86
PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI DALAM KITAB RISLAH JMI‘AH AL-MAQSHID Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Strata Satu (S1) Oleh: BAHRIYADI 1112033100066 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

  • Upload
    dodung

  • View
    239

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI

DALAM KITAB RISᾹLAH JᾹMI‘AH AL-MAQᾹSHID

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Serjana Strata Satu (S1)

Oleh:

BAHRIYADI

1112033100066

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

“PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI DALAM KITAB

RISᾹLAH JᾹMI‘AH AL-MAQᾹSHID”

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Strata Satu

(S1)

Oleh:

Bahriyadi

NIM. 1112033100066

Dosen Pembimbing

Dra. Wiwi Siti Sajaroh, MA

NIP. 19690210 199403 2 004

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

LEMBAR PERNYATAAN

Page 3: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

ii

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Bahriyadi

NIM : 1112033100066

Program Studi : Aqidah dan Filsafat Islam

Tempat, Tanggal Lahir : Pamekasan, 02 Mei 1993

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini asli merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di

Universitas Negeri Syarif Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 04 Februari 2017

Bahriyadi

Page 4: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI

DALAM KITAB RISᾹLAH JᾹMI‘AH AL-MAQᾹSHID” telah diujikan dalam

sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 April 2017. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Program

Studi Aqidah dan Filsafat Islam.

Sidang Munaqasyah;

Anggota;

Pembimbing;

Ketua Merangkap Anggota,

Dra. Tien Rohmatin, MA

NIP: 19680803 199403 2 002

Sekretaris Merangkap Anggota,

Abdul Hakim Wahid, SHI., MA

NIP: 19680424 201503 1 001

Penguji 1,

Hanafi, MA

NIP: 19691216 199603 1 002

Penguji 2,

Arrazy Hasyim, MA

Dra. Wiwi Siti Sajaroh, MA

NIP. 19690210 199403 2 004

Page 5: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

iv

ABSTRAKSI

Hasyim Asy‟ari merupakan ulama besar pada abad pertama

pertengahan ke-20, beliau merupan sosok ulama yang produktif. Beliau banyak

menghasilkan karya tulis dan ide-ide pemikiran yang dituangkan kedalam

beberapa hasil karyanya. Ia juga merupana ulama pejuang untuk kemerdekan

Indonesia dari penjajahan Belanda. Beliau sanget diakui dikalangan para

Ulama Nusantara, dan kalangan para pejuang kemerdekaan bahkan hinggak

manca Negara, atas kepandaian ilmu yang dimilikinya. Beliau juga masih

keturunan Raja Brawijaya, dan elit Agama (Islam) Jawa (Sunan Giri dan Sunan

Gunungjati).

Hasyim Asy‟ari menghasilkan banyak karya tulis, diantara karya-

karyanya menjadi rujukan penting dan kajian khusus dibeberapa Pondok

peasantren di Indonesia, khususnya Pondok pesantren di Jawa dan Madura.

Bukan hanya karya tulis yang dihasilkan, tetepi beliau juga mendirikan sebuah

organisasi yang dikenal dengan N-U (Nahdlatul Ulama). ulama-ulama lain

mengakui atas kepintarannya, sehingga para ulama memberikan gelar

“Hadratus Syaikh” (Sang Maha Guru). Salah satu diantara kitap beliau yang

membahas tasawuf, Risālah Jāmi„ah al-Maqāṣid di dalamnya ia memeberikan

gambaran bagaimana jalan sampai kepada Allah dengan beberapa pandangan

yang dikemukakan, diantaranya melaksana perintah Allah dan menjauhi

larangannya, serta mentauladani baginda nabi Muhammad SAW. Ditekankan

juga untuk selalu berdzikir (Doa) di waktu pagi dan sore beliau jadikan sebagai

sebuah tarekat, karena dengan cara begitu manusia bisa sampai kepada

tuhannya (Allah).

Kata kunci; Hadratus Syaikh, Tashawuf, Jalan Menuju Allah.

Page 6: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam

yang telah memberikan kekuatan bagi hamba-Nya untuk menjalankan segala

aktifitasnya. Berkat pertolongan dan kekuatan yang diberikan, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semuga tetep tercurahkan

kepada sang legendaris dunia, baginda nabi besar Muhammad SAW, sebagai

penutan bagi ummat Islam yang menjadikan teladan dan panutan hidup. Beliau

diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana sabdanya,

حذثص ألض ىحع جألسالقإ

“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang

mulya”

Semoga kita semua dapat meneladaninya, dalam segala hal yang

telah beliau contohkan kepada kita semua. Kita sebagai ummatnya semoga

mendapatkan syafa‟at di dunia dan di akhirat nanti. Selanjutnya penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

kontribusi besar atas selesainya penulisan sikripsi ini, penulis menyadari

sikripsi ini tidak mungkin rampung tanpa bantuan, dukungan dan doronganya,

oleh karena itu penulis mengucakan terimakasih banyak kepada;

1. Dra. Wiwi Siti Sajaroh, MA. Sebagai pembimbing skripsi, terima kasih

sudah menerima, membimbing, menasehati, dan sabar dalam memberikan

masukan serta arahan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan dengan baik.

2. Dra. Tien Rohmatin, MA. Selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam. Abdul Hakim Wahid, SHI.,MA. Sebagai Sekretaris Jurusan Aqidah

dan Filsafat Islam, dan Dr. Edwin Syarif, M.Ag. Sebagai Dosen

Page 7: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

vi

pembimbing Akademik penulis. Terima kasih banyak atas nasihat,

dorongan dan bantuannya, akhirnya penulis tetap konsisten menyelesaikan

judul skripsi ini.

3. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin..

4. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

tidak bisa penulis sebut namanya satu persatu. Semoga ilmu yang telah

diajarkan kepada penulis dapat diamalkan dan semoga kelak mendapat

balasan dar Allah.

5. Kepada kedua orang tua tercinta. Bpak Suda‟i dan Ibu Tiparmi. Yang telah

merustui penulis untuk melanjutkan Studi di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Karena berkat doa dan dorongan beliau penulis pada akhirnya

dapat menyelesaikan masa pendidikan dengan baik. Juga kepada kakak

dan adek penulis: Sa‟odah, Habiburrahman dan Rosiyah serta keponakan

tercinta; Filda Yatus Syafirah dan Muhammad Wasik. Karena mereka

semua, penulis semangat dan gigih dalam menyelesaikan skripsi ini, guna

menjadi teladan yang baik.

6. Pimpinan dan segenap civitas akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu kelancaran administrasi

dan birokrasi.

7. Kepada temen-teman angkata AF12 (Aqidah Filsafat 2012), yang berasal

dari Sabang sampai Merauke, yang tidak bisa penulis sebut namanya satu-

satu. Terimkasih banyak atas diskusi-diskusinya.

Page 8: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

vii

8. Kepada temen-temen Se-Organisasi: Tretan-tretan Pengurus Forum

Mahasiswa Madura (FORMAD) Se-Jabodetabek. Kawan-kawan Ikatan

Mahasiwa Bata-Bata (IMABA) Se-Asia, utamanya kawan-kawan IMABA

Se-Jabodetabek. Kakak-kakak angkatan; Muhammad Salim, Mustafa Afif,

Izzat Gazali, Khoirul Anam dll, terimakasih banyak telah membantu

mendaftar penulis kuliah di UIN Jakarta, memberikan arahan serta

motivasi bagi penulis. Juga buat kawan-kawan seangkatan 12, Baihakim,

Ahmad Fauzi dll. Dan juga buat adek-adek angkatan yang tidak bisa saya

sebut satu persatu. Juga IMABA MALAYSIA. Yang tidak bisa disebut

satu-persatu. Terimakasih banyak. Kawan-kawan Himpunan

Mahawasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat, utamanya Komisariat

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Islam (KOMFUF), kakanda Dani

Ramdani, Bahrur Rosi, dll. Terimakasih atas diskusi-diskusinya, dan telah

banyak memberikan arahan kepada penulis pada saat Maba. Kawan-kawan

Himpunan Pengusaha Muda Perguruan Tinggi (HIPMI PT) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Wendi, Burhan, Iqbal, Intan, Gigi, Kiki, dan Badrus.

9. Temen-temen Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015, Kelompok MAHATMA. Yang telah wisuda mendahului

penulis.

10. Temen-temen seperjuangan.

Jakarta, 4 Februri 2017

(Bahriyadi)

Page 9: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...............................................iii

ABSTRAK ......................................................................................................iv

KATA PENGANTAR .....................................................................................v

DAFTAR ISI ...................................................................................................viii

PEDOMAN TRANSLITERASI .....................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................7

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................8

E. Metodologi Penelitian ..........................................................10

F. Sistematika Penulisan ...........................................................11

BAB II BIOGRAFI

A. Latar Belakang Keluarga ......................................................14

B. Latar Belakang Sosial Budaya .............................................17

C. Latar Belakang Pendidikan ..................................................19

D. Sanat Tashawuf Hasyim Asy‟ari ..........................................25

E. Karya-karyanya ....................................................................27

BAB III TASAWUF

A. Pengertian dan Tujuan Tashawuf .........................................30

B. Sumber Ajaran Tashawuf .....................................................38

Page 10: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

ix

C. Maqamat dan Ahwal ............................................................45

D. Tarekat ..................................................................................48

BAB IV TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI DALAM KITAB

RISᾹLAH JᾹMI‘AH AL-MAQᾹSHID

A. Penisbahan Kitab Kepada Hasyim Asy‟ari ..........................51

B. Corak Pemikiran ...................................................................52

C. Tema-tema Tasawuf dalam Kitab RISᾹLAH JᾹMI„AH AL-

MAQᾹSHID .................................................................................54

1. Jalan Menuju Allah ..............................................................54

2. Amalan-Amalan (wiritan) ....................................................63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................69

B. Saran-saran ...........................................................................71

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................73

LAMPIRAN ...................................................................................................76

Page 11: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

A A th ṭ ج

B B zh ẓ خ

„ „ T T ش

Ts Th gh Gh ظ

f F ف J J ج

q Q ق ḥ ḥ ح

k K ن Kh Kh ر

l L ي D D ص

Dz Dh m M ط

R R n N ع

Z Z w W ػ

S S h H ؽ

, , ء Sy Sh ف

Sh ṣ y Y م

Dl ḍ ى

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris

Ā Ā آ

Ī Ī ئ

Ū ū أ

Page 12: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah telah mencatat betapa besar sumbangan para ulama dalam

menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan agama. Bukan saja ilmu

pengetahuan agama dalam arti sempit seperti aqidah, syari‟ah, akhlaq dan

tashawuf, juga seperti filsafat, sains, matematika, fisika, kimia, biologi,

astronomi, kedokteran, sosiologi, ekonomi, dan politik.

