Upload
juli-gultom
View
92
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Pemicu
Seorang ibu NS berumur 45 tahun datang menemui dokter keluarga dengan keluhan badan cepat
lelah. Dari keluhan diketahui bahwa beberapa bulan belakangan ini ibu NS cukup sering
menghadiri acara arisan dan undangan sehubungan dengan tugas suaminya dan selalu makan
tidak terkendali pada setiap acara. Aktivitas sehari-hari ibu NS tidak banyak karena anak-
anaknya sudah besar dan pekerjaan rumah tangga dibantui oleh beberapa orang pramuwisma dan
jarang berolahraga. Dari hasil pemeriksaan diperoleh tinggi badan ibu NS 160 cm dengan berat
badan 80 kg.
More Info
Pada pemeriksaan darah rutin = Normal
Gula darah = Normal
Profil lipid = Normal
Hasil total asupan makanan sehari : energi 3000 kalori. Protein : 110 gr, karbohidrat : 345 gr,
lemak : 125 gr.
Bagaimana hal ini dapat terjadi pada ibu NS ?
UNFAMILIAR TERMS :
(-)
Page | 1Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
MASALAH
- Badan cepat lelah
- Makan tidak terkendali
- Berat badan 80 kg, tinggi badan 160 cm
- Energi meningkat
ANALISIS MASALAH
Page | 2Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Gangguan reseptor pusat lapar (Hipotalamus)
Makan banyak
Metabolisme asam lemak,karbohidrat terganggu
Penumpukan asam lemak dan gliserol di jaringan tubuhh
Akibatnya lemak tidak dikonversi dan tidak adanya aktivitas fisik olahraga
Berat badan ↑↑
Membutuhkan lebih banyak energi
Cepat lelah saat beraktivitas
HIPOTESIS
OBESITAS
LEARNING ISSUE
1. Fisiologi pengaturan makanan
2. Mekanisme metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
3. Etiologi,pathogenesis dan patofisisologi obesitas
4. All about obesitas:
Definisi
Tipe Obesitas
Klasifikasi BMI
Gejala-gejala obesitas
Penegakkan diagnosa
Penatalaksanaan
Patofisiologi komplikasi
Page | 3Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
1. Fisiologi Pengaturan Makanan
Page | 4Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Makan
Adiposit UsusPankreasLambung
Menekan nafsu makanMerangsang nafsu makan
Ghrelin Leptin CCK / NYY
NPY / AgRp POMC
Hipotalamus
Insulin
Menurunkan Nafsu makan Meningkatkan pengeluran
energi
α – MSH / CART
Meningkatkan nafsu makan Menurunkan pengeluaran
energi
Nukleus Arkuatus
Nafsu makan dan rasa lapar muncul sebagai akibat perangsangan beberapa area
hipotalamaus yang menimbulkan rasa lapar dan keinginan untuk mencaridan mendapat makanan.
Nukleus ventromedial pada hipotalamus berperan sebagai pusat rasa kenyang. Pusat ini
dipercaya berfungsi memberi sinyal kepuasan nuutrisional yang akan menghambat pusat nafsu
makan. Stimulasi elektrik pada darah ini akan menyebabakan rasa kenyang an puas, yang dengan
keberadaan makanan pun akan menyebabkan hewan coba menolak makanan ( aphagia ).
Sedangkan kerysakan pada daerah ini menyebabkan hewan coba makan secara berlebihan dan
terus menerus sehingga menyaebkan keadaan obesitas yang sangat ektrim..
Jumlah makanan yang dapat diterima tubuh diatur oleh nukleus oleh nuklleus
paraventrikuler, dorsomedial dan arkuatus hipotalamus. Lesi pada daerah paraventikular akan
menyebabkan pola makan yang meningkat secara eksesif. Sedangkan lesi pada daerah
dorsomedial akan menekan perilaku makan. Nukleus arkuatus sendiri adalah lokasi
berkumpulnya hormon – hormon dari saluran gastrointestinal dan jaringan lemak yang kemudian
akan mengatur jumlah makanan yang dimakan dan juga penggunaan energi.
