31
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT A. PENGERTIAN FILSAFAT Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaandan cinta akan kebijakan. Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 – 496SM). Dia adalah seorang ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu : 1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pancasila sebagai sistem filsafat

Citation preview

Page 1: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani,

yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang mempunyai

arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat

kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran

yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu

secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan

kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari

kebijaksanaandan cinta akan kebijakan.

Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 – 496SM). Dia adalah

seorang ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dari

semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana

yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang

mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :

1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari

filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.

2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menuntun pada

kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang kemudian tidak

disangsikan lagi.

3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya

sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian

muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tdak

terbatas.

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat

dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat

sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat

dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat

sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai

Page 2: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan

dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

1. Obyek Filsafat

Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung dengan

suatu obyek), yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala

sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi dan

fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-

dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai

hasil pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud

pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau

bangsa dan negara. Filsafat demikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu tata nilai

yang melembaga sebagai suatu paham (isme) seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan

sebagainya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern.

Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik obyek yang tidakterbatas yang

ditinjau dari dari sudut isi atau substansinya dapat dibedakan menjadi :

a. obyek material filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup segala sesuatu

baik yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang dan lain-lain,

maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral,

pandangan hidup dan lain sebagainya.

b. obyek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti terhadap objek material tersebut.

Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh

karena itu, terdapat berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang

filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah :

a..Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis yang meliputi

bidang : ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi

(membicarakan tentang teori umum mengenai proses kenyataan, dan antropologi.

b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau kebenaran.

Page 3: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk memperoleh pengetahuan.

d. Logika, ádalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat mengambil

kesimpulan yang benar.

e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia tentang baik-

buruk

f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat keindahan kejelekan.

2. Aliran-Aliran Filsafat

Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagai berikut :

a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan, termasuk

mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya

benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum

kausalitas) yang bersifat objektif.

b. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang

menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas dirinya dan

kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati

sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri dan

kenyataan kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit)

c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran diatas adalah bertentangan,

tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis).

Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-

mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup

berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas demikian lebih daripada

sekadar materi. Oleh karenanya, realitas adalah panduan benda (materi dan jasmaniah)

dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus pada manusia tampak dalam

gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sintesis antara

jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.

B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Page 4: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Pancasila Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia

Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya, misalnya

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik

Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi

Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka

akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara

dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi

nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-

unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi

kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu

melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila

sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk

mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu

menjadi motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari

pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan

apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri

negara Republik Indonesia adalah :”di atas dasar apakah negara Indonesia didirikan” ketika

mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna

hidup bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia

sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini

dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan

dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia

tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata

kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri

masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa

lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan

jatidiri bangsa Indonesia.

Page 5: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utama yaitu :

a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari Tuhan Yang Maha

Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaran ajaran agama dalam kitab suci

b. nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai yang

luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat yang baik) yang tersebar di seluruh

nusantara.

2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat.

Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling

bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan

yang utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. suatu kesatuan bagian-bagian

b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

c. saling berhubungan dan saling ketergantungan

d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)

e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri, fungsi sendiri-

sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan

tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban, dalam arti,

setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu,

Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak

dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu

dan lainnya tidak saling bertentangan.

Page 6: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Kesatuan sila-sila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filosofis bersumber

pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila

yaitu hakikat manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-

rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri

sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan yang

bersifat organis harmonis.

4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramidal.

Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang digunakan untuk

menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga

dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan

luas dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya atau diatasnya. Dengan demikian, dasar susunan

sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga secara

keseluruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama

yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya. Secara

ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan, yaitu : Tuhan,

Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dengan

sifat dan hakikat negara Indonesia.

Dengan demikian maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus sesuai dengan

hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia; sila

ketiga sifat dan keadaan negara harus satu; sila keempat adalah sifat dan keadaan negara

harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara harus

sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis dan berbentuk

piramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai

sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan

Saling Mengkualifikasi Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis

piramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan

bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila

Page 7: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-

sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila

Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan

Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT

Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu filsafat sebagai

metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami

Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya

merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar

ontologis, dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Filsafat Pancasila

adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan

budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar

dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari

hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan

pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati gejala-gejala sosial

budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-

gejala itu). Dengan demikian, filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep

kebenaran yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada

umumnya.

1. Aspek Ontologis

Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau eksistensi.

Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan

disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki

makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,

termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi.

Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh

karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah manusia,

yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan

dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam

Page 8: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara

adalah rakyat (manusia).

2. Aspek Epistemologi

Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode,

dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan

pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu atau

mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata

lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya,

syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan teori

ilmu.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan.

Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia

dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang

makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian seperti itu telah menjadi

suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma

menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu :

a. logos (rasionalitas atau penalaran)

b. pathos (penghayatan), dan

c. ethos (kesusilaan).

3. Aspek Aksiologi

Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld,

aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :

a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,

b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,

c. sosio politik yang berwujud ideologi.

Page 9: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti

manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai

merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah cabang fisafat

yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai,

termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu

bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat

nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur yaitu dengan menggunakan

indra maupun alat pengukur lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati

nurani manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia.

D. NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN

ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN

Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat merupakan falsafah

kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat. Pancasila

memandang bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika ditumbuh-kembangkan hubungan

yang serasi antara manusia dengan masyarakat serta hubungan manusia dengan Tuhan Yang

Maha Kuasa. Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan terkandung beberapa

hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antar hubungan

tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Hubungan Vertikal

Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai penjelmaan dari nilai-

nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubungannya dengan itu, manusia memiliki

kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan/menghentikan

larangan-Nya, sedangkan hak-hak yang diterima manusia adalah rahmat yang tidak terhingga

yang diberikan dan pembalasan amal perbuatan di akhirat nanti.

2. Hubungan Horisontal

Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai warga

masyarakat, warga bangsa maupun warga negara. Hubungan itu melahirkan hak dan

kewajiban yang seimbang.

Page 10: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

3. Hubungan Alamiah

Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan dan

alam dengan segala kekayaannya. Seluruh alam dengan segala isinya adalah untuk kebutuhan

manusia. Manusia berkewajiban untuk melestarikan karena alam mengalami penyusutan

sedangkan manusia terus bertambah. Oleh karena itu, memelihara kelestrian alam merupakan

kewajiban manusia, sedangkan hak yang diterima manusia dari alam sudah tidak terhingga

banyaknya.

Kesimpulan yang bisa diperoleh dari filsafat Pancasila adalah Pancasila memberikan jawaban

yang mendasar dan menyeluruh atas masalah-masalah asasi filsafat tentang negara Indonesia.

A. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Epistemology berasal dari kata yunani episteme dan logos. Episteme : pengetahuan atau

kebenaran,  danlogos : pikiran, kata atau teori. Epistemology secara etimologi (sebab-sebab)

berarti teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan

atau theory of knowledge.

Filsafat pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat

pengetahuan. Maksud dari filsafat pengetahuan adalah ilmu pengetahuan kefilsafatan yang

secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan.

Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,

asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan keshahihan pengetahuan. Jadi objek

material epistemology adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan

itu. Jadi sistematika penulisan epistemologi adalah arti pengetahuan, terjadinya pengetahuan,

jenis-jenis pengetahuan dan asal-usul pengetahuan.

B. ARTI PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah suatu istilah yg digunakan untuk menuturkan apabila seseorang

mengenal tentang  sesuatu. Sesuatu yang menjadi pengetahuanya adalah yang terdiri dari

unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin

diketahuinya. Maka pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran

Page 11: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

untuk ingin mengetahui tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi

pengetahuan adalah hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.

Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan

tidak bisa eksis. Jadi keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang

kodrati. Menurut Bahm (Rizal Mustansyir dkk, 2001).

 

1. Mengamati (observes)

Pikiran berperan dalam mengamati obyek-obyek.

1. Menyelidiki (inquires)

Dalam penyelidikan minatlah yang membimbing seseorang secara alamiah untuk terlibat

kedalam pemahaman pada obyek-obyek

1. Percaya (believes)

Sikap menerima sesuatu yang menampak sebagai pengertian yang memadai setelah keraguan,

dinamakan keperyaan.

1. Hasrat (desires)

Hasrat muncul dari kebutuhan jasmani (nahfsu makan, minum, istirahat, tidur) hasrat diri

(keinginan pada obyek, kesenangan).

1. Maksud (intends)

Kendatipun memiliki maksud ketika akan mengopservasi, menyelidiki, mempercayai, dan

berhasrat.

1. Mengatur (organizes)

Setiap pikiran adalah suatu organism yang teratur dalam diri seseorang.

1. Menyesuaikan (adaps)

Page 12: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Menyesuaikan pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada

pikiran melalui kondisi keberadaan.

