ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Organisasi dan kelompok kerja

Citation preview

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    1/34

    1

    ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

    (Dosen: Laila Meiliyandrie I Wardani, PhD)

    Disusun Oleh:

    Bunga Annisa 46113310043

    Lubna Fadhilah 46113310019

    Yuko Bagus Febriyanto 46113210014

    Fakultas Psikologi

    UNIVERSITAS MERCU BUANA

    BEKASI

    2014

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    2/34

    2

    Organisasi dan Kelompok Kerja

    A.PendahuluanSebelumnya dalam bab 1, yang membahas mengenai Pengertian

    dan Wawasan Psikologi Industri dan Organisasi telah di sebutkan bahwa

    organisasi (industri) dapat kita pandang sebagai suatu sistem terbuka,

    yaitu: suatu kesatuan keseluruhan yang terorganisasi, yang terdiri dari

    dua atau lebih bagian, komponen atau subsistem, yang saling tergantung,

    yang dipisahkan dari suprasistem sebagai lingkungannya oleh batas-batas

    yang dapat ditemukenali (Munandar, 2008).

    Organisasi adalah sistem yang memiliki aspek sosial. Mengapa?

    Karena organisasi terdiri lebih dari satu anggota atau kelompok manusia,

    yang sudah semestinya sebagai sistem, setiap anggota berinteraksi dengan

    anggota lainnya guna menjalankan sistem tersebut dengan baik.

    Setiap kelompok manusia terdiri dari kelompok-kelompok manusia

    yang lebih kecil, setiap kelompok manusia kecil ini terdiri dari kelompok-

    kelompok manusia yang lebih kecil lagi, dan seterusnya hingga kitatemukan kelompok manusia yang terdiri dari sejumlah manusia. Manusia

    di dalam buku Psikologi Industri dan Organisasi dengan pengarang Ashar

    Suntoyo Munandar (2008), merupakan komponen analisis yang terkecil

    dari organisasi.

    Organisasi Industri

    Kelompok Manusia Kelompok Manusia Kelompok Manusia

    Kelompok Manusia Kelompok Manusia Kelompok Manusia

    Kelompok Manusia

    Kelompok Manusia Kelompok Manusia

    Kelompok ManusiaKelompok Manusia

    Kelompok Manusia

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    3/34

    3

    Di dalam makalah ini akan dibahas kelompok manusia tenaga

    kerja, pengertiannya, jenis, struktur, fungsi-fungsi dan prosesnya, interaksi

    antar anggota kelompok, dan interaksi antarkelompok.

    B.PengertianSejak lahir sampai meninggal, sadar atau tidak sadar, kita telah

    menjadi anggota dari satu atau beberapa kelompok sosial. Dalam setiap

    kelompok dimana kita menjadi anggota, kita memainkan peran yang

    berbeda-beda. Selama hidup kita tidak dapat melepaskan diri dari

    pengaruh kelompok sosial yang berbeda-beda dan sebaliknya kita dapat

    mempengaruhi kelompok sosial yang beraneka. Kita berada dalam

    interaksi yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain

    dengan lingkungan kita, khususnya orang-orang yang berada langsung di

    sekitar kita, baik langsung dapat kita hubungi maupun yang tidak langsung

    dapat kita hubungi, misalnya dihubungi melalui media massa.

    Dalam makalah ini kelompok sosial yang dibahas adalah kelompok

    yang berada dalam satu organisasi kerja, kelompok kerja. Walaupunbegitu, akan ada pengertian-pengertian dari kelompok kerja yang dapat

    berlaku pula untuk kelompok sosial pada umumnya.

    Bagaimana timbulnya kelompok kerja tidak dapat dipisahkan dari

    proses timbulnya organisasi kerja atau organisasi industri. Organisasi

    industri timbul dan berkembang melalui dua cara, cara yang pertama

    adalah timbul dan berkembang berdasarkan suatu perencanaan, dan cara

    yang kedua dapat timbul dan berkembang mulai dari satu orang yang

    berwiraswasta.

    Organisasi industri terdiri dari kelompok kerja yang saling

    berkaitan dalam satu tata tingkat. Likert (1961, 1967) berpendapat bahwa

    organisasi dapat dipandang sebagai sistem dari kelompok yang saling

    berkaitan. Kelompok yang saling berkaitan ini dihubungkan oleh tenaga

    kerja yang menduduki jabatan kunci dan menjadi anggota dari dua

    kelompok sekaligus, yang berfungsi sebagai pasak penghubung antara

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    4/34

    4

    kelompok-kelompok.

    Kelompok kerja direksi merupakan kelompok kerja tertinggi.

    Setiap direktur menjadi pengawas dari dua kepala divisi, merupakan pasak

    penghubung dari kelompok kerjanya. Setiap kepala divisi menjadi

    pengawas dari dua kepala bagian dan merupakan pasak penghubung dari

    kelompok kerjanya, demikian seterusnya sampai kelompok kerja terendah

    dalam organisasi.

    Dari uraian diatas, sudah mulai jelas apa yang sebenarnya

    dimaksudkan dengan kelompok kerja. Robbins (1988:71) mengatakan

    bahwa : kelompok terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling

    mempengaruhi dan saling tergantung, yang datang bersama-sama untuk

    mencapai sasaran tertetu.

    Bukti dari adanya ketergantungan satu sama lain antar anggota

    kelompok adalah, pemecahan satu pekerjaan dengan segala macam

    aspeknya (aspek produksi, aspek keuangan, aspek pemasaran dan

    penjualan, hubungan dengan langganan dan calon langganan, aspek

    personalia) menjadi berbagai macam pekerjaan yang menunjukan adanya

    hubungan keterikatan antara pekerjaan-pekerjaan tersebut. Dengan

    demikian, tenaga kerja yang melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut juga

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    5/34

    5

    saling berkaitan dalam suatu hubungan ketergantungan. Mereka saling

    memerlukan dan saling mempengaruhi.

    Unsur-unsur dari kelompok kerja menurut Robbins adalah: (a)

    terdiri dari dua orang atau lebih, (b) saling mempengaruhi, saling

    tergantung, dan (c) bersama sama mencapai sasaran.

    Schein (1980: 145) memberikan beberapa unsur lain. Ia membahas

    mengenai kelompok psikologikal. Menurutnya kelompok psikologikal

    adalah: (1) berinteraksi antara satu anggota dengan anggota lainnya, (2)

    secara psikologikal sadar satu sama lain, dan (3) mempersepsikan diri

    mereka sendiri sebagai kelompok.

    Dua hal yang tidak ditekankan dalam unsur batasan kelompok

    milik Robbins adalah kesadaran anggota kelompok tentang keberadaan

    diri dan anggota kelompok lainnya serta persepsi bahwa mereka

    membentuk satu kelompok.

    Kesimpulan yang dapat kita ambil dari beberapa penjelasan

    mengenai kelompok diatas adalah, kelompok merupakan gabungan dari

    dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi, memiliki tujuan yang sama,

    dan melihat anggota kelompok merupakan bagian dari dirinya.

    Sedangkan definisi dari Organisasi Sosial adalah, suatu kelompok

    yang dibentuk secara sengaja berdasarkan kepentingan tertentu dengan

    tujuan tertentu, serta cara-cara tertentu dalam melakukan sesuatu.

    Tim dapat didefinisikan sebagai sosial sistem tiga orangatau lebih, yang

    tertanam dalam organisasi (konteks), yang anggotanya menganggap diri

    mereka seperti itu dan dianggap sebagai anggota oleh orang lain

    (identitas), dan yang berkolaborasi pada tugas bersama (teamwork).

    (Martin Hoegl, 2001).