Apabila pada zaman Yunani kuno kita mengenal para filosof dan

ilmuwan seperti Socrates, Plato, Aritoteles, serta pada abad modern ada Rene

Descartes, John Locke, David Hume, dan Immanuel Kant, yang notabenenya

non muslim, maka tidak boleh melupakan bahwa pada Abad Pertengahan,

khususnya pada sekitar abad ke-8 sampai abad ke-12 M. para ulama dan filosof

muslim telah berhasil menempati jenjang terhormat dalam penemuan dan

pengembangan ilmu pengetahuan serta menciptakan apa yang dikenal sebagai

Masa Kejayaan atau Abad Keemasan.1

Dewasa ini, kaum muslimin di seluruh dunia khususnya di Indonesia,

merasa kesulitan untuk menemukan seorang figur ulama, untuk dijadikan

pemimpin atau pelopor yang mampu mengembangkan IPTEK (Ilmu

Pengetahuan dan Tekhnologi) dan mampu memberikan solusi terhadap

berbagai permasalahan umat yang semakin komplek.2

1 Achmad Mursyidi, Ulama, Pejuang, Dan Politisi dari Betawi (Jakarta: Pustaka Darul

Hikmah, 2003), h. 67. 2 Achmad Mursyidi, Ulama, Pejuang, Dan Politisi dari Betawi, h. 68.

1

Page 13: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

2

Apabila kita melihat dengan mata terbuka, dalam kehidupan

berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dewasa ini, kita dapat memahami

bahwa kita sedang menghadapi krisis nasional yang bersifat multidimensi.

Tidak berlebihan, bila permasalahan ini penulis katakan sebagai krisis sosial,

krisis akhlak, krisis politik, krisis disiplin nasional, krisis moneter/ekonomi,

dan bahkan krisis kemanusiaan.

Selain dari permasalahan yang disebutkan pada pasal sebelumnya,

ketimpangan sosial antara kelompok kaya dan kelompok miskin, permasalahan

moral (Akhlak) juga terjadi. Sehingga cita-cita seorang pemimpin dalam proses

memperbaiki kehidupan masyarakat cenderung gagal yang pada akhirnya

menimbulkan fenomena muntaber (munafik tapi berhasil).3

Berdasarkan itu, manusia dituntut untuk melakukan perubahan

terhadap realita yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat (seperti yang

telah dijelaskan pada alinea sebelumnya). Penyelesaian ini, harus didasarkan

atas kesadaran (Individu/kelompok) sebagai keharusan untuk mewujudkan

kemerdekaan (Ikhtiyār dan Taqdīr).

Pada proses kesadaranlah, manusia dapat melakukan suatu

perubahan. Sebab, perubahan (pada yang lebih baik/saleh) merupakan cita-cita

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (free will). Sebab sifat pasrah

(fatalis) bukanlah ciri manusia yang merdeka, melainkan sebuah sifat yang

membawa pada kemunduran dalam sebuah peradaban, inilah yang menjadi

rujukan utama dari pesan agama (wahyu) bahwa “manusia adalah mahluk

berfikir/beragama” (al-Hayawān al-Nātiq).

3 Kahmi Jaya, Indonesia di Simpang Jalan (Bandung: Mizan Pustaka, 1998), h. 17.

Page 14: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

3

Namun, sampai saat ini yang menjadi masalah besar adalah, mereka

(umat Islam) masih terlalu asik dengan kejayaan masa lalu (pembebasan yang

dilakukan oleh para sahabat).4 Selain dari itu, permasalahan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara juga disebabkan oleh kemandekan cara berfikir, yang

mana kemandekan itu terjadi oleh sebab terlalu mensucikan pesan agama

(wahyu) secara tekstual.5

Mengacu pada penjelasan pasal di atas, manusia sebagai khalifah di

Bumi (Khalifah Fi al-Ard), manusia mempunyai tanggung jawab yang sangat

besar untuk melakukan sebuah perubahan (Ikhtiyār) yang didasarkan pada al-

Qur‟an dan Hadist.6

Berbicara mengenai perubahan tentu ada solusi yang ditawarkan,

dalam hal ini selain dari keilmuan lain, penulis menawarkan bahwa

tashawuflah yang mampu melakukan sebuah perubahan, pemikiran dan prilaku

seseorang, seperti yang dikatakan Eric Giovroa, guru besar berkebangsaan

Perancis di Universitas Luxemburg menegaskan: “masa depan Islam dipastikan

tergantung pada arus tashawuf“, bahkan ada generasi Muslim baru yang

menegaskan bahwa solusi kehidupan masa kita ada di tangan tashawuf.7

Namun, pertanyaan yang muncul kemudian, mengapa tashawuf

menjadi sebuah solusi dalam melakukan perubahan? Sebab, sebuah masalah itu

dimulai dari hati, dan hati merupakan komandan tertinggi bagi seseorang, jika

4 Mahbub Risad, Perilaku Tashawuf Gus Dur (Uin Jakarta: Skripsi, 2011), h. 1.

5 Zuhairi Misrawi, Doktrin Islam Progresif; Memahami Islam sebagai Ajaran Rahmat

(Ciputat: LSIP Jakarta, 2005), Cet. Ke II. h. Xi. 6 Achmad Amrullah, Perspektif Islam Dalam Pembangunan Bangsa (Yogyakarta:

PLP2M, 1987), h. 194-195. 7 Aman Syaifuddin dan Abdul Qadir Isa, Tashawuf Revolusi Mental Zikir Mengolah Jiwa

dan Raga ( Banten: Ruhama, 2014), Cet. Ke IV. h. 29.

Page 15: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

4

hatinya baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Jika rusak, maka rusakalah

seluruh jasadnya. Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad,

أال ئ ف ججـض غس ئطج هذص هخ ججـض و ئطج فـض ش فـض ججـض و أال جمد

“Ingatlah! Di dalam tubuh manusia ada segumpal darah. Jika dia baik,

maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika dia rusak, maka rusaklah

seluruh tubuhnya. Segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan

Muslim)

Dalam tashawuf, hati dikondisikan sedemikian rupa, sehingga

menjadi suci dan bersih dari berbagai penyakit mental. Singkatnya, puncak

kehidupan spiritual diperoleh dalam tashawuf. Dengan spritualitas manusia

mendapat kesadaran illahiah tertinggi dalam menjalankan misi hidupnya.

Tashawuf bukanlah wacana, tetapi merupakan tindakan nyata dan

kongkrit yang keluar murni dari hati yang bersih dan jiwa yang suci. Tashawuf

mendudukkan manusia sebagai makhluk terhormat, tashawuf menciptakan

manusia memiliki rasa keindahan dalam hidup, rasa cinta, rasa damai, tentram,

bahagia, dekat dengan Allah dan juga dekat dengan sesama makhluk Allah.8

Luasnya tashawuf hampir dalam seluruh episode peradaban Islam

menandakan bahwa taswuf relevan dengan kebutuhan ummat. Menurut

Hamka, tashawuf ibarat jiwa yang menghidupkan tubuh dan merupakan

jantung dari keislaman. Hamka juga sering memperkenalkan konsep neo-

zuhud, yaitu ajaran yang menyatakan kecintaan terhadap dunia yang tidak

proporsional merupakan kenistaan. Pendekatan tashawuf yang seperti ini

sangat relevan dalam mengatasi krisis eksistensi masyarakat modern, agar bisa

8 Aman Syaifuddin dan Abdul Qadir Isa, Tashawuf Revolusi Mental Zikir Mengolah Jiwa

dan Raga, h. 30.

Page 16: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

5

menormalkan pandangannya tentang relasi dirinya (manusia) dengan

sesamanya, pekerjaan dan eksistensinya.9

Pada intinya tashawuf memberikan ajaran penting yang perlu untuk

dikaji oleh seluruh ummat muslim, khususnya muslim Indonesia yang telah

dicontohkan oleh Buya Hamka sebagai seorang reformis Islam, karena

tashawuf tidak hanya memperhatikan aspek hati dan jiwa. Namun, tashawuf

telah merumuskan metode praktis yang dapat mengantarkan seorang muslim ke

tingkat kesempurnaan iman dan akhlak, dan dapat mengubah diri seseorang

dari kepribadian yang sesat dan menyimpang menuju kepribadian yang lurus,

ideal dan sempurna. Dan perubahan itu mencakup aspek pelurusan iman,

ibadah yang ikhlas, muamalah yang baik dan akhlak yang terpuji.10

Untuk itu penting kita menggali lebih dalam tentang tashawuf, karena

mungkin saja terjadinya beberapa penyimpangan dan penyesatan dalam ajaran-

ajarannya. KH. Hasyim Asy‟ari yang selanjutnya akan ditulis Hasyim Asy‟ari

dalam kitabnya (Risalah ahl al-sunnah wa al-jamā„ah) mengatakan, terdapat

beberapa penyimpangan konsep tashawuf dalam ajarannya. Seperti yang

dilakukan oleh kelompok Ibāḥiyūn, mereka (kelompok) telah menganggap

gugurnya kewajiban syariat untuk maqām tertentu dalam golongan kaum sufi

yang mereka anggap telah mencapai puncaknya Mahabbah. Mereka

(menganggap) telah bersih hatinya dari sifat ghaflah (lalai).11

Penganut

thariqah sufi dan para sufi tetaplah wajib menjalankan syariat, dimanapun,

9 Husnul Khotimah, Tashawuf Sebagai Metode Terapi Krisis Manusia Modern Menurut

Pemikiran Hamka (UIN Jakarta: Skripsi, 2009.), h. 6. 10

Syaikh Abd al-Qadir Isa, Hakikat Tashawuf, terj. Khairul Amru Harahap (Jakarta:

Qisthi Press, 2014), h. 19. 11

Ngabdurrahman, Risalah Ahlussunah Wal Jama‟ah (Jakarta: LTM PBNU dan

Pesantren Ciganjur, 2011), h. 18

Page 17: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

6

dalam keadaan apapun. Hasyim Asy‟ari menolak jika kewajiban syariat nabi

Muhammad itu hanya berlaku untuk orang tertentu dan terbatas pada waktu.

