19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hibrida padi dikembangkan oleh peneliti pemulia tanaman, mengikuti sukses teknologi hibrida pada tanaman jagung. Adalah China yang sejak tahun akhir 1980-an telah berhasil menanam padi hibrida seluas 15 juta ha. Indonesia (Puslitbang Tanaman Pangan) mulai merintis program penelitian padi hibrida sejak akhir tahun 1985-an, namun program pengembangan varietas unggul non hibrida masih tetap berjalan terus. Hingga kini telah tersedia 17 varietas hibrida padi yang telah dilepas di Indonesia, empat di antaranya hasil penelitian Puslitbang Tanaman Pangan, dan tigabelas lainnya hasil dari penelitian perusahaan benih swasta. Namun di tengah gencar-gencarnya upaya swasembada beras nasional, ternyata respon petani terhadap padi hibrida masih agak pasif. Efek heterosis yang ada pada padi hibrida memberikan keunggulan dalam hal hasil dan sifat-sifat penting lainnya dibanding padi inbrida (Virmani et al. 1997). Perbedaan lain antara hibrida dan inbrida adalah dalam perbanyakan benih. Petani harus selalu menanam benih F1 hibrida agar keunggulan yang ada dapat muncul. 1

Padi Hibrida

  • Upload
    l

  • View
    5.078

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

comment pLease!

Citation preview

Page 1: Padi Hibrida

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hibrida padi dikembangkan oleh peneliti pemulia tanaman, mengikuti sukses

teknologi hibrida pada tanaman jagung. Adalah China yang sejak tahun akhir

1980-an telah berhasil menanam padi hibrida seluas 15 juta ha. Indonesia

(Puslitbang Tanaman Pangan) mulai merintis program penelitian padi hibrida

sejak akhir tahun 1985-an, namun program pengembangan varietas unggul non

hibrida masih tetap berjalan terus. Hingga kini telah tersedia 17 varietas hibrida

padi yang telah dilepas di Indonesia, empat di antaranya hasil penelitian

Puslitbang Tanaman Pangan, dan tigabelas lainnya hasil dari penelitian

perusahaan benih swasta. Namun di tengah gencar-gencarnya upaya swasembada

beras nasional, ternyata respon petani terhadap padi hibrida masih agak pasif.

Efek heterosis yang ada pada padi hibrida memberikan keunggulan dalam

hal hasil dan sifat-sifat penting lainnya dibanding padi inbrida (Virmani et al.

1997). Perbedaan lain antara hibrida dan inbrida adalah dalam perbanyakan benih.

Petani harus selalu menanam benih F1 hibrida agar keunggulan yang ada dapat

muncul.

1.2. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari padi hibrida

2. Mengetahui cara budidaya padi hibrida

3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan padi hibrida

4. Mengetahui syarat-syarat memproduksi padi hibrida

1

Page 2: Padi Hibrida

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hibrida

Hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda

secara genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat, maka hibrida turunannya

akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua

tersebut.

Dalam biologi, hibrida memiliki tiga arti.

1. Hibrida merupakan keturunan (zuriat, progeni) dari dua varietas,

subspesies, spesies, atau dua genus yang berbeda. Untuk dua yang

pertama, hibridanya disebut hibrida intraspesifik, untuk yang ketiga

disebut hibrida interspesifik, dan yang terakhir disebut hibrida

intergenerik.

2. Hibrida merupakan silangan antarpopulasi, antarkultivar, atau antargalur

dalam suatu spesies. Pengertian ini sering dipakai dalam pemuliaan

tanaman (lihat artikel varietas hibrida).

3. Hibrida memiliki arti berbeda di bidang biologi molekular, lihat hibridisasi

(biologi molekular).

Dalam pertanian, yang dimaksud dengan varietas hibrida adalah tipe

kultivar yang berupa keturunan langsung dari persilangan antara dua atau lebih

populasi pemuliaan. Populasi pemuliaan yang dipakai dapat berupa varietas

bersari bebas (baik sintetik maupun komposit) ataupun galur/lini.

