58
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang mengalami nyeri dibanding tenaga professional perawatan kesehatan lainnya dan perawat mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan. Peran pemberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya Page 1

Nyeri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang mengalami nyeri dibanding tenaga professional perawatan kesehatan lainnya dan perawat mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan. Peran pemberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga professional kesehatan lain tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi, dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif. Selain itu, perawat berperan sebagai pendidik untuk pasien dan keluarga, mengajarkan mereka untuk mengatasi penggunaan analgetik atau regimen pereda nyeri oleh mereka sendiri jika memungkinkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana definisi nyeri ?2. Bagaimana fisiologi nyeri ?3. Apa saja teori tentang nyeri ?4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi nyeri ?5. Bagaiman klasifikasi nyeri ?6. Bagaimana proses keperawatan pada pasien nyeri ?7. Masuk dalam Domain keberapa masalah keperawatan nyeri menurut NANDA ?8. Bagaimna proses keperawatan dengan aplikasi kasus Nyeri ?1.3 TUJUAN1. Untuk mengetahui definisi nyeri2. Untuk mengetahui fisiologi nyeri3. Untuk mengetahui teori nyeri4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri5. Untuk mengetahui Klasifikasi nyeri6. Untuk mengetahui proses keperawatan pada pasien yang mengalami nyeri7. Mengetahui Domain, kelas, dan masalah keperawatan Nyeri menurut NANDA8. Aplikasi proses keperawatan dengan kasus nyeri

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 DEFINISI NYERINyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor (Latin) atau pain (Inggris) adalah kata-kata yang artinya bernada negatif; menimbulkan perasaan dan reaksi yang kurang menyenangkan. Walaupun demikian,kita semua menyadari bahwa rasa sakit kerapkali berguna, antara lain sebagai tanda bahaya, tanda bahwa ada perubahan yang kurang baik di dalam diri manusia.Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :1. Definisi keperawatan Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.2. Definisi secara medis Arthur C. Curton (1983), nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.3. Definisi secara spikologis Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.

2.2 FISIOLOGI NYERIReseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociceptor , secara anatomis reseptor nyeri (nociceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.Berdasarkan letaknya, nociceptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.Nociceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu reseptor A delta dan serabut C.1. Reseptor A Deltaa. Merupakan serabut bermyelinb. Mengirimkan pesan secara cepatc. Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinyad. Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti, otot tendon, dll.e. Biasanya sering ada pada injury akut.f. Diameternya besar.2. Serabut Ca. Tidak bermyelin.b. Diameternya sangat kecil.c. Lambat dalam menghantarkan impuls.d. Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten.e. Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan tekanan halus.f. Reseptor terletak distruktur permukaan.

2.3 TEORI NYERITerdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya :1. Teori spesifik.Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.2. Teori pattern.Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri, persepsi dipengaruhi oleh modalitas dari reaksi sel T.3. Teori pengontrolan nyeri (gate comtrol).Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan tertutupnya pintu mekanisme sehimgga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat efferent dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas subtansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.

