Upload
dothuy
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKROEKONOMI YANG
MEMPENGARUHI PENERBITAN SUKUK DAN OBLIGASI KORPORASI
DI INDONESIA
Oleh
Fahdiansyah Rahman
NIM: 1113081000069
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKROEKONOMI YANG
MEMPENGARUHI PENERBITAN SUKUK DAN OBLIGASI KORPORASI
DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Fahdiansyah Rahman
NIM: 1113081000069
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Titi Dewi Warninda, SE., M.Si.
NIP: 19731221 200501 2 002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 09 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Fahdiansyah Rahman
2. NIM : 1113081000069
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi yang
Mempengaruhi Penerbitan Sukuk dan Obligasi Korporasi di
Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Maret 2017
1. Faizul Mubarok, SE., MM. (_________________________)
NIP. Penguji I
2. Rahmat Gunawan, M.Si. (_________________________)
NIP. Penguji II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Fahdiansyah Rahman
NIM : 1113081000069
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggunjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 10 Maret 2017
Yang Menyatakan
(Fahdiansyah Rahman)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Fahdiansyah Rahman
2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 17 Oktober 1995
3. Alamat : Jl. Fajar Baru Utara Rt.007/08 No.42 Cengkareng
Timur, Jakarta Barat.
4. Telepon : 0878-8000-5219
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. MI Negeri 7 Cengkareng Timur Tahun 2001-2007
2. SMP Negeri 45 Jakarta Tahun 2007-2010
3. SMA Negeri 33 Jakarta Tahun 2010-2013
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Budiansyah Rozali
2. Ibu : Mukhlifah
3. Alamat : Jl. Fajar Baru Utara Rt.007/08 No. 42 Cengkareng
Timur, Jakarta Barat
vi
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
2013:
1. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Federasi Olahraga Mahasiswa (UKM
FORSA) Divisi Catur UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014:
1. Anggota Divisi Olahraga Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bendahara Unit Kegiatan Mahasiswa Federasi Olahraga Mahasiswa
(UKM FORSA) Divisi Catur UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Anggota Biasa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat.
2015:
1. Anggota Divisi Kemahasiswaan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Pengurus Bidang PPPA HMI Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Cabang Ciputat.
3. Kesekretariatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mahasiswa 2015.
4. Anggota Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI) HMI
Cabang Ciputat
2016:
1. Wasekum Bidang PPPA HMI Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Cabang Ciputat.
vii
V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
1. 2013 : Seminar Penanggulangan HIV/AIDS bersama Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2. 2014 : Latihan Kader I (Basic Training) HMI Komisariat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat.
3. 2014 : Company Visit Otoritas Jasa Keuangan
4. 2014 : Seminar Pasar Modal bersama Panin Asset Management
5. 2014 : Sosialisasi Kebijakan Fiskal dengan Materi ASEAN 2015,
Threat or Opportunity dan Peran Indonesia dalam Forum APEC
dan Kebijakannya.
6. 2014 : Seminar “ASEAN Economic Comunity 2015” Threat or
Opportunity? Prerape Yourself!!! Bersama Otoritas Jasa
Keuangan.
7. 2015 : Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dengan metode Outbound
8. 2015 : Rekrutmen Guru Bangsa (RGB) Lembaga Pendidikan
Mahasiswa Islam (LAPENMI) HMI Cabang Ciputat
9. 2016 : Latihan Kader II (Intermediate Training) HMI Cabang
Pekalongan.
viii
VI. PENGHARGAAN
1. 2013 : Juara 1 Lomba Catur antar-Mahasiswa Se-UIN Jakarta dalam
acara Pekan Orseni IESP 2013.
2. 2015 : Juara 3 Lomba Catur Cepat Beregu Putra PIONIR VII Tingkat
Nasional, Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)
3. 2015 : Juara 1 Lomba Catur Cepat Perorangan Putra PIONIR VII
Tingkat Nasional, Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri
(PTAIN)
4. 2015 : Mahasiswa Berprestasi 2015 Kategori Kejuaraan, Pertandingan
dan Perlombaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of export, exchange rate,
BI rate, inflation, and business tendency index on the publication of sukuk and bond
corporation in Indonesia from 2005 to 2016. The analysis method used in this
research is multiple regression analysis (Ordinary Least Square). The result of this
research showed that simultaneously the variables export, exchange rate, BI rate,
inflation and business tendecy index have significant impact on the publication of
sukuk and bond corporation. For sukuk corporation, partially only the variable
export, exchange rate, BI rate and inflation have significant impact on the
publication of sukuk corporation with the value of adjusted R-squared 94,96%. For
bond corporation, partially only the variable export, exchange rate dan BI rate have
significant impact on the publication of bond corporation with the value of adjusted
R-squared 95,22%.
Keywords : export, exchange rate, BI rate, inflation, business tendency index,
publication of sukuk corporation, publication of bond corporation.
x
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor
makroekonomi yaitu ekspor, nilai tukar, BI rate, inflasi dan indeks tendensi bisnis
terhadap penerbitan sukuk dan obligasi korporasi di Indonesia periode 2005-2016.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda (Ordinary Least
Square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel ekspor, nilai
tukar, BI rate, inflasi dan indeks tendensi bisnis memiliki pengaruh signifikan
terhadap penerbitan sukuk dan obligasi korporasi. Untuk sukuk korporasi, secara
parsial hanya variabel ekspor, nilai tukar, BI rate dan inflasi yang memiliki pengaruh
terhadap penerbitan sukuk korporasi dengan nilai adjusted R-squared sebesar 94,96
%. Untuk obligasi korporasi, secara parsial hanya variabel ekspor, nilai tukar dan BI
rate yang memiliki pengaruh terhadap penerbitan obligasi korporasi dengan nilai
adjusted R-squared 95,22 %.
Kata Kunci : ekspor, nilai tukar, BI rate, Inflasi, indeks tendensi bisnis, penerbitan
sukuk korporasi, penerbitan obligasi korporasi.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi Yang Mempengaruhi Penerbitan
Sukuk dan Obligasi Korporasi di Indonesia” dengan baik. Penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna
baik dalam proses maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan target
yang diharapkan.
Penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak
baik moral maupun materiil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi
terselesaikannya penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan ridho dan rahmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus
menjadi dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan memberikan
tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam
xii
penulisan skripsi ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis
selama menyusun skripsi.
4. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
5. Kepada Umi dan Ayah tercinta yang sangat berperan dalam mendidik
penulis, dengan penuh kesabaran dan pengertian dan tiada henti memberikan
dukungan baik secara moril maupun materiil, semoga Allah SWT selalu
melindungi dan memberkahi dengan nikmat rohani dan kesehatan jasmani.
6. Segenap keluarga, terutama saudara penulis, Aa (Fahrizal Falaq) dan Kakak
(Fahliza Romadhoni) yang selalu menyemangati dan membantu penyelesaian
skripsi ini.
7. Teman-teman Manajemen B 2013 (Rio, Irfan, Valdo, Ery, Rudi, Adrul,
Dhani, Debby, Upil, Shaumi, Gita, Lian dan lainnya) dan Manajemen
Keuangan 2013 (Faiz, Alman, Ikhlas, Indi, Tika, Makay, Melani, Laras, dan
lainnya) yang selalu kompak dan memberikan semangat kepada penulis.
8. Teman seperjuangan alm. Hendrawan, yang telah mengajarkan arti sebuah
kehidupan. Dan untuk Habibah Fauziah (beserta keluarga) yang selalu
dengan sabar menemani selama penulisan.
9. Kawan-kawan HMI KAFEIS (Wisnu, Kresna, Nta, Kemal, Fadli, Izzu,
Hisby, Riska, Putri, Nanda, Ajeng), Abang-abang (Bang ojan, Bang hilman,
Bang rizky, Bang kiting, Bang kocung, dan lainnya) dan adik-adik yang telah
mengajarkan penulis sehingga penulis dapat menjadi seperti ini.
xiii
10. Temen-temen “Toga” (Qibol, Otoy, Zada, dan Akbar) yang selalu membantu
baik berupa kritik maupun saran kepada penulis.
11. Seluruh teman-teman di luar kampus UIN yang memberikan semangat untuk
penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikianlah beberapa pihak yang mendukung skripsi ini, terima kasih
penulis ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 10 Maret 2017
Yang Menyatakan
(Fahdiansyah Rahman)
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF............................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH....................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... v
ABSTRACT........................................................................................................ ix
ABSTRAK......................................................................................................... x
KATA PENGANTAR....................................................................................... xi
DAFTAR ISI...................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL............................................................................................. xvi
DAFTAR GRAFIK........................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 11
A. Landasan Teori..................................................................................... 11
1. Teori Klasik............................................................................... 11
2. Teori Keynes.............................................................................. 12
3. Teori Portofolio Markowitz..................................................... 13
4. Teori Investasi........................................................................... 14
5. Teori Perdagangan Internasional............................................ 16
6. Konsep Ekonomi Islam............................................................. 17
7. Sukuk.......................................................................................... 22
8. Obligasi...................................................................................... 32
9. Ekspor........................................................................................ 39
10. Nilai Tukar................................................................................. 40
11. BI Rate........................................................................................ 43
12. Inflasi.......................................................................................... 44
13. Indeks Tendensi Bisnis (ITB)................................................... 46
B. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel
Dependen................................................................................................ 49
1. Ekspor dengan Sukuk dan Obligasi........................................ 49
2. Nilai Tukar dengan Sukuk dan Obligasi................................. 50
3. BI Rate dengan Sukuk dan Obligasi........................................ 51
4. Inflasi dengan Sukuk dan Obligasi.......................................... 52
5. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) dengan Sukuk dan Obligasi... 52
C. Penelitian Terdahulu............................................................................ 54
D. Kerangka Pemikiran............................................................................. 63
E. Hipotesis................................................................................................. 64
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 67
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 67
xv
B. Metode Penentuan Sampel................................................................... 68
C. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 68
D. Metode Analisis Data............................................................................ 69
1. Uji Statistik................................................................................ 71
a. Metode Analisis Linier Berganda................................ 71
b. Uji Parsial (Uji t)........................................................... 72
c. Uji Simultan (Uji F)...................................................... 73
d. Uji Koefisien Determinasi (R2)..................................... 73
2. Uji Asumsi Klasik...................................................................... 75
a. Uji Multikolinieritas..................................................... 75
b. Uji Heteroskedastisitas................................................. 75
c. Uji Normalitas............................................................... 76
d. Uji Otokorelasi.............................................................. 77
E. Definisi Operasional Variabel.............................................................. 79
1. Operasional Variabel Dependen.............................................. 79
2. Operasional Variabel Independen........................................... 79
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................... 82
A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................................... 82
1. Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia...................... 82
2. Perkembangan Obligasi Korporasi di Indonesia................... 88
3. Analisis Deskriptif..................................................................... 92
B. Pengujian dan Pembahasan Sukuk dan Obligasi............................... 102
1. Pengujian Asumsi Klasik.......................................................... 102
a. Uji Multikolinieritas..................................................... 102
b. Uji Heteroskedastisitas................................................. 104
c. Uji Normalitas............................................................... 105
d. Uji Otokorelasi.............................................................. 107
2. Analisis Regresi Linier Berganda............................................ 108
3. Koefisien Determinasi (R2)....................................................... 112
4. Pengujian Hipotesis................................................................... 113
a. Uji F................................................................................ 113
b. Uji t................................................................................. 115
5. Perbandingan Hasil Analisis Sukuk dan Obligasi
Korporasi................................................................................... 124
BAB V KESIMPULAN.................................................................................... 127
A. Kesimpulan............................................................................................ 127
B. Saran...................................................................................................... 128
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 129
LAMPIRAN....................................................................................................... 135
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional.............. 18
Tabel 2.2 Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil....................................... 21
Tabel 2.3 Perbedaan Obligasi dan Saham...................................................... 33
Tabel 2.4 Jenis-Jenis Obligasi.......................................................................... 34
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu........................................................................ 53
Tabel 3.1 Variabel, Simbol, Satuan dan Sumber Data.................................. 68
Tabel 3.2 Kriteria untuk Memberikan Intrepretasi terhadap Koefisien
Determinasi....................................................................................... 74
Tabel 4.1 Total Emisi dan Emiten Sukuk Korporasi (dalam Miliar
Rupiah).............................................................................................. 84
Tabel 4.2 Indikator Makroekonomi Indonesia 2005-2015............................ 87
Tabel 4.3 Total Emisi dan Emiten Obligasi Korporasi (dalam Miliar
Rupiah).............................................................................................. 90
Tabel 4.4 Perkembangan Total Emisi Sukuk Korporasi............................... 93
Tabel 4.5 Perkembangan Total Emisi Obligasi Korporasi........................... 95
Tabel 4.6 Perkembangan Ekspor.................................................................... 96
Tabel 4.7 Perkembangan Nilai Tukar............................................................. 97
Tabel 4.8 Perkembangan BI Rate.................................................................... 98
Tabel 4.9 Perkembangan Inflasi...................................................................... 99
Tabel 4.10 Perkembangan Indeks Tendensi Bisnis........................................ 101
Tabel 4.11 Uji Multikolinieritas (Korelasi)..................................................... 103
Tabel 4.12 Uji Multikolinieritas (VIF)............................................................ 103
Tabel 4.13 Uji Heteroskedastisitas (White) Sukuk......................................... 104
Tabel 4.14 Uji Heteroskedastisitas (White) Obligasi...................................... 105
Tabel 4.15 Uji Normalitas (Uji J-B) Sukuk..................................................... 106
Tabel 4.16 Uji Normalitas (Uji J-B) Obligasi................................................. 106
Tabel 4.17 Uji Otokorelasi (Uji Breusch-Godfrey) Sukuk............................ 107
Tabel 4.18 Uji Otokorelasi (Uji Breusch-Godfrey) Obligasi......................... 107
Tabel 4.19 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda Sukuk...................... 108
Tabel 4.20 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda Obligasi.................. 110
Tabel 4.21 Koefisien Determinasi (R2) Sukuk................................................ 112
Tabel 4.22 Koefisien Determinasi (R2) Obligasi............................................. 112
Tabel 4.23 Hasil Uji F Sukuk............................................................................ 114
Tabel 4.24 Hasil Uji F Obligasi........................................................................ 114
Tabel 4.25 Hasil Uji t Sukuk............................................................................. 116
Tabel 4.26 Hasil Uji t Obligasi......................................................................... 120
Tabel 4.27 Perbandingan Hasil Analisis Sukuk dan Obligasi Korporasi.... 124
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perkembangan Total Emisi Sukuk Korporasi............................. 84
Grafik 4.2 Perkembangan Total Emisi Obligasi Korporasi......................... 89
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Sukuk Ijarah..................................................................... 27
Gambar 2.2 Skema Sukuk Mudharabah......................................................... 29
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran................................................................... 64
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Total Emisi Sukuk dan Obligasi Korporasi............................ 126
Lampiran 2 : Nilai Ekspor, Nilai Tukar dan BI Rate.................................... 127
Lampiran 3 : Inflasi (IHK) dan Indeks Tendensi Bisnis (ITB).................... 128
Lampiran 4 : Uji Multikolinieritas VIF Sukuk Korporasi............................ 129
Lampiran 5 : Uji Multikolinieritas VIF Obligasi Korporasi........................ 130
Lampiran 6 : Uji Heteroskedastisitas White Sukuk Korporasi.................... 130
Lampiran 7 : Uji Heteroskedastisitas White Obligasi Korporasi................ 131
Lampiran 8 : Uji Normalitas Sukuk Korporasi............................................. 132
Lampiran 9 : Uji Normalitas Obligasi Korporasi.......................................... 132
Lampiran 10 : Uji Otokorelasi Sukuk Korporasi.......................................... 132
Lampiran 11 : Uji Otokorelasi Obligasi Korporasi....................................... 133
Lampiran 12 : Hasil Regresi Sukuk Korporasi.............................................. 134
Lampiran 13 : Hasil Regresi Obligasi Korporasi.......................................... 134
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterbatasan dana atau modal seringkali menjadi alasan utama bagi
dunia usaha untuk tidak melakukan ekspansi sesuai dengan kesempatan atau
peluang bisnis yang tersedia. Tidak sedikit usahawan yang bisnisnya jalan di
tempat karena modal yang terbatas, dan tidak jarang usahawan melewatkan
begitu saja peluang yang tersedia akibat tidak didukung oleh modal yang kuat
untuk jangka panjang.
Dalam bisnis modern, persoalan keterbatasan dana atau modal
sebenarnya bukan salah satu alasan kuat untuk menyebut bahwa perusahaan
tidak bisa berkembang dan melakukan ekspansi sesuai dengan potensi yang
ada. Sebab pada umumnya suatu perusahaan dapat berkembang dengan pesat
menjadi besar sesuai dengan kesempatan atau peluang bisnis yang tersedia
baginya dengan menggunakan dana yang bersumber dari luar. Apabila
beroperasi hanya dengan mengandalkan dana sendiri, maka perkembangan
perusahaan akan menjadi terbatas. Oleh karena itu, agar lebih berkembang
tanpa melepaskan kesempatan bisnis yang tersedia, perusahaan dapat pula
menggunakan sumber yang berasal dari luar perusahaan.
Biasanya dana yang berasal dari pihak luar dapat berupa pinjaman bank
yang merupakan sumber konvensional atau berupa surat utang (debt
instruments). Salah satu instrumen utang yang sangat popular adalah obligasi.
Ada beberapa keuntungan dari perusahaan bila menerbitkan obligasi, antara
2
lain tidak adanya campur tangan pemilik dana terhadap perusahaan, dan tidak
ada controlling oleh pemilik obligasi terhadap perusahaan seperti halnya
perusahaan yang menerbitkan saham. Kemudian dana obligasi dapat digunakan
dalam jangka panjang. Dengan menggunakan obligasi sebagai sumber dana,
jumlah dana yang diperoleh bisa dalam jumlah yang cukup besar, karena basis
calon investornya luas dan beraneka ragam. Kemudian investor lembaga
seperti dana pensiun, asuransi dan reksadana yang memiliki dana dalam jumlah
besar dan siap diinvestasikan (Suta, 2000).
Salah satu pertumbuhan dalam keuangan Islam adalah perkembangan
dan pertumbuhan produk pasar modal yang dikenal sebagai sukuk. Menurut
Oakley (2009 dalam Lebbe, 2016:9), Pasar keuangan syariah cepat tumbuh dan
berkembang meskipun krisis keuangan baru-baru ini melanda pasar keuangan
global. Di masa lalu, bahkan negara-negara Muslim enggan untuk menerima
keuangan Islam, namun, sekarang situasi telah berubah. SESRIC (Statistical
Economic and Sosial Research and Training Center for Islamic Countries)
(dalam Lebbe, 2016:9) mengatakan 57 negara Muslim tumbuh pada tingkat
yang lebih tinggi dari seluruh negara di Dunia. Negara-negara ini tumbuh dan
memodernisasi, kemudian perbankan dan sektor keuangan akan tumbuh juga,
tapi sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Lebih lanjut Woodruff, J at el, (2007
dalam Lebbe, 2016:9) menambahkan bahwa pusat-pusat keuangan utama di
seluruh dunia juga telah mengadopsi sistem keuangan Islam. Mereka berada
dalam persaingan untuk mengakomodasi keuangan Islam.
3
Menurut Lebbe (2016), dengan pendekatan yang berbeda untuk
berinvestasi, dengan fokus pada aset berwujud, sukuk menjadi pilihan investasi
yang menarik untuk investor. Dalam dua tahun terakhir, khususnya, industri
keuangan Islam telah mendapatkan momentum dan telah terlihat peningkatan
minat pasar bersama dengan diversifikasi produk dan layanan yang telah
menjadi katalis untuk investasi syariah. Sebagai perubahan, kendaraan
investasi yang mendasar akan terus mendapatkan keuntungan dari kepercayaan
investor sebagai volume investasi membawa tambahan likuiditas dan peluang
untuk menciptakan pasar investor yang lebih inovatif dan dinamis.
Analis IBPA Nicodimus Anggi Kristiantoro (Berita dan Peristiwa
Indonesia Bond Pricing Agency, 2016) mengatakan bahwa obligasi syariah
tetap mencetak kinerja positif sepanjang tahun kemarin. Per 14 November
2016, total return sukuk negara dan korporasi sejak awal tahun mencapai
12,88%. Nico menambahkan, untuk sukuk korporasi terdapat 51 seri dengan
total outstanding senilai Rp11,04 triliun. Lalu obligasi korporasi konvensional
berjumlah 477 seri senilai Rp304,02 triliun. Menurutnya memang terlihat
perbedaan signifikan antara transaksi obligasi konvensional dibandingkan
dengan sukuk. Meskipun begitu, Nico tetap optimistis dengan prospek obligasi
syariah dalam jangka panjang. Sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia, Nico yakin banyak investor di Indonesia yang menginginkan
instrumen investasi berbasis syariah.
Namun disisi lain, obligasi korporasi pun mencatatkan prestasi yang
cukup membanggakan. Dalam pemberitaan IBPA (Juni, 2013), Asian
4
Development Bank (ADB) mencatat pasar obligasi di negara-negara
berkembang yang berada di Asia Timur tumbuh sebesar 12,1% year-on-year
menjadi US $6,7 triliun pada akhir Maret 2013. Indonesia tercatat memiliki
pasar obligasi yang tumbuh paling pesat dibandingkan dengan negara-negara
lain di kawasan Asia timur. Dalam rilis ADB, disebutkan pertumbuhan pasar
obligasi di kawasan Asia timur ini lebih banyak ditopang oleh pertumbuhan
pada obligasi korporasi.
Dalam pemberitaan IBPA berikutnya (2016), pada 2016 terjadi
perubahan signifikan pasar obligasi korporasi Indonesia. Pada tahun lalu, untuk
pertama kalinya dalam sejarah, penerbitan obligasi korporasi di Indonesia
menembus Rp100 triliun atau tepatnya Rp114,95 triliun. Salah satu penyebab
maraknya penerbitan obligasi korporasi adalah antisipasi investor terhadap
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.36/POJK.05/2016 pada 14
November 2016, yang menyatakan penempatan investasi pada obligasi atau
sukuk yang diterbitkan BUMN, BUMD, dan/atau anak perusahaan dari BUMN
secara parsial dapat diperhitungkan sebagai investasi surat berharga negara
(SBN). Peraturan ini disambut positif oleh investor (terutama investor
domestik) dengan meningkatnya minat untuk berinvestasi di obligasi
korporasi, terutama obligasi di sektor infrastruktur.
Peluang berinvestasi pada instrumen sukuk maupun obligasi tentunya
harus dimanfaatkan bagi para investor. Kegiatan investasi yang merupakan
bagian dari kegiatan perekonomian memerlukan iklim yang kondusif. Iklim
investasi kondusif cenderung dikaitkan dengan perbaikan kondisi
5
makroekonomi dalam negeri (Pratiwi, 2014). Sehingga apabila kondisi
makroekonomi baik maka akan berdampak pada kegiatan investasi yang
menjadi baik (Listya, 2015:7). Menurut Ritonga (2013:7), sukuk/obligasi
perusahaan lebih rentan terhadap perekonomian dan dalam hal bayar terhadap
imbal hasil dan utang/pembiayaan pokok perusahaan daripada obligasi
pemerintah. Oleh sebab itu, untuk menciptakan kondisi investasi sukuk dan
obligasi korporasi yang baik perlu diperhatikan kondisi perekonomian
terutama kondisi makroekonomi dalam negeri.
Salah satu faktor makroekonomi yang juga menentukan perekonomian
negara adalah ekspor. Bersama-sama dengan impor, ekspor merupakan
komponen makroekonomi yang menunjukkan keterbukaan ekonomi. Badan
Pusat Statistik (BPS, 2016) mengatakan bahwa nilai ekspor Indonesia Januari
2016 mencapai US $10,50 miliar atau menurun 11,88% dibanding ekspor
Desember 2015. Demikian juga dibanding Januari 2015 menurun 20,72 persen.
Data BPS (BPS, 2016) juga menyatakan bahwa nilai ekspor Indonesia di bulan
Mei 2016 mencapai US $11,51 miliar atau meningkat 0,31 % dibanding ekspor
April 2016, sementara dibanding Mei 2015, ekspor Indonesia justru menurun
9,75%. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Mei 2016 mencapai
US 56,59 miliar atau menurun 12,82% dibanding periode yang sama tahun
2015. Ketidakstabilan ekspor Indonesia akan mempengaruhi minat investor
untuk berinvestasi di Indonesia khususnya sukuk dan obligasi korporasi.
Selain ekspor, komponen makroekonomi lain yang tengah menjadi
permasalahan perekonomian Indonesia adalah nilai tukar (kurs). Pergerakan
6
nilai tukar rupiah ditutup melemah ke Rp13.490 per US $ pada 23 November
2016 (Bank Indonesia, 2016). Pada pemberitaan yang sama, mata uang negara-
negara ASEAN “kompak” melemah dimana Indonesia berada di posisi kedua
terlemah setelah Malaysia (ringgit) yang menjadi mata uang terlemah di
ASEAN. Keadaan nilai tukar menjadi penting karena menentukan nilai
investasinya. Ketika investor berinvestasi pada sukuk/obligasi korporasi
dengan satuan mata uang US $ dan keadaan nilai tukar rupiah sedang
memburuk, maka pengembalian pokok beserta marjin/bunga utangnya pun
akan lebih besar.
Bank Indonesia sebagai bank sentral, mempunyai kebijakan untuk
menerbitkan suku bunga acuan yang disebut BI rate. Menurut Rahardjo
(2004:50) nilai harga suatu obligasi ditentukan oleh nilai tingkat suku bunga di
pasar uang. Jika tingkat suku bunga di pasar menurun maka investor cenderung
membeli obligasi yang kuponnya lebih tinggi dibanding deposito sehingga
harga obligasi cenderung naik.
Hal yang sama juga berarti untuk inflasi. Apabila inflasi naik maka
berdampak pada tingkat suku bunga dan harga barang-barang. Dengan adanya
inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil
masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan
menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan akan menurun
pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap harga sukuk dan obligasi. Akhirnya berdampak
pada pasar modal, karena dengan inflasi yang tinggi maka tingkat suku bunga
7
di perbankan akan naik sehingga akan menurunkan permintaan terhadap sukuk
dan obligasi.
Pertimbangan perusahaan untuk menerbitkan sukuk ataupun obligasi
adalah keadaan bisnis perusahaan itu sendiri yang tentunya memerlukan
kebijakan yang tepat. Salah satu penilaian penting perusahaan dalam berbisnis
adalah indeks tendensi bisnis. Indeks tendensi bisnis adalah indikator
perkembangan ekonomi usaha terkini yang datanya diperoleh dari Survei
Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bekerja sama
dengan Bank Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2016). STB dilakukan setiap
triwulan di beberapa kota besar terpilih di seluruh provinsi di Indonesia. ITB
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi bisnis dan perekonomian
pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang (Badan Pusat
Statistik, 2016). Ketika kondisi bisnis dan perekonomian baik, maka
permintaan akan investasi pasar modal pun akan meningkat yang salah satunya
adalah instrumen sukuk dan obligasi korporasi.
Kestabilan kondisi makroekonomi Indonesia sangat mutlak diperlukan
bagi perkembangan pasar modal di Indonesia khususnya penerbitan sukuk dan
obligasi. Penerbitan sukuk dan obligasi korporasi di Indonesia menarik untuk
diteliti lebih lanjut pada era sekarang ini, di mana sukuk dan obligasi terus
berkembang pesat. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik
dengan melakukan penelitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi
yang Mempengaruhi Penerbitan Sukuk dan Obligasi Korporasi di Indonesia”.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan-
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh ekspor, nilai tukar, BI rate, inflasi dan indeks tendensi
bisnis terhadap penerbitan sukuk korporasi di Indonesia periode kuartal III
2005 - kuartal II 2016 ?