Varietas hibrida dibuat untuk mengambil manfaat dari munculnya

kombinasi yang baik dari tetua yang dipakai. Jagung hibrida dan padi hibrida

memiliki daya tumbuh yang lebih tinggi, relatif lebih tahan penyakit, dan potensi

hasilnya lebih tinggi. Ini terjadi karena munculnya gejala heterosis yang hanya

dapat terjadi pada persilangan. Pada kelapa hibrida, gejala heterosis tidak

dimanfaatkan, tetapi dua sifat baik dari kedua tetua yangtergabung pada

2

Page 3: Padi Hibrida

keturunannya dimanfaatkan. Kelapa sawit yang dibudidayakan juga merupakan

hibrida dengan alasan yang sama.

2.2. Padi Hibrida

Teknik produksi padi lokal dan hasil introduksi masih belum cukup untuk

mengatasi hal tersebut, oleh sebab itu dibutuhkan alternatif baru yaitu produksi

benih padi hibrida. Pada prinsip rangkian proses produksi benih padi hibrida sama

dengan produksi benih padi bersetifikat. Perbedaan terdapat pada tahapan

penyiapan galur induk jantan dan betina yang berasal dari jenis yang berbeda sifat

genetiknya. Sebagai contoh adalah jantan mempunyai sifat genetik produksinya

tinggi (diatas 5 ton per hektar) sedangkan induk betina mempunyai sifat genetik

enak rasanya. Pada umumnya persilangan kedua galur jantan dan betina ini sudah

diuji berulang kali melalui penelitian yang panjang. Teknologi produksi benih

hibrida sangat berbeda dari varietas non hibrida. Benih hibrida harus diproduksi

setiap musim tanam, dan dipertahankan kemurnian genetiknya hingga lebih dari

98% agar dicapai hasil yang memuaskan.

Sebagai contoh kasus produksi benih hibrida akan disampaikan

berdasarkan hasil penelitian IRRI (International Rice Research Institute) yang

berlokasi di Filipina yaitu varietas Magat (PSB Rc26H, lama penanaman 110 hari

dengan rata-rata produksi 5.6 ton/ha), Metsizo (PSB Rc72H dengan waktu

penanaman 123 hari dan rata-rata hasil 5.4 t/ha) dan Panay (PSB Rc76H dengan

waktu penanaman selama 106 hari dan hasil produksi rata-rata 4.8 t/ha).

Benih padi hibrida dihasilkan ketika sel telur dari induk betina buahi oleh

serbuksari dari anther varietas yang berbeda atau galur yang digunakan sebagai

induk jantan. Hasil persilangan kedua induk tersebut disebut sebagai First

Generation atau turunan generasi pertama atau first filial generation dan dikenal

dengan istilah (F1) yang merupakan hasil penyilangan antara dua varietas padi

yang berbeda secara genetik. Padi hibrida pada umumnya memberi peluang hasil

produksi yang lebih tinggi. Menurut IRRI (2006) Benih padi hibrida F1

menghasilkan keuntungannya sekitar 10-15% dibandingkan dengan varietas yang

dihasilkan melalui persilangan sendiri.

3

Page 4: Padi Hibrida

Menghadapi kondisi lahan budidaya padi yang semakin menyempit, maka

penggunaan varietas hibrida merupakan salah satu solusi yang tepat. Sebelum

melakukan serangkaian proses produksi benih padi hibrida, sebaiknya dianalis

terlebih dahulu standar benih padi hibrida yang telah ditetapkan. Penguasaan

informasi tentang standar kualitas benih dapat memudahkan pengelolaan proses

kegiatan di lapangan budidaya. Sebagai contoh untuk standar kemurnian benih

padi hibrida adalah 98%, artinya penangkar benih harus melakukan roguing

dengan sangat seksama jangan sampai ada varietas lain yang tumbuh selain 2

varietas induk jantan dan induk betina yang direncanakan untuk disilangkan agar

menghasilkan benih padi hibrida. Contoh kedua adalah tentang standar kadar air

maksimal 14%. Dengan adanya pengetahuan tentang informasi standar benih padi

tersebut, maka penangkar benih akan melakukan kegiatan pengeringan benih

sampai dengan kadar airnya ≤14%.

