22
Oleh : Hamdan Adma Adinugraha A. Pengaruh Salinitas Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kadar garam yang tinggi pada tanah menyebabkan tergganggunya pertumbuhan, produktivitas tanaman dan fungsi-fungsi fisiologis tanaman secara normal, terutama pada jenis-jenis tanaman pertanian. Salinitas tanah menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein, serta penambahan biomass tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi dalam bentuk pertumbuhan tanaman yang tertekan dan perubahan secara perlahan (Sipayung, 2003). Dalam FAO (2005) dijelaskan bahwa garam-garaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman umumnya melalui: (a) kera-cunan yang disebabkan penyerapan unsur penyusun garam yang berlebihan, (b) penurunan penyerapan air dan (c) penurunan dalam penyerapan unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman. Pengaruh salinitas tanah tergantung pada tingkatan pertumbuhan tanaman, biasanya pada tingkatan bibit sangat peka terhadap salinitas. Waskom (2003) menjelaskan bahwa salinitas tanah dapat menghambat perkecambahan benih, pertumbuhan yang tidak teratur pada tanaman pertanian seperti kacang-kacangan dan bawang. Viegas et a l,. (2003) dalam Da Silva et al, (2008) melaporkan bahwa pertumbuhan tunas pada semai Leucaena leucocephala mengalami penurunan sebesar 60% dengan adanya penambahan salinitas pada media sekitar 100 mM NaCl. Adanya kadar garam yang tinggi pada tanah juga menyebabkan penurunan jumlah daun, pertumbuhan tinggi tanaman dan rasio pertumbuhan panjang sel. Demikian pula dengan proses fotosintesis akan terganggu karena terjadi akumulasi garam pada jaringan mesophil dan meningkatnya konsentrasi CO2 antar sel (interseluler) yang dapat mengurangi pembukaan stomata (Robinson, 1999 dalam Da Silva et al, 2008). Pada tanaman semusim antara lain meningkatnya tanaman mati dan produksi hasil panen rendah serta banyaknya polong kacang tanah dan gabah yang hampa (Anonim, 2007). Gambar 2. Pengaruh salinitas tanah terhadap pertumbuhan tanaman sorghum (foto : http://www.liv.ac.uk/~sd21/stress/salt.htm )

Oleh Suryadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

wrtyuik

Citation preview

Page 1: Oleh Suryadi

Oleh : Hamdan Adma AdinugrahaA. Pengaruh Salinitas Tanah Terhadap Pertumbuhan TanamanKadar garam yang tinggi pada tanah menyebabkan tergganggunya pertumbuhan, produktivitas tanaman dan fungsi-fungsi fisiologis tanaman secara normal, terutama pada jenis-jenis tanaman pertanian. Salinitas tanah menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein, serta penambahan biomass tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi dalam bentuk pertumbuhan tanaman yang tertekan dan perubahan secara perlahan (Sipayung, 2003). Dalam FAO (2005) dijelaskan bahwa garam-garaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman umumnya melalui: (a) kera-cunan yang disebabkan penyerapan unsur penyusun garam yang berlebihan, (b) penurunan penyerapan air dan (c) penurunan dalam penyerapan unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman.Pengaruh salinitas tanah tergantung pada tingkatan pertumbuhan tanaman, biasanya pada tingkatan bibit sangat peka terhadap salinitas. Waskom (2003) menjelaskan bahwa salinitas tanah dapat menghambat perkecambahan benih, pertumbuhan yang tidak teratur pada tanaman pertanian seperti kacang-kacangan dan bawang. Viegas et a l,. (2003) dalam Da Silva et al, (2008) melaporkan bahwa pertumbuhan tunas pada semai Leucaena leucocephala mengalami penurunan sebesar 60% dengan adanya penambahan salinitas pada media sekitar 100 mM NaCl. Adanya kadar garam yang tinggi pada tanah juga menyebabkan penurunan jumlah daun, pertumbuhan tinggi tanaman dan rasio pertumbuhan panjang sel. Demikian pula dengan proses fotosintesis akan terganggu karena terjadi akumulasi garam pada jaringan mesophil dan meningkatnya konsentrasi CO2 antar sel (interseluler) yang dapat mengurangi pembukaan stomata (Robinson, 1999 dalam Da Silva et al, 2008). Pada tanaman semusim antara lain meningkatnya tanaman mati dan produksi hasil panen rendah serta banyaknya polong kacang tanah dan gabah yang hampa (Anonim, 2007).

Gambar 2. Pengaruh salinitas tanah terhadap pertumbuhan tanaman sorghum(foto : http://www.liv.ac.uk/~sd21/stress/salt.htm )

Gambar 3. Pengaruh salinitas pada tanaman padi

Page 2: Oleh Suryadi

(foto : http://www.knowledgebank.irri.org/regionalSites/indonesia)Proses pengangkutan unsur-unsur hara tanaman dari dalam tanah akan terganggu dengan naiknya salinitas tanah. Manurut Salisbury and Ross (1995) bahwa masalah potensial lainnya bagi tanaman pada daerah tersebut adalah dalam memperoleh K+ yang cukup. Masalah ini terjadi karena ion natrium bersaing dalam pengambilan ion K+. Tingginya penyerapan Na+ akan menghambat penyerapan K+. Menurut Grattan and Grieve (1999) dalam Yildirim et al (2006), salinitas yang tinggi akan mengurangi ketersedian K+ dan Ca++ dalam larutan tanah dan menghambat proses transportasi dan mobilitas kedua unsur hara tersebut ke daerah pertumbuhan tanaman (growth region) sehingga akan mengurangi kualitas pertumbuhan baik organ vegetatif maupun reproduktif. Salinitas tanah yang tinggi ditunjukkan dengan kandungan ion Na+ dan Cl– tinggi akan meracuni tanaman dan meningkatkan pH tanah yang mengakibatkan berkurangnya ketersediaan unsur-unsur hara mikro (FAO, 2005). Demikian pula dengan hasil penelitian Yousfi et al (2007) bahwa salinitas menyebabkan penurunan secara drastis terhadap konsentrasi ion Fe di daun maupun akar pada tanaman gandum (barley). Penurunan tersebut disebabkan karena berkurangnya penyerapan Fe pada kondisi salinitas tinggi.B. Mekanisme Toleransi TanamanUntuk mempertahankan kehidupannya, jenis-jenis tanaman tertentu memiliki mekanisme toleransi tanaman sebagai respon terhadap salinitas tanah. Jenis-jenis tanaman memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas. Beberapa tanaman budidaya misalnya tomat, bit gula, beras belanda lebih toleran terhadap garam dibandingkan tanaman lainnya (Salisbury and Ross, 1995). Secara garis besar respon tanaman terhadap salinitas dapat dilihat dalam dua bentuk adaptasi yaitu dengan mekanisme morfologi dan mekanisme fisiologi (Sipayung, 2003).