    PEMBEDAAN KELOMPOK, secara struktural kelompok dapat

    dibedakan kedalam kelompokformal dan kelompokinformal.

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    6/34

    6

    1. Kelompok formal diberi batasan oleh struktur organisasi, yangberisi rincian tugas-tugas pekerjaan dan tanggung jawab

    tertentu, yang pelaksanaannya akan menuju ketercapaianya

    sasaran dan misi keseluruh organisasinya.

    a. Kelompok Komando ditentukan oleh baganorganisasinya, terdiri dari bawahan yang melapor secara

    langsung kepada seorang manager tertentu. Contoh:

    organisasi industry dari Likert di atas, maka kelompok

    direksi, kelompok kepala divisi dengan kedua kepala

    bagian bawahannya, kelompok kepala bagian dengan

    kepala subbagian bawahannya, merupakan kelompok

    komando. Karena kelompok komando ini merupakan

    kelompok yang akan terus ada selama tidak ada perubahan

    dalam struktur organisasi, kelompok komando juga dapat

    disebut kelompok permanen.

    b. Kelompok Tugas juga ditentukan oleh organisasi, terdiridari tenaga kerja yang bekerja bersama untuk

    menyelesaikan pekerjaan. Berdasarkan batasan ini,

    kelompok komando juga dapat disebut kelompok tugas.

    Hanya saja kelompok tugas dapat terdiri dari tenaga kerja

    yang berasal dari satuan-satuan kerja lain dalam organisasi

    dan hanya bersifat sementara. Contoh: pembentukaan

    panitia untuk penyelenggaraan rapat kerja, perlombaan dan

    sebagainya. Schein menamakannya kelompok sementara.

    2. Kelompok Informal, tidak diberi batasan oelh strukturorganisasi dan terjadi secara spontan anatar sejumlah tenaga

    kerja, sebagai jawaban terhadap kebutuhan tertentu dari

    mereka. Ditinjau dari berasalnya para anggota, kelompok

    informal dapat dibedakan kedalam menjadi tiga jenis, yaitu:

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    7/34

    7

    a. Kelompok Informal Mendatar berasal dari pekerjaandari satuan kerja yang sama dan/atau berbeda, yang terletak

    pada taraf/tingkat organisasi yang sama.

    b. Kelompok Informal Tegak berasal dari pekerjaan daritaraf/tingkat yang berbeda-beda.

    c. Kelompok Informal Acak berasal dari para tenaga kerjayang datang dari pekerjaan dari satuan kerja yang sama

    dan/atau berbeda, dari tingkat organisasi yang sama

    dan/atau berbeda.

    Berdasarkan alasannya menjadi anggota, kelompok informal

    dapat dibedakan menjadi:

    a. Berdasarkan Minat atau Kepentingan para anggotanyamemiliki minat atau kepentingan yang sama. Misalnya

    minat dalam bidang olah raga yang sama. Dapat juga para

    anggotanya memiliki kepentingan bersama. Misalnya para

    anggota merasa sama-sama dirugikan oleh perusahaan

    dimana mereka bekerja.

    b. Berdasarkan Persahabatan para anggotanya merasasaling tertarik, merasa saling cocok dengan cirri, sifat yang

    dimiliki masing-masing. Mereka memiliki nilai, pandangan,

    dan kebiasaan yang sama. Dapat saja mereka berolah raga

    bersama, makan siang bersama, waktu istirahat mereka

    berkumpul di tempat-tempat tertentu.

    C.Makna dan Fungsi KelompokSeperti yang sudah kami sebutkan diatas, sejak lahir kita

    merupakan anggota dari kelompok sosial, sekelompok orang yang saling

    mempengaruhi dan saling tergantung, yang menganggap diri kita sebagai

    anggota kelompok. Dilihat dari persepsi kita sebagai anggota kelompok,

    apabila bila suatu kelompok dapat memberikan makna bagi diri kita, jika

    kelompok kita rasakan dapat memenuhi kebutuhan kita, dan sesuai dengan

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    8/34

    8

    harapan kita, maka kita akan menilai kelompok itu baik, tetapi sebaliknya,

    jika kelompok kita rasakan tidak memuaskan, tidak mampu memenuhi

    kebutuhan, dan tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita akan

    mengundurkan diri sebagai anggota kelompok. Ini berlaku untuk setiap

    kelompok dimana kita menjadi anggota, tidak hanya berlaku bagi

    kelompok kerja kita.

    Jika dilihat dari sudut pandangan pimpinan organisasi industri,

    pimpinan dari sejumlah kelompok kerja yang saling berkaitan, maka

    kelompok kerja akan dinilai baik jika memenuhi kebutuhan dan harapan

    perusahaan, jika masing-masing kelompok kerja dapat melaksanakan

    fungsinya sebaik mungkin, sehingga sasaran-sasaran perusahaan dapat

    diraih, misi perusaan dapat diwujudkan. Jika kelompok kerja dinilai

    kurang baik, kurang maksimal dalam melaksanakan tugas pekerjaannya,

    maka akan diusahakan perbaikannya.

    Tim digunakan ketika kesalahan mengakibatkan konsekuensi yang

    parah; ketika kompleksitas tugas melebihi kapasitas individu; ketika

    lingkungan tugas yang tidak jelas, ambigu, dan stres; ketika beberapa

    keputusan dan cepat diperlukan; dan ketika kehidupan orang lain

    tergantung pada wawasan kolektif masing-masing anggota. (Salas,

    Cooke, & Rosen, 2008).

    Dibawah ini akan kami paparkan mengenai fungsi kelompok bagi

    anggotanya dan fungsi kelompok bagi organisasi, yaitu:

    1. Fungsi Kelompok Bagi AnggotanyaMenurut Schein dan Robbins, fungsi kelompok bagi anggotanya

    adalah:

    a. Sebagai pemenuh kebutuhan para anggotanyaKelompok dapat memenuhi kebutuhan akan keinginan

    untuk berhubungan dengan orang lain, akan rasa diperhatikan dan

    diterima oleh kelompok. Sekaligus tenaga kerja dapat merasakan

    bahwa harga dirinya diperhatikan. Kelompok juga memberikan

    status sosial pada dirinya.

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    9/34

    9

    Kelompok juga memenuhi kebutuhan, terhadap kebutuhan

    akan kekuasaan. Berdasarkan upaya yang dapat dilakukan

    bersama-sama dengan anggota kelompok lain timbul rasa memiliki

    kekuasaan tertentu, untuk dapat mewujudkan apa yang diinginkan

    kelompok. Anggota kelompok merasa memiliki kekuasaan

    tertentu, karena merasa ditunjang oleh anggota-anggota kelompok

    lainnya.

    Kebutuhan untuk berprestasi dapat ditimbulkan dan

    dipenuhi oleh kelompok.Kelompok dapat merangsang anggotanya

    untuk dapat mencapai prestasi yang bermutu dan dapat memenuhi

    keinginan mereka untuk dapat berprestasi yang tinggi.

    b. Sebagai Pengembang, Penunjang, dan Pemantap dari Identitas danPemelihara dari Harga Diri

    Dalam bekerja anggota mendapatkan identitasnya dari

    kelompok kerjanya. Identitas kelompok kerja dikembangkan

    berdasarkan tugas pekerjaannya untuk menunjang dan

    memantapkan identitas setiap anggota kelompoknya. Selanjutnya,

    identitas anggotanya memelihara harga diri mereka.

    c. Sebagai Penetap dan Penguji Kenyataan/Realitas SosialMelalui diskusi dengan orang lain, dan pengembangan dari

    perspektif dan consensus, kita dapat mengurangi keraguan dalam

    lingkungan sosial kita. Misalnya beberapa tenaga kerja merasa

    bahwa pengawas mereka merupakan orang yang keras dan

    menuntut terlalu banyak dari tenaga kerjanya, maka pandangan ini

    dapat dianggap sebagai realitas oleh anggota kelompok lainnya dan

    mereka dapat menentukan strategi bagaimana menghadapinya.

