14
Makalah ISLAM DAN GENDER Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Endang Lastri . Dosen Pembimbing Dr. Ghazali, M.Ag JURUSAN TARBIYAH PROG RAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M.JAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI BAB I

Pai

  • Upload
    33335

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pai

Makalah

ISLAM DAN GENDER

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Endang Lastri

.

Dosen Pembimbing

Dr. Ghazali, M.Ag

JURUSAN TARBIYAH PROG RAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SJECH M.JAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

BAB I

Page 2: Pai

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu gender dalam persepektif Islam merupakan isu yang menarik

dibicarakan di kalangan akademisi, karena banyak hal yang dapat kita gali dan

kita pelajari untuk lebih mengetahui nilai-nilai serta kandungan di balik isu yang

berkembang tersebut lewat kacamata Al-Qur’anul Karim dan hadits Nabi

Muhammad SAW.

Islam tidak membedakan antara hak dan kewajiban yang ada pada

anatomi manusia, hak dan kewajiban itu selalu sama di mata Islam bagi kedua

anatomi yang berbeda tersebut. Islam mengedepankan konsep keadilan bagi

siapun dan untuk siapapun tanpa melihat jenis kelamin mereka. Islam adalah

agama yang telah membebaskan belenggu tirani perbudakan, persamaan hak dan

tidak pernah mengedapankan dan menonjolkan salah satu komunitas anatomi

saja. Islam hadir sebagai agama yang menyebarkan kasih sayang bagi siapa saja.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan Islam ?

2. Apa yang dimaksud dengan gender ?

3. Bagaimana gender dalam perspektif Islam ?

4. Apa prinsip dasar gender dalam Islam ?

Page 3: Pai

BAB II

ISLAM DAN GENDER

A. Islam

Islam adalah agama yang berasal dari Allah SWT yang di turunkan

melalui utusannya, yakni Nabi Muhammad SAW. Ajaran-ajaran Islam tertuang

di dalam Aquran dan hadist berupa petunjuk, perintah, larangan demi kebaikan

umat manusia.

Menurut bahasa Islam berasal dari kata Aslama (menyerah), sullamun

(tangga), dan salima (selamat). Jadi Islam adalah jalan untuk mencapai ridha

Allah dan keselarasan diri sepenuhnya kepada kemauan Allah SWT1.

Menurut istilah, Islam adalah suatu agama yang berasal dari Allah. Kata

Islam tidak tidak mempuinyai hubungan dengan orang tertentu dari golongan

manusia atau dari suatu negeri. Kata Islam adalah nama yang diberikan Tuhan

sendiri.2

B. Pengertian Gender

Secara umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara

laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Sejauh ini

persoalan Gender lebih didominasi oleh perspektif perempuan, sementara dari

perspektif pria sendiri belum begitu banyak dibahas. Dominannya perspektif

perempuan sering mengakibatkan jalan buntu dalam mencari solusi yang

1 Ahmad Dimiati Badruzzaman, Panduang Kuliah Agama Islam, (Bandung: Sinar Baru, 2004)

2 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998)

Page 4: Pai

diharapkan, karena akhirnya berujung pada persoalan yang bersumber dari kaum

laki-laki. Ada beberapa fenomena yang sering kali muncul pada persoalan

Gender.

Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin.

Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki

dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies

Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya

membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan

karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam

masyarakat3.

Dalam buku Sex and Gender yang ditulis oleh Hilary M. Lips

mengartikan Gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan

perempuan4. Misalnya; perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik,

emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan

perkasa. Ciri-ciri dari sifat itu merupakan sifat yang dapat dipertukarkan,

misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat, rasional

dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke

waktu dan dari tempat ke tempat yang lain.

Epistimologi penelitian Gender secara garis besar bertitik tolak pada

paradigma feminisme yang mengikuti dua teori yaitu; fungsionalisme struktural

dan konflik. Aliran fungsionalisme struktural tersebut berangkat dari asumsi

bahwa suatu masyarakat terdiri atas berbagai bagian yang saling mempengaruhi.

