Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL
KAJIAN NEW MEDIA PENGEMBANGAN BISNIS PAID PROMOTE
(Studi Kualitatif Model Komunikasi Akun Bisnis Instagram ‘@diskonsolo’)
Oleh :
Brilliani Nadiva Yana Wibowo
D0215025
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
KAJIAN NEW MEDIA DALAM PENGEMBANGAN BISNIS
PAID PROMOTE
(Studi Kualitatif Model Komunikasi Akun Bisnis Instagram ‘@diskonsolo’)
Brilliani Nadiva Yana Wibowo
Deniawan Tommy Chandra Wijaya
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
A rapid technology advancement at this time encourages the creation of a breakthrough, especially in the use of media. To date, new media is very influential as it supports social interaction and can be utilized by various groups. In Indonesia, Instagram is the fourth most used social media after Youtube, Facebook, and Whatsapp. Instagram accounts with a large number of followers and popular commonly use it to earn profit through paid promotion services. A well-known Instagram account in Solo city that receives paid promotion service is '@diskonsolo' account. This study aims to determine the communication model used by @diskonsolo account manager in developing the paid promotion services business. The researchers opted for the communication model approach of AISAS by Dentsu, as AISAS is widely used to examine the communication model based on the use of new media.
This study used descriptive qualitative method. Data sources were obtained through interviews and documentaries. Informants were selected through sampling technique, which is selecting sources that are considered to acknowledge the problem under the study. Researchers used data source triangulation and method triangulation. The data analysis method used in this study is an interactive model that consists of three components, which are data reduction, data presentation, and drawing and testing conclusions. This study concludes that the Instagram business account ‘@diskonsolo’ adopted an
interactive communication model. The account manager of ‘@diskonsolo’
represented as the communicator who successfully captured issues and trends in the new media platform of Instagram and was then processed into a content that provided information related to products and services needed by Instagram users. Instagram users also obtained information on products and services, especially discount information. Through these interactions, it encouraged advertisers to promote their products through paid promotion services in '@diskonsolo' account.
Keywords: New Media, Paid Promote, AISAS Model
Pendahuluan
Internet tidak hanya sebatas digunakan untuk saling menukar informasi di
era ini, namun juga digunakan sebagai media bisnis. Peluang bisnis menggunakan
internet atau yang biasa dikenal dengan bisnis online (e-commerce) terhitung luas
dan besar, sudah banyak masyarakat yang menggunakan internet sebagai media
bisnis. Berdasarkan hasil riset pada laman data yang dirilis
databooks.katadata.co.id, pada Januari 2019 pengguna media sosial di Indonesia
mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Jumlah tersebut naik 20%
dari survei sebelumnya. Sementara pengguna media sosial mobile (gadget)
mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi. Di Indonesia, Instagram
merupakan media sosial yang paling sering digunakan keempat setelah Youtube,
Facebook, dan Whatsapp. Instagram, yang terus melakukan pembaruan atau
update aplikasi pada fiturnya membuat penggunanya terus bertambah dari waktu
ke waktu sehingga menjadikan media sosial ini sebagai platform untuk
memasarkan produk bisnis.
Pengguna Instagram yang cukup populer dan memiliki pengikut atau
followers dalam jumlah yang besar umumnya memanfaatkannya untuk meraup
keuntungan dengan menerima jasa paid promote, yakni mempromosikan bisnis
atau barang kliennya (pengiklan) kepada para followers yang dimilikinya. Dengan
jumlah followers yang melimpah, produk yang dipromosikan bisa menjangkau
pasar yang lebih luas. Layanan jasa paid promote ini menjadi solusi yang tepat,
terutama bagi para penjual pemula dengan followers yang masih minim.
Sistem yang dilakukan biasanya dengan memposting konten foto ataupun
video yang dibuat khusus agar menggiring followers membeli atau mengenalkan
bisnis sang klien, dengan kepopulerannya di Instagram tentunya cara tersebut
sangat berpengaruh besar dalam meningkatkan penjualan. Sudah bukan rahasia
lagi berjualan ataupun berpromosi di Instagram saat ini sangat bisa
diandalkan. Bahkan mungkin dapat dikatakan lebih menguntungkan dibandingkan
dengan media sosial lainnya yang lebih dahulu ada. Salah satu akun Instagram
yang cukup terkenal di Kota Solo yang melakukan aktivitas paid promote yakni
akun „@diskonsolo‟. Dari segi pengikut, Per akhir bulan Juli 2019, akun
Instagram @diskonsolo memiliki 186.000 pengikut.