2.3. Budidaya Padi Hibrida

Selain itu, pemintaan terhadap beras dari tahun ke tahun cenderung naik

sejalan dengan laju peningkatan jumlah penduduk. Disisi lain varietas unggul

yang digunakan petani tidak dapat berproduksi lebih tinggi karena keterbatasan

kemampuan genetik tanaman.

Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan

kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program

intensifikasi padi sudah selayaknya mendapat perbaikan dan penyempurnaan dari

berbagai aspek.

Padi hibrida berperan untuk meningkatkan produksi. Teknologi

pengembangan padi hibrida yang diterapkan secara intensif di daerah asalnya

China, India dan Vietnam mampu meningkatkan produktifitas sebesar 15 - 20 %.

Keberhasilan penanaman padi hibrida secara intensif menunjukkan bahwa varietas

padi hibrida merupakan teknologi yang praktis dalam peningkatan produksi padi.

4

Page 5: Padi Hibrida

1. Penyiapan Lahan

Pada Prinsipnya lahan untuk budidaya padi hibrida sama dengan penyiapan lahan

untuk budidaya padi biasa (inhibrida)

Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak I dibiarkan selama 7 hari

dalam keadaan macak-macak, kemudian dibajak II digaru untuk

melumpurkan dan meratakan tanah.

Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot

dengan herbisida pra tumbuh dan dibiarkan selama 7 - 10 hari atau sesuai

dengan anjuran. 

2. Persemaian

Pembuatan persemaian dilakukan sebagai berikut :

Tanah diolah, dicangkul atau dibajak, dibiarkan dalam kondisi macak-

macak selama minimal 7 hari agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh.

Kemudian olah tanah kedua sambil membersihkan lahan dari tanaman padi

yang tumbuh liar dan gulma.

Buat bedengan dengan tinggi minimal 5 - 10 cm, lebar 110 cm dan

panjang disesuaikan dengan petak kebutuhan.

Pupuk persemaian dengan Urea, SP36 dan KCL masing-masing sebanyak

5 gr/m persegi atau 1 kg benih per 20 meter persegi lahan.

Kebutuhan benih untuk 1 hektar areal pertanaman adalah 10 - 20 kg. 

3. Penanamaan

Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 10 - 15 hari.

Jarak tanam 20 x 20 cm, satu tanaman per rumpun.

Populasi bibit di persemaian lebih jarang daripada yang bisa dipraktekan

petani, sehingga pada umur 21 hari bibit telah mempunyai anakan.

5

Page 6: Padi Hibrida

Varietas yang digunakan

Dari hasil uji coba yang telah dilaksanakan telah didapat beberapat beberapa

varietas padi hibrida yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian maupun

introduksi dari negara China, Vietnam, Jepang dan lain-lain yaitu :

Varitas rokan

Varietas Maro

Varietas Intani 1

Varietas Intani 2

Varietas Miki 1

Varietas Miki 2

Varietas Miki 3

4. Pemupukan

Anjuran pemupukan padi hibrida adalah :

Musim Kemarau

Takaran pupuk 300 kg Urea, 100 kg SP 36 dan 150 kg KCL/ha.

Waktu Pemberian : (1). Saat tanam : 60 kg Urea + 100 kg SP36 + 15 kg

KCL/ha. (2). 4 minggu setelah tanam : 90 kg Urea/ha. (3). 7 Minggu

setelah tanam : 75 kg Urea + 50 kg KCL/ha. (4). 5 % berbunga : 75

Urea/ha

Musim Hujan 

Takaran pupuk 250 kg Urea, 100 kg SP36 dan 150 kg KCL/ha.

6

Page 7: Padi Hibrida

Waktu pemberian : (1). Saat tanam : 50 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg

KCL/ha. (2). 4 Minggu setelah tanam : 75 kg Urea/ha. (3). 7 Minggu

setelah tanam : 75 kg Urea + 50 kg KCL/ha. (4). 5% berbunga : 50

Urea/ha 

5. Pemeliharaan Tanaman

Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu gulma,

yang dilakukan paling sedikit 2 kali yaitu menjelang pemupukan ke 2 dan

ke 3.