    Persepsi kelompok memberikan kepastian kepada para anggota

    kelompok lepas dari benar dan tidaknya, tepat tidaknya pandangan

    tersebut.

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    10/34

    10

    d. Fungsi Kelompok sebagai Mekanisme Pemecahan Masalah danPelaksanaan Tugas

    Kelompok dapat membantu memecahkan masalah yang

    pasti dialami oleh setiap tenaga kerja dalam melaksanakan tugas

    pekerjaannya. Dengan pengumpulan data yang diperlukan

    dan/atau pemberian alternatif penyelesaian. Pada masalah yang

    dihadapi kelompok, para anggota kelompok dapat saling mengisi

    dalam usaha dan sumbangan mereka memecahkan masalah

    kelompoknya.

    2. Fungsi Kelompok Bagi OrganisasinyaAgar dapat memberikan sumbangannya dalam kegiatan pencapaian

    sasaran kelompok kerja dan sasaran keseluruhan organisasi serta dalam

    usaha merealisasi misi perusahaannya, maka kelompok dapat berfungsi

    sebagai berikut:

    a. Sebagai Pelaksana Tugas yang Majemuk dan Saling TergantungSelain ada tugas pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh

    seseorang, juga ada cukup banyak tugas yang majemuk, selain

    tidak dapat diselesaikan oelh satu orang, juga tidak dapat dipecah-

    pecah kedalam beberapa tugas yang dapat dilaksanakan secara

    tersendiri. Tugas-tugas yang harus dilakukan semuanya khusus tapi

    juga saling tergantung. Contoh: kelompok pengebor minyak.

    Masing-masing anggota kelompok mempunyai tugasnya masing-

    masing yang saling tergantung.

    b. Sebagai Mekanisme Pemecahan Masalah

    Dalam menghadapi masalah, jika masalahnya memerlukan

    pengolahan yang majemuk, interaksi antara para anggota yang

    memiliki informasi yang berbeda, pertimbangan cermat dari

    alternatif penyelesaiannya, maka pemecahan masalah secara

    berkelompok akan membuahkan penyelesaian yang paling baik.

    Selain kelompok tetap, seperti kelompok komando, dapat pula

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    11/34

    11

    dibentuk kelompok sementara, seperti satuan-satuan tugas, panitia,

    komite.

    c. Sebagai Penghasil Gagasan Baru dan Jawaban Kreatif

    Dalam proses pemecahan masalah, jika data yang

    diperlukan tersebar pada beberapa orang, atau jika diperlukan

    rangsangan bersama bagi para anggota kelompok untuk menjadi

    kreatif, maka kelompok merupakan tempat yang tepat untuk

    menghasilkan gagasan baru dan jawaban yang kreatif. Para anggota

    kelompok saling merangsang dalam memberikan gagasan dan

    jawaban atau penyelesaian masalah yang kreatif.

    Sebuah badan ekstensif literatur menunjukkan pentingnya kerja

    sama untuk keberhasilan proyek inovatif. Kesadaran ini, bahwa

    kerja tim yang baik meningkatkan keberhasilan proyek-proyek

    yang inovatif (Martin Hoegl, 2001).

    d. Sebagai Pelancar dari Pelaksanaan Keputusan yang Majemuk

    Jika telah ditentukan satu keputusan yang majemuk,

    misalnya satu bank memutuskan untuk membangun kantor

    besarnya yang baru, maka akan bermanfaat untuk membentuk

    kelompok yang terdiri dari tenaga kerja dari berbagai divisi dari

    bank tersebut untuk merencanakan pelaksanaan dan memantau

    pelaksanaan keputusan tersebut.

    e. Sebagai Wahana dari Sosialisasi dan PelatihanPara tenaga kerja baru, dapat dikumpulkan dalam satu

    kelompok untuk diberi pelatihan orientasi untuk dapat

    mempercepat, dan memperlancar proses sosialisasi. Pelatihan

    keterampilan teknik tertentu juga dapat lebih cermat, tepat dan

    murah jika dilakukan dalam kelompok.

    f. Sebagai Penghubung atau Koordinator Utama AntarbeberapaDepartemen

    Untuk menghindari dan mengurangi gangguan dalam

    komunikasi, timbulnya konflik, dan untuk memelihara upaya

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    12/34

    12

    kordinasi antarbagian, maka dapat dibentuk kelompok sementara

    yang terdiri dari para wakil dari berbagai bagian yang memiliki

    saling ketergantungan sampai derajat tertentu.

    D.I nteraksi Antaranggota KelompokD.1. Proses Kelompok

    Organisasi industri terdiri dari sejumlah kelompok kerja yang

    saling berkaitan dalam suatu tata tingkat tertentu. Setiap kelompok kerja

    terdiri dari sejumlah tenaga kerja yang saling mempengaruhi dan saling

    tergantung. Tetapi derajat pengaruh dan ketergantungan antartenaga kerja

    tidak selalu sama. Dalam industri, hubungan ketergantungan antartenaga

    kerja dapat bersifat hubungan ketergantungan yang seimbang dan tidak

    seimbang. Misalnya hubungan antara atasan dan bawahan pada umumnya

    merupakan hubungan ketergantungan yang tidak seimbang.

    Disamping itu dapat kita temukan kelompok kerja yang derajat

    hubungan ketergantungannya tinggi, interaksi antar para anggota sangat

    intensif, dan ada pula kelompok kerja yang derajat hubungan

    ketergantungannya rendah, interaksi antar para anggota`kelompok sangat

    sedikit.

    Dalam organisasi industri, juga dapat kita temukan kelompok kerja

    dengan derajat intensitas interaksi antaranggota kelompok yang berbeda-

    beda. Fiedler (1967) memberikan tipologi dari kelompok-kelompok kerja

    yang didasarkan pada sifat dan intensitas interaksi, yaitu:

    1. Kelompok Interaktif para anggotanya saling tergantung, untukdapat menyelesaikan tugas kelompok dengan baik, mereka menyusun

    strategi dan mengerjakannya bersama-sama. Apabila kerjasama

    berlangsung baik, maka kelompok dapat dikatakan merupakan satu

    tim. Contoh: tim bedah.

    2. Kelompok Koaktif anggotanya bekerja sama dalam melaksanakantugas, tetapi masing-masing dapat melaksanakan pekerjaannya secara

    mandiri dan tidak saling tergantung. Setiap tenaga kerja dalam suatu

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    13/34

    13

    kelompok kerja memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

    masing yang dapat dilaksanakan tanpa banyak tergantung pada

    pelaksanaan tugas dari anggota kelompok lainnya. Namun kelancaran

    dalam pelaksanaan tugas oleh masing-masing tenaga kerja

    mempengaruhi hasil dari keseluruhan kelompok (mempengaruhi hasil

    tercapainya sasaran kelompok kerja). Contoh: kelompok pramuniaga.

    3. Kelompok Konteraktif para anggota kelompok bekerja sama untuktujuan perundingan dan memufakatkan sasaran dan tuntutan yang

    bertentangan. Performance diukur berdasarkan derajat penerimaan dari

    jawaban atau penyelesaian oleh para anggota kelompok. Anggota

    kelompoknya terdiri dari perwakilan dari pihak yang berbeda

    pendapat. Kelompok ini bersifat sementara, dan merupakan kelompok

    yang terbentuk karena adanya pertentangan atau konflik antar

    kelompok. Contoh: panitia perjanjian kerja bersama yang terdiri dari

    perwakilan manajemen dan kumpulan pekerja.