2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERIMc Caffery dan Pasero (1999) menyatakan bahwa hanya klienlah yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri yang ia rasakan. Oleh karena itulah dikatakan klien sebagai expert tentang nyeri yang ia rasakan. Terdapat berbagai factor yang dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadap nyeri. Seorang perawat harus menguasai dan memahami faktor-faktor tersebut agar dapat memberikan pendekatan yang tepat dalam penkajian dan perawatan terhadap klien yang mengalami masalah nyeri. Factor-faktor tersebut antara lain: 1. UsiaUsia merupakan variable yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesuliyan dalam memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada kedua orang tuanya ataupun pada perawat. Sebagian anak-anak terkadang segan untuk mengunkapkan keberadaan nyeri yang ia alami, mereka takut akan tindakan perawatan yang harus mereka terima nantinya.Pada pasien lansia seorang perawat harus melakukan pengkajian lebih rinci ketika seorang lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali lansia mmemiliki sumber nyeri lebih dari satu. Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang diderita lansia menimbulkan gejala yang sama, sebagai contoh nyeri dada dapat timbul Karena gejala arthtritis pada spinal dan gejala gangguan abdomen. Sebagai lansia terkadang pasrah terhadap apa yang mereka rasakan, mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa dihindari.2. Jenis kelaminSecara umum pria dan wanita tidak berbeda secara segnifikan dalam berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa budaya yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situsi yang sama ketika merasakan nyeri. Akan tetapi dari penelitian terakhir memperlihatkan hormone seks pada mamlia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormone seks testosterone menaikkan ambang nyeri pada percobaan binatang, sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan atau sensitivitas terhadap nyeri. Bagaimanapun, pada manusia lebih kompleks, dipengaruhi oleh personal, sosial, budaya dan lain-lain.3. KebudayaanPerawat seringkali berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira begaimana pasien berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih mengindikasikan suatu ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri, akibatnya pemberian therapy bisa jadi tidak cocok untuk klien berkebangsaan meksiko-Amerika. Seorang klien berkebangsaan meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu mempersepsikan pengalaman nyeri sebagai suatau yang berat atau mengharapkan perewat melakukan intervensi (Calviillo dan Flaskerud, 1991).

4. Makna nyeriMakna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan nyeri saat bersalin akan mempersiapkan nyeri secara berbeda dengan wanita lainnya yang nyeri karena dipukul oleh suaminya.5. Lokasi dan tingkat keparahan nyeriNyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau biasa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri, masing-masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut, terbakar dan lain-lain, sebagai contoh individu yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbed dengan individu yang terkena luka bakar.6. PerhatianTingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkan respon nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan penurunan respon nyeri. Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery), dan masase.7. Ansietas (kecemasan)Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetatpi nyeri juga dapat menimbulkann perasaan ansietas. Sebagai contoh seseorang yang menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan senakin meningkatkan persepsi nyerinya.8. KeletihanKeletihan atau kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.9. Pengalaman sebelumnyaSetip individu belajar dari pengalam nyeri, akan tetapi pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudah dalam maenghadapi nyeri pada masa mendatang. Seseorang yang terbiasaa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri.10. Dukungan keluarga dan sosialIndividu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain, atau teman terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan menimalkan kesepian dan ketakutan.

2.5 KLASIFIKASI NYERI1. Berdasarkan sumbernyaa.Cutaneus / superficial, Yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Contoh: terkena ujung pisau atau gunting.b.Deep somatic / nyeri dalam,Yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama daripada cutaneus. Contoh: sprain sendi.c.Visceral (pada organ dalam),Stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan.2. Berdasarkan penyebaba.Fisik.Bisa terjadi karena stimulus fisik. Contoh: fraktur femur.b.Psycogenic.Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi / psikis dan biasanya tidak disadari. Contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.3. Berdasarkan lama / durasinya.a.Nyeri akut.Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot.b.Nyeri kronis.Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.

2.6 ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIANPengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnose keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang di berikan. Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah:1. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).2. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri. Sedangkan untuk pasien dengan nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif (NIH, 1986; McGuire, 1992).Donovan dan Girton (1984) mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut, diantaranya:1. Penentuan ada tidaknya nyeri.Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka.a. Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T).1) Faktor Pencetus (P: Provocate),Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.2) Kualitas (Q: Quality),Kualitas nyeri merupakan seseuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien. Misal kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, dan tertusuk.3) Lokasi (R: Region),Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.4) Keparahan (S: Severe),Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.

Gambar 1 Skala Intensitas Nyeri Numerik (0-10)

Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini psien menilai nyeri dngan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.

Gambar 2 Skala Analog Visual (VAS)

Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus, yangmewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala analog visual merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire, 1984).