Pusat nafsu makan tersebut saling terhubung melalui sinyal – sinyal kimia sehingga dapat
mengkoordinasikan prilaku makan dan persepsi rasa kenyang. Nukleus – nukleus tersebut juga
mempengaruhi sekresi bberbagai hormon yang mengatur energi dan metabolisme, termaksuk
hormon dari kelenjar tiroid, adrenal dan juga pulau – pilau langerhans dari pankreas.
Pusat rasa lapar dan kenyang pada hipotalamus tersebut dipadati oleh reseptor untuk
neurotrasmiter dan hormon yang mempengaruhi prilaku makan. Hormon dan nurotransmiter
tersebut terbagi atas substansi orexigenik yang menstimulasi nafsu makandan anorexigenik yang
menghambat nafsu makan, seperti terlihat pada tabel dibawah.
Anorexigenic orexigenic
α – Melanocyte Stimulating Hormone ( α –
MSH )
Leptin
Serotonin
Neuropeptide Y ( NPY )
Agouti related protein ( AGRP )
Melanin consertrating hormone ( MCH )
Galanin ( GAL )
Page | 5Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Insulin
Cholecytokinin ( CCK )
Glucagon like peptide ( GLP )
Peptide YY ( PYY )
Corticotrepin relasing hormone
norepinephrine
Cortisol
Ghhrelin
Sinyal yang menuju hipotalamus dapat berupa sinyal neural, hormon dam metabolik.
Informasi dari organ viseral, seperti distensi abdomen akan dihantarkan melalui nervus vagus ke
sistem saraf pusat. Sinyal hormonal seperti leptin, insulin dan beberapa peptida usus seperti
peptida YY dan kolesistokinin akan menekan nafsu makan ( senyawa anorexigenic ), sedangkan
kortisol dan ghrelin merangsang nafsu makan (senyawa orexigenic ). Kolesistokinin adalah
peptida yang dihasilkan oleh usus halus dan memberi sinyal ke otak secara langsung melalui
pusat kontrol hipotalamus atau melalui nervus vagus. Selain sinyal neural dan hormonal,
metabilok – matabolik juga dapat mempengaruhi nafsu makan, seperti efek hipoglikalemia akan
menimbulkan rasa lapar. Namun, metabolik – metabolik tersebut bukanlah regulator nafsu
makan utama karena melepaskan sinyal – sinyal hormonal, metabolik dan neural tidak secara
langsung , namun dengan mempengaruhi pelepasan berbagai macam peptida – peptida pada
hipotalamus ( Neuropeptida Y, Agouli – related peptide, Melanocyte stimulating hormone,
Melanin Concentrating hormon ). Pepetida – peptida tersebut terintegrasi dengan jalur sinyal
dari pada sistem serotogenik, katekolaminergik, endocannabinoid dan opoid.
Page | 6Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
3. Mekanisme metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa merupakan pusat dari semua metabolisme.Glukosa adalah bahan bakar universal
bagi sel manusia dan merupakan sumber karbon untuk sintesis sebagian besar senyawa
lainnya.Semua jenis sel manusia menggunakan glukosa untuk memperoleh energi.
Glukosa adalah prekursor untuk sintesis bermacam-macam gula lain yang diperlukan
untuk pembentukan senyawa khusus misalnya laktosa,permukaan sel,nukleotida atau
glikosaminoglikan.Glukosa dapat juga merupakan prekusor pokok bagi senyawa nonkarbohidrat.
Karbohidrat makanan diubah menjadi glukosa,fruktosa,galaktosa disaluran
cerna.Monosakarida diserap dari usus masuk kedalam darah dan berpindah ke jaringan tempat
zat tersebut dimetabolisme.
Setelah dibawa kedalam sel,glukosa mengalami fosfolirasi oleh suatu heksokinase
menjadi glukosa 6-phospat.Glukosa 6-phospat dapat masuk ke jalur metabolik.Tiga jalur yang
biasa terdapat pada semua jenis sel adalah glikolisis,jalur pentosa fosfat,dan sintesis
glikogen.Didalam jaringan,fruktosa dan galaktosa diubah menjadi zat antara metabolisme.