2. Bagaimana pengaruh ekspor, nilai tukar, BI rate, inflasi dan indeks tendensi
bisnis terhadap penerbitan obligasi korporasi di Indonesia periode kuartal
III 2005 - kuartal II 2016 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang
diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh ekspor, nilai tukar, BI rate,
inflasi dan indeks tendensi bisnis terhadap penerbitan sukuk korporasi di
Indonesia periode kuartal III 2005 – kuartal II 2016.
b. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh ekspor, nilai tukar, BI rate,
inflasi dan indeks tendensi bisnis terhadap penerbitan obligasi korporasi
di Indonesia periode kuartal III 2005 – kuartal II 2016.
9
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
1) Penemuan dari penelitian ini diharapkan berguna untuk memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan ekonomi
khususnya.
2) Menambah wawasan dalam aplikasi ilmu yang telah diperoleh dalam
masa perkuliahan serta mengetahui gambaran umum mengenai pasar
modal dan aktivitas di dalamnya baik syariah maupun konvensional.
3) Menambah pengetahuan dan wawasan terutama yang terkait dengan
keadaan ekonomi makro yang terjadi di Indonesia
b. Bagi Pembaca dan Pengembangan Penelitian Selanjutnya
1) Sebagai sumber referensi yang dapat memberikan kontribusi
pemikiran bagi penulis lain dalam kerangka pengembangan yang
ingin menulis tentang sukuk dan obligasi korporasi.
2) Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang sukuk dan
obligasi dan menambah kepekaan terhadap gejolak kondisi ekonomi
makro dan harga sukuk dan obligasi korporasi di Indonesia.
c. Bagi Pemerintah
1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan
khususnya dalam bidang moneter yang berkaitan dengan kebijakan
yang mempengaruhi perdagangan di pasar modal.
2) Sebagai upaya perbaikan moneter dan laju pertumbuhan ekonomi.
10
3) Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan moneter
untuk melindungi perusahaan-perusahaan penerbit sukuk dan
obligasi korporasi di Indonesia.
d. Bagi Praktisi dan Investor Pasar Modal
1) Memberikan gambaran mengenai kondisi sukuk dan obligasi
korporasi di Indonesia serta memberikan masukan dan saran yang
diperlukan agar posisi sukuk dan obligasi korporasi selalu dapat
diperdagangkan.
2) Menjadi bahan acuan yang diharapkan memberikan gambaran
mengenai variabel makroekonomi dengan harga sukuk dan obligasi
korporasi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Klasik
Teori bunga aliran klasik dinamakan “the pure theory of interest”.
Menurut teori ini, tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran akan modal. Jadi modal telah dianggap sebagai
harga dari kesempatan penggunaan modal. Sama seperti harga barang-
barang dan jasa, tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan
penawaran, demikian pula tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh
permintaan dan penawaran modal (Medri:2015).
Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga
dalam perekonomian dan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi.
Berarti keinginan masyarakat untuk menabung sangat bergantung pada
tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan
masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk
mengobarkan pengeluaran guna menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat
suku bunga menurut klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena
menunda konsumsinya (Medri:2015).
Investasi merupakan fungsi tingkat suku bunga. Semakin tinggi
tingkat bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan
investasi. Karena keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut akan
12
lebih rendah dari tingkat bunga (biaya penggunaan pinjaman tersebut)
(Medri:2015).
2. Teori Keynes
Teori ini dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan “Liquidity
Preference Theory of Interest”. Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan
oleh liquidity preference dan supply of money. Liquidity preference adalah
keinginan memegang atau menahan uang berdasarkan tiga alasan, yaitu
motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi (Medri:2015).
Ahli-ahli ekonomi sesudah klasik pada umumnya memberikan
sokongan pada pandangan Keynes yang beryakinan bahwa tingkat bunga
merupakan balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut
mengobarkan liquidity preference (Medri:2015).
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat
bunga. Keynes juga menerangkan bahwa adanya tingkat bunga nominal
(natural rate). Bilamana tingkat bunga turun dari tingkat bunga nominal
dalam masyarakat, ada sesuatu keyakinan untuk memegang obligasi (surat
berharga). Pada saat suku bunga naik (harga obligasi mengalami
penurunan), pemegang obligasi tersebut akan menderita kerugian (capital
loss). Guna menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah
menjual obligasi dengan sendirinya sehingga akan mendapat uang kas, dan
uang kas ini yang akan dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan
inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang karena masyarakat
13
akan melakukan spekulasi tentang obligasi di masa yang akan datang
(Medri:2015).
Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos
(harga) memegang uang kas, karena makin tinggi tingkat bunga, makin
besar ongkos memegang uang kas. Hal ini akan menyebabkan keinginan
memegang uang kas juga akan semakin menurun. Bila tingkat bunga turun
berarti ongkos memegang uang rendah, sehingga permintaan kas naik
(Medri:2015).
3. Teori Portofolio Markowitz
Teori portofolio Markowitz diperkenalkan oleh Harry Markowitz
dalam kajiannya yang berjudul portofolio selection (1952). Teori portofolio
mengemukakan bagaimana risiko mempengaruhi portofolio untuk
mengoptimalisasi pengembalian yang diharapkan. Teori ini menjelaskan
tentang keuntungan dari diversifikasi. Diversifikasi portofolio membuat
risiko dapat tersebar dalam masing- masing portofolio sehingga risiko dapat
dikurangi dan dapat diperoleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
Investor harus memegang satu portofolio yang optimal untuk
menanggulangi risiko yang muncul dari portofolio yang lainnya.
Teori portofolio Markowitz dalam Sembel 2002, menjelaskan
bahwa dalam pengelolaan aset sebaiknya dana diinvestasikan pada berbagai
instrumen investasi. Teori portofolio menganjurkan alokasi pada aset bebas
risiko dan portofolio aset berisiko optimal yang memberikan return tertinggi
untuk risiko yang ditanggung dalam konteks investasi finansial. Setiap
14
instrumen investasi sebaiknya tidak memiliki pergerakan searah, begitu
aturan dari portofolio Markowitz. Artinya, bila memiliki instrumen investasi
yang mengalami kenaikan pada suatu waktu dan peristiwa maka di pihak
lain harus ada instrumen investasi yang mengalami penurunan harga
(Sembel, 2002).
4. Teori Investasi
Investasi seringkali mengarah pada perubahan dalam keseluruhan
permintaan dan mempengaruhi siklus bisnis, selain itu investasi mengarah
kepada akumulasi modal yang bisa meningkatkan output potensial negara
dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Samuelson,
2003:137).
Menurut Sadono Sukirno (2004:69), teori ekonomi mendefinisikan
investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang
modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama
menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Ketika pengeluaran untuk
membeli barang-barang modal dan peralatan produksi tersebut diperkirakan
akan mendatangkan keuntungan berupa hasil penjualan yang lebih besar
dari pengeluaran yang untuk investasi, maka investor akan memutuskan
untuk melakukan investasi atau penanaman modal.
Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan
ekonomi. Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama
antara pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat
15
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
untuk jangka panjang dapat menaikkan standar hidup masyarakatnya
(Mankiw, 2003:62).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.5 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, adapun tujuan penyelenggaraan penanaman
modal antara lain adalah untuk :
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun
dari luar negeri
h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Investasi merupakan komponen utama dalam menggerakkan roda
perekonomian suatu negara. Secara teori peningkatan investasi akan
mendorong volume perdagangan dan volume produksi yang selanjutnya
akan memperluas kesempatan kerja yang produktif dan berarti akan
meningkatkan pendapatan perkapita sekaligus bisa meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
16
5. Teori Perdagangan Internasional
Kegiatan ekspor merupakan kegiatan perdagangan internasional
antara dua negara atau beberapa negara yang menjalin hubungan.
Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana merupakan suatu
proses yang timbul dengan melakukan pertukaran komoditi antar negara.
Menurut Lindert dan Kindleberger (1995, dalam Widianingsih, 2009:9),
perdagangan internasional terjadi karena adanya interaksi antara permintaan
dan penawaran yang bersaing. Permintaan (demand) dan penawaran
(supply) yang terjadi merupakan hasil interaksi dari kemungkinan produksi
dan preferensi konsumen. Suatu negara akan mengekspor komoditas yang
dihasilkan lebih murah dan mengimpor yang dihasilkan lebih mahal dalam
penggunaan sumber daya.
Definisi lain tentang perdagangan internasional adalah perdagangan
yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain
atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa
antar perorangan (individu dengan individu), individu dengan pemerintah
atau negara, suatu negara dengan negara lainnya. Di banyak negara,
perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan PDB. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi
selama ribuan tahun, dampak dari perdagangan internasional terhadap
ekonomi, sosial dan politik dirasakan beberapa abad belakangan ini. Selain
mendorong industrialisasi, perdagangan internasional juga mendorong
kemajuan transportasi suatu negara, globalisasi, dan kehadiran perusahaan-
17
perusahaan multinasional di negara-negara yang melakukan perdagangan
internasional.
Menurut Sukirno (2006:360-361), beberapa keuntungan melakukan
perdagangan internasional adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri
b. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Dengan mengadakan spesialisasi dan perdagangan, setiap
negara dapat memperoleh keuntungan sebagai berikut:
1) Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat
digunakan dengan lebih efisien.
2) Setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari
yang dapat diproduksikan di dalam negeri.
c. Menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas
d. Memperluas pasar industri-industri dalam negeri
6. Konsep Ekonomi Islam
a. Konsep Ekonomi Islam
Artinya : “Dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan
kecukupan.” (Q.S Al-Najm (53) : 48)
Menurut Rini, (2012:13), dalam ekonomi konvensional, motif
aktivitas ekonomi mengarah pada pemenuhan keinginan individu
manusia yang tak terbatas dengan menggunakan faktor-faktor produksi
18
yang terbatas. Akibatnya, masalah yang dihadapinya adalah kelangkaan
dan pilihan.
Dalam ekonomi Islam, aktivitas ekonomi diarahkan pada
pemenuhan kebutuhan dasar yang ada batasnya dengan menggunakan
faktor-faktor produksi yang tak terbatas. Hal ini sesuai dengan Firman
Allah Swt. Q.S. Lukman (31) ayat 20 sebagai berikut :
Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah
menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang
di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya lahir dan batin. Dan
di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa
ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi
penerangan.” (Q.S. Lukman (31) : 20).
Oleh sebab itu, Prinsip-prinsip ekonomi islam yaitu :
1) Hidup hemat dan tidak bermewah-mewahan
2) Menjalankan usaha-usaha yang halal
3) Implementasi zakat
4) Penghapusan/pelarangan riba
5) Pelarangan maysir
19
Perbedaan antara ekonomi islam dan ekonomi konvensional
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Perbedaan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional
No. Isu Ekonomi Islam Ekonomi Konvensional
1. Sumber Al Quran dan Hadits Daya Pikir Manusia
2. Motif Ibadah Rasional Materialism
3. Paradigma Shariah Pasar
4. Pondasi
Dasar Muslim Manusia Ekonomi
5. Landasan
Filosofi Falah Utilitarian Individualism
6. Harta Pokok Kehidupan Asset
7. Investasi Bagi Hasil Bunga
8. Distribusi
Kekayaan
Zakat, Infaq,
Shadaqah, Hibah,
Wakaf dan Warisan
Pajak dan Tunjangan
9. Konsumsi-
Produksi
Mashlahah,
Kebutuhan dan
Kewajiban
Egoisme, Materialisme
dan Rasionalisme
10. Mekanisme
Pasar
Bebas dan dalam
pengawasan Bebas
11. Pengawas
Pasar Al-Hisbah NA
12. Fungsi
Negara
Penjamin Kebutuhan
Minimal dan
Pendidikan
pembinaan melalui
Baitul Mal
Penentu Kebijakan
melalui departemen
13. Bangunan
Ekonomi
Bercorak
perekonomian riil
Dikotori Sektoral yang
Sejajar Ekonomi Riil dan
Moneter
Sumber : Ascary, 2006 dalam Rini, 2012:13)
b. Konsep Dasar Keuangan Syariah
Uang merupakan alat tukar atau transaksi dan pengukur nilai
barang dan jasa untuk memperlancar perekonomian. Uang bukan
komoditi. Oleh karena itu motif memegang uang dalam islam adalah
20
untuk bertransaksi dan berjaga-jaga bukan untuk spekulasi (Ascarya,
2006 dalam Rini, 2012:13).
Dalam sejarah islam, bentuk uang yang biasa digunakan adalah
full bodied money atau uang instrinsik dan nilai instrinsiknya sama
dengan nilai ekstrinsiknya (harga uang sama dengan nilainya). Pada masa
ini jenis uang yang umum digunakan adalah dinar emas seberat 4,25
gram dan dirham perak seberat 2,975 gram (Ascarya, 2006 dalam Rini,
2012:13-14).
c. Konsep Riba dan Maysir
Secara teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta
pokok atau modal secara bathil (Saed, 1996 dalam Ascarya, 2006, dalam
Rini, 2012:14). Riba dapat timbul dalam perdagangan (riba bai’) dan
dapat pula timbul dalam pinjaman (riba dayn). Riba bai’ terdiri dari dua
jenis, yaitu riba karena pertukaran barang sejenis, tetapi jumlahnya tidak
seimbang (riba fadl) dan riba karena pertukaran barang sejenis dan
jumlahnya dilebihkan karena melihat jangka waktu (riba nasiah). Riba
dayn berarti “tambahan”, yaitu pembayaran “premi” atas setiap jenis
pinjaman dalam transaksi utang-piutang maupun perdagangan yang
harusnya dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman di
samping pengembalian pokok yang ditetapkan sebelumnya (Ascarya,
2006 dalam Rini, 2012:14).
Maysir secara harfiah berarti memperoleh sesuatu dengan sangat
mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa kerja. Dalam
21
islam, maysir yang dimaksud adalah segala sesuatu yang mengandung
unsur judi, taruhan, atau permainan berisiko (Ascarya, 2006 dalam Rini,
2012:14).
Dalam islam tidak dikenal adanya bunga karena hal tersebut
merupakan bentuk riba yang diharamkan. Dalam islam yang ada
hanyalah sistem bagi hasil (profit-loss sharing) yang merupakan bentuk
kerja sama untuk melakukan kegiatan usaha antara pemilik modal yang
memiliki kelebihan dana dengan pengusaha yang mengalami kekurangan
dana. Sistem bagi hasil ini berbentuk mudharabah dan musyarakah yang
masing-masing beragam jenisnya (Ascarya, 2006 dalam Rini, 2012:14).
Perbedaan antara sistem bunga dan bagi hasil ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.2
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
No. Bunga Bagi Hasil
1.
Penentuan bunga dibuat
pada waktu akad dengan
asumsi usaha akan selalu
menghasilkan keuntungan
Penentuan besarnya rasio/nisbah
bagi hasil disepakati pada waktu
akad sesuai dengan
kemungkinan untung rugi
2.
Besarnya presentase
didasarkan pada dana/modal
yang dipinjamkan
Besarnya rasio bagi hasil
didasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh
3.
Bunga dapat mengambang
dan besarnya berfluktuatif
sesuai dengan fluktuatif
bunga patokan atau kondisi
ekonomi
Rasio bagi hasil tetap tidak
berubah selama akad masih
berlaku, kecuali diubah atas
kesepakatan bersama
4.
Pembayaran bunga tetap
seperti yang dijanjikan
tanpa pertimbangan
keuntungan/kerugian dari
usaha yang dijalankan
Bagi hasil bergantung pada
keuntungan dan kerugian usaha
yang dijalankan
22
No. Bunga Bagi Hasil
5.
Jumlah pembayaran bunga
tidak meningkat sekalipun
keuntungan naik berlipat
ganda
Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai peningkatan
keuntungan
6.
Eksistensi bunga diragukan
atau dikecam oleh semua
agama
Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil
Sumber : Antonio, 2001 dalam Ascarya, 2006 dalam Rini, 2012
7. Sukuk
a. Pengertian Sukuk
Sukuk berasal dari bahasa Arab shukuk, bentuk jamak dari kata
shakk, yang dalam peristilahan ekonomi berarti legal instrument, deed,
atau check (Nafik, 2009:246). Secara istilah didefinisikan sebagai surat
berharga yang berisi kontrak (akad) pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah. Sukuk secara umum dapat dipahami sebagai obligasi yang sesuai
dengan syariah. Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi
konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan
konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu
transasksi pendukung berupa sejumlah aset tertentu yang menjadi dasar
penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus
distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas
dari riba, gharar dan maysir.
Ada beberapa pengertian secara terminologi yang didefinisikan
beberapa lembaga terkait dengan penerbitan sukuk di antaranya :
23
1) Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions (AAOIFI dalam Shari’a Standard No.17)
Sukuk adalah sertifikat dengan nilai yang sama dengan atau
seluruhnya dari kepemilikan harta berwujud untuk mendapatkan
hasil dan jasa di dalam kepemilikan aset dari proyek tertentu atau
aktivitas invenstasi khusus, sertifikat ini berlaku setelah menerima
nilai sukuk saat jatuh tempo dengan menerima dana seutuhnya sesuai
dengan tujuan sukuk.
2) Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI
dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 32/DN-MUI/IX/2002)
Obligasi syariah merupakan suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
3) Otoritas Jasa Keuangan (dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan
Sukuk)
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak
terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share) atas aset
yang mendasarinya. Aset yang menjadi dasar sukuk terdiri atas :
24
a) Aset berwujud tertentu (a’yan maujudat)
b) Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul a’yan) tertentu
baik yang sudah ada maupun yang akan ada
c) Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada
d) Aset proyek tertentu (maujudat mastru’ mu’ayyan)
e) Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin
khasah)
4) Direktorat Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan
Sukuk adalah sertifikat yang bernilai sama yang mewakili
kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset berwujud, nilai
manfaat, atau kepemilikan atas aset dari proyek tertentu atau
kegiatan investasi tertentu dan sukuk tidak memberikan bunga
melainkan imbalan, margin, atau bagi hasil dan penerbitannya sukuk
memerlukan underlying asset sehingga benar-benar aman dari riba
(Rini, 2012).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sukuk merupakan sertifikat atau bukti kepemilikan suatu aset atau proyek
yang dikelola dengan prinsip syariah yang memberikan keuntungan
berupa bagi hasil/fee/marjin sehingga terhindar dari praktek riba.
Sukuk merupakan pengganti dari istilah sebelumnya yang
menggunakan istilah bond, dimana istilah bond mempunyai makna loan
(utang), dengan menambahkan Islamic maka sangat kontradiktif
maknanya karena biasanya yang mendasari mekanisme utang (loan)
25
adalah interest (bunga), sedangkan dalam Islam interest tersebut
termasuk riba yang diharamkan (Rodoni, 2009:107). Maka sejak tahun
2007 istilah bond ditukar dengan istilah sukuk sebagaimana disebutkan
dalam peraturan Bapepam Lembaga Keuangan (Sekarang telah menjadi
Otoritas Jasa Keuangan).
Obligasi syariah pada prinsipnya adalah pendanaan jangka
panjang yang berarti modal dari sukuk itu harus kembali kepada para
investor, disamping tambahan keuntungan yang diharapkan (Rodoni,
2009:109). Praktek sukuk harus dilaksanakan secara hati-hati karena
berkaitan dengan kinerja unsur-unsur dari semua pihak yang terlibat.
Pada prinsipnya terdapat tiga pelaku pokok dalam sistem sukuk, yaitu
perusahaan yang memerlukan dana, investor yang kelebihan dana
menginginkan agar dananya produktif dan pihak yang mengatur
pelaksanaan sistem sukuk ini, yaitu mediator dan lembaga pasar modal
syariah.
Sukuk memiliki beberapa karakteristik, antara lain :
1) Merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau
kegiatan investasi tertentu.
2) Pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai
dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan.
3) Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir.
4) Memerlukan adanya underlying asset penerbitan.
5) Penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah.
26
b. Jenis-jenis Sukuk
Menurut Rodoni (2009:116), terdapat berbagai jenis sukuk yang
diterbitkan pada masa kontemporer, diantaranya :
1) Sukuk Ijarah
Sukuk Ijarah adalah suatu sertifikat yang memuat nama
pemiliknya dan melambangkan kepemilikan terhadap aset yang
bertujuan untuk disewakan, atau kepemilikan manfaat, dan atau
kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang dibeli dengan harapan
mendapatkan keuntungan dari hasil sewa yang berhasil
direalisasikan berdasarkan transaksi ijarah. Sedangkan akad ijarah
sendiri bermakna akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang atau objek ijarah itu
sendiri. Di Indonesia, dasar yang digunakan dalam menerapkan
sukuk adalah manafi wa hiya anwa’ sedangkan yang umum di
negara-negara lain adalah ijarah mumtahiya bit tamlik. Terkait
dengan dasar yang digunakan tersebut, tujuan dari transaksi ijarah
di Indonesia adalah melakukan transaksi lease atau sublease.
Sedangkan dasar yang digunakan di negara-negara lain bertujuan
untuk menjual aset (kepada SPV) kemudian melakukan lease atas
aset tersebut dengan memberikan opsi apakah pada akhir masa
sukuk, aset underlying ijarah beralih kepemiliknya. Berikut skema
sukuk ijarah:
27
Gambar 2.1
Skema Sukuk Ijarah
Sumber : Direktorat Jendral Pembiayaan Utang, 2012 dalam Rini,
2012:19.
Keterangan :
a) SPV dan Obligor melakukan transaksi jual-beli aset, disertai
dengan Purchase and Sale Undertaking di mana obligor
menjamin untuk membeli kembali aset dari SPV, dan SPV
wajib menjual kembali aset kepada obligor, pada saat sukuk
jatuh tempo atau dalam hal terjadi default.
b) SPV mendistribusikan penerbitan sukuk kepada investor
untuk membiayai pembelian aset.
c) Pemerintah menyewa kembali aset dengan melakukan
perjanjian sewa (Ijara Agreement) dengan SPV untuk
periode yang sama dengan tenor sukuk yang diterbitkan.
Berdasarkan servicing agency agreement, Obligor ditunjuk
sebagai agen yang bertanggung jawab atas perawatan aset.
d) Obligor membayar sewa (imbalan) secara periodik kepada
SPV selama masa sewa.
28
e) SPV melalui agen yang ditunjuk akan mendistribusikan
imbalan kepada para investor.
f) Pada saat jatuh tempo, SPV melakukan penjualan kembali
aset kepada obligor senilai nominal sukuk. Kemudian hasil
penjualan aset tersebut digunakan SPV untuk melunasi
sukuk kepada investor.
2) Sukuk Mudharabah
Sukuk Mudharabah merupakan sukuk yang diterbitkan
berdasarkan perjanjian atau akad Mudharabah di mana satu pihak
menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain menyediakan
tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut
akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui
sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya
oleh pihak yang menjadi penyedia modal. Berikut skema sukuk
mudharabah:
29
Gambar 2.2.
Skema Sukuk Mudharabah
Sumber : Huda, Nurul dan Mustafa Edwin, 2008, dalam Rini, 2012
Keterangan :
a) Investor menyerah menyerahkan modal untuk kegiatan
usaha.
b) Emiten menyerahkan keterampilan melakukan operasional
dalam kegiatan usaha.
c) Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut
akan dibagi sesuai nisbah masing-masing yang telah
disepakati sebelumnya. Kerugian yang terjadi sepenuhnya
ditanggung oleh pihak pemilik modal, dalam hal ini investor.
d) Pada saat jatuh tempo, modal pokok akan dikembalikan ke
para investor.
3) Sukuk Musyarakah
Sukuk Musyarakah mempunyai persamaan dengan sukuk
mudharabah, namun berbeda dari segi hubungan antara investor
dengan pengelola. Obligasi syariah musyarakah adalah obligasi
syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
30
musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama
menggabungkan modal untuk membangun proyek baru,
mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan
usaha. Keuntungan akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati
sedangkan kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai
proporsi modal masing-masing pihak.
4) Sukuk Istisna’
Sukuk Istisna’ adalah suatu sertifikat yang melambangkan
kepemilikan terhadap utang yang diakibatkan dari pembiayaan
istisna’. Sukuk Istisna’ melambangkan suatu jual beli dimana para
pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu
proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi
barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
5) Sukuk Salam
Sukuk salam adalah sukuk yang mengandung nilai sama yang
diterbitkan untuk mobilisasi modal saham dan barang yang akan
diserahkan berdasarkan akad salam adalah milik dari pemegang
sukuk salam. Dalam sukuk salam, investor berharap bahwa komoditi
salam akan mengalami kenaikan harga pada saat tanggal jatuh
tempo, yang akan menjadi keuntungan efek. Sukuk salam ini tidak
dapat diperdagangkan selama aset yang mendasarinya merupakan
utang. Utang tersebut hanya dapat diubah menjadi aset nyata pada
saat jatuh tempo ketika subjek salam diserahkan.
31
c. Sukuk Korporasi
Menurut Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), sukuk
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sukuk korporasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan (korporasi) dan sukuk negara yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang dikategorikan sebagai Surat Berharga Syariah Nasional
(SBSN). Sukuk korporasi adalah instrumen berpendapatan tetap yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah. Pendapatan sukuk korporasi
berdasarkan akad-akad yang tertuang dalam ketentuan OJK tentang
akad-akad efek syariah seperti akad ijarah dan mudharabah (Otoritas
Jasa Keuangan, 2016). Sebagai salah satu instrumen investasi, sukuk
korporasi merupakan sukuk yang dikeluarkan oleh perusahaan-
perusahaan (korporasi) untuk digunakan sebagai pembiayaan, baik itu
pembiayaan usaha ataupun membayar utang. Berdasarkan data yang
dihimpun dari laporan statistik sukuk yang diterbitkan Otoritas Jasa
Keuangan, sukuk korporasi di Indonesia mayoritas berjenis sukuk ijarah
dan mudharabah.
32
8. Obligasi
a. Pengertian Obligasi
Obligasi (surat berharga) adalah suatu istilah yang dipergunakan
dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang dari
penerbitan obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk
membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya pada saat
tanggal jatuh tempo pembayaran. Ketentuan lain dapat juga dicantumkan
dalam obligasi tersebut seperti misalnya identitas pemegang obligasi,
pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh
penerbit. Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun disebut Surat
Utang dan utang dibawah 1 tahun disebut Surat Perbendaharaan. Dalam
pengertian lain, Obligasi adalah surat utang jangka menengah-panjang
yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang
menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode
tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan
kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Wijayanto, 2015:3).
Obligasi secara ringkasnya merupakan utang tetapi dalam bentuk
sekuritas. Penerbit obligasi adalah merupakan pihak peminjam atau
debitur, sedangkan pemegang obligasi adalah pemberi pinjaman atau
kreditur dan kupon obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar
oleh debitur kepada kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini maka
dimungkinkan bagi penerbit obligasi untuk memperoleh pembiayaan
investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan.
33
Pada beberapa negara, istilah obligasi dan surat utang
dipergunakan tergantung pada jangka waktu jatuh temponya. Pelaku
pasar biasanya menggunakan istilah obligasi untuk penerbitan surat
utang dalam jumlah besar yang ditawarkan secara luas kepada publik dan
istilah surat utang digunakan bagi penerbitan surat utang dalam skala
kecil yang biasanya ditawarkan kepada sejumlah kecil investor. Tidak
ada pembatasan yang jelas atas penggunaan istilah ini. Ada juga dikenal
istilah surat perbendaharaan yang digunakan bagi sekuritas
berpenghasilan tetap dengan masa jatuh tempo 3 tahun atau kurang.
