Upload
zen-muhammad-alaydrus
View
126
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pancasila sebagai sistem filsafat
Citation preview
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang mempunyai
arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat
kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran
yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu
secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan
kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari
kebijaksanaandan cinta akan kebijakan.
Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 – 496SM). Dia adalah
seorang ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dari
semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana
yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari
filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menuntun pada
kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang kemudian tidak
disangsikan lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya
sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian
muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tdak
terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat
dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat
sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat
dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat
sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai
fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
1. Obyek Filsafat
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung dengan
suatu obyek), yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala
sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi dan
fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-
dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai
hasil pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud
pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau
bangsa dan negara. Filsafat demikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu tata nilai
yang melembaga sebagai suatu paham (isme) seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan
sebagainya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern.
Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik obyek yang tidakterbatas yang
ditinjau dari dari sudut isi atau substansinya dapat dibedakan menjadi :
a. obyek material filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup segala sesuatu
baik yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang dan lain-lain,
maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral,
pandangan hidup dan lain sebagainya.
b. obyek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti terhadap objek material tersebut.
Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh
karena itu, terdapat berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang
filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah :
a..Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis yang meliputi
bidang : ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi
(membicarakan tentang teori umum mengenai proses kenyataan, dan antropologi.
b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau kebenaran.
c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk memperoleh pengetahuan.
d. Logika, ádalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat mengambil
kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia tentang baik-
buruk
f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat keindahan kejelekan.
2. Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagai berikut :
a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan, termasuk
mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya
benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum
kausalitas) yang bersifat objektif.
b. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang
menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas dirinya dan
kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati
sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri dan
kenyataan kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit)
c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran diatas adalah bertentangan,
tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis).
Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-
mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup
berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas demikian lebih daripada
sekadar materi. Oleh karenanya, realitas adalah panduan benda (materi dan jasmaniah)
dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus pada manusia tampak dalam
gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sintesis antara
jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.
B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
1. Pancasila Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya, misalnya
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi
Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka
akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara
dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi
nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-
unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi
kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu
melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila
sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk
mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu
menjadi motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari
pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan
apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri
negara Republik Indonesia adalah :”di atas dasar apakah negara Indonesia didirikan” ketika
mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna
hidup bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia
sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini
dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan
dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.
Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia
tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata
kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri
masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa
lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan
jatidiri bangsa Indonesia.
Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utama yaitu :
a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari Tuhan Yang Maha
Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaran ajaran agama dalam kitab suci
b. nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai yang
luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat yang baik) yang tersebar di seluruh
nusantara.
2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat.
Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. suatu kesatuan bagian-bagian
b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)
e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri, fungsi sendiri-
sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan
tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban, dalam arti,
setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu,
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak
dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu
dan lainnya tidak saling bertentangan.
Kesatuan sila-sila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filosofis bersumber
pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila
yaitu hakikat manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-
rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri
sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan yang
bersifat organis harmonis.
4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramidal.
Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang digunakan untuk
menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga
dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan
luas dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya atau diatasnya. Dengan demikian, dasar susunan
sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga secara
keseluruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya. Secara
ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan, yaitu : Tuhan,
Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dengan
sifat dan hakikat negara Indonesia.
Dengan demikian maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus sesuai dengan
hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia; sila
ketiga sifat dan keadaan negara harus satu; sila keempat adalah sifat dan keadaan negara
harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara harus
sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis dan berbentuk
piramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai
sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan
Saling Mengkualifikasi Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis
piramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan
bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila
Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-
sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
C. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT
Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu filsafat sebagai
metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami
Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya
merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar
ontologis, dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Filsafat Pancasila
adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan
budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar
dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari
hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan
pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati gejala-gejala sosial
budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-
gejala itu). Dengan demikian, filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep
kebenaran yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada
umumnya.
1. Aspek Ontologis
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau eksistensi.
Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan
disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki
makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi.
Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh
karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah manusia,
yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan
dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam
konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara
adalah rakyat (manusia).
2. Aspek Epistemologi
Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode,
dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan
pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu atau
mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata
lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya,
syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan teori
ilmu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan.
Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia
dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang
makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian seperti itu telah menjadi
suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma
menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu :
a. logos (rasionalitas atau penalaran)
b. pathos (penghayatan), dan
c. ethos (kesusilaan).
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld,
aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :
a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. sosio politik yang berwujud ideologi.
Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti
manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai
merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah cabang fisafat
yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai,
termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu
bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat
nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur yaitu dengan menggunakan
indra maupun alat pengukur lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati
nurani manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia.
D. NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN
ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN
Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat merupakan falsafah
kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat. Pancasila
memandang bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika ditumbuh-kembangkan hubungan
yang serasi antara manusia dengan masyarakat serta hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa. Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan terkandung beberapa
hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antar hubungan
tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Hubungan Vertikal
Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai penjelmaan dari nilai-
nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubungannya dengan itu, manusia memiliki
kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan/menghentikan
larangan-Nya, sedangkan hak-hak yang diterima manusia adalah rahmat yang tidak terhingga
yang diberikan dan pembalasan amal perbuatan di akhirat nanti.
2. Hubungan Horisontal
Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai warga
masyarakat, warga bangsa maupun warga negara. Hubungan itu melahirkan hak dan
kewajiban yang seimbang.
3. Hubungan Alamiah
Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan dan
alam dengan segala kekayaannya. Seluruh alam dengan segala isinya adalah untuk kebutuhan
manusia. Manusia berkewajiban untuk melestarikan karena alam mengalami penyusutan
sedangkan manusia terus bertambah. Oleh karena itu, memelihara kelestrian alam merupakan
kewajiban manusia, sedangkan hak yang diterima manusia dari alam sudah tidak terhingga
banyaknya.
Kesimpulan yang bisa diperoleh dari filsafat Pancasila adalah Pancasila memberikan jawaban
yang mendasar dan menyeluruh atas masalah-masalah asasi filsafat tentang negara Indonesia.
A. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
Epistemology berasal dari kata yunani episteme dan logos. Episteme : pengetahuan atau
kebenaran, danlogos : pikiran, kata atau teori. Epistemology secara etimologi (sebab-sebab)
berarti teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan
atau theory of knowledge.
Filsafat pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat
pengetahuan. Maksud dari filsafat pengetahuan adalah ilmu pengetahuan kefilsafatan yang
secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan.
Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,
asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan keshahihan pengetahuan. Jadi objek
material epistemology adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan
itu. Jadi sistematika penulisan epistemologi adalah arti pengetahuan, terjadinya pengetahuan,
jenis-jenis pengetahuan dan asal-usul pengetahuan.
B. ARTI PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah suatu istilah yg digunakan untuk menuturkan apabila seseorang
mengenal tentang sesuatu. Sesuatu yang menjadi pengetahuanya adalah yang terdiri dari
unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin
diketahuinya. Maka pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran
untuk ingin mengetahui tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi
pengetahuan adalah hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan
tidak bisa eksis. Jadi keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang
kodrati. Menurut Bahm (Rizal Mustansyir dkk, 2001).
1. Mengamati (observes)
Pikiran berperan dalam mengamati obyek-obyek.
1. Menyelidiki (inquires)
Dalam penyelidikan minatlah yang membimbing seseorang secara alamiah untuk terlibat
kedalam pemahaman pada obyek-obyek
1. Percaya (believes)
Sikap menerima sesuatu yang menampak sebagai pengertian yang memadai setelah keraguan,
dinamakan keperyaan.
1. Hasrat (desires)
Hasrat muncul dari kebutuhan jasmani (nahfsu makan, minum, istirahat, tidur) hasrat diri
(keinginan pada obyek, kesenangan).
1. Maksud (intends)
Kendatipun memiliki maksud ketika akan mengopservasi, menyelidiki, mempercayai, dan
berhasrat.
1. Mengatur (organizes)
Setiap pikiran adalah suatu organism yang teratur dalam diri seseorang.
1. Menyesuaikan (adaps)
Menyesuaikan pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada
pikiran melalui kondisi keberadaan.
1. menikmati (enjoys)
pikiran-pikiran mendatangkan keasyikan.
C. TERJADINYA PENGETAHUAN
Masalah terjadinya pengetahuan adl masalah yang amat penting
Alat untuk mengetahui pengetahuan ada 6 yaitu :
1. Pengalaman indra (sense experience)
Pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap
obyek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.