    Berdasarkan uraian pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

    kerjasama dalam kelompok, paling mudah ditimbulkan pada kelompok

    interaktif dan sulit pada kelompok koaktif dan konteraktif. Tetapi pada

    dasarnya setiap anggota kelompok mempengaruhi anggota kelompok lain.

    Tingkatan interaksi yang paling tinggi juga pada kelompok interaktif, lalu

    kelompok konterakif cukup tinggi, dan kelompok koaktif intensitas

    interaksinya tidak tinggi, bahkan mungkin rendah sekali.

    D. 2. Gejala dalam Proses Kelompok

    Sebelumnya kita sudah membahas mengenai tiga fungsi kelompok

    kerja, yang akan dibahas lebih lanjut untuk menjelaskan gelaja yang

    timbul dalam proses kelompok. Ketiga fungsi tersebut berkaitan dengan

    pandangan Leavitt bahwa proses manajemen dapat dibagi kedalam tiga

    tahap, ketiga tahap ini dapat dilakukan oleh satu kelompok kerja pimpinan

    saja, dapat pula dilakukan secara terpadu oleh lebih dari satu kelompok

    kerja, dari tingkatan organisasi yang sama dan/atau tingkatan organisasi

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    14/34

    14

    yang berbeda. Dibawah ini akan kami sebutkan ketiga tahap Leavit berikut

    dengan penjelasannya, yaitu:

    Tahap 1. Tahap PathfindingPathfinding atau pemanduan yang fokus terhadap pencarian tujuan,

    dengan penciptaan masalah-masalah yang menarik. Penting bagi

    pemimpin untuk menetapkan tujuan yang dinilai bermakna bagi

    organisasinya, guna mengembangkan organisasinya. Pemanduan

    merupakan suatu tahap dimana pemikiran kreatif dan divergen

    dibutuhkan, pemanduan berkaitan dengan gambaran seseorang

    mengenai perusahaannya di masa depan (vision), berdasarkan data-

    data dari lingkungan dan dari perusahaannya sendiri, dan berdasarkan

    keyakinan sendiri tentang apa yang benar, apa yang baik, apa yang

    indah. Contoh vision: seorang pimpinan perusahaan melihat

    perusahaannya berkembang menjadi perusahaan multinasional, yang

    berbentuk koperasi, dimana para karyawannya berprestasi optimal dan

    merasa bahagia dan sejahtera. Visionlah yang menjadi pedoman tetap

    akan tujuan dan masalah yang menarik, yang menjadi dasar dari proses

    pathfinding. Untuk dapat mewujudkan vision dibutuhkan kemantapan,

    tekad untuk melaksanakan. Proses pemanduan banyak berlangsung

    dalam diri seseorang dengan cara yang tidak mudah dilihat dari luar

    oleh para pengamat. Meskipun begitu, pemanduan merupakan satu

    tahap kepemimpinan dalam pengelolaan yang aktif. Aktif karena

    menentukan dan menciptakan msalah-masalah penting yang harus

    dipecahkan.

    Tahap 2. Pemecahan MasalahSetiap hari kita memecahkan masalah, begitu juga dalam kelompok

    kerja. Pemecahan masalah dalam tingkat ini sangat berbeda dengan

    pemecahan masalah yang diajarkan disekolah. Pertama, dalam

    pekerjaan masalah harus kita temukan, harus kita seleksi, atau harus

    kita ciptakan sendiri. Kedua, masalah yang dihadapi datanya tidak

    lengkap, harus dicari pemecahannya berdasarkan informasi seadanya,

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    15/34

    15

    yang pastinya terbatas.Ketiga, jika kita telah menemukan jawabannya,

    sering tidak memberikan kepuasan. Sangat berbeda dengan pemecahan

    masalah yang pernah kita temui disekolah, tapi pendidikan yang kita

    dapatkan disekolah dalam memecahkan berbagai macam masalah

    mempunyai manfaat dalam melatih kemampuan dan ketrampilan kita

    memecahkan masalah.

    Tahap 3. Tahap ImpelentasiTahap ini mencangkup kegiatan membentuk, menyusun, menjual,

    membuat sesuatu terjadi. Para anggota kelompok (tenaga kerja)

    masing-masing menjalankan tugasnya sebagaimana telah diberikan

    kepada mereka. Berbeda dengan kelompok kerja manajerial, karena

    implementasi dalam manajemen merupakan suatu proses sosial yang

    mengharuskan manajer untuk mempengaruhi, meyakinkan, memaksa,

    menjual, dan berkomunikasi dengan orang lain.

    Ketiga tahap ini dapat berlangsung secara bersamaan, dan dapat pula

    berlangsung secara berurutan. Dari ketiga tahap proses manajemen dari

    Leavitt yang berkaitan dengan ketiga fungsi kelompok yang telah disebut

    di atas nyata bahwa pelaksaan fungsi-fungsi kelompok tidak begitu saja

    berjalan tanpa menimbulkan masalah. Fungsi kelompok ikun menentukan

    kelancaran berlangsungnya proses kelompok di samping cirri-ciri

    kepribadian para anggota kelompoknya.

    Dalam proses kelompok, dimana para anggota kelompok kerja

    berinteraksi dan dimana kelompok melaksanakan fungsinya, dapat kita

    temukan timbulnya gejala-gejala sebagai berikut:

    KonformismeDalam interaksi antar anggota kelompok, tanpa disadari,

    mereka mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang berlaku umum

    dikeseluruhan organisasi kerjanya, dan pola perilaku yang lebih

    khas berlaku dalam kelompok kerjanya, yang tumbuh karena

    interaksi selama jangka waktu yang panjang. Setiap kelompok

    memiliki norma-norma, yaitu pola atau patokan perilaku yang

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    16/34

    16

    diterima oleh para anggota kelompok. Fungsi kelompok bagi

    anggota adalah untuk memenuhi kebutuhan afiliasi. Kita semua

    menginginkan untuk diterima dan diperlakukan sebagai anggota

    kelompok yang sama oleh anggota lain. Kita akan berusaha

    berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Kita akan

    berusaha menjadi konformis, tidak berbeda dengan anggota lain.

    Kelekatan (cohesiveness)Dalam mencapai tujuan kelompok, harus ada kerja sama yang

    baik antar setiap anggotanya. Tinggi rendahnya kesepakatan para

    anggota terhadap tujuan kelompok, serta derajat dapatnya saling

    menerima anggota kelompok lainnya menunjukkan tingkat

    kelekatan kelompok. Semakin para anggota saling tertarik, dan

    makin sepakat mereka terhadap tujuan kelompok, maka makin

    lekat kelompoknya. Faktor-fakto yang ikut menunjukkan tingkat

    kelekatan kelompok adalah (Munandar, 2008):

    o Intensitas waktu bersama dalam kelompok makin lama,makin saling mengenal, makin dapat timbul sikap toleransi.

    o Parahnya masa awal makin sulit seseorang diterima didalam kelompok kerja sebagai anggota, makin lekat

    kelompoknya.

    o Besarnya kelompok makin besar kelompoknya, makinkurang lekat, karena sulit terjalinnya interaksi yang intensif.

    o Ancaman dari luar bila memiliki musuh bersama,biasanya kelompok akan makin lekat.

    o Keberhasilan di masa lalu setiap orang menyenangiseorang pemenang.