Orang yang meyakini gugurnya syariat pada orang tertentu dikatakan sebagai

orang yang mendustakan dan merendahkan al-Qur‟an, kafir hukumnya.

“Sayyid Muhammad dalam Syarah Ihya mengatakan, bahwa keyakinan seperti

ini adalah kufur, sindiq dan sesat”.12

Hasyim Asy‟ari dalam kitab al-Darar dan al-Tibyān juga

menjelaskan, bahwa terjadinya penyimpangan ajaran sufi itu merupakan

penyimpangan para sufi itu sendiri yang terlalu mengagungkan para sesepuh

dan guru-guru mereka.13

Ia juga berpendapat bahwa seorang manusia suci tidak

akan memamerkan diri sendiri meskipun dipaksa membakar mereka, barang

siapa yang berkeinginan menjadi figur yang popular tidak dapat disebut

sebagai anggota kelompok sufi manapun.14

Demikian uraian singkat dari pemikiran Hasyim Asy‟ari dalam

bidang tashawuf. Hasyim Asy‟ari merupakan tokoh yang hebat, dibuktikan dari

hasil pemikiran beliau dengan adanya lembaga pendidikan yang didirikan oleh

NU yang tumbuh pesat di Indonesia, yang mana NU merupakan gagasan beliau

di masa hidupnya, beliau merupakan seorang ulama besar, pendidik dan

pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang sangat memperjuangkan asas-

asas ke islaman dengan sistem kesalafannya.

Dari sekian pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap konsep tashawuf Hasyim Asy‟ari. Karena

12

Ngabdurrahman, Risalah Ahlussunah Wal Jama‟ah, h. 18 13

Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasyim Asy‟ari (Jogjakarta:

LKIS, 2000), h. 51 14

Samsul Munir Amin, Ilmu Tashawuf (Jakarta: Amzah, 2014), h. 58

Page 18: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

7

menurut penulis, pemikiran tashawuf dari tokoh tersebut sangatlah penting

diteliti secara akademis dan guna menjawab persoalan yang terjadi di masa

sekarang. Maka dari itu penulis meneliti pemikiran beliau sebagai materi

bahasan skripsi dengan judul “KONSEP TAṢAWUF KH. HASYIM

ASY’ARI DALAM KITAB RISᾹLAH JᾹMI‘AH AL-MAQᾹṢID”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka

penulisan ini dibatasi pada pemikiran Hasyim Asy‟ari yang terfokuskan pada

konsep tashawuf yang terdapat dalam karya beliau yaitu; Risālah Jāmi„ah al-

Maqāshid.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Konsep Tashawuf KH. Hasyim Asy’ari Dalam Kitab Risālah Jāmi‘ah al-

Maqāṣid ”?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk menggali lebih dalam tentang konsep

tashawuf Hasyim Asy‟ari, sehingga nantinya para pembaca tahu lebih dalam

tentang tashawuf dan lebih mudah dalam mengamalkan.

Tujuan lain, agar penulis dan para pembaca tahu lebih mendalam

tentang ilmu tashawuf dan sejauh mana tashawuf itu relevan dengan kondisi

kehidupan dimasa sekarang, mengingat berkembangnya ilmu pengetahuan dan

ilmu teknologi semakin pesat.

Secara teoritis adanya hasil penelitian ini diharapkan mampu

memberikan sumbangan pengetahuan bagi peneliti pribadi, juga bagi para

pengembara dunia filsafat dan perkembangan pemikiran, khususnya bagi

Page 19: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

8

mahasiswa Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sehingga timbul minat yang besar untuk mengkaji

filsafat dan perkembangan pemikiran secara mendalam dan membangun

keahlian di bidang tersebut.

Adapun manfaat secara praktis adalah: Pertama, bagi semua pihak di

bidang Akademik, khususnya yang menangani Jurusan Aqidah Filsafat

Fakultas Ushuluddin, diharapkan dengan hadirnya penelitian ini, dapat

mengetahui kebiasaan dan kemampuan para mahasiswa dalam meneliti dan

menganalisa sesuatu yang dianggap sebagai masalah, sehingga bisa dijadikan

sebagai bahan untuk pembenahan-pembenahan kurikulum kedepannya. Kedua,

bagi pihak Pengurus Perpustakaan, hasil dari penelitian ini bisa dijadikan

sebagai bahan evaluasi untuk menciptakan lingkungan atau kondisi yang

nyaman, tenang, aktif, dan kreatif bagi mahasiswa agar mereka mempunyai

minat yang besar dalam hal membaca, meneliti, menganalisa, dan lainnya,

sehingga kualitas mahasiswa bisa meningkat. Ketiga, hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi mahasiswa, khususnya

mahasiswa Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tentang betapa pentingnya kebiasaan membaca, meneliti

dan manganalisa suatu masalah dalam segala hal, yang selanjutnya dikemas

dalam sebuah karya tulis.

D. Tinjauan Pustaka

Hasyim Asy‟ari sebagai seorang Ulama besar di Indonesia beliau

juga merupakan seorang pendiri NU yang produktif dalam menghasilkan karya

tulis diberbagi bidang ke-ilmuan islam. Sebagaimana tampak dalam karya-

Page 20: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

9

karyanya yang meliputi bidang pendidikan, teologi, fiqh, tashawuf dan

sebagainya. Hal ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi para peneliti untuk

mengkaji lebih dalam tentang hasil pemikiran beliau. Berikut beberapa hasil

penelitian atas pemikiran beliau yang pernah dilakukan:

1. Perspektif Iman dan Eskatologi Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari,

karya Muhammad Rusli, jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2008.

Secara garis besar peneliti membicarakan tentang pandangan

teologi K.H. Hasyim Asy‟ari.

2. Pandangan K.H. Muhammad Hasyim Asy‟ari Tentang Taqlid

Dalam Fiqih, karya Entus Hilman Mutaqin, Fakultas Syari‟ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2009.

Dalam penelitian ini berbicara tentang Hasyim Asy‟ari, tetapi

tentang persoaln hukum fiqh.

3. Ajaran Kebangunan Ulama, karya Latiful Khuluq, LKSI

Yogyakarta pada tahun 2000. Penelitian ini berbicara tentang

biografi K.H. Hasyim Asy‟ari.

Demikian skripsi dan buku yang penulis temukan di perpustakaan

utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas tentang Hasyim

Asy‟ari. Jika dalam kedua skripsi dan buku tersebut membahas tentang Hasyim

Asy‟ari dari segi Teologi, Hukum Fiqh dan Biografinya maka lain halnya

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap tentang konsep

tashawuf Hasyim Asy‟ari, yang menurutnya di dalam tashawuf telah terjadi

Page 21: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

10

banyak penyimpangan pada golongan tententu yang disebabkan oleh kaum sufi

sendiri yang terlalu mengagungkan para gurunya. Melihat zaman sekarag

banyak bermunculan aliran-aliran toriqah dan ajaran-ajaran tentang sufistik

baik yang disampaikan secara langsung atau yang melalui media cetak.

Dalam perkembangan zaman yang sudah memasuki zaman modern

dengan berkembangnya ilmu pengetahun dan ilmu teknologi yang semakin

canggih maka sangat mungkin terjadinya penyimpangan ajaran-ajaran sufistik.

Mungkinkah tashawuf bisa menjawab semua tantangan tersebut dalam

memberikan jawaban atas dasar-dasar keagamaan.

E. Metodologi Penelitian

Dalam sebuah penelitian sudah barang tentu menggunakan sebuah

metode-metode khusus untuk melakukan sebuah penelitian, tidak heran jika

dalam suatu penelitian metodologi merupakan suatu yang sangat penting.

Maka dari itu dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan

metode deskriptif dan analisis. Penulis dalam penelitian ini berupaya

mendeskripsikan konsep tashawuf Hasyim Asy‟ari dan berupaya menganalisis

ajaran-ajaran tashawuf Hasyim Asy‟ari.

1. Sumber Data Penelitian

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini akan diambil dari karya

Hasyim Asy‟ari yang membahas tentang tashawuf, yaitu, Risālah

Jāmi„ah al-Maqāshid.

Page 22: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

11

b. Data Skunder

Data sekunder terdiri dari beberapa Kitab dan buku Hasyim

Asy‟ari yang di dalamnya berbicara tentang tashawuf. Beberapa

buku dan kitab lainnya juga akan dijadikan bahan rujukan atau

referensi dalam penelitian ini, selama buku tersebut dianggap

relevan dan berkaitan dengan pembahasan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini, dengan cara

melakukan penelitian pustaka (Library Research), kemudian mengambil

beberapa bab dan halaman tertentu yang berkaitan dengan tashawuf, baik

dalam data primer maupun sekunder.

Dengan demikian, pembahasan akan lebih fokus dan tidak melebar ke

mana-mana. Untuk bisa menjawab beberapa masalah penelitian yang telah

disebutkan.

Adapun teknis penulisan skripsi, penulis menggunakan pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh, CeQDA

(Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Adapun transliterasi Arab

merujuk pada Jurnal Ilmu Usuluddin yang diterbitkan oleh Himpunan Peminat

Ilmu-Ilmu Ushuluddin (HIPIUS), tahun terbitan 2011.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini biar mudah dan runtut dalam penulisan,

kami sertakan sistematika penulisan. Skripsi ini terdiri dari lima bab dan

Page 23: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

12

masing-masing bab terdapat sub-sub bab, adapun sistematika penulisan skripsi

ini sebagai berikiut:

Bab pertama adalah pendahulan. Dalam pendahuluan terdapat latar

belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab pertama ini untuk memberikan gambaran dari keseluruhan permasalahan

yang akan dibahas secara rinci dan detil. Hal ini penulis anggap begitu penting

untuk di letakan pada bab pertama, karena sebagai sebuah pengantar dan juga

menceritakan asal-usul permaslahan yang terjadi yang kemudian dibahas pada

bab-bab selanjutnya.