1. Nalar (reason)
Salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud
untuk mendapat pengetahuan baru.
1. Otoritas (authority)
Kekuasaan yang syah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.
1. Intuisi (intuition)
Kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu
rangsangan untuk membuat peryataan yang berupa pengetahuan.
1. Wahyu (revelation)
Wahyu merupakan salah satu sumber pengetahuan karena kita mengenal sesuatu dengan
melalui kepercayaan kita.
1. Keyakinan (faith)
Kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
D. JENIS-JENIS PENGETAHUAN
Menurut Soejono Soemargono (1983), ada 2 jenis pengetahuan, antara lain :
1. pengetahuan non-ilmiah
Segenap hasil pemahaman manusia atas atau mengenai obyek tertentu yang terdapat pada
kehidupan sehari-hari
1. pengetahuan ilmiah
Senenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan mengunakan metode ilmiah.
Menurut Plato dan Aristoteles. Plato membagi pengetahuan menurut tingkatan-tingkatan
pengetahuan berdasarkan karakteristik objeknya, yaitu :
1. Pengetahuan khayaan (eikasia)
Pengetahuan yang obyeknya berupa bayangan atau gambaran.
1. Pengetahuan pistis (pistis)
Pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat
diindrai secara langsung.
1. Pengetahuan matematik (dianoya)
Tingkatan yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau obyek
yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimna cara berfikirnya.
1. Pengetahuan filsafat (noesis)
Berfikir tanpa mengunakan pertolongan gambar, diagram melainkan dengan pikiran yang
sungguh-sungguh abstrak.
E. ASAL-USUL PENGETAHUAN
Asal-usul pengetahuan termasuk hal yang sangat penting dalam epistemology. Untuk
mendapatkan bagaimana pengetahuan itu muncul (berasal) bisa dilihat dari aliran-aliran
dalam pengetahuan dan bisa dengan cara metode ilmiah, serta dari sarana diberfikir ilmiah.
1. Aliran-aliran dalam pengetahuan
Dari mana pengetahuan itu berasal dan apa yg diyakini sebagai kebeneran bisa dilihat dari
aliran dalam pengetahuan. Dari aliran ini tampak jelas bagaimana pengatahuan itu berasal.
Aliran itu yakni :
1. Rasionalisme
Sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio (akal).
1. Empirisme
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, baik pengalaman batiniah maupun yang
lahiriah.
1. Kritisme
Paham yang mengutamakan kegiatan non-taklid buta terhadap segala hal.
1. Positivisme
Segala ilmu pengetahuan adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan.
1. Metode ilmiah
1. Metode ilmiah yg bersifat umum dibagi dua, yaitu metode analitiko-sintesis
dan metode non-deduksi. Metode analitiko-sintesis merupakan gabungan dari
metode analisis dan metode sintesis. Metodenon-deduksi merupakan gabungan
dari metode deduksi dan induksi.
2. Metode penyelidikan ilmiah
Metode ini terbagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur atau metode
siklus empiris dan metode vertical atau yang berbentuk garis lempeng atau metode linier.
1. Sarana berfikir ilmiah
1. Bahasa ilmiah
a) Penggolongan bahasa
Dalam penelaahan bahasa pada umumnya dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan.
1) Bahasa alami
Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang
tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya.Bahasa alami dibedakan atas dua macam,
yakni bahasa isyarat dan bahasa biasa.
2) Bahasa buatan
Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan akal
pikiran untuk maksud tertentu.
b) Fungsi bahasa
Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat
bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Secara umum bahasa memiliki tiga fungsi pokok, yaitu fungsi ekspresif atau emotif, fungsi
afektif atau praktis, dan fungsi sibolik dan logik.
1. Logika dan Matematika.
Logika dan matematika merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang
keduanya sebagai sarana berfikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artificial,
yakni murni bahasa buatan. Matematika dan logika sebagai sarana berfikir deduktif
mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Logika lebih sederhana penalaraanya, sedangkan
matematika sudah jauh lebih terperinci.
1. Logika dan statistika
Secara etimologi kata statistic berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan kata state (bahasa inggris), yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan Negara.