1. Mekanisme morfologiBentuk adaptasi morfologi dan anatomi yang dapat diturunkan dan bersifat unik dapat ditemukan pada jenis halofita yang mengalami evolusi melalui seleksi alam pada kawasan huta pantai dan rawa-rawa asin. Salinitas menyebabkan perubahan struktur yang memperbaiki keseimbangan air tanaman sehingga potensial air dalam tanaman dapat mempertahankan turgor dan seluruh proses bikimia untuk pertumbuhan dan aktivitas yang normal. Perubahan struktur meliputi ukuran daun yang lebih kecil, stomata yang lebih kecil per satuan luas daun, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan lilin pada permukaan daun, serta lignifikasi akar yang lebih awal (Haryadi dan Yahya, 1988 dalam Sipayung, 2003).Ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor, sedangkan lignifikasi akar diperlukan untuk penyesuaian osmose yang sangat penting untuk untuk memelihara turgor yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan fungsi metabolisme yang normal. Dengan adaptasi struktural ini kondisi air akan berkurang dan mungkin akan menurunkan kehilangan air pada transpirasi. Namun pertumbuhan akar pada lingkungan salin umumnya kurang terpengaruh dibandingkan dengan pertumbuhan daun (pucuk) atau buah. Hal ini diduga karena akibat perbaikan keseimbangan dengan mempertahankan kemampuan menyerap air. Pertumbuhan tanman yang cepat juga merupakan mekanisme untuk mengencerkan garam. Dalam hal ini bila garam dikeluarkan oleh akar, maka bahan organik yang tidak mempunyai efek racun akan tertimbun dalam jaringan, dan ini berguna untuk mempertahankan keseimbangan osmotik dengan larutan tanah (Salisbury dan Ross, 1995).

1. Mekanisme FisiologiBentuk adaptasi dengan mekanisme fisiologi terdapat dalam beberapa bentuk sebagai berikut :

1. Osmoregulasi (pengaturan potensial osmose)Tanaman yang toleran terhadap salinitas dapat melakukan penyesuaian dengan menurunkan potensial osmose tanpa kehilangan turgor. Untuk memperoleh air dari tanah sekitarnya potensial air dalam cairan xilem harus sangat diturunkan oleh tegangan. Pada beberapa halofita mampu menjaga potensial osmotik terus menjadi lebih negatif selama musim pertumbuhan sejalan dengan penyerapan garam. Pada halofita lainnya memiliki kemampuan mengatur penimbunan garam (Na+ dan Cl–) pada kondisi cekaman salinitas, misalnya tanaman

Page 3: Oleh Suryadi

bakau yang mampu mengeluarkan 100% garam (Ball, 1988 dalam Salisbury and Ross, 1995).Osmoregulasi pada kebanyakan tanaman melibatkan sintesis dan akumulasi solute organik yang cukup untuk menurunkan potensial osmotik sel dan meningkatkan tekanan turgor yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Senyawa-senyawa organik berbobot molekul rendah yang setara dengan aktifitas metabolik dalam sitoplasma seperti asam-asam organik, asam amino dan senyawa gula disintesis sebagai respon langsung terhahadp menurunnya potensial air eksternal yang redah. Senyawa organik yang berperan mengatur osmotik pada tanaman glikopita tingkat tinggi adalah asam-asam organik dan senyawa-senyawa gula. Asam malat paling sering menyeimbangkan pengambilan kation yang berlebihan. Dalam tanaman halofita, oksalat adalah asam organik yang menyeimbangkan osmotik akibat kelebihan kation. Demikian juga pada beberapa tanaman lainnya, akumulasi sukrosa yang berkontribusi pada penyesuaian osmotik dan merupakan respon terhadap salinitas (Harjadi dan Yahya, 1988 dalam Sipayung, 2003)

2. Kompartementasi dan sekresi garamTanaman halofita biasanya dapat toleran terhadap garam karena mempunyai kemampuan mengatur konsentrasi garam dalam sitoplasma melalui transpor membran dan kompartementasi. Garam disimpan dalam vakuola, diakumulasi dalam organel-organel atau dieksresi ke luar tanaman. Pengeluaran garam pada permukaan daun akan membantu mempertahankan konsentrasi garam yang konstan dalam jaringan tanaman (Salisbury and Ross, 1995). Ada pula tanaman halofita yang mampu mengeluarkan garam dari kelenjar garam pada permukaan daun dan menyerap air secara higroskopis dari atmosfir (Mooney at al, 1980 dalam Salisbury and Ross, 1995).Banyak halofita dan beberapa glikofita telah mengambangkan struktur yang disebut glandula garam (salt glands) dari daun dan batang. Pada jenis-jenis mangrove biasanya tanaman menyerap air dengan kadar salinitas tinggi kemudian mengeluarkan atau mensekresikan garam tersebut keluar dari pohon. Secara khusus pohon mangrove yang dapat mensekresikan garam memiliki kelenjar garam di daun yang memungkinkan untuk mensekresi cairan Na+ dan Cl–. Beberapa contoh mangrove yang dapat mensekresikan garam adalah Aegiceras, Aegialitis, Avicennia, Sonneratia, Acanthus, dan Laguncularia.

