam keadaan biasa. Pada keadaan pasien tidak bisa makan, tidak
boleh makan atau tidak mau makan maka terapi nutrisi parenteral meqiadi pilihan.
Mengingat teknik NPE yang tidak mudah, komplikasi yang bisa teij adi, dan harga
relatif mahal, perlu dipahami betul pemilihan pasien (tepat pasien), bagaimana
menghitung kebutuhan nutrisi, kapan dimulai, berapa lama, dan bagaimana cara
pemberiannya. Yang tidak kalah penting ialah pemantauan timbulnya komplikasi,
sehingga secara keseluruhan akan memberikan hasil terapi nutrisi yang maksimal.