Gambar 3 Skala Deskriptif Verbal

Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis. Kalimat pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai nyeri yang paling hebat. Perawat menunjukkan skala tersebut pada klien dan meminta untuk menunjukkan intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.

Gambar 4 Skala Nyeri Oucher

Untuk mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak dikembangkan alat yang dinamakan Oucher, yang terdiri dari dua skala yang terpisah dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang berusia lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi sebelah kanan yang digunakan pada anak-anak yang lebih kecil.

Gambar 5 Skala Nyeri Wajah yang Dikembangkan Wong & Baker

5) Durasi (T: Time).Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyerib. Faktor yang memperberat/memperingan nyeri.Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri pasien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stres, dan lain-lain. 1. Respon Fisiologis.Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stres. Stimulasi pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus, berat, dalam dan melibatkan organ-organ visceral (misal: infark, miokard, kolik akibat kandung empedu, atau batu ginjal) maka sistem saraf simpatis menghasilkan suatu aksi.Beberapa respon fisiologis terhadap nyeri yaitu:a) Stimulasi Simpatik: (nyeri ringan, moderat, dan superficial). Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate. Peningkatan heart rate. Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP. Peningkatan nilai gula darah. Diaphoresis. Peningkatan kekuatan otot. Dilatasi pupil. Penurunan motilitas GI.b) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam) Muka pucat. Otot mengeras. Penurunan HR dan BP. Nafas cepat dan irregular. Nausea dan vomitus. Kelelahan dan keletihan.2. Respon Perilaku.Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.3 Respon Afektif.Respon ini diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.4. Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien.Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat membantu dalam program aktivitas pasien. Perubahan-perubahan yang dikaji: perubaha pola tidur, pengaruh nyeri pada aktivitas, serta perubahan pola interaksi pada orang lain. 5. Persepsi Klien Tentang Nyeri.Perawat mengkaji persepsi klien terhadap nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan.6. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri.Perawat mengkaji cara-cara apa saja yang bisa klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami.

B. DIAGNOSISKeberadaan nyeri pada klien dapat mencetuskan masalah keperawatan lainnya. Penegakkan diagnosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan apabila data dan analisa pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat.

C. INTERVENSIPerencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan berorientasi untuk memenuhi hal-hal berikut:1. Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.2. Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman. 3. Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki.4. Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.5. Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat dirumah.

D. IMPLEMENTASITindakan yang dilakukan perawat untuk mengurangi rasa nyeri ada dua:1.Tindakan Farmakologis.Merekomendasikan petunjuk untuk pengobatan, WHO mengombinasikan penggunaan obat-obatan analgesik dan obat-obatan adjuvan yang efektif untuk mengontrol nyeri klien.2.Tindakan Non Invasif.Tindakan pengontrolan nyeri non invasive digunakan untuk mendukung terapi farmakologis yang sudah diberikan. Jenis tindakan non invasive antara lain:a) Membangun hubungan terapeutik rawat-klien.b) Bimbingan antisipasi.c) Relaksasi.d) Imajinasi terbimbing.e) Distraksi.f) Akupunkur.g) Biofeedback.h) Stimulasi kutaneus.i) Akupresur.j) Psikoterapi.3.Tindakan Invasif/Pembedahan.Merupakan komplemen dari tindakan-tindakan lainnya dalam upaya membebaskan nyeri, seperti tindakan perilaku-kognitif, fisik maupun terapi farmakologis. Tindakan ini dilakukan apabila dengan tindakan-tindakan non invasif tidak dapat membebaskan nyeri. Klien perlu diberikan pengetahua tentang implikasi setelah tindakan pembedahan untuk mengontrol nyeri. Beberapa kasus pembedahan antara lain:a) Cordotomy.b) Neurectomy.c) Sympatectomy.d) Rhizotomy.

E. EVALUASIEvaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam respon rangsangan nyeri, diantaranya: klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri, mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki, mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.