Obligasi memiliki risiko yang tertinggi dibandingkan dengan
surat utang yang memiliki risiko menengah dan surat perbendaharaan
yang memiliki risiko terendah dimana dilihat dari sisi durasi surat utang,
makin pendek durasinya memiliki risiko makin rendah. Obligasi dan
saham keduanya adalah merupakan instrumen keuangan yang disebut
sekuritas namun bedanya adalah bahwa pemilik saham merupakan
bagian dari pemilik perusahan penerbit saham, sedangkan pemegang
obligasi adalah semata merupakan pemberi pinjaman atau kreditur
kepada penerbit obligasi. Obligasi juga biasanya memiliki suatu jangka
waktu yang ditetapkan dimana setelah jangka waktu tersebut tiba maka
obligasi dapat diuangkan sedangkan saham dapat dimiliki selamanya
terkecuali pada obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris yang
disebut gilts yang tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo. Berikut
perbedaan antara obligasi dan saham :
34
Tabel 2.3
Perbedaan Obligasi dan Saham
No. Obligasi Saham
1. Merupakan bukti pengakuan
utang. Merupakan bukti kepemilikan.
2. Diterbitkan atas unjuk. Diterbitkan atas nama.
3.
Jangka waktu terbatas,
tanggal jatuh tempo
ditentukan pada saat emisi.
Dari sisi jangka waktu, umur
saham tidak terbatas.
4.
Pendapatan berasal dari
tingkat bunga dan pokok
yang periode
pembayarannya telah
ditetapkan lebih dahulu.
Saham memiliki hak atas
pembayaran dividen dan
jumlahnya bergantung kepada
keuntungan perusahaan.
5.
Pada umumnya, dalam
keadaan untung ataupun
rugi, perusahaan tetap harus
membayar bunga dan pokok
pada tanggal jatuh tempo.
Dividen dibayar dari keuntungan
perusahaan, potensi laba saham
sulit ditaksir dan umumnya
berupa estimasi.
6.
Harga obligasi relatif stabil
namun sangat sensitif
terhadap tingkat suku bunga
dan inflasi
Harga saham lebih berfluktuasi,
sangat sensitif terhadap kondisi
mikro dan makro perekonomian.
7.
Pemegang obligasi tidak
memiliki hak suara atau hak
untuk menentukan jalannya
perusahaan.
Pemegang saham memiliki hak
suara atau hak untuk
menentukan jalannya
perusahaan.
8.
Pemegang obligasi memiliki
hak klaim terlebih dahulu
(senior) terhadap aktiva
perusahaan.
Jika terjadi likuidasi maka klaim
pemegang saham bersifat
inferior.
Sumber : Wijayanto, 2015
35
b. Jenis-jenis Obligasi
Menurut Wijayanto (2015:20), secara ringkas beberapa jenis-
jenis obligasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2.4
Jenis-jenis Obligasi
Kategori Jenis Obligasi Keterangan
Penerbit
Government Bonds Obligasi yang diterbitkan
oleh pemerintah pusat.
Municipal Bond
Obligasi yang diterbitkan
oleh pemerintah daerah untuk
membiayai proyek-proyek
yang berkaitan dengan
kepentingan publik (public
utility).
Corporate Bonds
Obligasi yang diterbitkan
oleh perusahaan, baik yang
berbentuk badan usaha milik
negara (BUMN), atau badan
usaha swasta.
Sistem
Pembayaran
Bunga
Zero Coupon
Bonds
Obligasi yang tidak
melakukan pembayaran
bunga secara periodik.
Namun, bunga dan pokok
dibayarkan sekaligus pada
saat jatuh tempo.
Fixed Coupon
Bonds
Obligasi dengan tingkat
kupon bunga yang telah
ditetapkan sebelum masa
penawaran di pasar perdana
dan akan dibayarkan secara
periodik.
Floating Coupon
Bonds
Obligasi dengan tingkat
kupon bunga yang ditentukan
sebelum jangka waktu
tersebut, berdasarkan suatu
acuan (benchmark) tertentu
seperti average time deposit
(ATD) yaitu rata-rata
tertimbang tingkat suku
bunga deposit dari bank
pemerintah dan swasta.
36
Kategori Jenis Obligasi Keterangan
Hak
Penukaran/Opsi
Convertible Bonds
Obligasi yang memberikan
hak kepada pemegang
obligasi untuk
mengkonversikan obligasi
tersebut ke dalam sejumlah
saham milik penerbitnya.
Exchangeable
Bonds
Obligasi yang memberikan
hak kepada pemegang
obligasi untuk menukar
saham perusahaan ke dalam
sejumlah saham perusahaan
afiliasi milik penerbitnya.
Callable Bonds
Obligasi yang memberikan
hak kepada emiten untuk
kembali obligasi pada harga
tertentu sepanjang umur
obligasi tersebut.
Putable Bonds
Obligasi yang memberikan
hak kepada investor yang
mengharuskan emiten untuk
membeli kembali obligasi
pada harga tertentu sepanjang
umur obligasi tersebut.
Koleteral
Secured Bonds
Obligasi yang dijamin dengan
kekayaan tertentu dari
penerbitannya atau dengan
jaminan lain dari pihak
ketiga.
Unsecured Bonds
Obligasi yang tidak
dijaminkan dengan kekayaan
tertentu tetapi dijamin dengan
kekayaan penerbitnya secara
umum.
Nilai Nominal
Konvensional
Bonds
Obligasi yang lazim
diperjualbelikan dalam satu
nominal, Rp1 Miliar per satu
lot.
Retail Bonds
Obligasi yang
diperjualbelikan dalam satuan
nilai nominal yang kecil, baik
corporate bonds maupun
government bonds.
37
Kategori Jenis Obligasi Keterangan
Perhitungan
Imbal Hasil
Konvensional
Bonds
Obligasi yang diperhitungkan
dengan menggunakan sistem
kupon bunga.
Syariah Bonds
Obligasi yang perhitungan
imbal hasil dengan
menggunakan perhitungan
bagi hasil.
Sumber : Wijayanto, 2015
c. Obligasi Korporasi
Obligasi korporasi adalah obligasi yang diterbitkan oleh
Perusahaan Swasta Nasional, termasuk BUMN dan BUMD. Obligasi
dapat dijelaskan sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang
dapat dipindahtangankan, yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan
untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
pembeli obligasi tersebut (Otoritas Jasa Keuangan, 2016).
Penerbitan obligasi korporasi dapat digunakan perusahan
penerbit (emiten) untuk membiayai ekspansi bisnisnya atau untuk
refinancing yakni pelunasan utang perusahaan tersebut baik yang berupa
obligasi yang telah diterbitkan sebelumnya yang akan jatuh tempo atau
pembayaran utang bank jangka pendek.
Pemahaman yang baik terhadap kondisi makroekonomi akan
membantu investor untuk mengambil keputusan investasi termasuk di
dalamnya aset keuangan yang berupa obligasi korporasi. Terdapat
beberapa indikator yang dapat digunakan untuk memahami kondisi
38
ekonomi yang terkait dengan investasi obligasi korporasi diantaranya
inflasi, BI rate, Kurs mata uang rupiah, dan lain-lain.
d. Karakteristik Obligasi Korporasi
Menurut Wijayanto (2015), secara ringkas beberapa karakteristik
obligasi korporasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Nilai Nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi
korporasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat
obligasi tersebut jatuh tempo.
2) Kupon (interset rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang
obligasi korporasi secara berkala dimana pembayaran kupon
obligasi korporasi adalah setiap 3 bulan. Kupon obligasi dinyatakan
dalam annual persentase.
3) Jatuh tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi
akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal
obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi
mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang
akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk
diprediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan
dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5
tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi,
semakin tinggi kupon/bunganya.
4) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor
sangat penting dalam melakukan investasi obligasi korporasi.
39
Mengukur risiko/kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat
melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu
(default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang
dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO, Fitch
Indonesia, dan ICRA Indonesia.
9. Ekspor
Dalam kegiatan perdagangan internasional tentu kata ekspor tidak
akan pernah luput dari setiap pembahasan. Ekspor dan impor merupakan
kegiatan utama dalam perdagangan internasional. Setiap negara
melakukan kegiatan ekspor atas permintaan dari negara lain. Tentu hal ini
memberikan keuntungan bagi negara-negara yang mengekspor komoditas
tertentu ke negara lain yang kemudian disebut dengan salah satu sumber
pendapatan negara.
Ekspor merupakan penjualan barang dan jasa keluar negara. Selain
merupakan kegiatan penjualan, ekspor menjadi salah satu komponen
perdagangan luar negeri yang memberikan sumber devisa bagi negara
yang bersangkutan (Nugroho, 2011:29).
Mankiw (2006:128) juga memaparkan bahwa ekspor adalah
penjualan berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri ke luar negeri. Sedangkan menurut Paul A. Samuelson dan William
D. Nordhaus, faktor-faktor yang mempengaruhi volume dan nilai ekspor
suatu negara tergantung pada pendapatan dan output luar negeri, nilai tukar
(kurs) serta harga relatif antara barang dalam negeri dan luar negeri.
40
Todaro (2000) mengemukakan bahwa hasil yang diperoleh dari
kegiatan ekspor berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa
disebut dengan istilah devisa, yang juga merupakan salah satu sumber
pemasukan negara. Sehingga ekspor adalah kegiatan perdagangan yang
memberikan rangsangan guna menimbulkan permintaan dalam negeri
yang menyebabkan timbulnya industri-industri pabrik besar, bersamaan
dengan struktur positif stabil dan lembaga sosial yang efisien.
Selain sebagai kegiatan perdagangan internasional yang
mempengaruhi perdagangan internasional yang mempengaruhi sumber
pendapatan negara, ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yang
memgang peranan penting dan melalui perluasan pasar sektor industri
akan mendorong sektor industri lainnya dan perekonomian.
Kesimpulannya ekspor merupakan sumber devisa ditambah perluasan
pasar bagi produksi barang domestik dan perluasan tenaga kerja (Pinem,
2009:20-21).
10. Nilai Tukar
Nilai Tukar Rupiah atau disebut juga Nilai Kurs Rupiah adalah
perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain.
Perdagangan antar negara di mana masing-masing negara mempunyai alat
tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu
mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut nilai tukar valuta asing
atau nilai tukar (Salvatore, 2008).
41
Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai
tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan
seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain. Sedangkan nilai riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan
seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang
dan jasa dari negara lain (Mankiw, 2006).
Nilai tukar valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan
permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing
diperlukan guna melakukan pembayaran ke luar negeri (impor),
diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional.
Suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi autonomous kredit lebih
besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca pembayaran),
sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayaran mengalami defisit,
atau bisa dikatakan jika permintaan valuta asing melebihi penawaran dari
valuta asing (Nopirin, 2000).
Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan
menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya
terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau
menjual barangnya ke pasar ekspor, oleh karena itu pengelolaan nilai mata
uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang
mendukung perekonomian secara makro (Pohan, 2008).
Menurut Sukirno (2002), besarnya jumlah mata uang tertentu yang
diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan nilai
42
tukar mata uang asing. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara
yang diukur dari nilai satu unit mata uang terhadap mata uang negara lain.
Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka
biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah
mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara
lain, dimana masing-masing negara menggunakan mata uang yang
berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata
uang suatu negara untuk memperoleh mata uang negara lain.
Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku
bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank sentral terhadap
pasar uang. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk tercapainya iklim
usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga
stabilitas nilai tukar, bank sentral pada waktu-waktu tertentu melakukan
intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak
yang berlebihan. Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu
nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal
exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai
contoh, jika antara dollar Amerika Serikat dan yen Jepang adalah 120 yen
per dollar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dollar untuk 120
yen di pasar uang. Sebaliknya, orang Jepang yang ingin memiliki dollar
akan membayar 120 yen untuk setiap dollar yang dibeli. Ketika orang-
orang mengacu pada nilai tukar di antara kedua negara, mereka biasanya
mengartikan nilai tukar nominal (Mankiw, 2006).
43
Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-
barang di antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana
kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk
barang-barang dari negara lain (Mankiw, 2006). Nilai tukar riil adalah nilai
tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga
di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai
tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑄 = 𝑆𝑃
𝑃 ∗
Dimana Q adalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah
tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.
Nilai tukar inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi
aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung
akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS memiliki pengaruh
negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
Turunnya nilai tukar menurunkan kemampuan nilai tukar Rupiah terhadap
mata uang asing.
11. BI Rate
BI rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan
merupakan sinyal (stance) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. BI rate
adalah suku bunga Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat
Dewan Gubernur) bulanan untuk berlaku selama bulan berjalan (satu
bulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam bulan yang
44
sama (Bank Indonesia, 2016). Sedangkan menurut Siamat (2005:139)
dalam Prasetio (2013:19), BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu
bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka
waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter.
BI rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam
Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan. Dalam kondisi tertentu, BI rate
dapat disesuaikan dalam RDG pada bulan-bulan yang lain. Pada dasarnya
perubahan BI rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia terhadap
prakiraan Inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran Inflasi yang
ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian Bank
Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan
dilakukan, antara lain dalam Laporan Kebijakan Moneter yang
disampaikan secara triwulanan dan press release bulanan. Operasi
Moneter dengan BI rate dilakukan melalui lelang mingguan dengan
mekanisme variabel rate tender dan multiple price allotments. Dengan
demikian sinyal respon kebijakan moneter melalui BI Rate yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia akan diperkuat melalui berbagai transaksi
keuangan di pasar keuangan (Siamat, 2005:140 dalam Prasetio, 2013:20).
12. Inflasi
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar
atau kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut
mengacu pada gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan
jumlah uang beredar yang diduga telah menyebabkan adanya kenaikan
45
harga-harga. Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang dapat
sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Namun pada
dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal
karena akan meningkatkan biaya produksi (Case dan Fair, 2007: 212
dalam Prasetio, 2013:17).
Menurut Sukirno (2004:333) Inflasi yaitu kenaikan dalam harga
barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar
dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. Untuk mengukur tingkat
inflasi, indeks harga yang digunakan adalah indeks harga konsumen.
Indeks harga konsumen adalah indeks harga dari barang-barang yang
selalu digunakan para konsumen. Terdapat berbagai macam jenis inflasi.
Beberapa kelompok besar dari inflasi adalah :
a. Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang
juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara
pembiayaannya.
b. Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa
terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat
penggunaan kapasitas produksi rendah.
c. Demand-pull inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang
berlebihan mendorong kenaikan tingkat harga umum.
d. Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama
sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi
46
terus bertahan, dan tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak
finansial dan upah, kenaikan inflasi akan terus berlanjut.
13. Indeks Tendensi Bisnis (ITB)
Dewasa ini menurut Dayan (1996), angka indeks merupakan
peralatan statistik yang sangat populer guna mengukur perubahan atau
melakukan perbandingan antara variabel-variabel ekonomi dan sosial.
Perubahan atau perbandingan antara variabel dari waktu ke waktu dan
yang dinyatakan dengan angka-angka indeks umumnya lebih mudah di
mengerti (Soegiri, 2009:68).
Indeks Tendensi Bisnsi (ITB) adalah indikator perkembangan
ekonomi usaha terkini yang datanya diperoleh dari Survei Tendensi Bisnis
(STB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bekerja sama dengan
Bank Indonesia. STB dilakukan setiap triwulan di beberapa kota besar
terpilih di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah sampel STB triwulan II-
2016 sebesar 4.138 perusahaan besar dan sedang, dengan responden
pimpinan perusahaan. ITB merupakan indeks yang menggambarkan
kondisi bisnis dan perekonomian pada triwulan berjalan dan perkiraan
pada triwulan mendatang (Badan Pusat Statistik, 2016).
Pembentukan nilai indeks tendensi bisnis berdasarkan persepsi
pengusaha tentang kondisi bisnis/usaha, dimana persepsi pengusaha
tentang kondisi bisnis/usaha ini terbentuk dari dua faktor, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal berkenaan dengan kapasitas
produksi, jam kerja, pendapatan dan lain-lain yang berada dalam
47
bisnis/usaha. Sedangkan faktor eksternal berkenaan dengan
makroekonomi, penduduk, persaingan dan kebijakan pemerintah yang
mana berada diluar bisnis/usaha itu sendiri. Kedua faktor ini merupakan
kondisi perekonomian makro baik nasional maupun regional yang sering
dijumpai sebagai bahan ukur pertimbangan perekonomian (Soegiri,
2009:71).
Faktor-faktor yang menentukan indeks tendensi bisnis yaitu
pendapatan usaha, penggunaan kapasitas produksi dan rata-rata jam kerja.
Selain itu faktor order dari dalam negeri, order dari luar negeri, harga jual
sekarang dan order barang input juga menentukan nilai indeks tendensi
bisnis (BPS, ITB, 2016).
Penilaian indeks tendensi bisnis (ITB) adalah sebagai berikut
(Berdasarkan BPS, 2016) :
a. Nilai antara 100-200
Kondisi bisnis pada triwulan berjalan meningkat dibanding
periode sebelumnya atau kondisi bisnis pada triwulan mendatang
meningkat dibanding periode triwulan berjalan.
b. Nilai 100
Kondisi pada triwulan berjalan sama dibanding triwulan
sebelumnya atau kondisi bisnis pada triwulan mendatang sama
dibanding periode triwulan berjalan.
48
c. Nilai kurang dari 100
Kondisi bisnis pada triwulan berjalan menurun dibanding
keadaan triwulan sebelumnya atau kondisi bisnis pada triwulan
mendatang menurun dibanding periode triwulan berjalan.
Dalam data yang sama, 8 sektor usaha yang masuk dalam penilaian
indeks tendensi bisnis adalah :
a. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri pengolahan
d. Listrik, gas dan air bersih
e. Konstruksi
f. Perdagangan, hotel dan restoran
g. Transportasi dan telekomunikasi
h. Keuangan, persewaan dan jasa
Indeks tendensi bisnis juga sudah banyak digunakan oleh para
peneliti untuk meneliti fluktuasi kondisi makroekonomi (Kaufmann 2014).
Hasil Business Tendency Survey, digunakan untuk melihat kondisi bisnis
serta menentukan kebijakan yang berguna untuk pemerintah, perusahaan
dan investor.
Bagi perusahaan/korporasi, indeks tendensi bisnis merupakan salah
satu indikator penilaian usaha yang sering digunakan. Selain itu, investor
juga menggunakan indeks tendensi bisnis sebagai pertimbangan untuk
melakukan investasi. Indeks tendensi bisnis ini menggambarkan kondisi
49
bisnis dan perekonomian sekarang dan di masa yang akan datang. Maka
indeks tendensi bisnis ini tidak bisa dipisahkan dengan
perusahaan/korporasi. Oleh sebab itu, pengaruh indeks tendensi bisnis
terhadap sukuk korporasi di Indonesia menjadi pembahasan yang menarik
untuk dibahas.
B. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Ekspor dengan Sukuk dan Obligasi
Menurut Sari (2015:1), Integrasi pasar modal membuat perubahan
ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi perkembangan pasar modal di
negara lain atau yang sering disebut dengan contagion effect. Ada tiga faktor
fundamental yang mempengaruhi integrasi pasar modal, yaitu portofolio
asing yang diproksikan dengan nilai pembelian bersih saham investor asing
(FNP), hubungan dagang yang diproksikan dengan ekspor dan foreign
direct investment (FDI). Sebagai salah satu faktor pengaruh, ekspor dapat
menjadi pertimbangan dalam pasar modal, khususnya sukuk dan obligasi.
Sehingga menarik untuk dilihat hasil pengaruh ekspor terhadap sukuk dan
obligasi.
Hasil penelitian Bing Zhu (2012:4) menyatakan bahwa ekspor
memiliki pengaruh negatif terhadap imbal hasil saham pasar modal
Shanghai. Penelitian Janet dan Bozena (2009:20) juga menyatakan bahwa
ekspor (Natural Openness (Ekspor/PDB)) memiliki pengaruh negatif
terhadap perkembangan pasar obligasi. Hasil berbeda dijumpai pada
penelitian Ali Said dan Rihab Grassa (2013:259) bahwa ekspor (Trade
50
Openness of an Economy) memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap perkembangan pasar sukuk pada 10 negara. Dan pada penelitian
Jun, et. all. (2015:61) menyatakan bahwa ekspor (Openness of Economy)
memiliki hubungan positif terhadap perkembangan sukuk dan obligasi di
Malaysia.
2. Nilai Tukar dengan Sukuk dan Obligasi
Menurut Rodoni (2010:186), Globalisasi mendorong investasi lintas
negara disamping untuk tujuan diversifikasi. Oleh karena itu, risiko nilai
tukar mata uang merupakan faktor ketidakpastian yang dihadapi investor
apabila melakukan investasi di pasar global. Semakin tinggi fluktuasi nilai
tukar mata uang yang bersangkutan, dengan demikian investor harus
mempertimbangkan pula premi risiko atas nilai tukar tersebut. Nilai tukar
Rupiah terhadap US Dollar mempunyai hubungan positif dan signifikan
dalam mempengaruhi return suatu perusahaan. Dan return tersebut
mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan, maka dapat
diasumsikan bahwa sensitifitas perusahaan terhadap nilai tukar
mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan.
Selain itu, sukuk didenominasi di dalam Dolar Amerika (US$)
sehingga naik turunnya nilai rupiah terhadap dolar akan menjadikan nilai
pembayaran terhadap investor akan berubah dari nilai awal. Seperti
turunnya nilai rupiah terhadap dolar menjadikan beban pembayaran cicilan
menjadi semakin besar kepada investor.
51
Hasil penelitian Janet dan Bozena (2009:21) menyatakan bahwa
nilai tukar (Exchange Rate) memiliki hubungan negatif terhadap
perkembangan pasar obligasi. Namun berbeda dengan penelitian Dung,
Quang dan Toan (2015:50) yang menyatakan bahwa nilai tukar (Variability
of Exchange Rates) memiliki hubungan positif terhadap perkembangan
obligasi korporasi.
3. BI Rate dengan Sukuk dan Obligasi
Menurut Rahardjo (2004:50) nilai harga suatu obligasi ditentukan
oleh nilai tingkat suku bunga di pasar uang. Salah satu faktor penentu
apakah harga obligasi menarik atau tidak adalah tingkat suku bunga yang
diberikan kepada investor obligasi. Apabila tingkat suku bunga di pasar
menurun maka investor cenderung membeli obligasi yang kuponnya lebih
tinggi dibanding deposito sehingga harga obligasi cenderung naik. Begitu
juga sebaliknya jika suatu suku bunga lebih kecil dari pada tingkat kupon
yang diberikan suatu obligasi maka orang akan cenderung menanamkan
uangnya dipasar modal khususnya obligasi.
Hasil penelitian Janet dan Bozena (2009:21) menyatakan bahwa
tingkat bunga (volatility of interest rate) memiliki hubungan negatif
terhadap perkembangan pasar obligasi. Penelitian Rini (2012:66)
menyatakan bahwa bonus SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah)
berpengaruh signifikan secara negatif terhadap penerbitan sukuk. Hasil
serupa juga terdapat pada penelitian Jun, et. all. (2015:60) yang menyatakan
bahwa tingkat bunga (interest rate) memiliki hubungan negatif terhadap
52
perkembangan obligasi dan sukuk. Hasil yang sama juga dijumpai pada
penelitian Medri (2015) yang menyatakan bahwa suku bunga BI rate
berpengaruh negatif terhadap penerbitan sukuk korporasi.
4. Inflasi dengan Sukuk dan Obligasi
Menurut Rahardjo (2004:53) kondisi perekonomian yang kuat serta
inflasi yang rendah mengakibatkan tingkat daya beli terhadap produk
investasi juga sangat bagus, sehingga akan timbul dampak positif terhadap
perdagangan dan investasi pada obligasi. Akan tetapi inflasi tidak
mempengaruhi obligasi syariah, hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa
inflasi berbanding terbalik dengan obligasi syariah, ketika inflasi naik maka
obligasi syariah turun, begitu juga sebaliknya, ketika inflasi turun harga
obligasi syariah justru naik.
Hasil penelitian Penelitian Rini (2012:66) menyatakan bahwa inflasi
(IHK) berpengaruh signifikan secara negatif terhadap penerbitan sukuk.
Hasil penelitian Ali Said dan Rihab Grassa (2013:259) menyatakan bahwa
inflasi tidak memiliki hubungan yang kuat terhadap perkembangan pasar
sukuk. Sedangkan penelitian Jun, et. all. (2015:61) menyatakan bahwa
inflasi mempunyai dampak signifikan secara negatif terhadap
perkembangan obligasi dan sukuk.
5. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) dengan Sukuk dan Obligasi
Menurut Soegiri (2009:1), dengan berbagai informasi kondisi
makroekonomi Indonesia saat ini maupun yang akan datang, tentunya akan
berimbas pada skala di tingkat lokal baik provinsi maupun kabupaten.
53
Informasi ini sangat penting terutama bagi kalangan investor baik PMDN
maupun PMA yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Hal yang
paling penting dibutuhkan oleh para investor adalah informasi dini (early
information) tentang kondisi perekonomian terkini, sangat diperlukan oleh
pemerintah maupun dunia usaha maupun para investor. Pemerintah
memerlukan informasi tersebut diantaranya untuk perencanaan dan
pembuatan kebijakan di bidang investasi termasuk dalam pengambilan
keputusan penerbitan obligasi baik syariah maupun konvensional,
sedangkan dunia usaha diantaranya untuk keperluan menghitung nilai
ekspektasi nilai investasi atau ekspansi pasar. Dengan adanya informasi
indeks tendensi bisnis, diharapkan dijadikan masukan dan pedoman
berbagai pihak, sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk mengatasi perubahan keadaan supaya tak menimbulkan
kerugian baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Sebagai bentuk perusahaan (korporasi), investor secara umum akan
melihat keadaan bisnis korporasi sebelum menentukan untuk berinvestasi di
sukuk ataupun obligasi yang diterbitkan oleh korporasi tersebut. Cara
menentukan keadaan bisnis suatu korporasi itu baik atau buruk dapat
menggunakan indeks tendensi bisnis (ITB) ini. Ketika ITB mencerminkan
keadaan bisnis yang baik, maka kepercayaan investor akan meningkatkan
minat untuk berinvstasi pada instrumen sukuk dan obligasi korporasi.
Penelitian sebelumnya tentang pengaruh indeks tendensi bisnis
terhadap sukuk dan obligasi korporasi belum ditemukan. Namun Badan
54
Pusat Statistik (2015) mengatakan bahwa informasi indeks tendensi bisnis
sangat diperlukan oleh pemerintah dan dunia usaha. Pemerintah
memerlukan informasi ITB untuk perencanaan pembangunan, sedangkan
dunia usaha diantaranya untuk keperluan investasi. Melihat pentingnya
informasi indeks tendensi bisnis ini, menjadi menarik untuk melihat
pengaruh indeks tendensi bisnis terhadap sukuk dan obligasi.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai perekonomian syariah, mulai banyak diminati.
Mulai dari industri perbankan syariah beserta produknya sampai dengan
lembaga keuangan lainnya beserta produknya. Walaupun yang secara khusus
membahas tentang hubungan sukuk dengan indikator makroekonomi masih
sangat jarang, namun penulis tetap berusaha untuk melakukan penelitian ini
dengan tetap mengacu pada penelitian sebelumnya. Penulis mengacu pada
penelitian tentang obligasi konvensional yang kemudian diaplikasikan ke
sukuk. Berikut adalah beberapa penelitian tentang sukuk dan obligasi beserta
hubungannya dengan perekonomian.
Tabel 2.5
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Ziko Medri
Saputra 2015
Pengaruh Tingkat
Suku Bunga BI
Rate, Jumlah
Uang Beredar, dan
Inflasi terhadap
Penerbitan Sukuk
Korporasi di
Indonesia Periode
2008-2014
Analisis
Regresi
Sederhana
(OLS)
Secara bersama-sama,
tingkat Suku Bunga BI
Rate, Jumlah Uang
beredar dan Inflasi
berpengaruh signifikan
terhadap penerbitan
sukuk korporasi.
Secara parsial, tingkat
suku bunga BI Rate
55
No. Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
berpengaruh signifikan
dan negatif terhadap
penerbitan sukuk
korporasi, Jumlah uang
beredar berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap penerbitan
sukuk korporasi, dan
inflasi berpengaruh
signifikan dan negatif
terhadap penerbitan
sukuk korporasi.