Meski jumlah pengikutnya bukanlah yang tertinggi dibandingkan dengan
akun-akun populer yang memberikan info seputar kota Surakarta seperti akun
instagram „@agendasolo‟ (299.000 pengikut), „@soloinfo‟ (199.000 pengikut),
„@infosoloraya‟ (88.500 pengikut), dan „@tentangsolo‟ (21.000 pengikut) namun
akun „@diskonsolo‟ tetaplah akun yang diperhitungkan untuk dijadikan rujukan
dalam layanan jasa paid promote di Kota Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya unggahan yang di-upload akun @diskonsolo setiap harinya baik
melalui postingan maupun fitur storygram.
Menurut pandangan peneliti, akun „@diskonsolo‟ memiliki keunikan yang
membuatnya berbeda dengan akun-akun popular lain, yakni karena akun
@diskonsolo lebih mentikberatkan atau berfokus pada pemberian informasi
seputar promo, potongan harga atau diskon di pusat- pusat perbelanjaan di
wilayah Kota Surakarta dan sekitarnya. Akun ini semakin dirasakan manfaatnya
ketika momen-momen penuh diskon seperti hari kemerdekaan, akhir tahun,
pilpres, hingga hari konsumen nasional, karena akun @diskonsolo memberikan
rentetan postingan informasi mengenai diskon yang ada di Kota Surakarta dan
sekitarnya.
Selain itu dalam unggahannya, akun ini memiliki ciri khas tersendiri
dalam penyampaian konten tanpa mengurangi daya informatifnya. Salah satunya
dengan sapaan khas yang unik dan santai. Tentu tidak mudah untuk tetap
mempertahankan eksistensi atau popularitas akun Instagram „@diskonsolo‟ agar
tidak menurun dan semakin dilirik oleh pengiklan agar terus menghasilkan
keuntungan. Penelitian ini guna mengetahui model komunikasi yang dilakukan
pengelola akun @diskonsolo dalam mengembangkan bisnis jasa paid promote.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah model komunikasi AISAS pada akun Instagram
„@diskonsolo‟ dalam mengembangkan bisnis paid promote?
Kajian Teori
1. Komunikasi
Komunikasi menjadi peranan terpenting bagi kehidupan manusia dalam
berinteraksi di kehidupannya sehari-hari. Di dalam sebuah komunikasi umpan
balik atau feedback merupakan hal yang diharapkan, untuk mampu mencapai
tujuan yang dimaksud dalam berkomunikasi.
Definisi komunikasi menurut beberapa ahli itu sendiri salah satunya
adalah Bernard Berelson dan Gary A. Stener (Mulyana, 2013:68) ,
“Komunikasi : transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan
sebagainya dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, figut,
grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasa
disebut komunikasi”. Sedangkan Joseph A. DeVito (2011:24) pada bukunya
menyatakan bahwa “Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau
lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan
(noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu,
dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik”.
a. Unsur dalam Proses Komunikasi
Tujuh unsur menurut Braddock merupakan pengembangan dari model
Laswell yang sudah dikenal sejak tahun 1948. Formulasi dari model
komunikasi menurut Braddock dapat diterjemahkan bahwa proses
komunikasi meliputi siapa yang menyampaikan pesan (komunikator), apa isi
dari pesan yang disampaikan (konten informasi), melalui saluran atau media
yang digunakan (jenis media yang digunakan untuk menyampaikan pesan),
situasi yang bagaimana sebuah pesan disampaikan (pemilihan situasi ketika
komunikator dalam menyampaikan pesan), apa tujuan komunikator dalam
menyampaikan pesan (tujuan yang ingin dicapai oleh komunikator), kepada
siapa pesan tersebut ingin disampaikan (komunikan/audiencer), serta efek
apa yang muncul dari proses komunikasi tersebut. Penggambaran formulasi
Braddock sudah dianggap ‘taken for granted’ bahwa komunikator itu selalu
memiliki kesadaran untuk mempengaruhi komunikan. Komunikasi dilihat
sebagai proses persuasif.
b. Komunikasi Pemasaran
Salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang saat ini banyak
digunakan adalah komunikasi pemasaran. Pemasaran sendiri adalah
sekumpulan kegiatan dimana perusahaan atau organisasi lainnya mentransfer
nilai-nilai pertukaran tentang informasi produk, jasa, dan ide antara
perusahaan dengan konsumennya. Menurut Sutisna (2001:267) komunikasi
pemasaran adalah usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama
sasaran konsumen mengenai keberadaan produk pasar. Komunikasi
pemasaran merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, memengaruhi atau membujuk, dan/atau mengingatkan pasar atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada
produk, barang maupun jasa yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan
(Tjiptono, 2001:219). Komunikasi pemasaran meliputi keputusan seperti
siapa yang diinginkan perusahaan untuk menjadi pelanggannya; kebutuhan
pelanggan mana yang akan dipuaskan; apa produk dan jasa yang ditawarkan;
berapa harga yang ditawarkan; apa saluran distribusi yang digunakan; dan
kemitraan apa yang dikembangkan.