    SinergiAdalah gejala dimana saat proses pengambilan keputusan

    dalam kelompok. Bahwa keputusan yang diambil kelompok

    merupakan keputusan yang lebih baik dari keputusan yang diambil

    oleh setiap anggota kelompok tersendiri. Sinergi terjadi karena

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    17/34

    17

    diskusi dalam kelompok, menimbulkan lebih banyak alternative

    dari pada jumlah orangnya, cenderung untuk mengeleminasi

    sumbangan-sumbangan gagasan yang kurang bermutu, mengurangi

    nilai-nilai kesalahan dan menunjang pemikiran kreatif. Ini

    memberikan arti bahwa kelompok pada umunya lebih baik dari

    pada perorangan dalam situasi dimana diutamakn kecermtan dan

    dimana waktu cukup banyak. Namun tidak selalu kelompok lebih

    baik dari perorangan dalam pengambilan keputusan. Kadang kala

    sebaliknya benar. Sering anggota mempunyai kemungkinan lebih

    baik untuk menang jika ia tetap mempertahankan keputusannya

    dan mengabaikan keputusan kelompok.

    GroupthinkKecenderungan anggota suatu kelompok untuk berpikir dan

    mencapai suatu keputusan bersama, walaupun keputusan itu salah.

    Ini merupakan gejala yang timbul akibat suatu kelompok yang

    terlalu lekat. Jadi anggota kelompok yang memiliki pandangan

    yang menyimpang, ditekan dengan berbagai macam cara untuk

    menyetujui pandangan tersebut dengan prinsip mayoritas. Janis

    (Janis & Mann, 1977) menjabarkan gejala berpikir kelompok

    secara berurutan, sebagai berikut:

    1. Kelompok memiliki ilusi bahwa mereka kebal2. Kelompok terlibat dalam rasionalisasi kolektif untuk

    memotong informasi yang berbeda, menentang

    3. Kelompok mulai percaya pada moralitas inherententang apa yang ingin dilakukan

    4. Kelompok mengembangkan stereotip dari kelompoklain dan dari para penentang, sehingga melindungi diri

    dari analisis yang cermat

    5. Kelompok member tekanan langsung kepada parapenentang untuk membuat diam mereka

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    18/34

    18

    6. Para anggota kelompok mulai menyensor pemikiranmereka sendiri, terutama tentang keraguan yang

    mungkin mereka miliki tentang kearifan dari tindakan

    yang diusulkan

    7. Kelompok mulai percaya akan kebulatankesepakatannya karena tidak ada penentang dan

    kepercayaan bahwa diam berarti menyetujui

    8. Beberapa naggota dari kelompok mulai berfungsisebagai penjaga pikiran (mindguards) penjaga yang

    melindungi para pemimpin dari pandangan yang

    menyimpang dengan menjerakan secara aktif para

    penentang untuk mengungkapkan ketidak setujuan

    mereka.

    Gejala berpikirk kelompok, bukan merupakan gejala yang hadir

    disetiap kelompok. Hanya pada kelompok yang berada dalam

    kondisi tertentu saja, kondisinya ialah jika kelompok: (a) memiliki

    kelekatan yang sangat tinggi, (b) terasing dari kelompok lain

    dengan pandanga berbeda, (c) tidak memiliki prosedur

    metodologikal untuk mengkaji dan memilih informasi jawaban

    alternative yang relevan, (d) tidak memiliki prosedur yang

    sistematis untuk menilai alternatif-alternatif, (e) memiliki pimpinan

    otoriter yang kuat, yang menjerakan para penentang, yang berada

    dibawah tekanan yang besar tetapi merasa putus asa dalam

    mencari penyelesaian yang lebih baik dari yang sedang

    dipertimbangkan. Untuk mencegah timbulnya groupthink, Schein

    (1980) selanjutnya memberikan saran agar ditimbulkan kondisi

    dimana pengajuan pandangan yang bertentangan, pencarian,

    penilaian yang kritis, eksplorasi dari alternatif dan pengecekan dari

    asumsi di tunjang dan digalakkan.

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    19/34

    19

    Polarisasi KelompokGejala lain dalam proses pengambilan keputusan kelompok

    adalah adanya penggeseran keputusan yang menuju ke kedua

    ekstrem, keputusan yang sangat tinggi risikonya atau ke keputusan

    yang sangat rendah derajat risikonya. Gejala pertama dinamakan

    penggeseran ke risiko (risky shift), yang kedua dinamakan

    penggeseran ke hati-hatian (caution shift). Bila pada penggeseran

    ke risiko, tingkat risiko dari keputusan kelompok lebih tinggi dari

    derajat risiko yang berani diambil oleh para anggota kelompok, dan

    begitupun sebaliknya. Fincam dan Rhodes yang menamakan kedua

    gejala tersebut polarisasi kelompok, mengemukakan kemungkinan

    terjadinya kedua gejala tersebut:

    1. Adanya tanggung jawab yang tersebar, tanggung jawab yangditanggung bersama, membuat mereka berani untuk mengambil

    keputusan yang lebih tinggi risikonya.

    2. Karena beroperasinya proses pembanding sosial, disini paraanggota kelompok memperlihatkan diri sebaik mungkin.

    Keputusan kelompok yang diambil menjadi lebih ekstrem kea

    rah sikap sosial yang pada saat itu mendominasi.

    3. Kemungkinan yang menjelaskan gejala polarisasi kelompok,adalah bahwa pengambilan keputusan yang ekstrem sangat

    dipengaruhi oleh pertukaran informasi dan argumentasi yang

    meyakinkan.

    Tidak dapat disangsikan ketiga kemungkinan di atas beroperasi

    dalam proses kelompok dan menghasilkan gejala polarisasi

    kelompok.

    E. I nteraksi AntarkelompokKelompok kerja berinteraksi dengan kelompok kerja lainnya secara

    sambung-menyambung dalam organisasi. Sistem akan berhenti

    eksistensinya jika keluarannya tidak dirasakan bermanfaat. Kemampuan

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    20/34

    20

    organisasi ini sangat tergantung bagaimana derajat keterpaduan

    didalamnya, keterpaduan dari kelompok kerjanya. Jika mengikuti

    pandangan dari Likert, dimana anggota dari setiap kelompok merupakan

    anggota juga dari kelompok tingkat organisasi yang lebih rendah dan

    berfungsi sebagai poros penghubung, maka, seakan-akan, jika telah

    tercapai kesepakatan pada kelompok direksi, akan tercapai juga

    kesepakatan dan kerja sama di kelompok kerja di bawah kelompok direksi.

    Karena berbeda tugasnya, berbeda kepentingannya, maka konflik antar

    kelompok merupakan sesuatu yang wajar terjadi, yang harus dikelola

    untuk kemanfaatan keseluruhan organisasi.

    E. 1. Saingan atau Konflik Antarkelompok.

    Robbins (1998) berpendapat bahwa konflik merupakan satu proses

    yang dimulai jika satu pihak beranggapan bahwa pihak lain telah secara

    negatif mempengaruhi, atau akan mempengaruhi secara negatif, sesuatu

    yang akan dilakukan atau yang menjadi perhatian pihak pertama. Batasan

    konflik dari Robbins sangat luas. Dua orang yang berbeda pendapat sudah

    dapat dianggap konflik. Saingan antardua kelompok juga termasuk dalam

    pengertian konflik. Jika ada dua kelompok yang bersaing, maka

    dampaknya dapat diuraikan kedalam kategori berikut:

    a. Yang Terjadi di dalam Setiap Kelompok yang Bersaing1. Setiap kelompok menjadi lebih menutup diri dan

    membangkitkan loyalitas yang lebih besar dari para anggota

    kelompoknya; para anggotta kelompoknya menjadi lebih akrab

    dan melupakan pertentangan mereka.