2. Ina Listya
Widianti 2015
Pengaruh Faktor
Makroekonomi
terhadap
Pertumbuhan
Sukuk Korporasi
di Indonesia
Vector
Error
Correction
Model
(VECM)
Hasil dari analisis
“Impulse Response
Function” (IRF) dan
“Variance
Decomposition” (VD)
disimpulkan bahwa
guncangan yang terjadi
pada jumlah uang
beredar, inflasi dan BI
rate direspon positif
oleh pertumbuhan
sukuk korporasi.
Sedangkan gunacangan
yang terjadi pada nilai
tukar dan bagi hasil
deposito mudharabah
direspon negatif oleh
pertumbuhan sukuk
korporasi. Variabel
makroekonomi yang
memiliki pengaruh
paling besar terhadap
pertumbuhan sukuk
korporasi adalah bagi
hasil deposito
mudharabah,
kemudian diikuti
dengan nilai tukar
rupiah, inflasi, jumlah
uang yang beredar dan
BI rate.
56
No. Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
3.
Dung P. Le,
Quang T.
T. Nguyen
dan Toan
M. Nguyen
2015
The Development
of Corporate Bond
Market : A Cross-
Country Analysis
Analisis
Generalized
Method of
Moments
(GMM)
model
Nilai tukar (exchange
rate variability)
memiliki pengaruh
positif terhadap
perkembangan pasar
obligasi. Ekspor
(openess of the
economy) dan ukuran
ekonomi (size of
economy) memiliki
pengaruh negatif
terhadap
perkembangan pasar
obligasi. Sedangakn
ukuran sistem
perbankan (size of
banking system) tidak
berpengaruh sama
sekali.
4.
Low Jun
Xian,
Reagen Lee
Hon Leong,
Wong Kah
Chun,
Wong Suk
Yee, dan
Yong Jing
Wen
2015
Comparasion
Between
Performance of
Sukuk and
Conventional
Bond in Malaysia
Ordinary
Least
Square
Multiple
Linier
Regression
Model
Tingkat bunga dan
inflasi mempunyai
pengaruh negatif
terhadap
perkembangan obligasi
dan sukuk. PDB (GDP)
dan ekspor (Openness
of Economy) memiliki
pengaruh positif
terhadap
perkembangan obligasi
dan sukuk
5.
Dicky
Ageng
Prasetio
2013
Analisis Faktor-
faktor Makro
Ekonomi yang
Mempengaruhi
Fee Ijarah Default
Sukuk PT Berlian
Laju Tanker
Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
secara simultan variabel
inflasi, jumlah uang
beredar, kurs
rupiah, dan BI rate
memiliki pengaruh
signifikan terhadap fee
ijarah default sukuk.
Sedangkan secara
parsial hanya variabel
inflasi dan jumlah uang
beredar yang memiliki
57
No. Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
pengaruh signifikan
terhadap fee ijarah
default sukuk. Hasil
penelitian juga
menunjukkan memiliki
nilai adjusted R square
sebesar 66, 4 %.
6.
Ali Said
dan Rihab
Grassa
2013
The Determinants
of Sukuk Market
Development :
Does
Macroeconomic
Factors Influence
the Construction
of Certain
Structure of Sukuk
Analisis
Multivariat
(Data
Panel)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
faktor-faktor ekonomi
makro GDP seperti per
kapita, ukuran ekonomi,
keterbukaan
perdagangan, dan
persentase Muslim
memiliki pengaruh
positif bagi
perkembangan pasar
Sukuk. Krisis keuangan
memiliki efek negatif
yang signifikan pada
perkembangan pasar
sukuk karena jumlah
Sukuk yang diterbitkan
di tahun-tahun telah
menurun jauh. Kualitas
regulasi memiliki
dampak yang signifikan
terhadap perkembangan
pasar sukuk. Ini berarti
bahwa negara-negara
peringkat lebih tinggi
dalam kualitas regulasi
memiliki pasar Sukuk
yang lebih besar. Hal ini
dapat diartikan sebagai
efisiensi dan keandalan
peraturan.
7.
Ghemari
Abd
Elkarim
2012
Factors Influence
Sukuk and
Conventional
Bonds in Malaysia
Analisis
Regresi
Berganda
(OLS)
Hasil analisis regresi
untuk Sukuk
menunjukkan bahwa,
ada efek negatif dan
hubungan yang
signifikan antara PDB,
58
No. Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
tingkat inflasi dan suku
bunga dengan
penerbitan Sukuk.
Namun, untuk obligasi
konvensional, hanya
PDB menunjukkan efek
negatif yang signifikan
pada hubungan.
8. Rini 2012
Obligasi Syariah
(Sukuk) dan
Indikator
Makroekonomi
Indonesia :
Sebuah Analisis
Vector Error
Correction Model
(VECM)
Model
Vector
Autoregress
ive (VAR)
kemudian
(karena
stasioner)
Vector
Error
Correction
Model
(VECM).
1. Dalam jangka
pendek penerbitan
sukuk dan indikator
makroekonomi
Indonesia yaitu
pertumbuhan
ekonomi, jumlah
uang beredar, inflasi,
pengangguran
terbuka, dan bonus
SBIS tidak saling
memengaruhi.
2. Dalam jangka
panjang penerbitan
sukuk dipengaruhi
secara positif oleh
pertumbuhan
ekonomi dan jumlah
uang beredar.
3. Penerbitan sukuk
juga dipengaruhi
secara negatif oleh
inflasi,
pengangguran
terbuka, dan bonus
SBIS. Berdasarkan
uji FEDV,
penerbitan sukuk
juga memengaruhi
pertumbuhan
ekonomi, jumlah
uang beredar, inflasi,
dan pengangguran
terbuka dengan porsi
kontribusi antara
lima persen sampai
59
No. Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
26 persen.
Kontribusi terbesar
sukuk terdapat pada
jumlah uang beredar.
4. Ketika terjadi
guncangan pada
penerbitan sukuk
maka pengaruhnya
dirasakan oleh
pertumbuhan
ekonomi, jumlah
uang beredar, inflasi,
pengangguran
terbuka, suku bunga
SBI, dan bonus
SBIS. Butuh waktu
antara 20 sampai 35
bulan bagi seluruh
variabel
makroekonomi
Indonesia yang
diamati untuk
kembali stabil.
Ketika terjadi
goncangan terhadap
indikator
makroekonomi di
Indonesia,
penerbitan sukuk
relatif lebih tahan
terhadap goncangan
dan relatif lebih
cepat kembali stabil
pada periode 10
sampai 20 bulan.
8.
Christophe
J.
Godlewski,
Rima Turk-
Ariss and
Laurent
Weill
2011
Do markets
perceive sukuk
and conventional
bonds as different
financing
instruments?
Event
Study, T-
test
(estimate
abnormal
returns)
Temuan menunjukkan
pasar saham netral
untuk pengumuman dari
obligasi konvensional,
tetapi bereaksi negatif
terhadap pengumuman
dari masalah sukuk.
Temuan ini digunakan
untuk kelebihan
60
No. Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
permintaan sertifikat
investasi Islam dan
menjelaskan perbedaan
reaksi di pasar saham.
Tidak seperti studi
sebelumnya, temuan ini
menunjukkan pasar
mudah membedakan
antara sukuk dan
obligasi konvensional.
9.
Wahida
Ahmad dan
Rafisah
Mat Radzi
2011
Sustainability of
Sukuk and
Conventional
Bond during
financial Crisis :
Malaysia’s
Capital Market
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Hasil penelitiannya
adalah bahwa
penerbitan sukuk dan
obligasi dipengaruhi
oleh PDB dan likuiditas
pasar. Sedangkan valuta
asing tidak berpengaruh
terhadap penerbitan
sukuk dan obligasi
10.
O. Janet
Adelegan
dan Bozena
Radzewicz-
Bak
2009
What Determines
Bond Market
Development in
sub-Saharan
Africa
Analisis
Regresi
Berganda
(OLS)
Ukuran negara,
Hukum/peraturan (law
legal tradition), dan
PDB perkapita (GDP
per capita) memiliki
pengaruh positif
terhadap perkembangan
pasar obligasi.
Sedangkan ekspor
(Openness), korupsi,
ukuran bank, tingkat
bunga (volatility of
interest rate) dan
keseimbangan fiskal
(fiscal balances)
memiliki pengaruh
negatif terhadap
perkembangan pasar
obligasi.
61
No. Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
11. Novie Illya
Sasanti 2008
Analisis Pengaruh
Variabel-variabel
Makroekonomi
terhadap
Pertumbuhan
Obligasi
Pemerintah di
Indonesia
Analisis
Kuantitatif
Vector
Auto
Regression
(VAR)
yang
dilanjutkan
dengan
Vector
Error
Correction
Model
(VECM) .
1. Hasil estimasi
VECM, pada jangka
pendek variabel
ekonomi yang
berpengaruh positif
terhadap obligasi
pemerintah riil
adalah obligasi
pemerintah rill itu
sendiri, suku bunga
deposito, nilai tukar
riil, laju inflasi,
sedangkan yang
berpengaruh negatif
terhadap obligasi
pemerintah riil
adalah jumlah uang
beredar, pendapatan
nasional, suku bunga
SBI. Pada jangka
panjang hanya tiga
variabel yang
berpengaruh
terhadap obligasi
pemerintah, karena
ada empat
persamaan yang
terkointegrasi,
variabel yang
berpengaruh positif
terhadap obligasi
pemerintah riil
adalah suku bunga
SBI dan pendapatan
nasional, sedangkan
yang berpengaruh
negatif adalah suku
bunga deposito.
2. Hasil estimasi the
impuls response
function (IRF),
respon negatif
obligasi pemerintah
dihasilkan dari
62
No. Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
guncangan variabel
nilai tukar riil, laju
inflasi, suku bunga
deposito, suku bunga
SBI, sedangkan
respon positif
obligasi pemerintah
dihasilkan dari
guncangan variabel
jumlah uang beredar,
pendapatan nasional.
3. Hasil Estimasi
VECM, dari
Variance
Decompisition
(VD), variabel yang
paling
mempengaruhi
obligasi pemerintah
riil (OBGRIIL)
sesuai dengan urutan
pengaruh terbesar
adalah OBGRIIL itu
sendiri, suku bunga
deposito (RDPSTO),
jumlah uang beredar
(MS), nilai tukar
rupiah (RER),
pendapatan nasional
(GDPRIIL), suku
bunga SBI (R), dan
laju inflasi (INF).
12.
Litbang
Provinsi
Sumatera
Utara
2005
Kajian Penerbitan
Obligasi Daerah
Sebagai Salah
Satu Sumber
Pembiayaan
Pembangunan
Analisis
Regresi
Berganda
(OLS)
1. Penelitian ini
menunjukkan bahwa
hasil variabel
ekonomi realisasi
penerimaan
pemerintah
berpengaruh nyata
secara positif
terhadap penerbitan
obligasi daerah pada
tingkat kepercayaan
95 persen.
63
Sumber : Jurnal-jurnal Ilmiah (Diolah)
D. Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono (2009:91), Kerangka berpikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi. Kerangka berpikir adalah hasil pemikiran peneliti
berdasarkan teori/konsep yang ada tentang variabel yang diteliti dan
dirumuskan dari masalah penelitian. Berdasarkan landasan teori dan hasil dari
penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka
kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
No. Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
2. Variabel pendapatan
perkapita, tingkat
ekspor, dan variabel
inflasi tidak
berpengaruh nyata
secara positif
terhadap penerbitan
obligasi daerah pada
tingkat kepercayaan
95 persen.
3. Variabel
pengangguran tidak
berpengaruh nyata
secara negatif Kinerja
ekonomi Pempropsu
memberi dorongan
peluang positif
terhadap penerbitan
Obligasi daerah.
64
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu korelasi yang bersifat masih sementara atau
pernyataan berdasarkan pada pengetahuan tertentu yang masih lemah dan harus
dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian hipotesis merupakan dugaan
sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui
analisis data (Suharsimi Arikunto, 2002:68 dalam Oktavia, 2016:40).
65
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut :
1. Sukuk Korporasi
a. H0.1.1 : Tidak terdapat pengaruh ekspor terhadap penerbitan sukuk
korporasi di Indonesia.
Ha.1.1 : Terdapat pengaruh ekspor terhadap penerbitan sukuk korporasi
di Indonesia.
b. H0.1.2 : Tidak terdapat pengaruh nilai tukar terhadap penerbitan sukuk
korporasi di Indonesia.
Ha.1.2 : Terdapat pengaruh nilai tukar terhadap penerbitan sukuk
korporasi di Indonesia.
c. H0.1.3 : Tidak terdapat pengaruh BI Rate terhadap penerbitan sukuk
korporasi di Indonesia.
Ha.1.3 : Terdapat pengaruh BI Rate terhadap penerbitan sukuk
korporasi di Indonesia.
d. H0.1.4 : Tidak terdapat pengaruh inflasi terhadap penerbitan sukuk
korporasi di Indonesia.
Ha.1.4 : Terdapat pengaruh inflasi terhadap penerbitan sukuk korporasi
di Indonesia.
e. H0.1.5 : Tidak terdapat pengaruh indeks tendensi bisnis terhadap
penerbitan sukuk korporasi di Indonesia.
66
Ha.1.5 : Terdapat pengaruh indeks tendensi bisnis terhadap penerbitan
sukuk korporasi di Indonesia.
2. Obligasi Korporasi
a. H0.2.1 : Tidak terdapat pengaruh ekspor terhadap penerbitan obligasi
korporasi di Indonesia.
Ha.2.1 : Terdapat pengaruh ekspor terhadap penerbitan obligasi
korporasi di Indonesia.
b. H0.2.2 : Tidak terdapat pengaruh nilai tukar terhadap penerbitan
obligasi korporasi di Indonesia.
Ha.2.2 : Terdapat pengaruh nilai tukar terhadap penerbitan obligasi
korporasi di Indonesia.
c. H0.2.3 : Tidak terdapat pengaruh BI Rate terhadap penerbitan obligasi
korporasi di Indonesia.
Ha.2.3 : Terdapat pengaruh BI Rate terhadap penerbitan obligasi
korporasi di Indonesia.
d. H0.2.4 : Tidak terdapat pengaruh inflasi terhadap penerbitan obligasi
korporasi di Indonesia.
Ha.2.4 : Terdapat pengaruh inflasi terhadap penerbitan obligasi
korporasi di Indonesia.
e. H0.2.5 : Tidak terdapat pengaruh indeks tendensi bisnis terhadap
penerbitan obligasi korporasi di Indonesia.
Ha.2.5 : Terdapat pengaruh indeks tendensi bisnis terhadap penerbitan
obligasi korporasi di Indonesia.
67
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat
melalui studi kepustakaan dan data dari internet (data sekunder) dimana ruang
lingkup penelitian ini adalah sukuk dan obligasi korporasi selama periode
2005-2016. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data
sekunder yang digunakan ialah deret waktu kuartal (time series) dari kuartal
ketiga 2005 hingga kuartal kedua 2016. Adapun yang menjadi variabel
dependen pada penelitian ini adalah total nilai emisi sukuk korporasi dan total
nilai emisi obligasi korporasi dengan variabel independen ekspor, nilai tukar,
BI rate, inflasi dan indeks tendensi bisnis (ITB). Kelima variabel makro
tersebut, dijadikan peneliti sebagai variabel independen dikarenakan hal ini
mudah dimengerti karena indikator tersebut merupakan indikator yang sering
diuji pada penelitian sebelum ini dan digunakan sebagai acuan dalam
berinvestasi termasuk berinvestasi pada instrumen investasi sukuk korporasi
dan obligasi korporasi yang menjadi salah satu alternatif dari sedemikian
banyak alternatif instrumen investasi yang didominasi oleh instrumen
keuangan.
68
Tabel 3.1
Variabel, Simbol, Satuan dan Sumber Data
Variabel Simbol Satuan Sumber Data
Total Nilai Emisi Sukuk
Korporasi Y1 Rupiah
Otoritas Jasa Keuangan
(OJK)
Total Nilai Emisi Obligasi
Korporasi Y2 Rupiah
Otoritas Jasa Keuangan
(OJK)
Ekspor X1 Rupiah Badan Pusat Statistika
(BPS)
Nilai Tukar X2 Rupiah Bank Indonesia (BI)
BI rate X3 Persen Bank Indonesia (BI)
Inflasi X4 Indeks Badan Pusat Statistika
(BPS)
Indeks Tendensi Bisnis X5 Indeks Badan Pusat Statistika
(BPS)
Sumber : 2017, Diolah
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan sukuk korporasi dan obligasi korporasi
selama periode 2005-2016. Dari populasi tersebut selanjutnya diambil sampel
yang merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu
populasi, sehingga sampel harus mewakili populasinya. Data yang diperoleh
berasal dari statistik sukuk dan obligasi korporasi yang terdapat di website
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data yang digunakan adalah data time series,
yaitu menggunakan total nilai emisi sukuk dan obligasi korporasi di Indonesia
dan juga variabel-variabel makroekonomi dari kuartal III 2005 hingga kuartal
II 2016.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan (library research) dan data sekunder (internet
69
research). Agar memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, diperlukan data
dan informasi yang mendukung penelitian ini.
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan digunakan dengan cara mengumpulkan
pengetahuan teoritis yang relevan dengan cara membaca dan mempelajari
buku-buku, jurnal-jurnal, artikel-artikel, serta literatur-literatur yang
mempunyai hubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini.
2. Data Sekunder (Internet Research)
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara
mengumpulkan dokumen atau laporan yang bersumber dari lembaga atau
pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian. Internet Research juga
digunakan dalam penelitian ini yang berguna untuk mempermudah dalam
mengumpulkan data melalui website-website, seperti Badan Pusat
Statistika (www.bps.go.id), Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id) dan
Bank Indonesia (www.bi.go.id).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah metode untuk mendapatkan pemahaman dan
pengertian yang tepat tentang suatu objek dengan jalan menguraikan bagian-
bagian, menelaah dan mencermati hubungan keterkaitan antara bagian dalam
membentuk konsepsi integral. Tujuan dari analisis data adalah untuk
mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut,
dan menggunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan masalah.
70
Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode model regresi berganda
atau OLS (Ordinary Least Square) yang merupakan suatu model regresi yang
terdiri atas lebih dari satu variabel independen. Dalam penelitian ini terdapat
dua variabel dependen yang diregresikan secara terpisah namun dengan
variabel independen yang sama. Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik
untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan
memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Model regresi
linier memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator). Berikut adalah hasil estimasi yang bersifat BLUE (Ajija
dkk., 2011:34) :
1. Efisien, artinya hasil nilai estimasi memiliki varian yang minimum dan
tidak bias.
2. Tidak bias, artinya hasil nilai estimasi sesuai dengan nilai parameter
3. Konsisten, artinya jika ukuran sampel ditambah tanpa batas, maka hasil
nilai estimasi akan mendekati parameter populasi yang sebenarnya. Jika
asumsi normalitas terpenuhi, dimana error terdistribusi secara normal
dengan rata-rata sama dengan nol dan standar deviasi konstan.
4. Koefisien regresi akan memiliki distribusi normal. Asumsi normalitas
sangat penting untuk penyederhanaan dalam melakukan pendugaan
interval dan pengujian hipotesis secara statistik.
71
Penelitian ini menguji hipotesis dengan pengujian koefisien determinasi,
koefisien regresi parsial (Uji t) dan koefisien regresi simultan (Uji F). Untuk
semua pengujian dilakukan dengan bantuan software Eviews 9.
1. Uji Statistik
a. Metode Analisis Linier Berganda
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi
linier berganda, yang digunakan untuk penelitian yang variabel X nya
lebih dari satu (Ghozali, 2011). Uji Regresi Linier Berganda dilakukan
sebanyak dua kali untuk dua variabel dependen yang berbeda tetapi
variabel independennya sama. Uji regresi linier berganda ini digunakan
untuk mengetahui pengaruh ekspor, nilai tukar, BI rate, inflasi, dan
indeks tendensi bisnis terhadap penerbitan sukuk korporasi dan
penerbitan obligasi korporasi. Rumus regresi linier berganda adalah :
𝑌1 = 𝛼1 + 𝛽1.1𝑋1 + 𝛽1.2𝑋2 + 𝛽1.3𝑋3 + 𝛽1.4𝑋4 + 𝛽1.5𝑋5 + 𝜀1
𝑌2 = 𝛼2 + 𝛽2.1𝑋1 + 𝛽2.2𝑋2 + 𝛽2.3𝑋3 + 𝛽2.4𝑋4 + 𝛽2.5𝑋5 + 𝜀2
Keterangan :
𝑌1 : Variabel Dependen 1 (Total Nilai Emisi Sukuk)
𝑌2 : Variabel Dependen 2 (Total Nilai Emisi Obligasi)
𝛼1 : Konstanta persamaan 1 (Sukuk)
𝛼2 : Konstanta persamaan 2 (Obligasi)
𝛽1.1−1.5 : Koefisien regresi masing-masing variabel independen
persamaan 1 (Sukuk)
72
𝛽2.1−2.5 : Koefisien regresi masing-masing variabel independen
persamaan 2 (Obligasi)
𝑋1 : Variabel Independen 1 (Ekspor)
𝑋2 : Variabel Independen 2 (Nilai Tukar)
𝑋3 : Variabel Independen 3 (BI rate)
𝑋4 : Variabel Independen 4 (Inflasi)
𝑋5 : Variabel Independen 5 (Indeks Tendensi Bisnis)
𝜀1 , 𝜀2 : Error term persamaan 1 (Sukuk) dan persamaan 2 (Obligasi)
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh suatu variabel penjelas atau variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2011:98). Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial
Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika tingkat signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha
Jika tingkat signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha
73
c. Uji Simultan (Uji F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat
(Ghozali, 2011:98).
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan
Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen secara simultan
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika tingkat signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha
Jika tingkat signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha
d. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). Namun R2 ini memiliki
kelemahan yaitu Ŷ atau Y prediksi dengan nilai Y yang diobservasi.
Apabila digunakan untuk memperkirakan data yang tidak (atau belum)
ada di dalam observasi, belum tentu cocok. Dan nilai R2 tidak berkurang
nilainya apabila variabel independen ditambahkan lagi kedalam
persamaan (Winarno, 2009:420).
74
Cara untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj)
(Suliyanto, 2011:59). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan
berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan
jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Hasil nilai
adjusted R square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya
variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel-variabel
independennya.
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang
dilihat melalui adjusted R square karena variabel dalam penelitian ini
lebih dari satu.
Untuk mendapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
digunakan kriteria sebagai berikut (Sugiono, 2009:231)
Tabel 3.2
Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien
Determinasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 – 0,199 Sangat Rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiono, 2009 (Diolah)
75
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali,
2011:105). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antar variabel bebasnya. Jika variabel bebasnya saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah
variabel bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel sama dengan
nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam
sebuah model regresi adalah sebagai berikut dapat dilakukan antara lain
dengan melihat nilai koefisien korelasi antar variabel independen dan
melihat nilai variance inflation factor (VIF).
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada multikolinieritas pada variabel independen
Ha = ada multikolinieritas pada variabel independen
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika nilai koefisien korelasi < 0,8 dan nilai VIF < 10 maka H0
diterima dan menolak Ha
Jika nilai koefisien korelasi > 0,8 dan nilai VIF ≥ 10 maka H0 ditolak
dan menerima Ha
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji varians dalam
model regresi (Ghozali, 2011). Heteroskedastisitas menguji terjadinya
76
perbedaan variance residual suatu periode ke pengamatan lainnya.
Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model
dapat dilakukan uji pendeteksian heteroskedastisitas, yaitu Uji White
Heteroskedastisitas. Uji White dilakukan dengan mengestimasi fungsi
regresi terlebih dahulu dengan menspesifikasikan variabel bebas dan
variabel terikat (Gujarati, 2007:89). Untuk menentukan ada tidaknya
heteroskedastisitas pada persamaan regresi, dapat dilihat dari nilai
Prob.F dan nilai Prob. Chi-Square.
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada heteroskedastisitas pada persamaan regresi
Ha = ada heteroskedastisitas pada persamaan regresi
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika nilai Prob.F dan nilai Prob. Chi-Square > 0,05 (α = 5%), maka
H0 diterima dan menolak Ha
Jika nilai Prob.F dan nilai Prob. Chi-Square < 0,05 (α = 5%), maka
H0 ditolak dan menerima Ha
c. Uji Normalitas
Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data harus
berdistribusi normal. Dalam analisis multivariat, para peneliti
menggunakan pedoman bahwa jika setiap variabel terdiri atas 30 data,
maka data sudah berdistribusi normal. Namun untuk menguji lebih
akurat diperlukan analisis lebih lanjut (Winarno, 2009:53). Uji
normalitas ini sendiri bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
77
model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah berdistribusi data normal atau mendeteksi normal (Gujarati,
2007:64).
Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat dideteksi
dari metode yang dikembangkan oleh Carlos Jarque dan Anil K. Bera
yang dikenal dengan Jarque-Bera (J-B). Deteksi dengan melihat
Jarque-Bera test yang merupakan asimtosis (sampel besar dan
didasarkan atas residual OLS). Uji statistik dari J-B menggunakan
perhitungan skewness dan kurtosis. Untuk menentukan data
berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat dari nilai Probability
Jarque-Bera.
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika nilai Probability Jarque-Bera > 0,05 (α = 5%), maka H0 diterima
dan menolak Ha
Jika nilai Probability Jarque-Bera < 0,05 (α = 5%), maka H0 ditolak
dan menerima Ha
d. Uji Otokorelasi
Secara harfiah otokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota
observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Uji
78
otokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem otokorelasi.
Uji autokorelasi yang biasa digunakan adalah dengan uji Durbin-
Watson (DW test). Selain uji Durbin Watson, ada juga uji yang
dikembangkan oleh Bruesch dan Godfrey yang lebih umum dan dikenal
dengan uji Lagrange Multiplier (LM-test). Dalam penelitian ini
menggunakan uji LM-test karena sudah banyak penelitian
menggunakan uji ini dengan menggunakan software Eviews 9 sehingga
mendapatkan hasil yang lebih mudah dipahami. Untuk menentukan ada
tidaknya otokorelasi dalam persamaan regresi, dapat dilihat dari nilai
Prob. F dan Prob Chi-Square.
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada otokorelasi
Ha = ada otokorelasi
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika nilai Prob. F dan Prob. Chi-square > 0,05 (α = 5%), maka H0
diterima dan menolak Ha
Jika nilai Prob. F dan Prob. Chi-square < 0,05 (α = 5%), maka H0
ditolak dan menerima Ha
79
E. Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang
diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Operasional Variabel Dependen
a. Penerbitan Sukuk Korporasi (Y1)
Penelitian ini menggunakan variabel dependen (Y1) yaitu
penerbitan sukuk korporasi yang menggunakan total nilai emisi sukuk
yang diterbitkan oleh korporasi. Laporan total nilai emisi sukuk
korporasi ini dapat dilihat secara online dalam website resmi Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).
b. Penerbitan Obligasi Korporasi (Y2)
Pada variabel dependen kedua (Y2) menggunakan penerbitan
obligasi korporasi berdasarkan total nilai emisi korporasi yang
diterbitkan oleh korporasi. Laporan total nilai emisi obligasi korporasi
ini dapat dilihat secara online dalam website resmi Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
2. Operasional Variabel Independen
a. Ekspor (X1)
Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan
menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat
penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir
80
(Pinem, 2009). Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk
mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk
memasukannya ke negara lain. Ekspor adalah bagian penting dari
perdagangan internasional. Dalam penelitian ini menggunakan ekspor
menurut lapangan usaha karena sering digunakan dan datanya yang
lengkap dan dapat diperoleh melalui website Badan Pusat Statistika
(BPS, 2016).
b. Nilai Tukar (X2)
Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya
(Salvatore, 1997:9). Nilai tukar berarti nilai pada tingkat mana dua mata
uang berbeda diperdagangkan satu sama lainnya (Richard Lipsey,
1995:25). Dalam penelitian ini, nilai tukar yang digunakan adalah
antara mata uang Rupiah (Indonesia) dan Dollar (Amerika Serikat)
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (Bank Indonesia, 2016). Nilai
yang digunakan adalah kurs tengah dari kedua mata uang tersebut
(𝐾𝑢𝑟𝑠 𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ =𝐾𝑢𝑟𝑠 𝐽𝑢𝑎𝑙+𝐾𝑢𝑟𝑠 𝐵𝑒𝑙𝑖
2).
c. BI rate (X3)
BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. Data yang diperoleh berasal dari website
resmi Bank Indonesia dan dapat diakses secara online (Bank Indonesia,
2016).