3. Integritas membranSistem membran semi permeabel yang membungkus sel, organel dan kompartemen-kompartemen adalah struktur yang paling penting untuk mengatur kadar ion dalam sel. Lapisan terluar membran sel ataau plasmolemma memisahkan sitoplasma dan komponen metaboliknya dari larutan tanah salin yang secara kimiawi tidak cocok. Membran semi permeabel ini berfungsi menghalangi difusi bebas garam ke dalam sel tanaman, dan memberi kesempatan untuk berlangsungnya penyerapan aktif atas unsur-unsur hara essensial. Membran lainnya mengatur transpor ion dan solute lainnya dari sitoplasma dan vakuola atau organel-organel sel lainnya termasuk mitokondria dan kloroplas. Plasmolemma yang berhadapan langsung dengan tanah merupakan membran yang pertama kali menderita akibat pengaruh salinitas. Dengan demikian maka ketahanan relatif membran ini menjadi unsur penting lainnya dalam toleransi terhadap garam (Harjadi dan Yahya, 1988 dalam Sipayung, 2003).

Daftar PustakaAnonim. 2007. Pertanian di Aceh Pasca Tsunami. http://www.dpi.nsw.gov.au/data/assets /pdf diakses tanggal 17 Mei 2008Da Silva, E.C., R.J.M.C. Nogueira, F.P. de Araujo, N.F. de Melo and A.D. de Ajevedo Neto. 2008. Physiological Respon to Salt Stress in Young Umbu Plants. Journal Environmental and Experimental Botany. Elsevier. http:.//www.sciencedirect .com diakses tanggal 6 Mei 2008Food and Agricultural Organization (FAO) of United Nations. 2005. Panduang Lapang FAO. 20 hal untuk diketahui tentang dampak air laut pada lahan pertanian di Propinsi NAD

Page 4: Oleh Suryadi

http://www.liv.ac.uk/~sd21/stress/salt.htm. Effects of Abiotic Stress on Plants. Diakses tanggal 19 Mei 2008.Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid3. Penerbit ITB. Bandung.Sipayung, R. 2003. Stress Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. http://www. library.USU.ac.id/download/fp/bdp.rosita2.pdf. diakses pada tanggal 25 Maret 2008.Yousfi, S., M.S. Wissal, H. Mahmoudi, C. Abdelly and M. Gharsally. 2007. Effect of Salt on Physiological Responses of Barley to Iron Deficiency. Journal of Plant Physiology and Biochemistry. Elsevier. http://www.sciencedirect.com diakses tanggal 13 Maret 2008.Yildirim, E., A.G. Taylor and T.D. Spittler. 2006. Ameliorative Effects of Biological Treatments on Growth of Squash Plant Under Salt Stress. Scientia Horticulturae 111 (2006) 1-6. Elsevier. http://www.sciencedirect.com diakses tanggal 6 Mei 2008

Pasted from <https://forestryinformation.wordpress.com/2011/06/30/respon-tanaman-terhadap-salinitas-tanah/>

Respon Tumbuhan Yang Ada Di Tanah AsamAgustus 23, 2013 tabianaya Tinggalkan komentar Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman tanah yang dinyatakan dengan pH. Lahan yang memiliki pH tanah kurang dari 7 disebut masam, dan jika pH tanah lebih dari 7 maka disebut alkalis.Lahan kering tropis umumnya tersusun dari tanah-tanah masam dengan toksisitas Al (Aluminium) tinggi, yaitu Ultisol, Oxisol, maupun Spodosol (Firmansyah, 2010). Konsentrasi aluminiun yang cukup tinggi pada tanah asam (pH dibawah 4,7) dapat menghambat pertumbuhan beberapa spesies, tidak hanya karena efeknya yang merusak ketersediaan fosfat, tetapi tampaknya juga karena penghambatan penyerapan besi dan karena efek beracun secara langsung terhadap metabolisme tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995). Secara umum, terdapat empat mekanisme utama beberapa jenis tanaman dapat tumbuh pada tanah-tanah yang mengandung tingkat ion toksik yang dapat mematikan spesies lain :

1. Penghindaran (escape) fenologis, apabila strees yang terjadi pada tanaman bersifat musiman, tanaman dapat menyesuaikan siklus hidupnya, sehingga tumbuh dalam musim yang cocok saja.

2. Ekslusi, tanaman dapat mengenal ion yang toksik dan mencegah agar tidak terambil sehingga tidak mengalami toksisitas.

3. Penanggulangan (ameliorasi), tanaman mungkin mengarbsorbsi ion, tetapi bertindak demikian untuk meminimalkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukan kelat (Chelation), pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi.

4. Toleransi, tanaman dapat mengembangkan sistem metabolis yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksik yang potensial, mungkin dengan molekul enzim.

Spesies-spesies tersebut sangat mampu bertahan terhadap ion-ion toksik ditemukan mengalami mekanisme yang lebih dari satu, tetapi adopsi salah satu atau kombinasinya, menimbulkan kendala fisiologis dan ekologis yang penting (Fitter dan Hay, 1991).Mekanisme tanaman pada konsentrasi ion toksik menurut Kasim dkk (2001) terbagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Mekanisme eksternal (pengusiran Al), dapat berupa immobilisasi Al di dinding sel, selektifitas membran plasma terhadap Al, induksi pH di daerah rhizosfer atau apoplas akar, sekresi senyawa-senyawa pengkhelat Al.

2. 2. Mekanisme internal (penetralan Al) mencakup pengkhelatan Al di sistosol, mengurung Al dalam vakuola, sintesis protein pengikat Al, penurunan aktifitas beberapa enzim tertentu, dan induksi akumulasi protein tertentu.

