Upload
pramita-sari
View
38
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pankreatitis akut
Citation preview
Pancreatitis akut : diagnosis dan pengelolaan
Hirlan. Bag Penyakit dalam. RSUP dr Kariadi/FK UNDIP Semarang
Pankreatitis akut pada dasarnya adalah proses inflamasi pada pancreas
yang bersifat reversible. Walaupun demikian, pankreatitis akut tetap harus
diperlakukan sebagai penyakit yang serius karena dapat mempunyai komplikasi
yang berat dan membawa kematian. Kira-kira 30% pasien pankreatitis akut yang
akan berkembang menjadi pankreatitis akut berat ( SAP = severe acute
pancreatitis ) Mendeteksi SAP secara dini sangat penting agar dapat dikelola
dengan baik sehingga diharapkan mortalitas dan morbiditasnya dapat
diturunkan.
Diagnosis
Diagnosis pankreatitis akut didasarkan pada kesepakatan sebagai berikut
: Harus didapatkan minimal 2 dari criteria sebagai berikut yakni :
1) Tanda klinik yang khas,
2) Kenaikan kadar lipase serum
3) Pada studi imaging dijumpai gambaran yang sesuai.
Keluhan yang khas untuk pankreatitis akut adalah
Nyeri hebat menetap di abdomen bagian atas, di sekitar umbilicus, atau
left upper quadrant.. Nyeri yang bersifat akut dan menetap ini sering
menjalar ke punggung dan pundak kiri. Pasien sering menghindari tidur
tertelentang. karena sakitnya., tetapi memilih pada knee chest position.
Rasa sakit dapat menjadi lebih berat bila pasien makan atau minum.
Mual dan muntah.
Keringat dingin, gelisah.
Demam
Pada pemeriksaan fisik sering dijumpai pasien yang tampak sakit berat,
hipotensi, nyeri tekan abdominal, gangguan pernafasan dan abdominal
distention.
1
Pada saat ini amylase serum merupakan bio-marker yang paling sering
digunakan untuk menegakkan diagnosis pankreatitis akut. Peningkatan kadar
amilase serum ternyata tidak spesifik . Banyak penyakit lain yang dapat
meningkatkan kadar amilase serum. Disamping itu, saat pengambilan sampel
dihitung dari mulainya penyakit sangat berpengaruh terhadap interpretasi
peningkatan amilase serum. Oleh karena itu pemeriksaan serial tidak diperlukan.
Peningkatan lipase serum lebih sensitif dan spesifik dibandingkan amilase
serum. Pemeriksaan amilase dan lipase serum bersama-sama tidak akan
meningkatkan akurasi. Peningkatan lipase lebih dari 3 – 4 kali nilai normal
dianggap diagnostik.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sering dilakukan pada saat pasien masuk
rumah sakit. USG abdominal seperti ini lebih bermanfaat untuk mencari
kemungkinan kholelitiasis sebagai penyebab pankreatitis akut dari pada
menegakkan diagnosis pankreatitis akut. Untuk kepentingan diagnosis lebih
dipercaya CT scan abdominal. Indikasi pemeriksaan CT scan untuk menegakkan
diagnosis pankreatitis adalah bila secara klinik khas tetapi tidak didukng oleh
pemeriksaan laboratorium yang sesuai. Demikian pula sebaliknya bila
pemeriksaan laboratorium mendukung tetapi gejala klinik ternyata tidak khas.
Pengelolaan
Telah disepakati suatu sistem klasifikasi klinik pankreatitis akut sebagai
beriut :
Interstitial pancreatitis
Pancreatic necrosis dapat steril atau terinfeksi
Extra pancreatic fluid collection dapat berupa cairan steril maupun
terinfeksi
Pancreatic pseudocyst dapat steril atau terinfeksi menjadi abses.
