22
1 HASIL DISKUSI SGD I OTONOMI DAERAH NAMA KELOMPOK: Eny Mara Qanita (1302005001) Ni Kadek Risa Astria (1302005003) I Made Ari Samudera (1302005007) Ni Putu Ardhenariswari (1302005012) I Kadek Adi Paramartha (1302005014) Nyoman Intan Trisna Ardani (1302005018) I Dewa Ayu Mas Narisuari (1302005020) Yogi Haditya (1302005022) Kadek Mia Risdayanthi (1302005023) Yashni Subramaniam (1302005273) Jivitha Munusamy (1302005274) Tharshani Devi Srinivasagam (1302005375)

OTONOMI DAERAH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

otonomi

Citation preview

14

HASIL DISKUSI SGD IOTONOMI DAERAH

NAMA KELOMPOK:Eny Mara Qanita(1302005001)Ni Kadek Risa Astria (1302005003)I Made Ari Samudera (1302005007)Ni Putu Ardhenariswari (1302005012)I Kadek Adi Paramartha (1302005014)Nyoman Intan Trisna Ardani(1302005018)I Dewa Ayu Mas Narisuari (1302005020)Yogi Haditya (1302005022)Kadek Mia Risdayanthi (1302005023)Yashni Subramaniam (1302005273)Jivitha Munusamy (1302005274)Tharshani Devi Srinivasagam (1302005375)

I GDE SUTRISNA ADHI, SH., MHI MADE ADI WIDNYANA, S.Farm.,Apt.,S.H.,M.H

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN UNUDUPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA UNUD2013JUDUL: OTONOMI DAERAH

OLEH: SGD 1

PENDAHULUANMasing masing daerah mempunyai tujuan dan cita-cita yang berbeda beda. Cita-cita dan tujuan ini diharapkan dapat membentuk suatu Negara menjadi tertata rapid an lebih baik lagi. Hal ini dapat disebut dengan otonomi daerah. Adanya otonomi daerah karena pada saat ini terjadi sentralisasi keskuasaan pada pemerintahan. Sehingga banyak dari beberapa daerah yang diabaikan bahkan tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Pembagian kekayaan juga belum merata. Selain itu, terdapat kesenjangan sosial antara seseorang dan daerah sehingga munculnya otonomi daerah.Otonomi daerah merupakan hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan kehidupan nasional. Karena dengan adanya otonomi daerah, suatu daerah memiliki kesempatan yang luas untuk menyusun kebijaksanaan pembagunan yang sesuai dengan situasi dan kondisi daerah serta kebutuhan masyarakat daerah. Otonomi merupakan salah satu bentuk demokrasi, sebab dengan adanya otonomi daerah, daerah diberikan wewenang yang lebih luas untuk mengambil keputusan dalam penyelenggaraan pemerintah, dan tidak harus mengikuti kebijakan yang ditentukan pemerintah.Selain mencerminkan demokrasi, otomi daerah juga mencerminkan nilai nilai pancasila, sperti pada sila ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Daerah dalam melaksanakan pemerintahannya terdapat lembaga legislative daerah yang dikenal denga DPRD. DPRD bertugas mengawasi badan eksekutif daerah dan menyampaikan aspirasi rakyat daerahnya kepada eksekutif daerah itu, agar sesuai dengan kepentingan rakyat. Sehingga kedaulatan rakyat terjaga, aspirasi rakyat diterima dengan baik, dan memperoleh hasil yang diinginkan bersama.

MASALAH1. Pengertian otonomi daerah2. Latar belakang otonomi daerah3. Tujuan dan prinsip otonomi daerah4. Perkembangan UU otonomi daerah di Indonesia5. Model desentralisasi6. Pembagian urusan pemerintahan pusat, provinsi, dan kabupaten7. Keterkaitan otonomi daerah dengan demokrasi8. Implementasi otonomi daerah

TUJUAN: Agar mahasiswa dapat lebih memahami makna otonomi daerah

METODE PENULISAN: Pustaka dan FGD

PEMBAHASAN

1. Pengertian otonomi daerahOtonomi daerahdapat diartikan sebagai kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.