3 Muhamad Haitsam Al-Kayyah, Problema Muslimah di Era Medern, {Jakarta, Erlangga, 2007)

4 Muhamad Haitsam Al-Kayyah, Problema Muslimah di Era Medern, {Jakarta, Erlangga, 2007

Page 5: Pai

Teori tersebut mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam

masyarakat.

C. Gender dalam Perspektif Islam

Gender, merupakan istilah yang baru dalam Islam, karena sesungguhnya

gender sendiri merupakan suatu istilah yang muncul di barat pada sekitar ± tahun

1980. digunakan pertama kali pada sekelompok ilmuan wanita yang juga

membahas tentang peran wanita saat itu. Islam sendiri tidak mengenal istilah

gender, karena dalam Islam tidak membedakan kedudukan seseorang

berdasarkan jenis kelamin dan tidak ada bias gender dalam Islam. Islam

mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang sama dan kemuliaan

yang sama. Contoh konkretnya adalah islam Tidak membedakan laki-laki dan

wanita dalam hal tingkatan takwa, dan surga juga tidak dikhususkan untuk laki-

laki saja. Tetapi untuk laki-laki dan perempuan yang bertakwa dan beramal

sholih5.

Islam adalah sistem kehidupan yang mengantarkan manusia untuk

memahami realitas kehidupan. Islam juga merupakan tatanan global yang

diturunkan Allah sebagai Rahmatan Lil-’alamin. Sehingga sebuah konsekuensi

logis, bila penciptaan Allah atas makhluk-Nya laki-laki dan perempuan, memiliki

missi sebagai khalifatullah fil ardh, yang memiliki kewajiban untuk

menyelamatkan dan memakmurkan alam, sampai pada suatu kesadaran akan

tujuan menyelamatkan peradaban kemanusiaan.

5 Imam Rachman, Islam Menjawab Semua Masalah Hidup, (Jakarta:Erlangga,2011)

Page 6: Pai

Islam mendudukkan wanita dan laki-laki pada tempatnya. Tak dapat

dibenarkan anggapan para orientalis dan musuh Islam bahwa Islam menempatkan

wanita pada derajat yang rendah atau di anggap masyarakat kelas dua. Dalam

Islam, sesungguhnya wanita dimuliakan. Banyak sekali ayat Al-qur’an ataupun

hadis nabi yang memuliakan dan mengangkat derajat wanita. Baik sebagai ibu,

anak, istri, ataupun sebagai anggota masyarakat sendiri. Tak ada diskriminasi

antara laki-laki dan perempuan dalam Islam, akan tetapi yang membedakan

keduanya adalah fungsionalnya, karena kodrat dari masing-masing.

: ﴾

Pergaulilah mereka (istrimu) dengan baik (An-Nisa’:19)

Potongan ayat 19 surah An-Nisa’ di atas merupakan kaidah robbani yang

baku yang ditujukan kepada kaum laki-laki yang di sebut kaum bapak agar

berbuat baik kepada kaum wanita/ibu, baik dalam pergaulan domestik (rumah

tangga) maupun masyarakat luas6.

Kesetaraan yang telah di akui oleh Al Qur’an tersebut, bukan berarti

harus sama antara laki- laki dan perempuan dalam segala hal. Untuk menjaga

kesimbangan alam ( sunnatu tadafu’ ), harus ada sesuatu yang berbeda, yang

masing-masing mempunyai fungsi dan tugas tersendiri. Tanpa itu, dunia, bahkan

alam ini akan berhenti dan hancur. Oleh karenanya, sebagai hikmah dari Allah

untuk menciptakan dua pasang manusia yang berbeda, bukan hanya pada bentuk

dan postur tubuh serta jenis kelaminnya saja, akan tetapi juga pada emosional

dan komposisi kimia dalam tubuh. Hal ini akibat membawa efek kepada

6 http://sharenexchange.blogspot.com/2021/05/islam-dan- gender_19.html

Page 7: Pai

perbedaan dalam tugas, kewajiban dan hak. Dan hal ini sangatlah wajar dan

sangat logis. Ini bukan sesuatu yang di dramatisir sehingga merendahkan wanita,

sebagaimana anggapan kalangan feminis dan ilmuan Marxis7. Tetapi merupakan

bentuk sebuah keseimbangan hidup dan kehidupan, sebagiamana anggota tubuh

manusia yang berbeda- beda tapi menuju kepada persatuan dan saling

melengkapi. Oleh karenanya, suatu yang sangat kurang bijak, kalau ada beberapa

kelompok yang ingin memperjuangkan kesetaraan antara dua jenis manusia ini

dalam semua bidang.