Bab kedua, menjelaskan tentang biografi Hasyim Asy‟ari yang

meliputi latar belakang keluarga, latar belakang sosial budaya, latar belakang

pendididkan dan karya-karyanya. Pembahasan ini sengaja di letakkan di bab ke

dua oleh penulis, agar para pembaca bisa mengenal terlebih dahulu sosok dari

seorang Hasyim Asy‟ari yang dikenal sebagai ulama berkerismatik tinggi

hingga akhirnya digelari sang Maha Guru “Hadratus Syaikh”, pun juga sebagai

pejuang kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Untuk itu penulis

mengajak para pembaca terlebih dahulu mengenal sosok Hasyim Asy‟ari,

dengan begitu nantinya bisa mengenal lebih jauh dan cinta terhadap ajaran-

ajaran yang diajarkannya. Seperti kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang.

Bab ketiga, menjelaskan tentang tashawuf yang meliputi,pengertian

dan tujuan tashawuf, sumber ajaran tashawuf, maqāmat dan ahwāl, dan tarekat.

Pembahasan pada bab ini memberikan gambaran tentang asal-usul Tashawuf

atau Intisari dalam tashawuf, untuk mengenal dan memahami tashawuf terlebih

Page 24: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

13

dahulu sebelum masuk pada pembahsan mengenai konsep dari pada tashawuf

Hasyim Asy‟ari.

Bab keempat, menjelaskan tentang Tashawuf KH. Hasyim Asy‟ari

meliputi, penisbahan kitab, corak pemikiran, jalan menuju Allah, dan tarekat.

Penjelasan tersebut penulis ambil dalam kitab karya Hasyim Asy‟ari Risālah

Jāmi„ah al-Maqāshid. Sengaja bab IV membahas tentang tashawuf Hasyim

Asy‟ari, karena merupakan poin pokok pembehasan daripada bab-bab

sebelumnya yang telah disebutkat dalam latar belarang.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari

penelitian ini, yaitu berupa jawaban dari rumusan masalah yang telah penulis

tetapkan di atas, serta saran-saran bagi pembaca.

Page 25: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

14

BAB II

BIOGRAFI HASYIM ASY’ARI

A. Latar Belakang Keluarga

Muhammad Hasyim merupakan nama yang diberikan oleh orang

tuanya, beliau lahir dari keluarga elit kiai Jawa pada hari Selasa Kliwon,

tanggal 24 Dzul Qa‟dah 1287 H/ 14 Februari 1871 M, di dalam pondok Kiai

Usman di desa Gendang15

. Dalam sumber lain desa Gendang terletak tidak jauh

dari kediaman Kiai Asy‟ari, sekitar dua kilometer sebelah Timur Jombang, dan

desa Gedang juga merupakan salah satu dusun yang menjadi wilayah

administratif desa Tambakrejo kecamatan Jombang.16

Hasyim Asy‟ari sejak dikandung selama empat belas bulan lamanya,

terdapat tanda-tanda bahwa beliau kelak akan menjadi orang yang luar biasa,

pasalnya Nyai Halimah ibundanya ketika mengandung menunjukan tanda-

tanda yang luar biasa, beliau pernah bermimpi perutnya kejatuhan bulan

purnama. Mungkin karena Nyai Halimah jauh sebelumnya melakukan tirakat

batin dengan cara berpuasa tiga tahun berturut-turut. Satu tahun pertama

diniatkan untuk dirinya sendiri, satu tahun lagi untuk anak cucunya dan satu

tahun lagi untuk seluruh santrinya.17

Ayahnya adalah pendiri Pesantren Keras

di Jombang. Sementara kakeknya Kiai Usman18

adalah Kiai terkenal dan

15

Aboebakar, Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasyim (Bandung: Mizan, 2011). Cet. I, h.

70 16

Zuhri Muhibbin, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari Tentang Ahl al-Sunnah wa al-

Jamā‟ah (Surabaya: Khalista, 2010). Cet. I, h.69 17

Hadzir Ishom, K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati (Surabaya:

Pustaka Wrisan Islam, 2000). Cet. I, h. 12 18

Kiai Usman, dikenal sebagai pendiri dan pengasuh pesantren Gedang yang pernah

menjadi pusat perhatian santri-santri Jawa pada abad-19. Lihat dalam Zuhri Muhibbin, Pemikiran

KH. M. Hasyim Asy‟ari Tentang Ahl al-Sunnah wa al-Jamā‟ah, h. 69

14

Page 26: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

15

pendiri Pesantren Gedang yang didirikan pada abad ke-19. Moyangnya Kiai

Sihah adalah pendiri Pesantren Tambak Beras, Jombang.19

Ayah Hasyim Asy‟ari sebelumnya merupakan santri terpandai di

Pesantren Kiai Usman. Ilmu dan aklaq Asy‟ari (ayah Hasyim Asy‟ari)

membuat Kiai Usman kagum hingga akhirnya Asy‟ari diambil menantu oleh

kiai Usman untuk dinikahkan20

dengan putrinya yang bernama Halimah. Ibu

Hasyim Asy‟ari, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara laki-laki dan

dua perempuan, yaitu Muhammad, Leler, Fadil, dan Nyonya Arif. Ayah

Hasyim dipercaya keturunan tingkir, beliau dari Tingkir dan keturunan Abdul

Wahid dari Tingkir. Dipercaya bahwa mereka adalah keturunn raja muslim

Jawa, Jaka Tingkir, dan raja Hindu Majapahit, Brawijaya VI. Jadi Hasyim

Asy‟ari selain dipercayai keturunan tingkir juga dipercayai sebagai katurunan

dari keluarga bangsawan.21

Berikut silsilah Hasyim Asy‟ari dari jalur Ibunya; Muhammad Hasyim

binti Halimah binti Layyinah binti Soihah bin Abdul Jabar bin Ahmad bin

Pangeran Sambo bin Pangeran Benowo bin Joko Tingkir (Mas Kerebet) bin

Prabu Brawijaya.22

Sedangkan dari garis ayahnya; Muhammad Hasyim bin

Asy‟ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim atau yang populer dengan naman

Pangeran Benawa bin Abdurrahman yang juga dikenal dengan julukan Jaka

19

Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasyim Asy‟ari (Jogjakarta:

LKIS, 2000). h. 16 20

Perkawinan merupakan hal yang biasa dilakukan pesantren untuk menjalin ikatan antar

kiai. 21

Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, h.17 22

Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, 100 Tokoh Islam Paling Perpengaruh di

Indonesia (Jakarta: Intimedia Cipta Nusantara, 2003). h. 1

Page 27: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

16

Tingkir (Sultan Hadiwijaya) bin Abdullah bin Abdul Aizi bin Abdul Fatah bin

Maulana Ishak bin Ainul Yakin yang populer dengan sebutan Sunan Giri.23

Jika kita melihat silsilah di atas maka jelaslah bahwa Hasyim Asy‟ari

mewakili dua aliran sekaligus, dari keturunan elit agama (Islam) dan bagsawan

Jawa. Dari sisi ayah, mata rantainya bertemu langsung dengan bangsawan

muslim Jawa ( Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir) dan sekaligus elit agama

Jawa (Sunan Giri). Sementara dari jalur ibunya, Hasyim Asy‟ari keturunan

langsung raja Brawijaya (Lembu Peteng) yang berlatar belakang bengsawan

Hindu Jawa.24

Seiring berputarnya waktu, masa demi masa telah berganti yang lalu

telah terlewati, sehingga terjadilah beberapa perbedaan pendapat yang

didasarkan atas ketidaksamaan data yang ditemukan. Maka terdapat kerancuan

dalam silsilah beliau dari sisi ayahnya, lantaran kurangnya data mengenai ayah

Asy‟ari, sumber lain mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Abdul Wahid.

Dahulu beliau adalah komandan pasukan perang Diponegoro di bawah

Panglima Besar Sentot Alibasyah Prawirodirjo. Beliau dikenal sebagai

panglima Gareng, namun setelah pangeran Diponegoro ditangkap, beliau

melarikan diri guna menghindar dari kejaran belanda dan menyamar dengan

cara berganti-ganti nama, maka itulah sebabnya yang menyulitkan untuk

menemukan nama asli maupun aliasnya, termasuk asal usulnya.

Maka penulis mengambil kesimpulkan bahwa silsilah Hasyim Asy‟ari

dari sisi ayahnya memiliki dua versi, versi pertama bersambung kepada

23

Zuhri Muhibbin, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari Tentang Ahl al-Sunnah wa al-

Jamā‟ah, h.67 24

Zuhri Muhibbin, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari Tentang Ahl al-Sunnah wa al-

Jamā‟ah. h. 68

Page 28: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

17

Maulana Ishaq (Sunan Giri) seperti yang telah disebutkan oleh penulis di atas.