Data di negara Barat menunjukkan bahwa : 85% pasien pancreatitis akut adalah
interstitial pancreatitis, sedangkan 15% sisanya merupakan necrotizing
pancreatitis. Diantara pasien necrotizing pancreatitis 33% terinfeksi
2
Organ failure pada pankreatitis akut berat meliputi : Syok, hipotensi, gagal nafas,
gagal ginjal, perdarahan saluran cerna atas dan DIC.
Kira-kira 10% pasien interstitial pancreatitis mengalami organ failure tetapi
bersifat sementara sehingga angka kematiannya sangat rendah. Sedangkan
pada necrotizing pancreatitis, 54% mengalami organ failure yang berat. Angka
kematian pasien interstitial pancreatitis sekitar 3%, sedangkan necrotizing
pancreatitis sekitar 17%. Paling tinggi angka kematian terjadi pada pankreatitis
akut berat yang mengalami organ failure multipel yakni sekitar 47%
Sangat penting untuk menemukan faktor risiko untuk mendapatkan SAP
pada setiap pasien pankreatitis saat masuk rumah sakit. Faktor risiko untuk
berlanjut menjadi pankreatitis akut berat berdasarkan dapatan klinik pada saat
masuk rumah sakit adalah sebagai berikut :
Usia diatas 55 tahun
Disertai Organ failure
Terdapat Efusi pleura dan atau infiltrat di paru pada pemeriksaan foto.
Selanjutnya faktor determinasi untuk menjadi SAP menggunakan hasil
laboratorium pada saat masuk rumah sakit sampai 48 jam pertama adalah
Skor APACHE II. Skor ini sebenarnya tidak terlalu spesifik untuk menjadi
pembeda antara necrotizing pancreatitis dan interstitial pancreatitis.
Penelitian membuktikan bahwa bila terjadi peningkatan pada 48 jam
setelah dirawat di rumah sakit mortalitasnya meningkat. Sebaliknya bila
kelenjar pankreas menurun prognosis baik
Hematokrit > 47% menunjukkan hemokonsentrasi dan ini berhubungan
dengan necrotizing pancreatitis. Dianjurkan untuk memeriksa hematokrit
segera, diulangi 12 jam dan 24 jam kemudian.
Kriteria Ranson’s. Kriteria ini baru lengkap setelah 48 jam sehingga
merupakan kendala.
CRP. Pemeriksaan CRP bermanfaat setelah 36-72 jam sejak dirawat. Bila
terjadi peningkatan > 150 mg/L pada 72 jam sejak masuk rumah sakit,
prognosis buruk.
3
Menentukan SAP dapat juga dengan pemeriksaan CT scan memakai kontras.
Sebaiknya dilakukan setelah hari ke 2 – 3 perawatan. Kriteria yang digunakan
adalah Kriteria Baltazar-Ranson sebagai berikut :
Ct scan derajat A : normal, skor 0
derajat B : pankreas membesar dapat difus atau fokal, skor 1
derajat C : abnormalitas intrinsik kelenjar pankreas yang berhubungan
dengan inflamasi jaringan lemak peripankreas, skor 2
derajat D : terdapat cairan bebas terkumpul pada 1 area., skor 3
derajat E : terdapat cairan bebas terkumpul pada > 2 area., skor 4
Luasnya nekrosis dapat ditentukan dengan pemeriksaan CT scan menggunakan
kontras. Sebagai berikut :
Skor 0 : tidak dijumpai nekrosis
Skor 2 : terdapat nekrosis 1/3 dari luas pankreas
Skor 4 : terdapat nekrosis ½ dari luas pankreas
Skor 6 : terdapat nekrosis > ½ dari luas pankreas
Gabungan antara skor CT scan dan skor nekrosis disebut sebagai CT severity
index.
