22
LAPORAN PENAHULUAN PADA PASIEN DENGAN OPEN REDUCTION EXTERNAL FIXATION ( OREF ) A. KONSEP DASAR 1. Definisi OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal di mana prinsipnya tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur , sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif ( hancur atau remuk ) . Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya , kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.

oref

Embed Size (px)

DESCRIPTION

reja agung maulana

Citation preview

Page 1: oref

LAPORAN PENAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN OPEN REDUCTION EXTERNAL FIXATION ( OREF )

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal di mana prinsipnya tulang

ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur , sekrup atau kawat ditransfiksi di

bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu

batang lain

             Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan

kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur

kominutif ( hancur atau remuk ) . Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga

posisinya , kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa

nyaman  bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.

Page 2: oref

2

2. Tujuan OREF

Tujuan dilakukan tindakan antara lain :

a. Untuk menghilangkan rasa nyeri.

Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun

karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut.

b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.

c. Agar terjadi penyatuan tulang kembali

Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan

menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat

gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.

d. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula

         Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya

sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin

3. Indikasi OREF

a. Fraktur terbuka grade II (Seperti grade I dengan memar kulit dan otot ) dan III

(Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf  otot dan kulit )

b. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang yang parah.

Page 3: oref

c. Fraktur yang sangat  kominutif ( remuk ) dan tidak stabil.

d. Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf.

e. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.

f. Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok. Misal :

infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ).

g. Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan.

h. Kadang – kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus

4. Keuntungan dan Komplikasi OREF

Keuntungan eksternal fiksasi adalah :

Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien , mobilisasi awal dan latihan

awal untuk sendi di sekitarnya sehingga komplikasi karena imobilisasi dapat

diminimalkan

Sedangkan komplikasinya adalah :.

a. Infeksi di tempat pen ( osteomyelitis ).

b. Kekakuan pembuluh darah dan saraf.

c. Kerusakan periostium yang parah sehingga terjadi delayed union atau non 

union .

d. Emboli lemak.

e. Overdistraksi fragmen.

5. Hal – hal yang Harus Diperhatikan pada Klien dengan Pemasangan Eksternal Fiksasi

a. Persiapan psikologis

Page 4: oref

Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang fiksator

eksternal Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien. Harus

diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan bahwa

mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat ini, begitu

juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan fiksator ini.

b. Pemantauan terhadap kulit, darah, atau pembuluh saraf.

Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari fiksator atau pin harus

ditutupi untuk mencegah adanya cedera akibat alat ini. Tiap tempat pemasangan

pin dikaji mengenai adanya kemerahan , keluarnya cairan, nyeri tekan, nyeri dan

longgarnya pin.Perawat harus waspada terhadap potensial masalah karena

tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh darah.

c. Pencegahan infeksi

Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara rutin.

Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga

kebersihannya. Bila pin atau klem mengalami pelonggaran , dokter harus

diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan ukurannya.

d. Latihan isometrik

Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa

menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas

cedera di tempat lain. Pembatasan pembebanan berat badan diberikan untuk

Page 5: oref

meminimalkan pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin dan

tulang.

6. Path Way

Trauma, PatologiTrauma , Patologi

Fraktur

Kehilangan integritas tulang

OREF, pembedahan

Deficit perawatan diri

immobilisasi

Nyeri akutKerusakan integritas kulit

Kerusakan mobilitas fisik

Kerusakan rongga neuromuskular

Terputusnya jaringan lunak

Kehilangan cairan

Luka Terbuka

Dipasang infus dan transfusi

Syok hipovolemik

Saluran invasif

Resiko tinggi

infeksi

Page 6: oref

7. Penatalaksanaan dan Perawatan OREF

a. Pencegahan Infeksi pada OREF

Merawat luka adalah untuk mencegah trauma pada kuit, membran mukosa

atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma , fraktur, luka operasi yang

dapat merusak permukaan kulit.

Tujuan Melakukan Perawatan Luka

Tujuan untuk melakukan perawatan luka adalah :

1) Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.

2) Absorbsi drainase.

3) Menekan dan imobilisasi luka.

4) Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis.

5) Mencegah luka dari kontaminasi.

6) Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

b. Pencegahan Injury

1) Pencegahan Injury dengan Traksi

Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi

digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi,

Page 7: oref

mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas,

dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang.

Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginka untuk

mendapatkan efek terapeutik. (Smeltzer & Bare, 2001 ).

Keuntungan pemakaian traksi 

a) . Menurunkan nyeri spasme

b) Mengoreksi dan mencegah deformitas

c) Mengimobilisasi sendi yang sakit

Kerugian pemakaian traksi

a) Perawatan RS lebih lama

b) Mobilisasi terbatas

c) Penggunaan alat-alat lebih banyak.

Prinsip Perawatan Traksi

a) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan

punggung ) dan aktivitas terapeutik 

b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.

c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.

d) Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai dengan indikasi,

gunakan teknik aseptic dengan tepat. 

e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.

f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.

g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh:

bimbingan imajinasi, nafas    dalam.

Page 8: oref

h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan 

i) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik,

contoh: edema, eritema.

2) Pencegahan Injury dengan Latihan aktif

Definisi ROM              

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan

untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk

meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk

menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan

sendi yang abnormal

Jenis ROM

a) ROM Pasif

Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien

dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif

adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan

mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan

rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien

dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak

pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian

Page 9: oref

dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat

mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

b) ROM Aktif

Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan

membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara

mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk

melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara

menggunakan otot-ototnya secara aktif

Pergerakan aktif adalah dimana seseorang yang bisa untuk

melakukan latihan / menggerakan anggota tubuh dengan kekuatannya

sendiri tanpa dibantu oleh orang lain.

Tujuan

a) Mencegah terjadinya kelumpuhan pada otot – otot.

b) Memprlancar predaran darah.

c) Mencegah terjadinya atrofi.

d) Untuk mendorong dan membantu agar pasien dapat menggunakan lagi

anggota gerak yang lumpuh.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Pre operasi :

a) Nyeri b/d  trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur

ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi

tubuh yang cedera

Page 10: oref

b) Kecemasan b/d  ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d

mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak

berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.

2) Post operasi :

a) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat   adanya jalur

invasif (pin ).

b) Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam

c) Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi                       

d) Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder   akibat

pemasangan eksternal fiksasi

e) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d  ketidaktahuan tentang

perawatan eksternal fiksasi

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pre operasi

a) Nyeri b/d  trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur

ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi

tubuh yang cedera

Rencana tujuan :

Setelah diberikan askep selama 1×24 jam diharapkan keluhan nyeri berkurang.

   

Rencana tindakan Rasionalisasia. Kaji tingkat nyeri dan intensitas.

b. b. Ajarkan teknik distraksi selama

nyeri akut

c. c. Observasi vital sign

d. d. Kolaboratif pemberian obat

analgesik dan kaji efektivitasnya.

a. Mengetahui tingkat nyeri

b. b. Mengurangi nyeri tanpa

tindakan invasif

c. c.Tingkat nyeri dapat diketahui

dari vital sign.

d. d. Mengatasi nyeri pasien dan

menyusun rencana selanjutnya

bila nyeri tidak bisa diatasi

dengan analgesik.

Page 11: oref

b) Kecemasan b/d  ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d

mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak

berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.

Rencana tujuan :

Setelah diberikan tindakan perawatan selama 2 x 30 menit diharapkan kecemasan

klien berkurang.

Rencana tindakan Rasionalisasia. Kaji tingkat ansietas

b. b. Beri kenyamanan dan

ketentraman hati, perlihatkan rasa

empati.

c. c. Bila ansietas berkurang , beri

penjelasan tentang operasi ,

pemasangan eksternal fiksasi, serta

persiapan yang harus dilakukan.

a. a. Sebagai acuan membuat

strategi tindakan.

b. b. Agar pasien lebih tenang

menghadapi operasi.

c. c. Bila keadaan klien lebih tenang

maka klien akan lebih mudah

menerima penjelasan yang

diberikan.

         2. Post operasi

a) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat   adanya jalur

invasif (pin ).