2. Latar Belakang Otonomi DaerahOtonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang berarti keputusan sendiri (self ruling). Otonomi mengandung pengertian kondisi atau ciri untuk tidak dikontrol oleh pihak lain atau kekuatan luar atau bentuk pemerintahan sendiri, yaitu hak untuk memerintah dan menentukan nasibnya sendiri.Di Indonesia, otonomi daerah sebenarnya mulai bergulir sejak keluarnya UU No.1 Tahun 1945, kemudian UU No.2 Tahun 1984 dan UU No.5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Semuanya berupaya menciptakan pemerintahan yang cenderung ke arah disentralisasi. Namun pelaksanaannya mengalami pasang surut, sampai masa reformasi bergulir.Pada masa ini keluarlah UU No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat. Sejak itu, penerapan otonomi daerah berjalan cepat.Prinsip otonomi daerah adalah pemerintahan daerah diberi wewenang untuk mengelola daerahnya sendiri. Hanya saja ada beberapa bidang yang tetap ditangani pemerintah pusat, yaitu agama, peradilan, pertahanan, dan keamanan, moneter/fiscal, politik luar negeri dan dalam negeri serta sejumlah kewenangan bidang lain (meliputi perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi Negara dan lembaga perekonomian Negara, pembinaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, dan konversi serta standarisasi nasional).Latar belakang otonomi daerahdi Indonesia berdasarkan beberapa referensi dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu aspek internal yakni kondisi yang terdapat dalam negara Indonesia yang mendorong penerapan otonomi daerah di Indonesia dan aspek eksternal yakni faktor dari luar negara Indonesia yang mendorong dan mempercepat implementasi otonomi daerah di Indonesia.Latar belakang otonomi daerahsecara internal, timbul sebagai tuntutan atas buruknya pelaksanaan mesin pemerintahan yang dilaksanakan secara sentralistik. Terdapat kesenjangan dan ketimpangan yang cukup besar antara pembangunan yang terjadi di daerah dengan pembangunan yang dilaksanakan di kota-kota besar, khususnya Ibukota Jakarta. Kesenjangan ini pada gilirannya meningkatkan arus urbanisasi yang di kemudian hari justru telah melahirkan sejumlah masalah termasuk tingginya angka kriminalitas dan sulitnya penataan kota di daerah Ibukota.Ketidakpuasan daerah terhadap pemerintahan yang sentralistik juga didorong oleh massifnya eksploitasi sumber daya alam yang terjadi di daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam. Eksploitasi kekayaan alam di daerah kemudian tidak berbanding lurus dengan optimalisasi pelaksanaan pembangunan di daerah tersebut. Bahkan pernah mencuat adanya dampak negatif dari proses eksploitasi sumber daya alam terhadap masyarakat lokal. Hal inilah yang mendorong lahirnya tuntutan masyarakat yang mengingingkan kewenangan untuk mengatur dan mengurus daerah sendiri dan menjadi salah satu latar belakang otonomi daerah di Indonesia.Selainlatar belakang otonomi daerahsecara internal sebagaimana dimaksud diatas, ternyata juga terdapat faktor eksternal yang menjadi latar belakang otonomi daerah di Indonesia. Faktor eksternal yang menjadi salah satu pemicu lahirnya otonomi daerah di Indonesia adalah adanya keinginan modal asing untuk memassifkan investasinya di Indonesia. Dorongan internasional mungkin tidak langsung mengarah kepada dukungan terhadap pelaksanaan otonomi daerah, tetapi modal internasional sangat berkepentingan untuk melakukan efisiensi dan biaya investasi yang tinggi sebagai akibat dari korupsi dan rantai birokrasi yang panjang.Agenda reformasi jelas menjanjikan hal itu, yakni terjadinya perubahan dalam sistem pemerintahan yang sarat dengan KKN menjadi pemerintahan yang bersih dan pada gilirannya akan lebih terbuka terhadap investasi asing.