Tujuan pengelolaan Pankreatitis akut adalah : mencegah pankreatitis akut
menjadi SAP, mencegah nekrosis , mencegah infeksi dan mencegah komplikasi
kronik yakni pseudocyst dan abses
Pengelolaan meliputi :
Perawatan di intensive care unit (ICU)
Setiap pasien SAP dengan organ failure yang menetap atau pankreatitis
yang diperkirakan akan menjadi SAP harus dirawat di ICU. Termasuk
kedalam indikasi perawatan di ICU adalah bila diperlukan resusitasi
cairan secara agresif untuk mengatasi hemokonsentrasi.
4
Terapi suportif
Terapi suportif terutama bertujuan untuk mencegah hipoksemia dan
resusitasi cairan merupakan tindakan yang sangat penting untuk
mencegah pankreatitis berlanjut menjadi SAP.
Tanda vital sebaiknya dievaluasi lebih sering, misalnya setiap 4 jam.,
pada 24 jam pertama. Analgetika dari golongan narkotika kadang-kadang
diperlukan . Harus diingat obat-obat golongan narkotika sering
menimbulkan hipoksemia, sehingga pengawasan saturasi oksigen
menjadi sangat penting. Analisis gas darah harus dilakukan bila saturasi
oksigen turun menjadi < 95 % atau tanda-tanda fisik mencugakan
hipoksemia.
Hidrasi intravena harus diberikan secara agresif untuk mencegah nekrosis
pankreas lebih lanjut. Hemokonsentrasi yang tampak sebagai
peningkatan hematokrit > 47% atau hematokrit yang tidak turun menjadi <
44%. setelah perawatan 24 jam pertama berkorelasi positif dengan
necrotizing pancreatitis. Sering kali diperlukan cairan koloid untuk dapat
mencapai tujuan hidrasi yakni hemodilusi sehingga tercapai nilai
hematokrit < 44% dalam 24 jam pertama.
Terapi nutrisi.
Apabila mungkin, nutrisi enteral lebih baik bila dibandingkan dengan
nutrisi parenteral total untuk menunjang kecukupan kalori.
Pankreatitis ringan ringan pada umumnya tidak memerlukan nutrisi
penunjang. Makanan peroral dapat dimulai pada 3 – 7 hari sejak mulai
sakit. Penentuan saat mulai makan peroral ditentukan secara individual
yakni bila rasa sakit sudah berkurang, tidak lagi muntah dan keluhan-
keluhan abdominal mereda. Dimulai dengan diit terbatas untuk kemudian
dinaikkan kalorinya secara bertahap.
Pasien SAP sering memerlukan penunjang nutrisi karena makan peroral
belum dapat dilakukan untuk beberapa minggu. Keputusan sebaiknya
diambil pada hari ke 3 – 4 sejak awal penyakit.
5
Pada umumnya nutrisi enteral dianggap lebih baik dari pada nutrisi
parenteral total. Nutrisi enteral dapat diberikan melalui naso-gastrik atau
naso-jejunal. Masih menjadi kontroversi mana yang lebih baik antara
keduanya.
Terapi antibiotika
Antibiotika profilaksi pada setiap necrotizing pancreatitis saat ini menjadi
kontroversi diantara para ahli. Mereka yang setuju menganggap tidakan
itu perlu mengingat infeksi pada pankreas yang mengalami nekrosis akan
meningkatkan angka kematian sedangkan tindakan operatif untuk
mengatasi nekrosis pankreas yang mengalami infeksi juga meningkatkan
morbiditas dan mortalitas pasien pankreatitis akut. Selain iitu, 3/4 pasien
necrotizing pancreas steril akan mengalami infeksi pada minggu ke 3
perjalanan penyakitnya. Alasan bagi mereka yang tidak setuju adalah :
antibiotika profilaksi ini akan diberikan sampai berapa lama karena infeksi
dapat terjadi setiap saat, sementara itu antibiotika yang tidak tepat akan
meningkatkan resistensi kuman dan menimbulkan superinfeksi jamur.
Disamping itu banyak keraguan terhadap kemampuan banyak antibiotika
untuk melakukan penetrasi kedalam jaringan nekrosis yang terkena
infeksi.
