8
DEFINISI Gangguan obsesif kompulsif (OCD) melibatkan obsesi, kompulsi, atau keduanya, yang tidak disebabkan oleh obat-obatan atau oleh gangguan fisik, dan yang menyebabkan penderitaan pribadi yang signifikan atau disfungsi sosial. Kelainan mungkin memiliki sifat kronis atau episodik. Obsesi sendiri adalah sesuatu gagasan yang berulang, memiliki gambaran atau impuls yang menyebabkan kecemasan yang terlihat. Kompulsi adalah perilaku berulang atau tindakan mental yang dilakukan dalam menanggapi obsesi atau berdasarkan aturan tertentu, yang bertujuan untuk mengurangi distress atau mencegah membayangkan peristiwa tertentu yang ditakuti. Ada perbedaan kecil dalam kriteria untuk OCD antara DSM-III, DSM-III-R, dan DSM-IV [1] dan ICD-10 tersebut (Soomro, 2012). Dalam DSM-V obsesi didefinisikan sebagai berikut : 1. Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas. 2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata. 3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain. 4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah hasil dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)

Ocd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

s

Citation preview

Page 1: Ocd

DEFINISI

Gangguan obsesif kompulsif (OCD) melibatkan obsesi, kompulsi, atau keduanya, yang tidak

disebabkan oleh obat-obatan atau oleh gangguan fisik, dan yang menyebabkan penderitaan

pribadi yang signifikan atau disfungsi sosial. Kelainan mungkin memiliki sifat kronis atau

episodik. Obsesi sendiri adalah sesuatu gagasan yang berulang, memiliki gambaran atau

impuls yang menyebabkan kecemasan yang terlihat. Kompulsi adalah perilaku berulang atau

tindakan mental yang dilakukan dalam menanggapi obsesi atau berdasarkan aturan

tertentu, yang bertujuan untuk mengurangi distress atau mencegah membayangkan

peristiwa tertentu yang ditakuti. Ada perbedaan kecil dalam kriteria untuk OCD antara DSM-

III, DSM-III-R, dan DSM-IV [1] dan ICD-10 tersebut (Soomro, 2012).

Dalam DSM-V obsesi didefinisikan sebagai berikut :

1. Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap yang dialami, pada

suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan tidak sesuai, dan menyebabkan

kecemasan dan penderitaan yang jelas.

2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang masalah

kehidupan yang nyata.

3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan

tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.

4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah hasil dari

pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)

Dalam DSM-V TR mendefinisikan kompulsi sebagai berikut :

1. Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa)atau tindakan mental

(misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang dirasakannya

mendorong untuk melakukan sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan

aturan yang harus dipenuhi secara kaku.

2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau

mengurangi penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang

menakutkan, akan tetapi, perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan

dengan cara yang realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk menetralkan

atau mencegah, atau secara jelas berlebihan (Maslim, 2013)

Page 2: Ocd

Sedangkan menurut Kaplan et al, 2010 mengatakan bahwa obsesi dapat didefinisikan

menjadi pikiran, gagasan, atau sensasi yang berulang dan menggangu. Berlawanan dengan

obsesi yang merupakan peristiwa mental, kompulsi adalah suatu perilaku. Secara rinci,

kompulsi adalah perilaku yang disadari, standar dan berulang. Pasien dengan OCD

menyadari ketidakrasionalan obsesi dan merasakan obsesi serta kompulsi sebagai ego-

distonik.

EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi telah mendokumentasikan bahwa tingkat prevalensi seumur hidup

gangguan obsesif kompulsif adalah sebesar 2-3%. Pada pria biasanya pengembangan OCD

antara usia 6 dan 15 tahun, dan pada wanita biasanya pengembangan OCD antara

usia 20 dan 29 tahun. Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa gangguan obsesif

kompulsif ditemukan pada sebanyak 10% pasien rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka

tersebut menyebabkan gangguan obsesif kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik

tersering yang keempat setelah fobia, gangguan berhubungan zat, dan gangguan

depresif berat. Penelitian epidemiologis di Eropa, Asia, dan Afrika telah menegakkan angka

tersebut melewati ikatan kultural (Kaplan et al, 2010).