Tanaman yang toleran terhadap keracunan Al memiliki kemampuan untuk menekan pengaruh buruk keracunan Al tersebut. Kriteria tanaman yang toleran antara lain :

1. Akar sanggup tumbuh terus dan ujung akar tidak rusak

Page 5: Oleh Suryadi

2. Mengurangi abrsorbsi Al3. Memiliki berbagai cara untuk menetralkan pengaruh toksik Al setelah diserap tanaman4. Sanggup menciptakan keadaan yang kurang asam di daerah perakaran5. Translokasi ion Al ke bagian atas tanaman sedikit, karena sebagian besar ditoleran di akar,

dan6. Karena suatu mekanisme tertentu maka ion aluminium tidak sanggup menghambat serapan

Ca, Mg dan K (Prasetiyono dan tasliah, 2003 dalam sofia, 2007).Pada beberapa spesies, Al diserap hanya dalam jumlah yang terbatas, sehingga lebih merupakan penghindaran daripada toleransi. Pada beberapa spesies lain, Al tertimbun di akar, dan dipindahkan sedikit saja ke tajuknya. Pada spesies lainnya lagi, akar dan tajuknya mengandung Al dalam jumlah yang jauh lebih tinggi daripada yang dapat ditahan oleh spesies lain ( Salisbury dan Ross, 1995). Firmansyah, Anang. 2010. Respon Tanaman Terhadap Aluminum. Palangkaraya : Staf Balai Pangkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah.Kasim, N., D. S. Harran, dan M. Jusuf. 2001. Pola akumulasi dan Sekresi asam Sitrat dan Asam Malat pada beberapa Genotipe kedelai Toleran dan peka Aluminium. Hayati. 8(3):58-61.`Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1. Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB press : Bandung. Pasted from <https://rainaya.wordpress.com/2013/08/23/respon-tumbuhan-yang-ada-di-tanah-asam/>

Penyebab Tanah Masam (pH rendah)

Ditulis oleh Web Master

Sunday, 11 January 2009

Tanah bereaksi masam (pH rendah) adalah karena tanah kekurangan Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO), ini disebabkan oleh:

Curah hujan tinggi, pada daerah dengan iklim tropika basah, dengan curah hujan yang tinggi, secara alami tanah akan menjadi masam akibat pencucian unsur hara yang ada.

Pupuk pembentuk asam, Pupuk nitrogen seperti Urea, ZA, Amonium Sulfat, Kcl, ZK adalah pupuk yang mempunyai pengaruh mengasamkan tanah.

Drainase, Drainase yang kurang baik, genangan air yang terus menerus pada tanah yang berawa, tanah pada keadaan yang demikian selalu asam.

Adanya unsur berlebihan, Al (Alumunium), Fe (Besi) dan Cu (Tembaga) dalam kadar yang berlebih, seperti disekitar pegunungan verbek atau daerah tambang nikel, besi dan tembaga selalu di jumpai tanah asam.

Proses dekomposisi bahan organik, Pada tanah berbahan organik tinggi seperti pada tanah gambut selalu dijumpai tanah asam dengan pH rendah, hal itu karena proses dekomposisi bahan organik yang dalam prosesnya akan mengusir dan mengeluarkan unsur (Kalsium) CaO dari dalam tanah.

Pasted from <http://pupukdsp.com/index.php/Pupuk-Tanaman/Penyebab-Tanah-Masam-pH-rendah.html>

Ciri dan Jenis Tanah Masam (Sulfat Masam)Tanah yang masam memiliki ciri berbau busuk, permukaan air seperti ditutupi lapisan karat besi, dan banyak tumbuh lumut.Jenis tanah dari lahan ini digolongkan juga sebagai tanah bermasalah, yaitu tanah yang mempunyai sifat baik fisika, kimia, maupun biologi lebih jelek dibandingkan dengan tanah mineral umumnya

Page 6: Oleh Suryadi

sehingga produktivitas lahan jenis tanah ini tergolong rendah, bahkan sangat rendah (Tim IPB, 1992).Tanah sulfat masam dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :(1). Tanah sulfat masam potensial yang dicirinya antara lain lapisan pirit pada kedalaman>50 cm dari permukaan tanah (2). Semua jenis tanah yang digolongkan sebagai tanah sulfat masam aktual. Adapun yang dimaksud dengan tanah sulfat masam potensial yang dicirikan oleh warna kelabu, kemasaman sedang-sampai dengan masam (pH>4.0), sementara itu yang dimaksud dengan tanah sulfat masam aktual yang dicirikan dengan warna kecoklatan pada permukaan, dan sangat masam atau pH< 3,5 (Noor, 2004).Tanah sulfat masam merupakan tanah yang mengandung senyawa pirit (FeS2), banyak terdapat di daerah rawa, pasang surut maupun lebak. Mikroorganisme sangat berperan dalam pembentukan tanah tersebut. Pada kondisi tergenang senyawa tersebut bersifat stabil, namun bila telah teroksidasi maka akan memunculkan problem bagi tanah, kualitas kimia perairan dan biota-biota yang berada baik di dalam tanah itu sendiri maupun yang berada di badan-badan air, dimana hasil oksidasi tersebut tercuci ke perairan tersebut. Akibat dari Tanah MasamTanah yang masam dapat menyebabkan penurunan ketersediaan unsur hara bagi tanaman, meningkatkan dampak unsur beracun dalam tanah, penurunan hasil tanaman, mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman seperti fiksasi nitrogen oleh Rhizobium.Mensvoort dan Dent (1998) menyebutkan bahwa senyawa pirit (ferit) tersebut merupakan sumber masalah pada tanah tersebut. Selain itu jika tanah ini dikeringkan atau teroksidasi, maka senyawa pirit akan membentuk senyawa feri hidroksida Fe(OH)3 sulfat SO42- dan ion hidrogen H+ sehingga tanah menjadi sangat masam. Akibatnya kelarutan ion-ion Fe2+, Al3+ dan Mn2+ bertambah di dalam tanah dan dapat bersifat racun bagi tanaman. Ketersediaan fosfat menjadi berkurang karena diikat oleh besi atau aluminium dalam bentuk besi fosfat atau aluminium fosfat. Biasanya bila tanah masam kejenuhan basa menjadi rendah, akibatnya terjadi kekahatan unsur hara di dalam tanah (Putu dan Widjaya-Adhi, 1990).Cara menanggulangi masalah tanah masamPada prinsipnya ada 4 masalah aktual utama pada tanah masam yaitu rendahnya kadar bahan organik tanah dan kadar unsur hara, dangkalnya perakaran tanaman, kekeringan, gangguan gulma alang-alang (Imperata cylindrica) serta diperparah oleh erosi dan pencucian unsur hara. Masalah-masalah tersebut ini seringkali menyulitkan suatu usaha tani untuk mencapai produksi yang tinggi secara berkelanjutan. Tingkat produksi yang tinggi dapat dicapai melalui berbagai upaya yang dapat mempertahankan kesuburan tanah yakni dengan penerapan sistem pengelolaan yang tepat.Salah satu cara pengelolaan yang terbukti dapat mempertahankan kesuburan tanah-tanah masam adalah dengan menanam tanaman tahunan (pepohonan) bersama-sama dengan tanaman semusim dalam sebidang lahan yang sama (kebun campuran). Upaya-upaya pemecahan masalah yang ditujukan untuk mendapat produksi yang tinggi secara berkelanjutan seharusnya dilakukan tanpa mengakibatkan kerusakan (degradasi) pada sumberdaya lahan. Dalam hal ini perlu diperhatikan fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman dan fungsi tanaman dalam meminimalkan kehilangan tanah, air dan hara.Penanganan Masalah Tanah MasamPada prinsipnya ada tiga kelompok cara penanganan masalah tanah masam yang berhubungan dengan pengelolaan kesuburan tanah dan pengendalian gulma di tingkat masyarakat, yaitu cara kimia, cara fisik-mekanik dan cara biologi.Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dalam praktek ketiga cara tersebut seringkali diterapkan secara bersama-sama.

