9
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012 OPTIMASI PENGGUNAAN TEPUNG LABU KUNING DAN GUM ARAB PADA PEMBUATAN CUP CAKE Indah Purnamasari, Umi Purwandari dan Supriyanto Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK Program diversifikasi bahan pangan lokal diharapkan dapat menurunkan impor tepung terigu. Tepung labu kuning diharapkan bisa mensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan cup cake, dan gum arab ditambahkan untuk memperbaiki sifat tekstural dan volume pengembangan cup cake. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan kondisi optimum penggunaan tepung labu kuning dan gum arab dari kombinasi perlakuan yang digunakan. Metode Response Surface Methodology (RSM) dipilih untuk mengoptimalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu cup cake. Proporsi tepung labu kuning dan gum arab dirancang menggunakan desain Central Composite Rotate Design (CCRD) masing-masing 5 level, yakni konsentrasi tepung labu 0%, 10 %, 20%, 30%, 40%, dan konsentrasi gum arab 0%, 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air, volume pengembangan dan cohesiveness cup cake yang optimum dicapai pada kombinasi perlakuan tepung labu dan gum arab 20 % : 0,8 %, sedangkan sifat adhesiveness cup cake yang optimum dicapai pada kombinasi perlakuan tepung labu dan gum arab 10 % : 0,6 %, sehingga kondisi optimum penggunaan tepung labu dan gum arab pada pembuatan cup cake labu kuning berdasarkan keempat parameter tersebut dicapai dengan proporsi tepung labu dan gum arab 1020 % : 0,60,8 %. Kata kunci: tepung labu kuning, gum arab, cup cake, RSM PENDAHULUAN Kondisi masyarakat Indonesia yang tergantung pada bahan pangan tertentu misalnya beras dan gandum dapat melemahkan ketahanan pangan nasional. Menghadapi hal tersebut, maka perlu dilakukan penggalian potensi bahan pangan lokal melalui diversifikasi pangan yang akan mendukung ketahanan pangan nasional serta mengurangi ketergantungan masyarakat akan tepung terigu. Bahan pangan ini diharapkan dapat mensubstitusi tepung terigu meskipun untuk beberapa produk hanya dapat dilakukan substitusi secara parsial. Salah satu bahan pangan lokal tersebut adalah labu kuning. Labu kuning (Cucurbita moschata) adalah tanaman lokal yang keberadaannya melimpah di Indonesia. Labu kuning merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak mengandung beta karoten atau provitamin A yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, labu kuning juga mengandung zat gizi seperti protein, karbohidrat, beberapa mineral seperti kalsium, fosfor, besi, serta vitamin yaitu vitamin B dan C(Hidayah 2010). Saat ini konsumsi cup cake cukup populer dan disukai oleh masyarakat, karena cake tersebut dipandang praktis dan mempunyai cita rasa yang baik. Cup cake atau mini Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Optimasi Penggunaan Tepung Labu Kuning Dan Gum Arab Pada Pembuatan Cup Cake

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Optimasi Penggunaan Tepung Labu Kuning Dan Gum Arab Pada Pembuatan Cup Cake

Citation preview

  • Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi

    Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012

    OPTIMASI PENGGUNAAN TEPUNG LABU KUNING DAN GUM ARAB

    PADA PEMBUATAN CUP CAKE

    Indah Purnamasari, Umi Purwandari dan Supriyanto

    Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas

    Trunojoyo Madura

    ABSTRAK

    Program diversifikasi bahan pangan lokal diharapkan dapat menurunkan impor

    tepung terigu. Tepung labu kuning diharapkan bisa mensubstitusi tepung terigu dalam

    pembuatan cup cake, dan gum arab ditambahkan untuk memperbaiki sifat tekstural dan

    volume pengembangan cup cake. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

    dan kondisi optimum penggunaan tepung labu kuning dan gum arab dari kombinasi

    perlakuan yang digunakan. Metode Response Surface Methodology (RSM) dipilih

    untuk mengoptimalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu cup cake.

