Upload
ardi-anto
View
26
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Osprey Process of Aluminum Composites
Paduan aluminum digunakan dalam aplikasi advanced karena kombinasi kekuatan
dengan densitas yang rendah, ketahanan(durability), machinability, ketersediaan dan
harganya yang sangat menarik dibandingkan material-material lainnya. Sifat-sifat tersebut
dapat ditingkatkan lagi dengan menggunakan material aluminum matrix composites(AMCs).
Aluminum matrix composites dapat didefenisikan sebagai berikut:
- Harus man-made
- Harus berupa gabungan paling tidak dua material(konstituen) yang berbeda secara
kimia(salah satunya aluminum) dengan suatu antarmuka(interface) yang memisahkan
konstituen-konstituen tersebut.
- Material-material tersebut harus digabungkan secara tiga dimensi.
- Dapat menghasilkan sifat-sifat yang tidak bisa dicapai dengan menggunakan masing-
masing konstituen secara terpisah.
Defenisi ini membedakan aluminum matrix composites dari paduan aluminum, yang didapat
melalui kontrol transformasi fasa yang terjadi secara alami selama solidifikasi atau
thermomechanical processing. Aluminum matrix composites memiliki kelebihan dan
kekurangan tertentu dibanding paduan aluminum yang tidak di-reinforced, terhadap polymer
matrix composites (PMC) dan terhadap ceramic matrix composites(CMC). Ringkasan
perbandingan aluminum matrix composites dengan dengan polymer matrix composites dan
ceramic matrix composites dapat dilihat pada tabel dibawah ini.[1]
Tabel 1. Perbandingan kelebihan dan kekurangan aluminum matrix composites[1]
Berikut ini beberapa jenis reinforcement yang digunakan untuk aluminum dan paduannya.
Tabel 2. Reinforcement yang digunakan untuk alumium dan paduannya. [1]
Aluminum matrix composites dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan geometri
dari reinforcement yang digunakan.
1. Continuous fibre reinforced composites dengan monofilamen(diameter > 100 µm), atau
dengan tows of fibers(diameter < 20 µm)
2. Discontinously reinforced composites dengan serat pendek(short fibers), whiskers atau
partikel(particulates).
Gambar 1. Tipikal geometri reinforcement pada MMC[1]
Continous fibre reinforced composites memiliki fitur-fitur utama sebagai berikut:
- Peningkatan stiffness dan strength
- Penurunan wear dan creep
- Sifat-sifat anisotropic
- Peningkatan fatique strength dalam arah serat
- Teknik manufaktur yang kompleks dan biaya mahal.
Discontinous fiber reinforced composites dikembangkan jika kekuatan bukanlah
tujuan utama pembuatan komposit, namun jika stiffness, ketahanan terhadap aus, kontrol
terhadap ekspansi panas dan temperatur service yang lebih tinggi diinginkan.
Peranan Mendasar Interface pada Al-Matrix Composites[1]
Keberhasilan dari aluminum matrix composites sangat didominasi oleh pengontrolan
dan peningkatan interface antara matriks aluminum dan fasa penguatnya.
- Pembasahan yang baik dibutuhkan untuk memudahkan fabrikasi, khususnya jika
menggunakan teknik liquid state dengan tekanan rendah;
- Reaksi interface antara matriks dan reinforcement harus seminimal mungkin, untuk
mencegah degradasi dari fasa penguat dan pembentukan fasa baru yang getas.
- Ikatan yang baik dibutuhkan untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan.
Untuk paduan aluminum sebagai matriks, pembasahan dapat ditingkatkan melalui suatu
reaksi kimia dengan reinforcement yang menurunkan energi antarmuka. Penghilangan lapisan
oksida yang menutupi liquid aluminum juga dapat meningkatkan perilaku pembasahan.
Parameter-parameter yang selanjutnya mempengaruhi pembasahan keramik(reinfocement)
oleh alumimum cair adalah temperatur(temperatur yang lebih tinggi menghasilkan wettability
yang lebih baik), waktu kontak(pembasahan meningkat dengan waktu kontak yang lebih
lama), tekanan dari atmosfer sekitar(pada kondisi vacuum, gas yang diadsorbsi dihilangkan
dan memperbaiki wettablility). Terdapat beberapa metode kimia dan mekanis untuk
meningkatkan wetting yang kurang baik, yaitu: pretreatment reinforcement, modifikasi
paduan matriks, coating reinforcement, dan cara mekanis.
Terdapat berbagai teknik fabrikasi MMC tergantung pada apakah teknik tersebut
ditujukan untuk produksi continous atau discontinous reinforced MMC. Teknik fabrikasi
tersebut selanjutnya dapat dibedakan lagi berdasarkan fasa matriks yang terlibat dalam
produksi komposit tersebut(liquid atau solid).
Metode Spray
Metode spray dimulai dari pembentukan suatu campuran dari droplet logam cair dan
partikel penguat yang di”semprotkan” pada suatu subtrat (removable). Keuntungan dari
metode spray adalah pembekuan yang cepat dari matriks yang menghasikan struktur butir
yang halus dan memperpendek waktu reaksi antara reinforcement dan matriks. Selain itu
tahapan blending dan degassing seperti pada tipikal jalur metalurgi serbuk dapat dieliminasi.