Necrotizing pancreatitis yang secara klinis dicurigai terinfeksi, sebaiknya
dilakukan aspirasi untuk pemeriksaan pengecatan gram dan kultur.
Antibiotika dapat diberikan berdasarkan pada hasil pemeriksaan tersebut.
Terapi kuratif untuk nekrosis pankreas adalah surgical debridement yang
dilakukan setelah minggu ke 2
Peran ERCP
ERCP sebagai tindakan rutin tidak dianjurkan. ERCP darurat yang
dikerjakan dalam 24 – 72 jam bermanfaat hanya pada SAP yang
disebabkan oleh obstruksi bilier, kolangitis dan gangguan pada tes fungsi
hati. Identifikasi obstruksi bilier dapat dilakukan dengan pemeriksaan
imaging disamping kimiawi. Dalam banyak penelitian disebutkan bahwa :
Peningkatan AST, ALT dan bilirubin pada pasien SAP dalam 24 – 48 jam
6
sejak masuk rumah sakit menunjukkan kemungkinan besar SAP
disebabkan oleh batu duktus kholedokhus Ultrasonografi sulit dilakukan
pada pasien SAP tetapi MRCP atau EUS dapat menunjukkan batu di
duktus kholedokhus dengan baik tetapi dengan risiko yang lebih kecil
dibandingkan ERCP. Pada pasien pankreatitis akut ringan, ERCP tidak
dianjurkan.
Ringkasan.
Walaupun pankreatitis akut sebagian besar berbentuk ringan, tetapi tetap
harus diperhatikan dengan seksama karena pankreatitis akut berat merupakan
penyakit yang mortalitasnya masih cuku tinggi hingga saat. Setelah diagnosis
dapat ditegakkan tindakan awal adalah pengawasan yang baik dan hidrasi yang
memadai. Selanjutnya dengan pengawasan yang baik menggunakan kriteria
klinik, laboratorik dan studi imaging pasien dipastikan menderita pankreatitis akut
berat atau ringan . Pankreatitis akut berat sebaiknya dirawat di ICU. Karena
semua kriteria untuk memisahkan SAP dan ringan baru lengkap setelah 48 jam,
sebaiknya hematokrit digunakan sebagai penanda perlunya hidrasi intravena
yang agresif untuk mencegah necrosis pankreas. Tindakan itu terbukti amat
bermanfaat. Trapi selanjutnya sesuia dengan komplikasi yang terjadi.
Daftar kepustakaan
7
1. bank s PA, Freeman ML, and the Practice Parameters Committee of the
American College of Gastroenterology. Practice Guidelines in acute
Pancreatitis. Am J Gastroenterol. 2006;101:2379-2400
2. Lankisch PG, Mahlke R, Blum T , et al. Hemoconcentration: an early
marker of severe and/or necrotizing pancreatitis ? A critical appraisal. Am
J Gastroenterol 2001;96:2081-2085.
3. Chiang DT, Anozie A, Fleming WR and Kiroff GK. Comparative study on
acute Pancreatitis Management. Anz.J Surg 2004;74:218-221
4. Elmas N. The role of diagnostic radiology in pancreatitis. Eur.J.Radiol
2001;38:120-132.
5. Carroll JK, Herrick B, Gibson T, Lee SP. Acute pancreatitis: Diagnosis,
Prognosis and treatment. Am Fam Physic 2007 ;75
6. Flint R, Windsor J and Bonham M. Trends in the management of severe
acute pancreatitis : interventions and outcome. Anz J Surg 2004;74:335-
342
7. Tenner S. Initial management of acute pancreatitis: critical issues during
the first 72 hours. Am J Gastroenterol 2004;99:2489-2494.
8. Treacy J, William A, Bais R, Willson K, worthley C, Reece J. Et al.
Evaluation of amylase and lipase in the diagnosis of acute pancreatitis.
Anz J Surg 2001;71:577-582.
8