    Proporsi tepung labu kuning dan gum arab dirancang menggunakan desain Central

    Composite Rotate Design (CCRD) masing-masing 5 level, yakni konsentrasi tepung

    labu 0%, 10 %, 20%, 30%, 40%, dan konsentrasi gum arab 0%, 0,2%, 0,4%, 0,6%,

    0,8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air, volume pengembangan dan

    cohesiveness cup cake yang optimum dicapai pada kombinasi perlakuan tepung labu

    dan gum arab 20 % : 0,8 %, sedangkan sifat adhesiveness cup cake yang optimum

    dicapai pada kombinasi perlakuan tepung labu dan gum arab 10 % : 0,6 %, sehingga

    kondisi optimum penggunaan tepung labu dan gum arab pada pembuatan cup cake labu

    kuning berdasarkan keempat parameter tersebut dicapai dengan proporsi tepung labu

    dan gum arab 1020 % : 0,60,8 %.

    Kata kunci: tepung labu kuning, gum arab, cup cake, RSM

    PENDAHULUAN

    Kondisi masyarakat Indonesia yang tergantung pada bahan pangan tertentu

    misalnya beras dan gandum dapat melemahkan ketahanan pangan nasional. Menghadapi

    hal tersebut, maka perlu dilakukan penggalian potensi bahan pangan lokal melalui

    diversifikasi pangan yang akan mendukung ketahanan pangan nasional serta

    mengurangi ketergantungan masyarakat akan tepung terigu. Bahan pangan ini

    diharapkan dapat mensubstitusi tepung terigu meskipun untuk beberapa produk hanya

    dapat dilakukan substitusi secara parsial. Salah satu bahan pangan lokal tersebut adalah

    labu kuning.

    Labu kuning (Cucurbita moschata) adalah tanaman lokal yang keberadaannya

    melimpah di Indonesia. Labu kuning merupakan salah satu komoditas pertanian yang

    banyak mengandung beta karoten atau provitamin A yang sangat bermanfaat bagi

    kesehatan. Selain itu, labu kuning juga mengandung zat gizi seperti protein, karbohidrat,

    beberapa mineral seperti kalsium, fosfor, besi, serta vitamin yaitu vitamin B dan

    C(Hidayah 2010).

    Saat ini konsumsi cup cake cukup populer dan disukai oleh masyarakat, karena

    cake tersebut dipandang praktis dan mempunyai cita rasa yang baik. Cup cake atau mini

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

    2

    cake merupakan cake berukuran kecil. Cup cake termasuk makanan ringan yang

    biasanya terbuat dari tepung terigu, gula dan telur (Anonim1 2009). Pembuatan cup cake

    dari campuran tepung terigu dan non-terigu dapat berpengaruh pada cup cake yang

    dihasilkan. Tepung terigu berfungsi untuk membentuk struktur karena gluten dapat

    bereaksi kompleks dengan karbohidrat. Gluten merupakan jenis protein yang hanya

    terdapat pada tepung terigu, sedangkan tepung labu kuning tidak mengandung jenis

    protein seperti gluten. Oleh karena itu diperlukan hidrokoloid untuk mensubstitusi

    gluten pada adonan. Menurut Sanderson (1981) dalam Nugroho (2006), gum arab

    merupakan hidrokoloid yang mempunyai sifat larut dalam air atau terdispersi dalam air.

    Pada pembuatan roti dan cake, penambahan gum arab bisa meningkatkan

    pengembangan roti dan memperbaiki sifat terksturalnya (Shittu 2009).

    Dengan melihat potensi yang ada, maka perlu adanya penelitian untuk mengkaji

    lebih lanjut mengenai optimasi penggunaan tepung labu kuning sebagai substitusi

    tepung terigu dalam pembutan cup cake dengan penambahan gum arab menggunakan

    Response Surface Methodology (RSM), sehingga diharapkan akan menghasilkan

    formulasi optimum dari penggunaan tepung labu kuning dan penambahan gum arab

    dalam menghasilkan cup cake dengan sifat tekstural yang baik.

    Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui sifat kimia dan tekstural tepung labu

    kuning dan mengetahui pengaruh dan kondisi optimum penggunaan tepung labu kuning

    dan penambahan gum arab pada sifat tekstural (cohesiveness, adhesiveness), kadar air

    dan volume pengembangan cup cake. Dari hasil penelitian bermanfaat sebagai

    informasi mengenai pengaruh dan kondisi optimum penggunaan tepung labu kuning

    sebagai substitusi tepung terigu dengan penambahan gum arab berdasarkan sifat

    tekstural (cohesiveness, adhesiveness), volume pengembangan dan kadar air cup cake.