Untuk orang dewasa, laki-laki dan wanita memiliki faktor resiko yang sama untuk terkena;

tetapi untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan

perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun walaupun laki-laki memiliki onset

usia yang agak lebih awal (rata-rata sekitar usia 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-rata

sekitar 22 tahun). Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala

sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah usia

35 tahun. Gangguan obsesif-kompulsif dapat memiliki onset pada remaja atau masa anak-

anak pada beberapa kasus dapat terjadi pada usia 2 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih

banyak terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang menikah, walaupun

temuan tersebut kemungkinan mencerminkan kesulitan yang di miliki pasien dengan

gangguan obsesif-kompulsif dalam mempertahankan suatu hubungan. Gangguan obsesif-

kompulsif ditemukan lebih jarang diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih

walaupun tersedianya jalur ke pelayanan kesehatan dapat menjelaskan sebagian besar

variasi tersebut ketimbang perbedaan prevalensi antara ras-ras (Maramis et al, 2009).

Page 3: Ocd

Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental

lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan

obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67 persen dan untuk fobia sosial adalah 25 persen.

Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif

adalah gangguan pengaruh alkohol, fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan makan

(Kaplan et al, 2010).

SEJARAH

Sampai tahun 1850-an, fenomena obsesif-kompulsif dianggap varian dari gagasan penyakit

gangguan jiwa. Lalu menjadi penyakit yang terpisah yaitu sebagai: pertama, anggota dari

kelas lama neurosis; kemudian, sebagai varian dari gagasan baru terbentuknya psikosis; dan

akhirnya, sebagai penyakit neurosis saja (dalam pasca-1880-an). Perubahan ini tercermin

dari pergeseran teoritis dalam definisi kategori psikiatri besar. Setelah tahun 1860, hipotesis

kausal organik untuk OCD termasuk disfungsi dari sistem saraf otonom dan suplai darah

kortikal. Hipotesis psikologis menyarankan OCD mungkin timbul dari kehendak, intelektual,

emosional atau gangguan, yang terakhir yang didominasi setelah 1890. Masalah yang

berkaitan OCD untuk tipe kepribadian dan hereditability ditangani dengan dalam hal teori

degenerasi. Oleh 1880-an, OCD mencapai definisi klinis dan nosological penuh (Berrios,

2012).

Insiden Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), atau Obsessive-Compulsive Neurosis seperti

bagaimana ia dikenal dulunya, adalah kelainan yang cukup umum dan bisa ditelusuri dari

sejarah, antar kultur, dan antar spektrum sosial yang lebar dan nampaknya tidak terbatas

pada grup atau individu yang spesifik. Sebaliknya, ketersediaan informasi yang lebih

menunjukkan banyak contoh OCD, dan kasus-kasusnya yang terjadi pada berbagai figur

terkenal sepanjang masa. Martin Luther (1483 - 1546), pemimpin pertama dan paling

penting dari Reformasi Protestan di Eropa ini menderita OCD. Anak didik Luther, Phulip

Melanchthon menulis bahwa sering saat merenungkan kemarahan Tuhan ia sering

mencampuri doanya dan kemudian mengklaim. “Bahwa teror yang yang ia rasakan untuk

pertama kalinya, terjadi pada tahun di mana ia ditinggalkan teman favoritnya, yang

kehilangan hidupnya oleh suatu kecelakaan yang tidak saya ketahui” (Cloke, 2012).

Page 4: Ocd

John Bunyan (1628 - 1688) juga dipercaya menderita OCD. Penulis dan penceramah,

terkenal untuk tulisannya Pilgrim’s Progress, menderita pikiran mengganggu yang tidak

diinginkan tentang alam yang menghujatnya. Ia memberikan cerita yang jelas tentang hal ini

pada buku autobiografinya ‘Grace abounding to the chief of sinners’ (Rahmat yang

berlimpah untuk pendosa utama) yang diterbitkan di tahun 1666. Salah satu ketakutan

paling besarnya adalah bukannya memuji Tuhan, tapi ia malah mungkin mengkhianati

Tuhan dan mengucapkan tuduhan sangat buruk dan menghujat terhadapnya (Cloke, 2012).

Dr. Samuel Johnson (1709 - 1784), diakui sebagai penyusun kamus bahasa Inggris pertama,

menderita keharusan melakukan ‘gerakan aneh’ seperti dideskripsikan temannya, ditulis

225 tahun lalu. Johnson akan melakukan gerakan ritual yang terperinci dan keanehan lain

saat melewati batas pintu. Sesaat sebelum melewati batasan, ia akan berputar, melakukan

gerakan tangan yang sudah jadi ritualnya dan kemudian melompati batasan dengan langkah

yang besar. Ia tidak akan menginjak celah antara batu paving. Saat ia berjalan-jalan, ia akan

menyentuh setiap tiang yang ia lewati. Jika ia melewati satu, ia kembali untuk

menyentuhnya. Pada doa yang disahkan atas nama Dr Johnson pada 1766 ia menulis ‘Ya

Tuhan, berikan saya pengampunan, berikan saya reformasi. Semoga saya tidak lagi diganggu

oleh keraguan dan teror yang percuma’ (Cloke, 2012).