Al Qur’an telah meletakkan batas yang jelas dan tegas di dalam masalah

ini, salah satunya adalah ayat- ayat yang terdapat di dalam surat An- Nisa.

Terutama yang menyinggung konsep pernikahan poligami, hak waris dan dalam

menentukan tanggung jawab di dalam masyarakat dan keluarga8.

Gender merupakan konstruksi sosial, masyarakat sendiri yang

membentuk konsep gender tersebut. Gender adalah arti yang di berikan menurut

klasifikasi jenis kelamin (biologis) juga merupakan tuntutan dalam masyarakat

bagaimana seseorang harus bersikap menurut jenis kelaminnya. Kata kata ج س

yang di artikan sebagai gender sendiri mengalami banyak perdebatan/penolakan

di kalangan cendekiawan ataupun ulama’ Islam sendiri karena bukan berasal dari

akar kata bahasa arab. Dalam Islam kita mengenal kata ج س yang sering di

artikan sebagai gender. Kata tersebut sesungguhnya berasal dari bahasa yunani9.

Apabila di telaah lebih jauh, perlakuan dan anggapan masyarakat yang

merendahkan wanita dan menganggap wanita sebagai masyarakat kelas dua

7 Imam Rachman, Islam Menjawab Semua Masalah Hidup, {Jakarta:Erlangga,2011)

8 Abu Su’ud, Islamologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001)

9 Imam Rachman, Islam Menjawab Semua Masalah Hidup, {Jakarta:Erlangga,2011)

Page 8: Pai

sesungguhnya merupakan pengaruh cultural (kebudayaan) yang berlaku di

masyarakat tertentu. Bukan berasal dari ajaran Islam. Sebagai contoh adalah

kultur atau budaya masyarakat jawa, terutama masyarakat zaman dulu yang

menganggap bahwa wanita tidak perlu menuntut ilmu (sekolah) tinggi-tinggi

karena nantinya mereka hanya akan kembali ke dapur, walaupun akhirnya seiring

dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, anggapan seperti ini mulai pudar

namun tidak jarang kebanyakan kaum adam, khususnya dalam pergaulan rumah

tangga menganggap secara mutlak bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi wanita.

juga anggapan bahwa wanita tugasnya 3M (macak, manak, masak) ataupun

pandangan bahwa wanita akan ikut menanggung perbuatan suaminya (surga

nunut neraka katut). Padahal dalam Alqur’an sendiri dijelaskan bahwa tiap orang

menanggung akibat/dosa dari perbuatannya masing-masing dan Islam tidak

mengenal dosa turunan. Bentukan cultural yang merendahkan wanita ini

menyebabkan laki-laki memegang otoritas di segala bidang kehidupan

masyarakat (patriarki), baik dalam pergaulan domestic (rumah tangga), pergaulan

sosial ataupun dalam politik10

.

Ayat Alqur’an surah An-Nisaa’ ayat 34, seringkali di jadikan dalil bagi

mereka yang beranggapan bahwa dalam Islam, kedudukan laki-laki lebih mulia

dari pada wanita. Padahal jika di telaah lebih dalam, sesungguhnya ayat tersebut

sebenarnya memuliakan wanita karena dalam ayat tersebut, tugas mencari nafkah

di bebankan kepada laki-laki. Ayat tersebut juga menjelaskan secara implisit

bahwa tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan wanita, akan tetapi yang

10

Imam Rachman, Islam Menjawab Semua Masalah Hidup, {Jakarta:Erlangga,2011)

Page 9: Pai

membedakan antara keduanya adalah dari segi fungsionalnya karena kodrat

masing-masing.