Glukosa 6-phospat adalah oksidasi melaui jalur glikolisis yang merupakan sumber ATP
untuk semua jenis sel.Sel yang tidak memiliki mitrokondria dapat mengoksidasi bahan bakar
lain.Sel tersebut menghasilkan ATP dari glikolisis anaerobik.Sel yang memiliki mitrokondria
mengoksidasi glukosa menjadi karbondioksida dan H2O melalui gliolisis dan siklus asam
trikarboksilat.
Glukosa menghasilkan zat antara glikolisis dan siklus asam trikarboksilat yang digunakan
untuk sintesis asam amino dan gugus gliserol serta asam lemak pada triasilgliserol.
Glukosa 6-Fosfat lainnya yang penting adalah oksiadasi melalui jalur pentosa fosfat yang
menghasilkan NADPH.Ekuivalen reduksi NADPH digunakan untuk reaksi biosintetik dan untuk
mencegah kerusakan oksidatif pada sel.Dalam jalur ini,glukosa mengalami dekarboksilasi
Page | 7Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
oksidatif menjadi gula-5 karbon(pentosa).yang dapt masuk kembali ke jalur glikolitik yang
digunakan untuk sintesis nuleotida.
Glukosa lainnya diubah menjadi UDP-glukosa yang memiliki fungsi didalam sel.Naib utama UDP-glukosa adalah sintesis glikogen yaitu polimer untuk menyimpan glukosa.UDP-glukosa digunakan untuk membentuk gula lain,dan galaktosa dan glukosa dapat dipertukarkan semntara terikat ke UDP.Dihati,UDP-glukosa oksidasi menjadi UDP-glukoronat yang digunakan untuk mengubah bilirubin dan senyawa toksik lainnya menjadi glukoronida untuk ekskresi
.
Page | 8Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Karbohidrat(fruktosa,galaktosa,glukosa)
NADPH Glukosa 6-fosfat UDP -glukosa
pentosa
CO2,H2O,siklus as.trikarboksila
t
ATP UDP-Glukoronat
Masuk kembali ke
jalur glikolitikSintesis asam amino,gugus gliserol,asam lemak pada
triasilgliresol
Laktat Mengubah bilirubin menjadi glukornat
eksresi
METABOLISME LEMAK
Lipogenesis adalah pembentukkan dari asam lemak, yaitu dimulai dengan acetyl Co-A,
artinya asam lemak ini seluruhnya disintesa yang disebut De Novo.
Sintesa enzim lain adalah elongasi dari asam lemak, dan ini adalah asm lemak dan asam
lemak nya harus ditambah rantainya. Untuk sintesa ini dibutuhkan seperangkat enzim, dan
seperangkat enzim ini semuanya berdekatan atau berkelompok di dalam molekul protein yang
besar yang disebut sebagai acetyl carier protein ( ACP ).
Jadi, disinilah asam lemak akan disintesa, dan bahan dasarnya adalah Acetyl Co- A. Hasil
dari lemak ini diperlukan, yaitu hidrogen ion, dan ini diambil dari NADPH. Karena itulah maka
proses Hexose Monoposphate Shunt sangat aktif di dalam sel – sel yang mensintesa lemak,
seperti sel lemak ( adiposit ). Acetyl Co –A, karena bahan dasarnya adalah Co – enzym A, ini
akan dibentuk menjadi Malonyl Co – A. Dan kemudian ditempelkan kembali dengan Acetyl Co
– A, jadi nanti beta hidroksi Glutaric Acid Co – enzym Co – A, yang disingkat dengan HMG Co
– A. HMG Co – A adalah molekul yang bisa menghasilkan asam lemak secara De Novo, dan
kemudian juga untuk menghasilkan Glicerol dan juga bisa untuk menghasilkan Keton
Bodies.Salah satu enzym yang sangat penting HMG Co – A Reduktase. Obat – obatan yang
dikatakan mengurangi kolesterol dalam darah atau dalam tubuh itu adalah obat – obatan yang
menghambat pengaturan atau kerja dari enzym ini. Karena memang dalam hal ini kolesterol yang
ada dalam tubuh kita sebagian besar berasal dari sintese calmoduline.Karena itu diit untuk
mengurangi kolesterol sangat sulit, memang bisa, tapi harus sangat tepat, artinya bukan hanya
mengandung kolesterol tidak dikomsumsi tapi juga makanan yang mengandung lemak yang lain.