Sedangkan versi kedua menyebutkan bahwa Hasyim Asy‟ari keturunan dari

menantu Sunan Gunungjati yang bernama Syyid Abdurrahman bin Umar bin

Muhammad bin Abu Bakar Basyaiban. Beliau berasal dari Hadramaut Yaman,

namun setelah tinggal di Jawa digelari Sunan Tajuddin. Berikut silsilahnya;

Muhammad Hasyim bin Asy‟ari bin Abdul Wahid bin Abdurrahman yang

dikenal dengan Pangeran Sambo bin Abdullah yang dikenal dengan Pangeran

Benowo binti R.A. Putri Khodijah, kemudian bersambung kepada menantu

Putri Khodijah yaitu, Sayyid Abdurrahman bin Umar bin Muhammad bin Abu

Bakar Basyaiban alias Sunan Tajuddin.25

Hasyim Asy‟ari merupakan anak ketiga dari sepuluh bersaudara yaitu;

Nafi‟ah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah, Makmun,

Nahrawi dan Adnan. Beliau dibesarkan di lingkungan pesantren, sampai pada

usianya yang ke 6 tahun, beliau diasuh oleh orang tua dan kakenya di pesantren

Gedang. Jadi sudah tidak diragukan lagi suasana lingkungan pesantren akan

mempengaruhi karakter Hasyim Asy‟ari dimasa kecilnya, tempat dimana para

santri belajar berbagai macam ilmu keagamaan dan mengamalkan ajaran-ajaran

Agama Islam.26

B. Latar Belakang Sosial Budaya

Hasim Asy‟ari kecil tinggal bersama ayah dan ibunya di pesantren

kakeknya, kiai Usman. Beliau mendapat asuhan langsung dari ayah ibu beserta

kakek-neneknya di Gedang. Dengan penuh kasih sayang mereka mengajarkan

kitab al-Qur‟an dan akhlaq luhur serta menanamkan jiwa kepemimpinan dan

25

Hadzir Ishom, K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati, h. 9-11 26

Latiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, h. 15

Page 29: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

18

makna perjuangan. Namun menjelang usianya yang keenam tahun Hasyim

Asy‟ari diajak ayahnya pindah ke Desa Keras, sekitar sepuluh kilo miter

selatan kota Jombang, di sanalah Hasyim Asy‟ari tinggal dan besar bersama

ayah dan ibunya. Melalui didikan keluarganya Hasyim kecil meresapi nilai-

nilai sosial budaya pondok pesantren, dan menghayati kehidupan santri yang

penuh sederhana, kebersamaan tentunya juga semangat untuk mengejar cita-

cita luhur. Semua itu memberikan pengaruh besar pada pertumbuhan watak

beliau dikemudian hari, dan disana pula beliau pertama kali mengenal,

meresapi nilai-nilai budaya dan mengikuti perkembangan sosial pondok

Pesantren.27

Kehidupan masa kecil Hasim Asy‟ari tidak sama seperti kehidupan

anak-anak di masa sekarang, pasalnya Hasyim Asy‟ari hidup di dalam

lingkungan pesantren. Ada yang menarik dengan masa kecilnya, yaitu ketika

beliau bermain dengan anak-anak di lingkungannya ia selalu jadi penengah di

saat terjadi permasalahan di antara teman-temannya. Hasyim Asy‟ari selalu

membuat temannya senang, pasalnya sikap Hasyim Asy‟ari yang suka

menolong dan menjaga temannya di saat anak-anak lain datang hendak

mencampuri kawan-kawannya. Jika melihat ada temannya yang bermain

curang, maka beliau tidak segan-segan untuk menegur dan membela yang perlu

untuk dibelanya.28

Tampak pengaruh lingkungan dan ajaran orang tua beliau memberikan

hasil positif yang diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari, seperti tindakan

kebijkasanaan yang digambarkan pada saat beliau bermain bersama teman-

27

Hadzir Ishom, K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati, h. 12 28

Aboebakar, Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasyim, h. 71

Page 30: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

19

temannya. Terbukti juga bahwasanya Budaya Pesantren memberikan pengaruh

besar terhadap beliau. Di saat beliau masih usia 13 tahun sudah berani dan

mampu menggantikan ayahnya untuk mengajar para santri-santrinya.29

Hasyim Asy‟ari sejak lahir hingga diusianya yang ke-21 beliau hidup

dalam lingkungan sosial budaya pesantren, beliau terakhir mondok pada usia

yang ke-21 tahun hingga pada akhinya beliau dinikahkan dengan putri sang

kiyai (Kiai Ya‟qub) pengasuh Pondok Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo. Dan

setelah itu Hasyim Asy‟ari bersama istri tercinta tinggal di Mekkah.

Selebihnya sosial budaya Hasyim Asy‟ari banyak dipengaruhi oleh

perkembangan sosial budaya Arab, karena sejak usia 21 tahun beliau menetap

di Mekkah dalam rangka belajar selama tujuh tahun lamanya. Setelah itu pada

akhirnya Hasyim Asy‟ari kembali lagi ke lingkungan pondok pesantren, beliau

pulang dari mekkah Pada tahun 1315 H/1899 M.

C. Latar Belakang Pendidikan

Hasyim Asy‟ari dikenal sebagai tokoh yang haus pengetahuan agama

(Islam), bahkan beliau termasuk santri yang sangat serius menerapkan Falsafah

Jawa, luru ilmu kanti lelaku (mencari ilmu adalah dengan cara berkelana),30

kita ketahui bersama bahwa Hasyim Asy‟ari sejak kecil dibimbing langsung

oleh ayah dan ibunya sampai usia 15 tahun. Beliau sangat begitu tampak cerdas

dan tekun dalam mempelajari beberapa pelajaran yang diajarkan oleh ayahnya,

terbukti setiap pelajaran yang diajarkan oleh ayahnya, Hasim Asy‟ari nampak

begitu sangat memahaminya. Ada banyak pelajaran yang beliau dapatkan,

meliputi ajaran agama Islam antra lain; ilmu tauhid, fiqh, tafsir dan hadits.

29

Latiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, h.16 30

Zuhri Muhibbin, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari Tentang Ahl al-Sunnah wa al-

Jamā‟ah, h.73

Page 31: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

20

Namun Hasyim Asy‟ari tidak merasa cukup hanya sebatas belajar

kepada orang tuanya saja, beliau juga memutuskan diri untuk berpetualangan

ke beberapa pondok Pesantren yang tersebar di pulau Jawa, berikut nama-nama

pondok pesantren yang pernah beliau singgahi, antara lain, Pesantren

Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Trenggilis,

Pesantren Demangan (Bangkalan, Madura).

Hasyim Asy‟ari sempat belajar tatabahasa dan sastra arab, fiqh, dan

tashawuf kepada Kiai Khalil Bangkalan selama tiga tahun, sumber lain

mengatakan bahwasanya beliau tidak lama mondok di Pesantren Kiai Kholil

Bangkalan, hal ini disebabkan karena sang guru sudah mengaggap Hasyim

Asy‟ari sudah cukup pintar dan mampu untuk mengajarkan ilmu yang telah

didapatkannya kepada orang lain, hingga akhirnya Hasyim Asy‟ari

diperintahkan oleh sang guru untuk segera pulang ke rumah guna mengajarkan

ilmu yang telah beliau proleh semasa beliau nyantri.31

Hasyim Asy‟ari sendiri belum merasakan kepuasan dan tak berbangga

diri, akan tetapi beliau melanjutan pencarian ilmu yang ingin beliau pelajari,

Hasyim Asy‟ari sungguh merupakan pemuda yang sangat haus akan ilmu

pengetahuan agama pada saat itu, hingga akhirnya pada tahun 1891 beliau

memutuskan diri untuk pindah ke pondok Pesantren Siwalan Panji (Sidoarjo),

beliau di pondok itu memfokuskan diri belajar ilmu fiqh selama dua tahun di

bawah asuhan Kiai Ya‟qub.32

Sumber lain mengatakan, di bawah asuhan Kiai

Ya‟qub selain fokus belajar ilmu fiqh, Hasyim Asy‟ari juga fokus di bidang

31

Hadzir Ishom, K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati, h. 13 32

Latiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, h.23

Page 32: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

21

ilmu tauhid, adab, tafsir dan ilmu hadist.33

Jadi wajar jika akhirnya beliau lebih

dikenal sangat alim dalam bidang Ilmu Hadist.

Kiai Ya‟qub dengan Hasyim Asy‟ari pada akhirnya memiliki ikatan

kekeluargaan, bukan hanya sebatas hubungan seorang guru dan murid, karena

Kiai Ya‟qub mengangkat Hasyim Asy‟ari sebagai menantunya dinikahkan

dengan putrinya yang bernama Khadijah. Hal itu bermula karena Kiai Ya‟qub

sangat kagum atas kecerdasan yang dimiliki oleh Hasyim Asy‟ari. Disebutkan

dalam sumber lain bahwa nama putri Kiai Ya‟qub yang dinikahkan dengan

Hasyim Asy‟ari bernama Nafisah dan dilangsungkan pernikahan pada tahun

1892. Pada saat itu Hasyim Asy‟ari berusia 21 tahun.34

Setelah menikah,

Hasyim Asy‟ari diajak pergi haji ke Mekkah oleh martuanya. Namun seusai

menunaikan ibadah haji Kiai Ya‟qub memperintahkan Hasyim Asy‟ari

bersama istrinya untuk tinggal di Mekkah guna menuntut ilmu.35

Sekitar tujuh bulan lamanya mereka tinggal di Mekkah, lahirlah anak

pertama yang diberi nama Abdullah, namun tidak lama kemudian istrinya

meninggal dunia. Empat bulan kemudian anaknya juga meninggal. Akhirnya

Hasyim Asy‟ari pulang ke tanah air, kemudian beliau berangkat lagi ke

Mekkah bersama adik kandungnya yang bernama Anis. Namun setelah

beberapa lama mukim di Mekkah, Anis meninggal dunia. Meski adiknya

meninggal, semangat menuntut ilmu agama Hasyim Asy‟ari sedikitpun tidak

berkurang, pantang surut untuk meraih cita-citanya.36

33

Zuhri Muhibbin, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari Tentang Ahl al-Sunnah wa al-

Jamā‟ah, h.75 34

Hadzir Ishom, K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati, h.13 35

Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, 100 Tokoh Islam Paling Perpengaruh di

Indonesia, h. 3 36

Hadzir Ishom, K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati, h. 14

Page 33: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

22

Selama beberapa tahun di Mekkah Hasyim Asy‟ari belajar ilmu

kepada guru-guru terkenal yang juga berasal dari tanah Nusantara, seperti

Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Nawawi al-Bantani dan Syeikh

