12
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Penyimpangan Pemungutan Pajak di Bea Cukai” Tak lupa kami ucapkan kepada junjungan kami Nabi Besar Muhammad SAW, serta pihak-pihak yang terkait dan telah membantu serta berkontribusi dalam penyelesaian tugas makalah kami. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah kami, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bisa memberi manfaat positif bagi kita semu Jatinangor, 2 Oktober 2013 Penulis

PAJAK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PAJAK

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-

NYA kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Penyimpangan Pemungutan

Pajak di Bea Cukai”

Tak lupa kami ucapkan kepada junjungan kami Nabi Besar Muhammad SAW, serta

pihak-pihak yang terkait dan telah membantu serta berkontribusi dalam penyelesaian tugas

makalah kami.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah

kami, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Semoga makalah ini bisa memberi manfaat positif bagi kita semu

Jatinangor, 2 Oktober 2013

Penulis

Page 2: PAJAK

BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan

dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat. Penerimaan pajak berasal dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan

Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan cukai, pencairan

tunggakan pajak, maupun pajak-pajak lainnya.

Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang

dapat dipaksakan penagihannya. Sistem perpajakan Indonesia mengalami perubahan pada

tahun 1983 dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System. Self

Assessment System adalah suatu sistem dimana pemerintah memberikan kepercayaan penuh

kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban.

Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi

penerimaan pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak. Ekstensifikasi ditempuh dengan

mencari wajib pajak yang baru, karena sebenarnya potensi pajak di Indonesia masih cukup

besar. Sedangkan upaya intensifikasi dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas aparatur

perpajakan, pelayanan prima terhadap wajib pajak dan pembinaan kepada para wajib pajak,

pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan aktif serta penegakan

hukum atau law enforcement. Upaya intensifikasilah yang sebenarnya sering mengalami

kendala berarti dan sering terjadi penyelewengan maupun penyimpangan didalamnya.

Terutama pada pelaksanaan peningkatan kualitas aparatur perpajakan serta penegakkan

hukum atau law enforcement.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak praktek penyimpangan dalam bentuk

“pungutan liar” yang dilakukan oleh aparatur pajak. Penyimpangan ini hampir terjadi pada

semua jenis pajak. Salah satu yang menjadi lahan empuk untuk melakukan penyimpangan ini

adalah di bea cukai. Bertitik pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis

mengambil judul makalah “

Page 3: PAJAK

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat ditarik permasalahan

1. Apa yang menyebabkan aparatur perpajakan leluasa melakukan

penyimpangan dalam bentuk “pungutan liar” ?

2. Apa yang menyebabkan wajib pajak

Definisi Administrasi Perpajakan

Administrasi Pajak dalam arti luas dapat dilihat sebagai fungsi, sistem, lembaga dan

manajemen publik.

 Administrasi Pajak dalam arti sempit adalah penatausahaan dan pelayanan terhadap

kewajiban-kewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik penatausahaan dan pelayanan tersebut

dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor wajib pajak. Yang termasuk dalam kegiatan

Page 4: PAJAK

penatausahaan (clerical works) adalah pencatatan (recording), penggolongan (classifying)

dan penyimpanan (filing).

Administrasi Pajak menurut Djoned Gunadi M. adalah administrasi hukum atau legal

administration, artinya administrasi yang harus dijalankan adalah bagaimana ketentuan

hukum menghendaki khususnya ketentuan hukum formal perpajakan, disini administrasi

pajak adalah merupakan instrument dari ketentuan formal perpajakan yang ada. Hal yang

demikian ini administrasi pajak memiliki posisi yang sangat penting, tidak hanya pada

pelayanan, pengawasan, dan pembinaan namun juga menyangkut hak-hak wajib yang yakin

benar bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakannya dilindungi dengan administrasi yang

baik.

Bea Masuk Dan Pajak Dalam Rangka Impor

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) salah satu tugasnya adalah memungut bea masuk

dan pajak dalam rangka impor yang meliputi :

Bea Masuk

Cukai

PPN Impor

PPnBM

PPh Impor

Dalam Pasal 1 butir 20 UU PPN No 42 Tahun 2009 dikatakan bahwa Nilai Impor adalah nilai

berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan

ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan

cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini.

Pada aturan yang sama butir 17 ; dikatakan bahwa Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah

Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar

untuk menghitung pajak yang terutang.

Dan dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah

diubah atau ditambah dengan UU No. 17 Tahun 2006 yang dikenakan terhadap barang

impor, disebutkan bahwa Bea Masuk adalah pungutan Negara.