c. Citra
Setiap perusahaan mempunyai citra yang disadari atau tidak telah
melekat pada perusahaan tersebut.Tidak sedikit barang atau jasa yang
dihasilkan perusahaan begitu kuat citranya di benak konsumennya. Kotler
(2005:6) mengemukakan teorinya yang menjelaskan bahwa citra perusahaan
adalah respon konsumen pada keseluruhan penawaran yang diberikan
perusahaan dan didefinisikan sebagai sejumlah kepercayaan, ide-ide, dan
kesan masyarakat pada suatu organisasi. Citra sebuah organisasi
merepresentasikan nilai-nilai seseorang dan kelompok-kelompok masyarakat
yang mempunyai hubungan dengan organisasi tersebut. Menurut Frank
Jefkins (2003:93) dalam buku Public Relations (2003:93), definisi citra dalam
konteks humas, citra diartikan sebagai “kesan, gambaran, atau impresi yang
tepat (sesuai dengan kenyataan) atas sosok keberadaan berbagai kebijakan
personil personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau perusaahaan”. Citra
dapat dikatakan sebagai persepsi masyarakat dari adanya pengalaman,
kepercayaan, perasaan, dan pengetahuan masyarakat itu sendiri terhadap
perusahaan, sehingga aspek fasilitas yang dimiliki perusahaan, dan layanan
yang disampaikan karyawan kepada konsumen dapat mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap citra. Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible),
tidak nyata, tidak bisa digambarkan secara fisik dan tidak dapat diukur secara
sistematis, karena citra hanya ada dalam pikiran.Walaupun demikian,
wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti
penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang datang dari
publik dan masyarakat luas pada umumnya (Trimanah, 2012:3).
2. Model Komunikasi
Model komunikasi adalah sebuah model konseptual untuk menjelaskan
proses komunikasi manusia dan memperlihatkan proses komunikasi dengan
menggunakan berbagai simbol. Model komunikasi membentuk perspektif
komunikasi dengan menguraikan komunikasi yang begitu kompleks menjadi
lebih sederhana tanpa menghilangkan komponen-komponen yang ada di
dalamnya (Sumber: pakarkomunikasi.com).
Ada beberapa model komunikasi diantaranya Model Komunikasi
Shannon dan Weaver yang menitik beratkan pada lima elemen yakni :
Information Sourc, Transmitter, Channel, Receiver, Destinatio. Model ini
diterapkan pada konteks-konteks komunikasi lainnya seperti komunikasi
antarpribadi, komunikasi publik atau komunikasi massa. Sayangnya, model
ini juga memberikan gambaran yang parsial mengenai proses komunikasi.
Model AISAS
Model AISAS merupakan model komunikasi yang diciptakan oleh
Dentsu, agen periklanan di Jepang pada tahun 2005 (Sugiyama dan Andre,
2011:79). Model AISAS terbentuk dari Attention (Perhatian), Interest
(Ketertarikan), Search (Pencarian), Action (Aksi), dan Share (Berbagi).
Gambar 2.3 Model AISAS
Secara spesifik model AISAS ini menjelaskan kepada pemasar bahwa
terjadi perubahan-perubahan perilaku konsumen dalam pemasaran online.
Setelah memiliki perhatian (Attention) dan tertarik (Interest) pada suatu
produk, barang atau jasa konsuen biasanya langsung akan mencari (Search)
informasi lebih lanjut mengenai produk, barang atau jasa tersebut di mesin
pencarian atau search engine, seperti google. Dari informasi yang didapatkan,
konsumen akan memutuskan akan melanjutkan ke tahap aksi (Action)
kemudian berlanjut pada berbagi (Share) informasi yang sudah didapatkan
tersebut. Jika informasi yang didapatkan cukup baik dan menarik minat
konsumen, dari situlah tercipta word of mouth serta perbincangan mengenai
infromasi tersebut baik dalam dunia nyata maupun dunia internet atau online.
(Sugiyama dan Andre, 2011: 120-121).
3. Media Baru
Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi suatu pengantar
(1987:16) mendefinisikan new media atau media baru sebagai perangkat
teknologi elektronik yang berbeda dengan penggunaan yang berbeda pula.
