Upload
iftah-fadhilah
View
120
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Opiat
Opioid atau opiat berasal dari kata opium, getah dari bunga opium, Papaver somniverum,
yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opioid juga
digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik
yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium.Obat-obat yang
termasuk dalam golongan opiat adalah candu, morfin, heroin, demerol, metadon. Semua
obat-obat tersebut, jika disalhgunakan dapat menimbulkan adiksi (kecanduan).
Opioid adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan reseptor
morfin, misalnya. Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan
dalam anastesia untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri paska
pembedahan.
Morfin adalah salah satu alkaloid dari opium Selain morfin, opium mengandung alkaloid
tanpa aktivitas analgesik, e. g., papaverine spasmolitik. Semua semisintetik turunan
(hidromorfon) dan sepenuhnya sintetik derivatif (pentazocine, pethidine = meperidin, l-
metadon, dan fentanil) yang memiliki efek analgesik morfin secara kolektif disebut sebagai
opiat dan opioid, masing-masing.
Sebagian besar neuron bereaksi terhadap opioid dengan suatu hyperpolarization,
mencerminkan peningkatan konduktansi K. Ca2 masuknya ke terminal saraf selama eksitasi
menurun, mengarah ke penurunan pelepasan pemancar dan penurunan sinaptik aktivitas
(A). Tergantung pada populasi sel terpengaruh, ini inhibisi sinaptik menerjemahkan menjadi
efek depresan atau Perangsang (B).
RESEPTOR OPIOID
Reseptor opioid yang terdapat didalam susunan saraf pusat sama baiknya dengan yang ada
disepanjang jaringan periper. Reseptor – reseptor ini normalnya distimulasi oleh peptida
endogen (endorphins, enkephalins, dan dynorphins) diproduksi untuk merespon rangsangan
yang berbahaya. Dalam dokumen – dokumen yunani nama – nama dari reseptor opioid
berdasarkan atas bentuk dasar agonistnya (tabel 1).(4)
Mu (µ) (agonis morphine) reseptor – reseptor Mu terutama ditemukan di batang
otak, dan thalamus medial. Reseptor – reseptor Mu bertanggung jawab pada
analgesia supraspinal, depresi pernapasan, euphoria, sedasi, mengurangi motilitas
gastrointestinal, ketergantungan fisik. Yang termasuk bgiannya ialah Mu1 dan Mu2,
yang mana Mu1 berhubungan dengan analgesia, euphoria, dan penenang, Mu2
berhubungan dengan depresi pernapasan, preritus, pelepasan prolaktin,
ketergantungan, anoreksia, dan sedasi. Ini juga disebut sebagai OP3 atau MOR
(morphine opioid receptors).
Kappa (κ) (agonis ketocyklazocine) reseptor – reseptor Kappa dijumpai didaerah
limbik, area diensephalon, batang otak, dan spinal cord, dan bertanggung jawab
pada analgesia spinal, sedasi, dyspnea, ketergantungan, dysphoria, dan depresi
pernapasan. Ini juga dikenal dengan nama OP2 atau KOR (kappa opioid receptors).
Delta (δ) (agonis delta-alanine-delta-leucine-enkephalin) reseptor – reseptor Delta
lokasinya luas di otak dan efek – efeknya belum deketahui dengan baik. Mungkin
bertanggung jawab pada psykomimetik dan efek dysphoria. Ini juga dikenal dengan
nama OP1 dan DOR (delta opioid receptors).
Sigma (σ) (agonis N-allylnormetazocine) reseptor – reseptor Sigma bertanggung
jawab pada efek – efek psykomimetik, dysphoria, dan stres-hingga depresi.
MEKANISME KERJA
Reseptor opioid sebenarnya tersebar luas diseluruh jaringan system saraf pusat, tetapi lebih
terkonsentrasi di otak tengah yaitu di sistem limbic, thalamus, hipothalamus corpus
striatum, system aktivasi retikuler dan di korda spinalis yaitu substantia gelatinosa dan
dijumpai pula di pleksus saraf usus. Molekul opioid dan polipeptida endogen (metenkefalin,
beta-endorfin, dinorfin) berinteraksi dengan reseptor morfin dan menghasilkan efek.
Reseptor tempat terikatnya opioid disel otak disebut reseptor opioid (keterangan tentang
reseptor opioit telah dijelaskan sebelumnya). Suatu opioid mungkin dapat berinteraksi
dengan semua jenis reseptor akan tetapi dengan afinitas yang berbeda, dan dapat bekerja
sebagai agonis, antagonis, dan campuran. Opioid mempunyai persamaan dalam hal
pengaruhnya pada reseptor, karena itu efeknya pada berbagai organ tubuh juga mirip.
Perbedaan yang ada menyangkut kuantitas, afinitas pada reseptor dan tentu juga kinetik
obat yang bersangkutan.
Secara umum, efek obat-obat narkotik/opioid antaralain:
A. Efek sentral
Menurunkan persepsi nyeri dengan stimulasi (pacuan) pada reseptor opioid
(efekanalgesi).
Pada dosis terapik normal, tidak mempengaruhi sensasi lain.
Mengurangi aktivitas mental (efek sedative).
Menghilangkan konflik dan kecemasan (efek transqualizer).
Meningkatkan suasana hati (efek euforia), walaupun sejumlah pasien merasakan
sebaliknya (efek disforia).
Menghambat pusat respirasi dan batuk (efek depresi respirasi dan antitusif)
Pada awalnya menimbulkan mual-muntah (efek emetik), tapi pada akhirnya
menghambat pusat emetik (efek antiemetik)
Menyebabkan miosis (efek miotik)
Memicu pelepasan hormon anti deuretik (efek anti deuretik)
Menunjukkan perkembangan toleransi dan dependensi dengan pemberian dosis
yang berkepanjangan.(2)
B. Efek Perifer
Menunda pengosongan lambung dengan kontriksi piloru.
Mengurangi motilitas gastrointestinal dan menaikkan tonus (konstipasi spastik).
Kontraksi sfingter saluran empedu.
Menaikkan tonus otot kandung kencing.
Menurunkan tonus vaskuler dan menaikkan resiko reaksi ortostastik.
Menaikkan insidensi reaksi kulit, urtikaria dan rasa gatal karena pelepasan histamin,
dan memicu bronkospasme pada pasien asma.