Gbr. 2 Perbandingan jalur metode metalurgi serbuk konvensional dengan metode spray dalam produksi
MMC. [1] Osprey Process
Metode spray ini dikembangkan pada akhir tahun 1970-an dan selama 1980-an oleh
Osprey Metals Ltd. di UK dan dapat diterapkan untuk paduan aluminum yang di-reinforced
dengan partikel [1,3]. Tahapan dasar produksi adalah pembentukan semburan/semprotan liquid
droplet(mirip dengan atomisasi gas pada metalurgi serbuk) pada suatu subtrat yang
didinginkan yang ditempatkan pada arah semprotan. Hal ini yang membedakan dengan
manufaktur serbuk pada metalurgi serbuk, dimana droplet dibiarkan membeku, sedangkan
pada metode ini droplet dikumpulkan pada suatu substrat [3]. Kecepatan droplet biasanya
berkisar antara 20-40 m/s[2]. Partikel penguat dapat langsung diinjeksikan kedalam atomised
spray, menghasilkan deposit logam aluminum dan partikel penguat secara bersamaan[1].
Ukuran partikel keramik(biasanya SiC) yang digunkan berkisar antara 5-15µm[6]. Tergantung
pada bentuk sistem pengumpul substrat, dapat dihasilkan berbagai bentuk, termasuk
lembaran. Struktur yang dihasilkan memiliki butiran yang halus(umumnya 15 µm) dan cukup
padat(95-98% densitas teoritis). Dengan metode ini dapat diproduksi ingot dengan berat 100
kg atau lebih. Spray billet selanjutnya memasuki secondary processing (hot work; ekstrusi,
rolling, forging) [1,3].
Gambar. Metode spray Osprey untuk produksi particulate composites [1]
Tabel 3. Tipikal properties Al-matrix composites yang diproduksi dengan metode Osprey [1]
MMC yang diproduksi dengan cara ini sering menunjukkan distribusi partikel penguat
yang tidak homogen. Biasanya terdapat lapisan yang kaya keramik(misal partikel SiC) pada
arah tegak lurus terhadap arah pertumbuhan keseluruhan[2,3] . Hal ini dapat disebabkan oleh
ketidakstabilan hidrodinamika pada injeksi serbuk dan pola semburan atau karena faktor
lainnya. Porositas pada saat as-spray sekitar 5% namun biasnya akan tereliminasi saat
secondary processing. [2]
Untuk mendapatkan distribusi partikel yang seragam di dalam matriks aluminum
dibutuhkan kontrol yang baik dari atomisasi dan kondisi pengumpanan partikel penguat. Fitur
miskrostrukstur lainnya yang mencolok pada MMC yang diproduksi dengan metode Osprey
adalah ikatan antarmuka yang kuat, interface reaction layer lebih sedikit, dan kandungan
oksida yang sangat rendah. Sifat mekanis yang dihasilkan biasanya isotropik dan memenuhi
atau melampui ingot-processed alloy. Laju deposisi logam yang tinggi yaitu berkisar 0.2-
2kg/detik merupakan kelebihan tersendiri dari metode ini.
Beberapa parameter proses yang mempengaruhi sifat produk yang dihasilkan
diantaranya yaitu: melt superheat(temperatur lelehan), kecepatan aliran logam, tekanan udara,
spray motion (spray scanning frequency and angle), ketinggian spray (jarak antara gas nozzle
dengan substrat), dan gerakan substrat (kecepatan rotasi, withdrawal rate, dan sudut
kemiringan). Beberapa paduan aluminum mengandung partikel penguat SiC telah diproduksi
dengan spray deposition, meliputi paduan Al-Si cor dan aluminum wrought seri 2xxx, 6xxx,
7xxx,dan 8xxx (aluminum-litium). [3]
Para peneliti telah melakukan penelitian pada komposit Al-Si. Chaudury et al. telah
menyelidiki mikrostruktur dan karakteristik keausan komposit yang diproses dengan metode
spray forming, dan menemukan bahwa mikrostruktur dan karakteristik ausnya lebih baik
daripada komposit yang di proses dengan metode stir casting. Selain itu, ditemukan bahwa
respon terhadap perlakuan panas(ageing) dari komposit ini jauh lebih baik daripada
paduannya.[4]
Metode spray ini juga memungkinkan untuk pemrosesan continous fiber reinforced
AMCs.Dalam hal ini serat dibalutkan pada suatu mandrel dengan jarak tertentu antar serat,
kemudian matriks logam aluminum disemprotkan pada serat tersebut. Pemrosesan AMCs
dengan metode spray relatif tidak mahal, biayanya adalan antara stir cast dan metode
metalurgi serbuk(PM). [5]
Referensi
1. Froyen L., B. Verlinden. 1994. TALAT (Training in Aluminum Application and
Technology) Lecture 1402: Aluminium Matrix Composites Materials. European Aluminium
Association.
2. Clyne, T.W.2001. Metal Matrix Composites: Matrices and Processing. Department of
Materials Science and Metallurgy University of Cambridge.
3. ASM International. 2004. ASM Handbook, Vol 21: Composites.
4. Raju K, S. N. Ojha . A. P. Harsha. 2008. Spray Forming of Aluminum Alloys and Its
Composites: An Overview. Journal of material science: Springer.
5. Surappa, M K. 2003. Aluminium matrix composites: Challenges and opportunities.
Department of Metallurgy, Indian Institute of Science, Bangalore.
6. http://www.azom.com/Details.asp?ArticleID=740