11
ARSITEKTUR JENGKI Jengki, langgam arsitektur asli Indonesia. Arsitektur Jengki menjadi pelopor arsitektur di Indonesia pasca kemerdekaan dan berkembang pada tahun 1950-1960. Kemunculan arsitektur jengki adalah respon atau bentuk perlawanan (dalam bidang arsitektur) pada kolonialisme serta semangat pencarian jati diri arsitektur Indonesia. Pada tahun yang sama, Soekarno sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan, untuk menunjukkan jati diri bangsa Indonesia kepada dunia. Masih ada euforia untuk menyatakan jati diri Indonesia termasuk dalam bidang arsitektur. Kelahiran Arsitektur Jengki Masa – masa euforia dan pencarian jati diri bangsa Indonesia inilah banyak terjadi situasi politik dimana terjadi “pengusiran” pihak – pihak Belanda. Seperti adanya nasionalisasi perusahaan – perusahaan Belanda di Indonesia dan peristiwa konflik Indonesia dan Belanda mengenai Irian Barat. Akibatnya ketika orang-orang Belanda pulang ke negerinya, praktis para arsitek-arsitek Belanda juga ikut kembali meninggalkan orang-orang Indonesia yang menjadi ahli bangunan dan asisten para arsitek Belanda. Sayangnya, arsitek angkatan pertama ini belum memiliki pengetahuan akan arsitektur yang madani. Bahkan, kebanyakan langgam ini dipelopori oleh tukang- tukang bangunan masa itu. Namun dengan semangat penolakan kolonialisme tadi, arsitektur jengki akhirnya lahir dengan bentuk-bentuknya yang unik dan menarik. Sebagian besar Yoke Mulyono Ciadi 14.A1.0025

P3A Arsitektur Jengki.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: P3A Arsitektur Jengki.docx

ARSITEKTUR JENGKI

Jengki, langgam arsitektur asli Indonesia. Arsitektur Jengki menjadi pelopor arsitektur

di Indonesia pasca kemerdekaan dan berkembang pada tahun 1950-1960. Kemunculan

arsitektur jengki adalah respon atau bentuk perlawanan (dalam bidang arsitektur) pada

kolonialisme serta semangat pencarian jati diri arsitektur Indonesia. Pada tahun yang sama,

Soekarno sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan, untuk menunjukkan jati diri

bangsa Indonesia kepada dunia. Masih ada euforia untuk menyatakan jati diri Indonesia

termasuk dalam bidang arsitektur.

Kelahiran Arsitektur Jengki

Masa – masa euforia dan pencarian jati diri bangsa Indonesia inilah banyak terjadi

situasi politik dimana terjadi “pengusiran” pihak – pihak Belanda. Seperti adanya

nasionalisasi perusahaan – perusahaan Belanda di Indonesia dan peristiwa konflik Indonesia

dan Belanda mengenai Irian Barat. Akibatnya ketika orang-orang Belanda pulang ke

negerinya, praktis para arsitek-arsitek Belanda juga ikut kembali meninggalkan orang-orang

Indonesia yang menjadi ahli bangunan dan asisten para arsitek Belanda. Sayangnya, arsitek

angkatan pertama ini belum memiliki pengetahuan akan arsitektur yang madani. Bahkan,

kebanyakan langgam ini dipelopori oleh tukang-tukang bangunan masa itu. Namun dengan

semangat penolakan kolonialisme tadi, arsitektur jengki akhirnya lahir dengan bentuk-

bentuknya yang unik dan menarik. Sebagian besar pencetus lahirnya gaya jengki adalah

lulusan STM yang pernah menjadi aannemer ( ahli bangunan ) di perusahaan Belanda pada

saat arsitek Belanda harus pulang kampung ke negerinya.

Asal – Usul Istilah Jengki

Istilah jengki banyak ditemui di tahun 1970-an, misalkan celana jengki, merujuk pada

celana yang ketat dan sangat kecil bagian bawahnya. Juga sepeda jengki, serta perabot yang

juga muncul di tahun 1970-an kita kenal dengan sebutan meja jengki. Istilah jengki banyak

digunakan untuk menyebut gaya-gaya serta karakter yang tidak populer pada saat itu.