Dan juga yang mengandung asam lemak.
Page | 9Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Acetyl Co – A
Malonyl Co – A
Acetyl Co – A + malonyl Co – A
Beta hidroksi Glutaric Acid Co – Enzym Co – A
( HMG Co – A )
Gliserol+ keton
Asam Lemak
METABOLISME PROTEIN
Page | 10Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
(angka C) = Jumlah atom karbon terdapat di molekul
n = Jumlah asam lemak 2-karbon yang terdapat dalam suatu rantai asam lema
Page | 11Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Glikogen Glukosa (6C)
Asam Piruvat (3C)
Asetil Koenzim A(2C)
(3C)Asam amino (2C)
Asam Laktat (3C)
Gliserol (3C)
Asam lemak (2C)n
Alkohol (2C)
Lemak Trigliserida
Badan keton
Protein
(6C)
(5C
(4C
CO2+H2O+ATP
Siklus asam sitrat
4. Etiologi,pathogenesis dan patofisisologi obesitas
Page | 12Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
ETIOLOGI
Faktor GenetikLifestyle
Faktor Psikologi
Asupan kalori dan olohraga tidak teratur
Sosioekonomi
Gen I – IV, mempengaruhi reseptor leptin, POMC dan PC1.
Gen V, mutasi di reseptor melanokortin (MC4R)
Gen VI, mutasi di suatu faktor transkripsi (SIM1)
obesitas
Page | 13Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Dalam tahun-tahun terakhir banyak gen “obesitas” yang berhasil diungkapkan. Seperti
yang dapat diperkirakan, gen-gen ini mengode komponen-komponen molecular sistem
neuroendokrin yang mengatur keseimbangan energy. Leptin, pemain kunci dalam homeostasis
energy, adalah produk gen OB. Perannya sebagai faktor antiobesitas diperkuat oleh pengamatan
bahwa mencit yang homozigot untuk mutasi di gen leptin (OB/OB) tidak mengeluarkan leptin,
sangat obese dan “disembuhkan” dengan pemberian leptin eksogen. Mencit dengan mutasi di
reseptor leptin (db/db) juga obese, tetapi, tidak seperti kasus mencit ob/ob, obesitas pada mencit
ini tidak dapat dihilangkan dengan pemberian leptin. Pada mencit-mencit ini, obesitas terjadi
karena sinyal-sinyal aferen yang diperantarai leptin dan bekerja pada hipotalamus tidak dapat
mengatur nafsu makan dan pengeluaran energy.
Meskipun reseptor leptin diekspresikan di beberapa tempat di otak, yang palin penting
untuk mengatur sirkuit leptin-melanokortin berada di nucleus arkuatus hipotalamus. Terdapat
dua tipe utama neuron di lokasi ini yang mengandung reseptor leptin: satu set (orksogenik)
menghasilkan neurotransmitter perangsang nafsu makan yang disebut neuropeptide Y (NPY)
dan agoutirelated peptide (AgRP). Keduanya disebut neuron NPY/ AgRP. Leptin mengurangi
ekspresi NPY dan AgRP. Neuron-neuron peka leptin lainnya, yang disebut juga neuron
POMC/CART, mentranskripsikan dua neuropeptide anoreksigenik α-melanocyte stimulating
hormone (α-MSH) serta cocaine and amphetamine related transcript (CART). Kedua peptide ini
adalah produk dari pro-opiomelanokortin (POMC). Jika diaktifkan oleh sinyal-sinyal leptin,
neuron POMC/CART ini menimbulkan efek katabolic terutama melalui sekresi α-MSH. Seperti
yang diperlihatkan pada gambar diatas neuron NPY/AgRP dan POMC/CARTdisebut sebagai
neuron ordo pertama dari sirkuit melanokortin, karena keduanya merupakan sasaran awal efek
leptin. Neurotransmitter yang dihasilkan oleh keduanya (NPY, AgRP, dan α-MSH) kemudian
berinteraksi melalui reseptor masing-masing dengan neuron ordo kedua yang memicu sistem
eferen dan berefek di jaringan perifer. Efek berbagai neurotransmitter ini dijelaskan berikutnya.
