17
BAB IV PENGUKURAN INTERFACE E1 DAN ETHERNET Setelah Pengimplementasian Perangkat pada Hop Link ILP Center to Patra Jasa telah selesai dan link antara kedua site sudah bisa berkomunikasi atau teremote maka sudah seharusnya dilakukan pengukuran pada setiap interface dan pengetestan pada link tersebut agar dapat dipastikan bahwa link tersebut beserta interfacenya sudah benar-benar siap untuk dipakai atau dibebani traffic. 4.1 Pengukuran Interface E1. E1 atau sirkuit E-1 (Inggris: E-carrier) adalah nama format transmisi digital dengan 30 kanal suara digital berkecepatan 2,048 megabit per detik. E1 merupakan standar yang dipakai di Eropa dan Indonesia. Standar E1 ini ekivalen dengan standar T1 yang dipakai di Amerika Data maksimum yang dapat di lewatkan pada media trasmisi E1 adalah 2 Mb, dengan membagi ke 32 slot dengan masing – masing 64 kb. Perbedaan dengan T1 adalah, T1 menggunakan 24 kanal suara digital dengan kecepatan 1,554 megabit per detik. Saluran ini berbentuk saluran telepon khusus dan digunakan pada awalnya untuk sambungan trunk antar sentral telepon, namun sekarang mulai banyak disewakan oleh

TA Bab 4 Wibowo

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TA Bab 4 Wibowo

BAB IV

PENGUKURAN INTERFACE E1 DAN ETHERNET

Setelah Pengimplementasian Perangkat pada Hop Link ILP Center to Patra Jasa telah

selesai dan link antara kedua site sudah bisa berkomunikasi atau teremote maka sudah

seharusnya dilakukan pengukuran pada setiap interface dan pengetestan pada link

tersebut agar dapat dipastikan bahwa link tersebut beserta interfacenya sudah benar-

benar siap untuk dipakai atau dibebani traffic.

4.1 Pengukuran Interface E1.

E1 atau sirkuit E-1 (Inggris: E-carrier) adalah nama format transmisi digital

dengan 30 kanal suara digital berkecepatan 2,048 megabit per detik. E1 merupakan

standar yang dipakai di Eropa dan Indonesia. Standar E1 ini ekivalen dengan standar

T1 yang dipakai di Amerika

Data maksimum yang dapat di lewatkan pada media trasmisi E1 adalah 2 Mb, dengan

membagi ke 32 slot dengan masing – masing 64 kb. Perbedaan dengan T1 adalah, T1

menggunakan 24 kanal suara digital dengan kecepatan 1,554 megabit per detik.

Saluran ini berbentuk saluran telepon khusus dan digunakan pada awalnya untuk

sambungan trunk antar sentral telepon, namun sekarang mulai banyak disewakan oleh

perusahaan telekomunikasi untuk jalur komunikasi data.

Interface E1 hanya dapat diukur oleh alat ukur, dan yang diukur pada interface ini

adalah tingkat BER (Bit Eror Ratio) daripada interface E1, alat ukur yang digunakan

pada link ILP Center to Patra jasa adalah type Sunlite PDH.

SunLite E1 Tester Sunlite E1 sebagai pengukuran pada transmisi dengan kecepatan

2048Mbit/s, Berikut spesifikasi detailnya :

2.048 Mbit/s transmit, receive and external clock

• Bit error rate testing (ITU-T G.821)

• ITU-T G.826, M.2100 analysis

Page 2: TA Bab 4 Wibowo

• Level and frequency measurements

• +6 to -43 dB receiver input sensitivity

• Term, PMP (Monitor), High Impedance

• Drop and insert capability (N or Mx64k)

• Programmable NFAS Word

• CAS signaling

• Histogram analysis

• Propagation delay

• Store up to 10 test results and 10 configurations

• 75© and 120© models

• Powered by 2 AA alkaline batteries or rechargeable NimH battery pack

Bit Error Ratio (BER) adalah Perbandingan banyaknya digit yang salah pada sisi

penerima dibandingkan jumlah digit yang diterima pada selang waktu tertentu. Bisa

dinyatakan juga dengan BER (bit error rate) : jumlah error bit persatuan waktu

transmisi. Misal BER = 1 kbps , berarti setiap transmisi data selama 1 detik

kemungkinan akan ada error bit sebanyak 1 k = 1000 bit.