    2. Suasana kelompok berubah dari informal, santai, ceria, menjadiberorientasi pada kerja dan tugas.

    3. Pola kepemimpinan cenderung berubah dari lebih demokratismenjadi lebih otokratis, kelompok menjadi lebih bersedia untuk

    menerima kepemimpinan otokratis.

    4. Setiap kelompok menjadi lebih berstruktur.

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    21/34

    21

    5. Setiap kelompok menuntut kesetiaan, dan konformitas yanglebih besar dari para anggotanya agar mampu menyajikan satu

    barisan yang lebih tangguh.

    b. Yang Terjadi Antara Kelompok yang Bersaing1. Setiap kelompok mulai melihat kelompok lain sebagai

    musuhnya, bukan sekedar sebagai objek yang netral.

    2. Setiap kelompok muali mengalami gangguan pada persepsi.3. Rasa bermusuhan terhadap kelompok lain meningkat,

    sebaliknya interaksi dan komunikasi dengan kelompok lain

    menurun.

    4. Jika kelompok dipaksa untuk berinteraksi, maka masing-masing kelompok cenderung hanya mendengarkan penjelasan

    dari kelompok mereka sendiri, kecuali untuk menemukan

    kesalahan/kelemahan dari kelompok saingannya.

    Menurut Schein gejala-gejala di atas, akan dapat timbul dalam

    berbagai kelompok yang berkompetisi atau bersaing. Gejala-

    gejala tersebut dapat meningkatkan motivasi dari para

    anggotanya, tetapi sebaliknya dapat pula membuka kesempatan

    timbulnya groupthink.

    c. Yang Terjadi dengan yang Menang1. Pemenang mempertahankan kelekatannya, malahan dapat

    meningkat derajat kelekatan antaranggota kelompok.

    2. Pemenang cenderung melepas ketegangan, kehilangansemangat juangnya, menjadi santai.

    3. Pemenang cenderung mengarah ke kerjasama antaranggotakelompok dan perhatian terhadap kebutuhan para anggotanya

    yang tinggi, dan berkurang perhatiannya kepada pelaksanaan

    tugas dan kerja.

    4. Pemenang cenderung menjadi puas, dan merasa bahwa hasilpositif telah mengkonfirmasi stereotip yang baik dari mereka

    sendiri, dan stereotip yang negative dari kelompok saingan

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    22/34

    22

    mereka, sehingga tidak ada atau sedikit ada keinginan untuk

    merevaluasi pandangan dan menguji kembali kegiatan

    kelompok agar dapat belajar bagaimana meningkatkan mutu

    pandangan dan kegiatannya. Pemenang tidak belajar banyak

    tentang diri mereka senditi.

    d. Yang Terjadi dengan yang Kalah1. Jika tidak dapat menerima kekalahan, akan ada kecenderungan

    kuat pada kelompok yang kalah, untuk menolak atau merusak

    kenyataan kekalahan.

    2. Jika kekalahan diterima secara psikologik, kelompok yangkalah akan cenderung mencari seseorang atau sesuatu untuk

    disalahkan.

    3. Kelompok yang kalah lebih tegang, siap untuk lebih keras, danmerasa tidak ada harapan.

    4. Kelompok yang kalah cenderung mengarah ke kerjasamaantaranggota kelompok yang rendah, perhatian terhadap

    kebutuhan anggotanya kecil, dan perhatian tinggi untuk dapat

    memperbaiki diri, membalas kekalahannya dengan bekerja

    lebih keras, agar pada kesempatan lain dapat menang.

    5. Kelompok yang kalah akan cenderung belajar banyak tentangdiri mereka sebagai kelompok, karena denggan kekalahan

    mereka, stereotip positif dari mereka, dan stereotip negatif dari

    kelompok saingannya tidak ditunjang, sehingga akibatnya

    memaksakan suatu reevaluasi dari pengamatan. Kelompok

    yang kalah akan mereorganisasi diri dan menjadi lebih lekat

    dan efektif, begitu kekalahan mereka telah dapat diterima

    secara nyata.

    Masalah antarkelompok, dapat terjadi pada berbagai macam

    kelompok di masyarakat, tidak hanya terjadi pada kelompok yang

    telah jelas dibatasi.

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    23/34

    23

    E. 2. Teknik-teknik Mengurangi Akibat Negatif dari sainganStrategi dasar dari pengurangan konflik adalah, menemukan tujuan

    yang dapat diterima oleh kelompok yang bersaing, sebagai tujuan mereka

    bersama, dan melancakan proses komunikasi antarkelompok. Berikut ini

    beberapa teknik yang diajukan oleh Schein (1980), yang dapat digunakan

    tersendiri atau beberapa teknik secara bersama-sama dalam kombinasi

    tertentu:

    1. Menemukan Musuh BersamaKonflik antara dua kelompok kerja dapat dikurangi jika kedua bagian

    mau menggunakan upaya mereka untuk perusahaan mereka agar dapat

    berhasil bersaing dengan perusahaan lain. Konflik disini digeser ke

    tingkat yang lebih tinggi. Teori identitas sosial yang diajukan oleh

    Fincham dan Rodhes (1988) menjelaskan bahwa para tenaga kerja

    bagian A dan bagian B memperoleh identitas mereka dari bagian

    mereka masing-masing. Identitas mereka berbeda-beda. Dengan

    memberikan mereka musuh bersama, mereka dapat memperoleh

    identitas mereka dari perusahaan. Mereka tidak lago merasa tenaga

    kerja bagian A dan bagian B, melainkan merasakan menjadi tenaga

    kerja perusahaan X (Munandar, 2008).

    2. Pimpinan atau Subkelompok dari Kelompok-kelompok yang Bersaingdibawa Berinteraksi

    Dalam kelompok baru yang terdiri dari wakil dari kelompok yang

    bersaing, karena mendapatkan wewenang untuk menjadi perwakilan

    dari kelompoknya masing-masing, dapat melakukan perundingan

    untuk mencapai suatu kesepakatan, kalau perlu dapat saling

    memberikan kesediaan untuk mencapai suatu jalan damai. Namun

    Leavitt (1988) mengingatkan agar hati-hati dalam menggunakan teknik

    ini, jika kelompok yang bersaing masing-masing memiliki derajat

    kelekatan yang tinggi, maka tidak akan dapat dicapai kata sepakat,

    kecuali jika yang mewakili adalah pemimpin yang memiliki kuasa

    penuh.

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    24/34

    24

    3. Menemukan Tujuan yang Mencakup (Superordinate)Kelompok yang beraing harus bekerja sama agar tujuan dapat tercapai.

    Misalnya perusahaan ingin melemparkan produk baru ke pasar. Produk

    yang murah pembuatannya dan diinginkan konsumen. Untuk

    keperluan ini bagian penjualan harus bekerja sama dengan bagian

    produksi. Tujuann yang harus dicapai adalah tujuan perusahaan dan

    bukan tujuan masing-masing kelompok.

    4. Pelatihan Antarkelompok Melalui Penghayatan PengalamanKelompok yang bersaing dikumpulkan dan diminta untuk mengkaji

    perilaku mereka sendiri. Selama pelatihan masing-masing kelompok

    mencatat persepsi tentang mereka sendiri, dan persepsi mereka dengan

    kelompok lain. Kedua hasil kelompok kemudian dibicarakan dan

    dibahas, persepsi yang keliru dihilangkan dan hubungan di masa depan

    ditentukan bersama. Teknik merupakan salah satu teknik dari

    pengembangan organisasi yang akan lebih dijelaskan dalam bab

    berikutnya.

