20
PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KEGIATAN IJARAH (OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK (FINANCE LEASE) PADA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS BANK SYARIAH MANDIRI) Aprilya Mirnawati, Tafsir Nurchamid Administrasi Fiskal, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis dasar pertimbangan pemerintah menyamakan perlakuan Pajak Penghasilan atas kegiatan Ijarah dan Ijarah IMBT pada Perbankan Syariah dengan Sewa Guna Usaha pada Industri Leasing, serta menganalisis kesesuaian penyamaan perlakuan pajak penghasilan atas kegiatan Ijarah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan Sewa Guna Usaha pada Industri Leasing. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dasar pertimbangan pemerintah menyamakan perlakuan pajak penghasilan kedua industri tersebut berdasarkan pada tax neutrality, sehingga pajak tidak bersifat distortif terhadap industri yang bergerak pada suatu industri yang sepadan atau sejenis. Penyamaan Perlakuan pajak penghasilan atas kegiatan Ijarah dengan Sewa Guna Usaha sudah tepat, dilihat dari skema atau alur kedua kegiatan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan Leasing tersebut memiliki kesamaan, sehingga aspek pajak penghasilan atas keduanya diperlakukan sama. Kata Kunci : Pajak Penghasilan; Ijarah; Ijarah IMBT; Perbankan Syariah; Operating Lease; Finance Lease. Abstract This research aims to analyze the government's discretion equalize treatment Income Tax on Ijarah and Ijarah IMBT activities in Islamic Banking with the Leases Leasing Industry, as well as analyzing the suitability of the treatment equation Ijarah income tax on activities undertaken by the Bank Syariah Mandiri with the Industrial Leases leasing. These results indicate that the government's discretion equalize the income tax treatment of the two industries are based on tax neutrality, so that taxes are not distorting the industry is moving at an equivalent or similar industry. Match treatment Ijarah income tax on activities with Lease is right, seen from the scheme or the second groove activities undertaken by the Bank Syariah Mandiri has in common with the lease, so the income tax aspects of both are treated equally. Keywords: Income Tax; Ijarah; Ijarah IMBT; Islamic Banking; Operating Lease; Finance Lease. 1. Pendahuluan Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan, di Indonesia dalam menjalankan fungsi intermediasi yang salah satu kegiatan utamanya adalah Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KEGIATAN IJARAH

(OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK (FINANCE

LEASE) PADA PERBANKAN SYARIAH

(STUDI KASUS BANK SYARIAH MANDIRI)

Aprilya Mirnawati, Tafsir Nurchamid

Administrasi Fiskal, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis dasar pertimbangan pemerintah menyamakan perlakuan Pajak Penghasilan atas kegiatan Ijarah dan Ijarah IMBT pada Perbankan Syariah dengan Sewa Guna Usaha pada Industri Leasing, serta menganalisis kesesuaian penyamaan perlakuan pajak penghasilan atas kegiatan Ijarah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan Sewa Guna Usaha pada Industri Leasing. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dasar pertimbangan pemerintah menyamakan perlakuan pajak penghasilan kedua industri tersebut berdasarkan pada tax neutrality, sehingga pajak tidak bersifat distortif terhadap industri yang bergerak pada suatu industri yang sepadan atau sejenis. Penyamaan Perlakuan pajak penghasilan atas kegiatan Ijarah dengan Sewa Guna Usaha sudah tepat, dilihat dari skema atau alur kedua kegiatan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan Leasing tersebut memiliki kesamaan, sehingga aspek pajak penghasilan atas keduanya diperlakukan sama.

Kata Kunci : Pajak Penghasilan; Ijarah; Ijarah IMBT; Perbankan Syariah; Operating Lease; Finance Lease.

Abstract This research aims to analyze the government's discretion equalize treatment Income Tax on Ijarah and Ijarah IMBT activities in Islamic Banking with the Leases Leasing Industry, as well as analyzing the suitability of the treatment equation Ijarah income tax on activities undertaken by the Bank Syariah Mandiri with the Industrial Leases leasing. These results indicate that the government's discretion equalize the income tax treatment of the two industries are based on tax neutrality, so that taxes are not distorting the industry is moving at an equivalent or similar industry. Match treatment Ijarah income tax on activities with Lease is right, seen from the scheme or the second groove activities undertaken by the Bank Syariah Mandiri has in common with the lease, so the income tax aspects of both are treated equally.

Keywords: Income Tax; Ijarah; Ijarah IMBT; Islamic Banking; Operating Lease; Finance Lease.

     1. Pendahuluan

Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan, di Indonesia dalam

menjalankan fungsi intermediasi yang salah satu kegiatan utamanya adalah

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 2: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

2

menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Selama lebih

dari enam tahun terakhir pertumbuhan penyaluran pembiayaan secara keseluruhan

terus mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut yang

menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan jumlah pembiayaan pada

perbankan syariah berdasarkan produk selama periode tahun 2006 sampai dengan

semester ke-I tahun 2012.

Gambar 1.1

Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah periode tahun 2006 s.d

Juni 2012

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia.

