Upload
yoke-mulyono
View
41
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
ARSITEKTUR JENGKI
Jengki, langgam arsitektur asli Indonesia. Arsitektur Jengki menjadi pelopor arsitektur
di Indonesia pasca kemerdekaan dan berkembang pada tahun 1950-1960. Kemunculan
arsitektur jengki adalah respon atau bentuk perlawanan (dalam bidang arsitektur) pada
kolonialisme serta semangat pencarian jati diri arsitektur Indonesia. Pada tahun yang sama,
Soekarno sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan, untuk menunjukkan jati diri
bangsa Indonesia kepada dunia. Masih ada euforia untuk menyatakan jati diri Indonesia
termasuk dalam bidang arsitektur.
Kelahiran Arsitektur Jengki
Masa – masa euforia dan pencarian jati diri bangsa Indonesia inilah banyak terjadi
situasi politik dimana terjadi “pengusiran” pihak – pihak Belanda. Seperti adanya
nasionalisasi perusahaan – perusahaan Belanda di Indonesia dan peristiwa konflik Indonesia
dan Belanda mengenai Irian Barat. Akibatnya ketika orang-orang Belanda pulang ke
negerinya, praktis para arsitek-arsitek Belanda juga ikut kembali meninggalkan orang-orang
Indonesia yang menjadi ahli bangunan dan asisten para arsitek Belanda. Sayangnya, arsitek
angkatan pertama ini belum memiliki pengetahuan akan arsitektur yang madani. Bahkan,
kebanyakan langgam ini dipelopori oleh tukang-tukang bangunan masa itu. Namun dengan
semangat penolakan kolonialisme tadi, arsitektur jengki akhirnya lahir dengan bentuk-
bentuknya yang unik dan menarik. Sebagian besar pencetus lahirnya gaya jengki adalah
lulusan STM yang pernah menjadi aannemer ( ahli bangunan ) di perusahaan Belanda pada
saat arsitek Belanda harus pulang kampung ke negerinya.
Asal – Usul Istilah Jengki
Istilah jengki banyak ditemui di tahun 1970-an, misalkan celana jengki, merujuk pada
celana yang ketat dan sangat kecil bagian bawahnya. Juga sepeda jengki, serta perabot yang
juga muncul di tahun 1970-an kita kenal dengan sebutan meja jengki. Istilah jengki banyak
digunakan untuk menyebut gaya-gaya serta karakter yang tidak populer pada saat itu.
Meminjam istilah sekarang, jengki dapat dikatakan sepadan dengan istilah anti-mainstream.
Prof. Josef Prijotomo ( 1997 ) menyebut yankee untuk orang – orang New England
yang tinggal di bagian utara Amerika Serikat yang mendirikan pemukiman di Jakarta dan
Yoke Mulyono Ciadi
14.A1.0025
Jawa Barat. Sebutan itulah yang kemudian digunakan untuk penamaan gaya arsitektur yang
berkembang di era tahun 1950 – 1960 an. Berdasarkan referensi yang ada, jengki bisa
dikatakan lahir dari pengaruh Amerika. Jengki yang berasal dari kata “Yankee”.Yankee
berasal dari kata Jan atau Yan, nama umum orang Belanda. Dahulu orang Belanda adalah
orang yang pertama kali tinggal di New York atau sering disebut Amerika Utara. Orang
selatan memberikan julukan sinis terhadap orang Amerika Utara sebagai Jan atau Yan. Kee
adalah nama pelengkap, sehingga terbentuklah kata Yankee.
Meski sering disalah-kenal dengan rumah-rumah kolonial peninggalan Belanda
(umumnya sering disuebut dengan rumah kuno), arsitektur jengki memiliki ciri dan bentuk
yang sama sekali berbeda dengan arsitektur kolonial. Arsitektur jengki lahir dari semangat
penolakan kolonialisme. Arsitektur kolonialisme dan arsitektur jengki memiliki perbedaan
yang cukup berbeda. Jika arsitektur kolonialisme didominasi bidang horisontal dan vertikal
serta bentuk yang geometris, maka arsitektur jengki secara umum memiliki ciri unik dengan
permainan bidang yang tidak simetris, garis-garis lengkung, serta jauh dari kesan kaku.
Karakteristik Rumah Jengki
1. Atap yang Tidak Lazim
- Rumah-rumah jengki umumnya menggunakan atap pelana yang tidak lazim
( simetris ataupun tidak simetris ). Banyak atap yang berupa patahan dengan
perbedaan ketinggian yang kemudian diselipkan ventilasi sebagai media pembuangan
panas pada atap. Selain itu atap-atap rumah jengki memiliki kemiringan yang curam
sebagai bentuk tanggap iklim tropis yang curah hujannya tinggi ( tidak kurang dari
35o )
- Listplank berupa garis – garis yang dimiringkan , bahkan dibubuhi papan kecil
berbentuk segitiga. Papan ini berfungsi sebagai penutup gording atap sekaligus
menjadi tektonika konstruksi atap dan akses garis listplank.