BAB IIIDOMAIN, KELAS, DAN MASALAH KEPERAWATAN (NANDA 2014)

3.1 Domain 12 : Kenyamanan3.1.1 Kelas 1: Kenyamanan FisikA. Gangguan rasa nyaman (00214)Domain 12: KenyamananKelas 1 : kenyamanan fisikKelas 2 : kenyamanan lingkunganKelas 3 : kenyamanan social

a. Definisi: merasa kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, dan social.

b. Batasan Karakteristik:1. Ansietas2. Menangis3. Gangguan pola tidur4. Takut5. Ketidakmampuan untuk rileks6. Iritabilitas7. Merintih8. Melaporkan merasa dingin9. Melaporklan merasa panas10. Melaporkan merasa tidak nyaman11. Melaporkan gejala distress12. Melaporkan rasa lapar13. Melaporkan rasa gatal14. Melaporkan merasa puas dengan keadaan15. Melaporkan kurang senang dengan situasi tersebut16. Gelisa17. Berkeluh kesah

c. Faktor yang berhubungan 1. Gejala terkait penyakit2. Sumber yang tidak adekuat, (misalnya dukungan financial dan social)3. Kurang pengendalian lingkungan4. Kurang privasi5. Kurang control situasional6. Stimuli lingkungan yang mengganggu7. Efek samping terkait terapi misalnya (medikasi radiasi)

B. Kesiapan meningkatkan rasa nyaman (00183)Domain 12: kenyamanan Kelas 1: kenyamanan fisikKelas 2: kenyamanan lingkunganKelas 3: kenyamanan social

a. Definisi : pola kesenangan, kelegaan, dan kesempurnaan dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, dan atau social yang dapat di perkuat atau di tingkatkan

b. Batasan karakteristik :1. Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan rasa nyaman2. Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan perasaan puas3. Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan relaksasi4. Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan resolusi keluhan

C. Mual (00134)Domain 12: kenyamananKelas 1: kenyamanan fisik

a. Definisi : sensasi seperti gelombang di belakang tenggorokan, epigastrium atau abdomen yang bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang dapat menyebabkan dorongan atau keinginan untuk muntah

b. Batasan karakteristik :1. Keengganan terhadap makanan2. Sensasi muntah3. Peningkatan salivasi4. Peningkatan menelan5. Melaporkan mual6. Rasa asam di dalam mulut

c. Faktor yang berhubungan :Biofisik1. Gangguan biokimia (misalnya :uremia, ketoasidosis. Diabetic)2. Penyakit esophagus3. Distensil lambung4. Iritasi lambung5. Peningkatan tekanan intracranial6. Tumor intra abdomen7. Labirinitis8. Peregangan kapsul hati9. Tumor terlokalisasi (misalnya: neuroma akustik, tumor otak primer atau sekunder, metastasis tulang di dasar tengkorak)10. Penyakit meriene11. Meningitis12. Mabuk perjalanan13. Nyeri14. Penyakit pancreas 15. Kehamilan16. Peregangan kapsul limpa17. Toksin (misalnya: peptide yang di produksi tumor, mual, metabolit abnormal akibat kanker)Situasional1. Ansietas2. Takut3. Bau yang tidak menyenangkan4. Rasa makanan atau minuman yang tidak enak di lidah5. Nyeri6. Faktor psikologis7. Stimulasi penglihatan yang tidak menyenangkan8. Terapi 9. Distensi lambung10. Iritasi lambung11. Farmaseutikal (ramuan obat)

D. Nyeri akut (00132)Domain 12: kenyamananKelas 1: kenyamanan fisik

a. Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yangaktul atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); Awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi dan diprediksi dan berlangsung 6 bulan.