81
d. Inflasi (X4)
Indeks harga konsumen (consumer price index) adalah indeks
yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh rumah tangga. IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat
inflasi suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian
gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak lainnya. Indeks Harga Konsumen
(IHK) memberikan informasi mengenai perkembangan rata-rata
perubahan harga sekelompok tetap barang/jasa yang pada umumnya
dikonsumsi oleh rumah tangga dalam suatu kurun waktu tertentu.
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan
(inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) harga barang/jasa kebutuhan
rumah tangga sehari-hari. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS, 2016).
e. Indeks Tendensi Bisnis (X5)
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) adalah indikator yang memberikan
informasi mengenai kondisi bisnis dan perekonomian dalam jangka
pendek (triwulanan), yang diperoleh melalui Survei Tendensi Bisnis
(STB) (BPS, 2016). Informasi yang dikumpulkan pada STB adalah
perkembangan bisnis secara umum dalam tiga bulan berjalan
dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya dan prospeknya untuk tiga
bulan mendatang. Pada penelitian ini, Indeks Tendensi Bisnis diperoleh
melalui website resmi Badan Pusat Statistik (BPS, 2016).
81
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia
Sukuk pertama kali diperkenalkan di daerah Timur Tengah pada
abad pertengahan yang dipergunakan dalam konteks perdagangan
internasional. Sukuk berasal dari bentuk jamak “Sakk” dalam Bahasa Arab
yang berarti sertifikat atau surat kepemilikan. Kata tersebut kemudian
menjadi asal dari kata “Cheque” dalam Bahasa Eropa yang berarti
dokumen yang merepresentasikan sebuah kontrak (contracts) atau
pengalihan kepemilikan (conveyance of rights), obligasi (obligations) atau
kewajiban yang harus dipenuhi (monies done) berdasarkan prinsip syariah.
Sukuk digunakan secara luas oleh masyarakat pada zaman itu dalam
bentuk surat berharga yang mewakili kewajiban pembiayaan yang berasal
dari perdagangan dan kegiatan komersil (Kholis, 2011).
Pada tahun 2002 tercatat penerbitan sukuk dunia bernilai 4,9 miliar
dolar AS. Total perkembangan yang terjadi sampai tahun 2007 menjadi
senilai 71,5 miliar dolar AS meningkat sebanyak 14 kali lipat dari tahun
2002. Namun pada tahun 2008 terjadi penurunan yang drastis pada
penerbitan sukuk global dunia yang hanya mencatat angka penjualan
sebesar 14,1 miliar dolar AS. Pada tahun ini penjualan sukuk berkurang
sebesar 54 persen jika dibandingkan dengan penjualan sukuk pada tahun
2007. Penjualan sukuk meningkat kembali pada tahun 2009 menjadi
82
senilai 20,2 miliar dolar AS. Kembali mengalami penurunan, pada 2010
penjualan sukuk global internasional tercatat hanya mencapai angka 17,1
miliar dolar AS menurun sebesar 15 persen dari penjualan di tahun 2009.
Tercatat sampai Februari tahun 2011 total seluruh penerbitan sukuk global
dunia dari tahun ke tahun mencapai angka 125,7 miliar dolar AS.
Meningkat hampir dua kali lipatnya hanya dalam kurun waktu kurang dari
empat tahun.
Perkembangan sukuk global ini didukung oleh regulator di kawasan
Teluk dan Asia yang semakin kuat. Kini, makin banyak negara yang telah
menerbitkan sukuk sebagai instrumen pembiayaan. Pada tahun 2007, ada
sepuluh negara penerbit sukuk, padahal pada tahun 2001 baru ada dua
negara. Fenomena ini mencerminkan semakin pentingnya sukuk sebagai
sumber pendanaan berskala besar dan semakin diterimanya sukuk sebagai
alternatif investasi para investor global (Muttaqiena, 2009).
Tidak mau menyia-nyiakan potensi sukuk global dunia yang telah
berkembang, Indonesia pun mulai melirik untuk turut serta menerbitkan
sumber pendanaan dengan risiko yang rendah namun berpotensi besar
tersebut. Diawali oleh PT Indosat Tbk yang menerbitkan sukuk korporasi
pada 30 Oktober 2002 dengan akad mudharabah senilai 175 miliar rupiah.
Namun pada saat itu belum ada regulasi yang memadai. Kerangka
peraturan masih menggunakan Peraturan Penerbitan Efek Konvensional,
dengan tambahan dokumen pernyataan kesesuaian syariah dari DSN MUI
(Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia). Pada akhirnya
83
diterbitkanlah Fatwa DSN MUI No.32 dan No.33 pada tahun 2002 sebagai
basis penerbitan obligasi syariah. Sejak saat itu, penerbitan sukuk
korporasi di Indonesia kian berkembang pesat.
Berselang agak lama dengan penerbitan sukuk korporasi pertama,
sukuk Negara (SBSN) seri IFR0001dan IFR0002 pun diterbitkan oleh
pemerintah sebagai instrumen pendanaan yang digunakan untuk
membiayai defisit anggaran. Sebelumnya pemerintah juga telah
mengeluarkan UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) pada tanggal 7 Mei 2008 sebagai dasar hukum atas
penerbitan SBSN. Sukuk ini diterbitkan pada 27 Agustus 2008 dengan
akad ijarah senilai 2.714,7 dan 1.985 miliar rupiah. Sukuk seri IFR
merupakan sukuk yang diterbitkan untuk investor institusi yang umumnya
memiliki dana yang banyak untuk membeli sukuk.
Perkembangan sukuk korporasi terus meningkat disetiap tahunnya
dan diikuti oleh perusahaan-perusahaan besar dari berbagai bidang. Dalam
bidang listrik ada PT Perusahaan Listrik Negara, bidang properti ada PT
Summarecon Agung Tbk, bidang perbankan ada PT Bank Muamalat
Indonesia, hingga bidang tambang ada PT Aneka Gas Industri. Jenis sukuk
yang diterbitkan secara umum dalam sukuk korporasi di Indonesia adalah
jenis sukuk ijarah dan mudharabah. Berikut akan disajikan perkembangan
penerbitan sukuk korporasi di Indonesia sampai tahun 2015.
84
Grafik 4.1
Perkembangan Total Emisi Sukuk Korporasi
Sumber : OJK, Statistik Sukuk Korporasi Juni 2016 (Diolah)
Tabel 4.1
Total Emisi dan Emiten Sukuk Korporasi (dalam Miliar Rupiah)
Sumber : OJK, Statistik Sukuk Korporasi Juni 2016 (Diolah)
175740
14242009 2282
3174
5498
70157815 7915,4
9790,4
11994,412956,4
16114
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Emis
i Su
kuk
(dal
am M
iliar
Ru
pia
h)
Tahun
Perkembangan Total Emisi Sukuk Korporasi
Tahun Total Emisi Sukuk Korporasi Jumlah Emiten
2002 175 1
2003 740 6
2004 1424 13
2005 2009 16
2006 2282 17
2007 3174 21
2008 5498 29
2009 7015 43
2010 7815 47
2011 7915,4 48
2012 9790,4 54
2013 11994,4 64
2014 12956,4 71
2015 16114 87
85
Dari gambar 4.1. dapat dilihat bahwa sejak pertama kali diterbitkan
pada tahun 2002 hingga tahun 2015, penerbitan sukuk mengalami
perkembangan yang sangat menggembirakan. Sukuk korporasi yang
semula hanya diterbitkan oleh satu emiten senilai 175 miliar rupiah, pada
tahun 2015 telah diterbitkan oleh 87 emiten dengan total nilai 16.114
miliar rupiah. Selain itu tercatat pula sukuk yang telah dilunasi senilai
6.212 miliar rupiah oleh 40 emiten.
Perkembangan penerbitan yang sangat menggembirakan ini tidak
lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Tim Studi
Minat Emiten di Pasar Modal faktor yang mempengaruhi penerbitan sukuk
bagi para emiten sukuk korporasi dapat dikelompokan menjadi tiga faktor,
dari yang paling kuat pengaruhnya, yaitu faktor eksternal, faktor internal,
dan faktor peraturan (Indonesia Pricing Bond Agency, 2016).
Pertama, ditinjau dari faktor eksternal, faktor yang sangat
berpengaruh bagi emiten sukuk dalam menerbitkan sukuk dipasar modal
yaitu adanya kelebihan likuiditas pasar, ketersediaan informasi mengenai
pasar modal syariah dan faktor benchmark risk free rate (SUN/SBSN), dan
cost of fund. Kedua, ditinjau dari faktor internal, faktor yang sangat
berpengaruh bagi emiten sukuk dalam menerbitkan sukuk dipasar modal
yaitu faktor penerbitan sukuk dilakukan ketika industri keuangan syariah
berkembang pesat. Hal ini berdasarkan karakteristik sektor industri, total
aset, persentase saham publik, persentase kepemilikan asing dan debt to
equity ratio. Ketiga, faktor yang berkaitan dengan peraturan yaitu faktor
86
adanya ketentuan bahwa aset/kegiatan usaha yang mendasari penerbitan
sukuk tidak bertentangan dengan prinsip syariah, faktor perlakuan
perpajakan atas sukuk dan faktor kebijakan perusahaan dalam pendanaan
(financing). Penawaran sukuk yang dilakukan oleh korporasi dan
perusahaan juga dipengaruhi oleh permintaan pasar.
Menurut Achsein (2004) dalam Huda, et al (2008), selain mengalami
perkembangan yang terus meningkat, sukuk di Indonesia juga tidak luput
dari tantangan dan kekurangan yang tak sedikit, diantarnya yaitu
sosialisasi yang masih kurang, opportunity cost yang secara sederhana
diterjemahkan sebagai “second best choice”, perdagangan obligasi syariah
di pasar sekunder yang kurang likuid karena merupakan investasi jangka
panjang. Hal ini dibuktikan oleh porsi sukuk yang diterbitakan di Indonesia
sampai Desember 2015 hanya sebesar 16.114 miliar rupiah jika
dibandingkan dengan obligasi konvesional yang total nilai emisi
penerbitannya sudah mencapai 460,54 triliun rupiah.
Pada selang waktu ini kondisi makroekonomi bersifat fluktuatif.
Ada kalanya mengalami pertumbuhan positif namun ada kalanya pula
mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi perekonomian ini dipengaruhi
oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal ikut
mempengaruhi karena Indonesia merupakan negara dengan perekonomian
terbuka dan mengalami arus globalisasi sehingga tidak dapat lepas dari
perekonomian dunia. Salah satu faktor tersebut adalah guncangan ekonomi
dunia seperti krisis subprime mortage pada tahun 2007, krisis keuangan
87
Eropa, serta krisis Timur Tengah yang mengakibatkan kenaikan harga
minyak dunia. Faktor internal sendiri berasal dari dalam negeri, seperti
guncangan pada kondisi makroekonomi itu sendiri, guncangan pada harga-
harga dalam negeri serta situasi politik. Gambaran kondisi makroekonomi
Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.2
Indikator Makroekonomi Indonesia 2005-2015
Tahun
Ekspor
(Miliar
Rupiah)
Nilai
Tukar
(Kurs
Tengah)
BI
Rate
Inflasi
(IHK)
Indeks
Tendensi
Bisnis (ITB)
2005 79.456 9.830 0,1275 136,86 98,45
2006 67.688 9.075 0,1275 139,57 95,12
2007 78.226 9.300 0,125 140,79 108,50
2008 96.927 9.235 0,1125 142,42 108,72
2009 99.215 9.020 0,0975 145,89 107,43
2010 95.447 9.118 0,09 148,67 100,19
2011 94.813 9.054 0,085 148,92 110,96
2012 124.845 9.137 0,0825 152,32 112,58
2013 115.850 9.419 0,08 155,5 112,25
2014 111.439 9.217 0,08 160,81 104,41
2015 108.160 9.225 0,085 110,08 111,72 Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistika (Diolah)
Pada tahun 2005 ekspor berada di angka 79.456 miliar rupiah
dengan nilai tukar 9.830 rupiah, tingkat BI rate di 0,1275 (12,75%),
tingkat inflasi (IHK) sebesar 136,86 dan tingkat indeks tendensi bisnis
sebesar 98,45.
Ekspor terburuk pada tahun 2006 yang hanya mencapai 67.688
miliar rupiah. Nilai tukar meningkat di angka 9.419 rupiah pada tahun
2013. Tingkat BI rate terendah berada pada tahun 2013 dan 2014 yang
hanya 0,08 atau 8%. Untuk tingkat inflasi (IHK) tertinggi berada pada
88
tahun 2014 yaitu sebesar 160,81, namun dapat dikendalikan pada tahun
berikutnya yaitu sebesar 110,08. Sedangkan untuk indeks tendensi bisnis
cenderung meningkat, namun pada tahun 2014 mengalami penurunan.
Kondisi perekonomian mempunyai hubungan dengan pasar modal.
Jika perekonomian membaik maka pasar modal akan berkembang dan
mampu merangsang penerbitan sukuk. Jika kondisi perekonomian
Indonesia mengalami penurunan maka pasar modal pun akan terkena
imbasnya.
2. Perkembangan Obligasi Korporasi di Indonesia
Pada sepuluh tahun pertama sejak diaktifkannya kembali pasar
modal pada tahun 1977 sampai 1987, pasar obligasi Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup menggembirakan. Nilai emisinya mencapai
936 miliar rupiah, jauh melampaui nilai emisi saham yang masih Rp 174
miliar. Berarti dalam periode yang sama pada saat itu emisi obligasi lebih
disukai dibandingkan saham. Dalam lima tahun terakhir sejak tahun 1991
sampai oktober 1996 jumlah emiten obligasi terus meningkat. Kalau dalam
10 tahun pertama sejak pasar modal diaktifkan kembali, jumlah emiten
obligasi adalah 9 perusahaan, maka sampai desember 1996 jumlah emiten
tersebut telah meningkat menjadi 55 perusahaan dengan jumlah niali emisi
11,54 triliun rupiah. Berarti terjadi peningkatan sebesar 421% selama lima
tahun atau rata-rata 84,15% per tahun (Putu, 2000:274).
Perkembangan obligasi terus meningkat hingga saat ini. Tercatat
pada tahun 2002, jumlah emiten obligasi meningkat menjadi sebanyak 100
89
perusahaan dengan nilai total nilai emisi hingga Rp 37,812 triliun. Data
terkini mencatat bahwa pada Juni 2016, jumlah emiten obligasi sudah
sebanyak 242 perusahaan dengan nilai total emisi hingga 494,660 trilun
rupiah. Data ini menunjukkan bahwa perkembangan pasar perdana
obligasi di Indonesia cukup bagus. Kemudian hampir semua penawaran
obligasi dapat digolongkan sukses, bahkan beberapa perusahaan harus
melakukan penjatahan akibat terjadinya kelebihan permintaan
(oversubscribed) terhadap obligasi yang ditawarkan. Berikut gambar
perkembangan total emisi obligasi korporasi dan tabel jumlah emiten
obligasi korporasi.
Grafik 4.2
Perkembangan Total Emisi Obligasi Korporasi
Sumber : OJK, Statistik Obligasi Korporasi Juni 2016 (Diolah)
3781263835
8300591191102641133916148116
175331
215128
260864
328501
385298
429661460540
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
450000
500000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Emis
i Su
kuk
(dal
am M
iliar
Ru
pia
h)
Tahun
Perkembangan Total Emisi Obligasi Korporasi
90
Tabel 4.3
Total Emisi dan Emiten Obligasi Korporasi (dalam Miliar Rupiah)
Sumber : OJK, Statistik Obligasi Korporasi Juni 2016 (Diolah)
Dari gambar 4.2., total emisi obligasi dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Hal ini sejalan dengan jumlah emiten obligasi pada tabel 4.3.
yang terus meningkat juga. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
perkembangan penerbitan obligasi korporasi di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin meningkat dan terus berkembang.
Menurut Putu (2000:276), Untuk dapat berkembang, pasar obligasi
harus mampu memberikan tingkat (return) yang lebih menarik
dibandingkan dengan investasi lain dan kemasan produknya (obligasi)
harus menarik bagi investor. Berapa kendala yang menjadi tantangan
dalam pengembangan tersebut, antara lain:
a. Tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga tinggi merupakan kendala
yang dianggap sebagai faktor yang memberikan dampak yang
Tahun Total Emisi Obligasi Korporasi Jumlah Emiten
2002 37.812 100
2003 63.835 136
2004 83.005 152
2005 91.191 159
2006 102.641 162
2007 133.916 175
2008 148.116 178
2009 175.331 183
2010 215.128 189
2011 260.864 199
2012 328.501 210
2013 385.298 222
2014 429.661 231
2015 460.540 235
91
kurang menguntungkan terhadap pengembangan pasar obligasi.
Untuk mengatasi masalah ini perlu upaya untuk menciptakan iklim
kondusif guna merangsang pertumbuhan pasar modal pada
umumnya, dan obligasi pada khususnya.
b. Lemahnya infrastruktur perdagangan obligasi termasuk belum
adanya pembentukan pasar (market maker) dan belum berfungsi
sistem penyelesaian (clearing and settlement) yang efisien.
c. Terbatasnya variasi instrumen di bursa efek. Masalah keterbatasan
variasi efek khususnya obligasi sedikit demi sedikit mulai dapat
diatasi dengan menciptakan produk-produk yang inovatif agar
pasar obligasi tetap menarik. Penawaran obligasi dilakukan
bervariasi, mulai dengan tingkat suku bunga tetap, mengambang,
tetap dan mengambang, obligasi dengan put and call, serta obligasi
dapat ditukarkan menjadi saham (convertible bonds).
d. Masih adanya isu perpajakan yang belum terpecahkan dalam
kaitannya dengan pemodal.
e. Biaya obligasi yang relatif mahal. Indikasi mahalnya biaya obligasi
di dalam negeri tercermin dari masih sedikitnya perusahaan yang
menawarkan obligasi. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa
banyak perusahaan segan menjual obligasi di dalam negeri namun
lebih tetarik untuk menjual obligasinya di luar negeri. Biaya yang
harus dibayar oleh perusahaan yang menawarkan obligasi tersebut
relatif cukup besar antara lain terdiri dari komponen:
92
1) Guarantor, merupakan pihak ketiga yang bertindak sebagai
penanggung yang biasanya merupakan perusahaan yang
mempunyai solvabilitas tinggi.
2) Sinking fund.
3) Pemeringkat obligasi, yang dilakukan oleh perusahaan
pemeringkat efek.
4) Underwriting fee serta biaya lain untuk para profesi
penunjang pasar modal.
Jumlah biaya yang tidak kecil di atas membuat membengkaknya
biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang menawarkan
obligasi, padahal di luar hal tersebut perusahaan bersangkutan
mempunyai beban yang tidak ringan untuk membayar bunga
tertentu serta pokok utang pada pemegang obligasi. Biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan guarantor serta sinking fund di atas
sebenarnya merupakan suatu perlindungan yang berlebihan,
namun hal ini masih dilakukan oleh perusahaan karena adanya
kekuatiran bahwa obligasi yang ditawarkan tidak laku terjual.
3. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk melihat bagaimana tren atau
perkembangan data variabel penelitian yang akan diteliti, yaitu data
perkembangan sukuk korporasi, obligasi korporasi, ekspor, nilai tukar, BI
rate, inflasi dan indeks tendensi bisnis.
93
a. Sukuk Korporasi
Berikut perkembangan penerbitan sukuk korporasi berdasarkan
total nilai emisi sukuk :
Tabel 4.4
Perkembangan Total Emisi Sukuk Korporasi
Sumber : 2017, (Diolah)
Kuartal/Tahun Total Emisi Sukuk
Korporasi Kuartal/Tahun
Total Emisi Sukuk
Korporasi
Kuartal III 2005 Rp 2.009.000.000.000 Kuartal I 2011 Rp 7.815.000.000.000
Kuartal IV 2005 Rp 2.009.000.000.000 Kuartal II 2011 Rp 7.915.400.000.000
Kuartal I 2006 Rp 2.009.000.000.000 Kuartal III 2011 Rp 7.915.400.000.000
Kuartal II 2006 Rp 2.282.000.000.000 Kuartal IV 2011 Rp 7.915.400.000.000
Kuartal III 2006 Rp 2.282.000.000.000 Kuartal I 2012 Rp 7.915.400.000.000
Kuartal IV 2006 Rp 2.282.000.000.000 Kuartal II 2012 Rp 9.265.400.000.000
Kuartal I 2007 Rp 2.282.000.000.000 Kuartal III 2012 Rp 9.390.400.000.000
Kuartal II 2007 Rp 2.682.000.000.000 Kuartal IV 2012 Rp 9.790.400.000.000
Kuartal III 2007 Rp 3.174.000.000.000 Kuartal I 2013 Rp 11.294.400.000.000
Kuartal IV 2007 Rp 3.174.000.000.000 Kuartal II 2013 Rp 11.415.400.000.000
Kuartal I 2008 Rp 3.974.000.000.000 Kuartal III 2013 Rp 11.415.400.000.000
Kuartal II 2008 Rp 4.738.000.000.000 Kuartal IV 2013 Rp 11.994.400.000.000
Kuartal III 2008 Rp 4.738.000.000.000 Kuartal I 2014 Rp 11.994.400.000.000
Kuartal IV 2008 Rp 5.498.000.000.000 Kuartal II 2014 Rp 12.294.400.000.000
Kuartal I 2009 Rp 5.724.000.000.000 Kuartal III 2014 Rp 12.294.400.000.000
Kuartal II 2009 Rp 5.974.000.000.000 Kuartal IV 2014 Rp 12.956.400.000.000
Kuartal III 2009 Rp 5.974.000.000.000 Kuartal I 2015 Rp 12.956.400.000.000
Kuartal IV 2009 Rp 7.015.000.000.000 Kuartal II 2015 Rp 14.483.400.000.000
Kuartal I 2010 Rp 7.015.000.000.000 Kuartal III 2015 Rp 14.483.400.000.000
Kuartal II 2010 Rp 7.715.000.000.000 Kuartal IV 2015 Rp 16.114.000.000.000
Kuartal III 2010 Rp 7.715.000.000.000 Kuartal I 2016 Rp 16.114.000.000.000
Kuartal IV 2010 Rp 7.815.000.000.000 Kuartal II 2016 Rp 18.551.400.000.000
94
Pada tahun kuartal III dan IV 2005 hingga kuartal V 2006, total
nilai emisi sukuk 2.009 miliar rupiah. Terjadi peningkatan penerbitan
pada kuartal II 2006 menjadi 2.282 miliar rupiah dan bertahan hingga
kuartal I 2007. Kemudian pada kuartal II meningkat menjadi 2.682
miliah rupiah dan meningkat kembali pada kuartal III dan IV menjadi
3.174 miliah rupiah. Dengan demikian, selama tiga tahun (2005-2007)
hanya terjadi tiga peningkatan total nilai emisi sukuk.
Pada periode 2008 hingga 2010, setidaknya terjadi 8 kali
peningkatan total emisi sukuk yaitu pada kuartal I 2008, kuartal II 2008,
kuartal IV 2008, kuartal I 2009, kuartal II 2009, kuartal IV 2009, kuartal
II 2010 dan kuartal IV 2010. Ini menandakan bahwa pada tiga tahun
berikutnya, setidaknya terjadi peningkatan lebih dari dua kali lipat dari
tiga tahun periode sebelumnya.
Semakin tahun jumlah peningkatannya pun bertambah hingga pada
kuartal II 2016, total emisi sukuk korporasi sebesar 18.551,4 miliar
rupiah. Padahal pada kuartal III 2005 total emisi sukuk korporasi hanya
sebesar 2.282 miliar rupiah. Ini berarti bahwa telah terjadi kurang lebih
delapan kali lipat peningkatan total nilai emisi sukuk korporasi.
b. Obligasi Korporasi
Berikut perkembangan penerbitan obligasi korporasi berdasarkan
total nilai emisi obligasi :
95
Tabel 4.5
Perkembangan Total Emisi Obligasi Korporasi
Sumber : 2017, (Diolah)
Total emisi obligasi korporasi memang lebih besar nilainya
dibandingkan dengan sukuk korporasi dengan nilai sudah mencapai
triliunan rupiah. Pada kuartal III 2005, total emisi obligasi korporasi
sebesar 91,14 triliun rupiah. Hingga kuartal II 2016, total emisi obligasi
sudah mencapai 494,66 triliun rupiah. Penerbitan obligasi korporasi
cenderung terus mengalami peningkatan setiap kuartalnya yang
mengartikan bahwa obligasi korporasi cukup diminati di pasar.