Media elektronik baru ini mencakup beberapa sistem teknologi seperti: sistem
transmisi (melalui kabel atau satelit), sistem miniaturisasi, sistem penyimpanan
dan pencarian informasi, sistem penyajian gambar (dengan menggunakan
kombinasi teks dan grafik secara lentur), dan sistem pengendalian (oleh
komputer).
a. Media Sosial
Media sosial yang bisa juga disebut dengan jejaring sosial adalah
suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya
adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe
relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, status hubungan,
pandangan politik, bakat dan minat. (Agung, 2011:2).
b. Instagram
Instagram diluncurkan pada 6 Oktober 2010 oleh Kevin Systrom
dan Mike Krieger. Nama Instagram menurut mereka adalah gabungan dari
kata “instant camera” dan “telegram”. Instagram dapat diinstal pada
beragam sistem operasi ponsel pintar mulai dari Apple App Store, Google
Play dan Windows Phone Store. Hanya beberapa bulan setela diluncurkan,
Instagram mampu meraih 1 juta pengguna pada Desember 2010. Jumlah
ini terus meningkat hingga mencapai 5 juta pengguna pada Juni, lalu pada
September 2011 mencapai 10 juta pengguna. Pada April 2012 Instagram
mengklaim anggotanya telah mencapai 30 juta pengguna. Karena
perkembangannya yang sangat pesat, Facebook kemudian mengakuisisi
perusahaan ini dengan nilai US$1 miliar pada April 2012. Keberhasilan
yang luar biasa dari Instagram ini menguatkan laporan Pew yang
menyatakan bahwa, ”photos and videos have become the key social
currencies online.” (Rainie dkk, 2012:1).
4. Online Advertisement
Iklan, menurut The American Marketing Association, diartikan sebagai
pengumuman atau pesan persuasif dalam suatu waktu atau ruang menggunakan
media massa oleh institusi bisnis, perusahaan non- profit, pemerintah, individu
dengan maksud menginformasikan dan atau membujuk khalayak terhadap
barang, jasa, perusahaan, atau ide-ide sebagai sasaran target pemasaran atau
audiensi. Perlu digarisbawahi dari pengertian tersebut bahwa penggunaan media
massa menjadi kunci dalam praktik periklanan.
Paid Promote
Istilah paid promote belakangan lebih sering terdengar seiring dengan
semakin populernya media sosial Instagram. Jika diartikan ke dalam bahasa
Indonesia istilah Paid Promote berarti Promosi Berbayar. Dari pengertian
tersebut dapat diambil gambaran bahwa kegiatan ini merupakan upaya untuk
mengenalkan bisnis atau produk, barang maupun jasa ke pasaran namun
berbayar.
Pengguna Instagram yang cukup populer dan memiliki follower dalam
jumlah yang besar umumnya memanfaatkannya untuk menerima jasa paid
promote, yakni mempromosikan bisnis atau produk barang maupun jasa
kliennya kepada para follower. Sistem yang dilakukan biasanya dengan
memposting konten foto ataupun video yang dibuat khusus agar menggiring
follower membeli atau mengenalkan bisnis sang klien, dengan kepopulerannya
di Instagram tentunya cara tersebut sangat berpengaruh besar dalam
meningkatkan penjualan.
Jika menggunakan jasa paid promote kepada akun yang memiliki
jumlah follower ratusan ribu hingga jutaan orang harganya-pun bisa sangat
mahal. Kisaran harga jasa seperti ini umumnya ditawarkan mulai puluhan ribu
hingga ratusan ribu rupiah.
Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif jenis
deskriptif. penerapan metode kualitatif jenis deskriptif dalam penelitian ini adalah
bertujuan untuk menjelaskan bagaimana model komunikasi yang diterapkan oleh
pengelola akun instagram „@diskonsolo‟ agar media yang dikelolanya dapat
secara konsisten menarik para pengiklan menggunakan jasa paid promote. Dalam
penelitian ini, informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan
melakukan wawancara (interview). Wawancara adalah teknik pengumpulan data
atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar
mendapatkan data lengkap dan mendalam (Ardianto, 2014: 178). Peneliti akan
melakukan wawancara dengan founder, dan pengelola atau admin akun Instagram
„@diskonsolo‟ yaitu Ade Shintaro dan Navyta. Selain itu, peneliti juga
mewawancarai konsumen dari layanan jasa paid promote akun Instagram
„@diskonsolo‟ yang dipilih oleh peneliti berdasarkan pada pengamatan peneliti
mengenai akun yang sering muncul dalam postingan paid promote „@diskonsolo‟.
Dengan menggunakan penelitian kualitatif, data yang diuraikan akan dalam
bentuk kalimat untuk menjawab masalah dari penelitian tersebut.
Analisis data adalah proses mencari data dan menyusun secara sistematis
data yang telah diperoleh dari teknik pengumpulan data. Tujuan dari analisis data
sendiri adalah untuk menafsirkan dan membuat makna dari materi-materi yang
telah dikumpulkan. Kemudian, metode analisis data yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan model interaktif (Interactive Model of Analysis).
Model analisis data interaktif merupakan model penggambaran mengenai tulisan,
ucapan, dan perilaku obyek yang diamati.Menurut Miles dan Huberman (dalam
Pawito, 2007: 104) model ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen: reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian
kesimpulan (drawing and verifying conclusions).