BER pada system transmisi dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya noise,

interference, distorsi, dan fading.

Dengan menggunakan alat ukur BER Test ini kita dapat mengukur eror second

persatuan waktu dari transmit dan receive link tersebut.dengan kata lain selama dalam

waktu pengukuran kita dapat menegetahui pada saat kapan link tersebut terdapat error

second.

Dibawah ini merupakan hasil pengukuran selama 24 Jam pada interface E1 link ILP

Center to Patra Jasa ;

0,000E0

Page 3: TA Bab 4 Wibowo

4.2 Pengukuran Interface Ethernet.

Pengetestan atau pengukuran Interface Ethernet dapat dilakukan beberapa cara

yaitu :

4.2.1 Pengetestan Ethernet dengan melakukan test ping atau transfer data antara

2 komputer yang terdapat pada nearend dan farend..

Pada pengetestan dengan cara ini dibutuhkan 2 komputer atau laptop yang

berada pada kedua site, masing-masing laptop disetting IP yang berbeda tetapi

memiliki subnet mask yang sama,dan hanya perlu dilakukan penyettingan TCP/IP pada

masing-masing computer saja seperti melakukan koneksi antara 2 komputer dengan

menggunakan kabel LAN.

berikut Internet protocol (TCP/IP) yang disetting pada kedua site

ILP Center :

IP address : 192.168.10.2

Subnet Mask : 255.255.255.248

Default Gateway : 192.168.10.3

Patra Jasa :

IP address : 192.168.10.3

Page 4: TA Bab 4 Wibowo

Subnet Mask : 255.255.255.248

Default Gateway : 192.168.10.2

Apabila link transmisi dan port interface Ethernet yang digunakan sudah dalam keadaan

inservice dan status Up maka seharusnya jika kita bias melakukan test Ping IP address

Patra Jasa yang dilakukan dari site ILP Center seperti dibawah ini :

Jik kita sudah bisa test Ping maka kita sudah bisa melakukan transfer data seperti jika

kita melakukan koneksi antar 2 komputer dengan menggunakan kabel LAN.

4.2.2 Pengukuran Performance Interface Ethernet.

Apabila kita sudah dapat melakukan pengetestan antara 2 komputer yang

berada pada kedua site maka sudah dapat dipastikan Interface Ethernet tersebut sudah

dapat digunakan, akan tetapi kita masih perlu melakukan pengukuran untuk melihat

apakah performace link tesebut selama kurun waktu tertentu dalam keadaan baik, tidak

terganggu oleh gangguan cuaca, frekuensi disekitar area dan lain-lain.

Pada pengukuran Performance yang dilakukan pada Link ILP Center to Patra

Jasa digunakan alat pengukur performance yaitu Exfo Ethernet Tester,yang dapat

mengukur QOS pada interface Ethernet.

Page 5: TA Bab 4 Wibowo

Analisa Performansi Transmisi dikenal juga dengan sebutan QoS (Quality of Service).

Quality of Service merupakan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan

yang lebih baik pada trafik data tertentu dalam berbagai jenis platform teknologi QOS

tidak diperoleh langsung dari infrastruktur yang ada, melainkan diperoleh dengan

mengimplementasikannya pada jaringan yang bersangkutan.

Pengukuran QOS pada interface Ethernet untuk Link ILP Center to Patra Jasa

dilakukan dengan menggunakan alat ukur EXFO Ethernet Tester, dan berikut

spesifikasi detail alta tester Ethernet yang digunakan beserta parameter yang

ditentukan dalam melakukan pengukuran pada link ILP Center to Patra Jasa

:

Configuration:

--------------

Case :indisk_1

Session : TwoWay_ILP Center_Patra Jasa

Contractor :Ericsson

Customer :Indosat

Duration :0:24:00:00

Start Time :Fri Dec 11 13:33:10 ICT 2009

End Time :Sat Dec 12 13:33:10 ICT 2009

Encapsulation :ETH/IP/UDP

Ext. logging :disabled

Test Procedure :