3. Prinsip dan tujuan otonomi daeraha. prinsip otonomi daerah berdasarkan uu no.22 tahun 1999 Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang terbatas. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah Kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontibusi negara sehingga tetap terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan karenanya dalam daerah Kabupaten/daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik fungsi legislatif, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan sebagai wakil daerah. Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.

b. tujuan otonomi daerah Mengemukakan kesadaran bernegara/berpemerintah yang mendalam kepada rakyat diseluruh tanah air Indonesia. Melancarkan penyerahan dana dan daya masyarakat di daerah terutama dalam bidang perekonomian. Memberikan kewenangan yang luas dan nyata kepada daerah memberikan perimbangan keuangan antara oemerintah daerah dan pusat memberikan kekuasaan kepada daerah untuk memanfaatkan sumberdaya nasionalsecara adil mendorong peberdayaan masyarakat menumbuhkan kreatifitas

4. Perkembangan UU otonomi daerah di IndonesiaUndang- Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi yang menjadi acuan dari setiap peraturan pemerintah. UUD 1945 sejak masa awal kemerdekaan juga berfungsi untuk mengatur dan menjadi acuan pelangsanaan otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia. Meskipun UUD telah mengatur pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, namun peraturan pelaksanaan otonomi daerah terus mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi seiring dengan perkembangan politik sehingga peraturan otonomi daerah juga bergantung pada para elite politik. Perkembangan otonomi daerah apabila dianalisis sejak awal kemerdekaan 1945, terjadi beberapa perubahan sesuai dengan elite politik yang berkuasa pada masa-masa terjadinya perubahan-perubahan tersebut. Perubahan UU yang terjadi adalah sebagai berikut :a. UU No. 1 tahun 1945Kebijakan Otonomi berdasarkan UU No. 1 tahun 1945 lebih menitikberatkan pada dekonsentrasi. Kepala daerah merupakan perpanjangan tangan pemerintahan pusat.b. UU No. 22 tahun 1948Kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1948 lebih menitikberatkan pada desentralisasi. Terdapat dualisme peran pada kepala daerah Berdasarkan UU ini, di satu sisi pemerintah daerah punya peran besar untuk daerah, juga masih menjadi alat pemerintah pusat.c. UU No. 1 tahun 1957Kebijakan otonomi daerah pada masa ini masih bersifat dualisme, di mana kepala daerah bertanggung jawab penuh pada DPRD, tetapi juga masih alat pemerintah pusat. Penetapan Presiden No.6 tahun 1959Pada masa ini kebijakan otonomi daerah lebih menekankan dekonsentrasi. Melalui penpres ini kepala daerah diangkat oleh pemerintah pusat terutama dari kalangan pamong praja.d. UU No. 18 tahun 1965UU No. 18 tahun 1965 menitikberatkan otonomi daerah pada desentralisasi dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah, sedangkan dekonsentrasi diterapkan hanya sebagai pelengkap saja.e. UU No. 5 tahun 1974Setelah terjadinya peristiwa G.30.S PKI, terjadi kevakuman dalam pengaturan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Namun kemudian pada tahun 1974 dikeluarkan UU NO. 5 tahun 1974 yaitu otonomi daerah yang menekankan pada desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan. Sejalan dengan kebijakan ekonomi pada awal Ode Baru, maka pada masa berlakunya UU No. 5 tahun 1974 pembangunan menjadi isu sentral dibanding dengan politik. Pada penerapanya, terasa seolah-olah telah terjadi proses depolitisasi peran pemerintah daerah dan menggantikannya dengan peran pembangunan yang menjadi isu nasional.f. UU No. 22 tahun 1999Pada tahun 1999, perubahan UU tentang otonomi daerah kembali terjadi. Pemerintah daerah digunakan sebagai titik sentral dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan mengedapankan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.

5. Model desentralisasi1.Pemerintah lokal bersifat otonom dan secara jelas merasa sebagai tingkatan yang terpisa dimana penggunaan kewenangan pusat atau tidak langsung;

2.Pemerintah lokal memiliki batas yang jelas dan diakusi secara sah dimana mereka memiliki kekuasaan dan menyelenggarakan fungsi-fungsi publik;

3.Pemerintah lokal berkedudukan sebagai badan hukum dan memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan fungsinya;

4.Devolusi mengandung pengertian bahwa pemerintah setempat adalah institusi yang menyediakan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat setempat dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berpartisipasi dalam masalah-masalah setempat;

5.Dalam devolusi terdapat hubungan timbal balik saling menguntungkan dan koordinatif antara pemerintahan pusat dan pemerintahan setempat/lokal.