1. menikmati  (enjoys)

pikiran-pikiran mendatangkan keasyikan.

 

C. TERJADINYA PENGETAHUAN

Masalah terjadinya pengetahuan adl masalah yang amat penting

Alat untuk mengetahui pengetahuan ada 6 yaitu :

1. Pengalaman indra (sense experience)

Pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap

obyek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.

1. Nalar (reason)

Salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud

untuk mendapat pengetahuan baru.

1. Otoritas (authority)

Kekuasaan yang syah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.

1. Intuisi (intuition)

Kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu

rangsangan untuk membuat peryataan yang berupa pengetahuan.

1. Wahyu (revelation)

Wahyu merupakan salah satu sumber pengetahuan karena kita mengenal sesuatu dengan

melalui kepercayaan kita.

Page 13: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Keyakinan (faith)

Kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.

 

 

 

D. JENIS-JENIS PENGETAHUAN               

Menurut Soejono Soemargono (1983), ada 2 jenis pengetahuan, antara lain :

1. pengetahuan non-ilmiah

Segenap hasil pemahaman manusia atas atau mengenai obyek tertentu yang terdapat pada

kehidupan sehari-hari

1. pengetahuan ilmiah

Senenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan mengunakan metode ilmiah.

Menurut Plato dan Aristoteles. Plato membagi pengetahuan menurut tingkatan-tingkatan

pengetahuan berdasarkan karakteristik objeknya, yaitu :

1. Pengetahuan khayaan (eikasia)

Pengetahuan yang obyeknya berupa bayangan atau gambaran.

1. Pengetahuan pistis (pistis)

Pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat

diindrai secara langsung.

1. Pengetahuan matematik (dianoya)

Tingkatan yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau obyek

yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimna cara berfikirnya.

Page 14: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Pengetahuan filsafat (noesis)

Berfikir tanpa mengunakan pertolongan gambar, diagram melainkan dengan pikiran yang

sungguh-sungguh abstrak.

 

 

E. ASAL-USUL PENGETAHUAN

Asal-usul pengetahuan  termasuk hal yang sangat penting dalam epistemology. Untuk

mendapatkan bagaimana pengetahuan itu muncul (berasal) bisa dilihat dari aliran-aliran

dalam pengetahuan dan bisa dengan cara metode ilmiah, serta dari sarana diberfikir ilmiah.

1. Aliran-aliran dalam pengetahuan

Dari mana pengetahuan itu berasal dan apa yg diyakini sebagai kebeneran bisa dilihat dari

aliran dalam pengetahuan.  Dari aliran ini tampak jelas bagaimana pengatahuan itu berasal.

Aliran itu yakni :

1. Rasionalisme

Sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio (akal).

1. Empirisme

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, baik pengalaman batiniah maupun yang

lahiriah.

1. Kritisme

Paham yang mengutamakan kegiatan non-taklid buta terhadap segala hal.

1. Positivisme

Segala ilmu pengetahuan adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan.

1. Metode ilmiah

Page 15: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Metode ilmiah yg bersifat umum dibagi dua, yaitu metode analitiko-sintesis

dan metode non-deduksi. Metode analitiko-sintesis merupakan gabungan dari

metode analisis dan metode sintesis. Metodenon-deduksi merupakan gabungan

dari metode deduksi dan induksi.

2. Metode penyelidikan ilmiah

Metode ini terbagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur atau metode

siklus empiris dan metode vertical atau yang berbentuk garis lempeng atau metode linier.

1. Sarana berfikir ilmiah

1. Bahasa ilmiah

a)      Penggolongan bahasa

Dalam penelaahan bahasa pada umumnya dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan.

1)      Bahasa alami

Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang

tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya.Bahasa alami dibedakan atas dua macam,

yakni bahasa isyarat dan bahasa biasa.

2)      Bahasa buatan

Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan  pertimbangan akal

pikiran untuk maksud tertentu.

b)      Fungsi bahasa

Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk

menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat

bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.

Secara umum bahasa memiliki tiga fungsi pokok, yaitu fungsi ekspresif atau emotif, fungsi

afektif atau praktis, dan fungsi sibolik dan logik.

 

Page 16: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Logika dan Matematika.

Logika dan matematika merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang

keduanya sebagai sarana berfikir deduktif. Bahasa  yang digunakan adalah bahasa artificial,

yakni murni bahasa buatan. Matematika dan logika sebagai sarana berfikir deduktif

mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Logika lebih sederhana penalaraanya, sedangkan

matematika sudah jauh lebih terperinci.