Gambar 1.1 tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan produk pembiayaan

dan semua jenis yang disalurkan mengalami perkembangan yang berbeda selama

6 tahun terakhir. Pembiayaan murabahah dan musyarakah merupakan jenis

pembiayaan yang mengalami peningkatan setiap tahun, sebaliknya pembiayaan

istishna dapat dikatakan lebih stabil bahkan dalam 3 tahun terakhir terus

mengalami penurunan meskipun hanya turun sedikit. Sedangkan untuk jenis

pembiayaan mudharabah, qardh, dan Ijarah mengalami peningkatan

pertumbuhan pembiayaan namun agak lambat dari tahun ke tahunnya.

Pemerintah menetapkan peraturan pajak mengenai kegiatan usaha

perbankan syariah pada tanggal 19 Agustus 2011, yaitu dikeluarkan peraturan

136/PMK.03/2011 dan 137/PMK.03/2011 tentang pengenaan pajak penghasilan

untuk kegiatan usaha pembiayaan syariah dan kegiatan usaha perbankan syariah.

Salah satu produk dari pembiayaan perbankan syariah yang diatur dalam

 -­‐        

 20,000    

 40,000    

 60,000    

 80,000    

des  2006  

des  2007  

des  2008  

des  2009  

des  2010  

des  2011  

jun  2012  

Jumlah  Pe

mbiayaan    

(Dalam

 Milyaran

 Ru

piah

)  

Mudharabah  

Musyarakah  

Murabahah  

Is:shna  

Ijarah  

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 3: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

3

peraturan tersebut yaitu mengenai pembiayaan Ijarah. Dalam peraturan

menegaskan bahwa perlakuan pajak atas kegiatan sewa guna usaha yang

dilakukan berdasarkan Ijarah diperlakukan sama dengan kegiatan sewa guna

usaha tanpa hak opsi (operating lease). Sedangkan sewa guna usaha Ijarah

Muntahiyah Bit Tamlik diperlakukan sama dengan sewa guna usaha dengan hak

opsi.

Salah satu produk pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank Syariah

Mandiri adalah Ijarah, terdapat dua jenis Ijarah yaitu Ijarah dan Ijarah Muttahiya

Bit Tamlik. Pembiayaan Ijarah mempunyai konsep yang berbeda dengan konsep

kredit pada bank konvensional, pembiayaan Ijarah sebagai pendorong bagi sektor

usaha karena pembiayaan ijarah mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan

jenis pembiayaan syariah lainnya. Keistimewaan tersebut adalah untuk memulai

kegiatan usahanya, pengusaha tidak perlu memiliki barang modal terlebih dahulu,

melainkan dapat melakukan penyewaan kepada bank syariah sehingga pengusaha

tidak dibebankan kewajiban menyerahkan jaminan, maka dapat dikatakan bahwa

pembiayaan ijarah lebih menarik dibanding jenis pembiayaan lainnya seperti

mudharabah dan musyarakah.

Bentuk pembiayaan Ijarah merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika

kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli aset terpenuhi dan investor hanya

membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal cukup besar untuk

membeli aset tersebut. Secara umum timbulnya Ijarah disebabkan oleh adanya

kebutuhan akan barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki

kemampuan keuangan.

Peraturan Pemerintah keuangan menerbitkan peraturan pajak mengenai

Pajak Penghasilan pembiayaan perbankan syariah dan usaha perbankan syariah

yaitu peraturan Nomor: 136/PMK.03/2011 mengenai Pajak Penghasilan Usaha

Berbasis Syariah dan Nomor: 137/PMK.03/2011 mengenai Pajak Penghasilan

Pembiayaan Perbankan Syariah. Peraturan tersebut memberikan perlakuan pajak

penghasilan pada produk-produk yang ditawarkan pada usaha perbankan yang

sama antara bank syariah dengan konvensional.

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 4: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

4

Salah satunya adalah perlakuan Pajak Penghasilan pada kegiatan

pembiayaan Ijarah dan Ijarah IMBT yang dipersamakan dengan leasing yaitu

sewa guna usaha tanpa hak opsi dan sewa guna usaha dengan hak opsi. Secara

skema memang produk Ijarah dan Ijarah IMBT yang ditawarkan oleh industri

perbankan syariah sama dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan leasing

yaitu sewa guna usaha tanpa hak opsi dan sewa guna usaha dengan hak opsi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan 136/PMK.03/2011 ditegaskan

bahwa perlakuan pajak penghasilan produk Ijarah dan Ijarah IMBT pada

perbankan syariah dipersamakan dengan sewa guna usaha, namun pada

kenyataannya bahwa produk Ijarah dan Ijarah IMBT yang ditawarkan oleh

industri perbankan syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan industri

leasing.

Perlakuan Pajak Penghasilan yang sama atas kegiatan Ijarah dan Ijarah

Muntahiya Bit Tamlik pada Bank Syariah Mandiri dengan Sewa Guna Usaha

pada Industri Leasing, memberikan dampak bagi Bank Syariah Mandiri terhadap

kedua jenis kegiatan tersebut, terutama pada Ijarah Muntahiya Bit Tamlik atas

biaya penyusutan tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya secara fiskal.