Dengan demikian, desentralisasi mencakup pemerintahan wilayahadministratif dan pemerintahan daerah otonom. Dalam pemerintahan wilayah administratif ditandai dengan adanya aparat dan pejabat-pejabat birokrasi pemerintah pusat yang ditugaskan di daerah sebagaifield administrator. Aparat ini tidak memiliki kekuasaan politik. Yang mereka miliki hanyalah kewenangan administratif guna melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan di tingkat pusat. Dalam daerah pemerintah daerah otonom ciri utamanya adalah memiliki lembaga perwakilan yang pada umumnya didasarkan atas dasar pemilihan dan memiliki kekuasaan pemerintahan tingkat daerah. Lembaga tersebut memiliki kewenangan politik untuk membuat kebijakan publik.Desentralisasi dalam sistem pemerintahan di Indonesia mengacu kepada pembentukan suatu area yang disebut daerah otonom yang akan merupakan tempat atau lingkup dimana kewenangan yang diserahkan dari pusat akan diatur, diurus, dan dilaksanakan. Daerah otonom tersebut berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Urusan-urusan tersebut mula-mula sebagai urusan pemerintah pusat, kemudian setelah diserahkan kepada daerah menjadi urusan daerah yang sifatnya otonom.

6. Pembagian urusan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kotaa) Pemerintah PusatPemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berdasarkan pada Pasal 1 Angka 1 Undang- undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo. Pasal 1 Angka 1 Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Peemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota. Urusan Pemerintah pusat sangat terbatas yang disebutkan dalam Pasal 10 ayat (3) Undang- undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Pasal 2 ayat (2) PP No. 38 tahun 2007, hanya meliputi :a. Politik luar negerib. Pertahananc. Keamanand. Yustisie. Moneter dan fiskal nasional, danf. Agamab) Pemerintahan DaerahPemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berdasarkan pada Pasal 1 Angka 2 Undang- undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo. Pasal 1 Angka 1 Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota. Pemerintahan Daerah dibagi menjadi dua yaitu Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota.Urusan wajib provinsi yang terdapat dalam Pasal 13 ayat (1) UU No. 32 tahun 2004 meliputi:a. perencanaan dan pengendalian pembangunan; b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum; e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota; i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota; j. pengendalian lingkungan hidup; k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota; l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kotao. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota ; dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Sedangkan urusan wajib kabupaten kota yang terdapat dalam Pasal 14 ayat (1) UU No. 32 tahun 2004 meliputi:a. perencanaan dan pengendalian pembangunan; b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum; e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan; g. penanggulangan masalah sosial; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan; i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; j. pengendalian lingkungan hidup; k. pelayanan pertanahan; l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. pelayanan administrasi penanaman modal; o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