1. Logika dan statistika

Secara etimologi kata statistic berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai

persamaan arti  dengan kata state (bahasa inggris), yang dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan dengan Negara.

Ditinjau dari segi terminology, statistic mengandung berbagai macam pengertian (Amsal

Bakhtiar, 2004) yaitu sebagai berikut:

a)      Istilah statistic kadang diberi pengertian sebagai data ststistik.

b)      Sebagai kegiatan statistic atau kegiatan persstatistikan.

c)      Dapat juga diartikan sebagai metode statistic.

d)     Istilah statistic dewasa ini dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang

mempelajari dan memperkembanngkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan

statistic.

Logika dan statistic mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif untuk mencari

konsep yang berlaku umum. Penalaran induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak pada

sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, maka

secara berurutan  sebagai proses penalaran dapatlah disusun sebagai berikut: observasi dan

eksperimen, hipotesis ilmiah, vertifikasi dan pengukuhan,teori dan hukum ilmiah.

Jadi, peran statistic dalam kegiatan penelitian ilmiah(dalam Hartono Kasmadi,dkk)dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1)      Memungkinkan pencatatan data penelitian dengan eksak.

Page 17: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

2)      Memandu peneliti untuk menganut tata pikir dan tata kerja yang definitif dan eksak.

3)      Menyajikan cara-cara meringkas data ke dalam bentuk yang bermakna lebih banyak

dan lebih mudah mengerjakannya.

4)      Memberikan dasar – dasar untuk menarik kesimpulan melalui proses yang mengikuti

tata cara yang diterima oleh ilmu.

5)      Memberikan landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang bagaimana suatu gejala

akan terjadi dalam kondisi yang telah diketahui.

6)      Memungkinkan peneliti menganalisis, menguraikan sebab akibat yang kompleks dan

rumit, andai kata tanpa statistic hal itu merupakan peristiwa  yang mmbingungkan dan bakal

tidak dapat diuraikan.

 

F. Pembagian Epistemologi Ilmu Pendidikan.

Pada Umumnya Epistemologi Ilmu Pendidikan terdiri atas 2 pembahasan yaitu : Objek

Formal Ilmu Pendidikan dan Objek Material Ilmu Pendidikan.

Pembahasan selanjutnya akan membahas tentang kedua hal tersebut, antara lain :

1. Objek Formal Ilmu Pendidikan

Objek Formal Ilmu Pendidikan membahas tentang pendidikan, yang dapat diartikan secara

maha luas, sempit, dan luas terbatas. Berikut akan disampaikan perbandingan ketiganya.

Tertuim

Komparasionis

Maha Luas Sempit Luas Terbatas

Definisi Pendidikan adalah

hidup. Pendidikan

adalah segala

pengalaman belajar

yang berlangsung

Pendidikan adalah

persekolahan.

Pendidikan adalah

pengajaran yang

diselenggarakan oleh

Pendidikan adalah

usaha sadar yang

dilakukan oleh

keluarga,

masyarakat, dan

Page 18: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

dalam segala

lingkungan hidup

dan sepanjang hidup.

Pendidikan adalah

segala situasi hidup

yang mempengaruhi

pertumbuhan

seseorang.

sekolah sebagai

lembaga pendidikan

formal.

pemerintah melalui

kegiatan bimbingan,

pengajaran dan atau

pelatihan yang

berlangsung di

sekolah maupun di

luar sekolah untuk

mempersiapkan

peserta didik agar

dapat memainkan

peranan secara tepat

dalam berbagai

lingkungan hidup.

Tujuan Tujuan pendidikan

terkandung dalam

setiap pengalaman

belajar, tidak

ditentukan dari luar.

Tujuan pendidikan

adalah pertumbuhan.

Tujuan pendidikan

tidaklah terbatas.

Tujuan pendidikan

sama dengan tujuan

hidup.

Tujuan pendidikan

ditentukan oleh pihak

luar. Tujuan

pendidikan terbatas

pada pengembangan

kemampuan –

kemampuan tertentu.

Tujuan pendidikan

adalah

mempersiapkan

peserta didik untuk

dapat hidup di

masyarakat.

Tujuan pendidikan

merupakan

perpaduan antara

perkembangan

pribadi secara

optimal dan tujuan

sosial dapat

memainkan peranan

sosial secara tepat.