Bank syariah mengharapkan adanya pemberian fasilitas dibidang perpajakan atas

kedua kegiatan dalam hal tidak dipersamakan dengan industri leasing. sehingga

atas biaya penyusutan tersebut dapat dibebankan secara fiskal. Hal inilah yang

mendorong penulis untuk menganalisis faktor yang mendorong pemerintah

menyamakan perlakuan pajak penghasilan atas kegiatan Ijarah dan Ijarah IMBT.

Berdasarkan pada hal tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Dasar pertimbangan pemerintah menyamakan kegiatan Ijarah pada

Perbankan Syariah dengan Sewa Guna Usaha (Leasing)?

2. Apakah penyamaan perlakuan Pajak Penghasilan atas kegiatan Ijarah dan

Ijarah Muntahiya Bit Tamlik pada Bank Syariah Mandiri dengan

Operating Lease dan Finance Lease sudah tepat?

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 5: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

5

2. Tinjauan Teoritis

2.1 Definisi Pajak Penghasilan

Salah satu konsep penghasilan adalah yang dikemukakan oleh Schanz,

Haig and Simon (SHS-Concept). Menurut Schanz sebagaimana yang dikutip oleh

Mansury, pengertian penghasilan adalah untuk keperluan pemajakan seharusnya

tidak membedakan sumbernya dan tidak menghiraukan pemakaiannya, melainkan

lebih menekankan kepada kemampuan ekonomis yang dapat dipakai untuk

menguasai barang dan jasa (Rosdiana dan Tarigan, 2005, hal, 144)

2.2 Substance Overfrom Principle

Pajak harus menganut asas Substance Overfrom Principle berarti bahwa

hakekat ekonomis adalah lebih penting daripada bentuk formal yang dipakai

(Pajak Penghasilan Lanjutan, R. Mansury, Ph.D, Jakarta : Ind-Hill Co, 1996).

Artinya untuk menentukan apakah suatu penerimaan dapat disebut sebagai

penghasilan atau bukan tidak bergantung pada nama yang diberikan oleh Wajib

Pajak atau pihak mana pun dan tidak bergantung pada bentuk yuridis dari

transakasi yang menimbulkan penerimaan bagi Wajib Pajak, melainkan semata-

mata ditentukan oleh hakikat yang diterima oleh Wajib Pajak tersebut.

2.3 Biaya Pengurang Penghasilan

Pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan kena pajak. Konsep

penghasilan kena pajak menunjukkan jumlah neto antara penghasilan bruto

dikurangi dengan pengurang yang dalam Pasal 6 (1) disebut sebagai biaya untuk

mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan (M3P).

2.4 Pengakuan Beban

Biaya yang dapat dikurangkan dalam akuntansi komersial semua biaya,

termasuk kerugian (losses) dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan

netto (net income). Tergantung dari konsep laporan penghasilannya, pengurangan

biaya dan kerugian dapat dibedakan menjadai (1) konsep penghasilan inklusif (all

inclusive concept of income) dengan mengurangkan semuanya dalam perhitungan

penghasilan. (Gunadi, hal 178)

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 6: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

6

2.5 Pengertian Leasing/ Sewa Guna Usaha

Sewa guna usaha adalah perjanjian antara perusahaan sewa guna usaha/

yang menyewakan (lessor) dan penyewa guna usaha/ yang menyewa (lessee),

untuk menyewa guna usahakan suatu jenis barang modal tertentu yang dipilih atau

ditentukan oleh penyewa guna usaha.

Leasing adalah Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk

penyedian barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk

jangka waktu secara berkala, disertai dengan hak pilih (option) bagi perusahaan

tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau

memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati

bersama.

2.6 Prinsip Sewa Menyewa

Sewa menyewa dalam Islam disebut dengan Ijarah, terdapat dua jenis

sewa menyewa dalam perbankan syariah yaitu Al-Ijarah dan Al-Ijarah Al-

Muntahia Bit-Tamlik.

1. Al-Ijarah

Pembiayaan ijarah, yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang

dibutuhkan nasabah untuk memiliki suatu barang/jasa dengan kewajiban

menyewa barang tersebut sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan

kesepakatan. Pada akhir jangka waktu tersebut pemilikan barang yang

dihibahkan dari bank kepada nasabah. Bank memperoleh margin

keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank

kepada nasabah.

2. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik adalah akad sewa menyewa

barang antara bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir) yang diikuti janji,

bahwa pada saat kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada

mustajir.

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 7: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

7

3. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif.

3.1.1 Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Peneliti dalam

penelitiannya mendeskriptifkan dan menggambarkan perlakuan pajak penghasilan

atas kegiatan Ijarah dan Ijarah Bit Tamlik Pada Bank Syariah Mandiri

3.1.2 Jenis Penelitian Berdasarkan Manfaat Penelitian

Berdasarkan manfaatnya penelitian ini merupakan penelitian murni.