Kuartal/Tahun Total Emisi Obligasi
Korporasi Kuartal/Tahun
Total Emisi Obligasi
Korporasi
Kuartal III 2005 Rp 91.140.750.000.000 Kuartal I 2011 Rp 222.240.850.000.000
Kuartal IV 2005 Rp 91.190.750.000.000 Kuartal II 2011 Rp 242.140.850.000.000
Kuartal I 2006 Rp 92.190.750.000.000 Kuartal III 2011 Rp 244.540.850.000.000
Kuartal II 2006 Rp 99.040.850.000.000 Kuartal IV 2011 Rp 260.863.850.000.000
Kuartal III 2006 Rp 100.140.850.000.000 Kuartal I 2012 Rp 269.113.850.000.000
Kuartal IV 2006 Rp 102.640.850.000.000 Kuartal II 2012 Rp 301.918.850.000.000
Kuartal I 2007 Rp 105.815.850.000.000 Kuartal III 2012 Rp 306.495.850.000.000
Kuartal II 2007 Rp 128.365.850.000.000 Kuartal IV 2012 Rp 328.500.850.000.000
Kuartal III 2007 Rp 130.315.850.000.000 Kuartal I 2013 Rp 347.504.850.000.000
Kuartal IV 2007 Rp 133.915.850.000.000 Kuartal II 2013 Rp 371.501.850.000.000
Kuartal I 2008 Rp 142.715.850.000.000 Kuartal III 2013 Rp 374.351.850.000.000
Kuartal II 2008 Rp 145.915.850.000.000 Kuartal IV 2013 Rp 385.297.850.000.000
Kuartal III 2008 Rp 145.915.850.000.000 Kuartal I 2014 Rp 393.501.850.000.000
Kuartal IV 2008 Rp 148.115.850.000.000 Kuartal II 2014 Rp 402.602.850.000.000
Kuartal I 2009 Rp 149.015.850.000.000 Kuartal III 2014 Rp 412.812.850.000.000
Kuartal II 2009 Rp 162.125.130.000.000 Kuartal IV 2014 Rp 429.660.850.000.000
Kuartal III 2009 Rp 164.925.000.000.000 Kuartal I 2015 Rp 436.260.000.000.000
Kuartal IV 2009 Rp 175.330.850.000.000 Kuartal II 2015 Rp 457.390.000.000.000
Kuartal I 2010 Rp 181.330.850.000.000 Kuartal III 2015 Rp 457.890.000.000.000
Kuartal II 2010 Rp 187.380.850.000.000 Kuartal IV 2015 Rp 460.540.000.000.000
Kuartal III 2010 Rp 187.380.850.000.000 Kuartal I 2016 Rp 460.540.000.000.000
Kuartal IV 2010 Rp 215.127.850.000.000 Kuartal II 2016 Rp 494.660.000.000.000
96
c. Ekspor
Ekspor yang merupakan salah satu variabel makroekonomi yang
menentukan keterbukaan ekonomi juga mengalami fluktuatif. Hal ini
dapat dilihat dari perkembangan nilai ekspor berikut :
Tabel 4.6
Perkembangan Ekspor
Sumber : 2017, (Diolah)
Pada kuartal III 2005 hingga kuartal III 2008, nilai ekspor
cenderung naik dan hanya sedikit nilai yang turun. Nilai ekspor pada
kuartal III 2005 sebesar 77,16 triliun rupiah dan pada kuartal III 2008
menembus 114, 558 triliun rupiah. Tetapi pada kuartal IV 2008 hingga
Kuartal/Tahun Nilai Ekspor Kuartal/Tahun Nilai Ekspor
Kuartal III 2005 Rp 77.160.391.750.820 Kuartal I 2011 Rp 141.810.986.808.885
Kuartal IV 2005 Rp 79.456.946.320.405 Kuartal II 2011 Rp 157.281.161.117.262
Kuartal I 2006 Rp 67.688.103.429.030 Kuartal III 2011 Rp 154.013.580.965.297
Kuartal II 2006 Rp 78.226.070.025.415 Kuartal IV 2011 Rp 154.092.035.028.267
Kuartal III 2006 Rp 81.266.367.053.385 Kuartal I 2012 Rp 157.575.378.537.558
Kuartal IV 2006 Rp 86.252.451.869.900 Kuartal II 2012 Rp 145.659.272.729.154
Kuartal I 2007 Rp 82.236.314.509.776 Kuartal III 2012 Rp 151.668.023.940.180
Kuartal II 2007 Rp 86.100.621.259.653 Kuartal IV 2012 Rp 148.120.552.164.580
Kuartal III 2007 Rp 86.506.827.632.353 Kuartal I 2013 Rp 145.287.666.194.610
Kuartal IV 2007 Rp 102.548.381.451.120 Kuartal II 2013 Rp 145.802.374.392.729
Kuartal I 2008 Rp 110.133.472.586.949 Kuartal III 2013 Rp 169.936.786.049.400
Kuartal II 2008 Rp 117.660.463.880.860 Kuartal IV 2013 Rp 205.785.456.424.064
Kuartal III 2008 Rp 114.558.348.319.233 Kuartal I 2014 Rp 172.392.456.221.125
Kuartal IV 2008 Rp 96.927.349.109.240 Kuartal II 2014 Rp 183.511.654.221.075
Kuartal I 2009 Rp 99.215.797.856.307 Kuartal III 2014 Rp 185.616.810.857.953
Kuartal II 2009 Rp 95.447.168.068.354 Kuartal IV 2014 Rp 178.693.013.116.050
Kuartal III 2009 Rp 94.813.493.012.706 Kuartal I 2015 Rp 177.501.592.342.335
Kuartal IV 2009 Rp 124.845.073.489.262 Kuartal II 2015 Rp 179.264.561.424.935
Kuartal I 2010 Rp 115.850.724.201.996 Kuartal III 2015 Rp 183.588.633.066.664
Kuartal II 2010 Rp 111.439.574.841.962 Kuartal IV 2015 Rp 163.574.284.555.332
Kuartal III 2010 Rp 108.160.677.604.668 Kuartal I 2016 Rp 156.010.525.243.110
Kuartal IV 2010 Rp 150.560.184.963.258 Kuartal II 2016 Rp 170.146.903.269.170
97
kuartal III 2009 terjadi masa penurunan yang cukup besar. Pada periode
selanjutnya, nilai ekspor kembali membaik dan berfluktuatif. Nilai
tertinggi ekspor berada pada kuartal IV 2013 sebesar 205,785 triliun
rupiah. Hingga kuartal II 2016, nilai ekspor sebesar 170, 146 triliun
rupiah.
d. Nilai Tukar
Perkembangan nilai tukar (kurs) periode kuartal III 2005 hingga
kuartal II 2016 sebagai berikut :
Tabel 4.7
Perkembangan Nilai Tukar
Kuartal/Tahun Nilai Tukar
(Kurs Tengah) Kuartal/Tahun
Nilai Tukar
(Kurs Tengah)
Kuartal III 2005 Rp 10.310 Kuartal I 2011 Rp 8.709
Kuartal IV 2005 Rp 9.830 Kuartal II 2011 Rp 8.597
Kuartal I 2006 Rp 9.075 Kuartal III 2011 Rp 8.823
Kuartal II 2006 Rp 9.300 Kuartal IV 2011 Rp 9.068
Kuartal III 2006 Rp 9.235 Kuartal I 2012 Rp 9.180
Kuartal IV 2006 Rp 9.020 Kuartal II 2012 Rp 9.480
Kuartal I 2007 Rp 9.118 Kuartal III 2012 Rp 9.588
Kuartal II 2007 Rp 9.054 Kuartal IV 2012 Rp 9.670
Kuartal III 2007 Rp 9.137 Kuartal I 2013 Rp 9.719
Kuartal IV 2007 Rp 9.419 Kuartal II 2013 Rp 9.929
Kuartal I 2008 Rp 9.217 Kuartal III 2013 Rp 11.613
Kuartal II 2008 Rp 9.225 Kuartal IV 2013 Rp 12.189
Kuartal III 2008 Rp 9.378 Kuartal I 2014 Rp 11.404
Kuartal IV 2008 Rp 10.950 Kuartal II 2014 Rp 11.969
Kuartal I 2009 Rp 11.575 Kuartal III 2014 Rp 12.212
Kuartal II 2009 Rp 10.225 Kuartal IV 2014 Rp 12.440
Kuartal III 2009 Rp 9.681 Kuartal I 2015 Rp 13.084
Kuartal IV 2009 Rp 9.400 Kuartal II 2015 Rp 13.332
Kuartal I 2010 Rp 9.115 Kuartal III 2015 Rp 14.657
Kuartal II 2010 Rp 9.083 Kuartal IV 2015 Rp 13.795
Kuartal III 2010 Rp 8.924 Kuartal I 2016 Rp 13.276
Kuartal IV 2010 Rp 8.991 Kuartal II 2016 Rp 13.180
Sumber : 2017, (Diolah)
98
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar amerika (USD) pada
kuartal III 2005 sebesar 10.310 rupiah. Kemudian periode berikutnya
menurun hingga 9.378 rupiah pada kuartal III 2008. Namun kuartal
berikutnya naik kembali hingga 10.225 rupiah pada kuartal II 2009.
Dan kembali turun dan berfluktuatif pada periode selanjutnya hingga
sebesar 9.929 rupiah. Tetapi kembali cenderung meningkat pada
periode selanjutnya. Hingga kuartal II 2016, nilai tukar rupiah terhadap
dollar amerika (USD) sebesar 13.180 rupiah. Secara keseluruhan, nilai
tukar mengalami fluktuatif setiap periode baik itu naik maupun turun.
e. BI rate
BI rate sebagai suku bunga acuan mengalami perkembangan
sebagai berikut :
Tabel 4.8
Perkembangan BI Rate
Kuartal/Tahun BI Rate Kuartal/Tahun BI Rate
Kuartal III 2005 10,00% Kuartal I 2011 6,75%
Kuartal IV 2005 12,75% Kuartal II 2011 6,75%
Kuartal I 2006 12,75% Kuartal III 2011 6,75%
Kuartal II 2006 12,50% Kuartal IV 2011 6,00%
Kuartal III 2006 11,25% Kuartal I 2012 5,75%
Kuartal IV 2006 9,75% Kuartal II 2012 5,75%
Kuartal I 2007 9,00% Kuartal III 2012 5,75%
Kuartal II 2007 8,50% Kuartal IV 2012 5,75%
Kuartal III 2007 8,25% Kuartal I 2013 5,75%
Kuartal IV 2007 8,00% Kuartal II 2013 6,00%
Kuartal I 2008 8,00% Kuartal III 2013 7,25%
Kuartal II 2008 8,50% Kuartal IV 2013 7,50%
Kuartal III 2008 9,25% Kuartal I 2014 7,50%
Kuartal IV 2008 9,25% Kuartal II 2014 7,50%
Kuartal I 2009 7,75% Kuartal III 2014 7,50%
99
Kuartal/Tahun BI Rate Kuartal/Tahun BI Rate
Kuartal II 2009 7,00% Kuartal IV 2014 7,75%
Kuartal III 2009 6,50% Kuartal I 2015 7,50%
Kuartal IV 2009 6,50% Kuartal II 2015 7,50%
Kuartal I 2010 6,50% Kuartal III 2015 7,50%
Kuartal II 2010 6,50% Kuartal IV 2015 7,50%
Kuartal III 2010 6,50% Kuartal I 2016 6,75%
Kuartal IV 2010 6,50% Kuartal II 2016 6,50%
Sumber : 2017, (Diolah)
Nilai BI rate pada kuartal III 2005 sebesar 10% dan berfluktuatif
hingga kuartal III 2006. Pada kuartal IV 2006 nilai BI rate sebesar
9,75% dan berfluktuatif hingga kuartal IV 2008. Kemudian pada kuartal
I 2009 nilai BI rate sebesar 7,75% dan terus berfluktuatif. Hingga
kuartal II 2016, nilai BI rate sebesar 6,5%. Secara keseluruhan, nilai BI
rate cenderung fluktuatif dan stabil dengan range nilai tertinggi 12,75%
dan nilai terendah 5,75%.
f. Inflasi
Berikut adalah perkembangan nilai inflasi yang menggunakan
indikator indeks harga konsumen :
Tabel 4.9
Perkembangan Inflasi
Kuartal/Tahun Inflasi (IHK) Kuartal/Tahun Inflasi (IHK)
Kuartal III 2005 124,33 Kuartal I 2011 126,05
Kuartal IV 2005 136,86 Kuartal II 2011 126,5
Kuartal I 2006 139,57 Kuartal III 2011 128,89
Kuartal II 2006 140,79 Kuartal IV 2011 129,91
Kuartal III 2006 142,42 Kuartal I 2012 131,05
Kuartal IV 2006 145,89 Kuartal II 2012 132,23
Kuartal I 2007 148,67 Kuartal III 2012 134,45
Kuartal II 2007 148,92 Kuartal IV 2012 135,49
Kuartal III 2007 152,32 Kuartal I 2013 138,78
100
Kuartal/Tahun Inflasi (IHK) Kuartal/Tahun Inflasi (IHK)
Kuartal IV 2007 155,5 Kuartal II 2013 140,03
Kuartal I 2008 160,81 Kuartal III 2013 145,74
Kuartal II 2008 110,08 Kuartal IV 2013 146,84
Kuartal III 2008 113,25 Kuartal I 2014 111,37
Kuartal IV 2008 113,86 Kuartal II 2014 112,01
Kuartal I 2009 114,27 Kuartal III 2014 113,89
Kuartal II 2009 114,1 Kuartal IV 2014 119
Kuartal III 2009 116,46 Kuartal I 2015 118,48
Kuartal IV 2009 117,03 Kuartal II 2015 120,14
Kuartal I 2010 118,19 Kuartal III 2015 121,67
Kuartal II 2010 119,86 Kuartal IV 2015 122,99
Kuartal III 2010 123,21 Kuartal I 2016 123,75
Kuartal IV 2010 125,17 Kuartal II 2016 124,29
Sumber : 2017, (Diolah)
Nilai inflasi berdasarkan indikator indeks harga konsumen
cenderung berfluktuatif. Pada kuartal III 2005, nilai inflasi sebesar
124,33. Dan pada kuartal II 2016 nilai inflasi sebesar 124,29. Nilai
inflasi tertinggi terjadi pada kuartal I 2008 yaitu sebesar 160,81.
Sedangkan nilai inflasi terendah terjadi pada kuartal II 2008 yaitu
sebesar 110,08. Terjadi penurunan nilai ekstrim antara kuartal I 2008
hingga kuartal II 2008. Namun secara keseluruhan, nilai inflasi
cenderung stabil.
g. Indeks Tendensi Bisnis
Indeks tendensi bisnis yang menggambarkan kondisi bisnis juga
mengalami perkembangan yang dapat dilihat sebagai berikut :
101
Tabel 4.10
Perkembangan Indeks Tendensi Bisnis
Kuartal/Tahun
Indeks
Tendensi
Bisnis (ITB)
Kuartal/Tahun
Indeks
Tendensi
Bisnis (ITB)
Kuartal III 2005 105,70 Kuartal I 2011 102,16
Kuartal IV 2005 98,45 Kuartal II 2011 105,75
Kuartal I 2006 95,12 Kuartal III 2011 107,86
Kuartal II 2006 108,50 Kuartal IV 2011 106,92
Kuartal III 2006 108,72 Kuartal I 2012 103,89
Kuartal IV 2006 107,43 Kuartal II 2012 104,22
Kuartal I 2007 100,19 Kuartal III 2012 107,43
Kuartal II 2007 110,96 Kuartal IV 2012 105,29
Kuartal III 2007 112,58 Kuartal I 2013 102,34
Kuartal IV 2007 112,25 Kuartal II 2013 103,88
Kuartal I 2008 104,41 Kuartal III 2013 106,12
Kuartal II 2008 111,72 Kuartal IV 2013 104,72
Kuartal III 2008 111,12 Kuartal I 2014 101,95
Kuartal IV 2008 102,19 Kuartal II 2014 106,00
Kuartal I 2009 96,91 Kuartal III 2014 107,24
Kuartal II 2009 110,43 Kuartal IV 2014 104,07
Kuartal III 2009 112,86 Kuartal I 2015 96,30
Kuartal IV 2009 108,45 Kuartal II 2015 105,46
Kuartal I 2010 103,41 Kuartal III 2015 106,04
Kuartal II 2010 104,23 Kuartal IV 2015 105,22
Kuartal III 2010 107,29 Kuartal I 2016 99,46
Kuartal IV 2010 106,63 Kuartal II 2016 110,24
Sumber : 2017, (Diolah)
Nilai ITB pada kuartal III 2005 sebesar 105,7. Pada kuartal II
2016, nilai ITB sebesar 110,24. Nilai ITB tertinggi terjadi pada kuartal
III 2007 yaitu sebesar 112,25 dan nilai ITB terendah terjadi pada kuartal
I 2006 yaitu sebesar 95,12. Secara keseluruhan, nilai ITB cenderung
berfluktuatif dan stabil dengan nilai perubahan yang tidak ekstrim
(nilainya tidak terlalu tinggi ataupun rendah).
102
B. Pengujian dan Pembahasan Sukuk dan Obligasi
Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan
metode estimasi Ordinary Least Square (pangkat kuadrat terkecil) dengan
tujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Penelitian ini juga memiliki dua variabel
dependen yang diuji secara terpisah dengan variabel independen yang sama.
Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Microsoft
Excel 2013 dan Eviews 9 untuk memudahkan proses sehingga mempercepat
perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti.
Penyajian dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa pengujian tahap
awal menggunakan pengujian asumsi klasik berupa : Uji Multikolinieritas, Uji
Heteroskedastisitas, Uji Normalitas, dan Uji Otokorelasi serta uji kesesuaian
model dan hipotesis menggunakan Adjusted R Square, Uji F dan Uji t.
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan linier antar variabel independen. Dalam membuat regresi
berganda, variabel bebas (independen) yang baik adalah variabel bebas
yang mempunyai hubungan dengan variabel terikat, tetapi tidak
mempunyai hubungan dengan variabel bebas lainnya (Djalal, 2006:95).
Model dengan variabel dependen nilai emisi penerbitan sukuk dan
variabel dependen nilai emisi penerbitan obligasi mempunyai variabel
independen yang sama, yaitu ekspor, nilai tukar, BI rate, IHK dan ITB,
103
sehingga hasil uji multikolinieritasnya sama. Salah satu teknik
mendeteksi multikolinieritas adalah dengan melihat nilai korelasi antar
variabel bebas dan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Pedoman
bahwa suatu persamaan regresi tidak terjadi masalah multikolinieritas
adalah data yang mempunyai nilai korelasi antar variabel bebas < 0,8 dan
nilai VIF < 5. Perhatikan nilai korelasi antar variabel bebas dan nilai VIF
berikut
Tabel 4.11
Uji Multikolinieritas (Korelasi)
LNEKSPOR LNKURS LNBIRATE LNIHK LNITB
LNEKSPOR 1 0.552999 -0.657328 -0.305409 -0.04546970
LNKURS 0.552999 1 -0.049416 -0.348794 -0.222337
LNBIRATE -0.657328 -0.049416 1 0.206190 -0.129982
LNIHK -0.305409 -0.348794 0.206190 1 0.049756
LNITB -0.045470 -0.222337 -0.129982 0.049756 1
Tabel 4.12
Uji Multikolinieritas (VIF)
Variance Inflation Factors
Date: 01/01/17 Time: 21:01
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44 Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 21.73575 42934.66 NA
LNEKSPOR 0.018561 38651.35 3.376995
LNKURS 0.048245 8125.617 2.114983
LNBIRATE 0.027652 366.5430 2.427340
LNIHK 0.058401 2721.667 1.187092
LNITB 0.330176 14151.28 1.075044
Dapat dilihat pada tabel 4.11 dan tabel 4.12 bahwa nilai semua
korelasi antar variabel bebas kurang dari 0,8 dan nilai VIF semua
104
variabel kurang dari 10. Hal ini menandakan bahwa persamaan regresi
linier berganda tidak terdapat masalah multikolinieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan unuk menguji apakah varian
konsisten atau tidak dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian konsisten maka disebut homoskedastisitas dan jika
sebaliknya disebut heteroskedastisitas. Metode statistik yang digunakan
adalah dengan uji white. Uji white mengasumsikan bahwa varian error
merupakan fungsi yang mempunyai hubungan dengan variabel bebas,
kuadrat masing-masing variabel bebas, dan interaksi antar variabel
bebas (Djalal, 2006:118). Dalam pengambilan keputusan, jika nilai
Prob. F-statistics > 0,05 (α = 5%) dan Prob. Chi-Square Obs*R-Squared
> 0,05 (α = 5%) maka tidak terjadi heteroskedastisitas (kondisi
homoskedastisitas). Berikut hasil uji heteroskedastisitas menggunakan
uji white :
Tabel 4.13
Uji Heteroskedastisitas (White) Sukuk
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.716018 Prob. F(18,25) 0.1047
Obs*R-squared 24.31789 Prob. Chi-Square(18) 0.1449
Scaled explained SS 19.33808 Prob. Chi-Square(18) 0.3713
Dari tabel 4.13, dapat diketahui bahwa nilai Prob. F-statistic adalah
0,1047 dan nilai Prob. Chi-Square Obs*R-squared adalah 0,1449.
Sehingga semua lebih dari 0,05 (0,1047 > 0,05 dan 0,1449 > 0,05).
Berarti tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model ini.
105
Maka semua variabel independen yang terdapat dalam model regresi
berganda dengan variabel dependen nilai emisi penerbitan sukuk ini
memiliki sebaran varian yang sama/konsisten. Untuk melihat uji white
dengan variabel dependen nilai emisi penerbitan obligasi sebagai
berikut :
Tabel 4.14
Uji Heteroskedastisitas (White) Obligasi
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.031965 Prob. F(18,25) 0.4621
Obs*R-squared 18.75639 Prob. Chi-Square(18) 0.4070
Scaled explained SS 12.97899 Prob. Chi-Square(18) 0.7928
Hasil uji white dengan variabel dependen obligasi pada tabel 4.14
menunjukkan bahwa nilai Prob. F-statistic adalah 0,4621 dan nilai Prob.
Chi-Square Obs*R-squared adalah 0,4070. Sehingga semua lebih dari
0,05 (0,4621 > 0,05 dan 0,4070 > 0,05). Berarti sama seperti model
dengan variabel dependen nilai emisi penerbitan sukuk, model dengan
variabel dependen nilai emisi penerbitan obligasi juga memiliki sebaran
varian yang sama/konsisten.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, baik variabel dependen, variabel independen ataupun keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Alat analisis yang
dapat menguji dengan lebih akurat adalah dengan Uji Jarque-Bera (J-
B). Uji J-B adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data
106
berdistribusi normal dengan mengukur perbedaan skewness dan
kurtosis data dan dibandingkan. Bila nilai J-B lebih kecil dari 2 dan nilai
Probability lebih besar dari 5% (0,05), maka data berdistribusi normal.
Perhatikan tabel berikut :
Tabel 4.15 Tabel 4.16
Uji Normalitas (Uji J-B) Uji Normalitas (Uji J-B)
Sukuk Obligasi
Pada tabel 4.15 untuk sukuk di atas, nilai Jarque-Bera sebesar
0,517145 dan nilai Probability sebesar 0,772153. Berarti nilai Jarque-
Bera kurang dari 2 (0,517145 < 2) dan nilai Probability lebih besar dari
0,05 (0,772153 > 0,05), maka artinya seluruh data pada model
persamaan regresi dengan variabel dependen nilai emisi penerbitan
sukuk berdistribusi normal. Pada tabel 4.16 untuk obligasi di atas, nilai
Jarque-Bera sebesar 1,004309 dan nilai Probability sebesar 0,605225.
Berarti nilai Jarque-Bera kurang dari 2 (1,004309 < 2) dan nilai
Probability lebih besar dari 0,05 (0,605225 > 0,05), maka artinya
seluruh data pada model persamaan regresi dengan variabel dependen
nilai emisi penerbitan obligasi berdistribusi normal.
107
d. Uji Otokorelasi
Uji otokorelasi (autocorellation) adalah hubungan antara residual
satu observasi dengan residual observasi lainnya, artinya bertujuan
untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara untuk mendeteksi otokorelasi
adalah dengan uji breusch-godfrey/lagrange multiplier (LM). Model
regresi linier dikatakan terbebas dari otokorelasi jika nilai Prob. F-
statistic > 5% (0,05) dan nilai Prob. Chi-Square Obs*R-Squared > 5%
(0,05). Berikut hasil uji breusch-godfrey :
Tabel 4.17
Uji Otokorelasi (Uji Breusch-Godfrey) Sukuk
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.866030 Prob. F(2,36) 0.1694
Obs*R-squared 4.132950 Prob. Chi-Square(2) 0.1266
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai Prob.F-statistic
sebesar 0,1694 dan Prob. Chi-Square Obs*R-squared sebesar 0,1266,
yang mana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (0,1694 > 0,05 dan 0,1266
> 0,05), sehingga model dalam regresi linier terbebas dari masalah
otokorelasi. Untuk uji breusch-godfrey dengan variabel dependen nilai
emisi obligasi sebagai berikut :
Tabel 4.18
Uji Otokorelasi (Uji Breusch-Godfrey) Obligasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.285423 Prob. F(2,36) 0.1163
Obs*R-squared 4.957186 Prob. Chi-Square(2) 0.0839
108
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai Prob.F-statistic
sebesar 0,1163 dan Prob. Chi-Square Obs*R-squared sebesar 0,0839,
yang mana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (0,1163 > 0,05 dan 0,0839
> 0,05), sehingga model dalam regresi linier terbebas dari masalah
otokorelasi.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji seberapa
besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Analisis ini
menggunakan Ordinary Least Square (OLS) untuk menguji besar pengaruh
antara variabel ekspor, nilai tukar, BI rate, Inflasi (IHK) dan ITB terhadap
nilai emisi penerbitan sukuk dan nilai emisi penerbitan obligasi. Berikut
adalah hasil analisis dengan menggunakan regresi linier berganda dengan
variabel dependen nilai emisi penerbitan sukuk :
Tabel 4.19
Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda Sukuk
Dependent Variable: LNSUKUK
Method: Least Squares
Date: 02/02/17 Time: 16:50
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -12.06306 4.662162 -2.587439 0.0136
LNEKSPOR 1.004698 0.136239 7.374544 0.0000
LNKURS 1.310347 0.219648 5.965668 0.0000
LNBIRATE -1.234309 0.166290 -7.422631 0.0000
LNIHK -0.722656 0.241662 -2.990355 0.0049
LNITB -0.601628 0.574610 -1.047020 0.3017 R-squared 0.955466 Mean dependent var 29.52993
Adjusted R-squared 0.949606 S.D. dependent var 0.664846
S.E. of regression 0.149248 Akaike info criterion -0.840286
Sum squared resid 0.846453 Schwarz criterion -0.596987
Log likelihood 24.48629 Hannan-Quinn criter. -0.750059
F-statistic 163.0560 Durbin-Watson stat 1.232129
Prob(F-statistic) 0.000000
109
Berdasarkan tabel 4.19 hubungan masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :
𝑌1 = (−12,06306) + 1,004698 𝑋1 + 1,310347 𝑋2 + (−1,234309) 𝑋3
+ (−0,722656) 𝑋4
Keterangan :
Y1 = Nilai emisi penerbitan sukuk
X1 = Ekspor
X2 = Nilai Tukar (Kurs)
X3 = BI rate
X4 = Inflasi (IHK)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa :
a. Hasil regresi menunjukkan konstanta sebesar -12,06360 menyatakan
bahwa jika nilai ekspor, nilai tukar (kurs), BI rate, dan Inflasi (IHK)
adalah nol, maka dapat dikatakan bahwa nilai emisi penerbitan sukuk
sebesar -12,06360 rupiah.
b. Ekspor (X1) menunjukan nilai sebesar 1,004698 yang berarti jika nilai
ekspor naik satu satuan dan nilai tukar (kurs), BI rate, dan Inflasi (IHK)
adalah konstan, maka akan menaikkan nilai emisi penerbitan sukuk
sebesar 1,004698.
c. Nilai tukar (Kurs) (X2) menunjukan nilai sebesar 1,310374 yang berarti
jika nilai tukar (kurs) naik satu satuan dan nilai ekspor, BI rate, dan
Inflasi (IHK) adalah konstan, maka akan menaikkan nilai emisi
penerbitan sukuk sebesar 1,310374.
110
d. BI rate (X3) menunjukan nilai sebesar -1,234309 yang berarti jika nilai
BI rate naik satu satuan dan nilai ekspor, nilai tukar (kurs), dan Inflasi
(IHK) adalah konstan, maka akan menurunkan nilai emisi penerbitan
sukuk sebesar 1,234309.
e. Inflasi (IHK) (X4) menunjukan nilai sebesar -0,722656 yang berarti jika
nilai IHK naik satu satuan dan nilai ekspor, nilai tukar (kurs), dan BI
rate adalah konstan, maka akan menurunkan nilai emisi penerbitan
sukuk sebesar 0,722656.