    METODE

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium TIP dan Laboratorium Dasar

    Universitas Trunojoyo Madura, Laboratorium SEAFAST Bogor, Laboratorium Pangan

    Universitas Widya Mandala Katolik Surabaya dan Laboratorium Badan Penelitian

    Konsultasi Industri (BPKI) Surabaya selama 3 bulan.

    Bahan yang digunakan dalam pembuatan tepung labu kuning adalah labu kuning

    jenis bokor. Bahan yang digunakan dalam pengujian tepung labu kuning adalah tepung

    labu kuning, akuades, iodin 1 %, HCL 0,02 N, H2SO4, K2SO4, HgO, NaOH, etanol,

    asam asetat 1 N, petroleum eter dan H3BO3. Bahan yang digunakan dalam pembuatan

    cup cake adalah tepung terigu, tepung labu kuning, telur, margarin, susu, gum arab,

    vanili dan baking powder . Peralatan yang digunakan meliputi oven, blender, ayakan 60

    mesh, timbangan analitik, sentrifuge, desikator, soxhlet, labu ukur, spektrofotometer,

    Brabender Amylograph

    , Stevens-LFRA Texture Analyser

    , Mechtric-Srevens,

    Stevens-Voland.

    Skema tahapan penelitian ini yang meliputi pembuatan tepung labu kuning dan

    pembuatan cup cake dapat dilihat pada Gambar 1.

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi

    Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012

    Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tepung Labu Kuning Dan Cup Cake

    Penelitian ini menggunakan metode Response Surface Methodology (RSM)

    menggunakan desain Central Composite Rotatable Design (CCRD) (Oramahi 2008),

    yang terdiri dari dua faktor yaitu konsentrasi tepung labu kuning dan gum arab.

    Penelitian dilaksanakan sesuai dengan desain perlakuan yang sudah dibuat berdasarkan

    Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Desain penelitian pembuatan cup cake

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Sifat Kimia Tepung Labu Kuning

    Kandungan amilosa (9,86 %) dan amilopektin (1,22%) tepung labu kuning

    tergolong sangat kecil dibandingkan dengan tepung terigu. Menurut Grosch et al.

    (1987) dalam Andriyani (2008), komponen terbanyak tepung terigu adalah pati sekitar

    70 % yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Kandungan amilosa dalam pati sekitar

    20 % dan sisanya adalah kandungan amilopektin. Hal tersebut diduga karena tepung

    terigu yang berasal dari biji gandum termasuk serelia yang banyak mengandung pati,

    sedangkan labu kuning tergolong buah yang biasanya sedikit mengandung pati.

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

    4

    Bentuk Granula dan Sifat Gelatinisasi Pati

    Granula pati labu kuning mempunyai bentuk bulat, bulat tidak beraturan, elips

    dan ukurannya bervariasi, yaitu mulai dengan ukuran panjang 25,55-78,61 m dan lebar

    37,47-70.94 m. Ukuran granula pati labu kuning lebih besar dibandingkan dengan

    ukuran granula pati tepung terigu yang berukuran 2022 m (Beynum et al., 1985

    dalam Anonim2.,2009).

    Gambar 2 Bentuk Granula Pati Tepung Labu Kuning

    Beynum et al. (1985) dalam Anonim2 (2009) melaporkan bahwa pati tepung

    terigu dengan ukuran granula pati yang lebih kecil daripada pati labu kuning, memiliki

    ketahanan terhadap gelatinisasi yang lebih tinggi. Sehingga, kemungkinan ukuran

    granula pati bukan satu-satunya faktor dominan yang menentukan ketahanan panas atau

    sifat gelatinisasi suatu pati.

    Suhu gelatinisasi awal tepung labu kuning sebesar 50,2 C dan waktu yang

    dibutuhkan untuk mencapai suhu gelatinisasi tersebut adalah 6,73 menit. Beynum et al.

    (1985) dalam Anonim2 (2009) menunjukkan bahwa tepung terigu relatif lebih tahan

    terhadap perlakuan panas dan shearing, karena memiliki nilai peak viscosity yang

    rendah (200 cP), tingginya pasting temperature (80-85 C) dan sangat rendahnya

    breakdown viscosity (21 cP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa granula tepung

    labu kuning tidak tahan terhadap perlakuan panas, sehingga granula pati tepung labu

    sangat mudah pecah. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan cukup tingginya nilai peak

    viscosity (3313 cP), rendahnya peak time (6,73 menit), rendahnya pasting temperature

    (50,2 C) dan cukup tingginya break down viscosity (1258 cP).

