19
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI PERCOBAAN 4 ANALISIS SEDIAAN KOSMETIK DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 Rupa Lesty (G1F009059) Putri Kusuma Wardani (G1F010001) Rara Amalia Fadiyah (G1F010003) Rahminawati Ritonga (G1F010005) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2012

P4.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: P4.docx

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

PERCOBAAN 4

ANALISIS SEDIAAN KOSMETIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Rupa Lesty (G1F009059)

Putri Kusuma Wardani (G1F010001)

Rara Amalia Fadiyah (G1F010003)

Rahminawati Ritonga (G1F010005)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2012

Page 2: P4.docx

ANALISIS SEDIAAN KOSMETIK

Analisis Kadar Kalsium dalam Sediaan Pasta Gigi

A. TUJUAN

Mahasiswa mampu memilih dan menerapkan metode analisis untuk analisis sediaan

kosmetik.

B. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah labu piala 250 ml, beaker glass 50 mL,

pipet ukur 5 mL, labu erlenmeyer 250 mL 3 buah, labu ukur 50 mL, buret 25 mL, filler, spatula,

batang pengaduk, dan corong.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah pasta gigi, NaOH 1 N, Na2EDTA

0,01 M, indikator EBT dan aquades.

C. DATA PENGAMATAN

D. PERHITUNGAN

Penimbangan pasta gigi : Berat Kertas = 1 gram Berat odol+kertas = 16 gram Berat sisa = 15 gram Berat odol = (16-1) = 15 gram

Page 3: P4.docx

Berdasarkan label, kandungan kasium dalam odol = 0,13% sehingga 0,13% dari 15 gram yaitu :

0,13100

X 15 = 0,0195 gram atau = 19,5 mg

Titrasi :V titran I = 10,5 ml

V titran II = 13,5 ml

V titran III = 18,5 ml

% kadar kalsium = 10,5 x 0,01 x 2 x 100 %

15000

= 0,0014 %

% kadar kalsium = 13,5 x 0,01 x 2 x 100 %

15000

= 0,0018 %

% kadar kalsium = 18,5 x 0,01 x 2 x 100 %

15000

= 0,0024 %

X (x- )2

0,0014 16x10-6

0,0018 0,00186 36x10-6

0,0024 25x10-6

77x10-6

SD=√ ∑D 2n−1

Page 4: P4.docx

SD=√ 77 x 10−62

SD = 5,44 x 10-5

E. PEMBAHASAN

Titrasi kompleksometri

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,

membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang

menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.

Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama

akan diterapkan pada titrasi. Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan

titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun

sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui

reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral. (Khopkar, 2002).

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks

(ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana

titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi - reaksi  pembentukan

kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam

titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luastentang kompleks, sekalipun disini pertama-

tama akan diterapkan pada titrasi (Underwood, 1994).

Macam-macam titrasi komplesometri

A. Titrasi langsung

Merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai. Larutan ion yang akan

ditetapkan ditambah dengan buffer, misalnya buffer pH 10 lalu ditambah indicator logam

yang sesuai dan dititrasi langsung dangan larutan baku dinatrium edetat. Untuk mecegah

Page 5: P4.docx

pengendapan logam hidroksida atau garam basa dengan buffer, dilakukan dengan

penambahan pembentuka kopleks pembantu misalnya tartrat, sitrat, atau trietanol amin.

B. Titrasi kembali

Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidrokasida pada pH yang

dikehendaki untuk titrasi, untuk senyaw yang tidak larut misalnya: sulfat, kalsium oksalat,

untuk senyawa yang membentuk kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang

membentuk kompleks lebih stabildengan natrium edeta daripada dengan indicator. Pada

keadaan demikian, dapat ditambahkan larutan baku dinatrium edetat berlebihan kemudian

larutan ditambah buffer pada pH yang diinginkan, dan kelebihan dinatrium edetat dititrasi

kembali dengan larutan baku ion logam. Titik akhir ditunjukkan dengan pertolongan

indikator logam.

C. Titrasi subtitusi

Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut memberikan itik akhir yang jelas apabila dititrasi

secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga ion logam tersebut membentuk

komples dengna dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan

kalsium. Kalsium, timbal dan raksa dapat ditetapkan dengan cara ini dengan indikator hitam

eriokrom dengan hasil yang memuaskan.

D. Titrasi tidak langsung

Cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk menetukan kadar ion-ion seperti anion

yang tidak bereaksi dengna pengkelat. Sebagi contoh barbiturate tidat bereaksi dengan

EDTA, akan tetapi secara kuantitatif dapt diendapkan dengan ion merkuri dalam keadaan bas

sebagai ion kompleks. Setelah pengendapan dengan kelebihan Hg(II), kompleks dipindahkan

dengan cara penyaringan dan dilarutkan kembali dalam larutan baku EDTA berlebihan.