Padi hibrida yang ada pada saat ini peka terhadap penyakit tungro dan

hama wereng coklat. Maka padi hibrida yang dikembangkan di daerah

endemis hama dan penyakit perlu diterapkan PHT dengan monitoring

keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng secara intensif.

Perhatikan juga serangan tikus sejak dini dan monitoring penerbangan

ngengat penggerek batang.

Penggunaan pestisida secara bijaksana. 

6. Panen dan Pasca Panen 

Pada prinsipnya secara panen dan pasca panen padi hibrida tidak beda dengan

padi biasa (inhibrida). Penentuan saat panen sangat berpengaruh terhadap kualitas

gabah. Tanaman padi yang dipanen muda juga digiling akan menghasilkan banyak

beras pecah. Ciri-ciri tanaman padi yang siap untuk dipanen adalah :

95 % butir-butir padi dan daun bendera sudah menguning.

Tangkai menunduk karena serat menanggung butir-butir padi yang

bertambah berat.

Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi. 

Peralatan panen dapat digunakan sabit bergerigi atau reaper dan dilaksanakan

secara beregu. Hasil panen dimasukan kedalam karung kemudian dirontokkan

7

Page 8: Padi Hibrida

dengan pedal thresher atau power thresher. Keterlambatan perontokan dan

pengeringan akan mengakibatkan butir kuning.

Selama perontokan agar menggunakan alas dari anyaman bambu, tikar plastik,

sehingga gabah hasil perontokan mudah dikumpul kembali. Gabah setelah

dirontok dibersihkan dari kotoran gabah hampa dan benda asing lainnya.

Pembersihan gabah akan mempertinggi efisiensi pengolahan hasil, mempertinggi

daya simpan dan harga jual per satuan berat.

Pengeringan agar menggunakan lantai jemur, bila tidak ada panas matahari dapat

menggunakan dryer. kematangan gabah dan alat penggilingan sangat menentukan

rendemen, tingkat kehilangan hasil dan mutu beras. Umur tanaman yang belum

optimal dan tidak seragam akan menurunkan mutu berat dan rendemennya.

2.4. Keunggulan Padi Hibrida

1. Hasil lebih tinggi dari hasil padi unggul biasa.

2. Vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.

2.5. Kekurangan Padi Hibrida

Tentu saja, semua produk akan memiliki dua sisi bersebelahan. Di satu sisi, padi

hibrida memiliki keunggulan seperti hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi

unggul biasa (inbrida) dan vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap

gulma. Namun di sisi lain, padi hibrida juga punya kelemahan. Karena produk

hibrida memanfaatkan teknologi tinggi dan berbiaya mahal, maka konsekuensinya

harga benih juga relatif mahal.

Di samping itu, ada satu sifat produk hibrida yang menyulitkan dalam upaya

pengadaan benih oleh petani, yakni sifat “sekali pakai”. Artinya, petani harus

membeli benih baru setiap kali akan tanam karena benih hasil panen sebelumnya

8

Page 9: Padi Hibrida

dari benih hibrida tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikut. Tidak semua

galur atau varietas dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida. Dengan kata lain,

pengadaan benih padi hibrida menuntut penguasaan teknologi dan investasi usaha

yang besar.

Hingga saat ini, varietas padi hirbida yang sudah dilepas mencapai lebih dari 20

varietas. Meskipun pada awalnya terdapat banyak kekhawatiran, kini tersedia

hibrida dengan kualitas gabah yang baik dan ketahanan yang lebih baik terhadap

hama dan penyakit. Untuk memproduksi padi hibrida, selain perlu ada sistem

produksi dan distribusi beih nasional, program jaminan mutu nasional, juga perlu

ada kemampuan nasional untuk mengawasi produksi galur dan benih.