Reduksi data adalah proses pengolahan data yang masih mentah menjadi
catatan lapangan tertulis. Reduksi data berfungsi sebagai identifikasi satuan (unit)
pada data (Moleong, 2007:288). Penyajian data adalah proses dimana kumpulan
informasi yang didapatkan akan di display dengan tujuan memudahkan peneliti
dalam memahami dan menarik benang merah dari kumpulan informasi tersebut.
Selanjutnya adalah proses penarikan kesimpulan, penarikan kesimpulan
adalah proses pemaknaan dengan cara menghubungkan atau menarik benang
merah diantara data-data yang telah didapatkan sebelumnya. Pada waktu
pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik
kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi
maupun sajian datanya.
Sajian dan Analisis Data
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan analisis model AISAS dalam
kajian New Media pengembangan bisnis Paid Promote, ditemukan hasil sebagai
berikut:
1. Attention
Attention adalah tahap untuk meningkatkan kesadaran konsumen
terhadap sebuah produk barang atau jasa hingga akhirnya konsumen mulai
memberikan perhatian pada setiap informasi yang mereka terima, seperti
informasi produk yang ditawarkan baik melalui word of mouth, iklan di
internet, dan lain-lainnya. Hal pertama yang penting untuk dilakukan ialah
menentukan target sasaran.
Target sasaran akun Instagram „@diskonsolo‟ yakni masyarakat kota
Surakarta terutama kalangan wanita. Ide awal yang dilakukan oleh pengelola
akun „@diskonsolo‟ dalam menarik pengguna Instagram agar mengikuti atau
menjadi followers akun-nya ialah dengan memberikan informasi diskon yang
aktual dan berguna bagi pengikutnya. Pengelola akun „@diskonsolo‟
mengumpulkan informasi diskon yang ditawarkan berbagai pusat
perbelanjaan di Kota Surakarta dan sekitarnya dalam rangka menyambut hari
Kemerdekaan Indonesia. Selain informasi tentang diskon, pengelola juga
memberikan informasi terkait agenda dan layanan masyarakat. Sesuai dengan
wawancara peneliti dengan informan 1, adanya informasi selain diskon,
yakni perihal informasi acara, berita terkini mengenai Kota Solo dan
Sekitarnya, memanglah sangat berpengaruh dalam dan menambah jumlah
followers, dalam istilah saat ini yang dilakukan „@diskonsolo‟ adalah bentuk
dari panjat sosial untuk meninggkatkan atensi masyarakat terhadap akun
„@diskonsolo‟.
Pengelola akun Instagram '@diskonsolo‟ sudah membuat model yang
baik sesuai dengan tujuan dari komunikasi pemasaran yakni dengan
menentukan target market yang tepat, mengetahui dan memahami setiap
aspek dari pengalaman pengguna Instagram dengan baik, sehingga info
produk atau jasa yang diposting bisa sesuai dengan kebutuhan dan pengguna
instagram terpengaruh dan tertarik untuk mengikuti akun tersebut.
2. Interest
Setelah semua model yang dilakukan oleh pengelola akun
„@diskonsolo‟ dari mulai mengedukasi dan memberikan informasi seputar
diskon dan berita aktual kondisi di Kota Solo dan sekitarnya, maka tahap
selanjutnya yang akan terjadi adalah target market akan semakin
terfragmentasi dan mulai tertarik dengan semua model „@diskonsolo‟.
Kemudian, followers maupun calon pengiklan tersebut akan mencari banyak
informasi melalui berbagai macam media.
Akun „@diskonsolo‟ menarik para pengguna Instagram untuk
berinteraksi dan meningkatkan engagement yaitu dengan mengadakan
giveaway, yakni sebuah kegiatan berupa memberikan hadiah gratis kepada
siapa saja sesuai dengan produk yang dijanjikan oleh sponsor, namun peserta
harus memenuhi syarat untuk mendapatkan hadiah gratis tersebut misalnya
harus dengan mengikuti akun „@diskonsolo‟ terlebih dahulu, kemudian
menuliskan komentar, mention teman, dan lain-lain. Model ini juga mampu
mendatangkan berbagai macam pengiklan yang ingin melakukan paid
promote karena melihat traffic dari akun „@diskonsolo‟ yang terbilang cukup
ramai. Peningkatan daya tarik terhadap jasa paid promote yang ditawarkan
oleh „@diskonsolo‟ lainnya yaitu dengan menggunakan teknik fotografi dan
videografi profesional untuk dapat menarik minat konsumen yang melihat
akun instagram „@diskonsolo‟. Menurut informan 1, selain konten, gawai
yang digunakan untuk memproduksi konten juga tidak boleh luput dari
perhatian. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pengelola akun
Instagram „@diskonsolo‟, peneliti menemukan bahwa pengelola akun
„@diskonsolo‟ berusaha memproduksi konten promosi dari pengiklan
semenarik dan sekreatif mungkin, serta tetap melakukan kurasi dari produk
barang atau jasa sebelum dipromosikan, sehingga followers akun
„@diskonsolo‟ mendapatkan informasi yang valid mengenai suatu produk
barang maupun jasa.