Ditinjau dari segi terminology, statistic mengandung berbagai macam pengertian (Amsal
Bakhtiar, 2004) yaitu sebagai berikut:
a) Istilah statistic kadang diberi pengertian sebagai data ststistik.
b) Sebagai kegiatan statistic atau kegiatan persstatistikan.
c) Dapat juga diartikan sebagai metode statistic.
d) Istilah statistic dewasa ini dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari dan memperkembanngkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan
statistic.
Logika dan statistic mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif untuk mencari
konsep yang berlaku umum. Penalaran induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak pada
sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, maka
secara berurutan sebagai proses penalaran dapatlah disusun sebagai berikut: observasi dan
eksperimen, hipotesis ilmiah, vertifikasi dan pengukuhan,teori dan hukum ilmiah.
Jadi, peran statistic dalam kegiatan penelitian ilmiah(dalam Hartono Kasmadi,dkk)dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1) Memungkinkan pencatatan data penelitian dengan eksak.
2) Memandu peneliti untuk menganut tata pikir dan tata kerja yang definitif dan eksak.
3) Menyajikan cara-cara meringkas data ke dalam bentuk yang bermakna lebih banyak
dan lebih mudah mengerjakannya.
4) Memberikan dasar – dasar untuk menarik kesimpulan melalui proses yang mengikuti
tata cara yang diterima oleh ilmu.
5) Memberikan landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang bagaimana suatu gejala
akan terjadi dalam kondisi yang telah diketahui.
6) Memungkinkan peneliti menganalisis, menguraikan sebab akibat yang kompleks dan
rumit, andai kata tanpa statistic hal itu merupakan peristiwa yang mmbingungkan dan bakal
tidak dapat diuraikan.
F. Pembagian Epistemologi Ilmu Pendidikan.
Pada Umumnya Epistemologi Ilmu Pendidikan terdiri atas 2 pembahasan yaitu : Objek
Formal Ilmu Pendidikan dan Objek Material Ilmu Pendidikan.
Pembahasan selanjutnya akan membahas tentang kedua hal tersebut, antara lain :
1. Objek Formal Ilmu Pendidikan
Objek Formal Ilmu Pendidikan membahas tentang pendidikan, yang dapat diartikan secara
maha luas, sempit, dan luas terbatas. Berikut akan disampaikan perbandingan ketiganya.
Tertuim
Komparasionis
Maha Luas Sempit Luas Terbatas
Definisi Pendidikan adalah
hidup. Pendidikan
adalah segala
pengalaman belajar
yang berlangsung
Pendidikan adalah
persekolahan.
Pendidikan adalah
pengajaran yang
diselenggarakan oleh
Pendidikan adalah
usaha sadar yang
dilakukan oleh
keluarga,
masyarakat, dan
dalam segala
lingkungan hidup
dan sepanjang hidup.
Pendidikan adalah
segala situasi hidup
yang mempengaruhi
pertumbuhan
seseorang.
sekolah sebagai
lembaga pendidikan
formal.
pemerintah melalui
kegiatan bimbingan,
pengajaran dan atau
pelatihan yang
berlangsung di
sekolah maupun di
luar sekolah untuk
mempersiapkan
peserta didik agar
dapat memainkan
peranan secara tepat
dalam berbagai
lingkungan hidup.
Tujuan Tujuan pendidikan
terkandung dalam
setiap pengalaman
belajar, tidak
ditentukan dari luar.
Tujuan pendidikan
adalah pertumbuhan.
Tujuan pendidikan
tidaklah terbatas.
Tujuan pendidikan
sama dengan tujuan
hidup.
Tujuan pendidikan
ditentukan oleh pihak
luar. Tujuan
pendidikan terbatas
pada pengembangan
kemampuan –
kemampuan tertentu.
Tujuan pendidikan
adalah
mempersiapkan
peserta didik untuk
dapat hidup di
masyarakat.
Tujuan pendidikan
merupakan
perpaduan antara
perkembangan
pribadi secara
optimal dan tujuan
sosial dapat
memainkan peranan
sosial secara tepat.
Tempat Pendidikan Pendidikan
berlangsung dalam
segala bentuk
lingkungan hidup,
baik khusus
Pendidikan
berlangsung dalam
lembaga formal
berupa sekolah
dengan segala
Pendidikan
berlangsung dalam
sebagian lingkungan
hidup. Pendidikan
tidak berlangsung
diciptakan untuk
kepentingan
pendidikan maupun
lingkungan yang ada
dengan sendirinya.
bentuknya. dalam lingkungan
hidup yang
terselenggara dengan
sendirinya.