Meminjam istilah sekarang, jengki dapat dikatakan sepadan dengan istilah anti-mainstream.

Prof. Josef Prijotomo ( 1997 ) menyebut yankee untuk orang – orang New England

yang tinggal di bagian utara Amerika Serikat yang mendirikan pemukiman di Jakarta dan

Yoke Mulyono Ciadi

14.A1.0025

Page 2: P3A Arsitektur Jengki.docx

Jawa Barat. Sebutan itulah yang kemudian digunakan untuk penamaan gaya arsitektur yang

berkembang di era tahun 1950 – 1960 an. Berdasarkan referensi yang ada, jengki bisa

dikatakan lahir dari pengaruh Amerika. Jengki yang berasal dari kata “Yankee”.Yankee

berasal dari kata Jan atau Yan, nama umum orang Belanda. Dahulu orang Belanda adalah

orang yang pertama kali tinggal di New York atau sering disebut Amerika Utara. Orang

selatan memberikan julukan sinis terhadap orang Amerika Utara sebagai Jan atau Yan. Kee

adalah nama pelengkap, sehingga terbentuklah kata Yankee.

Meski sering disalah-kenal dengan rumah-rumah kolonial peninggalan Belanda

(umumnya sering disuebut dengan rumah kuno), arsitektur jengki memiliki ciri dan bentuk

yang sama sekali berbeda dengan arsitektur kolonial. Arsitektur jengki lahir dari semangat

penolakan kolonialisme. Arsitektur kolonialisme dan arsitektur jengki memiliki perbedaan

yang cukup berbeda. Jika arsitektur kolonialisme didominasi bidang horisontal dan vertikal

serta bentuk yang geometris, maka arsitektur jengki secara umum memiliki ciri unik dengan

permainan bidang yang tidak simetris, garis-garis lengkung, serta jauh dari kesan kaku.

Karakteristik Rumah Jengki

1. Atap yang Tidak Lazim

- Rumah-rumah jengki umumnya menggunakan atap pelana yang tidak lazim

( simetris ataupun tidak simetris ). Banyak atap yang berupa patahan dengan

perbedaan ketinggian yang kemudian diselipkan ventilasi sebagai media pembuangan

panas pada atap. Selain itu atap-atap rumah jengki memiliki kemiringan yang curam

sebagai bentuk tanggap iklim tropis yang curah hujannya tinggi ( tidak kurang dari

35o )

- Listplank berupa garis – garis yang dimiringkan , bahkan dibubuhi papan kecil

berbentuk segitiga. Papan ini berfungsi sebagai penutup gording atap sekaligus

menjadi tektonika konstruksi atap dan akses garis listplank.

- Tembok depan dan gewel, berbentuk geometri segilima. Tembok ini ada yang ditakik

, dipasang batu tempel dan pengkamprotan ( pelapisan menggunakan semen dan pasir

yang dikasarkan ), Tembok dan gewel berfungsi sebagai penopang atap bangunan .

Page 3: P3A Arsitektur Jengki.docx

2. Dinding yang Unik

- Sebagai konsekuensi penggunaan atap pelana, rumah-rumah jengki memiliki dinding

cukup lebar pada tampak bangunan. Disinilah munculnya kreatifitas arsitek-arsitek

jengki menghadirkan tampak bangunan. Dinding yang miring dan membentuk bidang

segi lima menjadi ciri yang lazim kita temui pada arsitektur jengki. Selain itu dinding

dihias dengan motif-motif alam. Ada pula yang ditutup dengan batu alam yang

disusun tidak teratur. Hal ini merupakan penerapan anti-geometri dan anti-tegak

lurus pada masa itu.

Pada Rumah Jengki Micasa di Semarang, atap seperti mengalami patahan dan

memiliki sudut kemiringan yang cukup curam.

Tembok depan dan gewel memiliki bentuk segilima.