E. Titrasi alkalimetri

Pada titrasi ini, proton dari dinatrium edetat, Na2H2Y dibebaskan oleh logam berat dan

dititrasi dengan larutan baku alkali sesuai dengan persamaan reaksi berikut:

Mn+ + H2Y2- (MY)+n-4 + 2H- [1]

Logam larutan yang ditetapkan dengan metode ini sebelum dititrasi harus dalam suasana

netral terhadap indikator yang digunakan. Penetapan titik akhir menggunakan indikator

asam-basa atau secara potensiometri (Gandjar, 2007).

Page 6: P4.docx

EDTA merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya

adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen

dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua

atom koordinasi per molekul. Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap

dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam

larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna

kompleks logam, yang menghasilkan produk baru seperti CuHY-.

Faktor-faktor yang membuat EDTA sebagai titrimetri:

1. selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam

2. kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan sempurna

(kecuali dengan logam alkali)

3. dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam

4. telah dikembangkan indikatornya secara khusus

5. mudah diperoleh bahan baku primernya

6. dapat digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan untuk

standardisasi.

Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain

titrasi kompleks seperti biasa, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai kelatometri

seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan

(polidentat). Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, missal Mg, Ca, Cr dan

Ba dapat dilihat pada pH = 10. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indicator

mempergunakan indicator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks

logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan  pengompleksnya sendiri. Indicator demikian

disebut indicator metalokromat. Indicator jenis ini contohnya Eriochome black T (Khopkar,

1990). Persamaan reaksi umum pada titrasi kompleksometri adalah:

Mn+ + Na2EDTA (MEDTA)n-4 + 2H+ [1]

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai

tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada

pendekteksian visual dari titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik

akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna

kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,

Page 7: P4.docx

kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak karena disosiasi

tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun kompleks-indikator logam itu harus

kurang stabil dibanding kompleks logam. EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir titrasi,

EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam EDTA

harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator

logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion

logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik

ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk

titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrom black T (EBT) (Basset, 1994).

Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain:

1. Mureksida

garam monium dari asam purpurat dan anionnya mempunyai struktur (1), marupakan

indikator ion logam pertama yang digunakan dalam titrasi EDTA, berwarna ungu kemerahan

pH 9 sampai pH 11 dan biru di atas pH 11.

2. Biru Tua Solokrom atau Kalkon

Nama lain hitam eriokrom RC mempunyai 2 atom hidrogen fenolat yang dapat terionisasi

secara bertahap dengna pK masing-masing 7,4 dan 13,5, pada titrasi kalsium secara

kompleksometri dengna adanya magnesium ini harus dilakukan pada pH kira-kira

12,3.Perubahan warnanya dari merah jambu menjadi biru murni.

3. Kalmagit

Indikator ini mempunyai perubahan warna ayng sama seperti hitam solokrom, tetapi

warnanya agak lebih jelas dan tajam. Larutan indikator ini stabil hampir tanpa batas waktu.

4. Kalsikrom

Mempunyai struktur lingkaran dan sangat selektif untuk kalsium. Zat ini sebenarnya tidak

begitu sesuai sebagai indikator EDTA. [3]

5. Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T)

Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa

ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri

berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya

titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.

6. Jingga xilenol

Page 8: P4.docx

Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali.

Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam

suasana asam (Anonim,2012).

Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain

tirasi kompleks seperti biasa, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai kelatometri

seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan

(polidentat). Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, missal Mg, Ca, Cr dan

Ba dapat dilihat pada pH = 10. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indicator

mempergunakan indicator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks

logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan  pengompleksnya sendiri. Indicator demikian

disebut indicator metalokromat. Indicator jenis ini contohnya Eriochome black T (Khopkar,

1990).

Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan

penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen

maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan

berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam

keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri.

Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu

misalnya dengan menggunakan larutan kadmium (Harjadi, 1993).

Monografi bahan :

1. Pasta gigi

Pasta gigi adalah sediaan untuk memoles dan membersihkan permukaan gigi terdiri dari

kalsium karbonat yang halus, dicampur dengan gliserin ditambah dengan ramuan untuk

menghambat tumbuhnya bakteri dan memberi rasa segar supaya disukai pemakai atau

konsumen, biasanya digunakan dengan sikat gigi (Van Hoeve, 1984).

2. Air suling

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O / 18, 02

Page 9: P4.docx

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai

rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut.

( Anonim, 1979 )

3. Natrium hidroksida (NaOH)

Pemerian: putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang

atau bentuk lain, keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur, bila dibiarkan di udara

akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab (Anonim, 1995).

4. EBT (Erichrom Black T)

EBT adalah sebuah indicator yang digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. EBT

merupakan salah satu indicator logam range pH 7-11, dengan pK2 = 6,9 dan pK5 = 11,5.

Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari merah menjadi biru (Khopkar,

1990).