Untuk mengetahui hasil terhadap obligasi, berikut adalah hasil
analisis dengan menggunakan regresi linier berganda dengan variabel
dependen nilai emisi penerbitan obligasi :
Tabel 4.20
Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda Obligasi
Dependent Variable: LNOBLIGASI
Method: Least Squares
Date: 02/02/17 Time: 16:54
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -14.45519 3.757086 -3.847448 0.0004
LNEKSPOR 1.087456 0.109790 9.904840 0.0000
LNKURS 1.236140 0.177007 6.983555 0.0000
LNBIRATE -0.657031 0.134008 -4.902934 0.0000
LNIHK 0.283085 0.194748 1.453597 0.1543
LNITB -0.496312 0.463059 -1.071809 0.2906 R-squared 0.957783 Mean dependent var 33.02377
Adjusted R-squared 0.952228 S.D. dependent var 0.550285
S.E. of regression 0.120274 Akaike info criterion -1.271957
Sum squared resid 0.549706 Schwarz criterion -1.028659
Log likelihood 33.98306 Hannan-Quinn criter. -1.181730
F-statistic 172.4225 Durbin-Watson stat 1.560221
Prob(F-statistic) 0.000000
111
Berdasarkan tabel 4.20 hubungan masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen sebagai berikut
𝑌2 = (− 14,45519) + 1,087456 𝑋1 + 1,236140 𝑋2 + (−0,657031) 𝑋3
Keterangan :
Y2 = Nilai emisi penerbitan obligasi
X1 = Ekspor
X2 = Nilai Tukar (Kurs)
X3 = BI rate
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa :
a. Hasil regresi menunjukkan konstanta sebesar -14,45519 menyatakan
bahwa jika nilai ekspor, nilai tukar (kurs), dan BI rate adalah nol,
maka dapat dikatakan bahwa nilai emisi penerbitan obligasi sebesar
-14,45519 rupiah.
b. Ekspor (X1) menunjukan nilai sebesar 1,087456 yang berarti jika
nilai ekspor naik satu satuan dan nilai tukar (kurs), dan BI rate,
adalah konstan, maka akan menaikkan nilai emisi penerbitan
obligasi sebesar 1,087456.
c. Nilai tukar (Kurs) (X2) menunjukan nilai sebesar 1,236140 yang
berarti jika nilai tukar (kurs) naik satu satuan dan nilai ekspor, dan
BI rate adalah konstan, maka akan menaikkan nilai emisi penerbitan
obligasi sebesar 1,236140.
d. BI rate (X3) menunjukan nilai sebesar -0,657031 yang berarti jika
nilai BI rate naik satu satuan dan nilai ekspor, dan nilai tukar (kurs)
112
adalah konstan, maka akan menurunkan nilai emisi penerbitan sukuk
sebesar -0,657031.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk menentukan seberapa besar prediktor dapat menjelaskan
variabel terikatnya dapat ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi
yang diperoleh dari nilai adjusted R square. Hasil nilai adjusted R square
dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya variabel dependen yang
dipengaruhi oleh variabel independennya. Berikut adalah hasil koefisien
determinasi :
Tabel 4.21
Koefisien Determinasi (R2) Sukuk
R-squared 0.955466
Adjusted R-squared 0.949606
Berdasarkan hasil koefisien determinasi pada tabel 4.21 untuk
variabel dependen nilai emisi penerbitan sukuk, diperoleh nilai adjusted R2
adalah sebesar 0,949606. Hal ini berarti 94,9606% variabel dependen dapat
dijelaskan oleh kelima variabel independen yaitu ekspor, nilai tukar (kurs),
BI rate, IHK dan ITB. Sedangkan 5,0394% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Sedangkan untuk variabel
dependen nilai emisi penerbitan obligasi dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel 4.22
Koefisien Determinasi (R2) Obligasi
R-squared 0.957783
Adjusted R-squared 0.952228
113
Berdasarkan hasil koefisien determinasi pada tabel 4.22 untuk
variabel dependen nilai emisi penerbitan obligasi, diperoleh nilai adjusted
R2 adalah sebesar 0,957783. Hal ini berarti 95,7783% variabel dependen
dapat dijelaskan oleh kelima variabel independen yaitu ekspor, nilai tukar
(kurs), BI rate, IHK dan ITB. Sedangkan 4,2217% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Pengujian model secara simultan dengan uji F digunakan untuk
menguji pengaruh secara simultan variabel independen terhadap
variabel dependen nya atau untuk menguji ketepatan model. Jika
variabel independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap
variabel dependen, maka model persamaan regresi masuk dalam
kriteria cocok atau fit. Hipotesis uji F adalah sebagai berikut :
H0 = variabel independen tidak berpengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen
Ha = variabel independen berpengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen
Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut :
1) Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi >
0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
2) Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi <
0,05 (5%) maka H0 ditolak dan Ha diterima.
114
Dari pengujian simultan diperoleh hasil output untuk variabel dependen
nilai emisi penerbitan sukuk sebagai berikut :
Tabel 4.23
Hasil Uji F Sukuk
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.23 di atas diperoleh hasil bahwa
nilai F hitung sebesar 163,0560 dengan tingkat signifikan sebesar
0,0000. Nilai F tabel dengan df1 = 5 (df1 = k – 1 = 6 – 1) dan df2 = 38
(df2 = n – k = 44 – 6) sebesar 2,46. Sehingga nilai F hitung > F tabel
(163,0560 > 2,46) dan tingkat signifikansinya < 5% (0,000 < 0,05),
maka berarti variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap
variabel dependen (h0 ditolak dan ha diterima). Sedangkan untuk
variabel dependen emisi penerbitan obligasi sebagai berikut :
Tabel 4.24
Hasil Uji F Obligasi
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.24 di atas diperoleh hasil bahwa
nilai F hitung sebesar 172,4225 dengan tingkat signifikan sebesar
0,0000. Nilai F tabel dengan df1 = 5 (df1 = k – 1 = 6 – 1) dan df2 = 38
(df2 = n – k = 44 – 6) sebesar 2,46. Sehingga nilai F hitung > F tabel
(172,4225 > 2,46) dan tingkat signifikansinya < 5% (0,000 < 0,05),
F-statistic 163.0560
Prob(F-statistic) 0.000000
F-statistic 172.4225
Prob(F-statistic) 0.000000
115
maka berarti variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap
variabel dependen (h0 ditolak dan ha diterima).
b. Uji t
Uji t adalah pengujian untuk mengukur seberapa jauh pengaruh
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekspor,
nilai tukar (kurs), BI rate, IHK dan ITB secara parsial mampu
menjelaskan variabel dependennya yaitu nilai emisi penerbitan sukuk.
Hipotesis uji t adalah sebagai berikut :
H0 = variabel independen tidak berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen
Ha = variabel independen berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen
Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut :
1) Apabila t hitung < t tabel atau memiliki tingkat signifikansi >
0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
2) Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi <
0,05 (5%) maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Dari pengujian secara parsial, diperoleh hasil output untuk variabel
dependen nilai emisi penerbitan sukuk sebagai berikut :
116
Tabel 4.25
Hasil Uji t Sukuk
Dependent Variable: LNSUKUK
Method: Least Squares
Date: 02/02/17 Time: 17:02
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -12.06306 4.662162 -2.587439 0.0136
LNEKSPOR 1.004698 0.136239 7.374544 0.0000
LNKURS 1.310347 0.219648 5.965668 0.0000
LNBIRATE -1.234309 0.166290 -7.422631 0.0000
LNIHK -0.722656 0.241662 -2.990355 0.0049
LNITB -0.601628 0.574610 -1.047020 0.3017
Berdasarkan tabel 4.25 di atas diketahui bahwa tidak semua variabel
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Berikut penjelasan lebih mendalam untuk setiap variabelnya:
1) Variabel Ekspor (Uji t)
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
variabel ekspor berpengaruh signifikan terhadap nilai emisi
penerbitan sukuk. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,0000. Selain itu, nilai t hitung
sebesar 7,374544 lebih besar dari t tabel sebesar 2,02439. Oleh
karena itu, dari hasil penelitian tersebut menolak H0 dan
menerima Ha yaitu variabel ekspor berpengaruh terhadap nilai
emisi penerbitan sukuk.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Janet dan Bozena
(2009) yang menyatakan bahwa ekspor berpengaruh negatif
terhadap perkembangan pasar obligasi. Namun hasil ini sesuai
117
dengan penelitian Ali Said dan Rihab Grassa (2013) dan Jun dkk
(2015) yang menyatakan bahwa ekspor memiliki hubungan
positif terhadap perkembangan sukuk dan obligasi. Maka berarti
jika nilai ekspor meningkat, akan meningkatkan penerbitan
sukuk korporasi dan begitu juga sebaliknya.
2) Variabel Nilai Tukar (Kurs) (Uji t)
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
variabel nilai tukar (kurs) berpengaruh signifikan terhadap nilai
emisi penerbitan sukuk. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,0000. Selain itu, nilai t hitung
sebesar 5,965668 lebih besar dari t tabel sebesar 2,02439. Oleh
karena itu, dari hasil penelitian tersebut menolak H0 dan
menerima Ha yaitu variabel nilai tukar (kurs) berpengaruh
terhadap nilai emisi penerbitan sukuk.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu
yaitu penelitian Janet dan Bozena (2009) yang menyatakan
bahwa nilai tukar memiliki hubungan negatif terhadap
perkembangan pasar obligasi. Tetapi penelitian ini sesuai
dengan penelitian Dung Quang dan Toan (2015) dan Medri
(2015) bahwa nilai tukar memiliki hubunfan positif terhadap
perkembangan obligasi korporasi. Maka berarti jika nilai tukar
meningkat, penerbitan sukuk korporasi pun akan meningkat
begitu pula sebaliknya.
118
3) Variabel BI rate (Uji t)
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
variabel BI rate berpengaruh signifikan terhadap nilai emisi
penerbitan sukuk. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,0000. Selain itu, nilai t hitung
sebesar -7,422631 lebih kecil dari t tabel sebesar -2,02439
(karena uji dua arah). Oleh karena itu, dari hasil penelitian
tersebut menolak H0 dan menerima Ha yaitu variabel BI rate
berpengaruh terhadap nilai emisi penerbitan sukuk.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya,
yaitu Janet dan Bozena (2009) dan Jun dkk (2015) bahwa
tingkat bunga memiliki hubungan negatif dengan
perkembangan pasar obligasi. Penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian Rini (2012) dan Medri (2015) yang menyatakan
bahwa suku bunga BI rate berpengaruh negatif terhadap
penerbitan sukuk korporasi. Maka berarti jika nilai BI rate
meningkat, penerbitan sukuk korporasi akan menurun begitu
juga sebaliknya.
4) Variabel Inflasi (IHK) (Uji t)
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
variabel Inflasi (IHK) berpengaruh signifikan terhadap nilai
emisi penerbitan sukuk. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,0049. Selain itu, nilai t hitung
119
sebesar -2,990355 lebih kecil dari t tabel sebesar -2,02439
(karena uji dua arah). Oleh karena itu, dari hasil penelitian
tersebut menolak H0 dan menerima Ha yaitu variabel Inflasi
(IHK) berpengaruh terhadap nilai emisi penerbitan sukuk.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya,
yaitu penelitan Rini (2012) dan Jun dkk (2015) yang
menyatakan bahwa inflasi mempunyai dampak signifikan
secara negatif terhadap perkembangan obligasi dan sukuk. Maka
berarti jika nilai inflasi meningkat, maka penerbitan sukuk
korporasi menurun begitu pula sebaliknya.
5) Variabel ITB (Uji t)
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
variabel ITB tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai emisi
penerbitan sukuk. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,3017. Selain itu, nilai t hitung
sebesar -1,047020 lebih besar dari t tabel sebesar -2,02439
(karena uji dua arah). Oleh karena itu, dari hasil penelitian
tersebut menerima H0 dan menolak Ha yaitu variabel ITB tidak
berpengaruh terhadap nilai emisi penerbitan sukuk.
Hasil penelitian ini merupakan penelitian pertama pengaruh
ITB terhadap sukuk korporasi di Indonesia. Diharapkan
kedepannya banyak penelitian menggunakan variabel ini agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
120
Untuk melihat output terhadap obligasi, dari pengujian secara parsial,
diperoleh hasil output untuk variabel dependen nilai emisi penerbitan
obligasi sebagai berikut :
Tabel 4.26
Hasil Uji t Obligasi
Dependent Variable: LNOBLIGASI
Method: Least Squares
Date: 02/02/17 Time: 17:03
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -14.45519 3.757086 -3.847448 0.0004
LNEKSPOR 1.087456 0.109790 9.904840 0.0000
LNKURS 1.236140 0.177007 6.983555 0.0000
LNBIRATE -0.657031 0.134008 -4.902934 0.0000
LNIHK 0.283085 0.194748 1.453597 0.1543
LNITB -0.496312 0.463059 -1.071809 0.2906
Berdasarkan tabel 4.26 di atas diketahui bahwa tidak semua variabel
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Berikut penjelasan lebih mendalam untuk setiap variabelnya:
1) Variabel Ekspor (Uji t)
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
variabel ekspor berpengaruh signifikan terhadap nilai emisi
penerbitan obligasi. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,0000. Selain itu, nilai t hitung
sebesar 9,904840 lebih besar dari t tabel sebesar 2,02439. Oleh
karena itu, dari hasil penelitian tersebut menolak H0 dan
menerima Ha yaitu variabel ekspor berpengaruh terhadap nilai
emisi penerbitan obligasi.
121
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Janet dan Bozena
(2009) yang menyatakan bahwa ekspor berpengaruh negatif
terhadap perkembangan pasar obligasi. Namun hasil ini sesuai
dengan penelitian Ali Said dan Rihab Grassa (2013) dan Jun dkk
(2015) yang menyatakan bahwa ekspor memiliki hubungan
positif terhadap perkembangan sukuk dan obligasi. Maka berarti
jika nilai ekspor meningkat, akan meningkatkan penerbitan
obligasi korporasi dan begitu juga sebaliknya.
2) Variabel Nilai Tukar (Kurs) (Uji t)
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
variabel nilai tukar (kurs) berpengaruh signifikan terhadap nilai
emisi penerbitan obligasi. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,0000. Selain itu, nilai t hitung
sebesar 6,983555 lebih besar dari t tabel sebesar 2,02439. Oleh
karena itu, dari hasil penelitian tersebut menolak H0 dan
menerima Ha yaitu variabel nilai tukar (kurs) berpengaruh
terhadap nilai emisi penerbitan obligasi.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu
yaitu penelitian Janet dan Bozena (2009) yang menyatakan
bahwa nilai tukar memiliki hubungan negatif terhadap
perkembangan pasar obligasi. Tetapi penelitian ini sesuai
dengan penelitian Dung Quang dan Toan (2015) dan Medri
(2015) bahwa nilai tukar memiliki hubunfan positif terhadap
122
perkembangan obligasi korporasi. Maka berarti jika nilai tukar
meningkat, penerbitan obligasi korporasi pun akan meningkat
begitu pula sebaliknya.
3) Variabel BI rate (Uji t)
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
variabel BI rate berpengaruh signifikan terhadap nilai emisi
penerbitan obligasi. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,0000. Selain itu, nilai t hitung
sebesar -4,902934 lebih kecil dari t tabel sebesar -2,02439
(karena uji dua arah). Oleh karena itu, dari hasil penelitian
tersebut menolak H0 dan menerima Ha yaitu variabel BI rate
berpengaruh terhadap nilai emisi penerbitan obligasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya,
yaitu Janet dan Bozena (2009) dan Jun dkk (2015) bahwa
tingkat bunga memiliki hubungan negatif dengan
perkembangan pasar obligasi. Maka berarti jika nilai BI rate
meningkat, penerbitan obligasi korporasi akan menurun begitu
juga sebaliknya.
4) Variabel Inflasi (IHK) (Uji t)
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
variabel Inflasi (IHK) tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai emisi penerbitan obligasi. Hal ini dapat dilihat bahwa
tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,1543. Selain itu, nilai
123
t hitung sebesar 1,453597 lebih kecil dari t tabel sebesar
2,02439. Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut
menerima H0 dan menolak Ha yaitu variabel Inflasi (IHK) tidak
berpengaruh terhadap nilai emisi penerbitan obligasi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rini
(2012) dan Jun dkk (2015) yang menyatakan bahwa inflasi
mempunyai pengaruh terhadap penerbitan sukuk dan obligasi.
Namun penelitian ini sesuai dengan penelitian Ali Said dan
Rihab Grassa (2013:259) yang menyatakan bahwa inflasi tidak
memiliki hubungan yang kuat terhadap perkembangan pasar
sukuk.
5) Variabel ITB (Uji t)
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
variabel ITB tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai emisi
penerbitan sukuk. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,2906. Selain itu, nilai t hitung
sebesar -1,071809 lebih besar dari t tabel sebesar -2,02439
(karena uji dua arah). Oleh karena itu, dari hasil penelitian
tersebut menerima H0 dan menolak Ha yaitu variabel ITB tidak
berpengaruh terhadap nilai emisi penerbitan obligasi.
Hasil penelitian ini merupakan penelitian pertama pengaruh
ITB terhadap sukuk korporasi di Indonesia. Diharapkan
124
kedepannya banyak penelitian menggunakan variabel ini agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
5. Perbandingan Hasil Analisis Sukuk dan Obligasi Korporasi
Sebelumnya telah diketahui hasil analisis pengaruh variabel-variabel
makroekonomi terhadap penerbitan sukuk dan obligasi korporasi. Dari hasil
tersebut, dapat terlihat perbedaan seberapa besar pengaruh variabel
makroekonomi terhadap penerbitan sukuk dan obligasi korporasi. Berikut
perbedaannya :
Tabel 4.27
Perbandingan Hasil Analisis Sukuk dan Obligasi Korporasi
No. Pembanding Sukuk Korporasi Obligasi Korporasi
1. Koefisien
Determinasi
R-Square : 0,955466
Adjusted R-Square :
0,949606
R-Square : 0,957783
Adjusted R-Square :
0,952228
2. Konstanta -12,06306 -14,45519
3. Ekspor 1,004698 1,087456
4. Nilai Tukar 1,310347 1,236140
5. BI Rate -1,234309 -0,657031
6. Inflasi -0,722656 -
7. Indeks Tendensi
Bisnis - -
Sumber : 2017, (Diolah)
Berdasarkan tabel perbandingan di atas, dapat diketahui bahwa
koefisien determinasi obligasi korporasi lebih besar dibandingkan sukuk
korporasi baik dari nilai R-Square maupun Adjusted R-Square (0,957783 >
0,955466 dan 0,952228 > 0,949606). Hal ini berarti variabel makroekonomi
lebih dapat menjelaskan variabel obligasi korporasi dibandingkan dengan
sukuk korporasi.
125
Dilihat dari nilai konstanta, maka nilai konstanta sukuk korporasi
lebih besar dibandingkan dengan obligasi korporasi (-12,06306 > -
14,45519). Nilai negatif ini dikarenakan bahwa dalam penerbitan
sukuk/oblgiasi terdapat biaya-biaya tambahan lain seperti biaya
administrasi yang mengurangi nilai emisi sehingga bernilai negatif. Berarti
jika variabel makroekonomi bernilai 0, maka nilai emisi yang lebih besar
adalah sukuk korporasi dibandingkan dengan obligasi korporasi.
Berdasarkan pengaruh variabel ekspor terhadap sukuk dan obligasi
korporasi, ternyata ekspor memiliki nilai koefisien lebih besar terhadap
obligasi dibandingkan sukuk korporasi (1,087456 > 1,004698). Hal ini
berarti bahwa pengaruh ekspor lebih besar terhadap obligasi korporasi
dibandingkan dengan sukuk korporasi.
Hal berbeda ditunjukkan pada variabel. Variabel nilai tukar memiliki
nilai koefisien lebih besar terhadap sukuk korporasi dibandingkan obligasi
korporasi (1,310347 > 1,236140). Hal ini berarti bahwa pengaruh nilai tukar
lebih besar terhadap sukuk korporasi dibandingkan dengan obligasi
korporasi.
Variabel BI rate memiliki hasil yang sama dengan nilai tukar.
Variabel BI rate memiliki nilai koefisien lebih besar terhadap sukuk
korporasi dibandingkan obligasi korporasi dengan nilai negatif (-) tidak
didiperhitungkan (1,234309 > 0,657031). Nilai negatif (-) memberikan arti
bahwa ada hubungan negatif antara BI rate dengan sukuk/obligasi. Hal ini
berarti bahwa pengaruh BI rate lebih besar terhadap sukuk korporasi
126
dibandingkan dengan obligasi korporasi. Sedangkan untuk variabel inflasi
dan indeks tendensi bisnis tidak dapat dibandingkan karena salah satu
variabel tidak dipengaruhi inflasi dan kedua variabel tidak dipengaruhi
indeks tendensi bisnis.
Secara keseluruhan, baik sukuk maupun obligasi korporasi memiliki
nilai yang tidak jauh berbeda yang berarti bahwa pandangan terhadap sukuk
dan obligasi korporasi itu sama. Padahal terdapat perbedaan diantara
keduanya. Pemahaman masyarakat yang minim tentang perbedaan ini yang
membuat nilai sukuk dan obligasi tidak jauh berbeda. Selain itu, menarik
juga untuk dibahas tentang variabel-variabel lain (tidak hanya
makroekonomi) yang mempengaruhi penerbitan sukuk dan obligasi
korporasi di Indonesia. Sehingga diharapkan dikemudian hari dapat terlihat
dengan jelas pengaruh-pengaruh yang mencirikan dari sukuk korporasi dan
obligasi korporasi. Dengan begitu, penentuan keputusan penerbitan obligasi
korporasi dapat lebih terukur dan terarah.
127
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini mencoba menganalisa seberapa besar pengaruh variabel
makroekonomi terhadap penerbitan sukuk dan obligasi korporasi di Indonesia.
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah total nilai emisi sukuk dan
obligasi korporasi yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Dalam
penelitian ini peneliti mencoba menggunakan data time series dimana sampel
yang diambil dari kuartal ketiga tahun 2005 hingga kuartal kedua tahun 2016.
Variabel makroekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ekspor,
Nilai Tukar, BI rate, Inflasi, dan Indeks Tendensi Bisnis. Berdasarkan hasil
analisis data dan pembahasn yang telah dikemukakan pada Bab IV, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara simultan, variabel independen yaitu Ekspor, Nilai Tukar, BI Rate,
Inflasi dan Indeks Tendensi Bisnis berpengaruh signifikan terhadap
penerbitan sukuk korporasi yang berarti H0 ditolak sedangkan Ha diterima.
2. Secara parsial, variabel independen yang mempengaruhi penerbitan sukuk
korporasi adalah Ekspor, Nilai Tukar, BI Rate dan Inflasi dengan nilai sig
sebesar 0,0000, 0,0000, 0,0000, 0,0049. Sedangkan variabel Indeks
Tendensi Bisnis tidak mempengaruhi penerbitan sukuk korporasi yaitu
dengan nilai sig 0,3017.
128
3. Secara simultan, variabel independen yaitu Ekspor, Nilai Tukar, BI Rate,
Inflasi dan Indeks Tendensi Bisnis berpengaruh signifikan terhadap
penerbitan obligasi korporasi yang berarti H0 ditolak sedangkan Ha diterima.
4. Secara parsial, variabel independen yang mempengaruhi penerbitan sukuk
korporasi adalah Ekspor, Nilai Tukar dan BI Rate dengan nilai sig sebesar
0,0000, 0,0000, 0,0000. Sedangkan variabel Inflasi dan Indeks Tendensi
Bisnis tidak mempengaruhi penerbitan sukuk korporasi yaitu dengan nilai
sig 0,1543 dan 0,2906.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
dapat sampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Peneliti menggunakan jumlah sampel yang masih sedikit dibandingkan
populasi penerbitan sukuk dan obligasi korporasi di Indonesia. Sehingga
memungkinkan adanya ketidakakuratan pada hasil penelitian. Oleh karena
itu, disarankan dalam penelitian selanjutnya diharapkan agar jumlah sampel
dapat ditambah menjadi lebih banyak. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
hasil yang lebih akurat.
2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menambah periode penelitiannya.
Selain itu, perlu untuk menambah indikator variabel independennya
khususnya variabel makroekonomi. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
hasil yang lebih akurat. Serta menggunakan alat analisis penelitian yang lain
sehingga dapat menghasilkan informasi tentang pengaruh penerbitan sukuk
dan obligasi yang lebih akurat.
129
DAFTAR PUSTAKA
A. Samuelson, dkk, “Ilmu Makro Ekonomi”, PT Media Global Edukasi, Jakarta,
2003.
Abd, Ghemari Elkarim. “Factor Influence Sukuk and Conventuonal Bonds in
Malaysia”. Universiti Utara Malaysia, Malaysia, 2012.
Ahmad, Wahida dan Rafisah Mat Radzi, “Sustainability of Sukuk and Conventional
Bond during financial Crisis : Malaysia’s Capital Market”, Universiti Sains
Malaysia, Malaysia, 2011.
Ajija, Shochrul Rohmatul, dkk, “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba
Empat, Jakarta, 2011.
Badan Pusat Statistik, “Ekspor Indonesia Januari 2016 Mencapai US$10,50 miliar
dan Nilai Impor Indonesia Januari 2016 Mencapai US$ 10,45 Miliar”,
artikel diakses tanggal 11 Februari 2017 pukul 06.57 WIB, dari
www.bps.go.id/brs/view/id/1067.
Badan Pusat Statistik, “Konsep dan Metodologi Indeks Tendensi Bisnis (ITB)”,
artikel diakses tanggal 11 Februari 2017 pukul 07.29 WIB, dari
www.bps.go.id/Subjek/view/id/25#subjekViewTab2|accordion-daftar-
subjek1.
Dajan, Anto, “Pengantar Metode Statistik”, Jilid II, PT Pustaka LP3ES, Jakarta,
1996.
Djalal, Nachrowi, “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2006.
DSN MUI, “Fatwa Dewan Shari’ah Nasional Nomor : 32/DSN-MUI/IX/2002
Tentang Obligasi Syariah”, Dewan Shariah Nasional MUI, Jakarta, 2002.
Dung P. Le, et. all., “The Development of Corporate Bond Markets : A Cross-
Country Analysis”, International Journal of Economics and Finance, Vol. 8
No.1, 2016
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Global Islamic Finance, “Shari’ah Standard No. 17 on Investment Sukuk”, artikel
diakses tanggal 11 Februari 2017 pukul 07.50 WIB, dari www.global-
islamic-finance.com/2009/10/sharia-standard-no-17-investment-
sukuk.html.
130
Godlewski, J. Christophe, Rima Turk-Ariss dan Laurent Weill, “Do Markets
Perceive Sukuk and Conventional Bonds as Different Financing Instruments
?”, Bank of Finland (BOFIT), Finlandia, 2011.
Gujarati, Damodar N, “Dasar-Dasar Ekonometrika”, Erlangga, Jakarta, 2007.
Himawan, Adhitya, “Ekspor Indonesia Januari-Mei 2016 Menurun 12,82 Persen”,
artikel diakses tanggal 11 Februari 2017 pukul 07.02 WIB, dari
www.suara.com/bisnis/2016/06/15/115116/ekspor-indonesia-januari-mei-
2016-menurun-1282-persen.
HR, Muhammad Nafik, “Bursa Efek dan Investasi Syariah”, PT Ikrar
Mandiriabadi, Jakarta, 2009.
Huda, Nurul et al, “Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis”, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2008.
Illya, Novie Sasanti, “Analisis Pengaruh Variabel-Variabel Makroekonomi
terhadap Pertumbuhan Obligasi Pemerintah di Indonesia”, Institut
Pertanian Bogor, Bogor, 2008.
Indonesia Bond Pricing Agency, “Emisi Obligasi Korporasi 2016 : Nilai
Penerbitan Tumbuh 85,97 %”, artikel diakses tanggal 9 Februari 2017 pukul
16.10 WIB, dari
http://www.ibpa.co.id/BeritadanPeristiwa/ArsipBerita/tabid/126/EntryId/7
363/EMISI-OBLIGASI-KORPORASI-2016-Nilai-Penerbitan-Tumbuh-
85-97.aspx.
Indonesia Bond Pricing Agency, “Sepanjang 2016, Penerbitan Obligasi dan Sukuk
Capai Rp90,53 Triliun”, artikel diakses tanggal 9 Februari 2017 pukul 16.15
WIB, dari
http://www.ibpa.co.id/BeritadanPeristiwa/ArsipBerita/tabid/126/EntryId/7
296/Sepanjang-2016-Penerbitan-Obligasi-dan-Sukuk-Capai-Rp90-53-
Triliun.aspx.
Janet. O Adelegan dan Bozena Radzewicz-Bak, “What Determines Bond Market
Development in sub-Saharan Africa ?”, International Monetary Fund
Working Paper, 2009.
Jun, Low Xian dkk, “Comparison Between Performance of Sukuk and
Conventional Bond In Malaysia”, Universiti Tunku Abdul Rahman,
Malaysia, 2015.
Kaufmann, Daniel dan Rolf Scheufele, “Business Tendency Surveys and
Macroeconomic Fluctuation”, Swiss National Bank, Swiss, 2014.
131
Lebbe, Ahamed Abdul Rauf, “Relationship between Risk and Return : Evidence
from Dow Jones Sukuk Price Index”, Eastern Journal of Economics and
Finance, Sri Lanka, 2016.
Listya, Ina Widianti, “Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Pertumbuhan
Sukuk Korporasi di Indonesia (Periode 2011-2015)”, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015.