b. Batasan karakteristik1. Hambatan kemampuan meneruskan aktifitas sebelumnya.2. Anoreksia.3. Atrofi kelompok otot yang terserang.4. Perubahan pola tidur.5. Skala keluhan (mis., penggunaan skala nyeri).6. Depreasi.7. Masker wajah (mis.,mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis).8. Letih.9. Takut terjadi cedera berulang.10. Sikap melindungi area nyeri.11. Iritabilitas.12. Perilaku protektif yang dapat diamati.13. Keluhan nyeri.14. Penurunan interaksi dengan orang lain.15. Gelisah.16. Berfokus pada diri sendiri.17. Respons yang diperantarai saraf simpatis (mis., suhu dingin, perubahan posisi tubuh, hipersensitivitas.

c. Faktor Yang Berhubungan1. Ketunadayaan fisik kronis.2. Ketunadayaan psikososial kronis

BAB IVAPLIKASI KASUS

Contoh KasusNn. V dibawa ke Rumah Sakit Respati pada tanggal 9 maret 2013 oleh ibunya dengan keluhan nyeri diabdomen. Saat dilakukan pengkajian pada nn.v nyerinya skala 7 seperti ditusuk-tusuk, klien juga tampak meringis kesakitan karena nyeri yang dirasakan hilang timbul saat bergerak. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil vital sign sbb: N=80x/mnt RR=20x/mnt TD=110/70 S=38C. Nn V mengatakan sering kencing (5-7 kali)dan merasa kesakitan saat buang air kecil, urin berwarna pekat seperti air teh. Hasil pemeriksaan lab di dapatkan bakteri Escherichia coli sebanyak 50-90%,di dalam urin.

4.1.2 Pengkajiana. Fokus dataBiodata Pasien Nama: Nn.VUmur: 16 tahun Agama: IslamPendidikan: SMA (Sekolah Menengah Atas)Pekerjaan: PelajarStatus pernikahan: Belum menikahAlamat: (dirahasiakan)Diagnosa medis: Infeksi Saluran KemihTgl.masuk: 9 maret 2013

Penanggung JawabNama: Ny.SUmur: 45 tahun Agama: IslamPendidikan: SMP (Sekolah Menengah Pertama)Pekerjaan: Ibu Rumah TanggaStatus pernikahan: Sudah menikahAlamat: (dirahasiakan)

Status Kesehatan Saat IniKeluhan utama klien adalah nyeri1. Riwayat Kesehatana. Riwayat Kesehatan saat iniNn. V dibawa ke Rumah Sakit Respati pada tanggal 12 maret 2014 oleh ibunya dengan keluhan nyeri diabdomen. Saat dilakukan pengkajian pada Nn. V nyerinya skala 7 seperti ditusuk-tusuk, klien juga tampak meringis kesakitan karena nyeri yang dirasakan hilang timbul saat bergerak.b. Riwayat penyakit terdahuluRiwayat kesehatan terdahulu pasien tidak pernah mengalami kecelakaan, pasien juga tidak pernah dirawat di rumah sakit dan tidak pernah dioperasi, pasien juga tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak pernah alergi obat-obatan.c. Riwayat penyakit keluargaKeluarga pasien tidak ada yang pernah mempunyai penyakit infeksi saluran kemih.