Penelitian dasar atau penelitian murni adalah “pencarian terhadap sesuatu karena

ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktivitas” (Nazir).

3.1.3 Jenis Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu

Penelitian ini dilakukan secara cross sectional, yaitu penelitian dilakukan

dalam satu waktu tertentu, pada saat melaksanakan praktek di lapangan dalam

mencari informasi mengenai perlakuan pajak penghasilan atas kegiatan ijarah dan

ijarah muttahiya Bit tamlik.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Terkait dengan pengumpulan data sebagai kelengkapan penulisan

skripsi ini, peneliti memperoleh informasi dengan menggunakan beberapa sumber

data yaitu:

3.2.1 Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari data yang tersedia yang pernah

ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ada

hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.

3.2.2 Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan wawancara mendalam dengan

menggunakan pedoman wawancara dengan beberapa informan yang terkait.

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 8: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

8

3.3 Narasumber/Informan

Pemilihan informan (Key Informan) pada penelitian difokuskan pada

representasi atas masalah yang diteliti. Peneliti melakukan wawancara berbagai

pihak, antara lain : Direktorat Jenderal Pajak, Badan Kebijakan Fiskal, Bank

Syariah Mandiri, dan Akademisi.

3.4 Penentuan Site Penelitian

Dalam proses penelitian ini, peneliti menggunakan lokasi penelitian di

Bank Syariah Mandiri Pusat, Thamrin, Jakarta Pusat.

3.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini terbatas hanya terhadap Pajak Penghasilan atas kegiatan

Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik Pada Perbankan Syariah Mandiri.

Pembatasan penelitian ini dilakukan untuk mempersempit dan memfokuskan

wilayah penelitian.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Dasar Pertimbangan Pemerintah Menyamaan Kegiatan Ijarah dan

Ijarah IMBT dengan Sewa Guna Usaha pada Industri Leasing

Perbankan Syariah merupakan kegiatan industri dibidang usaha

perbankan, semakin pesat pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia

merupakan hal positif bagi perekonomian Indonesia. Pemerintah telah

mengesahkan peraturan perpajakan bagi industri yang bergerak dibidang

perbankan syariah. Hal ini dapat kita lihat pada peraturan yang diterbitkan

pemerintah terkait industri perbankan syariah, disyahkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 25 tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan kegiatan usaha berbasis syariah.

Pengesahan PP ini terkait dengan perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan

Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2000.

Menurut Adam Smith, terdapat empat kaidah yang harus diperhatikan

dalam memungut pajak, antara lain :

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 9: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

9

1. Asas Equality

Asas equality merupakan asas keseimbangan dengan kemampuan atau

asas keadilan. Artinya, pemungutan pajak yang dilakukan oleh suatu negara harus

sesuai dengan kemampuan dan penghasilan Wajib Pajak, selain itu negara tidak

boleh bertindak diskriminatif terhadap Wajib Pajak.

Pemungutan Pajak Penghasilan atas kegiatan usaha berbasis syariah

memenuhi asas equality, yaitu dengan tidak membedakan perlakuan pajak

penghasilan antara bank syariah dengan konvensional, dengan memberikan

kesepadanan dalam memberlakukan pajak penghasilan pada suatu industri yang

bergerak pada bidang yang sama yaitu kegiatan Ijarah yang ditawarkan oleh Bank

Syariah Mandiri dengan Sewa Guna Usaha pada Industri Leasing. Hal ini untuk

menghindari diskriminasi antar industri yang bergerak pada satu industri yang

sama/sejenis.

2. Asas Certainly

Asas certainly merupakan asas kepastian hukum, artinya semua

pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang sehingga bagi Wajib Pajak

yang melanggar akan dikenakan sanski hukum. Dalam asas ini kepastian hukum

yang diutamakan adalah mengenai Subjek Pajak, Objek Pajak, Tarif Pajak, dan

ketentuan mengenai pembayaran pajak.

Pemungutan pajak penghasilan atas kegiatan usaha berbasis syariah

didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa peraturan

dalam bidang perpajakan yang mengatur kegiatan usaha berbasis syariah, antara

lain :

1. Undang-Undang Nomor: 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan

2. Peraturan Perintah Nomor: 25 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan

kegiatan usaha berbasis syariah

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 136/PMK.03/2011 tentang pengenaan

pajak penghasilan untuk kegiatan usaha perbankan syariah

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 137/PMK.03/2011 tentang Pengenaan

pajak penghasilan atas pembiayaan syariah

3. Asas Convenience of Payment

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 10: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

10

Merupakan asas pemungutan pajak yang tepat waktu, maksudnya pajak

hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib Pajak yaitu saat yang

paling dekat dengan saat diterimanya penghasilan/keuntungan yang dikenakan

pajak.

Pemungutan pajak penghasilan atas kegiatan Ijarah dan Ijarah Muntahiya

Bit Tamlik dikenakan pada saat nasabah melakukan pembayaran sewa,

pendapatan dari keuntungan atas transaksi tersebut merupakan objek pajak

penghasilan.