ج

: ﴾

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian

yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan

sebagian dari harta mereka, sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang

ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka, dan pukullah

mereka. Kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha

Tinggi Lagi Maha Benar.”(an-Nisa’/4:34)

Dari ayat tersebut, sesungguhnya dapat kita ketahui bahwa keistimewaan

laki-laki dari pada wanita salah satunya adalah karena tanggung jawabnya dalam

memberi nafkah pada keluarganya. Maka ketika seorang laki-laki tidak

menunaikan tanggung jawab sebagai kepala keluarga, maka boleh jadi

kedudukannya tidak jauh berbeda11

11

Muhamad Haitsam Al-Kayyah, Problema Muslimah di Era Modern, {Jakarta, Erlangga, 2007

Page 10: Pai

D. Prinsip Dasar Gender dalam Islam

Pertama, posisi laki-laki dan perempuan dalam ajaran Islam

sesungguhnya adalah sederajat. Islam mengajarkan bahwa selama laki-laki

ataupun perempuan memiliki dua hal, mereka akan mendapatkan balasan dari

Allah berupa hayatan thayyibah, kehidupan yang baik. Kedua hal tersebut adalah

iman dan amal saleh. Lihat QS an-Nahl [16]: 9712

.

Bahkan, dalam QS al-Ahzab [33]: 35, Allah menggambarkan kesetaraan

hubungan laki-laki dan perempuan dalam konteks yang lebih luas. Intinya, baik

laki-laki maupun perempuan, selama mereka taat dan tunduk terhadap aturan

Allah dan se nan tiasa berusaha mengamal kan ajaran Islam dengan baik dan

benar, mereka akan mendapatkan ampunan dan pahala.

Perbedaan yang mungkin terjadi adalah pada kualitas iman dan amal

saleh yang dilakukan. Jika perempuan memiliki kualitas iman dan amal saleh

yang lebih baik dari laki-laki maka tentu reward-nya akan lebih besar. Demikian

pula sebaliknya. Karena itu, jenis kelamin tidak otomatis membuat posisi

seseorang lebih baik dari yang lain, tetapi kualitas iman dan amal saleh yang

menentukan apakah seseorang lebih baik dalam pandangan- Nya atau lebih

buruk.

Kedua, dalam kehidupan sosial, Islam pun mengajarkan persamaan

derajat antara laki-laki dan perempuan, yaitu keduanya dapat memiliki peran dan

12

Muhamad Haitsam Al-Kayyah, Problema Muslimah di Era Modern, {Jakarta, Erlangga, 2007

Page 11: Pai

dapat berkiprah secara bersama-sama dalam membangun tatanan kehidupan

masyarakat yang adil, tenteram, dan senantiasa mendapat rahmat Allah13

.

Pada QS at-Tau bah [9]: 71, kerja sama dan sinergi antara mukmin laki-

laki dan perempuan merupakan prasyarat mutlak bagi terwujudnya tali

persaudaraan. Kekuatan ukhuwah ini merupakan hal yang sangat fundamental

dan sangat memengaruhi keberhasilan pembangunan sosial masyarakat14

.

Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki

peran dan peluang yang sama besar dalam upaya menggali dan mengoptimalkan

potensi umat dan bangsa. Keduanya harus saling bekerja sama dalam

membangun kekuatan umat di seluruh bidang kehidupan, seperti membangun

kekuatan politik dan ekonomi, agar bangsa ini tidak mudah didikte dan

dikendalikan oleh kekuatan asing yang merusak.

Sebaliknya, kerja sama antara laki-laki dan perempuan yang memiliki

karakter kepribadian orang-orang munafik bisa menjadi penyebab hancurnya

tatanan sosial kemasyarakatan. (QS at- Taubah [9]: 67). Kerusakan ini tidak bisa

diciptakan oleh salah satu pihak, apakah oleh perempuan saja ataupun oleh laki-

laki saja, jika tanpa diiringi kerja sama yang kuat di antara keduanya.

Ini menunjukkan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah

hubungan yang saling melengkapi, yang bisa memberikan dampak positif mau

pun negatif dalam kehidup an sosial, bergantung pada dasar apa hubungan

tersebut dibangun.

