14
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatakan kepadaTuhan Yang Maha Esa, yang masih melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan bagaimana mestinya. Makalah ini berjudul OTITIS MEDIA AKUT, ditulis guna memenuhi persyaratan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah RSU Djasmen Saragih Pematangsiantar. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan kepada Dokter Pembimbing dr. Djuni Simatupang, Sp.THT, KL yang telah Kepaniteraan Klinik Senior di bagaian Ilmu THT RSUD dr. Djasmen Saragih Pematangsiantar dan rampungnya tulisan ini. Penuls menyadari bahawa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapakan ktirik dan saran dari pemabaca sekalian. Akhir kata penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang menggunakannya. Pematangsiantar, November 2014 i

Otitis Media Akut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oma

Citation preview

Page 1: Otitis Media Akut

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatakan kepadaTuhan Yang Maha Esa, yang masih

melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan bagaimana

mestinya.

Makalah ini berjudul OTITIS MEDIA AKUT, ditulis guna memenuhi persyaratan

selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah RSU Djasmen Saragih

Pematangsiantar.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan kepada Dokter Pembimbing

dr. Djuni Simatupang, Sp.THT, KL yang telah Kepaniteraan Klinik Senior di bagaian Ilmu

THT RSUD dr. Djasmen Saragih Pematangsiantar dan rampungnya tulisan ini.

Penuls menyadari bahawa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu penulis mengharapakan ktirik dan saran dari pemabaca sekalian.

Akhir kata penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang

menggunakannya.

Pematangsiantar, November 2014

Penulis

i

Page 2: Otitis Media Akut

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA .................................................................... 1

DEFINISI ....................................................................................................................... 3

ETIOLOGI ..................................................................................................................... 3

PATOGENESIS ............................................................................................................. 3

DIAGNOSIS .................................................................................................................. 5

PENATALAKSANAAN ............................................................................................... 5

KOMPLIKASI ............................................................................................................... 6

PENCEGAHAN ............................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 7

ii

Page 3: Otitis Media Akut

OTITIS MEDIA AKUT

PENDAHULUAN (1,2)

Otitis media peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,

tubaeustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi atas otitis

mediasupuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan

kronis.Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat

juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan

otitismedia adhesiva.Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada

saluran pernapasan atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan),

didapatkan 30%mengalami otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia

terjadinyaotitis media berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar

83%.

Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis

mediasebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau

lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia

sepuluhtahun.Resiko kekambuhan otitis media terjadi pada beberapa faktor, antara lain

usia <5thn, otitis prone (pasien yang mengalami otitis pertama kali pada usia <6 bln, 3

kalidalam 6 bln terakhir), infeksi pernapasan, perokok, dan laki-laki.Kasus yang akan

dibahas di bawah ini adalah otitis media akut akibat komplikasidari rhinitis alergi yang

dialami oleh anak usia 6 thn

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA (2)

Telinga adalah organ pendengaran. Syaraf yang melayani indera ini adalah syaraf

cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu: telinga luar,

telinga tengah dan rongga telinga dalam.

1. Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus,

dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana

timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih

setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh

kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus

1

Page 4: Otitis Media Akut

membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis

auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal

mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus

auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus

panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan

fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang

dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit

dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi

substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga

mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya

mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

2. Telinga Tengah

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.

Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang

membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial

telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran

kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat

memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,

dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.

anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi,

cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan

fistula perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan

telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat

kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau

menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan

dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

3. Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk

pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial

VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian

dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang

2

Page 5: Otitis Media Akut

labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut

90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan

keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah

gerakan seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua

setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan

organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin

membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan

langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis.

Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus

koklearis, dan organan Corti.

DEFINISI (1)

Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau

seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.

ETIOLOGI (2,4)

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media.

Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan

invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan

salah satu faktor penyebab yang paling sering.

Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus,

Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae

(38%), Pneumococcus.

Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan

terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba

eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.

PATOGENESIS (3,4)

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat

bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut

sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya

sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri

3

Page 6: Otitis Media Akut

dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam

telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan

lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena

gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ

pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang

dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak

dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan

normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang

terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA

dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih

dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang

terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.

OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain:

1. Stadium oklusi tuba eustachius

a. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.

b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.

c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.

2. Stadium hiperemis

a. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.

b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa

sehingga sukar terlihat.

3. Stadium supurasi

a. Membran timpani menonjol ke arah luar.

b. Sel epitel superfisila hancur.

c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.

d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga

tambah hebat.

4. Stadium perforasi

a. Membran timpani ruptur.

b. Keluar nanah dari telinga tengah.

c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

4

Page 7: Otitis Media Akut

5. Stadium resolusi

a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal

kembali.

b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.

c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya

tahan tubuh baik.

DIAGNOSIS (2,3)

Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh tinggi

serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit

waktu tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit.

Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh

turun, dan anak tertidur tenang.

Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan

pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.

Diagnosis terhadap OMA tidak sulit, dengan melihat gejala klinis dan keadaan

membran timpani biasanya diagnosis sudah dapat ditegakkan. Penilaian membran timpani

dapat dilihat melalui pemeriksaan lampu kepala dan otoskopi. Perforasi yang terdapat pada

membran timpani bermacam-macam, antara lain perforasi sentral, marginal, atik, subtotal,

dan total.

PENATALAKSANAAN (2,3,4)

Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi

dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl

efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam

larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber

infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.

Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik.

Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik

yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan

kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin

IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7

hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari,

atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.

5

Page 8: Otitis Media Akut

Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk

dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu

diberikan agar nyeri dapat berkurang.

Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta

antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.

Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan ini

dapat dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret diduga telah

terjadi mastoiditis.

KOMPLIKASI (2,3)

Sebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialah abses

subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak. Otitis media

yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.

PENCEGAHAN (3,4)

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

1. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.

2. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.

3. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.

4. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

6

Page 9: Otitis Media Akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2008. Otitis Media Akut. Accessed:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1092.htm.

2. Djaafar, ZA. 2006. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Telinga Hidung

Tenggorokan, cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

3. Moses, Scott. 2008. Otitis Media. Accessed: www.fpnotebook.com.

4. Revai, Krystal et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis

Complicating Upper Respiratory Tract Infection: The Effect of Age. PEDIATRICS

Vol. 119 No. 6 June 2007, pp. e1408-e1412.

7