----------------

Throughput : Enabled

Back-to-Back : Enabled

Frame Loss : Enabled

Latency: Enabled

Page 6: TA Bab 4 Wibowo

Beberapa data performasi yang diukur dengan menggunakan alat ukur Exfo Ethernet

tester pada link ILP center to Patra Jasa adalah sebagai berikut:

a) Throughput

Di dalam jaringan telekomunikasi throughput adalah jumlah data persatuan

waktu yang dikirim untuk suatu terminal tertentu di dalam sebuah jaringan, dari

suatu titik jaringan atau suatu titik ke titik jaringan yang lain. System

throughput atau jumlah throughput adalah jumlah rata-rata data yang dikirimkan

untuk semua terminal pada sebuah jaringan. Nilai troughput sistem ditentukan

dengan :

Tabel Hasil throughput link ILP Center to Patra Jasa

Page 7: TA Bab 4 Wibowo

Dari hasil tabel di atas maka link transmisi mempunyai nilai throughput:

= 1829554600 – 74 = 20,32839 Mbps

5x60

b) Utilisasi Trafik

Dalam hal ini utilisasi trafik/okupansi jaringan cenderung

dipengaruhi langsung oleh trafik yang ditransmisikan melewati jaringan IP

tersebut. Sebagai gambaran pada tabel di bawah ini, menunjukkan

besarnya bytes yang diperlukan untuk proses aplikasi IP.

Tabel Ukuran Paket dalam Utilisasi trafik

Ukuran paket di dalam setiap Aplikasi

Application Packet Size

Telnet 64 – 1518 bytes

http 400 – 1518 bytes

NFS 64 – 1518 bytes

NetWare 500 – 1518 bytes

Multimedia 400 – 700 bytes

Utilisasi/Okupansi IP yang dinyatakan dalam persen, dapat dihitung sebagai

berikut :

Page 8: TA Bab 4 Wibowo

Seiring dengan perkembangan di teknologi jaringan IP dan kebutuhan dari

layanan yang jalan di jaringan tersebut, layanan di jaringan IP tidak lagi hanya

mengenal kelas Best Effort. Jaringan IP sudah dapat melakukan pengolahan

trafik sesuai permohonan dari pelanggan ataupun disesuaikan dengan

permintaan dari suatu layanan. Pengelolaan trafik ini dikenal dengan QoS

(Quality of Service). QoS di jaringan dapat dikelompokan terdiri atas beberapa

kelas layanan, mulai dari kelas Best Effort, kelas real time (terutama

dipergunakan oleh layanan yang memerlukan pengiriman traffic yang real time),

kelas yang membagi atas trafik yang dijamin dan best effort, dan kelas lain.

Tabel Hasil perhitungan utilisasi trafik

Page 9: TA Bab 4 Wibowo

Dari hasil pengukuran link transmisi di atas, maka dapat diambil

kesimpulan, untuk bandwidth yang sama yaitu 20 Mbps, untuk frame size 68

Bytes (untuk paket data rendah) nilai speed rate nya menduduki level terendah

yaitu 15,45 Mbps, sedangkan untuk frame size 1518 Bytes (untuk paket data

tinggi) mempunyai nilai speed rate menduduki level tertinggi yaitu 19,739

Mbps.Hal ini bisa ditarik kesimpulan semakin rendah frame size semakin rendah

speed rate-nya karena semakin tinggi paket loss-nya, sebaliknya semakin tinggi

frame size semakin tinggi speed rate-nya semakin rendah paket loss-nya.

c) Paket Loss

Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket IP mencapai

tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh

beberapa kemungkinkan, diantaranya yaitu:

a) Terjadinya overload trafik didalam jaringan,

b) Tabrakan (congestion) dalam jaringan,

c) Error yang terjadi pada media fisik,

 Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan

karena overflow yang terjadi pada buffer. Di dalam implementasi jaringan IP,

nilai packet loss ini diharapkan mempunyai nilai yang minimum.

Page 10: TA Bab 4 Wibowo

Pengukuran Paket Loss dirumuskan:

Paket Loss : Jumlah data yang ditransmit-jumlah data yang diterima x 100%

Jumlah bit yang ditransmit

Tabel Pengukuran tingkat paket interface Ehernet Link ILP Center to Patra Jasa

Paket Loss : Jumlah data yang ditransmit-jumlah data yang diterima x 100%

Jumlah bit yang ditransmit

Paket Loss : 846720 –648564 x 100% = 23,4 %

846720

337 menit =20220 detik=198156 pkt

846720

846720

648564

648564

Page 11: TA Bab 4 Wibowo

Melihat dari hasil pengukuran Packet Loss selama 24 jam, terlihat bahwa

selama 24 jam performance interface Ethernet mengalami loss connection yang

mengakibatkan sekitar 23 % data yang hilang atau tidak sampai selama

perjalanan traffic, dan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal…mulai dari