Mahfudz Termas. Dibawah asuhan Syeikh Mahfud Termas Hasyim Asy‟ari

belajar ilmu Hadits dan mendapatkan ijazah untuk mengajar Sahih Bukhārī,

serta beliau merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima sanad hadits

dari 23 generasi sebelumnya.37

Hasyim Asy‟ari selain berguru kepada orang-orang Nusantara yang

tinggal di Mekkah pada waktu itu, beliau juga berguru kepada beberapa tokoh

Ulama besar Hijaz, seperti Syeikh Ahmad Amin al-Athar, Sayyid Sultan bin

Hasyim, Sayyid Ahmad Zawawy, Syeikh Ibrahim Arabi, Sayyid Ahmad bin

Hasan al-Atthar, Syeikh Sa‟id Yamany, Sayyid Husein al-Habsi, yang

menjabat mufti hingga wafatnya, Sayyid Bakar Syatha, Syeikh Rahmatullah,

Sayyid Alawi bin Ahmad as-Saqqaf, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Abdullah

az-Zawawi, Syeikh Shaleh Bafadlol dan Syeikh Sultan Hasyim Daghastani.38

Hasyim Asy‟ari selain belajar ilmu agama, beliau juga sempat

bergabung dengan komunitas solidaritas yang ada di Mekkah bersama para

sahabat-sahabatnya, yang dibentuk atas dasar keprihatinannya terhadap

penindasan kolonialisme Barat yang terjadi di Turki Usmani dan wilayah-

wilayah Islam di bawah naungannya pada saat itu. Maka pada suatu malam

tepatnya di bulan suci Ramadhan, Hasyim Asy‟ari bersama kawan-kawannya

berdirir di depan multazam dan bersumpah demi Allah, akan berjuang dan

memperdalam ilmu dan agama demi ridha Allah tanpa mengharapkan harta dan

37

Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, h. 30. 38

Syihab Asad, Hadlratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari Perintis Kemerdekaan

Indonesia (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 1994). Cet. I, h. 41

Page 34: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

23

kedudukan. Ikrar suci itu dipegang teguh oleh beliau dan dilaksanakan sepenuh

hati ketika beliau pulang ke Indonesia, terbukti atas keikut sertaan beliau dalam

membela dan memperjuangkan kemerdekaan republik Indoneisa dari

penjajahan Belanda, hingga akhirnya beliau mendirikan sebuah organisasi

besar yang tetap kokoh hingga masa sekarang yang dikenal dengan NU

(Nahdlatul Ulama). Dan hingga akhirnya beliau dikenal sebagai ulama besar

dan pejuang kemerdekaan di tanah air Indonesia.39

Setelah tujuh tahun lamanya Hasyim Asy‟ari menetap di Mekkah

belajar ilmu Agama di bawah bimbingan para guru, akhirnya pada tahun 1313

H/1899 M, Kiai Hasyim Asya‟ari memutuskan diri untuk pulang ke tanah air.40

Dikatakan bahwasanya pada tahun 1899 itu datanglah rombongan kiai Romli

bersama keluar untuk menunaikan ibadah haji, ikut serta putri Kiai Romli yang

bernama Khodijah, pada saat itu kemudian pertemuan Hasyim Asy‟ari dengan

keluar Kiai Romli menemukan titik kebahagian bagi Hasyim Asy‟ari, pasalnya

Hasyim Asy‟ari dinikahkan dengan putrinya yang bernama Khodijah oleh Kiai

Romli. Usai berlangsungnya pernikahan, Kiai Romli dan Hasyim Asy‟ari

sekeluarga pulang ketanah Indonesia.

Untuk sementra, Hasyim Asy‟ari bersama istri tercinta tinggal di

rumah martuanya di Kediri, namun kemudin Hasyim Asy‟ari menetap di Desa

Jombang tepatnya di Keras membantu mengajar di pondok pesantren yang di

dirikan oleh ayahnya (Asy‟ari). sejak itulah Hasyim Asy‟ari mulai dikenal

sebagai pemuda yang alim, hingga sapaan Kiai Hasyim pun melekat pada

39

Hadzir Ishom, K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati, h. 15 40

Zuhri Muhibbin, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari Tentang Ahl al-Sunnah wa al-

Jamā‟ah, h. 85

Page 35: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

24

beliau41

. Namun pada saat itu Hasyim Asy‟ari kurang merasa leluasa guna

mengembangkan ilmu yang beliau pelajari selama di Mekkah.

Pada tahun yang sama, 1899 akhirnya Hasyim Asy‟ari memutuskan

diri untuk membangun sebuah Pondok Pesantren yang diberi nama Tebuireng,

di Pondok Pesantren itulah Hasyim Asy‟ari menjalankan aktifitas, hingga

akhirnya beliau meninggal pada malam tanggal, 7 bulan Ramdhan Tahun 1366

H/25 Juli 1947 M., tepat pada pukul 03:45 dini hari42

, dalam usianya yang

mendekati 79 tahun. Meninggalnya beliau memberikan goncangan yang

dahsyat di seluruh Indonesia bagi golongan Ulama dan para petinggi Negara,

dan membuat hati para pejuang terpukul atas kepergianya, bahkan Panglima

Besar Angkatan Perang, Letnan Jendral Sudirman43

juga merasakan kesedihan

yang sangat dalam, tertuangkan dalam suratnya sebagai berikut;

“inna lillahi wa inna ilaihi roji‟un. Atas kemangkatan kiai Hasyim

Asy‟ari, kami beserta anggota angkatan perang, menyatakan rasa

duka cita, diiringi doa muda-mudahan almarhum bapak Kiai diterima

oleh Allah subhanahu wa ta‟ala dan diberikan tempat yang sebaik-

baiknya. Amin. Muda-mudahan segala pelajaran amanat dan amal

Kiai di masa hidupnya, dapat menjadi jeriah yang diteruskan oleh

rakyat dan bangsa Indonesia seterusnya, sebagai bekal perjuangan

mempertahankan negara pada dewasa ini. Amin.”

Pasalnya pada saat itu Indonesia lagi gencar-gencarnya melakukan

perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan laskar-laskar yang beliau bentuk

sedang dalam pertempuran melawan Belanda.44

Hasyim Asy‟ari di kebumikan

di lingkungan pondok pesantren yang beliau dirikan, tepatnya di belakang

masjid pondok pesantren Tebuireng, Jombang.

41

Hadzir Ishom, K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati, h.15 42

Hadzir Ishom, K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati, h. 34-35 43

Jenderal sudirman (1945-1950) merupakan pemimpin militer selama Revolusi

Indonesia (1945-1949). Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasyim Asy‟ari

(Jogjakarta: LKIS, 2000). h. 25 44

Hadzir Ishom, K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati, h. 37

Page 36: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

25

D. Sanad Tashawuf Hasyim Asy’ari

Pada dasarnya setiap orang yang belajar ilmu pengetahuan pasti

mempunyai sanad atau ikatan mata rantai dengan guru-gurunya. Hasyim

Asy‟ari bukan hanya belajar Hadits kepada Syeikh Mahfud, namun beliau juga

mendapat ajaran tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.45

Dalam sumber lain,

yakni dalam kitab Kifāyatu al-Mustafīd limā „Alā min al-Asānīdi Syeikh

Mahfud Termas sendiri, meskipun beliau mengajarkan tarekat Qadiriyah dan

Naqsyabandiyah ternyata beliau merupkana penganut tarekat Syādziliyah. Hal

ini dapat dibuktikan dengan Hizib al-Bahr yang beliau dapatkan dari gurunya

yakni Sayyid Abi Bakar Syathā al-Makkī yang bersambung hingga Imam Abi

al-Hasan al-Syādzilī. Adapun redaksi teksnya sebagai berikut:

أح دؼخ جرذغ: ف ك١شح جظوع )جـ١ض أذ ذىغ كح جى(، ذض ذ ئذغج١

حع، عف١ جض٠ جمضحع، ذض ذ رض جهلل جغغذ، أذ س١غ، هحخ جرش

(، رض جهلل ذ ؿح جروغ، ذض ذ جالء جرحذ، رض جغؤف )ش

جج ذض ذ أدض جغ١، جؼ٠ ػوغ٠ح ذ ذض جألوحع، جؼ رض

جض جطم ذ رض جىحف جـرى جغد١ ذ جفغجش، ضحج رض جحخ ذ ،

(، جطحج أدض ذ حء جهلل، أذ جرحؽ أدض ذ غ جغؿ )ش 6)ش

(، جإف جمد ؿ١ض أذ جذـ ذ رض جهلل ذ رض ججرحع جلحط )ش 8

.)

Kendati Hasyim Asy‟ari sudah belajar tarekat Qadiriyah dan

Naqsyabandiyah sebagaimana disebutkan di atas, beliau tidak pernah

menyatakan bahwa beliau menganut aliran tarekat manapun. Sedangkan untuk

pengamalannya beliau lebih cenderung kepada tarekat Syādzilyah. Bahkan

dengan Syeikh Mahfud Tarmes terdapat benang merah yang menghubungkan

guru dan murid ini dalam tarekatnya. Hal ini sebagaimana tertulis dalam kitab

Risālah Ahl al-Sunnah wa al-Jamā‟ah. Dalam kitab itu disebutkan bahwa

45

Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, h. 30. 46

Abi al-Faidl Muhammad Yāsīn bin „Isā al-Fādānī al-Makkī, Kifāyatu al-Mustafīd limā

„Alā min al-Asānīdi, (Bairut: Dār al-Basyāir al-Islāmiyyah, 2008), h. 35-36.

Page 37: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

26

untuk bidang tashawuf beliau bermadzhab pada Imam al-Ghazālī dan Imam

Abī al-Hasan al-Syādzilī.47

Terbukti dalam tulisan Hasyim Asy‟ari berikut:

لض وح ـ جأللحع ججح٠س ف جألػح جـحفس جشح١س طفم ج٢عجء جظد، طذض

جأسظ جلغخ، فى ف جفم جظد جف١ؾ ظد جإلح ذض ذ ئصع٠ؾ، ف

جذـ جألكغ، ف جطوف ظد جإلح أهي جض٠ ظد جإلح أذ

جغؼج جإلح أذ جذـ جلحط ع جهلل أج١.