Page 5: PAJAK

Dalam kegiatan perdagangan internasional kita mengenal banyak cara yang digunakan untuk

menentukan harga dan penyerahan barang misalnya : door to door, port to port, cost and

freight, cost insurance and freight, dan freight on board. Namun yang sering dipakai dan

diterima untuk kegiatan ekspor dan impor adalah system Freight on Board (FOB) dan Cost

Insurance Freight (CIF).

FOB (Free On Board), artinya pihak eksportir hanya bertanggung jawab sampai barang

berada di atas kapal (vessel). CIF (Cost Insurance and Freight) yaitu harga barang sampai

pelabuhan tujuan dan kondisi dimana penjual atau eksportir menanggung semua biaya

pengapalan sampai ke pelabuhan tujuan dan ekpsortir wajib menutup asuransinya.

Dalam menghitung Bea Masuk jika masih FOB berarti masih harus ditambah dengan

Insurance, kalo sudah dengan CIF maka langsung bisa dihitung bea masuk dan pajaknya.

Untuk menghitung Bea Masuk diperlukan juga kurs yang berlaku pada saat itu biasanya

nggak beda jauh dengan kurs harian, untuk penghitungan pajak, kurs ditetapkan setiap

minggu oleh menteri keuangan.

Tentang cara menghitung Bea Masuk dibagi menjadi :

Bea Masuk Advalorum, yaitu tarif Bea Masuk yang dikenakan berdasarkan persentase

tertentu. Besarnya Bea Masuk terutang dihitung dengan cara mengalikan persentase dengan

harga barang (nilai pabean). Contoh Bea Masuk = Tarif X Nilai Pabean/CIF X NDPBM

((Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri

Keuangan setiap minggu sekali).

Bea Masuk Spesifik, yaitu tarif Bea Masuk yang dikenakan berdasarkan nilai rupiah tertentu

dari satuan jumlah barang. Besarnya Bea Masuk terutang dihitung dengan cara mengalikan

tarif Bea Masuk dengan jumlah barang yang diimpor. Saat ini hanya dikenakan untuk gula

dan beras. Contoh Bea Masuk = Tarif X Jumlah Barang.

Contoh Nilai Impor, misalkan PT. Remapra Mengucap Syukur mengimport Spare Part dari

negara Jerman dengan CIF USD 500.000,-, Diketahui berdasarkan Pos tarif dan

pembebananan menurut Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) besar tarif bea masuk

adalah 10% dan NDPBM yang berlaku adalah USD 1.- = Rp. 9.500 maka nilai Impor adalah

sebagai berikut :

CIF (Cost + Insurance + Freight) Rp. 4.750.000.000,-

Page 6: PAJAK

Bea Masuk Rp. 475.000.000,-

Nilai Impor Rp. 5.225.000.000,-

PPN Rp. 522.500.000,-

Menghitung Bea Masuk:

((Nilai Barang FOB – USD 50) + Asuransi + Freight) x kurs x tariff bea masuk

Menghitung Pajak dalam rangka impor (PDRI):

((((Nilai Barang FOB – USD 50) + Asuransi + Freight) x kurs) + (bea masuk)) x tariff PDRI

Contoh kasus sebagai berikut: Muhammad Isa membeli barang berupa sebuah Hand Phone di

Amerika via Ebay dengan harga FOB US $250, ongkos kirim (freight) US $5, asuransi US

$5, misal kurs pada tanggal tersebut sebesar Rp. 10.000, dengan demikian Muhammad Isa

akan dikenakan pungutan Bea Masuk dan PDRI sebagai berikut:

Untuk HP menurut penulis masuk ke pos tariff 8517.12.00.00, BM: 0%, PPN=10%, PPnBM=

- , PPh=7,5%.

Bea Masuk: (($250-$50)+5+5) x Rp.10.000 x 0% = Rp. 0

PPN : (((($250-$50)+5+5) x Rp.10.000) + (0)) x 10% = Rp. 210.000

PPh : (((($250-$50)+5+5) x Rp.10.000) + (0)) x 7,5% = Rp. 157.500

Total pungutan : BM+PPN+PPh= Rp. 367.500

Definisi Barang Kiriman dari Luar Negeri (Impor)

Barang kiriman dari luar negeri adalah barang yang dikirim oleh pengirim tertentu di luar

negeri kepada penerima tertentu di dalam negeri.