Page 7: Oleh Suryadi

1. Cara kimiaCara kimia merupakan salah satu upaya pemecahan masalah kesuburan tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia buatan. Beberapa upaya yang sudah dikenal adalah pengapuran, pemupukan, dan penyemprotan herbisida.A. PengapuranPengapuran merupakan upaya pemberian bahan kapur ke dalam tanah masam dengan tujuan untuk:a) Menaikkan pH tanahNilai pH tanah dinaikkan sampai pada tingkat mana Al tidak bersifat racun lagi bagi tanaman dan unsur hara tersedia dalam kondisi yang seimbang di dalam tanah. Peningkatan pH tanah yang terjadi sebagai akibat dari pemberian kapur, tidak dapat bertahan lama, karena tanah mempunyai sistem penyangga, yang menyebabkan pH akan kembali ke nilai semula setelah beberapa waktu berselang. b) Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK)KTK meningkat sebagai akibat dari peningkatan pH tanah. Namun peningkatan KTK ini juga bersifat tidak tetap, karena sistem penyangga pH tanah tersebut di atas. c) Menetralisir Al yang meracuni tanaman.Karena unsur Ca bersifat tidak mudah bergerak, maka kapur harus dibenamkan sampai mencapai kedalaman lapisan tanah yang mempunyaikonsentrasi Al tinggi. Hal ini agak sulit dilakukan di lapangan, karena dibutuhkan tenaga dalam jumlah banyak dan menimbulkan masalah baru yaitu pemadatan tanah. Alternatif lain adalah menambahkan dolomit (Ca, Mg(CO3)2) yang lebih mudah bergerak, sehingga mampu mencapai lapisan tanah bawah dan menetralkan Al. Pemberian kapur seperti ini memerlukan pertimbangan yang seksama mengingat pemberian Ca dan Mg akan mengganggu keseimbangan unsur hara yang lain.Tanaman dapat tumbuh baik, jika terdapat nisbah Ca/Mg/K yang tepat di dalam tanah. Penambahan Ca atau Mg seringkali malah mengakibatkan tanaman menunjukkan gejala kekurangan K, walaupun jumlah K sebenarnya sudah cukup di dalam tanah. Masalah ini menjadi semakin sulit dipecahkan, jika pada awalnya sudah terjadi kahat unsur K pada tanah tersebut.B. Pemupukan: penambahan unsur haraPemupukan merupakan jalan termudah dan tercepat dalam menangani masalah kahat hara, namun bila kurang memperhatikan kaidah-kaidahpemupukan, pupuk yang diberikan juga akan hilang percuma. Pada saat ini sudah diketahui secara luas bahwa tanah-tanah pertanian di Indonesia terutama tanah masam kahat unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Oleh karena itu petani biasanya memberikan pupuk N, P, K secara sendiri-sendiri atau kombinasi dari ketiganya. Pupuk N mudah teroksidasi, sehingga cepat menguap atau tercuci sebelum tanaman menyerap seluruhnya. Pupuk P diperlukan dalam jumlah banyak karena selain untuk memenuhi kebutuhan tanaman juga untuk menutup kompleks pertukaran mineral tanah agar selalu dapat tersedia dalam larutan tanah.Pemupukan K atau unsur hara lain dalam bentuk kation, akan banyak yang hilang kalau diberikan sekaligus, karena tanah masam hanya mempunyai daya ikat kation yang sangat terbatas (nilai KTK tanah-tanah masam umumnya sangat rendah). Unsur hara yang diberikan dalam bentuk kation mudah sekali tercuci.Supaya tujuan yang ingin dicapai melalui pemupukan dapat berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan hal-hal berikut:a). Waktu pemberian pupukWaktu pemberian pupuk harus diperhitungkan supaya pada saat pupuk diberikan bertepatan dengan saat tanaman membutuhkannya, yang dikenal dengan istilah sinkronisasi (Gambar 4.1). Hal ini dimaksudkan agar tidak banyak unsur hara yang hilang tercuci oleh aliran air, mengingat

Page 8: Oleh Suryadi

intensitas dan curah hujan di kawasan ini sangat tinggi. Waktu pemberian pupuk yang tepat bervariasi untuk berbagai jenis pupuk dan jenis tanamannya.Pemupukan N untuk tanaman semusim sebaiknya diberikan paling tidak dua kali, yaitu pada saat tanam dan pada saat pertumbuhan maksimum (sekitar 1-2 bulan setelah tanam). Sementara pupuk P dan K bisa diberikan sekali saja yaitu pada saat tanam. b). Penempatan PupukPenempatan pupuk harus diusahakan berada dalam daerah aktivitas akar, agar pupuk dapat diserap oleh akar tanaman secara efektif. Kesesuaian letak pupuk dengan posisi akar tanaman disebut dengan istilah sinlokalisasi. c). Dosis pupukJumlah pupuk yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, supaya pupuk yang diberikan tidak banyak yang hilang percuma sehingga dapat menekan biaya produksi serta menghindari terjadinya polusi dan keracunan bagi tanaman.Walaupun pemupukan merupakan cara yang mudah dan cepat untuk mengatasi permasalahan kahat (defisiensi) hara, namun terdapat beberapa kelemahan dari cara ini yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan program pemupukan.Beberapa kelemahan dari pengelolaan tanah secara kimia adalah:

Pemupukan membutuhkan biaya tinggi karena harga pupuk mahal Penggunaan pupuk tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik dan biologi tanah,

bahkan cenderung mengasamkan tanah. Pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan menyebabkan pencemaran lingkungan

C. Penyemprotan herbisidaTumbuhan pengganggu atau gulma yang tumbuh dalam lahan yang ditanami menyebabkan kerugian karena mengambil unsur hara dan air yangseharusnya dapat digunakan oleh tanaman. Oleh karena itu keberadaan dan pertumbuhan gulma harus ditekan. Cara kimia juga dipergunakan untuk menekan pertumbuhan gulma yang banyak ditemukan pada tanah masam seperti alang-alang, yakni dengan memakai herbisida. Pemakaian herbisida harus dilakukan secara tepat baik dalam hal jumlah (dosis), waktu dan penempatannya, demikian pula harus disesuaikan antara macam herbisida dengan gulma yang akan diberantas. Penggunaan herbisida yang berlebihan dapat menyebabkan bahaya keracunan pada si pemakai dan pada produk pertanian yang dihasilkan serta pencemaran lingkungan. Pasted from <http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/pertanian/3184--cara-menangani-masalahtanah-masam.html>

Adapun jenis-jenis tanah yang tersebar di Indonesia, antara lain :

1. Tanah VulkanisTanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari pelapukan batuan-batuan vulkanis, baik dari lava/batu yang telah membeku (effusi) maupun dari abu vulkanis yang telah membeku (efflata). Daerah pembekuan lava tidak begitu luas dibanding daerah abu vulkanis.Ciri-ciriTanah tersebut sangat subur. Oleh karena itu, banyak daerah pertanian di usahakan di daerah vulkanis. Tanah ini juga memiliki kandungan unsur hara yang sangat tinggi. Tanah ini mudah meresap air, tetapi daya menahan air sangat kurang sehingga mudah tererosi.PersebaranContoh tanah vulkanis, yaitu tanah tuff yang terbentuk dari abu gunung api dan bersifat sangat subur. Tanah tuff terdapat di Lampung, palembang, dan Sumatra Barat, sedangkan daerah yang terkena letusan gunung berapi terisi abu vulkanis, seperti Bandung, Garut, dan sekitarnya baik

Page 9: Oleh Suryadi

untuk jenis pertanian karena sangat subur. Tanah vulkanis terdapat di Jawa, Sumatra, Bali, dan beberapa wilayah lain yang memiliki gunung api.SuhuKarena banyak daerah pertanian diusahakan di daerah vulkanis, maka apat disimpulkan tanah ini bersuhu sedang.Tanah vulkanis terdiri dari beberapa jenis, yaitu tanah regosol dan tanah latosol.

2. Tanah RegosolTanah regosol adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan yang mengandung abu vulkanik, pasir pantai dan nafal.Ciri-ciriMerupakan hasil erupsi gunung berapi, Jenis tanah masih muda, belum mengalami deferensiasi horison, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6–7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. PersebaranPersebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di setiap pulau yang memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati. Seperti Jawa, Sumatra, dan Madura. Banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Tanah regosol juga cocok untuk tanaman palawija, tembakau dan buah-buahan.SuhuTanah ini juga bersuhu sedang karena merupakaqn bagian dari tanah vulkanis yang bersuhu sedang.

3. Tanah LatosolLatosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen, dan metafomorf (proses terjadinya batuan hingga tanah setelah meletusnya gunung berapi).Ciri-ciriTanah latosol memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah yang telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison, solum dalam, tekstur lempung, warna coklat, merah hingga kuning, tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun, ketinggian tempat berkisar antara 300-1000 meter di atas permukaan laut, mudah menyerap air, kandungan bahan organik sedang, memiliki pH 6 – 7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, kadar humusnya mudah menurun. Tanah latosol cocok untuk tanaman padi, palawija, kelapa, karet, kopi, kelapa sawit dan buah-buahan.PersebaranTanah ini tersebar di kawasan Bukit Barisan (Sumatra), Jawa, Kalimantan Timur dan Selatan, Bali, Papua, dan Sulawesi.SuhuTanah ini juga bersuhu sedang karena merupakaqn bagian dari tanah vulkanis yang bersuhu sedang.

4. Tanah AlluvialAlluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman pertanian.Ciri-ciri

Page 10: Oleh Suryadi

Jenis tanah masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka, dan kesuburan umumnya sedang hingga tinggi. Tanah ini cocok ditanami padi, palawija, tembakau, tebu, sayuran, kelapa dan buah-buahan.PersebaranJenis tanah ini terdapat di Jawa bagian Utara, Sumatra bagian Timur, Kalimantan bagian Barat dan Selatan. Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai seperti misalnya, di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas.SuhuKarena proses terjadinya tanah alluvial berasal dari endapan yang terdiri dari hasil erosi, dan karena hasil endapan maka tanah ini terdapat di daerah dataran rendah. Sehingga dapat saya simpulkan tanah ini bersuhu tinggi.

5. Tanah OrganosolTanah organosol adalah tanah yang terjadi dari bahan induk organik, seperti gambut dan rumput rawa pada iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun. Sebagian besar tanah ini masih tertutup hutan rawa gambut dan rumput rawa.Ciri-ciriTanah ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu tidak tejadi deferensiasi horison secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 m, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0), dan kandungan unsur hara rendah.PersebaranJenis tanah ini terdapat di Jawa, daerah pasang surut di daratan Timur Sumatra, pantai Kalimantan bagian barat dan selatan, serta pantai Papua (Irian jaya) bagian barat dan selatan yang kesemuanya kaya akan unsur hara.SuhuKarena umumnya tanah ini terdapat pada iklim basah dengan curah hujan yang tergolong tinggi dan tertutup rumput rawa yang selalu tergenang air, maka dapat disimpulkan tanah ini bersuhu rendah.Tanah ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis tanah, yaitu tanah humus dan tanah gambut.