2. Basic Promoting Physiology of Health (Pola kesehatan sebelum dan sesudah sakit)a. Aktifitas dan LatihanPasien mampu melakukan aktifitas seperti makan, minum, dan mandi. Sebelum sakit pasien juga sering berolahraga rutin. Tapi setelah dibawa kerumah sakit aktifitas pasien banyak dibantu oleh keluarga.b. Tidur dan istirahatPasien sebelum sakit tidur kurang lebih 6-7jam setiap hari. Tapi setelah sakit tidur klien terganggu karena nyeri yang dirasakan hilang timbul.c. Kenyamanan dan nyeri Pasien sering mengalami nyeri, pasien juga mengatakn nyerinya hilang timbul dengan skala 7 pada skala numerik.d. NutrisiPasien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari. Berat badan klien sebelum sakit adalah 48 kg dan tinggi badan klien 155 cm. Namun, setelah sakit berat badan klien turun dari 48 kg menjadi 47 kg karena nafsu makan klien berkurang, terjadi penurunan berat badan yang tidak siknifikan atau dalam batas normal. Klien juga tidak alergi pada makanan apapun. Setelah sakit nafsu makan klien berkurang karena nyeri yang dirasakan. Klien juga tidak pernah melakukan operasi.e. Cairan, elektrolit dan asam basaPasien mengkonsumsi kurang lebih 3000 mililiter perhari. Namun setelah sakit asupan cairan klien berkurang karena klien juga mengalami hipertermi.f. Eliminasi urinPasien sebelum sakit kencing 3 kali sehari, tidak merasa sakit, warna urin kuning jernih. Namun setelah sakit, pasien kencing 5-7 kali sehari, pasien kesakitan saat kencing, warna urin pekat seperti air teh.

g. Sensori, persepsi dan kognitifPasien tidak mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman, sensasi taktil, dan pengecapan. Dan klien tidak pernah mengalami gangguan yang berhubungan dengan sensori, persepsi dan kognitif.

3. Pemeriksaan Fisika. Keadaan umumKesadaran pasien penuh, dengan hasil vital sign klien meliputi frekuensi nadi 80x/menit, respirasi klien 20x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, dan suhu klien meningkat 38C.b. KepalaSetelah dilakukan pemeriksaan fisik kulit, muka dan rambut normal. Kondisi mata konjungtiva anemis, sklera dan lensa normal. Hidung pasien normal tidak ditemukan septum ataupun polip, dan tidak ada gangguan dalam hidung pasien. Mulut dan bibir klien tidak terjadi masalah. Telinga klien simetris, bersih dan tidak terjadi gangguan pendengaran.c. LeherLeher pasien normal tidak terjadi pembesaran pada thyroid ataupun lesi.d. Tenggorokan Tenggoroan pasien normal, tidak ada gangguan pada saat menelan.e. DadaBentuk dada pasien normal.f. AbdomenSaat dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan pada abdomen.g. GenetaliaGenetalia pasien normal, tidak terdapat keputihan ataupun gangguan genetalia lainnya.4. Pemeriksaan PenunjangDari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan bakteri Escherichia coli sebanyak 50-90%, ditemukan leukosit dan eritrosit di dalam urin.

b. Analisa dataNama klien: Nn. VNo.Register: 1234Umur: 16 tahunDiagnosa Medis: Infeksi saluran kemihRuang: AnggrekNOSYMTOMPETIOLOGIPROBLEM

DSDO

11. mengeluh nyeri diabdomen2. Nn.V menyatakan nyerinya skala 7 seperti ditusuk-tusuk.

1. Klien juga tampak meringis kesakitan karena nyeri yang dirasakan hilang timbul saat bergerak.2. TTV : N=80x/mnt RR=20x/mnt TD=110/70 S=38C

Agen injuri biologiNyri akut

21. Nn V mengatakan sering kencing (5-7 kali) dan merasa kesakitan saat buang air kecil, urin berwarna pekat seperti air teh.

1. Hasil pemeriksaan lab di dapatkan bakteri Escherichia coli sebanyak 50-90%, di dalam urin.Infeksi Saluran KemihGangguan Eliminasi Urin

4.1.2 Prioritas Diagnosis1. Nyeri akut b.d agen injuri biologi2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

4.1.3 Rencana KeperawatanNama klien: Nn. VNo.Register: 1234Umur: 16 tahunDiagnosa Medis: Infeksi saluran kemihRuang: AnggrekNo Dx.Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)Rencana Tindakan (NIC)Rasional

1Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam maka nyeri pasien akan berkurang atau hilang dengan kriteria hasil sbb:1. pasien dapat memperlihatkan Pengendalian Nyeri , yang dibuktikan oleh indicator (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu) melaporkan nyeri dapat dikendalikan.2. Pasien akan mempertahankan tingkat nyeri pada skala 3 atau kurang (dengan skala 1-10)3. Pasien mampu memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan1. berikan obat yang dianjurkan sesuai indikasi 2. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.3. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.4. Pada saat tingkat nyeri pasien tidak terlalu ketara, implementasikan tehnik mengendalikan nyeri alternatif.1. untuk meyakinkan pengurangan nyeri yang dekuat.2. untuk menghindari faktor penyebab nyeri.3. untuk mengetahui tingkat kenyerian pasien.4. Tehnik nonfarmakologis pengurangan nyeri akan lebih efektif bila nyeri pasien berada pada tingkat yang dapat ditoleransi.

2Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam maka gangguan eliminasi urin teratasi dengan kriteria hasil sbb:1. Menunjukan Kontinesia urine, yang dibuktikan oleh indicator berikut (selalu, sering, kadang-kadang, jarang, atau tidak pernah di tunjukan) mempertahankan pola berkemih yang dapat diduga2. Eliminasi urine tidak terganggu : Bau tidak menyengat, jumlah, dan warnah urine kekuning-kuningan, dalam rentang yang diharapkan.Pengeluaran urin tanpa nyeri, keton, pH( 4,5-7,5), dan elektrolit urine dalam batas normal1. Pantau eliminasi urine termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna.2. Instruksikan pasien untuk berespon segera terhadap kebutuhan eliminasi3. Ajarkan pasien untuk minum 200ml cairan pada saat makan, diantara waktu makan, dan diawal petang4. Tes laboratorium urine klien yang mengalami perubahan1. Pengukuran asupan dan haluaran yang akurat sangat prenting untuk melakukan terapi penggantian cairansecara tepat. Karakteristik urine membantu penegakan diagnosis.2. untuk mengontrol pola eliminasi pasien3. untuk melembabkan membrane mukosa dan melarutkan zat kimia dalam tubuh4. mengetahui karakteristik urin klien

4.1.4 ImplementasiNama klien: Nn. VNo.Register : 1234Umur: 16tahunDiagnosa Medis : Infeksi saluran kemih Ruang: AnggrekNO Dx.Hari/tgl/jamTindakan ImplementasiHasilParaf

1Rabu/12 mare 2014t/ 09:00Pemberian obat Morphine sulfate dan pantau reaksi pemberian obatPasien mengatakan nyeri berkurang saat bergerakDina

1Rabu/12 maret 2014/ 09:10Atur suhu, pencahayan, dan minimalkan kegaduhan di ruangan klienPasien dapat beristirahatDina

2Rabu/12 maret2014/ 10:00Memantau eliminasi urine klien termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warnaFrekuensi urin ke 3 selama 2 jam, warna pekat seperti air tehDina

2Rabu/12 maret 2014/ 10:00Meminta klien segera respon terhadap kebutuhan eliminasi dan menginformasikan perwatKlien mengatakan mengerti mengenai instruksi perawatDina

1Rabu/12 maret 2014/ 16:00Mengkaji tingkat nyeri:1. Menanyakan penyebab nyeri klien2. Meminta mengekspresikan kualitas nyeri3. Menanyakan lokasi nyeri klien4. Klien diminta menunjuk skala nyeri yang dirasakan (numeri : 1-10)5. Menanyakan pada klien rentang waktu nyeri yang dirasakan1. Klien mengatakan nyeri saat menggerakkan abdomen berkurang2. Nyeri seperti ditusuk-tusuk3. Klien menunjuk bagian abdomen yang terasa nyeri saat bergerak4. Skala nyeri turun menjadi angka 35. Klien mengatakan nyeri sering kali terasa saat bergerakDina