- Tembok depan dan gewel, berbentuk geometri segilima. Tembok ini ada yang ditakik
, dipasang batu tempel dan pengkamprotan ( pelapisan menggunakan semen dan pasir
yang dikasarkan ), Tembok dan gewel berfungsi sebagai penopang atap bangunan .
2. Dinding yang Unik
- Sebagai konsekuensi penggunaan atap pelana, rumah-rumah jengki memiliki dinding
cukup lebar pada tampak bangunan. Disinilah munculnya kreatifitas arsitek-arsitek
jengki menghadirkan tampak bangunan. Dinding yang miring dan membentuk bidang
segi lima menjadi ciri yang lazim kita temui pada arsitektur jengki. Selain itu dinding
dihias dengan motif-motif alam. Ada pula yang ditutup dengan batu alam yang
disusun tidak teratur. Hal ini merupakan penerapan anti-geometri dan anti-tegak
lurus pada masa itu.
Pada Rumah Jengki Micasa di Semarang, atap seperti mengalami patahan dan
memiliki sudut kemiringan yang cukup curam.
Tembok depan dan gewel memiliki bentuk segilima.
Dinding diberi tempelan batu alam
3. Beranda
- Keberadaan beranda atau teras merupakan elemen mutlak dalam arsitektur tropis juga
disadari oleh para arsitek jengki. Teras yang berfungsi sebagai area peralihan ini
juga menjadi titik peralihan suhu udara dari bagian luar bangunan dengan bagian
dalam bangunan, sehingga suhu udara di dalam bisa lebih sejuk.
- Teras berfungsi “Portico” , yakni bangunan beratap di depan pintu masuk sebagai
penanda tempat masuk bangunan atau Main Entrance. ( Aksentuasi Pintu Masuk ).
- Teras atau beranda sebagai ruang penerima tamu, tempat berteduh, bersantai dengan
keluarga, dsb. Dibandingkan dengan ukuran teras rumah-rumah sekarang yang
semakin mengecil, teras pada rumah jengki masih memiliki kesan yang luas dan
selaras dengan pekarangan. Atap teras sendiri memiliki bentuk yang berbeda-beda
pada rumah jengki sebagai fungsi aksentuasi. Umumnya adalah atap beton yang
melengkung maupun yang ditekuk-tekuk sebagai perlawanan terhadap bentuk
modern yang datar dan monoton. Atap beranda ini mebutuhkan tiang penyangga
atau kolom penyangga dan membentuk kanopi.
-
-
4. Permainan Bentuk Kusen dan Perletakan Jendela
- Bangunan Jengki menunjukkan sifat anti-simetris, bentuk kusen yang asimetris dan
permainan letak jendela yang tidak sejajar menunjukkan kesan tersebut.
- Selain itu banyaknya bukaan jendela sebagai sarana penghawaan dan pencahayaan
yang alami berlawanan dengan jendela rumah sekarang yang semakin lama semakin
Teras sebagai “Portico” yang menjadi penanda pintu masuk atau aksentuasi main entrance.
Atap teras terbuat dari beton yang melengkung
Atap teras disangga oleh kolom yang berbentuk unik, membentuk
kanopi
mengecil. Penyesuain desain kusen dan jendela yang lebar dan besar juga
menunjukkan bahwa arsitektur jengki tanggap terhadap iklim tropis.
- Bidang bukaan, meliputi pintu ( berdaun satu atau dua, berbahan kayu atau kaca ),
jendela ( jendela mati atau tidak ), berbahan kayu atau kaca, berdaun satu atau lebih,
serta bentuk geometrisnya, juga bingkai atau pelipit yang mengelilingi pintu atau
jendela.
5. Krawang atau Rooster
- Penggunaan krawang atau rooter merupakan penyesuaian terhadap iklim tropis.
Fungsi utamanya adalah sebagai ventilasi untuk pergantian udara secara alami.
- Selain itu dengan bermacam-macam bentuk dari segilima, segitiga, lingkaran,
hingga trapesium tak beraturan menjadi ekspresi estetika pada rumah jengki.
Krawang atau rooster ini tersedia dalam ukuran dan motif yang disusun sedemikian
rupa sehingga membentuk suatu irama.
6. Elemen Dekoratif pada Tampak Bangunan
- Elemen-elemen dekoratif merupakan ungkapan para penghuni serta kreatifitas para
arsitek jengki. Ragam dekoratif kreasi arsitek jengki kebanyakan kombinasi-
kombinasi garis lengkung dengan motif alam, ataupun pola-pola garis vertikal
dan horisontal. Elemen ini dapat kita lihat pada dinding atau pada kolom bangunan.
7. Tiang atau Bidang yang Dimiringkan
- Kolom dan Bidang pada bangunan jengki dimiringkan . Hal ini dikaitkan dan
disesuaikan dengan beranda atau bidang bukaan yang membentuk bidang
Kolom dan Bidang pada bangunan jengki dimiringkan .
Elemen dekoratif seperti batu alam dan garis lengkung pada bangunan
Pola Vertikal dan Horisontal pada bagian dinding atau kolom.