6. Tanah HumusTanah humus adalah tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik dan bersifat sangat subur. Tanah humus ini sangat subur dan cocok untuk lahan pertanian, warnanya coklat-kehitaman. Sering ditemukan di bawah hutan dengan pohon-pohon yang lebat.Ciri-ciri

Berada di lapisan atas Berwarna gelap Bersifat gembur Terbentuk daru pembusukan tumbuh tumbuhan Banyak terdapat di hutan tropis Tanah humus cocok untuk tanaman kelapa, nanas dan padi.

PersebaranTanah jenis ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.SuhuKarena sering ditemukan di bawah hutan dengan pohon-pohon yang lebat yang tentunnya tanah ini sangat sedikit terkena intensitas matahari karena terhalang pohon-pohon lebat tadi. Sehingga dapat disimpulkan suhu tanah ini adalah rendah.

7. Tanah gambut

Page 11: Oleh Suryadi

Tanah gambut adalah tanah hasil pembusukan yang kurang sempurna dari tumbuhan di daerah yang selalu tergenang air seperti rawa-rawa.Ciri-ciriKarena kekurangan unsur hara dan selalu tergenang air menyebabkan peredaran udara di dalamnya tidak lancer serta proses penghancuran tanah ridak sempurna. Tanah jenis ini kurang baik untuk pertanian.PersebaranTanah jenis ini kurang baik untuk pertanian. Jenis tanah ini terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan, dan Papua.SuhuKarena selalu tergenang air, sehinggga dapat disimpulkan suhu tanah ini adalah rendah.

8. Tanah Laterit Tanah laterit adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium.Ciri-ciriTanah laterit adalah hasil pencucian atau tanah yang terjadi karena pengaruh suhu yang tinggi dan curah hujan tinggi sehingga kekurangan unsur hara, kurang subur, dan tandus.PersebaranTanah jenis ini banyak terdapat di daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan Lampung.SuhuMelihat dari ciri-ciri dapat disimpulkan tanah ini bersuhu tinggi.

9. Tanah OxisolOxisol adalah tanah yang kaya akan besi dan aluminium oksida.Ciri-ciriTanah jenis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu solum yang dangkal, kurang dari 1 meter, kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut, adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m, susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat, mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa. Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi.PersebaranTanah jenis ini tersebar di daerah tropik basah.SuhuBerdasarkan persebarannya dan pemanfaatannya yang cocok untuk perkebunan maka dapat disimpulkan tanah ini bersuhu rendah.

10. Tanah PodsolTanah podsol terbentuk karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah.Ciri-ciriTanah podsol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu jenis tanah ini tidak mempunyai perkembangan profil, tekstur lempung hingga pasir, kandungan pasir kuarsanya tinggi, kesuburannya rendah dan warnanya kuning dan kuning kelabu.PersebaranPenyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering. Misalnya daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya. Sifatya mudah basah, jika kena air tanah podzol menjadi subur.SuhuDilihat dari proses serta pengaruh terbentuknya dan ciri-cirinya, dapat disimpulkan tanah ini bersuhu rendah.

Page 12: Oleh Suryadi

11. Tanah Podzolik Merah Kuning atau AlfisolTanah podzolik merah kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran terluas di Indonesia. Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 – 3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga kesuburannya berkurang. Dengan pemupukan yang teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan.Ciri-ciriTanah ini memiliki ciri miskin kandungan unsur hara dan tidak subur.PersebaranTersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra, Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara. Di tempat-tempat ini ditemukan persawahan, perladangan, kebun karet, dan kopi. SuhuKarena berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 – 3.000 mm/tahun yang tergolong tinggi, serta sifatnya mudah basah, maka dapat disimpulkan tanah ini bersuhu rendah.

12. Tanah LitosolTanah litosol belum lama mengalami perkembangan tanah, akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan, atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang. Tanah litosol harus diusahakan agar dipercepat pembentukan tanahnya, antara lain dengan penghutanan atau tindakan lain untuk mempercepat proses pelapukan.Ciri-ciriTanah jenis ini merupakan tanah mineral dengan sedikit perkembanan profil, tekstur tanah beraneka dan pada umumnya berpasir, tidak bertekstur, warna, kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi. Litosol dapat dijumpai di segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, dan kemiringan lereng miring hingga curam.PersebaranTanah litosol terdapat di daerah pegunungan kapur dan daerah karst di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan.SuhuKarena dapat dijumpai di segala iklim, suhu tanah ini tergantung iklim di daerah tersebut.

13. Tanah KapurTanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur yang pada umumnya terdapat di daerah pegunungan kapur dan berumur tua. Tanah kapur juga adalah hasil dari pembentukan dari pelapukan batuan gamping.Ciri-ciriTanah ini tidak subur, tetapi masih dapat ditanami pohon jati, seperti daerah hutan jati di Pegunungan Kendeng, Blora, Jawa Tengah, dan di Pegunungan Sewu, Gunung Kidul, Yogyakarta. PersebaranPersebarannya banyak terdapat di daerah pegunungan kapur, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku dan Sumatera.SuhuCiri-ciri daerah kapur sangat tandus walaupun curah hujan di daerah kapur tergolong tinggi. Ini dikarenakan tanah kapur sangat gampang menyerap air dan kemampuan menahan airnya sangat buruk sehingga di bagian permukaan tanah kapur sangat tandus / kering dan panas. Selain itu tanah kapur yang berwarna terang mengakibatkan cahaya matahari dipantulkan ke permukaan

Page 13: Oleh Suryadi

sehingga daerahnya panas. Sehingga permukaan tanah kapur bersuhu panas dan tanah kapur dibagian dalam sendiri suhunya tidak begitu tinggi (sedang) karena cahaya yang membawa panas matahari dipantulkan ke permukaan.

14. Tanah RendzinaJenis tanah yang kurang bagus untuk lahan pertanian, sehingga dibudidayakan untuk tanaman-tanaman keras semusim dan palawija.Ciri-ciriRendzina memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan tanah padang rumput yang tipis berwarna gelap, terbentuk dari kapur lunak, batu-batuan mergel, dan gips. Pada umumnya memiliki kandungan Ca dan Mg yang tinggi dengan pH antara 7,5 – 8,5 dan peka terhadap erosi.PersebaranTanah rendzina tersebar tidak begitu luas di beberapa pulau Indonesia. Berdasarkan luasannya, daerah-daerah di Indonesia yang memiliki jenis tanah ini adalah Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung dan Pegunungan Kapur di Jawa.Suhu Melihat dari ciri-ciri yang merupakat tanah padang rumput dan sebagian persebarannya disimpulkan tanah ini bersuhu tinggi. Selain itu tanah ini merupakan bagian dari tanah kapur.