7. Kaitan Antara Otonomi Daerah dan DemokratisasiDemokrasi adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan negara berada di tangan rakyat. Kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat,pemerintah rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. Sedangkan yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila adalah sistem tata kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan didasarkan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban antara kepentingan pribadi dan masyarakat atau sesuai dengan Sila ke-4 dari Pancasila yaitu kerakyatan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan. Hal ini juga diserap oleh Indonesia dalam pelaksanaan otonomi daerah sehingga daerah dalam melaksanakan pemerintahannya terdapat lembaga legislatif daerah yaitu DPRD yang bertugas mengawasi badan eksekutif daerah, dan menyampaikan aspirasi rakyat daerahnya kepada eksekutif daerah itu agar sesuai dengan kepentingan rakyat tetap terjaga atau tersalurkan dalam berpolitik atau menentukan nasibnya.Otonomi daerah sudah menggelinding berbarengan dengan reformasi. Ia merupakan terobosan untuk memperkuat Indonesia sebagai sebuah negara bangsa dengan mengakomodasi keragaman daerah. Akomodasi ini bukan untuk memperlemah, tapi sebaliknya, untuk memperkuat Indonesia. Dalam konteks itu otonomi daerah adalah sistem untuk membuat hubungan kongruen antara pusat dan daerah. Dilihat dari sikap dan perilaku politik warga, otonomi daerah yang sudah berjalan sampai hari ini belum mampu menjembatani kedaerahan dan keindonesiaan. Hubungan antara kedaerahan dan keindonesiaan masih negatif, dan yang punya sentimen kedaerahan dibanding keindonesiaan masih banyak. Selain itu, otonomi daerah belum mampu menyerap keragaman dalam keindonesiaan.Sumber utama dari belum mampunyai otonomi daerah menjembatani kedaerahan dan keindonesiaan, belum mampunya menciptakan sistem politik yang kongruen antara pusat dan daerah, adalah kinerja otonomi daerah itu sendiri yang dinilai publik belum banyak menciptakan keadaan lebih baik dibanding sistem pemerintahan yang terpusat sebelumnya. Akar dari belum berkinerja baiknya otonomi daerah terkait dengan evaluasi publik atas kinerja pemerintah daerah. Evaluasi positif publik atas kinerja otonomi daerah tergantung pada apakah kinerja pemerintah akan semakin baik, atau sebaliknya. Bila tidak, maka sikap negatif publik pada otonomi daerah akan menjadi semkin kuat, dan pada gilirannya akan semakin menjauhkan daerah dengan pusat, kedaerahan dan keindonesiaan.Namun demikian, tidak terkaitnya secara berarti antara otonomi daerah dan keindonesiaan masih tertolong berkat demokrasi. Demokrasilah yang menggerus kedaerahan, bukan otonomi daerah. Untungnya, demokrasi pula yang berhubungan secara sistemik dengan otonomi daerah.Demokrasi menjadi titik temu antara otonomi daerah dan keindonesiaan, dan karena itu penguatan demokrasi menjadi prasarat bagi terbentuknya hubungan yang kongruen antara keindonesiaan dan kedaerahan, antara otonomi daerah dan NKRI. Bila demokrasi melemah, terutama dilihat dari kinerjanya, maka otonomi daerah bukan memperkuat NKRI melainkan memperlemahnya.

8. Implementasi otonomi daerah dapat kita lihat dalam Pasal 13 UU No. 32 Tahun 2004 dapat diuraikan sebagai berikut :

a. perencanaan dan pengendalian pembangunanb. perencanaan, pemanfaatan, dan pengwasan tata ruangc. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakatd. penyediaan sarana dan prasarana umume. penanganan bidang kesehatanf. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensialg. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kotah. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/ kotai. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk lintas kabupaten/kotaj. pengendalian lingkungan hidupk. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/ kotal. pelayanan kependudukan, dan catatan sipilm. pelayanan administrasi umum pemerintahann. pelayanan administrasi penanaman modal, termasuk lintas kabupaten/kotao. penyelenggraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota, danp. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan

KESIMPULAN Otonomi daerah adalah sutu kewewenangan daerah untuk mengatur dan mengutus kepentingan masing masing individu di daerahnya, berdasarkan aspirasi masyarakat dalam kaitannya dengan demokrasi bangsa Indonesia. Ada tiga aspek otonomi daerah yaitu : 1. Aspek Hak dan Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri .2. Aspek kewajiban untuk tetap mengikuti peraturan dan ketentuan dari pemerintahan di atasnya, serta tetap berada dalam satu kerangka pemerintahan nasional. 3. Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan baik dari biaya sebagai perlimpahan kewenangan dan pelaksanaan kewajiban, juga terutama kemampuan menggali sumber pembiayaan sendiri. Keadaan geografis indonesia yang terdiri dari beragam macam pulau dan suku berpengaruh terhadap mekanisme pemerinthan Negara. Sehingga diperlukannya suatu otonomi daerah. Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kemudian dalam otonommi daerah, terdapat demokrasi yang menjadi titik temu antara otonomi daerah dan keindonesiaan, dan karena itu penguatan demokrasi menjadi prasarat bagi terbentuknya hubungan yang kongruen antara keindonesiaan dan kedaerahan, antara otonomi daerah dan NKRI.