Rencana tujuan :

Setelah diberikan askep selama 1 minggu diharapkan tidak terjadi infeksi

Page 12: oref

b)

b)

b)

b)

b)  Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam

Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan tidak

terjadi cedera /trauma akibat alat yang dipasang.

    c)

Hambatan

mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi

Rencana tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan klien mampu

memperlihatkan kemampuan mobilitas.

Rencana tindakan Rasionalisasi

a. a. Jaga kebersihan di daerah

pemasangan eksternal fiksasi.

b. b. Lakukan perawatan luka  secara

aseptik di daerah pin.

 cc. Observasi vital sign dan tanda-

tanda infeksi sistemik maupun

lokal ( demam, nyeri, kemerahan,

keluar cairan, pelonggaran pin )

d.d. Kolaboratif pemberian

antibiotika.

a. Mencegah kolonisasi kuman.

b. b. Mencegah infeksi kuman

melalui pin

c. c. Menemukan tanda-tanda infeksi

secara dini.

d. Untuk mencegah atau

     mengobati infeksi.

Rencana tindakan Rasionalisasia. Tutup ujung-ujung pin atau

fiksator yang tajam

b. Beri penjelasan pada klien

agar berhati – hati dengan

alat yang terpasang

a. Mencegah cedera akibat

alat  yang tajam

b. Agar pasien

mengantisipasi gerakan

untuk mencegah cedera.

Page 13: oref

d)

Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder   akibat pemasangan

eksternal fiksasi

Rencana tujuan :

Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan klien mempunyai

gambaran diri yang positif .

Rencana Tindakan Rasionalisasia. Latih bagian tubuh yang

sehat dengan latihan ROM

b. Bila bengkak pada daerah

pemasangan eksternal

fiksasi sudah berkurang,

latih pasien untuk latihan

isometrik di daerah

tersebut.

c. Latih pasien menggunakan

alat bantu jalan

a. a. Mencegah terjadinya atrofi

disuse .

b. b. Membantu meningkatkan

kekuatan

c. c. Mempercepat kemampuan

klien untuk mandiri serta

meningkatkan rasa percaya diri

klien.

Rencana Tindakan Rasionalisasia. Dorong individu untuk

mengekspresikan pikiran, perasaan, pandangan tentang dirinya.

b. Ungkapkan aspek positif dari klien.

c. Libatkan orang-orang terdekat untuk :

- berbagi perasaan dan  ketakutan dengan klien

- mengidentifikasi aspek positif klien dan cara mengungkapkannya

- menerima perubahan fisik dan emosional klien.

a. Dapat mengidentifikasi gambaran klien tentang dirinya.

b. Membantu meningkatkan rasa percaya diri klien.

c. Merngurangi kecemasan, meningkatkan rasa percaya diri dan adaptasi terhadap keadaan sekarang,serta memperoleh citra diri yang positif.

Page 14: oref

e) Res

iko

penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d  ketidaktahuan tentang

perawatan eksternal fiksasi

Rencana tujuan :

Setelah diberikan askep selama 3 x 30 menit diharapkan klien dapat menunjukkan

prilaku yang  mendukung penatalaksanaan program terapi.

         

Rencana tindakan Rasionalisasia. Berikan pengertian bahwa

OREF memerlukan masa penyembuhan yang relatif lama     ( 6-8 bulan ).

b. Jelaskan tahap – tahap tindakan yang mungkin akan dilakukan pada klien.

c. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang perawatan eksternal fiksasi di rumah.. Dorong keluarga untuk memantau keefektifan program terapi.

a. Agar secara psikologis klien terbiasa dengan alat yang terpasang di bagian tubuhnya

b. Klien mempunyai gambaran umum tindakan yang akan dilakukan sehingga klien menjadi lebih kooperatif.

c. Menjamin kesinambungan program pengobatan .

Page 15: oref

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur. From: http://copyaskep.wordpress.com/2010/11/04/asuhan-keperawatan-klien-dengan-fraktur/.Minggu 7 september 2014 : 10.00

Carpenito – Moyet, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10, EGC< Jakarta, 2007.

Muttaqin, Arif, Ns, S.Kep, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal, EGC, Jakarta, 2008.

Smeltzer, G. Bare, Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, EGC,Jakarta, 2002.