Pada jalur anabolic, neuron ordo pertama NPY/AgRP membentuk hubungan monosinaps
dengan neuron ordo kedua, yang mengekspresikan peptide oraksogenik melanin-concentrating
hormone (MCH) serta oraksin A dan B. Seperti yang ditunjukkan gambar diatas, NPY yang
dikeluarkan dari neuron ordo pertama mengikat reseptornya di neuron ordo kedua sehingga
sinyal dapat disalurkan. Sinyal ini melemah jika leptin ada dalam jumlah berlebihan dan aktif
Page | 14Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
jika kadar leptin rendah. AgRP, seperti NPY menimbulkan efek anabolik, tetapi melalui
mekanisme yang agak berbeda.
α-MSH yang dihasilkan oleh neuron POMC/CART menimbulkan efek kataboliknya
melalui pengikatan dengan neuron ordo kedua (di nucleus paraventrikel) yang mengekspresikan
reseptor melanokortin 4 (MC4R). Sinyal katabolic dari neuron MC4R dipancarkan ke perifer
melalui sistem endokrin dan otonom. Hal ini mengurangi asupan makanan dan meningkatkan
pengeluaran energy. Efek neuron MC4R dalam meningkatkan pemakaian energy sebagian
diperantarai oleh pengeluaran thyrothropin-releasing hormone (CRH) adalah produk lain dari
neuron MC4R. Zat ini memicu anoreksia dan juga mengaktifkan sistem saraf simpatis. Serabut-
serabut daerah ini mempersarafi jaringan lemak cokelat, yang kaya akan reseptor β3-adrenergik.
Jika dirangsang, reseptor ini menyebabkan hidrolisis asam lemak dan memisahkan pembentukan
energy dari penyimpanan energy. Oleh karena itu, lemak secara harafah mengalami pembakaran,
dan energy yang dihasilkan keluar sebagai panas.
Perlu dicatat bahwa masing-masing dari keenam kelainan gen tunggal yang meyebabkan
obesitas pada manusia ini melibatkan protein di jalur leptin-melanokortin. Empat dari gen ini
bersifat autosomal resesif dan mempengaruhi reseptor leptin, POMC dan PC1. (yang disebut
terakhir adalah suatu konvertase prohormon yang memecah POMC). Pada semua kasus ini
terjadi hiperfagia hebat dan obesitas massif sejak masa anak-anak. Sementara kempat bentuk
obesitas genetic ini jarang dijumpai, obesitas yang disebabkan oleh mutasi di reseptor
melanokortin, MC4R, relative cukup sering. Dalam sebuah studi baru-baru ini, 5%-8% dari
sebuah kohort yang terdiri atas 500 orang obese memperlihatkan mutasi secara fungsional
penting di gen MC4R. Pada para pasien ini meskipun simpanan lemak tinggi, konsumsi energy
tidak dapat ditinggalkan. Bentuk monogenic keenam pada obesitas manusia terjadi akibat mutasi
di suatu faktor transkripsi (SIM1) yang esensial untuk pembentukan neuron leptin ordo kedua.
Sebagai suatu penyakit multifactorial, dapat diperkirakan bahwa obesitas terjadi akibat
mutasi atau polimorfisme di beberapa gen dengan efek yang kecil disertai faktor lingkungan.