Page 7: PAJAK

Untuk barang kiriman atau paket yang dikirim dari luar negeri sebenarnya sudah diatur sejak

dulu, yaitu dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 490/KMK.05/1996

Tentang Tatalaksana Impor Barang Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas,

Kiriman Pos dan Barang Kiriman Melalui Perusahaan Jasa Titipan, yang kemudian diatur

lebih lanjut oleh Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-78/BC/1997

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Barang Penumpang, Awak Sarana Pengangkut,

Pelintas Batas, Kiriman Melalui Jasa Titipan dan Kiriman Pos yang terakhir kali diubah

dengan KEP-83/BC/2002.

Kemudian keputusan Menteri Keuangan tersebut dicabut dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 89/PMK.04/2007 Tentang Impor Barang Penumpang, Awak Sarana

Pengangkut, Pelintas Batas dan Barang Kiriman. Peraturan ini hanya berlangsung tiga tahun

dan digantikan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.04/2010 Tentang

Impor Barang yang DIbawa oleh Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas dan

Barang Kiriman.

Pada BAB VI peraturan Menkeu tersebut dijelaskan mengenai Barang Kiriman, diantaranya:

Barang kiriman diberikan pembebasan bea masuk dengan nilai pabean FOB 50 US

Dollar (Mata Uang Amerika) untuk setiap orang perkiriman;

Apabila barang kiriman tersebut melebihi batas pembebasan nilai pabean diatas, maka

atas kelebihan nilai pabean tersebut dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor

(PPN, PPnBM dan PPh);

Barang kiriman tersebut wajib diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai;

Atas pemberitahuan tersebut diatas, Pejabat Bea dan Cukai akan melakukan penelitian

dokumen dan pemeriksaan fisik barang secara selektif yang disaksikan oleh Petugas Kantor

Pos atau Petugas Perusahaan Jasa Titipan;

Barang kiriman dapat dikeluarkan setelah dipenuhi kewajiban pabean (membayar

pungutan) dan telah mendapatkan persetujuan dari Pejabat Bea dan Cukai;

Khusus untuk barang kiriman yang melalui Perusahaan Jasa Titipan beratnya tidak

boleh lebih dari 100 kg untuk setiap House Airway Bill (AwB) atau Bill of Lading (B/L) ,

kecuali untuk barang yang akan dikirim ke Tempat Penimbunan Berikat atau barang kiriman

Page 8: PAJAK

lainnya yang telah mendapatkan ijin dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dan apabila tidak

memenuhi ketentuan ini akan diperlakukan sesuai dengan ketentuan umum dibidang impor;

Penetapan tariff atas barang tersebut dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai dan

apabila barang kiriman tersebut terdapat lebih dari 3 jenis barang, maka Pejabat Bea dan

Cukai akan menetapkan satu tariff bea masuk tertinggi dari beberapa barang tersebut.

Dan seterusnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menkeu tersebut

di samping ketentuan di atas, juga diatur tentang pembebasan cukai terhadap barang kiriman

sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.04/2010 Tentang Tata Cara

Pembebasan Cukai, diantaranya:

Minuman mengandung etil alcohol paling banyak 350 mililiter untuk setiap alamat

penerima kiriman, selebihnya akan dimusnahkan petugas Bea dan Cukai;

Cukai hasil tembakau, dengan ketentuan paling banyak 40 batang Sigaret, atau 10

batang Cerutu atau 40 gram tembakau iris dan hasil tembakau lainnya untuk setiap alamat

penerima kiriman, apabila terdapat lebih dari satu jenis hasil tembakau maka diperlakukan

perbandingan yang setara dengan komposisi diatas, selebihnya akan dimusnahkan petugas

Bea dan Cukai.

Yang perlu digarisbawahi adalah; pemungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor

disini memakai pola Official Assessment, dimana Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan

perhitungan dan pemungutan atas barang kiriman tersebut. Lain halnya dengan barang impor

pada umumnya, dimana importir melakukan kegiatan menghitung,memberitahukan dan

membayar bea masuk dan pajak dalam rangka impornya sendiri (Self Assessment).

Kemudian untuk penentuan nilai pabean barang kiriman tetap berdasar pada Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2010 Tentang Nilai Pabean untuk Perhitungan Bea

Masuk, dimana nilai pabean yang dimaksud sesuai International Commercial Term

(Incoterms), yaitu dengan menggunakan terminologi penyerahan barang Cost, Insurance and

Freight (CIF), biaya-biaya transportasi dan asuransi harus ditambahkan kedalam biaya yang

sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar.

Page 9: PAJAK