3. Search
Banyak media yang kini bisa diakses untuk mendapatkan informasi,
terutama media yang paling mudah untuk diakses adalah melalui internet,
karena itu internet menjadi salah satu media yang kini paling pertama dituju
dalam mencari sebuah informasi terkait seperti apakah suatu produk barang
atau jasa melalui media sosial.
Dari hasil wawancara dengan informan 3, terkait informasi mengenai
akun „@diskonsolo‟, memang hal ini didapatkan melalui dirinya sendiri yang
memang mencari akun paid promote melalui media sosial instragam dengan
memanfaatkan media internet untuk memenuhi kebutuhannya. Dari
penuturan informan 3 menjelaskan bahwa informan 3 memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi terhadap suatu hal, dan saat ini kehadiran internet sangatlah
mendukung untuk dapat mengeksplorasi hal-hal yang belum diketahui
sebelumnya, dan Instagram menjadi salah satu platform yang digunakan
untuk melakukan pencarian.
Ketika akun „@diskonsolo‟ berhasil menarik pengiklan untuk
menggunakan jasanya, langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh admin
„@diskonsolo‟ ialah memastikan produk barang atau jasa yang akan
dipromosikan telah memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkan.
Sedangkan, menurut penuturan informan 2, setiap iklan harus mengikuti
standarisasi pemerintah, salah satu contohnya yaitu menyantumkan sertifikasi
produk BPOM pada produk-produk tertentu untuk menghindari produk palsu
maupun penipuan.
4. Action
Fase Action merupakan fase dimana terjadi kesepakatan transaksional
antara pengelola akun „@diskonsolo‟ dengan pihak pengiklan. Pada tahap ini
pengiklan tersebut akan memilih produk jasa mana yang akan digunakan
melalui proses berpikir dengan mereduksi informasi yang paling dominan
dan sesuai dengan ketertarikannya untuk menggunakan salah satu jasa yang
ditawarkan akun „@diskonsolo‟.
Jasa paid promote yang disediakan akun „@diskonsolo‟ sendiri terdiri
dari tiga jenis produk yaitu posting feeds Instagram, story Instagram, dan
Live Report Instagram. Konten produk untuk dipromosikan yang diberikan
oleh konsumen tidak serta merta diterima oleh admin „@diskonsolo‟,
melainkan tetap dilakukan kurasi, diskusi, dan penambahan materi dari pihak
„@diskonsolo‟ yang sekiranya mampu membuat konten iklan tersebut lebih
menarik.
Dalam analisis model AISAS pada fase S-A-S adalah fase penting
yang tidak boleh terjadi kesalahan karena satu kepuasaan dari konsumen
adalah nilai yang sangat berarti untuk menentukan kelangsungan bisnis dari
sebuah perusahaan. Melalui hasil wawancara, peneliti mendapatkan hasil
bahwa pengelola akun „@diskonsolo‟ sudah mampu menunjukkan nilai jual
mereka yaitu “kenyamanan” dan “kepuasan”.
5. Share
Fase terakhir dalam model analisis AISAS, yaitu Share. Model
komunikasi yang bergeser pada era digital seperti sekarang ini menjadikan
Share begitu penting dan bernilai. Semakin banyak konsumen atau pengguna
yang Share maka akan semakin berdampak positif bagi sebuah perusahaan.
Akun Instagram „@diskonsolo‟ hingga fase terakhir ini berhasil
melengkapi siklus perputaran model analisis AISAS dengan testimoni
konsumen (pengiklan) yang puas menggunakan jasa paid promote. Selain itu,
rasa kepercayaan yang dibangun dan dipertahankan membuat akun ini tetap
eksis meskipun banyak akun yang menawarkan jasa serupa.
6. Pengembangan Bisnis Paid Promote
Paid promote dapat diartikan sebagai jasa promosi berbayar dimana
seorang pengguna media online atau media sosial yang dianggap memiliki
pengaruh (memiliki banyak followers atau selebriti di dunia maya),
menyediakan jasa promosi pada akun-akun media online miliknya. Walaupun
dapat ditemukan hampir di setiap platform media baru, paid promote lebih
sering ditemui di medi-media sosial yang sedang naik daun seperti Instagram.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah perbedaan paid promote dengan iklan-
iklan pada media sosial.