Tempat Pendidikan Pendidikan

berlangsung dalam

segala bentuk

lingkungan hidup,

baik khusus

Pendidikan

berlangsung dalam

lembaga formal

berupa sekolah

dengan segala

Pendidikan

berlangsung dalam

sebagian lingkungan

hidup.  Pendidikan

tidak berlangsung

Page 19: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

diciptakan untuk

kepentingan

pendidikan maupun

lingkungan yang ada

dengan sendirinya.

bentuknya. dalam lingkungan

hidup yang

terselenggara dengan

sendirinya.

Pendidikan

berlangsung di luar

sekolah dan satuan

pendidikan di luar

lainnya.

Bentuk Kegiatan

Pendidikan

Pendidikan terentang

dari kegiatan yang

mistis atau tidak

sengaja sampai

dengan kegiatan

pendidikan yang

terprogam.

Pendidikan

berbentuk segala

macam pengalaman

belajar dalam hidup.

Isi pendidikan

tersusun secara

terprogram dalam

bentuk kurikulum.

Kegiatan pendidikan

lebih terorientasi

pada guru. Guru

mempunyai peranan

yang sentral dan

menentukan.

Kegiatan dapat

berupa pendidikan

secara formal dan

non-formal.

Masa Pendidikan Pendidikan

berlangsung seumur

hidup setiap saat

selama ada pengaruh

lingkungan terhadap

pertumbuhan.

Pendidikan

berlangsung dalam

waktu terbatas.

Berlangsung seumur

hidup namun terbatas

pada usaha sadar.

Pendukung Kaum Humanis dan

Kaum Moderat.

Kaum Behavioris Kaum Realisme

Kritis.

 

Page 20: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Objek Material Ilmu Pendidikan.

Terdiri atas dua pembahasan yaitu tentang pendidikan sebagai sebuah sistem dan pendidikan

seumur hidup.

1. Pendidikan sebagai Sebuah Sistem

Pembahsan tentang pendidikan sebagai sebuah sistem sudah sepatutnya diawali dengan

kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang menjembatani antara

kondisi-kondisi aktual dengan kondisi-kondisi ideal. Kegiatan pendidikan berlangsung dalam

satuan waktu tertentu dan berbentuk dalam berbagai proses pendidikan, yang merupakan

serangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang digunakan untuk mengubah kondisi awal

peserta didik sebagai masukan, menjadi kondisi-kondisi ideal sebagai hasilnya. Berawal dari

segala kegiatan pendidikan itulah akan melahirkan sebuah sistem pendidikan yang mengatur

segala proses pendidikan berada dalam lingkup formal dan tersistematis.

1. Pendidikan Seumur Hidup

Dave dalam Lifelong Education and School Curriculum (1973) mencoba menggambarkan

kerangka – kerja teoritis dan operasional pendidikan seumur hidup dalam empat tahap, yaitu

deskripsi komponen-komponen hidup, deskripsi aspek-aspek dalam perjalanan sepanjang

hidup, deskripsi pendidikan dan deskripsi sebuah sistem operasional pendidikan seumur

hidup.

Hidup (life) mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, yaitu

individu, masyarakat dan lingkungan fisik.

Perjalanan manusia seumur hidup (lifelong) mengandung perkembangan dan perubahan yang

mencakup tiga komponen yaitu tahap

1. Perkembangan individu (masa balita, masa kanak-kanak, masa sekolah, masa remaja, dan

masa dewasa.

2. Peranan-peranan sosial yang umum dan unik dalam kehidupan yang berbeda-beda di setiap

lingkungan hidup.

3. Aspek-aspek perkembangan kepribadian (fisik, mental, sosial dan emosional).

Page 21: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

 

Sebuah sistem operasional pendidikan seumur hidup mencakup komponen-komponen :

1. Tujuan-tujuan pendidikan seumur hidup

2. Asumsi-asumsi yang mendasari pendidikan seumur hidup

3. Prinsip-prinsip pembimbing untuk pengembangan sistem pendidikan seumur hidup

4. Bentuk-bentuk belajar, yang terdiri atas pendidikan umum yang berlangsung formal

dan non-formal dan pendidikan profesional yang formal dan non-formal.

Perpaduan antara empat komponen tersebut membentuk sebuah sistem-sistem belajar di

rumah, sekolah, dan masyarakat. Sistem belajar ini terbentuk dari dua komponen yaitu

menajemen pendidikan dan teknologi pendidikan yang mempunyai hubungan fungsional.

Hal –hal di atas menjadi sebuah indikasi yang nyata bahwasanya pendidikan seumur hidup

selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia serta sesuai dengan jenjang

pendidikan yang sudah berjalan alami dan sistematis.