Struktur indikator EBT:

Na+SO3-

5. Dinatrium EDTA

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA merupakan salah

satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang

dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat keduanitrogen dan keempat gugus

karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yangmengandung lebih dari dua atom

koordinasi permolekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina

N = N

OH

NO2

OH

Page 10: P4.docx

tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen ± penyumbang dan empat atom

oksigen penyumbang dalammolekul (Rival, 1995).

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai

tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada

pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum

titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan

berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.

Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena

disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu

harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir,

EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA

harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator

logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion

logam sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir,

penentuan Ca dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator

eriochrome black T (Basset, 1994).

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar

ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang sedikit

asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang

menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan

tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam

larutan tersebut (Harjadi, 1993).

Rumus EDTA :

HOOC CH2 HOOC CH2

N CH2 CH2 N

HOOC CH2 HOOC CH2

(Rivai, 1995).

Dari strukturnya, bahwa molekul tersebut (EDTA) mengandung baik donor elektron dari

atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin

Page 11: P4.docx

sampai dengan enam secara serentak. EDTA mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam

keadaan murni, tapi karena adanya dengan jumlah yang tidak tertentu, sebaiknya distandarisasi

dulu. EDTA berpotensi sebagai ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan sebuah ion

logam melalui gugus dua nitrogen dan empat karboksilnya. Dalam kasus lainnya, EDTA dapat

bertindak sebagai ligan kuinkedendat atau kuadridentat dengan satu atau dua gugus karboksilnya

bebas dari interaksi kuat dengan logam.

Pada percobaan pembuatan larutan EDTA, pertama-tama yang

dilakukan adalah mengambil 5 ml larutan EDTA, lalu dimasukkan kedalam

labu ukur 25 ml dan di add sampai tanda batas. Setelah pembuatan larutan

EDTA 0,01 M selanjutnya dilakukan persiapan sampel. Mula-mula ditimbang

15 gram sampel (pasta gigi) kemudian di masukkan ke dalam beaker gelas

dan di larutkan dengan air hangat. Penggunaan air hangat dalam

pelarutannya karena pasta gigi mudah larut dalam air hangat. Kemudian di

ambil secara kuantitatif dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan di

add sampai tanda batas.

Prosedur uji kuantitatif kadar kalsium secara kompleksometri dilakukan

dengan mengambil larutan sampel sebanyak 50 ml dan dimasukkan ke

dalam erlemmeyer 25o ml lalu ditambahkan 2 ml larutan NaOH 1 N ( dicek

pH =12), tapi dalam praktikum ini tidak dilakukan pengecekan pH karena

tidak tersedianya indikator pH. Penetapan Ca dengan EDTA dapat dilakukan

pada pH 10 karena Ca akan membentuk kompleks yang tidak stabil pada pH

rendah. Larutan sampel kemudian ditambahkan indikator Erichrome Black T

(EBT) sebanyak 3 tetes lalu dititrasi dengan Na2EDTA 0,01 M. Tujuan

ditambahkan indikator EBT karena indikator tersebut peka terhadap kadar

logam dan pH larutan sehingga titik akhir titrasinya pun diketahui. Setelah

dititrasi dengan EDTA seharusnya larutan berubah warna dari ungu menjadi

merah muda, tapi pada praktikum ini tidak terjadi perubahan warna. Hal ini

mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti pH yang tidak tepat (10), zat

aktif (Ca) yang belum lepas dari basisnya, kelarutan yang Ca yang belum

sempurna pada proses pretreatment. Volume titran yang diperoleh dari 3

kali percobaan yaitu, V1 = 10,5 ml, V2 = 13,5 ml, V3 = 18,5 ml. Dari hasil

Page 12: P4.docx

perhitungan kadar Ca yang didapat dari percobaan ini adalah 1,43%, hasil ini

tidak sesuai dengan kadar teoris Ca yaitu 0,13%.

F. KESIMPULAN

1. Metode analisis yang kami pilih untuk penentuan kadar kalsium (Ca) dalam sediaan

pasta gigi yaitu titrasi kompleksometri dimana prinsip dari titrasi kompleksometri ini

adalah berdasarkan pernbentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat

pembentuk kompleks. Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan

dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (Na2-

EDTA).

2. Kadar kalsium yang didapatkan dalam sediaan pasta gigi adalah 0,205 % b/b

Page 13: P4.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Anonim, 2012, Indikator, http://www.wikipedia.com. Diakses 30 November 2012.

Basset, J., et al., 1994, Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Terjemahan A.

Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Day, R.A., Underwood, A.L., 1994, Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.

Gandjar I.G, 2007, Kimia Analisis Farmasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Harjadi, W., 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.

Rivai, Harrizul, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Van Hoeve, 1984, EraiHopedi Nasional Indonesia, PT. Ichtiar Baru, Jakarta.