15. Tanah PasirTanah pasir adalah tanah yang berasal dari batu pasir yang telah melapuk. Ciri-ciriTanah ini sangat miskin unsur hara, tidak berstruktur, sedikit mengandung bahan organik dan kadar air di dalamnya sangat sedikit. Daya menahan air sangat kurang sehingga mudah tererosi.PersebaranTanah pasir terdapat di pantai barat Sumatra Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi. Tanah pasir yang terdapat di pantai berpasir disebut sand dune. Di daerah ini dipengaruhi oleh angin, seperti bukit pasir di Pantai Parangtritis, Yogyakarta.SuhuKarena sebagian besar persebarannya dekat daerah pantai maka suhu tanah tersebut menjadi tinggi.

16. Tanah MergelTanah mergel adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur, pasir dan tanah liat. Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang tidak merata sepanjang tahun.Ciri-ciriTanah mergel termasuk jenis tanah yang subur dan banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah.PersebaranSekitar Pulau Jawa, missal Solo (Jawa Tengah), Madiun, dan Kediri (Jawa Timur).SuhuKarena banyak terdapat di lereng pegunungan (curah hujan di lereng pegunungan tidak tentu, karena daerah baying-bayang hujan) dan dataran rendah. Maka dapat kita lihat tanah ini merupkan tanah suhunya tinggi.

17. Tanah VertisolVertisol adalah tanah liat tinggi yang mengembang pada waktu basah dan pecah-pecah pada waktu kering.Ciri-ciri

Page 14: Oleh Suryadi

Tanpa horizon eluviasi dan iluviasi. Koefisien mengembang dan mengerut tinggi jika dirubah kadar airnya. Bahan induk basaltik atau berkapur. Mikroreliefnya gilgei. Konsistensi luar biasa plastis

PersebaranTanah ini tersebar di daerah dengan musim kering musiman. Di pulau jawa banyak digunakan untuk lahan pertanian padi sawah. Di Indonesia jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 meter di atas muka laut dengan topografi agak bergelombang sampai berbukit, temperatur tahunan rata-rata 25oC dengan curah hujan kurang dari 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau nyata.SuhuMelihat dari struktur yang mengembang pada waktu basah dan pecah-pecah pada waktu kering dan ciri-ciri maka suhu tanah ini tergantung musim di daerah tersebut. Ketika musim kering suhu di daerah tersebut akan panas begitu juga dengan tanah sehingga tanah akan pecah-pecah begitu pun sebaliknya.

18. Tanah AndosolTanah andosol terbentuk dari endapan abu vulkanik yang telah mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur.Ciri-ciriTanah ini memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil, warna coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organiknya tinggi, dan kelembapannya juga tinggi.PersebaranPenyebarannya di daerah beriklim sedang dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun tanpa bulan kering, umumnya di jumpai di daerah lereng atau kerucut volkan dengan ketinggian diatas 800 m diatas permukaan laut. Andosol kebanyakan terdapat di pulau-pulau yang memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara.SuhuBerdasarkan ketinggian, tingkat kesuburan dan curah hujan yang tinggi, maka dapat disimpulkan tanah ini bersuhu rendah.

19. Tanah EntisolEntisol berasal dari abu vulkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang. Tanah tipe ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran yang mengandung banyak hara tanaman sehingga dianggap subur.Ciri-ciriEntisol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu, tanah yang baru berkembang, belum ada perkembangan horison tanah, meliputi tanah-tanah yang berada di atas batuan induk dan termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru.PersebaranSepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang.SuhuKarena daerah persebaran tanah ini di sepanjang pantai maka dapat disimpulkan tanah ini bersuhu tinggi.

20. Tanah Grumusol

Page 15: Oleh Suryadi

Grumusol adalah tanah yang berasal dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik, sehingga kandungan organiknya rendah.Ciri-ciriTanah grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, pH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau.PersebaranDi Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau yang nyata. Persebarannya meliputi Sumatra Barat, Jawa Barat (daerah Cianjur), Jawa Tengah (Demak, Grobogan), Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil), serta di Nusa Tenggara Timur. Pemanfaatan jenis tanah ini pada umumnya untuk jenis vegetasi rumput-rumputan atau tanaman keras semusim (misalnya pohon jati).SuhuMelihat dari ciri-ciri dan persebarannya, dapat ditarik kesimpulan tanah ini bersuhu tinggi.

21. Tanah InceptisolInceptisol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen, atau metamorf masam atau basa.Ciri-ciriInceptisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu adanya horizon kambik, dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya, tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah, mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah (aquept) dan tanah latosol.PersebaranTanah jenis ini banyak terdapat di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan).Suhu

22. Tanah PadasTanah padas adalah tanah yang amat padat, karena mineral di dalamnya dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah sebelah atasnya.Ciri-ciriMerupakan tanah yang padat dan miskin mineral. Kandungan organik tanah ini rendah bahkan hampir tidak ada dan peka terhadap erosi.PersebaranJenis tanah ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia.SuhuBerdasarkan ciri-ciri dapat disimpulkan tanah ini bersuhu tinggi.

23. Tanah UltisolUltisol adalah tanah asam dengan lapisan yang dalam, terbentuk di hutan dan terdiri dari tanah liat.Ciri-ciriKandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8), terjadi proses podsolisasi (proses pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si tercui), bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat, terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol,

Page 16: Oleh Suryadi

perbedaan karena bahan induk (Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff).PersebaranTanah ini paling luas penyebarannya di Indonesia di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian Jawa. Sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa sawit, karet dan nanas.SuhuBerdasarkn tempat terbentuknya yaitu di hutan maka disimpulkan tanah ini bersuhu rendah. Pasted from <https://ni2ngpurwaningsih.wordpress.com/2013/06/01/jenis-tanah-suhu-dan-ciri/>