koneksi kabel yang kurang baik, gangguan pada Link dan lain-lain

d) Latency

Latency didefinisikan sebagai delay waktu ketika stream data dikirim dan

ketika stream itu dihadirkan pada end user Latency suatu bit pada switch ATM

didefenisikan sebagai selisih waktu saat bit tersebut keluar dari switch dan saat

ia masuk switch. Latency pada switch ini diukur pada titik pengukuran yang

merupakan interface fisik ATM dimana trafik ATM masuk dan/atau

meninggalkan switch ATM, yang mempengaruhi latency itu banyak nya hop

untuk mencapai IP tujuan dan lamanya transit data sebelum diproses oleh router

makin banyak hop makin besar latency nya atau

makin sibuk si router router yang dilewati latencynya makin besar.

Latency sangat erat kaitannya dengan delay. Jitter dapat disebabkan

lintasan tempuh paket yang berbeda-beda. Dari hasil pengukuran yang telah

dilakukan dapat dilihat, bahwa perubahan jitter pada dua titik, yaitu pada bit

frame rate 68, 128, 256, 512,1024,1280,1518 bytes berubah secara signifikan.

Hal ini bisa disebabkan oleh lintasan tempuh dari paket yang berbeda-beda atau

disebabkan juga karena collison pada jaringan.

Tabel 4.19 Hasil perhitungan Latency

Page 12: TA Bab 4 Wibowo

Dari hasil pengukuran dengan Latency terbesar pada frame rate 1518

bytes dengan 1,8 ms dan terendah 68 bytes dengan 0,4 ms .

Setelah melihat hasil Pengukuran pada kedua interface didapati Error second

dan Paket Loss yang cukup besar sehingga mengakibatkan Performance yang jelek

pada transmisi ILP Center to Patra Jasa, Oleh karena itu perlu dilakukan troubleshoot

untuk memperbaiki performance daripada transmisi tersebut.

Langkah Troubleshoot yang dilakukan adalah dengan memantau transmisi tersebut

pada saat-saat error second muncul (terlihat pada hasil pengukuran packet loss

terdapat antara pukul 23:00 WIB sampai dengan Pagi hari. Dan berpedoman pada

penyebab error second di timbulkan akibat beberapa hal seperti noise, interference,

distorsi, dan fading.maka saat tejadi gangguan dilakukan kembali pengecekan frekuensi

apakah dalam keadaan aman dari interfrence atau tidak, dan berikut hasil pengecekan

ulang frekuensi pada saat terjadi gangguan.

Page 13: TA Bab 4 Wibowo

Setelah dilakukan Pengecekan frekuensi pada saat gangguan maka didapati

frekuensi yang digunakan tidaklah aman sebesar 28 Mghz dan perubahan hasil scan

frekuensi ini kemungkinan besar disebabkan oleh cuaca yang buruk dan kerapatan

udara pada malam hari terlebih padatnya transmisi disekitar area Patra jasa yang

mempunyai indeks frekuensi yang sama serta batas toleransi hasil scan yang didapat

pada siang hari yang sangat minim sekitar 80 dbm,sehingga apabila terdapat gangguan

cuaca maka batas minim hasil scan tersebut dapat menurun menjadi batas yang tidak

aman yaitu dibawah 80 dbm.

Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut beberapa langkah yang dapat

diambil adalah :

- Dengan merubah frekunsi yang digunakan (dengan syarat harus dilakukan

pengecekan sebesar bandwith 28 Mghz)

- Dengan merubah Polarisasi pada antena dari vertikal menjadi Horizontal

- Apabila dengan merubah polarisasi tidak mendapatkan frekuensi yang aman

maka perlu dicoba dengan mengganti indeks Radio.

Apabila salah satu cara diatas dapat mengatasi masalah yang ada maka untuk lebih

menjaga perfrmace transmisi ILP Center to Patra jasa diharapkan agar konfigurasi pada

transmisi tersebut dirubah dari 1+0 (tanpa Proteksi) menjadi 1+1 hot Standby (dengan

Proteksi radio) sehingga apabila terdapat gangguan pada salah satu radio maka satu

radio lainnya dapat menggantikan tugas radio yang mengalami masalah.