    E. 3. Dimensi dari Intensi Menyelesaikan KonflikRobbins (1998) membahas dimensi dari intense menyelesaikan

    konflik dari Thomas (1992). Intensi menyelesaikan konflik dapat

    dikelompokkan kedalam lima cara yang didapatkan berdasarkan dua

    dimensi, yaitu: 1. DimensiAssertivenessdan 2. Dimensi Cooperativeness.

    Kelima cara menyelesaikan konflik ialah:

    1. Bersaing (competing) adalah hasrat untuk memuaskankepentingannya sendiri tanpa memperhatikan dampak terhadap pihak

    Assertive

    Assertiveness

    Unassertive

    Competing

    Avoidin

    Com romissin

    Collaborating

    Accomodatin

    Uncoo erative Coo erative

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    25/34

    25

    lawan konflik (tinggi pada assertiveness dan rendah pada

    cooperativeness). Situasi ini juga dinamakan situasi menang-kalah

    (win-lose).

    2. Bekerja sama (collaborating) ialah pihak-pihak yang konflik masing-masing berhasrat untuk memuaskan kepentingan pihaknya

    (assertiveness dan cooperativeness tinggi). Situasi ini dinamakan juga

    menang-menang (win-win).

    3. Berkompromi (compromising) adalah satu situasi dimana masing-masing pihak yang bersengketa bersedia untuk mengorbankan sesuatu

    (assertiveness dan cooperativeness sedang tingginya). Situasii ini

    dinamakan kalah-kalah (lose-lose), karena ada yang dikorbankan.

    4. Menghindar (avoiding) adalah hasrat untuk mengundurkan diri darisituasi konflik atau menekan konflik, tidak ingin b ersengketa

    (assertiveness dan cooperativeness rendah).

    5. Menyesuaikan (accommodating) adalah adanya satu pihak yangkonflik, bersedia untuk meletakkan kepntingan pihak lain lebih tinggi

    dari kepentingannya (assertiveness rendah, coopertaviness tinggi).

    Situasinya satu pihak mengalah atau memenangkan pihak lawan.

    Kelima penyelesaian konflik merupakan intense cara penyelesaiaan

    konflik. Bagaimana cara penyelesaian yang nyata tergantung dari sikap

    kedua belah pihak yang bersengketa. Cara penyelesaian konflik dapat

    diwujudkan kedalam berbagai teknik penyelesaian konflik. Tehnik-tehnik

    yang telah disebutkan diatas, merupakan teknik penyelesaian masalah

    yang menggambarkan situasi menang-menang, tidak hanya salah satu

    pihak dalam persaingan yang menang.

    Disamping teknik-teknik penyelesaian konflik di atas, ada

    beberapa teknik penyelesaian konflik di atas, ada beberapa teknik

    penyelesaian konflik lainnya yang diajukan oleh Robbins (1998), yang

    bersifat situasi win-win:

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    26/34

    26

    1. Teknik Problem Solving pertemuan berhadapan antara pihak yangmemiliki konflik dengan tujuannya menemukan masalah dan mencari

    jalan keluarnya melalui diskusi terbuka.

    2. Teknik Pengadaan Sumber yang Lebih Banyak ini khusus kalaukonflik terjadi disebabkan kurangnya atau terbatasnya sumber yang

    diperlukan.

    3. Teknik Pelunakan berusaha mengurangi arti perbedaan danmenekankan pada kepentingan bersama dari pihak yang memiliki

    konflik.

    4. Teknik Perintah Otoritatif manajemen menggunakan otoritasformlanya untuk menyelesaikan konflik dan mengkomunikasikan

    keinginannya kepada pihak-pihak yang bersengketa.

    5. Teknik Mengubah Variabel Manusia menggunakan teknikpengubahan perilaku melalui pelatihan, seperti pelatihan dalam

    hubungan antar manusia, sehingga dapat mengubah sikap dan

    perilaku yang menimbulkan konflik.

    6. Teknik Mengubah Variabel Struktural mengubah struktur formalorganisasi dan pola interaksi dari pihak yang memiliki konflik melalui

    rancangan ulang dari pekerjaan, pemindahan, pembentukan

    kedudukan dengan tugas koordinasi, dan sebagainya.

    F.KesimpulanKelompok merupakan gabungan dari dua orang atau lebih, yang

    saling berinteraksi, memiliki tujuan yang sama, dan melihat anggota

    kelompok merupakan bagian dari dirinya. Sedangkan organisasi

    adalah, suatu kelompok yang dibentuk secara sengaja berdasarkan

    kepentingan tertentu dengan tujuan tertentu, serta cara-cara tertentu

    dalam melakukan sesuatu.

    Organisasi dan kelompok memiliki aspek sosial, karena organisasi

    terdiri lebih dari satu anggota atau kelompok manusia, yang sudah

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    27/34

    27

    semestinya sebagai sistem, setiap anggota berinteraksi dengan anggota

    lainnya guna menjalankan sistem tersebut dengan baik.

    Kelompok dapat dikatakan berhasil jika kerja sama antar

    anggotanya berjalan dengan baik.

    Apabila bila suatu kelompok dapat memberikan makna bagi diri

    kita, jika kelompok kita rasakan dapat memenuhi kebutuhan kita, dan

    sesuai dengan harapan kita, maka kita akan menilai kelompok itu baik,

    tetapi sebaliknya, jika kelompok kita rasakan tidak memuaskan, tidak

    mampu memenuhi kebutuhan, dan tidak sesuai dengan harapan kita,

    maka kita akan mengundurkan diri sebagai anggota kelompok. Ini

    berlaku untuk setiap kelompok dimana kita menjadi anggota, tidak

    hanya berlaku bagi kelompok kerja kita.

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    28/34

    28

    G.RingkasanMind Map (Peta Ingatan)

    Organisasi

    Kelompok kerja

    Kelompok formal

    -Kelompok komando

    -Kelompok tugas

    Kelompok informal-Kelompok minat

    -Kelompok persahabatan

    Pengertian

    Fungsi kelompok bagi

    anggota

    a. Pemenuh kebutuhanb. Pengembang,

    penunjang, pemantap

    c. Penetap dan pengujid. Mekanisme

    pemecahan masalah

    Fungsi kelompok bagi

    organisasi

    a. Pelaksana tugas majemukb. Mekanisme pemecahan

    masalah

    c. Penghasil gagasan barud. Pelancar dari keputusan

    yang majemuke. Wahana dari sosialisasi

    dan pelatihanf. Koordinator utama

    Makna dan fun si kelom ok

    Or anisasi dan kelom ok ker a

    Pendahuluan

    Interaksi Antar Kelom ok

    Interaksi Antaran ota Kelom kSaingan Konflik antar Kelompok

    Teknik mengatasi akibat negatif dari saingan

    a. Menemukan musuh bersamab. Pimpinan dari kelompok bersaing

    dibawa

    c. Menetapkan superordinate goalsd. Experential Inter Group Training

    Dimensi dari intense menyelesaikan konflik

    a. Competingb. Collaboratingc. Compromissingd. Avoiding

    Proses Kelompok

    a. Interacting groupb.