Menarik untuk dicatat bahwa kadar leptin darah meningkat pada sebagian besar pengidap
obesitas. Jelaslah, kadar leptin yang tinggi tidak mampu menekan jalur0jalur anabolic atau
Page | 15Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
mengaktifkan jalur katabolic. Dasar dari resitensi leptin tersebut belum jelas tetapi mungkin
dipengaruhi oleh penurunan kemampuan leptin menembus sawar darah otak, mungkin akibat
gangguan transportasi menembus sel endotel. Kenyataan bahwa pada sebagian orang obese kadar
leptin di cairan serebrospinal agak lebih rendah daripada di plasma, menunjang hipotesis ini.
Page | 16Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
5. All About Obesitas
a. Definisi
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang.
Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan overweight, padahal kedua
istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda.
Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk
pria dan wanita masing-masing melebihi dua puluh persen dan dua puluh lima persen dari berat
tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Pengertian lainnya obesitas adalah kelebihan berat
badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Sementara overweight
(kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan dimana Berat Badan seseorang melebihi
Berat Badan normal.
b. Tipe-Tipe pada Obesitas
Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu berdasarkan bentuk tubuh dan
berdasarkan keadaan sel lemak.
Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh
a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)
Tipe seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko
kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear (Gynoid),
b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan bokong.
Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada
orang-orang yang gemuk secara genetik.
Page | 17Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak
a. Obesitas Tipe Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal.
b. Obesitas Tipe Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan
normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
c. Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak
baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu
sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.
c. Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan BMI pada
Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)
Kategori BMI (kg/m2) Risk of Co-morbidities
Underweight < 18.5 kg/m2 Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat)
Batas Normal 18.5 - 22.9 kg/m2 Rata rata
Overweight: > 23
At Risk 23.0 – 24.9 kg/m2 Meningkat
Obese I 25.0 - 29.9kg/m2 Sedang
Obese II > 30.0 kg/m2 Berbahaya
Page | 18Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
d. Gejala-Gejala Terjadinya Obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa
menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita
hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan
menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu tidur (apneu), sehingga pada siang
hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah
dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga
kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien
dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat
penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
e. Penegakan Diagnosa
a. Anamnesis- Mudah lelah dan lemah- Adanya gangguan pernafasan- Terhentinya pernafasan sementara pada saat tidur (apneeu)
b. Pemeriksaan fisik- Mengukur rasio lingkar pinggang-lingkar panggul
Rasio lingkar pinggang terhadap panggul merupakan suatu cara untuk menentukan obesitas dengan membagi lingkar pinggang dengan lingkar panggul. Disebut obesitas bila, RPP > 1,0 pada pria kaukasia dan > 0,85 pada wanita kaukasia. Lingkar panggul maksimal diukur dengan pita ukuran (sentimeter) pada bidang horizontal setinggi trochantr subjek yang beridir tegak dan jarakkedua kaki 20-30 cm.
- Indeks massa tubuhMenggambarkan kelebihan jaringan lemak diseluruh tubuh yang dapat dihitung
dengan membagi beerat badab dalam kg dengan tinggi badan dalam m2.c. Pemeriksaan penunjang
- Parameter biokimia
Page | 19Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Dilakukan pemeriksaan terhadap glukosa darah, kolesterol HDL, trigilserida dan hipertensi.
Trigliserida ≥ 150 mg/dl Kolstrol HDL < 40 mg/dl (pria), < 50 mg/dl (wanita) Hipertensi
Tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHgTekanan darah diatolik ≥ 85 mmHg
Glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dl
f. Penatalaksanaan
Penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam
mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan
dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan
risiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan dengan
obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI :
o Resiko rendah : BMI < 27
o Resiko menengah : BMI 27-30
o Resiko tinggi : BMI 30-35
o Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
o Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-
beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
Penderita dengan risiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari
untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga.
Penderita dengan risiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200
kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga.
Penderita dengan risiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-
obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga. Memilih program penurunan berat badan yang
Page | 20Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
aman dan berhasil. Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program
penurunan berat badan :
- Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin,
mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.
- Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara
perlahan dan stabil. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Program yang diikuti harus meliputi
pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat
badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih
harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk
merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan berat
badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan
dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah
berat badan.
Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali dianggap suatu
keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan menjalani diet yang ketat.
Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka panjang. Agar aman dan efektif, setiap
program penurunan berat badan harus ditujukan untuk pendekatan jangka panjang
Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka
waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka
waktu 5 kali seminggu. Dengan regimen ini, pengeluaran energi tambahan sebanyak 100 sampai
200 kalori per hari dapat dicapai.
Terapi farmakologi
1. Orlistat menginduksi penurunan berat badan dengan cara menurunkan absopsi lemak dan
mengembangkan profil lipid, control glukosa dan metabolit yang lain. Nyeri perut atau colic,
flatulence, fecal urgency, banyak terjadi pada 80% individu dari ringan sampai berat. Dan
Page | 21Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
berkembang setelah 1-2 tahun terapi. Orlistat berinteraksi dengan absorpsi vitamin larut lemak
dan siklosporine.
2. Sibutramine lebih efektif dari pada placebo tetapi pasien akan berkurang berat badannya
setelah 6 bulan terapi. Mulut kering, anorexia, insomnia, konstipasi, pening, mual timbul 3 kali
lebih sering dari pada placebo. Sibutramine tidak digunakan pada pasien dengan stroke, penyakit
arteri koroner, CHF, aritmia, dan yang menggunakan MAOi.
3. Pentermine (30 mg pada pagi hari atau 8 mg sebelum makan ) adalah stimulant yang agak kuat
dan potensial penyalahgunaan yang lebih rendah daripada amphetamine dan lebih efektif
daripada placebo-control studies. Efek samping ( peningkatan tekanan darah, palpitasi, aritmia,
midriasis, peningkatan kerja insulin hingga terjadi hipoglikemi) dan ineteraksi dengan MAOI
yang memiliki implikasi pada beberapa pasien.
4. Dietilpropion ( 25 mg sebelum makan atau 75 mg pada sediaan lepas lambat setiap pagi) lebih
efktif dari pada placebo dapat mengurangi berat badan dengan cepat. Adalah salah satu supresan
noradrenergic yang aman dan dapt digunakan pada pasien dengan hipertensi ringan sampai
sedang atau angina tapi tidak dapat digunakan pada pasien dengan hipertensi berat atau penyakit
kardiovaskuler yang signifikan.
5. Amfetamin secara umum dihindari karena kekuatan stimulan dan potensial adiksi nya
6. Efedrin (20 mg dengan atau tanpa caffeine 200 mg, sampai 3 kali sehari) memiliki aktifitas
supresif dan termogenik yang lebih baik daripada placebo dalam percobaan hingga 6 bulan. Efek
samping yang umum terjadi adalah tremor, agitasi, panic, keringat berlebih dan insomnia,
palpitasi dan takikardi juga pernah dilaporkan.
7. Agen serotonergik memiliki stimulant pusat yang dihubungkan dengan potesi penyalah
gunaan dengan komponen noradrenergic tapi agen serotonergik dapat mengubah pola tidur dan
mengubah kebiasaan.
8. Pasien yang menerima fluoksetin 65 mg sehari memiliki penurunan berat badan 2-4 kg dari
pada percobaan control-plasebo. Tapi tidak berbeda diantara masing-masing grup dalam periode
hingga 1 tahun. Penemuan sejenis juga ditemukan pada penggunaan sertralin 200mg per hari.
9. Peptida- peptida (seperti leptin, neuropeptida Y, galanin) yang sedang diselidiki karena
manipulasi eksogenus mungkin menyediakan pendekatan terapetik kedepan untuk manajemen
obesitas (dipiro, 2005)
Page | 22Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Obat-obat yang ada di indonesia :
- Orlistat ( xenical® ) golongan obat kerasa ( K )
- Sibutramin K
- Mazindol ( Teronac® ) K
- Dietilpropion ( apisate® ) K
- Deksfenfluramina ( Isomeride® ) K
- Fenluramina-HCL ( Ponderal® ) K
- Efedrin K
- Fluoksetin ( Andep®, antiprestin®, courage®, foransi®, kalxetin®, lodep®, prestin®,
Prozac®) K
- Sertralin ( Deptral®, fridep®, nudep®, zerlin®, Zoloft® ) K
Pembedahan.