Mankiw, N. Gregory, “The Macroeconomist as Scientist and Engineer”, Harvard
University, Amerika Serikat, 2006.
Markowitz, Harry, “Portofolio Selection”, The Journal of Finance, Vol. 7, No.1,
1952.
Medri, Ziko Saputra, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI Rate, Jumlah Uang
Beredar, dan Inflasi terhadap Penerbitan Sukuk Korporasi di Indonesia
Periode 2008-2014”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015.
Natalia, Gloria Dolorosa, “Korporasi Lanjutkan Emisi”, diakses tanggal 9 Februari
2017 pukul 16.00 WIB, dari
http://www.ibpa.co.id/BeritadanPeristiwa/ArsipBerita/tabid/126/EntryId/7
313/Korporasi-Lanjutkan-Emisi.aspx.
Nopirin, “Ekonomi Moneter”, Buku II Edisi ke 1 (Cetakan Kesepuluh), BPFE
UGM, Yogyakarta, 2000.
Nugroho, Adiyatma, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tekstil
dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ke China Menghadapi Era CAFTA”,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Oktavia, Hafizah Habsari, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas
(ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014”, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2016.
Otoritas Jasa Keuangan, “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
18/POJK.04/2015 Tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk”, Otoritas
Jasa Keuangan, Jakarta, 2015.
Pinem, Juniartha R, “Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah
terhadap Cadangan Devisa Indonesia”, Universitas Sumatera Utara,
Medan, 2009.
Pohan, Aulia, “Potret Kebijakan Moneter Indonesia”, Grafindo, Jakarta, 2008.
132
Prasetio, Dicky Ageng, “Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi yang
Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT Berlian Laju Tanker”, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013.
Pratiwi, Fuji, “Ini Penyebab Sukuk Korporasi Kurang Diminati”, artikel diakses
tanggal 11 Februari 2017 pukul 06.42 WIB, dari
www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/14/11/12/nex7et-
ini-penyebab-sukuk-korporasi-kurang-diminati.
Priyo, Bambang Jatmiko, “Pasar Obligasi RI Tumbuh Paling Pesat se-Asia
Timur”, diakses tanggal 9 Februari 2017 pukul 16.30 WIB, dari
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/04/22373937/Pasar.Oblig
asi.RI.Tumbuh.Paling.Pesat.seAsia.Timur.
Rahardjo, Sapto, “Panduan Investasi Obligasi”, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2004.
Rini, Mustika, “Obligasi Syariah (Sukuk) dan Indikator Makroekonomi Indonesia
: Sebuah Analisis Vector Error Correction Model (VECM)”, Institut
Pertanian Bogor, Bogor, 2012.
Ritonga, Habibullah, “Pengaruh Tingkat Inflasi, Rating, Yield, Tenor, Size dan
Tingkat Bagi Hasil Deposito terhadap Permintaan Sukuk Korporasi Pada
Pasar Modal Syariah”, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2013.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali, “Manajemen Keuangan”, Mitra Wacana Media,
Jakarta, 2010.
Rodoni, Ahmad, “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,
2009.
Said, Ali dan Rihab Grassa, “The Determinants of Sukuk Market Development :
Does Macroeconomic Factors Influence the Construction of Certain
Structure of Sukuk ?”, Journal of Applied Finance & Banking, Vol. 3, 2013.
Salvatore, Dominick, “Theory and Problem of Micro Economic Theory 3rd Edition
(Alih Bahasa oleh Rudi Sitompul)”, Erlangga, Jakarta, 2008.
Sari, Kartika, “Analisis Faktor-Faktor Pendorong Integritas Pasar Modal di
Indonesia”, Universitas Brawijaya, Malang, 2015.
Sembel, Roy dan Tedy Fardiansyah, “Sekuritas Derivatif : Madu atau Racun ?.
Jakarta : PT Salemba Emban Patria, Jakarta, 2002.
Sian, Petrus Edvansa, “Obligasi Syariah Masih Menawan”, diakses tanggal 9
Februari 2017 pukul 15.20 WIB, dari
133
http://www.ibpa.co.id/BeritadanPeristiwa/ArsipBerita/tabid/126/EntryId/7
308/Obligasi-syariah-masih-menawan.aspx.
Sitinjak, Elyzabeth Lucky Mareta dan Widuri Kurniasari, “Indikator-indikator
Pasar Saham dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditinjau dari Pasar
Saham Sedang Bullish dan Bearish”, Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen
Vol. 3 No.3, 2003.
Soegiri, Hari, “Prospek Indeks Tendensi Bisnis Jawa Timur Tahun 2009”, Jurnal
Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 9 No.2 September 2009.
Sofie, Renat Andriani dan Aprianto Cahyo Nugroho, “Kurs Rupiah 23 November :
Spot Berakhir Melemah 0,35%”, diakses tanggal 11 Februari 2017 pukul
07.21 WIB, dari www.market.bisnis.com/read/20161123/93/605389/kurs-
rupiah-23-november-indeks-dolar-as-lanjut-di-zona-merah-rupiah-
melemah-30-poin-ke-13.473.
Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D)”, Alfabeta, Bandung, 2009.
Sukirno, Sadono, “Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar
Kebijaksanaan”, UI-Press, Jakarta, 2002.
Sukirno, Sadono, “Makro Ekonomi Teori Pengantar”, PT Raja Grafindo Perkasa,
Jakarta, 2004.
Sukirno, Sadono, “Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan)”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Suliyanto, “Ekonomika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2011.
Suta, I Putu Gede Ary, “Menuju Pasar Modal Modern”, Yayasan Sad Satria Bhakti,
Jakarta, 2000.
Todaro, Michael P, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Erlangga, Jakarta,
2000.
Widianingsih, Yuli, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Ekspor Biji Kakao Indonesia Di Malaysia, Singapura dan Cina”, Institut
Pertanian Bogor, Bogor, 2009.
Wijayanto, Setyo, “Strategi Jitu Investasi Obligasi Korporasi : Sudut Pandang
Investasi dari Seorang Analis”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2015.
134
Winarno, Wing Wahyu, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
Zhu, Bing, “The Effects of Macroeconomic Factors on Stock Return of Energy
Sector in Shanghai Stock Market”, International Journal of Scientific and
Research Publications, Vol. 2 Issue 11, November 2012.
135
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Total Emisi Sukuk dan Obligasi Korporasi
No. Kuartal/Tahun Total Emisi Sukuk
Korporasi
Total Emisi Obligasi
Korporasi
1 Kuartal III 2005 Rp 2.009.000.000.000 Rp 91.140.750.000.000
2 Kuartal IV 2005 Rp 2.009.000.000.000 Rp 91.190.750.000.000
3 Kuartal I 2006 Rp 2.009.000.000.000 Rp 92.190.750.000.000
4 Kuartal II 2006 Rp 2.282.000.000.000 Rp 99.040.850.000.000
5 Kuartal III 2006 Rp 2.282.000.000.000 Rp 100.140.850.000.000
6 Kuartal IV 2006 Rp 2.282.000.000.000 Rp 102.640.850.000.000
7 Kuartal I 2007 Rp 2.282.000.000.000 Rp 105.815.850.000.000
8 Kuartal II 2007 Rp 2.682.000.000.000 Rp 128.365.850.000.000
9 Kuartal III 2007 Rp 3.174.000.000.000 Rp 130.315.850.000.000
10 Kuartal IV 2007 Rp 3.174.000.000.000 Rp 133.915.850.000.000
11 Kuartal I 2008 Rp 3.974.000.000.000 Rp 142.715.850.000.000
12 Kuartal II 2008 Rp 4.738.000.000.000 Rp 145.915.850.000.000
13 Kuartal III 2008 Rp 4.738.000.000.000 Rp 145.915.850.000.000
14 Kuartal IV 2008 Rp 5.498.000.000.000 Rp 148.115.850.000.000
15 Kuartal I 2009 Rp 5.724.000.000.000 Rp 149.015.850.000.000
16 Kuartal II 2009 Rp 5.974.000.000.000 Rp 162.125.130.000.000
17 Kuartal III 2009 Rp 5.974.000.000.000 Rp 164.925.000.000.000
18 Kuartal IV 2009 Rp 7.015.000.000.000 Rp 175.330.850.000.000
19 Kuartal I 2010 Rp 7.015.000.000.000 Rp 181.330.850.000.000
20 Kuartal II 2010 Rp 7.715.000.000.000 Rp 187.380.850.000.000
21 Kuartal III 2010 Rp 7.715.000.000.000 Rp 187.380.850.000.000
22 Kuartal IV 2010 Rp 7.815.000.000.000 Rp 215.127.850.000.000
23 Kuartal I 2011 Rp 7.815.000.000.000 Rp 222.240.850.000.000
24 Kuartal II 2011 Rp 7.915.400.000.000 Rp 242.140.850.000.000
25 Kuartal III 2011 Rp 7.915.400.000.000 Rp 244.540.850.000.000
26 Kuartal IV 2011 Rp 7.915.400.000.000 Rp 260.863.850.000.000
27 Kuartal I 2012 Rp 7.915.400.000.000 Rp 269.113.850.000.000
28 Kuartal II 2012 Rp 9.265.400.000.000 Rp 301.918.850.000.000
29 Kuartal III 2012 Rp 9.390.400.000.000 Rp 306.495.850.000.000
30 Kuartal IV 2012 Rp 9.790.400.000.000 Rp 328.500.850.000.000
31 Kuartal I 2013 Rp 11.294.400.000.000 Rp 347.504.850.000.000
32 Kuartal II 2013 Rp 11.415.400.000.000 Rp 371.501.850.000.000
33 Kuartal III 2013 Rp 11.415.400.000.000 Rp 374.351.850.000.000
34 Kuartal IV 2013 Rp 11.994.400.000.000 Rp 385.297.850.000.000
35 Kuartal I 2014 Rp 11.994.400.000.000 Rp 393.501.850.000.000
136
36 Kuartal II 2014 Rp 12.294.400.000.000 Rp 402.602.850.000.000
37 Kuartal III 2014 Rp 12.294.400.000.000 Rp 412.812.850.000.000
38 Kuartal IV 2014 Rp 12.956.400.000.000 Rp 429.660.850.000.000
39 Kuartal I 2015 Rp 12.956.400.000.000 Rp 436.260.000.000.000
40 Kuartal II 2015 Rp 14.483.400.000.000 Rp 457.390.000.000.000
41 Kuartal III 2015 Rp 14.483.400.000.000 Rp 457.890.000.000.000
42 Kuartal IV 2015 Rp 16.114.000.000.000 Rp 460.540.000.000.000
43 Kuartal I 2016 Rp 16.114.000.000.000 Rp 460.540.000.000.000
44 Kuartal II 2016 Rp 18.551.400.000.000 Rp 494.660.000.000.000
Lampiran 2 : Nilai Ekspor, Nilai Tukar dan BI Rate
No. Kuartal/Tahun Nilai Ekspor
Nilai Tukar
(Kurs
Tengah)
BI Rate
1 Kuartal III 2005 Rp 77.160.391.750.820 Rp 10.310 10,00%
2 Kuartal IV 2005 Rp 79.456.946.320.405 Rp 9.830 12,75%
3 Kuartal I 2006 Rp 67.688.103.429.030 Rp 9.075 12,75%
4 Kuartal II 2006 Rp 78.226.070.025.415 Rp 9.300 12,50%
5 Kuartal III 2006 Rp 81.266.367.053.385 Rp 9.235 11,25%
6 Kuartal IV 2006 Rp 86.252.451.869.900 Rp 9.020 9,75%
7 Kuartal I 2007 Rp 82.236.314.509.776 Rp 9.118 9,00%
8 Kuartal II 2007 Rp 86.100.621.259.653 Rp 9.054 8,50%
9 Kuartal III 2007 Rp 86.506.827.632.353 Rp 9.137 8,25%
10 Kuartal IV 2007 Rp 102.548.381.451.120 Rp 9.419 8,00%
11 Kuartal I 2008 Rp 110.133.472.586.949 Rp 9.217 8,00%
12 Kuartal II 2008 Rp 117.660.463.880.860 Rp 9.225 8,50%
13 Kuartal III 2008 Rp 114.558.348.319.233 Rp 9.378 9,25%
14 Kuartal IV 2008 Rp 96.927.349.109.240 Rp 10.950 9,25%
15 Kuartal I 2009 Rp 99.215.797.856.307 Rp 11.575 7,75%
16 Kuartal II 2009 Rp 95.447.168.068.354 Rp 10.225 7,00%
17 Kuartal III 2009 Rp 94.813.493.012.706 Rp 9.681 6,50%
18 Kuartal IV 2009 Rp 124.845.073.489.262 Rp 9.400 6,50%
19 Kuartal I 2010 Rp 115.850.724.201.996 Rp 9.115 6,50%
20 Kuartal II 2010 Rp 111.439.574.841.962 Rp 9.083 6,50%
21 Kuartal III 2010 Rp 108.160.677.604.668 Rp 8.924 6,50%
22 Kuartal IV 2010 Rp 150.560.184.963.258 Rp 8.991 6,50%
23 Kuartal I 2011 Rp 141.810.986.808.885 Rp 8.709 6,75%
24 Kuartal II 2011 Rp 157.281.161.117.262 Rp 8.597 6,75%
25 Kuartal III 2011 Rp 154.013.580.965.297 Rp 8.823 6,75%
137
26 Kuartal IV 2011 Rp 154.092.035.028.267 Rp 9.068 6,00%
27 Kuartal I 2012 Rp 157.575.378.537.558 Rp 9.180 5,75%
28 Kuartal II 2012 Rp 145.659.272.729.154 Rp 9.480 5,75%
29 Kuartal III 2012 Rp 151.668.023.940.180 Rp 9.588 5,75%
30 Kuartal IV 2012 Rp 148.120.552.164.580 Rp 9.670 5,75%
31 Kuartal I 2013 Rp 145.287.666.194.610 Rp 9.719 5,75%
32 Kuartal II 2013 Rp 145.802.374.392.729 Rp 9.929 6,00%
33 Kuartal III 2013 Rp 169.936.786.049.400 Rp 11.613 7,25%
34 Kuartal IV 2013 Rp 205.785.456.424.064 Rp 12.189 7,50%
35 Kuartal I 2014 Rp 172.392.456.221.125 Rp 11.404 7,50%
36 Kuartal II 2014 Rp 183.511.654.221.075 Rp 11.969 7,50%
37 Kuartal III 2014 Rp 185.616.810.857.953 Rp 12.212 7,50%
38 Kuartal IV 2014 Rp 178.693.013.116.050 Rp 12.440 7,75%
39 Kuartal I 2015 Rp 177.501.592.342.335 Rp 13.084 7,50%
40 Kuartal II 2015 Rp 179.264.561.424.935 Rp 13.332 7,50%
41 Kuartal III 2015 Rp 183.588.633.066.664 Rp 14.657 7,50%
42 Kuartal IV 2015 Rp 163.574.284.555.332 Rp 13.795 7,50%
43 Kuartal I 2016 Rp 156.010.525.243.110 Rp 13.276 6,75%
44 Kuartal II 2016 Rp 170.146.903.269.170 Rp 13.180 6,50%
Lampiran 3 : Inflasi (IHK) dan Indeks Tendensi Bisnis (ITB)
No. Kuartal/Tahun Inflasi (IHK) Indeks Tendensi Bisnis (ITB)
1 Kuartal III 2005 124,33 105,70
2 Kuartal IV 2005 136,86 98,45
3 Kuartal I 2006 139,57 95,12
4 Kuartal II 2006 140,79 108,50
5 Kuartal III 2006 142,42 108,72
6 Kuartal IV 2006 145,89 107,43
7 Kuartal I 2007 148,67 100,19
8 Kuartal II 2007 148,92 110,96
9 Kuartal III 2007 152,32 112,58
10 Kuartal IV 2007 155,5 112,25
11 Kuartal I 2008 160,81 104,41
12 Kuartal II 2008 110,08 111,72
13 Kuartal III 2008 113,25 111,12
14 Kuartal IV 2008 113,86 102,19
15 Kuartal I 2009 114,27 96,91
16 Kuartal II 2009 114,1 110,43
138
17 Kuartal III 2009 116,46 112,86
18 Kuartal IV 2009 117,03 108,45
19 Kuartal I 2010 118,19 103,41
20 Kuartal II 2010 119,86 104,23
21 Kuartal III 2010 123,21 107,29
22 Kuartal IV 2010 125,17 106,63
23 Kuartal I 2011 126,05 102,16
24 Kuartal II 2011 126,5 105,75
25 Kuartal III 2011 128,89 107,86
26 Kuartal IV 2011 129,91 106,92
27 Kuartal I 2012 131,05 103,89
28 Kuartal II 2012 132,23 104,22
29 Kuartal III 2012 134,45 107,43
30 Kuartal IV 2012 135,49 105,29
31 Kuartal I 2013 138,78 102,34
32 Kuartal II 2013 140,03 103,88
33 Kuartal III 2013 145,74 106,12
34 Kuartal IV 2013 146,84 104,72
35 Kuartal I 2014 111,37 101,95
36 Kuartal II 2014 112,01 106,00
37 Kuartal III 2014 113,89 107,24
38 Kuartal IV 2014 119 104,07
39 Kuartal I 2015 118,48 96,30
40 Kuartal II 2015 120,14 105,46
41 Kuartal III 2015 121,67 106,04
42 Kuartal IV 2015 122,99 105,22
43 Kuartal I 2016 123,75 99,46
44 Kuartal II 2016 124,29 110,24
Lampiran 4 : Uji Multikolinieritas VIF Sukuk Korporasi
Variance Inflation Factors
Date: 02/11/17 Time: 10:48
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44 Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 21.73575 42934.66 NA
LNEKSPOR 0.018561 38651.35 3.376995
LNKURS 0.048245 8125.617 2.114983
139
LNBIRATE 0.027652 366.5430 2.427340
LNIHK 0.058401 2721.667 1.187092
LNITB 0.330176 14151.28 1.075044
Lampiran 5 : Uji Multikolinieritas VIF Obligasi Korporasi
Variance Inflation Factors
Date: 02/11/17 Time: 10:49
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44 Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 14.11569 42934.66 NA
LNEKSPOR 0.012054 38651.35 3.376995
LNKURS 0.031332 8125.617 2.114983
LNBIRATE 0.017958 366.5430 2.427340
LNIHK 0.037927 2721.667 1.187092
LNITB 0.214424 14151.28 1.075044
Lampiran 6 : Uji Heteroskedastisitas White Sukuk Korporasi
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.716018 Prob. F(18,25) 0.1047
Obs*R-squared 24.31789 Prob. Chi-Square(18) 0.1449
Scaled explained SS 19.33808 Prob. Chi-Square(18) 0.3713
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 02/11/17 Time: 10:51
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44
Collinear test regressors dropped from specification Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 52.85908 86.00973 0.614571 0.5444
LNEKSPOR^2 -0.045421 0.116026 -0.391475 0.6988
LNEKSPOR*LNKURS 0.208806 0.445585 0.468610 0.6434
LNEKSPOR*LNBIRATE -0.986513 0.415581 -2.373814 0.0256
LNEKSPOR*LNIHK -0.231301 0.495361 -0.466934 0.6446
LNEKSPOR*LNITB -0.109408 0.552166 -0.198143 0.8445
LNKURS^2 -0.122665 0.422895 -0.290059 0.7742
LNKURS*LNBIRATE 1.157950 0.584070 1.982553 0.0585
LNKURS*LNIHK 1.033723 1.094437 0.944524 0.3539
LNKURS*LNITB 0.537724 1.246617 0.431347 0.6699
LNKURS -8.879298 10.73309 -0.827282 0.4159
140
LNBIRATE^2 -0.623170 0.288287 -2.161632 0.0404
LNBIRATE*LNIHK -0.120016 0.502588 -0.238796 0.8132
LNBIRATE*LNITB 1.077472 0.633249 1.701497 0.1013
LNBIRATE 13.59228 9.321968 1.458092 0.1573
LNIHK^2 0.014473 0.868961 0.016656 0.9868
LNIHK*LNITB -1.125844 1.458820 -0.771750 0.4475
LNIHK 2.736855 15.30598 0.178810 0.8595
LNITB^2 0.731104 1.458042 0.501429 0.6205 R-squared 0.552679 Mean dependent var 0.019238
Adjusted R-squared 0.230609 S.D. dependent var 0.028416
S.E. of regression 0.024925 Akaike info criterion -4.247529
Sum squared resid 0.015532 Schwarz criterion -3.477084
Log likelihood 112.4456 Hannan-Quinn criter. -3.961811
F-statistic 1.716018 Durbin-Watson stat 2.067225
Prob(F-statistic) 0.104679
Lampiran 7 : Uji Heteroskedastisitas White Obligasi Korporasi
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.031965 Prob. F(18,25) 0.4621
Obs*R-squared 18.75639 Prob. Chi-Square(18) 0.4070
Scaled explained SS 12.97899 Prob. Chi-Square(18) 0.7928
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 02/11/17 Time: 10:54
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44
Collinear test regressors dropped from specification Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 58.37772 59.00887 0.989304 0.3320
LNEKSPOR^2 -0.044980 0.079602 -0.565060 0.5771
LNEKSPOR*LNKURS 0.005634 0.305704 0.018428 0.9854
LNEKSPOR*LNBIRATE -0.299718 0.285119 -1.051203 0.3032
LNEKSPOR*LNIHK 0.308093 0.339853 0.906548 0.3733
LNEKSPOR*LNITB 0.126928 0.378826 0.335057 0.7404
LNKURS^2 0.007810 0.290137 0.026919 0.9787
LNKURS*LNBIRATE -0.030076 0.400714 -0.075057 0.9408
LNKURS*LNIHK 0.016976 0.750863 0.022609 0.9821
LNKURS*LNITB -0.245182 0.855269 -0.286673 0.7767
LNKURS 0.687588 7.363675 0.093376 0.9263
LNBIRATE^2 -0.124179 0.197785 -0.627847 0.5358
LNBIRATE*LNIHK 0.276727 0.344812 0.802544 0.4298
LNBIRATE*LNITB 0.027364 0.434455 0.062986 0.9503
LNBIRATE 7.850093 6.395542 1.227432 0.2311
LNIHK^2 1.004534 0.596170 1.684979 0.1044
LNIHK*LNITB 0.404619 1.000856 0.404273 0.6894
LNIHK -21.09769 10.50100 -2.009112 0.0554
141
LNITB^2 -0.414255 1.000322 -0.414122 0.6823 R-squared 0.426281 Mean dependent var 0.012493
Adjusted R-squared 0.013204 S.D. dependent var 0.017215
S.E. of regression 0.017101 Akaike info criterion -5.001074
Sum squared resid 0.007311 Schwarz criterion -4.230629
Log likelihood 129.0236 Hannan-Quinn criter. -4.715356
F-statistic 1.031965 Durbin-Watson stat 2.780538
Prob(F-statistic) 0.462128
Lampiran 8 : Uji Normalitas Sukuk Korporasi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: ResidualsSample 2005Q3 2016Q2Observations 44
Mean -5.37e-15Median 0.003499Maximum 0.269114Minimum -0.396996Std. Dev. 0.140303Skewness -0.257180Kurtosis 3.132335
Jarque-Bera 0.517145Probability 0.772153
Lampiran 9 : Uji Normalitas Obligasi Korporasi
0
1
2
3
4
5
6
7
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: ResidualsSample 2005Q3 2016Q2Observations 44
Mean 1.06e-14Median 0.005127Maximum 0.223226Minimum -0.274417Std. Dev. 0.113066Skewness -0.362947Kurtosis 2.855495
Jarque-Bera 1.004309Probability 0.605225
Lampiran 10 : Uji Otokorelasi Sukuk Korporasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.866030 Prob. F(2,36) 0.1694
Obs*R-squared 4.132950 Prob. Chi-Square(2) 0.1266
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
142
Method: Least Squares
Date: 02/11/17 Time: 10:57
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.344318 4.675526 0.073643 0.9417
LNEKSPOR 0.009796 0.136470 0.071781 0.9432
LNKURS -0.026622 0.216247 -0.123110 0.9027
LNBIRATE 0.012165 0.163771 0.074282 0.9412
LNIHK 0.005492 0.237060 0.023165 0.9816
LNITB -0.088329 0.565852 -0.156099 0.8768
RESID(-1) 0.319803 0.169259 1.889429 0.0669
RESID(-2) -0.145638 0.174470 -0.834750 0.4094 R-squared 0.093931 Mean dependent var -5.37E-15
Adjusted R-squared -0.082249 S.D. dependent var 0.140303
S.E. of regression 0.145959 Akaike info criterion -0.848016
Sum squared resid 0.766945 Schwarz criterion -0.523618
Log likelihood 26.65636 Hannan-Quinn criter. -0.727714
F-statistic 0.533151 Durbin-Watson stat 1.811050
Prob(F-statistic) 0.803535
Lampiran 11 : Uji Otokorelasi Obligasi Korporasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.285423 Prob. F(2,36) 0.1163
Obs*R-squared 4.957186 Prob. Chi-Square(2) 0.0839
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 02/11/17 Time: 10:57
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.778938 4.181590 -0.186278 0.8533
LNEKSPOR 0.028192 0.109801 0.256760 0.7988
LNKURS 0.005079 0.175607 0.028923 0.9771
LNBIRATE 0.015179 0.130549 0.116274 0.9081
LNIHK 0.109600 0.237455 0.461560 0.6472
LNITB -0.145407 0.456807 -0.318311 0.7521
RESID(-1) 0.214962 0.175872 1.222266 0.2295
RESID(-2) -0.329618 0.196498 -1.677465 0.1021 R-squared 0.112663 Mean dependent var 1.06E-14
Adjusted R-squared -0.059874 S.D. dependent var 0.113066
143
S.E. of regression 0.116401 Akaike info criterion -1.300579
Sum squared resid 0.487774 Schwarz criterion -0.976181
Log likelihood 36.61273 Hannan-Quinn criter. -1.180276
F-statistic 0.652978 Durbin-Watson stat 1.990780
Prob(F-statistic) 0.709476
Lampiran 12 : Hasil Regresi Sukuk Korporasi
Dependent Variable: LNSUKUK
Method: Least Squares
Date: 02/11/17 Time: 11:00
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -12.06306 4.662162 -2.587439 0.0136
LNEKSPOR 1.004698 0.136239 7.374544 0.0000
LNKURS 1.310347 0.219648 5.965668 0.0000
LNBIRATE -1.234309 0.166290 -7.422631 0.0000
LNIHK -0.722656 0.241662 -2.990355 0.0049
LNITB -0.601628 0.574610 -1.047020 0.3017 R-squared 0.955466 Mean dependent var 29.52993
Adjusted R-squared 0.949606 S.D. dependent var 0.664846
S.E. of regression 0.149248 Akaike info criterion -0.840286
Sum squared resid 0.846453 Schwarz criterion -0.596987
Log likelihood 24.48629 Hannan-Quinn criter. -0.750059
F-statistic 163.0560 Durbin-Watson stat 1.232129
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 13 : Hasil Regresi Obligasi Korporasi
Dependent Variable: LNOBLIGASI
Method: Least Squares
Date: 02/11/17 Time: 11:00
Sample: 2005Q3 2016Q2
Included observations: 44 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -14.45519 3.757086 -3.847448 0.0004
LNEKSPOR 1.087456 0.109790 9.904840 0.0000
LNKURS 1.236140 0.177007 6.983555 0.0000
LNBIRATE -0.657031 0.134008 -4.902934 0.0000
LNIHK 0.283085 0.194748 1.453597 0.1543
LNITB -0.496312 0.463059 -1.071809 0.2906 R-squared 0.957783 Mean dependent var 33.02377
Adjusted R-squared 0.952228 S.D. dependent var 0.550285
S.E. of regression 0.120274 Akaike info criterion -1.271957
144
Sum squared resid 0.549706 Schwarz criterion -1.028659
Log likelihood 33.98306 Hannan-Quinn criter. -1.181730
F-statistic 172.4225 Durbin-Watson stat 1.560221
Prob(F-statistic) 0.000000