4. Asas Efficiency

Merupakan asas efisiensi atau asas ekonomis, dalam pemungutan pajak

hendaknya dilakukan sehemat dan seefisien mungkin jangan sampai biaya

pemungutan lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri. Dalam hal ini

pemungutan pajak telah memenuhi asas efisiensi seperti dalam tabel berikut :

Tabel

Perbandingan Penerimaan Pajak dengan Biaya Pengeluaran Pajak

Sumber : Laporan Keuangan DJP

Penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, jika dilihat dari

rasio tersebut penerimaan pajak berbanding dengan pengeluaran yang dikeluarkan

dalam memungut pajak, pemungutan pajak yang dilakukan oleh DJP telah

memenuhui asas efisiensi dalam pemungutan pajak.

Asas Substance Over From Principle

Pengenaan Pajak Penghasilan harus menganut asas Substance Overfrom

Principle yaitu bahwa hakekat ekonomis lebih penting daripada bentuk formal

yang dipakai artinya untuk menentukan apakah suatu penerimaan dapat disebut

No Tahun Penerimaan Pengeluaran Rasio

1 2009 575,432,696,759,361 4,048,300,039,984 0.70%

2 2010 667,604,733,871,181 4,317,787,813,317 0.65%

3 2011 742,719,856,032,954 5,395,460,592,226 0.73%

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 11: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

11

sebagai penghasilan atau bukan bergantung pada nama yang diberikan oleh Wajib

Pajak atau pihak manapun dan tidak bergantung pada bentuk yuridis dari transaksi

yang menimbulkan penerimaan bagi Wajib Pajak, melainkan semata ditentukan

oleh hakikat yang diterima oleh Wajib Pajak tersebut.

Undang-undang perpajakan Indonesia menganut asas materiil (substance

over from rule) yang menekankan pada pentingnya substansi atau materiil

daripada sekedar bentuk formal pada suatu permasalahan. Dengan kata lain, asas

materiil lebih penting daripada asas formal. Gunadi menegaskan bahwa istilah

dengan nama dan dalam bentuk apapun” menegaskan bahwa Undang-Undang

Pajak Penghasilan menganut konsep material bukan formal (substance over from

rule) dalam mengkatagorikan apakah suatu item itu merupakan penghasilan atau

bukan, walaupun Wajib Pajak tidak menyebutkan sebagai penghasilan, namun

kalau sumber daya tersebut memenuhi unsur-unsur definisi dalam ketentutan

pajak dianggap sebagai penghasilan.

Peraturan Pajak penghasilan pada industri perbankan syariah menganut

asas substance overfrom principle, penyamaan perlakuan pajak penghasilan

terhadap kegiatan produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dengan industri

leasing, dilatarbelakangi oleh asas substance overfrom principle. Bahwa

pengenaan pajak penghasilan tidak berlandaskan pada nama suatu industri

melainkan pada hakekat ekonomis suatu penghasilan.

Pada dasarnya pajak penghasilan dikenakan berdasarkan penghasilan yang

diterima/diperoleh oleh Wajib Pajak bukan berdasarkan pada nama yang

diberikan oleh Wajib Pajak.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009, merupakan aturan pelaksana

yang diamanatkan Pasal 31D dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor

36 Tahun 2008, dalam Pasal tersebut dinyatakan bahwa ketentuan mengenai

perpajakan bagi bidang usaha berbasis syariah diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Pemerintah. Berdasarkan peraturan tersebut perlakuan PPh atas kegiatan

usaha berbasis syariah dipersamakan dengan atau sebagaimana yang berlaku atas

transaksi sepadan yang dilakukan oleh pelaku usaha industri dalam bidang yang

sama berdasarkan sistem konvensional.

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 12: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

12

Pada tahun 2011 pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan

terkait dengan Pajak Penghasilan atas kegiatan Usaha Berbasis syariah,

diantaranya adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 136/PMK.03/2011

mengenai pengenaan pajak penghasilan untuk kegiatan Usaha Perbankan Syariah

dan Nomor: 137/PMK.03/2011 mengenai Pengenaan Pajak Penghasilan untuk

Kegiatan Usaha Pembiayaan Syariah. Peraturan ini diterbitkan sebagai peraturan

pelaksana ketentuan peraturan pemerintah Nomor 25 tahun 2009. Dalam

peraturan tersebut disebutkan bahwa ketentuan mengenai penghasilan, biaya, dan

pemotongan pajak atau pemotongan pajak dari kegiatan usaha perbankan syariah

berlaku mutatis muntandis berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Pajak

Penghasilan. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2009.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan dalam pasal 4 ayat 1 huruf p Bahwa usaha berbasis syariah

merupakan objek pajak. dalam pasal 31 D mengatur ketentuan mengenai

perpajakan bagi bidang usaha pertambangan minyak dan gas bumi, bidang usaha

panas bumi, bidang usaha pertambangan umum termasuk batubara, dan bidang

usaha berbasis syariah diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah yang mengatur perlakuan pajak penghasilan dalam

pasal 31D Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, yang

kemudian dibentuk peraturan pemerintah yang mengatur perlakuan pajak

penghasilan atas transaksi kegiatan usaha berbasis syariah dipersamakan dengan

atau sebagaimana yang berlaku atas transaksi sepadan yang dilakukan oleh pelaku

usaha dalam industri yang sama berdasarkan sistem konvensional. Dengan

demikian, perlakuan Pajak Penghasilan tidak bersifat distortif serta akan

memberikan perlakuan yang sama (level playing field) bagi Wajib Pajak dalam

suatu industri yang sama.