    Kekuatan, Rigiditas dan Kekerasan Gel

    Kekuatan gel tepung labu kuning sebesar 208,8 g/cm2. Kekuatan gel didukung

    dengan nilai titik pecah gel. Gel labu kuning dengan titik pecah sebesar 0,829 cm

    menunjukkan bahwa gel ini relatif mudah pecah, sehingga kekuatan gel tepung labu

    tergolong lemah.

    Data rigiditas (125,855) menunjukkan bahwa tepung labu kuning kurang rigid,

    artinya akan berubah bentuk ketika diberi tekanan. Hal tersebut diduga bahwa

    rendahnya kandungan amilopektin (1,22 %) tepung labu yang menyebabkan rigiditas

    gel pati yang cukup lemah. Kekerasan gel (hardness) tepung labu kuning tergolong

    memiliki kekerasan gel yang rendah (lunak). Kelemahan gel tepung labu kuning dapat

    dipengaruhi oleh kandungan amilosa, lemak, protein dan mineral tepung. Kandungan

    protein tepung labu kuning yang rendah dibandingkan tepung terigu diduga

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi

    Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012

    menyebabkan kelemahan pada gel. Menurut Grosch et al. (1987) dalam Andriyani

    (2008), tepung terigu mengandung protein mencapai 8- 3 %.

    Water Absorption Index (WAI) dan Water Solubility Index (WSI)

    WSI tepung labu kuning sebesar 21,53% sedangkan WAI sebesar 0,53 %.

    Menurut Saraswati (2006), semakin kecil ukuran pati maka semakin cepat reaksi

    berlangsung karena ukuran partikel yang kecil akan meningkatkan luas permukaan serta

    meningkatkan kelarutan dalam air. Oleh karena itu, tepung terigu diduga memiliki

    kemampuan menyerap dan larut dalam air yang lebih baik daripada tepung labu, karena

    ukuran granula patinya yang lebih kecil dan kandungan proteinnya yang lebih tinggi.

    Analisis Response Surface Methodology (RSM)

    Optimasi Konsentrasi Tepung Labu Kuning dan Gum Arab terhadap Kadar Air

    Kenaikan kadar air secara nyata dapat dilihat pada Gambar 3.2, dimana pada

    konsentrasi tepung labu 20-40 % dan konsentasi gum arab 0,65-0,8 % terlihat area

    kadar air yang cukup tinggi. Surface plot menunjukkan bahwa penggunaan tepung labu

    dan gum arab dengan konsentrasi yang cukup tinggi akan meningkatkan kadar air cup

    cake. Berdasarkan desain penelitian, cup cake yang memiliki kadar air optimum yaitu

    pada penggunaan konsentrasi tepung labu 20 % dan konsentrasi gum arab 0,8 % dengan

    hasil kadar air sebesar 27,99 %. Menurut Soekarto (1979) dalam Aditya (2008), salah

    satu kriteria mutu cup cake yang baik yaitu jika dimakan terasa lembut dan lembab

    dengan kadar air mencapai 10 - 30 %, sehingga cup cake yang berkadar air sebesar

    27,99 % termasuk dalam kriteria cup cake yang baik.

    Gambar 3. Contour dan Surface Plot Pengaruh Konsentrasi Tepung Labu dan Gum

    Arab Terhadap Kadar Air

    Optimasi Konsentrasi Tepung Labu Kuning dan Gum Arab terhadap Volume

    Pengembangan

    Hasil contour plot pada Gambar 3.3 terlihat bahwa area volume pengembangan

    optimum terlihat pada penggunaan konsentrasi tepung labu sebesar 0 - 20 % dan

    konsentrasi gum arab sebesar 0,55 - 0,8 %.

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

    6

    Gambar 4. Contour dan Surface Plot Pengaruh Konsentrasi Tepung Labu Dan Gum

    Arab Terhadap Volume Pengembangan

    Hal tersebut juga dapat dilihat pada surface plot, bahwa konsentrasi tepung labu

    yang tinggi cenderung menurunkan volume pengembangan cup cake. Sesuai desain

    penelitian, cup cake dengan volume pengembangan optimum yaitu pada penggunaan

    konsentrasi tepung labu 20% dan konsentrasi gum arab 0,8 %.