    Coacting groupc. Counteracting groups

    Gejala dalam proses kelompok

    a. Konformismeb. Kelekatanc. Synergid. Groupthinke. Polarisasi keputusan

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    29/34

    29

    H.JURNAL1. JURNAL 1

    Teamwork Quality and the Success of Innovative Projects: A

    Theoretical Conceptand Empirical Evidence

    Martin Hoegl Hans Georg Gemuenden

    Washington State University, Department of Management and

    Decision Science, 601 W. First Avenue,Spokane, Washington 99201

    3899

    Technical University of Berlin, Chair for Technology and Innovation

    Management, Hardenbergstr. 45,

    HAD 29, 10623 Berlin, Germany

    [email protected] [email protected]

    An extensive body of literature indicates the importance of teamwork tothe success of innovative projects, that good teamwork increases the success of

    innovative projects The importance of teams to the success of innovation

    processes is well documented in the theoretical literature. Popular approaches to

    new product development (Johne and Snelson 1990, Clark and Fujimoto 1991,

    Cooper 1993) such as project management (Pinto et al. 1993, Fleming and

    Koppelman 1996, Gemuenden and Lechler 1997), speed and cycle time

    management (Gemuenden 1990, Eisenhardt and Tabrizi 1995), as well as total

    quality management and continuous improvement (Griffin and Hauser 1992,

    Lawler et al. 1995, Mohrman et al.1995) consider teamwork as a crucial success

    factor.

    Following the literature, a team can be defined as a social system of three

    or more people, which is embedded in an organizational (context), whose

    members perceive themselves as such and are perceived as members by others

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    30/34

    30

    (identity), and who collaborate on a common task (teamwork) (Alderfer 1987,

    Hackman 1987, Wiendieck 1992,Guzzo and Shea 1992).

    The many experienced managers who emphasize the merits of good

    teamwork have numerous behavioralrequirements in mind. Their claims remain

    rather vague and meaningless, however, as long as the essence of a team, the

    quality of its collaborative working, is neither precisely defined nor validly and

    reliably measured. We advocate first developing theories that explain which

    aspects of teamwork are relevant to team performance and then testing these

    propositions to make distinctions that are useful for practical purposes (i.e.,

    distinguishing between teams that achieve results and those that do not).

    We conceptualize TWQ as a multifaceted higher order construct. The

    underlying proposition of this construct is that highly collaborative teams display

    behaviors related to all six TWQ facets. Thus, these six facets are indicators of the

    collaborative work process in teams and combine to the TWQ construct. This

    conceptualization as a higher order (latent) construct is comparable to Hackmans

    (1987) process criteria of effectiveness in that several critical indicators (or

    subconstructs) are combined in the specification of the team task process. The

    following is adiscussion of the TWQ facets that provides a detailed.

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    31/34

    31

    2. JURNAL 2On Teams, Teamwork, and Team Performance:

    Discoveries and Developments

    Eduardo Salas, University of Central Florida, Orlando, Florida, Nancy J.

    Cooke, Arizona State University Polytechnic and Cognitive Engineering

    Research Institute, Mesa, Arizona, and Michael A. Rosen, University of

    Central Florida, Orlando, Florida

    Teams have become the strategy of choice when organizations are

    confronted with complex and difficult tasks. Teams are used when errors lead to

    severe consequences; when the task complexity exceeds the capacity of an

    individual; when the task environment is ill-defined, ambiguous, and stressful;

    when multiple and quick decisions are needed; and when the lives of others

    depend on the collective insight of individual members. Teams are used in

    aviation, the military, health care, financial sectors, nuclear power plants,

    engineering problem-solving projects, manufacturing, and countless otherdomains. They take a variety of forms, from teams of teams to human robot

    teams. As the complexity of the workplace continues to grow, organizations

    increasinglydepend on teams.

    The good news is that research has kept up with the demand from

    organizations for scientifically rooted guidance. The science of team performance

    has produced a wealth of knowledge on how to compose, manage, structure,

    measure, and promote team performance. Our purpose here is threefold: (a) to

    briefly discuss what we knowabout teams, teamwork, and team performance; (b)

    to highlight recent discoveries and developments, especially as documented in

    Human Factors; and (c) to motivate research for the future. We should note that

    our review is necessarily selective. We focus only on those areas in which we

    think significant research has been conducted and in which we think interesting,

    compelling, and robust discoveries have been made. We first discuss key

    distinctions needed to understand the discoveries. Subsequently, we discuss eight

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    32/34

    32

    discoveries and end with several key issues that need attention as team research

    continues to develop over the coming decades.

    TEAMS, TEAMWORK, AND TEAM PERFORMANCE: FUNDAMENTAL

    CONCEPTS

    Over recent decades, a golden age of interest in team research has

    emerged. A Recent review of the literature revealed more than 130 models and

    frameworks of team performance or some component thereof (Salas, Stagl, Burke,

    & Goodwin, 2007). This breadth represents an ongoing balance between models

    at different levels of granularity. Some are parsimonious and generalizable models

    of teamwork (Salas, Sims, & Burke, 2005), and others are more contextualized

    team or task-specific frameworks (Xiao, Hunter, Mackenzie, Jefferies, & Horst,

    1996) or models that focus on a specific team process or function (Entin &

    Serfaty, 1999). Among these varying theoretical models are some core concepts

    that might be considered common ground. These concepts include the input-

    process-output (I-P-O) framework, which is the dominant approach underlying

    these various models, as well as a consideration of the multilevel and dynamic

    nature of teams (i.e., for a more extensive discussion, see Ilgen, Hollenbeck,

    Johnson, & Jundt, 2005; Salas et al., 2007).

    Teams are social entities composed of members with high task

    interdependency and shared and valued common goals (Dyer, 1984). They are

    usually organized hierarchically and sometimes dispersed geographically; they

    must integrate, synthesize, and share information; and they need to coordinate and

    cooperate as task demands shift throughout a performance episode to accomplish

    their mission. During a performance episode, team members engage in taskwork

    processes and teamwork processes. Individual taskwork is defined as the

    components of a team members performance that do not require interdependent

    interaction with other team members. In contrast, teamwork is defined as the

    interdependent components of performance required to effectively coordinate the

    performance of multiple individuals. Team performance is conceptualized as a

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    33/34

    33

    multilevel process (and not a product) arising as team members engage in

    managing their individual- and team-level taskwork and teamwork processes

    (Kozlowski & Klein, 2000). Conceptually, teamwork is nested within team

    performance and is a set of interrelated cognitions, attitudes, and behaviors

    contributing to the dynamic processes of performance. Team cognition or team-

    level macrocognitionis an example of this type of interrelationship between

    processes and has been the focus of much recent research (Letsky, Warner, Fiore,

    & Smith, in press; Salas & Fiore, 2004). In general, team cognition research

    characterizes teams as information-processing units (Hinsz, Tindale, & Vollrath,

    1997). Processes such as the encoding, storage, and retrieval of information are

    thought to apply on the team as well as the individual level (Salas & Fiore, 2004).

    These processes occur internally in individuals; however, on the team level,

    communication is viewed as a central mechanism of information processing. In

    addition, team cognition can be viewed as an emergent phenomenon (Cooke,

    Gorman, & Rowe, in press; Cooke, Gorman, & Winner, 2007). Finally, team

    effectivenessis an evaluation of the outcomes of team performance processes

    relative to some set of criteria (Hackman, 1987). The definitions ofperformance

    and effectiveness on the team level closely parallel the definitions of these terms

    on the individual level. That is, performance is the activities engaged in while

    completing a task, and effectiveness involves an appraisal of the outcomes of that

    activity (Fitts & Posner, 1967; Motowildo, 2003). With this groundwork in place,

    we turn to a survey of the crowning achievements of the past decades of team

    research.

  • 5/22/2018 ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

    34/34

    34

    Daftar Pustaka

    Martin Hoegl, H. G. (2001). Teamwork Quality and the Success of Innovative

    Projects. Organization Science, 437-449.

    Munandar, A. S. (2008).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Penerbit

    Universitas Indonesia.

    Salas, E., Cooke, N. J., & Rosen, M. A. (2008). On Teams, Teamwork, and Team

    Performance: Discoveries and Developments. The Journal of the Human Factors

    and Ergonomics Society, 541-547.