Pemerintah menyamakan perlakuan pajak penghasilan atas kegiatan Ijarah

dan Ijarah IMBT dengan Sewa Guna Usaha pada Industri Leasing, sebagaimana

yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pajak

Penghasilan atas kegiatan Usaha Berbasis Syariah. Penyamaan perlakuan pajak

penghasilan tersebut dimaksudkan agar pajak penghasilan tidak bersifat distortif

terhadap pelaku industri yang bergerak pada industri yang sejenis atau sepadan.

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 13: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

13

Kegiatan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dalam hal

pembiayaan Ijarah dan Ijarah IMBT pada dasarnya memiliki alur/skema yang

sama dengan Sewa Guna Usaha yang dilakukan oleh industri leasing. Perbedaan

kedua kegiatan tersebut hanya terdapat pada prinsip yang dilakukan pada kedua

industri tersebut. Adapun perbedaan Ijarah dengan Sewa Guna Usaha dapat

dilihat dari beberapa aspek, antara lain :

1. Objek

Objek yang disewakan dalam leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa

barang saja, terbatas pada manfaat barang saja, tidak berlaku untuk

manfaat tenaga kerja. Sedangkan objek yang disewakan dalam ijarah bisa

berupa barang dan jasa/tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan untuk

mendapatkan manfaat barang disebut sewa menyewa dan untuk

mendapatkan manfaat tenaga kerja/jasa disebut upah mengupah. Objek

yang disewakan dalam ijarah adalah manfaat barang dan manfaat tenaga

kerja. Dengan demikian, bila dilihat dari segi objeknya, ijarah mempunyai

cakupan yang lebih luas daripada leasing.

2. Metode pembayaran

Pada segi metode pembayaran, leasing hanya memiliki satu metode

pembayaran yaitu yang bersifat not contingent to formance artinya

pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa. Sedangkan

dalam pembayaran ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang

pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to

formance) dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja

objek yang disewa (not contigent to formance). Ijarah yang

pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut ijarah,

gaji, sewa. Sedangkan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada

kinerja objek yang disewa disebut jualah atau success fee.

3. Perpindahan kepemilikan (transfer of title)

Pada aspek perpindahan kepemilikan dalam leasing dikenal dengan 2

jenis, yaitu operating lease dimana tidak terjadi pemindahan kepemilikan

baik diawal maupun diakhir periode sewa dan financial lease dimana

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 14: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

14

terjadi perpindahan kepemilikan. Ijarah sama seperti operating lease yakni

tidak ada transfer of title baik diawal maupun diakhir periode, namun pada

akhir sewa dapat dijual barang yang disewakan kepada nasabah yang

dalam perbankan syariah dikenal dengan ijarah muntahiya bit tamlik.

Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.

Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan Pemerintah memberlakukan

pajak penghasilan atas kegiatan pembiayan Ijarah dan Ijarah IMBT dipersamakan

dengan kegiatan Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi (operating lease) dan dengan

hak opsi (finance lease), kesepadanan kegiatan yang dilakukan pada satu industri

yang sama yaitu sama-sama menawarkan produk dengan skema yang sama.

4.2 Analisis Penyamaan Perlakuan Pajak Penghasilan atas Kegiatan

Ijarah dengan operating lease dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

dengan Finance Lease

Praktek sewa menyewa dalam konvensional disebut dengan sewa guna

usaha atau leasing. Pengertian leasing menurut The International Accounting

Standard adalah suatu perjanjian dimana pemilik asset atau perusahaan sewa guna

usaha (lessor) menyediakan barang atau aset dengan hak penggunaan kepada

penyewa guna usaha (lessee) dengan imbalan pembayaran sewa untuk suatu

jangka waktu tertentu.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna (leasing), dijelaskan pengertian

leasing, leasing diartikan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang

modal baik dengan menggunakan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna

usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka

waktu tertentu berdasarkan pembayaran berkala. Berdasarkan kedua pengertian

leasing tersebut, baik bersifat internasional maupun yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan, unsur pengertian leasing dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembiayaan Perusahaan

2. Penyediaan barang-barang modal

3. Jangka waktu tertentu

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 15: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

15

4. Pembayaran berkala

5. Adanya hak pilih atau hak opsi

Pada transaksi leasing, terdapat beberapa pihak yang terlibat, diantaranya:

1. Lessor, yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa

pembiayaan kepada lessee dalam bentuk barang modal.