Oleh karena itu, sebagai prinsip yang ketiga, Islam mengibaratkan

hubungan antara laki-laki dan perempuan sebagai “pakaian” yang saling

13

Imam Rachman, Islam Menjawab Semua Masalah Hidup, (Jakarta:Erlangga, 2011) 14

Imam Rachman, Islam Menjawab Semua Masalah Hidup, (Jakarta:Erlangga, 2011

Page 12: Pai

menutupi dan saling menjaga sebagai mana yang termaktub dalam QS al-

Baqarah [2]: 187, yaitu “ Hunna libaasul lakum wa antum libaasul lahunna”,

yang artinya, “Mereka (perempuan) adalah pakaian bagi kalian (laki-laki) dan

kalian adalah pakaian bagi mereka.”

Sebuah analogi yang sangat indah dan luar biasa. Dengan prinsip ini,

kalaupun ada perbedaan, itu lebih kepada perbedaan fungsi, bukan diskriminasi.

Jika perempuan maupun laki-laki tidak melaksanakan perannya dengan baik,

kehidupan pasti tidak akan berjalan dengan baik.

Misalnya, ikhtiar seorang ayah dalam mencari nafkah bagi keluarganya

sama besar pahalanya dengan ikhtiar seorang ibu yang mendidik anaknya di

rumah sehingga menjadi generasi yang tangguh. Dalam QS Luqman [31]: 14,

manusia diperintahkan untuk bersyukur kepa da Allah dan kepada orang tua nya

yang telah mendidiknya, terutama sang ibu yang telah mengandungnya dalam

keadaan lemah dan telah menyapihnya selama dua tahun.

Jika seandainya tidak ada sinergi antara sang ayah dan sang ibu di mana

keduanya berjalan masing-masing dan meng anggap dirinya lebih berjasa di

bandingkan yang lain, dipastikan rumah tangga tersebut akan kacau dan

berantakan. Seorang istri boleh saja bekerja, asalkan mendapat izin dari suami

dan tidak mengganggu fungsinya dalam mendidik anak-anaknya.

Demikian indahnya Islam mengatur hubungan dan peran laki-laki dan

perempuan. Karena itu, upaya sebagian pihak untuk “mengaburkan” dan

“mendiskreditkan” konsep Islam tentang hubungan gender ini merupakan

langkah mundur.

Page 13: Pai

BAB III

PENUTUP

Secara umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-

laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Sejauh ini persoalan

Gender lebih didominasi oleh perspektif perempuan, sementara dari perspektif pria

sendiri belum begitu banyak dibahas. Dominannya perspektif perempuan sering

mengakibatkan jalan buntu dalam mencari solusi yang diharapkan, karena akhirnya

berujung pada persoalan yang bersumber dari kaum laki-laki.

Islam sendiri tidak mengenal istilah gender, karena dalam islam tidak

membedakan kedudukan seseorang berdasarkan jenis kelamin dan tidak ada bias

gender dalam islam. Islam mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang

sama dan kemuliaan yang sama. Contoh konkretnya adalah islam tidak membedakan

laki-laki dan wanita dalam hal tingkatan takwa, dan surga juga tidak dikhususkan

untuk laki-laki saja. Tetapi untuk laki-laki dan perempuan yang bertakwa dan

beramal sholih.

Islam mendudukkan wanita dan laki-laki pada tempatnya. Banyak sekali ayat

Al-qur’an ataupun hadis nabi yang memuliakan dan mengangkat derajat wanita. Baik

sebagai ibu, anak, istri, ataupun sebagai anggota masyarakat sendiri. Tak ada

diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam Islam, akan tetapi yang

membedakan keduanya adalah fungsionalnya, karena kodrat dari masing-masing.

Page 14: Pai

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Dimiati Badruzzaman, Ahmad, Panduag Kuliah Agama Islam, Bandung: Sinar Baru,

2 4

Nata ,Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998

Rachman, Imam, Islam Menjawab Semua Masalah Hidup, Jakarta:Erlangga,2011

Su’ud ,Abu, Islamologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2001

http://sharenexchange.blogspot.com/2021/05/islam-dan- gender_19.html