Perbedaannya terletak pada media yang digunakan dan model iklan
yang dipromosikan. Iklan pada media konvensional membutuhkan biaya
yang sangat besar, sedangkan paid promote menyediakan alternatif yang
lebih murah dan efektif untuk menjangkau calon pembeli. Iklan pada media
konvensional juga membutuhkan proses yang cukup lama seperti pembuatan
iklan yang tentunya membutuhkan jasa biro periklanan yang juga memakan
biaya. Oleh karena itu, paid promote menjadi solusi untuk usaha dari
kalangan kecil, menengah hingga perusahaan besar sekalipun.
Visual yang konsisten juga menjadi kunci dari pengelolaan bisnis paid
promote. Dengan menggunakan filter yang sama di semua foto akun
Instagram bisnis akan memiliki sebuah style yang mudah dikenali oleh
followers. Karena salah satu objek dalam menggunakan Instagram adalah
untuk mendapat likes dan komentar. Semakin mudah dikenali karakteristik
postingan sebuah akun, semakin besar kemungkinan followers akan me-like
dan meninggalkan komentar.
Untuk membantu membuat visual yang konsisten, informan 2 selaku
admin akun Instagram „@diskonsolo‟ menggunakan aplikasi editing, dan
juga membeli lisensi ijin penggunaan music sebagai audio. Hal ini perlu
dipikirkan secara matang sebelum mengupload postingan mengingat pihak
Instagram mampu mendeteksi hak cipta yang apabila dilanggar akun
Instagram yang bersangkutan dapat di banned.
Secara visual, penentuan konten apa yang ingin di upload setiap
harinya pada jam tertentu juga merupakan hal yang vital. Tentunya, jika ingin
mempromosikan makanan juga harus tepat waktu mengunggahnya. Tetapi,
sesekali mengupload gambar yang mungkin tidak terkait dengan bisnis juga
perlu dilakukan agar postingan menjadi menarik dan variatif untuk followers.
Meskipun Instagram adalah media sosial yang mengutamakan visual, ada
elemen non-visual yang perlu di tambahkan ke brand Instagram seperti
misalnya gaya caption. Caption memberikan peluang besar bagi bisnis untuk
menceritakan sebuah kisah. Keterangan Instagram memungkinkan untuk
memperluas gambar, memberikan konteksnya, dan bahkan membuat
pengikut tertawa, terutama jika menggunakan emoji. Salah satu teknik yang
populer lainnya yaitu dengan menggunakan bahasa sapaan yang khas. Hal ini
mampu melambangkan dan merepresentasikan merek dan mendorong
pengikut untuk berbagi foto yang sesuai dengan hashtag itu.
Platform ini memang banyak berubah dan berkembang sejak
diluncurkan dan sekarang menawarkan banyak kesempatan bagi pelaku
bisnis untuk berbagi berbagai jenis konten interaktif dan menarik. Namun
yang tidak kalah penting adalah memperhatikan audience untuk memastikan
bahwa bisnis yang dijalankan memang mampu melayani kepentingan dan
keinginan klien dan sesuai target sasaran. Evaluasi perlu dilakukan sebagai
usaha menjaga stabilitas akun dan sebagai bentuk usaha peningkatan kualitas
konten akun, dan juga mengevaluasi kerjasama dengan para konsumen.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai kajian New Media
pengembangan bisnis Paid Promotes Bisnis Instagram „@diskonsolo‟, maka
model komunikasi AISAS yang diterapkan oleh pengelola akun Instagram
‘@diskonsolo’ dalam mengembangkan bisnis paidpromote sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi dan menganalisis situasi isu-isu terkini, sesuatu yang
sedang menjadi trend, serta informasi yang dibutuhkan pengguna Instagram
di media sosial, selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat konten yang
dapat menarik perhatian pengguna Instagram. Proses ini dalam model AISAS
adalah Attention, tahap untuk meningkatkan kesadaran konsumen terhadap
sebuah produk barang atau jasa hingga akhirnya konsumen atau pengguna
Instagram memberikan perhatian pada setiap informasi yang mereka terima.
2. Tahap Interest dimulai dengan menentukan target market, kemudian
meningkatkan engagement misalnya dengan mengadakan giveaway. Selain
itu pengelola juga emaksimalkan fitur yang ada pada media Instagram,
memaksimalkan gawai untuk memproduksi konten dengan design visual dan
audio yang mumpuni untuk menciptakan konten promosi yang menarik.
3. Pada tahap Search, pengelola memastikan produk barang atau jasa yang akan
dipromosikan telah memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan
pengelola akun „@diskonsolo‟. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa
produk barang/jasa yang diiklankan tidak melanggar peraturan pemerintah.