2. Lessee, yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam

bentuk barang modal dari lessor

3. Pemasok, yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau

menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran

secara tunai oleh lessor

4. Bank atau kreditur, dalam suatu perjanjian leasing, pihak bank atau

kreditur tidak terlibat secara langsung, akan tetapi bank memegang

peranan dalam penyediaan dana kepada lessor, dalam hal ini tidak tertutup

kemungkinan pemasok menerima kredit dari bank.

Terdapat dua jenis leasing menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

1169/KMK.01/1991 yaitu:

1. Finance Lease

Dalam sewa guna usaha ini, lessor adalah pihak yang membiayai

penyediaan barang modal. Selama masa sewa guna usaha, lessee

melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala dengan jumlah

seluruhnya ditambah dengan nilai sisa yang akan mencakup pengembalian

harga perolehan barang modal yang dibiayai berikut bunga, yang

merupakan pendapatan lessor.

2. Operating Lease

Lessor membeli barang modal dan disewagunausahakan kepada lessee.

Pembayaran periodik yang dilakukan lessee tidak mencakup biaya yang

dikeluarkan oleh lessor untuk mendapatkan barang modal dan bunganya.

Lessor mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang

disewagunausahakan.

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 16: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

16

Transaksi finance lease maupun operating lease selama ini ditemukan

dalam lembaga keuangan konvensional yang dikenal oleh masyarakat. Namun,

sewa-menyewa baik berbentuk finance lease maupun operating lease digunakan

juga sebagai salah satu bentuk kegiatan usaha pada Bank Syariah Mandiri yaitu

Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik.

Ijarah merupakan sewa-menyewa dimana bank bertindak selaku lessor dan

pada akhir masa sewa, objek sewa dikembalikan kepada bank selaku lessor,

sedangkan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik merupakan sewa-menyewa dimana bank

bertindak selaku lessor dengan diikuti janji perpindahan kepemilikan objek sewa

dari lessor kepada lessee diakhir masa sewa.

Tabel Perbedaan Finance Lease dengan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

Sumber : Widyarini Suryandari, 2007

No Financial Lease Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

1 Investment Investment

2 Minimal 2 tahun 1 s.d 20 tahun

3 Tidak memerlukan keahlian khusus

dalam menilai residu barang modal

Tidak memerlukan keahlian khusus

dalam menilai residu barang modal

4 Penyewa bertanggung jawab hampir

semua biaya pemeliharaan

Penyewa bertanggung jawab biaya

pemeliharaan yang tidak melekat

pada objek sewa

5 Sebagian besar masa ekonomis disewa

oleh satu penyewa

Sebagian besar masa ekonomis

disewa oleh satu penyewa

6 Keputusan untuk memiliki barang

modal baru diambil setelah

berakhirnya perjanjian

Sejak awal transaksi dilakukan,

nasabah sudah bermaksud untuk

memiliki barang yang menjadi objek

perjanjian

7 Jangka waktu perjanjian ditentukan

berdasarkan masa manfaat ekonomis

dari barang

Masa sewa ditentukan berdasarkan

kemampuan membeli

8 Hak Opsi ada pada nasabah Hak opsi ada pada Lessor

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 17: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

17

Pajak Penghasilan atas kegiatan Ijarah pada Perbankan Syariah dalam Undang-

Undang Perpajakan yang kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah No 25

Tahun 2009 tentang Pengenaan Pajak Penghasilan atas kegiatan Usaha Berbasis

Syariah selanjutnya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:

137/PMK.03/2011 tentang Pengenaan Pajak Penghasilan untuk kegiatan usaha

pembiayaan perbankan syariah, dalam pasal 4 (1) huruf a dan b dijelaskan bahwa:

“Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan dari Sewa

Guna Usaha yang dilakukan berdasarkan Ijarah, dikenai Pajak

Penghasilan atas sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)

dan Sewa Guna Usaha yang dilakukan berdasarkan Ijarah

Muntahiyah Bittamlik dikenai Pajak Penghasilan atas sewa guna

usaha dengan hak opsi (financial lease)”.

Berdasarkan Peraturan tersebut kegiatan Ijarah yang dilakukan oleh

Industri Perbankan Syariah dipersamakan dengan Sewa Guna Usaha pada Industri

Leasing. Penyamaan perlakuan pajak penghasilan antara kegiatan Ijarah dengan

Sewa Guna Usaha tersebut dimaksudkan bahwa pengenaan pajak bersifat

neutrality.

Tax Neutrality

Peraturan Pajak penghasilan atas kegiatan yang dilakukan oleh Perbankan

Syariah membawa dampak baik bagi industri Perbankan Syariah, Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.03/2011 dan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor: 137/PMK.03/2011 merupakan peraturan turunan dari Peraturan

Pemerintah Nomor 25 tahun 2009 tentang pajak penghasilan atas kegiatan usaha

perbankan syariah memberikan kepastian hukum dan membuat pajak penghasilan

netralitas, yaitu pajak penghasilan antara industri perbankan syariah dengan

sistem konvensional akan sama persis.

Kepastian hukum merupakan persyaratan penting dalam mendukung

perkembangan suatu industri dalam hal perlakuan pajak penghasilan. Kepastian

hukum dirasakan oleh industri perbankan syariah terkait dengan dikeluarkannya

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 136/PMK.03/2011 dan Nomor:

137/PMK.03/2011 tentang pajak penghasilan kegiatan usaha perbankan syariah

sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009.

