21
PALEONTOLOGI Franky Armando Hutagalung, ST

Paleon 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

paleontologi

Citation preview

Page 1: Paleon 2

PALEONTOLOGI

Franky Armando Hutagalung, ST

Page 2: Paleon 2

IDENTIFIKASI FOSIL

DAN KETERDAPATANNYA

DALAM BATUAN

Page 3: Paleon 2

Keterdapatan Fosil1. Batuan Beku….? X

Pada batuan beku tidak akan dijumpai fosil karena batuan beku terbentuk dr hasil pembekuan magma, shg tdk mungkin tdp fosil

2. Batuan Sedimen….? OKBatuan sedimen sangat baik untuk pengendapan organisme, shg akan banyak terkandung fosil di dalam batuan sedimen tsb

3. Batuan Metamorf…?Pada batuan metamorf, msh mungkin dijumpai, namun sedikit sekali & umumnya fosil tsb telah hancur bahkan telah hilang oleh proses metamorfisme

Page 4: Paleon 2

KETERDAPATAN FOSIL DALAM BATUAN

Batuan yang seringkali mengandung fosil adalah batuan sedimen, karena dalam pembentukannya batuan sedimen tidak dipengaruhi oleh peristiwa perubahan temperatur (batuan beku dan batuan metamorf) dan tekanan (batuan metamorf).

Pada batuan metamorf, seperti batusabak (slates), filit, kuarsit dan marmer, dapat juga dijumpai fosil, namun seringkali telah hancur atau rusak.

Page 5: Paleon 2

HUBUNGAN JENIS BATUAN SEDIMEN DAN KUALITASNYA UNTUK PROSES

PEMFOSILAN Batugamping; batugamping organik maupun klastik umumnya banyak mengandung koral, alga, foraminifera, dll.

Serpih, walaupun berasal dari batulempung yang terkena proses diagenesa, termasuk batuan yang sangat baik untuk menyimpan fosil..

Batulempung gampingan dan napal, umumnya sangat baik untuk proses pemfosilan.

Page 6: Paleon 2

Batupasir, dengan banyak pori umumnya tidak begitu baik untuk proses pemfosilan. Namun untuk beberapa fosil yang memiliki cangkang sangat kuat, batupasir adalah media yang lebih baik jika dibandingkan dengan serpih (yang mudah hancur dan tererosi).

Konglomerat; pada konglomerat dengan ukuran butir relatif besar, banyak memiliki rongga (pori-pori) sehingga proses pemfosilan tidak berlangsung dengan baik.

Breksi; proses pemfosilanpun tidak bisa berlangsung dengan baik.

Page 7: Paleon 2

BERBAGAI MACAM LINGKUNGAN YANG

MEMUNGKINKAN TERJADI FOSILISASI Lingkungan Darat, terdapat beberapa bagian di lingkungan darat yang cocok untuk menjadi tempat pemfosilan, antara lain : fosil Mammuth di dalam lapisan es di Siberia; beberapa fosil hewan dan tumbuhan yang utuh ditemukan di Gurun Gobi yang tertutup oleh pasir; fosil hewan dan tumbuhan yang tertutup abu volkanik di banyak tempat di Pulau Jawa.

Lingkungan Air Payau (brackish), tidak begitu baik untuk proses pemfosilan, karena di lingkungan ini masih terdapat material kasar dan besar sehingga fosil tidak bisa terawetkan dengan baik

Page 8: Paleon 2

Lingkungan Sungai (Fluvial), pemfosilan terjadi akibat dari adanya perkelahian dan ketika musim hujan, terjadi banjir yang akan menghanyutkan hewan tersebut dan diendapkan di sepanjang sungaiLingkungan Danau (Limnis), pada lingkungan ini pemfosilan dapat terjadi, karena material endapan sudah relatif halus dan fluktuasi muka air tidak besarLingkungan Rawa (Parallis), pada lingkungan ini banyak sekali ditemukan fosil tumbuhan, karena sifatnya yang an-aerobik (sedikit mengandung zat asam).Lingkungan Laut (Marine), dengan berbagai jenis litologi yang ada di dalamnya, jenis napal, lumpur dan kapur organik adalah yang terbaik dalam proses pemfosilan. Hal ini karena ukuran butirnya yang sangat halus-halus dan sedikit sekali pori bahkan tidak ada pori yang terbentuk diantara butirannya.

Page 9: Paleon 2

Lingkungan Pengendapan

Page 10: Paleon 2

LINGKUNGAN LAUTZona Litoral, merupakan suatu zona yang sempit yang dibatasi oleh batas air pasang dan batas air surut

Zona Epineritik, terletak pada kedalaman antara batas air surut hingga kedalaman 50 meter

Zona Neritik, dengan kedalaman antara 50 – 200 m, termasuk zona yang paling baik untuk proses pemfosilan, karena sinar matahari masih ada sehingga banyak organisma yang hidup dan terjadi proses sedimentasi yang kuat.