2.6. Syarat Memproduksi Benih Hibrida

Untuk memproduksi benih hibrida dperlukan persyaratan sebagai berikut:

1. Diperlukan adanya galur mandul jantan (GMJ atau Galur A atau CMS line) –

varietas padi tanpa serbuk sari yang hidup dan dianggap berfungsi sebagai tetua

betina dan menerima serbuk sari dari tetua jantan untuk menghasilkan benih

hibrida.

2. Diperlukan adanya galur pelestari (Galur B atau maintainer line) – varietas atau

galur yang berfungsi untuk memperbanyak atau melestarikan keberadaan GMJ.

3. Diperlukan adanya tetua jantan (restorer) – varietas padi dengan fungsi

reproduksi normal yang dianggap sebagai tetua jantan untuk menyediakan serbuk

sari bagi tetua betina di lahan produksi benih yang sama.

4. Benih padi hibrida dapat dihasilkan (diproduksi) dengan cara menyilangkan

antara GMJ dengan restorer yang terpilih secara alami di lapangan.

2.7. Varietas Padi Hibrida yang Telah Dilepas

Sampai saat ini sudah dilepas lebih dari 20 varietas padi hibrida,

diantaranya adalah Intani 1, Intani 2, Rokan, Maro, Miki 1, Miki 2, Miki 3,

9

Page 10: Padi Hibrida

Longping Pusaka 1, Longping Pusaka 2, Hibrindo R-1, Hibrindo R-2, Batang

Samo, Hipa 3, Hipa 4, PP1, Adirasa, Mapan 4, Manis 5, Bernas Super, dan Bernas

Prima.

2.8. Pengujian Padi Hibrida

Menurut menurut pengamatan Sumarno (2006), daya hasil padi hibrida

tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. hibrida padi tidak menunjukkan

heterosis yang tinggi, melebihi produktivitas varietas murni non hibrida, seperti

varietas Ciherang, IR-64, Membrano, dsbnya. Namun hal ini bukan berarti potensi

hasil hibrida padi lebih rendah dibandingkan varietas-varietas murni homozigot

tersebut.

Di sentra produksi padi Sumatera padi hibrida hanya menghasilkan 5-6,5

ton/ha berdasarkan konversi hasil plot, dan setelah dikoreksi 20%

produktivitasnya hanya 4-5 ton/ha gabah kering. Daya hasil hibrida tersebut hanya

setara dengan daya hasil varietas murni biasa.

Tabel 1. Daya hasil padi hibrida dari data percobaan tahun 2002 di beberapa sentra produksi padi di Sumatera

No HibridaDaya hasil data plot

(t/ha) GKG*)

Perikanan produktivitas

skala luas (t/ha)**)

Lokasi/Musim

1. Maro 6,44 5,15 Asahan, MK 2002 2. Maro 5,24 4,19 Simalungun, MK 2002 3. Rokan 6,27 5,02 Simalungun, MK 2002 4. Intani-1 5,61 4,49 Simalungun, MK 2002 5. Maro 5,60 4,48 Tanah Datar, MK 2002 6. Rokan 6,84 5,47 Lampung Selatan, MK 2002 7. Intani 5,58 4,46 Lampung Selatan, MK 2002 8. Maro 6,21 4,97 Musi Rawas, MK 2002 9. Rokan 6,76 5,41 Musi Rawas, MK 2002

Rata-rata 6,06 4,85 Sumber : Puslitbangtan, 2003 *) Daya hasil dari konversi plot 10 m2 menjadi ton/hektar. **) Perkiraan produktivitas skala luas = hasil konversi plot –20%

10

Page 11: Padi Hibrida

Tabel 2. Daya hasil padi hibrida dari data percobaan tahun 2002/2003 di beberapa sentra produksi padi di Jawa

No. Hibrida Daya hasil data plot

(t/ha) GKG *)

Perkiraan produktivitas

skala luas (t/ha) **)

Lokasi/Musim

1

2 3

4 5

6

Maro Rokan Intani Maro Maro Rokan Rokan Rokan Maro Intani Maro Rokan Maro Rokan Intani

7,20 7,90 6,03 7,55 7,83 9,57 6,05 7,52 8,90 7,56 8,84 11,06 10,30 9,40 8,80

5,76 6,32 4,82 6,04 6,26 7,66 4,84 6,02 7,12 6,05 7,07 8,85 8,24 7,52 7,04

Subang, MK 2002 -”- -”-

Majalengka, MH 2002 Sragen, MK 2002

-”- Cilacap, MK 2002

Bojonegoro, MH 2002/2003 -”- -”-

Blitar, MK 2002 -”-

Blitar, MH 2002/2003 -”- -”-

Rata-rata 8,30 6,64 *) Daya hasil dari konversi plot 10 m2 menjadi ton/hektar. **) Perkiraan produkstivitas skala luas = hasil konservasi plot –20%.