1Rabu/12 maret2014/ 16:15Pemberian tehnik pengurangan nyeri non farmakologis :1. Menjelaskan tehnik panas dingin2. Melakukan tindakan kenyamanan untuk meningkatkan relaksasi: memijat, mengatur posisi dan mengatur pernafasan3. Menjelaskan aktivitas distraksi pada pasien seperti membaca, menonton tv, meraktivitas ringan lainnyaNn.V dapat menerima penjelasan perawat dengan baik dan dapat mempraktikkan beberapa tehnik relaksasi nyeriDina

2Rabu/12 maret 2014/ 16:15Meberi penjelasan pada pasien untuk minum 200ml cairan pada saat makan, diantara waktu makan, dan diawal petangNn V mengerti dengan intruksi perawat dan dapat menyebutkan kembali rentang waktu konsumsi cairan dan berapa jumlah cairan yang harus di konsumsiDina

2Jumat/14 maret 2014/06:00Kolaborasi : tes laboratorium urine Nn.V pada hari ke 3karakteristik urine dalam batas normal warna : kekuning-kuningan, terang dan transparan pH : 6,5 bau : tidak menyengat tidak ditemukan bakteri Escherichia coli di dalam urineDina Petugas laboratorium

4.1.5 EvaluasiNama klien: Nn. VNo.Register : 1234Umur: 16tahunDiagnosa Medis : Infeksi saluran kemih Ruang: AnggrekNo Dx.Hari/tgl/jamEvaluasiParaf

1Jumat/14 maret 2014/10:00S:1. Klien mengatakan selaluh dapat mengendalikan nyeri2. Klien mnegungkapkan nyeri pada abdomen sudah tidak terasa3. Klien menunjukan skala nyeri turun mnejadi angka 0, dan tidak nyeri ketika berggerak4. Klien mampu memprakktikkan tehnik relaksasi untuk mempertahankan kenyamanan

O: Tanda-tanda vital dalambatas normal yaitu : TD 110/70 mmHg Nadi 80 kali/menit Pernafasan 20 kali/menit Suhu C

A: Masalah klien teratasi sepenuhnyaP: Intervensi dihentikan klien diberikan HE perawatan nyeriDina

2Jumat/14 maret 2014/10:00S:1. Klien mengatakan frekuensi berkemih tidak sering dan pola berkemih dapat di duga2. Klien mengatakan tidak terasa sakit saat berkemihO:hasil pemeriksaan laboratorium:karakteristik urine dalam batas normal warna : kekuning-kuningan, terang dan transparan pH : 6,5 bau : tidak menyengat tidak ditemukan bakteri Escherichia coli di dalam urineA: masalah klien teratasi sepenuhnyaP: Intervensi dihentikan, klien diberikan HE mengenai tanda dan gejala infeksi, klien dibolehkan untuk pulang Dina

BAB VPENUTUP5.1 KESIMPULANKesimpulan dari makalah di atas adalah sebagai berikut:1. Definisi keperawatan Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.2. Definisi secara medis Arthur C. Curton (1983), nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.3. Definisi secara spikologis Scr umum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.4. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Reseptor nyeri terbagi dalam dua komponen yaitu reseptor A delta dan serabut C.5. Teori nyeri terbagi menjadi Teori Spesifik, Teori Pattern dan pengontrolan nyeri (gate comtrol).6. Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan.

5.2 SARAN1. Bagi mahasiswa diharapakn dengan adanya makalah asuhan keperawtan ini dapat membantu dalam membuat makalah asuhan keperawtan tentang nyeri, dan memperbanyak pengetahuan dari berbagai refrensi lainnya.2. Bagi perawat diharapkan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tidak hanya sebagai pemberi asuhan keperawatan namun juga berperan aktif dalam mencegah akan terjadinya suatu penyakit.3. Bagi dunia keperawatan diharapakan kita sebagai tenaga kesehatan mampu memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin, dan meningkatkan kualitas perawat yang lebih bermutu.Page 31