Upload
irsanunhalu
View
319
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
golongan obat
Citation preview
KLORAMFENIKOLNama dagang Indonesia :
- Combisetin (Combiphar)
- Farsycol (Ifars)
- Kalmicetine (Kalbe Farma)
- Lanacetine (Landson)
Nama perdagangan Kloramfenikol memiliki sejarah yang panjang dan karena itu banyak nama
alternatif di berbagai negara:
Alficetyn
Amphicol
Biomicin
Chlornitromycin
Chloromycetin (US, persiapan
intravena)
Chlorsig (AS, Australia, tetes mata)
Dispersadron C (Yunani, tetes mata)
Edrumycetin 250 mg (Bangladesh,
Kapsul)
Fenicol
Kemicetine (Inggris, persiapan
intravena)
Kloramfenikol (Denmark, tetes mata)
Laevomycetin
Inggris sebagai pengobatan mata
Brochlor ( Aventis Pharma Ltd)
Chloromycetin Redidrops (Goldshield
Farmasi Ltd)
Golden Eye (Typharm Ltd)
Optrex terinfeksi Eyes
Oftan Chlora (salep mata)
Optacloran (Bolivia, tetes mata)
Phenicol
Posifenicol 1% (Jerman, salep mata)
Medicom
Nevimycin
Renicol (India, tetes mata)
Silmycetin (Thailand, tetes mata)
Synthomycine (Israel, salep mata
dan salep kulit)
Tifomycine (Perancis, kloramfenikol
berminyak)
Vernacetin
Veticol
Orchadexoline (Mesir, tetes mata)
Isoptophenicol (Mesir tetes mata.)
Cedoctine (Mesir persiapan infus.)
Chloramex (Afrika Selatan, salep
mata)
Kloramfenikol ( INN ) adalah bakteriostatik antimikroba . Hal ini
dianggap sebagai prototipikal antibiotik spektrum luas , di samping
tetrasiklin. Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari
Streptomyces venezuelae terisolasi oleh David Gottlieb , dan diperkenalkan
ke dalam praktik klinis pada tahun 1949, di bawah nama dagang
Chloromycetin. Ini adalah yang pertama antibiotik akan diproduksi secara
sintetis dalam skala besar. Karena ternyata Kloramfenikol mempunyai daya
antimikroba yang kuat maka penggunaan Kloramfenikol meluas dengan
cepat sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa Kloramfenikol dapat
menimbulkan anemia aplastik yang fatal.
Karena fungsi dengan menghambat bakteri protein sintesis,
kloramfenikol memiliki spektrum yang sangat luas kegiatan: ini aktif
terhadap Gram-positif bakteri (termasuk strain sebagian besar MRSA ),
Gram-negatif dan bakteri anaerob. Hal ini tidak aktif terhadap Pseudomonas
aeruginosa , Klamidia , atau Enterobacter spesies. Ini memiliki beberapa
aktivitas terhadap Pseudomonas Burkholderia , namun tidak lagi secara rutin
digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh organisme ini (itu
telah digantikan oleh seftazidim dan meropenem ). Di Barat, kloramfenikol
sebagian besar dibatasi untuk penggunaan topikal karena kekhawatiran
tentang risiko anemia aplastik .
BENTUK SEDIAAN :1. Kapsul 250 mg, 500 mg
2. suspensi 125 mg/5 ml
3. sirup 125 ml/5 ml
4. serbuk injek. 1g/vail.
5. Salep mata 1 %
6. Obat tetes mata 0,5 %
7. Salep kulit 2 %
8. Obat tetes telinga 1-5 %
EFEK SAMPING :- Mual
- Muntah
- Diare
- neuritis perifer
- neuritis optic
- eritema multiforme
- stomatitis
- glositis
- hemoglobinuria nocturnal
- Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang.
Kelainan ini berhubungan dengan dosis, menjadi sembuh dan pulih bila
pengobatan dihentikan. Reaksi ini terlihat bila kadar Kloramfenikol dalam
serum melampaui 25 mcg/ml.
Kelainan darah reversible dan ireversibel seperti, anemia yang terjadi
bersifat menetap yaitu anemia aplastik dengan pansitopenia (dapat berlanjut
menjadi leukemia). Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau
lama pengobatan. Efek samping ini diduga disebabkan oleh adanya kelainan
genetik. Anemia aplastik : jarang terjadi, terjadi hanya 1 pada 25.000-40.000
penggunaan klorafenikol, dan terjadi tidak secara langsung pada saat
menggunakan kloramfenikol tetapi muncul setelah beberapa minggu atau
beberapa bulan setelah pemakaian.
- reaksi hipersensitivitas misalnya
sindrom grey pada bayi premature dan bayi baru lahir : terjadi pada bayi
yang lahir premature dan pada bayi umur < 2 minggu dengan gangguan
hepar dan ginjal. Klorafenikol terakumulasi dalam darah pada bayi
khususnya ketika pemberian dalam dosis tinggi ini yang menyebabkan Gray-
baby syndrome. biasanya antara hari ke 2 sampai hari ke 9 masa terapi,
rata-rata hari ke 4. Mula-mula bayi muntah, tidak mau menyusui, pernafasan
cepat dan tidak teratur, perutkembung, sianosis dan diare dengan tinja
berwarna hijau dan bayi tampak sakit berat. Pada hari berikutnya tubuh bayi
menjadi lemas dan berwarna keabu-abuan; terjadi pula hipotermia
(kedinginan).
- Reaksi hematologik
- Reaksi alergi
Kloramfenikol dapat menimbulkan kemerahan kulit, angioudem, urtikaria
dan anafilaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi
pada pengobatan demam Tifoid walaupun yang terakhir ini jarang dijumpai
- Reaksi saluran cerna
Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.
- Reaksi neurologik
Dapat terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium dan sakit kepala.