Page 11: Paleon 2

Zona Batial, merupakan daerah yang terletak antara kedalaman 200 – 2000 meter. Cahaya matahari kurang, sehingga sedikit sekali hewan yang dapat hidup serta menjadi fosil

Zona Abisal, merupakan zona dengan kedalaman lebih dari 2000 meter. Pada zona ini suhu sangat dingin, tekanan air sangat tinggi, sedimentasi berlangsung sangat lemah dan terjadi gelombang dasar laut yang sangat kuat, sehingga fosil sulit ditemukan.

Page 12: Paleon 2

Minyak dan Gas Bumi disebut Bahan Bakar Fosil

Minyak dan Gas Bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dan jasad organisme jutaan tahun yang lalu dan TERTIMBUN oleh endapan-endapan lain.Senyawa tersebut mendapat tekanan dan panas bumi secara alami.Bersamaan dengan hal tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa organik tadi menjadi senyawa hidrokarbon

Page 13: Paleon 2

Proses penguraian ini berlangsung sangat lambat sehingga untuk membentuk minyak dan gas bumi dibutuhkan waktu yang lama.Itulah sebabnya minyak dan gas bumi disebut SUMBER DAYA ALAM yang TIDAK DAPAT DIPERBARUIHasil dari proses penguraian tersebut ada yang berupa cairan maupun gasYang berupa cairan disebut minyak bumi dan yang berupa gas disebut gas bumi

Page 14: Paleon 2

ILUSTRASI1. Ganggang hidup di air tawar maupun di air laut.

Tumbuh dan berkembangbiak dengan mengumpulkan energi dari matahari dan fotosintesis.

2. Setelah ganggang mati maka akan terendapkan di dasar zona laut bersama material sedimen membentuk batuan sedimen induk (source rock). Batuan sedimen induk ini mengandung banyak unsur karbon karena merupakan akumulasi dari material organik lain yang ikut mengendap

Page 15: Paleon 2

3. Batuan induk (source rock) akan terkubur dibawah batuan batuan lainnya yang berlangsung selama jutaan tahun

4. Jika batuan tadi terus tertimbun dan ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya maka batuan induk yang mengandung banyak karbon terpanaskan .

5. Semakin ke dalam atau masuk amblas ke bumi maka suhu dan tekanannya akan bertambah dan menyebabkan batuan induk tadi berubah menjadi wujud cair dan gas

Page 16: Paleon 2

6. Peningkatan suhu dan tekanan ini membuat unsur karbon yang terdapat pada batuan induk (source rock) bereaksi dengan unsur hidrogen membentuk senyawa hidrokarbon. Itulah sebabnya minyak dan gas bumi disebut unsur hidrokabon.

Page 17: Paleon 2

Keterdapatan fosil pada saat eksplorasi minyak bumi menguatkan kepercayaan para ahli geologi bahwa di daerah tersebut kemungkinan terdapat endapan minyak dan gas bumi.

Page 18: Paleon 2

TEKNIK PENGAMATAN1. Pengamatan Lapangan

a. Fosil MakroKarena fosil makro mempunyai

ukuran yang besar, maka dalam pengamatannya tergantung dari kekerasan batuan tempat fosil makro tersebut berada. Penyajian fosil makro relatif lebih mudah dibandingkan fosil mikro karena dalam penyajiannya dilakukan secara mudah dengan pengambilan fosil yang terekam lalu dibersihkan, setelah itu dapat langsung dideskripsi secara megaskopis beserta batuan tempat fosil tersebut berada

Apabila kesulitan dalam deskripsi di lapangan, maka dilakukan dokumentasi yang baik, meliputi : sampel batuan, tempat pengambilan, no. sampel, dll.

Setelah itu, dibawa di laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut

Gambar disamping adalah contoh fosil-fosil makro yang terdapat di lapangan

Page 19: Paleon 2

b. Fosil MikroKarena fosil mikro mempunyai ukuran yang sangat

kecil, sehingga pengamatan di lapangan sulit dilakukan, sehingga pengamatan di lapangan lebih di fokuskan kepada deskripsi batuan di lapangan yang meliputi : warna batuan, tekstur batuan, struktur batuan serta komposisinya secara megaskopis..

Page 20: Paleon 2

2. Pengamatan LaboratoriumPengamatan di laboratorium dilakukan untuk

analisa fosil secara detail yang tidak dapat dilakukan di lapangan. Pengamatan di laboratorium ini terutama adalah dari fosil-fosil mikro dengan menggunakan bantuan alat mikroskop. Adapaun tahap-tahap pengamatan di laboratorium akan dijelaskan selanjutnya

Page 21: Paleon 2

Skema Analisis Fosil Mikro

Analisa Laboratorium

Eoglobigerina operta