“umat Islam di tanah jawa pada zaman dahulu umumnya seragam

dalam pendapat dan madzhab. Dalam bidang fiqh mereka semua

bermadzhab al-Nafīs yakni madzhab Imam Muhammad Idris. Dalam bidang

Ushūl al-Dīn bermadzhab Imam Abī al-Hasan al-Asy‟arī. Dan di bidang

Tashawuf mereka bermadzhab Imam al-Ghazālī dan Imam Abī al-Hasan al-

Syādzilī.

Tidak ada pernyataan yang jelas dalam teks tersebut yang

menunjukan bahwa Hasyim Asy‟ari merupakan penganut tarekat

Syādziliyah, tapi hanya mengatakan bahwa masyarakat jawa umumnya di

bidang tashawuf bermadzhab pada Imam Abī al-Hasan al-Syādzilī, namun

dalam bukunya yang lain Hasyim Asy‟ari menjadikan dasar tarekat

Syādziliyah sebagai dasar tarekat tashawufnya. Sebagaimana redaksi yang

tertera dalam kitab Risālah Jāmi‟ah al-Maqāshid, di mana redaksinya sama

persis dengan dasar tarekat Syādziliyah yang tertera dalam kitab Jāmi‟ al-

Ushūl fī al-Auliyā‟.48

Pada redaksi selanjutnya, masih dalam kitab Kifāyatu al-Mustafīd

limā „Alā min al-Asānīdi disebutkan bahwa Hasyim Asy‟ari merupakan

salah satu dari beberapa orang yang mendapat didikan khusus oleh Syeikh

Mahfud Tarmes. Adapun redaksinya sebagai beriku:

جى١ح عجص٠ صدال جـحعج جفى، ضشغج ٠ض سك وث١غ : أسج

(، جى١ح س١ جالؿ وحضر جشحم، جى١ح ذض ص١ح جطغـ )ش

جى١ح صحع جمال، جى١ح جذحج ذض حك ذ أكغ ججرح، جى١ح

47

Hasyim Asy‟ari, Risālah Ahl al-Sunnah wa al-Jamā‟ah, Irsyd al-Sāri Fi Jam‟i

Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari. (Jombang: Maktabah al-Turāst al-Islāmī, 2007), h. 9. 48

Kitab ini dikarang oleh Syeik al-Nasik Dliyā‟u al-Dīn Ahmad Musthafā al-

Kamsyakhānawī al-Naqsyabandī.

Page 38: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

27

ى١ح رض ذض فم١ ذ رض ججرحع جـىرح، جألسج جى١ح ذ١ح ج

ج١ جذح رض جؼ٠ؼ جالؿ، جى١ح ج جفحؿغج، جى١ح رحؽ ذطحش

جلغذ، جى١ح رض جذ١ ذ ٠مخ جـ١ضعجح جـغذح ث جى.9

Dari pengkaderan khusus oleh Syeikh Mahfud seperti yang tertera

pada teks di atas, tidak menutup kemungkinan bahwa tarekat Syādziliyah

juga telah diajarkan kepada Hasyim Asy‟ari, meskipun yang penulis ketahui

tidak ada redaksi lansung yang menyatakan bahwa Syeikh Mahfud juga

telah mengajarkan tarekat Syādziliyah sebagaimana ia mengijazahkan

shahīh al-Buhārī kepada Hasyim Asy‟ari.

E. Karya-karyanya

Hasyim Asy‟ari merupakan sosok ulama besar, pejuang dan seorang

yang berlatar belakang pendidik produktif, pasalnya beliau menghasilkan

beberapa karya tulis dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa jawa.

Bukan hanya sebatas menulis, beliau juga memiliki perpustakaan pribadi yang

di dalamnya terdiri dari beberapa buku-buku ke-Islaman yang jarang bisa

ditemukan di tempat lain, baik yang berbentuk cetak maupun naskah-naskah

tulisan peninggalan dulu. Perpustakaan beliau terdiri dari beberapa karya kitab

yang tertulis dalam beberapa bahasa, di antaranya; arab, indonesia, jawa, dan

malaysia.50

Hasyim Asy‟ari merupakan figur yang sangat aktif dalam dunia

penulisan, hal itu terbukti dengan karya-karya beliau yang patut kita ketahui

dan sangat pantas untuk menjadi refrensi bacaan. Sebagaimana ulama identik

dengan seorang cendekia cerdik yang mewariskan ilmu dan amal, begitu

49

Abi al-Faidl Muhammad Yāsīn bin „Isā al-Fādānī al-Makkī, Kifāyatu al-Mustafīd limā

„Alā min al-Asānīdi, h. 42. 50

Syihab Asad, Hadlratus syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari Perintis Kemerdekaan

Indonesia, h. 51

Page 39: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

28

halnya dengan Hasyim Asy‟ari. Beliau pun mewariskan ilmu melalui karya-

karyanya (kitab-kitab), dan mewariskan amal melalui pengabdiannya kepada

umat. Karya beliau telah mampu memberikan karakter keberagaman yang khas

ke-Indonesiaan, mampu beradaptasi dengan budaya dan tradisi lokal yang

berkembang, khususnya tradisi jawa. Di samping itu karya Hasyim Asy‟ari

juga menjadi sumber inspirasi bagi kalangan pesantren dalam sistem

pendidikan.51

Berikut beberapa hasil karya Hasyim Asy‟ari yang tertuang dalam

karya tulis;

1. Adab al-„Alim wa al-Muta‟allim

2. Risālah ahl al-Sunnah wa al-Jamā„ah

3. Al-Tibyān

4. Al-Nūr al-Mubīn

5. Ziyādah al-Ta„līqāt

6. Tanbihāti al-Wājibāt

7. Dlau‟ al-Mishbāḥ

8. Awdlih al-Bayān

9. Irsyād al-Mu‟minīn

10. Al-Manāsik al-Shughrā

11. Jāmi„ah al-Maqāshid

12. Risālah Tusammā bi al-Jāsūs fī bayāni ahkām al-Naqūs

13. Risālah fī jawāzi al-Taqlīd

14. Al-Darar al-Muntatsirah

51

Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy‟ari (Jakarta: Kompas, 2010), h.94

Page 40: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

29

15. Tamyīz al-Haq min al-Bāthil

16. Risālah fī al-„Aqāid

17. Risālah fī al-Tashawwufi

Di atas ini merupakan beberapa karya tulis Hasyim Asy‟ari yang

didokumentasikan oleh cucunya, penulis mengambil dalam sebuah buku yang

berjudul Kumpulan Kitab Karya Hadlratus Syaikh K.H. Muhammad Hasyim

Asy‟ari, buku ini dikumpulkan menjadi sebuah kumpulan karangan Hasyim

Asy‟ari oleh K.H. Muhammad Ishomuddin Hadziq.52

Namun selain ke 17 karya di atas, masih ada sejumlah karya beliau

yang berbentuk manuskrip dan belum diterbitkan. Antara lain sebagai berikut

al-Risālat al-Jamā‟ah dan al-Risālat al-Tawhīdiyyah. 53

52

Hasyim Asy‟ari, Irsyād al-Sāri Fi Jam‟i Musannafāt al-Syeikh Hasyim Ays‟ari

(Jombang: Maktabah Turast al-Islami, 2007). 53

Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy‟ari, h.99

Page 41: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

30

BAB III

T ASHAWUF

A. Pegertian Dan Tujuan Tashawuf

Tashawuf merupakan ilmu yang dipelajari oleh setiap golongan

agama, tidak hanya Islam yang mengenal tashawuf, akan tetapi agama-agama

lain pun seperti Yudaisme dan Kristen juga mengena lnya. Tashawuf hadir di

tengah masyarakat Yunani Kuno dalam Filsafat Phytagoras. Di kalangan

bangsa Persia dalam Filsafat Mani dan Zoroaster, sedangkan di India

mistisisme terkandung dalam ajaran Budhisme, Brahma dan kitab Weda.54

Dapat kita simpulkan bahwa tashawuf merupakan ilmu yang sangat

pesat, begitu banyak yang menulis dan mendefinisikan, hal itu menunjukkan

bahwa tashawuf merupakan ilmu yang sangat berkembang. Terdapat pula

berbagai teori tentang pendefinisian asal usul tashawuf. Pegertian tashawuf

sendiri meliputi secara etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah), penulis

akan mengemukakan secara etimologi terlebih dahulu sebagai berikut;

1. Berasal dari kata ahl al-suffah (أ جوفس) orang-orang yang ikut

pindah bersama Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah, dalam keadaan

miskin karena kehilangan harta dan tidak mempunyai apa-apa. Mereka tinggal

di Masjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan berbantal pelana. Pelana

itulah yang disebut suffah. Sungguh miskin ahl-suffah namun berhati baik dan

54

Muhammad Fauqi Hajjaj, Tashawuf Isam dan Akhlak, terj. Kamran As‟at Irsyady

(Jakarta: Amzah, 2011), h.3

32

Page 42: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

31

mulia, dan tidak mementingkan sifat keduniaan serta sungguh berhati baik dan

mulia sifat-sifat kaum sufi.55

2. Ada juga teori yang mengatakan bahwa tashawuf berasal dari kata

kota sophos yang berarti hikmah, dan kata tersebut berasal dari bahasa yunani.

Kalau kita amati memang ada hubungan antara orang sufi dan kata hikmah,

karena kaum sufi membahas persoalan berdasarkan pembahasan yang falsafati.

Tetap teori ini ada yang meragukan sebab haruf “s” pada kata sophos jika

ditransliterasikan ke dalam bahasa arab menjadi ؽ bukan م , jika demikian

harusnya sufi ditulis dengan kata ؿف bukan هف.56

Ibrahim Basyuni juga

berpendapat, bahwasanya ulasan kata tersebut kurang pas, karena pencantuman

huruf pada awal kalimat tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya.

Menisbahkan pada lafadl جوف yang artinya wol kasar, memang kelihatan

adanya hubungan gaya hidup kaum zuhud yang tidak suka kesenangan

duniawi, lebih memilih tekun beribadah kepada Allah. Karena wol merupakan

pakaian para nabi, simbol para wali dan sufi57

3. Al-Qusyairi mengatakan bahwa asal usul kata tashawuf adalah kata

shafwah yang memiliki arti orang pilihan.