    Optimasi Konsentrasi Tepung Labu Kuning dan Gum Arab terhadap

    Cohesiveness

    Cohesiveness merupakan ikatan perpaduan antar komponen pada cup cake. Nilai

    cohesiveness yang tinggi akan memberikan struktur komponen cup cake yang kompak.

    Hasil contour dan surface plot menunjukkan bahwa pada konsentrasi tepung labu hanya

    sebesar 0-20 % dan konsentrasi gum arab mencapai 0,75-0,8 % menunjukkan area

    cohesiveness yang optimum.

    Sesuai desain penelitian, perlakuan yang menghasilkan cup cake dengan sifat

    cohesiveness optimum adalah pada penggunaan konsentrasi tepung labu 20 % dan

    penambahan gum arab dengan konsentrasi yang cukup tinggi yaitu 0,8 %. Hal tersebut

    diduga bahwa gum arab juga memiliki kemampuan yang cukup baik dalam

    memperbaiki tekstur cup cake.

    Gambar 5. Contour dan Surface Plot Pengaruh Konsentrasi Tepung Labu danGum Arab

    Terhadap Cohesiveness

    Optimasi Konsentrasi Tepung Labu Kuning dan Gum Arab terhadap

    Adhesiveness

    Adhesiveness merupakan kelekatan atau kelengketan komponen cup cake pada

    rongga saat dimakan, maka tidak diinginkan cup cake dangan nilai adhesiveness yang

    tinggi. Jadi area optimum yang memberikan kualitas cup cake yang baik atau area

    optimal dari adhesiveness dipilih pada penggunaan konsentrasi tepung labu sebesar 0-

    15 % dengan penambahan gum arab mencapai 0,6 - 0,8 % (Gambar 4.8).

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi

    Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012

    Gambar 6. Contour dan Surface Plot Pengaruh Konsentrasi Tepung Labu Dan Gum

    Arab Terhadap Adhesiveness

    Berdasarkan desain penelitian, perlakuan yang memberikan hasil cup cake

    dengan sifat adhesiveness yang optimal adalah pada penggunaan konsentrasi tepung

    labu hanya 10 % dan penambahan gum arab sebanyak 0,6 %. Seperti halnya pada sifat

    cohesiveness, gum arab juga memberikan kontribusi positif terhadap cup cake dengan

    nilai adhesiveness yang optimal.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. Tepung labu kuning mengandung amilosa dan fosfor yang cukup tinggi, sehingga gel tepung labu bersifat lemah dan lunak.

    2. Kadar air, volume pengembangan dan cohesiveness cup cake mencapai optimum pada kombinasi perlakuan tepung labu dan gum arab 20 % : 0,8 %, sedangkan sifat

    adhesiveness cup cake yang optimum dicapai pada kombinasi perlakuan tepung labu

    dan gum arab 10 % : 0,6 %, sehingga kondisi optimum penggunaan tepung labu dan

    gum arab pada pembuatan cup cake labu kuning berdasarkan keempat parameter

    tersebut dicapai dengan proporsi tepung labu dan gum arab 10 20 % : 0,6 0,8 %.

    Saran

    Penggunaan tepung labu kuning sebagai substitusi tepung terigu dalam

    pembuatan cup cake kurang optimal, sehingga perlu dilakukan modifikasi pati untuk

    memperbaiki sifat gelatinisasi gel dan kekuatan gel untuk menghasilkan cup cake

    dengan volume pengembangan dan sifat tekstural yang lebih baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aditya IM. 2008. Kajian Perbedaan Wadah Kemasan terhadap Mutu Cake selama

    Penyimpanan Dingin. [skripsi]. Bogor: Institut Teknik Bogor.

    Andriyani. 2008. Pengaruh Jumlah Bubur Tepung Labu Kuning dan Konsentrasi

    Kitosan terhadap Mutu Mie Basah. [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera

    Utara.

    Anonim. 2009. Modifikasi Tepung Tapioka Menggunakan Proses Hidrolisa Parsial

    Secara Enzimatis. [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Anonim. 2010. Buah Labu Kuning (http://www.suaramerdeka.com,2010, diakses 25

    Agustus 2011).