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 18: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

18

Pada buku Tony Marsyahrul dijelaskan bahwa syarat pembuatan Undang-

Undang Perpajakan harus memenuhi asas sebagai berikut :

1. Asas Falsafah Hukum

Undang-Undang perpajakan harus mengabdi kepada keadilan, baik dalam

arti Undang-Undang maupun pelaksanaanya.

2. Asas Yuridis

Hukum pajak harus memberikan jaminan hukum yang perlu untuk

menyatakan keadilan bagi negaranya. Oleh karena itu, pemungutan pajak

di negara hukum haruslah berdasarkan Undang-Undang agar tercapai

kepastian hukum. Hal ini untuk menghindari perlakuan semena-mena oleh

aparatur perpajakan. Wajib Pajak tidak hanya dituntut memenuhi

kewajibannya tetapi hak-hak Wajib Pajak juga diperhatikan.

3. Asas ekonomi

Kebijakan pemungutan pajak harus diusahakan agar tidak menghambat

lancarnya produksi dalam suatu industri, terdapat keseimbangan dalam

kehidupan ekonomi.

4. Asas Finansial

Sesuai dengan fungsi budgeter, maka biaya pemungutan pajak harus

seminimal mungkin, dan hasil pemungutan pajak hendaknya cukup

menutupi pengeluaran-pengeluaran negara.

5. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang didapat oleh peneliti

antara lain adalah :

1 Dasar Pertimbangan Pemerintah menyamakan perlakuan pajak

penghasilan atas kegiatan Ijarah pada Perbankan Syariah dengan Sewa

Guna Usaha pada industri leasing atas dasar kesepadanan, yaitu Mutatis

Mutandis, dengan tujuannya agar perlakuan pajak penghasilan bersifat

tax neutrality, dengan tidak membedakan perlakuan pajak penghasilan

dalam suatu industri yang sama dalam hal ini industri leasing, sehingga

pajak tidak bersifat distortif.

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 19: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

19

2 Penyamaan perlakuan Pajak penghasilan atas kegiatan Ijarah dan Ijarah

Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) yang dilakukan oleh industri Bank

Syariah Mandiri syariah dengan kegiatan sewa guna usaha tepat :

a. Ijarah dengan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi (Operating

Lease), ditinjau dari mekanisme yang diterapkan oleh Ijarah

maupun Operating lease memiliki kesamaan yaitu perpindahan

hak guna atas suatu aset tertentu dengan pembayaran sewa tanpa

diikuti perpindahan kepemilikan atas aset itu sendiri. Dalam kedua

transaksi tersebut tidak ada perubahan kepemilikan tetapi hanya

perpindahan hak guna saja dari pemilik kepada penyewa.

Perlakuan Pajak Penghasilan atas kegiatan Ijarah sudah sesuai.

b. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik dengan Sewa Guna Usaha dengan

Hak Opsi (Finance Lease), keduanya memiliki kesamaan dalam

mekanisme maupun skema yang diterapkan oleh Perbankan

Syariah maupun industri leasing, yaitu terdapat perjanjian saat

akhir masa sewa berakhir terdapat perpindahan kepemilikan,

barang sewa tersebut menjadi milik nasabah/lessee. Penyamaan

kegiatan Ijarah IMBT dengan Sewa Guna Usaha sudah sesuai.

6.2 Saran

1. Dalam rangka memberikan kepastian hukum pada perbankan syariah,

khususnya terkait perselisihan perlakuan pajak penghasilan terkait

dengan kegiatan Ijarah dan Ijarah IMBT maka pemerintah dapat

memberikan penegasan perlakuan pajak pada perbankan syariah.

Dalam menetapkan kebijakan perpajakan dan memberikan jaminan

kesatuan pemahaman antara kalangan perbankan syariah dan DJP

perlu dilakukan standarisasi mekanisme transaksi syariah yang sudah

dilakukan.

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013

Page 20: OPERATING LEASE) DAN IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK …

20

Daftar Pustaka

Antonio, Muhammad Safi’I. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, 2001 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di

Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta : Kencana, 2006. Gunadi. Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan. Jakarta : Salemba Empat, 2002 Karim, Adiwarman. Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada, 2006 Suandy, Erly. Perencanaan Pajak Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2008

Sugiono, Arif. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Jakarta : Grasindo, 2009 Waluyo, Akuntansi Pajak, Jakarta : Salemba Empat, 2008

Wirdyaningsih, Perwataatmadja, Dewi, Barlinti. Bank dan Asuransi Islam Indonesia. Jakarta : Kencana, 2005.

Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim,

2004. Peraturan :

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan

Kegiatan Usaha Berbasis Syariah.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.03/2011 tentang Pajak

Penghasilan Usaha Berbasis Syariah

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2011 tentang Pajak

Penghasilan atas Pembiayaan Syariah

Perlakuan pajak..., Aprilya Mirnawati, FISIP UI, 2013