Uji daya hasil padi hibrida di sentra produksi padi di Jawa menunjukkan

produktivitas yang lebih tinggi, antara 6 hingga 11 ton/ha gabah kering

berdasarkan data plot 10 m2. Setelah dikoreksi 20% daya hasil padi hibrida

menjadi 4,8 hingga 8,9 ton/ha, atau rata-rata 6,6 ton/ha. Daya hasil padi hibrida di

Jawa itu pun tidak sangat spektakuler, karena padi varietas murni pun pada

kondisi optimal dapat menghasilkan 7-8 ton/ha.

Selain daya hasilnya yang tidak spektakuler sangat tinggi, padi hibrida

yang tersedia juga masih memiliki beberapa kelemahan, seperti rasa nasinya yang

kurang enak, peka terhadap hama wereng coklat dan penyakit hawar daun

(kresek). Untuk mendapatkan produksi yang maksimal, padi hibrida harus

ditanam pada tanah yang subur, hara tanah cukup tersedia, dosis pupuk optimal,

pengairannya cukup, OPTnya dikendalikan, dan pengelolaan tanaman secara

keseluruhan dilakukan dengan baik.

11

Page 12: Padi Hibrida

BAB III

KESIMPULAN

1. Hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara

genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat, maka hibrida turunannya

akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua

tersebut.

Teknik produksi padi lokal dan hasil introduksi masih belum cukup untuk

mengatasi hal tersebut, oleh sebab itu dibutuhkan alternatif baru yaitu

produksi benih padi hibrida.

Padi hibrida berperan untuk meningkatkan produksi. Teknologi

pengembangan padi hibrida yang diterapkan secara intensif di daerah asalnya

China, India dan Vietnam mampu meningkatkan produktifitas sebesar 15 - 20

%. Keberhasilan penanaman padi hibrida secara intensif menunjukkan bahwa

varietas padi hibrida merupakan teknologi yang praktis dalam peningkatan

produksi padi.

Keunggulan padi hibrida yaitu hasil lebih tinggi dari hasil padi unggul biasa

dan vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.

Padi hibrida juga mempunyai kelemahan yaitu harga benih yang sangat mahal

karena penggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.

12

Page 13: Padi Hibrida

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Varietas Hibrida. Available at

http://id.wikipedia.org/wiki/Varietas_hibrida diakses pada 11 November 2009

pukul 16.32.

Anonim. 2009. Hibrida. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Hibrida diakses

pada 11 November 2009 pukul 16.38.

IRRI Rice Knowledge Bank dan Satoto. 2006. Padi Hibrida. Available at

http://www.pustaka-deptan.go.id/bppi/lengkap/bitp07009.pdf diakses pada 11

November 2009 pukul 16.30.

Nurwadani, Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih

Jilid 2 untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen

Pendidikan Nasional.

Sukirman, dkk. 2006. Teknik Produksi Benih Untuk Keperluan Uji Daya Hasil

Padi Hibrida. Available at

http://www.pustaka-deptan.go.id/bppi/lengkap/bt11206k.pdf diakses pada 12

November 2009 pukul 03.00.

13

Page 14: Padi Hibrida

Sumarno. 2006. Mengapa Hibrida Padi Tidak Sesukses Hibrida Jagung?.

Available at http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/120/pdf/Mengapa

%20Hibrida%20Padi%20Tidak%20Sesukses%20Hibrida%20Jagung?.pdf diakses

pada 11 November 2009 pukul 16.40.

14