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

    8

    Astuti SD., Andarwulan N., Hariyadi P. 2010. Penetapan Formula Gel Minyak Sawit

    (Palm Oil Gel) Kaya Karotenoid sebagai Ingredient Pangan Fungsional Sumber

    pro Vitamin A yang Memiliki Kekuatan Gel Tinggi. In: Prosiding Seminar

    Nasional Peran Keamanan Peran Produk Unggulan Daerah; 2010 Okt. 8-9;

    Purwokerto.

    Bradley N. 2007. Response Survace Methodology. Indiana University of South Bend.

    Heliyani. 1993. Pedoman Praktis Bercocok Tanam (Mentimun, Waluh, Beligo). Jakarta:

    Mahkota.

    Hidayah R. 2010. Manfaat dan Kandungan Gizi Labu Kuning

    (http://www.borneotribune.com, diakses 25 Agustus 2011).

    Hidayat T. 2008. Karakteristik Fisik dan Organoleptik Tortilla Corn Chips dengan

    Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein. [skripsi]. Bogor:

    Institut Teknologi Bogor.

    Liu JZ, Weng LP, Zhang QL, Xu H, Ji LN.2003. Optimization of Glucose Oxydase

    Production by Aspergillus niger in a Benchtop Bioreactor Using Response

    Surface Methodology. World J Microbiol Biotechnol.19:317-323

    Nugroho ES. 2006. Pengaruh Konsentrasi Gum Arab dan Dekstrin terhadap Sifat Fisik

    dan Tingkat Kesukaan Temulawak (Curcuma Xanthorhiza) Madu Instan.

    [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Wangsa Mandala.

    Oramahi HA. 2008. Teori dan aplikasi penggunaan RSM (Response Surface

    Methodology). Yogyakarta: Ardana Media.

    Purwandari U. 2009. Physical properties of functional fermented milk produced with

    exopolysaccharide producing strains of Streptococcus thermophiles. [disertasi].

    Victoria University. Melbourne.

    Purwandari U., Supriyanto, Burhan. 2011. Penyusunan Indeks Substitusi (Substitution

    Index) berdasarkan Karakteristik Fisik, Tekstural, dan Profil Gelatinisasi

    Tepung non Konvensional untuk Substitusi Tepung Terigu. Laporan Kemajuan

    Program Penelitian Fundamental Tahun 2011. Bangkalan: Universitas

    Trunojoyo Madura.

    Rahayu E. 2006. Pengaruh Penambahan Gum Arab dan Variasi Suhu Penyimpanan

    terhadap Sifat Fisik dan Kimia Sari Buah Labu Kuning (Cucurbita maxima).

    [skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

    Saraswati. 1982. The Problems to be Solved in Starch Processing Technologies in

    Indonesia. BPPT.

    Setyawan A. 2007. Gum Arab (http://ebookpangan.com,2006, diakses 25 Agustus

    2011).

    Shittu TA, Raji AO, Sanni LO. 2006. Bread from composite cassava-wheat flour: I.

    Effect of baking time and temperature on some physical properties of bread loaf.

    Int J ScienceDirect 40:280-290

    Shittu TA, Aminu RA, Abulude EO. 2009. Functional effect of gum on composite

    cassava-wheat dough and bread. Int J Food Hydrocoloid 23:2254-2260.

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi

    Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012

    Sinaga S. 2010. Pengaruh Substitusi Tepung Terigu dan Jenis Penstabil dalam

    Pembuatan Cookies Labu Kuning. [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera

    Utara.

    Subagio A. 2007. Manajemen Pengolahan Roti dan Kue. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Supriyanto. 2007. Karakteristik Cucurbitha Mie dari Tepung Campuran (Ubi Kayu dan

    Labu Kuning). J Teknologi dan Industri Pangan 5:1-9.

    Turabi E, Sumnu G, Sahin S. 2006. Rheological properties and quality of rice cakes

    formulated with different gums and an emulsifier bend. Int J ScienceDirect

    22:305-312

    Wijayanti YR. 2007. Substitusi Tepung Gandum (Triticum Aestivum) dengan Tepung

    Garut (Maranta Arundinaceae L) pada Pembuatan Roti Tawar. [skripsi].

    Yogyakarta: UGM

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012