Dinding diberi tempelan batu alam

Page 4: P3A Arsitektur Jengki.docx

3. Beranda

- Keberadaan beranda atau teras merupakan elemen mutlak dalam arsitektur tropis juga

disadari oleh para arsitek jengki. Teras yang berfungsi sebagai area peralihan ini

juga menjadi titik peralihan suhu udara dari bagian luar bangunan dengan bagian

dalam bangunan, sehingga suhu udara di dalam bisa lebih sejuk.

- Teras berfungsi “Portico” , yakni bangunan beratap di depan pintu masuk sebagai

penanda tempat masuk bangunan atau Main Entrance. ( Aksentuasi Pintu Masuk ).

- Teras atau beranda sebagai ruang penerima tamu, tempat berteduh, bersantai dengan

keluarga, dsb. Dibandingkan dengan ukuran teras rumah-rumah sekarang yang

semakin mengecil, teras pada rumah jengki masih memiliki kesan yang luas dan

selaras dengan pekarangan. Atap teras sendiri memiliki bentuk yang berbeda-beda

pada rumah jengki sebagai fungsi aksentuasi. Umumnya adalah atap beton yang

melengkung maupun yang ditekuk-tekuk sebagai perlawanan terhadap bentuk

modern yang datar dan monoton. Atap beranda ini mebutuhkan tiang penyangga

atau kolom penyangga dan membentuk kanopi.

-

-

Page 5: P3A Arsitektur Jengki.docx

4. Permainan Bentuk Kusen dan Perletakan Jendela

- Bangunan Jengki menunjukkan sifat anti-simetris, bentuk kusen yang asimetris dan

permainan letak jendela yang tidak sejajar menunjukkan kesan tersebut.

- Selain itu banyaknya bukaan jendela sebagai sarana penghawaan dan pencahayaan

yang alami berlawanan dengan jendela rumah sekarang yang semakin lama semakin

Teras sebagai “Portico” yang menjadi penanda pintu masuk atau aksentuasi main entrance.

Atap teras terbuat dari beton yang melengkung

Atap teras disangga oleh kolom yang berbentuk unik, membentuk

kanopi

Page 6: P3A Arsitektur Jengki.docx

mengecil. Penyesuain desain kusen dan jendela yang lebar dan besar juga

menunjukkan bahwa arsitektur jengki tanggap terhadap iklim tropis.

- Bidang bukaan, meliputi pintu ( berdaun satu atau dua, berbahan kayu atau kaca ),

jendela ( jendela mati atau tidak ), berbahan kayu atau kaca, berdaun satu atau lebih,

serta bentuk geometrisnya, juga bingkai atau pelipit yang mengelilingi pintu atau

jendela.

 

5. Krawang atau Rooster

- Penggunaan krawang atau rooter merupakan penyesuaian terhadap iklim tropis.

Fungsi utamanya adalah sebagai ventilasi untuk pergantian udara secara alami.

- Selain itu dengan bermacam-macam bentuk dari segilima, segitiga, lingkaran,

hingga trapesium tak beraturan menjadi ekspresi estetika pada rumah jengki.

Krawang atau rooster ini tersedia dalam ukuran dan motif yang disusun sedemikian

rupa sehingga membentuk suatu irama.

Page 7: P3A Arsitektur Jengki.docx

 

6. Elemen Dekoratif pada Tampak Bangunan

- Elemen-elemen dekoratif merupakan ungkapan para penghuni serta kreatifitas para

arsitek jengki. Ragam dekoratif kreasi arsitek jengki kebanyakan kombinasi-

kombinasi garis lengkung dengan motif alam, ataupun pola-pola garis vertikal

dan horisontal. Elemen ini dapat kita lihat pada dinding atau pada kolom bangunan.

 

Page 8: P3A Arsitektur Jengki.docx

7. Tiang atau Bidang yang Dimiringkan

- Kolom dan Bidang pada bangunan jengki dimiringkan . Hal ini dikaitkan dan

disesuaikan dengan beranda atau bidang bukaan yang membentuk bidang

Kolom dan Bidang pada bangunan jengki dimiringkan .

Elemen dekoratif seperti batu alam dan garis lengkung pada bangunan

Pola Vertikal dan Horisontal pada bagian dinding atau kolom.