Pendidikan
berlangsung di luar
sekolah dan satuan
pendidikan di luar
lainnya.
Bentuk Kegiatan
Pendidikan
Pendidikan terentang
dari kegiatan yang
mistis atau tidak
sengaja sampai
dengan kegiatan
pendidikan yang
terprogam.
Pendidikan
berbentuk segala
macam pengalaman
belajar dalam hidup.
Isi pendidikan
tersusun secara
terprogram dalam
bentuk kurikulum.
Kegiatan pendidikan
lebih terorientasi
pada guru. Guru
mempunyai peranan
yang sentral dan
menentukan.
Kegiatan dapat
berupa pendidikan
secara formal dan
non-formal.
Masa Pendidikan Pendidikan
berlangsung seumur
hidup setiap saat
selama ada pengaruh
lingkungan terhadap
pertumbuhan.
Pendidikan
berlangsung dalam
waktu terbatas.
Berlangsung seumur
hidup namun terbatas
pada usaha sadar.
Pendukung Kaum Humanis dan
Kaum Moderat.
Kaum Behavioris Kaum Realisme
Kritis.
1. Objek Material Ilmu Pendidikan.
Terdiri atas dua pembahasan yaitu tentang pendidikan sebagai sebuah sistem dan pendidikan
seumur hidup.
1. Pendidikan sebagai Sebuah Sistem
Pembahsan tentang pendidikan sebagai sebuah sistem sudah sepatutnya diawali dengan
kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang menjembatani antara
kondisi-kondisi aktual dengan kondisi-kondisi ideal. Kegiatan pendidikan berlangsung dalam
satuan waktu tertentu dan berbentuk dalam berbagai proses pendidikan, yang merupakan
serangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang digunakan untuk mengubah kondisi awal
peserta didik sebagai masukan, menjadi kondisi-kondisi ideal sebagai hasilnya. Berawal dari
segala kegiatan pendidikan itulah akan melahirkan sebuah sistem pendidikan yang mengatur
segala proses pendidikan berada dalam lingkup formal dan tersistematis.
1. Pendidikan Seumur Hidup
Dave dalam Lifelong Education and School Curriculum (1973) mencoba menggambarkan
kerangka – kerja teoritis dan operasional pendidikan seumur hidup dalam empat tahap, yaitu
deskripsi komponen-komponen hidup, deskripsi aspek-aspek dalam perjalanan sepanjang
hidup, deskripsi pendidikan dan deskripsi sebuah sistem operasional pendidikan seumur
hidup.
Hidup (life) mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, yaitu
individu, masyarakat dan lingkungan fisik.
Perjalanan manusia seumur hidup (lifelong) mengandung perkembangan dan perubahan yang
mencakup tiga komponen yaitu tahap
1. Perkembangan individu (masa balita, masa kanak-kanak, masa sekolah, masa remaja, dan
masa dewasa.
2. Peranan-peranan sosial yang umum dan unik dalam kehidupan yang berbeda-beda di setiap
lingkungan hidup.
3. Aspek-aspek perkembangan kepribadian (fisik, mental, sosial dan emosional).
Sebuah sistem operasional pendidikan seumur hidup mencakup komponen-komponen :
1. Tujuan-tujuan pendidikan seumur hidup
2. Asumsi-asumsi yang mendasari pendidikan seumur hidup
3. Prinsip-prinsip pembimbing untuk pengembangan sistem pendidikan seumur hidup
4. Bentuk-bentuk belajar, yang terdiri atas pendidikan umum yang berlangsung formal
dan non-formal dan pendidikan profesional yang formal dan non-formal.
Perpaduan antara empat komponen tersebut membentuk sebuah sistem-sistem belajar di
rumah, sekolah, dan masyarakat. Sistem belajar ini terbentuk dari dua komponen yaitu
menajemen pendidikan dan teknologi pendidikan yang mempunyai hubungan fungsional.
Hal –hal di atas menjadi sebuah indikasi yang nyata bahwasanya pendidikan seumur hidup
selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia serta sesuai dengan jenjang
pendidikan yang sudah berjalan alami dan sistematis.