Selain itu pengelola juga memperhatikan kredibilitas akun konsumen, serta
kejelasan isi konten posting, Berdasarkan penelitian, pihak konsumen jasa
paid promote juga melakukan pencarian dengan mempertimbangkan
beberapa aspek dalam memilih jasa paid promote seperti harga, jangkauan
khalayak, keaktifan dari akun jasa paid promote.
4. Tahap Action adalah dimana konsumen memutuskan untuk menggunakan
jasa paid promote. Dalam fase ini pengelola akun sebisa mungkin
meminimalisir terjadinya kesalahan, dengan selalu berkomunikasi dan
berkoordinasi perihal konten kepada konsumen, karena satu kepuasaan dari
konsumen adalah nilai yang sangat berarti untuk menentukan kelangsungan
bisnis. Melalui hasil wawancara, peneliti mendapatkan hasil bahwa pengelola
akun „@diskonsolo‟ sudah mampu menunjukkan nilai jual mereka yaitu
“kenyamanan” dan “kepuasan”.
5. Tahap Search adalah tahap pengelola akun membangun dan menjaga
kepercayaan dalam kerja sama dengan para konsumen atau klien untuk
membangun citra positif yang akan memengaruhi brand positioning akun
jasa paid promote. Apabila konsumen merasa puas dengan jasa yang telah
diberikan, secara tidak langsung para konsumen atau pengguna yang
berkaitan akan menjadi mesin marketing yang efektif tanpa harus diberikan
instruksi apapun, kemudian merekomendasikan akun Instagram
„@diskonsolo‟ melalui media sosial ataupun pesan dari mulut ke mulut (word
of mouth) kepada orang lain sehingga semakin banyak pengguna Instagram
tertarik untuk menggunakan jasa paid promote akun „@diskonsolo‟.
Saran
1. Saran Akademis
Untuk penelitian yang sejenis, disarankan untuk memperbanyak referensi
literatur serta informasi mengenai penerapan model komunikasi AISAS melalui
media sosial. Referensi literatur dibutuhkan untuk memahami seluk beluk
mengenai model komunikasi AISAS melalui media sosial.
2. Saran Praktis
Untuk pengelola akun Instagram „@diskonsolo‟, sudah menerapkan
keseluruhan model komunikasi AISAS dalam menarik pengiklan
menggunakan jasa paid promote. Namun, alangkah lebih baik apabila
pengelola akun juga memiliki data jumlah rata-rata pengiklan yang telah
menggunakan jasa paid promote „@diskonsolo‟ setiap bulannya. Pengelola
akun Instagram „@diskonsolo‟ belum melakukan pencatatan dengan rinci
mengenai daftar pengiklan pengguna jasa paid promote. Memiliki data jumlah
rata-rata pengiklan sangatlah penting bagi pengelola bisa melihat konsistensi
jumlah pengiklan. Tentunya, hal ini akan berdampak pada pola model
komunikasi AISAS yang digunakan.
Daftar Pustaka
Anis Hamidati, Komunikasi 2.0 Teoritisasi dan Implikasi (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2011), hlm. 7.
Ardianto, Elvinaro. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Denis McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa suatu pengantar, diterjemahkan oleh Agus Dharma dan Aminuddin Ram. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Pamulang-Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2013. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Elfinaro Ardianto, et al. 2004. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Feicheng Ma. 2015. Information Communication. China: Morgan & Claypool. Frank Jefkins, Public Relations, Edisi Kelima, Terjemahan Daniel Yadin (Jakarta:Erlangga, 2003)
Ibrahim. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Kotler, Philip & Garry Armstrong. 2010. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1 dan 2 Edisi. Kedua Belas. Jakarta : Erlangga.
Leo Agung. 2011. Berinternet dengan Facebook dan Twitter untuk Pemula. Yogyakarta: Penerbit ANDI & Madcoms Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Lia Herliani, “Analisis Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Facebook sebagai
Media Promosi Anggota BUSAM (Bubuhan Samarinda)”, eJournal Ilmu
Komunikasi, vol. 3, No. 4, 2015, hlm. 218.
Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurjaman, Kadar dan Khaerul Umam. 2012. Komunikasi & Public Relations. Bandung: CV Pustaka Setia.
Philip Kotler. 2005. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.
Sugiyama, Kataro, Andree, Tim. 2011. The Dentsu Way. McGraw-Hill Companies.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Sulaksana, Uyung. 2003. Integrated Marketing Communication : teks dan kasus. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI. 2014. Panduan Optimalisasi Media Sosial untuk Kementerian Pedagangan RI. Jakarta: Pusat Hubungan Masyarakat.
Tjiptono, Fandi. 2001. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : ANDI.
Trimanah, “Reputasi Dalam Kerangka Kerja Public Relations”, Jurnal Ilmiah
Komunikasi, No. 1, Vol. 3, (Februari-Juli 2012), 3.