Evolutionis terkenal Charles Darwin (1809 - 1882) juga menderita OCD. Darwin menulis

tentang berbagai pemikiran obsesif dan bagaimana ia tidak bisa melepaskannya. Pada surat

kepada teman ia menulis ‘Aku tidak bisa tidur dan apapun yang aku lakukan pada pagi hari

menghantuiku saat malam hari dengan pengulangan yang sangat jelas dan benar-benar

melelahkan’. Pikiran ini, sebagaimana ia jelaskan sendiri, adalah ‘pemandangan mengerikan’

termasuk pikiran bahwa anak-anaknya akan mewarisi penyakitnya dan untuk menghentikan

pikiran ini ia akan mencoba ‘memejamkan matanya’ tapi pikiran ini tetap tidak hilang.

Pikiran buruk saat malam hari ini lebih melekat daripada yang di pagi hari, karena pada

malam hari ia tidak terganggu dengan aktivitas lain. Darwin juga mencari mendambakan

dukungan dari orang lain dan kritis pada dirinya sendiri dan juga meras bahwa dirinya jelek

dan ia akan mengulangi mantranya sendiri beratus kali ‘Saya sudah berusaha sekeras yang

saya bisa, dan tidak ada orang yang bisa melakukan lebih dari ini’ (Cloke, 2012).

Orang paling terkenal yang diketahui menderita OCD pada abad 20 ini adalah penerbang,

insinyur, industrialis, produser film, sutradara, donor, dan salah satu orang terkaya di dunia

yang berasal dari Amerika, Howard Hughes (1905 - 1976) yang hikayatnya diceritakan di film

Page 5: Ocd

tahun 2004, ‘The Aviator’, yang disutradarai oleh Martin Scorsese dan dibintangi Leonardo

DiCaprio. Di balik kekayaan finansialnya yang tak terukur, ia menghabiskan hari-hari

terakhirnya dipenjara secara fisik dan mental oleh teror kontaminasinya sendiri dan ritual

pembersihannya yang sangat terperinci. Walaupun tidak ada bukti nyata yang mengesankan

bahwa salah satu wanita pilihan Hughes, Katherine Hepburn, mempunyai OCD, Howard

Hughes pernah dilaporkan mengatakan ‘bahwa, untuk seorang wanita yang mandi 18 kali

sehari, ia (Hepburn) tidak dalam posisi yang layak untuk menertawai obsesinya (Hughes)!’

(Cloke, 2012).

Banyak selebriti terkenal di beberapa tahun terakhir yang dilaporkan menderita penyakit ini,

atau mengikuti tren yang sedang naik daun yaitu mengklaim dirinya sendiri ‘sedikit OCD’.

Banyak dari klaim ini tidak bisa diverifikasi dengan akurasi seperti diagnosis. Walaupun kita

tidak bisa melihat apa yang terjadi di balik layar, atau di pikiran seseorang, kita bisa

mengatakan bahwa ada perbedaan besar antara kebiasaan obsesif, yang jarang

menyebabkan penderitaan atau kegelisahan dan tidak memerlukan diagnosis OCD,

dibandingkan dengan pengalaman obsesi dan keharusan yang menyusahkan dan tidak

diinginkan yang mempengaruhi fungsi sehari-hari seseorang, dan bisa menyebabkan

seseorang melemahkannya untuk berjam-jam - OCD asli (Cloke, 2012).

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri IlmuPengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis. 2rd rev. ed. Kusuma M, translator. Jakarta:Erlangga; 2010, 56-67 p.

Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2rd rev. ed.Surabaya: Airlangga

University Press; 2009, 312-313 p.3.

Soomro, G.M. 2012. Obsessive compulsive disorder. Clinical Evidence 2012;01:1004 © BMJ

Publishing Group Ltd 2012. Search date April 2011

Cloke, K. 2012. History of OCD. Nottingham: OCD-UK Supporting children and adults affected

by Obsessive-Compulsive Disorder.

Berrios, G.E. 2012. Obsessive-compulsive disorder: its conceptual history in France during

the 19th century. Compr Psychiatry: Jul-Aug: 30():283-95.