Pembedaan terkadang diperlukan jika terapi diit, aktivitas fisik dan medikamentosa tidak
berhasil. Pembedahan yang biasa dilakikan adalah gastric bypass, vertical banded gastroplasty,
dan gastric banding. Dibandingkan dengan terapi yang lain tindakan pembedahan cukup
menghasilkan penurunan berat badan yang lama. Keberhasilan pembedahan sekitar 50%. Suatu
penelitian selama 3 tahun keberhasilan pembedahan dengan vertical banded gastroplasty adalah
48% dan 67% dengan gastric bypass. Komplikasi pembedahan tergantung derajat obesitas dan
penyakit penyerta. Penurunan berat badan yang cukup besar membawa komplikasi tertentu,
termasuk disfungsi hati dan pemanjangan interval QT yang merupakan predisposisi kematian
akibat aritmia.
Page | 23Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
g. Patofisiologi Komplikasi
Page | 24Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Intake yang berlebihan
Glukosa ↑ Simpanan lemak ↑ Asam lemak ↑
Insulin keluar
Sel ß (Pulau Langerhans) membesar
↑ Insulin
Resistensi Insulin
↑ Ekskresi kolesterol pada empedu
Batu empedu
Kolesterol HDL ↓
Plak pada pembuluh darah
Jantung koroner
Infark miokard
Gagal Jantung
↑ Resistensi perifer
↑ Tekananan Darah
Gangguan Pernafasan
Pada penderita obesitas terdapat timbunan lemak pada rongga dada dan rongga perutnya
sehingga akan menyebabkan gangguan proses pernafasan; oleh karena itu pada obesitas
cenderung terjadi penurunan kapasitas paru yang akan mengakibatkan penurunan fungsi paru.
Kelainan ini bila dalam keadaan berat dengan tanda-tanda somnolen dan hipoventilasi disebut
dengan Pickwickian syndrome. Keadaan ini akan\ menghilang bila penderita menurunkan berat
badannya.
Osteoartritis
Kegemukan yang berlebihan mempermudah timbulnya penyakitnya sendi degenerative
(osteoarthritis).Bentuk arthritis ini, yang biasanya muncul pada orang berusia lanjut, sebagian
besar berkaitan dengan efek kumulatif wear-and-tear (pemakaian dan aus) pada sendi. Layak
diasumsikan bahwa semakin besar beban lemak tubuh, semakin besar trauma terhadap sendi
seiring dengan berlalunya waktu. Sendi yang terkena adalah sendi penyangga berat badan yaitu
punggung, pangkal paha, lutut dan pergelangan kaki.
Obesitas meningkatkan resiko stroke iskemik, baik pada pria maupun wanita. Obesitas
abdomen menyebabkan peningkatan risiko thrombosis vena.
Page | 25Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
Diabetes Mellitus tipe II
KESIMPULAN
Ibu NS, berusia 45 tahun yang memiliki berat badan 80 kg dan tinggi badan 160 cm
datang ke dokter dengan keluhan cepat merasa lelah. Di diagnose obesitas, yang menurut WHO
ibu ini tergolong dalam obesitas 2. Pengobatan tahap awal yang bisa diberikan kepada nyonya
NS pertama kali berupa terapi diit, makanan yang rendah lemak serta dianjurkan untuk
berolahraga, jika terapi ini tidak berhasil maka dapat diberikan terapi farmakologi, seperti
amfetamin yang dapat menghambat secara langsung pusat makan di otak.
Page | 26Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EG
2. Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
3. Murray, Robert K, dkk. 2009. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: EGC
4. Kumar, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 1. Edisi 7. Jakarta: EGC
5. Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi 5. Jakarta : Interna
Publishing
Page | 27Laporan Tutorial kelompok 1 “Obesitas”