4. Al-Shuffah (جوفس)

جوفس جط وح جطـى ٠جط ١ح ف ض جر ه جهلل ١ ؿ

55

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),

h. 57 56

Rusli Ris‟an, Tashawuf dan Tarekat (Jakarta: Raja Wali, 2013), h.5; Lihat juga Harun

Nasution, h. 57 57

Institut Agama Islam Negeri, Pengantar Ilmu Tashawuf, (Jakarta: tampa nama penerbit

dan tahun cetak), h. 10

Page 43: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

32

“ada sekelompok orang yang melakukan ibadah di serambi-serambi

masjid pada masa Nabi Muhammad S.A.W”.58

Al-shuffah juga disebutkan sebagai generasi pertama para sufi, mereka

melakukan ibadah penuh keikhlasan kepada Allah sehingga mereka menjadi

teladan utama bagi generasi-generasi sufi selanjutnya.59

5. Ada juga yang mengatakan tashawuf berasal dari kata al-Shāfa‟

(جوفحء)

ئح ـرس ئ هحف عذ فوف

“kata al-Shāfa‟ dinisbatkan kepada seseorang yang mensucikan

Tuhannya, kemudian disebut seorang sufi”.60

Maksudnya yaitu, seorang sufi terus-menerus melakukan upaya untuk

selalu dekat kepada Allah dengan cara mensucikan diri dengan segala bentuk

Tasyabbuh atau Imtitsāl yang diwujudkan melalui ibadah-ibadah yang di

lakukan atau dengan cara lain untuk membersihkan batinnya.

6. Menurut Dzunnun al-Mishrī, bahwa kata tashawuf berasal dari kata

Shafwiyah (هف٠س) diambil dari kata al-Shāfa‟ (جوفحء), dikatakan bahwasanya

para sufi melakukan amalan secara tersembunyi dan merahasiakannya,

sehingga tidak timbul perasaan untuk disanjung atau menghindari rasa Riya‟

(rasa ingin disanjung orang lain), supaya amalan yang dilakukan benar-benar

58

Muhammad Ghalab, al-Tashawuf al-Muqāran (Al-Qahirah: Maktabah Nahdhah Mesir,

1957), h.26 59

Syaikh Abd al-Qadir Isa, Hakikat Tashawuf, terj. Khairul Amru Harahap (Jakarta:

Qisthi Press, 2014),h.7 60

Muhammad Ghalab, Al-Tashawuf al-Muqaran, h.26-27

Page 44: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

33

tulus dan iklas karena Allah. Seperti yang dikutip dalam pernyataanya sebagai

berikut;

طه أ ٠ـطغ ج ٠ىط فال ٠لذ جغ٠حء

“mereka para sufi merahasiakan dan menyambunyikan amal

perbuatannya, sehingga amal perbuatan tersebut tidak menyerupai

riya”.61

Musā‟id Muslim „Ali jakfar menjelaskan, bahwa akar kata tashawuf

secara detail menurutnya, apabila diambil dari kata al-Shafā maka yang

terbentuk adalah kata Syafawiyyah, apa bila diambil dari kata al-Shifā atau al-

Saff maka akan menjadi Safiyyah. Maka kata yang paling tepat sebagai

pembentukan istilah tashawuf adalah al-Suf.62

Diatas ini merupakan definisi tashawuf secara etimologi. Selanjutnya

penulis akan menggemukakan tashawuf secara terminologi (istilah). Terdapat

beberapa istilah yang dikemukakan oleh beberapa tokoh sufi, diantranya

menurut al-Junaydī,

جطوف ضوف١س جمخ دط ال ٠حص ح فح جظجض فحعلس جسالق جر١١س جسحص هفحش جرلغ٠س

جحرس ؼجش جفؾ

“Tashawuf adalah mensucikan hati sehingga tidak ditimpa suatu

kelemahan, menjuhi akhlak alamiah, melenyapkan sifat kemanusiaan,

dan menjauhi segala keinginan nafsu. ”63

Abu Amr al-Damsyaqī mengatakan,

61

Abdul Halim, Dzunnun al-Misri, tanpa penerbit dan tahun cetak, h. 47 62

Aramdhan kodrat permana, Nuansa Tasawwuf, (Bekasi: An Nahl, 2016), h.98 63

Rusli Ris‟an, Tashawuf dan Tarekat, h. 7

Page 45: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

34

“Tashawuf melihat ketaksempurnaan alam fenomena, bahkan

menutup mata terhadap alam fenomena”

Rumi mengatakan,

“Tashawuf itu merupakan renungan kelubuk makna kehidupan yang

bersifat batin dengan maksud mencapai dan menyingkap misteri

agung”64

Imam Sya‟rani mendefinisikan,

“ilmu Tashawuf tidak lain merupakan sebuah keilmuan yang

terpercik dalam hati para wali, ketika hati tersebut diterangi oleh

pengalaman-pengalaman terhadap al-Qur‟an dan Sunnah.”65

Ibnu Kaldun mengatakan,

“ Tashawuf itu adalah semacam ilmu syari‟at yang timbul kemudian

di dalam agama. Asalnya ialah bertekun beribadah dan memutuskan pertalian

dengan segala selain Allah, hanya menghadap Allah semata. Menolak hiasan-

hiasan dunia, serta membenci perkara-perkara yang selalu memperdaya orang

banyak, kelezatan harta-benda, dan kemegahan. Dan menyadari menuju jalan

Tuhan dalam khalwat dan ibadah”. Al-Hallaj ketika ditanya oleh seorang di

saat dia disalib, “ di waktu sekarang patut engkau mewariskan kata kepada

64

Abdul Hamid, Tashawuf yang Tertindas (jakarta: Paramadinah, 2001), h.13 65

Muhammad Syaraf Jalal, Tashawuf Islam Mazhab Baghdad (Tangerang: Gaya Media

Pratama, 2014), cet. I. h. 7

Page 46: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

35

kami, apakah arti yang sejati dari Tashawuf itu?”, maka dia berkata “ Tashawuf

ialah yang engkau lihat dengan matamu ini. Inilah dia tashawuf.”66

Dengan demikian, bahwa tumbuhnya tashawuf adalah, karena

seseorang tekun dalam melakukan ibadah untuk mendekatkan diri kepada

Allah dan berpaling dari kemegahan duniawi yang hanya sifatnya sementara,

mereka lebih memilih jalan zuhud dengan cara meninggalkan diri dari

kesenangan dunia dan kemweahan lainnya.67

Kita ketahui, bahwa begitu banyak yang telah mendefinisan tashawuf.

Menurut Ahmad Zaruq, kata tashawuf telah didefinisikan dan ditafsirkan dari

berbagai aspek, sehingga mencapai kurang lebih dua ribu definisi.68

seperti

yang telah ditulis di awal bahwa tashawuf merupakan ilmu yang sangat

berkembang dan selalu relevan dengan kebutuhan ummat.

Setelah diatas penulis mengemukakan tentang pengertian tasawauf,

maka sekarang penulis akan mengemukakan tujuan tashawuf.

Secara Filosofis Mustafa Zuhri menggatakan, bahwa tujuan tashawuf

itu Fana untuk mencapai Makrifat. Arti fana sendiri adalah meniadakan diri

supaya ada. Sementara itu, secara tashawuf yaitu leburnya pribadi pada

kebaqaan Allah, dimana perasaan keinsanan lenyap diliputi rasa ketuhaan

dalam keadaan mana, semua rahasia yang menutup diri dengan al-Haqqu

Ta„ala tersingkap kasyaf, ketika itu antara Allah dan dirinya menjadi satu

dalam Baqa‟nya tanpa Hulūl/berpadu dan tanpa Ittihād/bersatu, dalam artian

seolah-olah merasa manusia dan Tuhan sama. Seperti yang dikutip dalam

pernyataan Ali bin Abi Thalib r.a, sebagai berikut;

66

Hamka, Tashawuf Modern, (Jakarta: Republika Penerbit, 2015 ), h. 3 67

Toriquddin, Sekularitas Tashawuf, (Malang: UIN-Malang, 2008), h. 20 68

Syaikh Abd al-Qadir Isa, Hakikat Tashawuf, terj. Khairul Amru Harahap, h. 19.

Page 47: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

36

ف فحت فح فحت# ف فح ت جضش أص

“Dan di dalam kefanaanku, leburlah kefanaanku. Tetapi di dalam

kefanaanku itulah bahkan aku mendapatkan engkau (al-Haqqu

Taala).”

Dikutip pula dalam pernyataan Abdul Karim Al-Jailnī

الس ظج جىلف ج ٠ف أال فـ ذع عذ ث ٠ف ثح ١ح عذ ذع ؿغ جغذذ١س ث

٠ف ثحثح طمحش هفحض ذذطممحش طجض.

“Tanda-tanda kasyaf itu adalah: pertama. Fananya seseorang dari

dirinya karena jelasnya tuhannya, kedua. Fananya seseorang dari

pancaran tuhannya karena jelasnya rahasia ketuhanan, ketiga. Fananya

seseorang dari segala yang menyangkut sifatnya karena tahqī„q zatnya

Allah”. 69

Sedangkan menurut Toriquddin dalam bukunya Sekularitas Tashawuf,

bahwa tujuan para mutashawwifin yaitu tidak ada tujuan lain kecuali hanyalah

bertujuan untuk mencapai “Ma‟rifah billah” (mengenal Allah), dan

tersingkapnya hijab yang membatasi dirinya dengan Allah.70

Namun tujuan terpenting secara umum menurut Rivay Seregar, adalah

berada sedekat mungkin dengan Allah. Tetapi kalau dilihat secara

karakSteristik tashawuf secara umum ada tiga bagian. Pertama. Bertujuan

aspek moral, hal ini umumnya bersifat praktis, kedua. Bertujuan ma‟rifatullah

melalui penyingkapan langsung atau metode kasyf al-hijab, tashawuf ini

69

Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tashawuf, h. 164 70

Toriquddin, Sekularitas Tashawuf, h. 30

Page 48: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

37

bersifat teoritis yang menggunakan seperangkat ketentuan yang diformulasikan

secara sistematis dan analistis, ketiga. Bertujuan membahas bagaimana sistem

pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah, secara mistis dan filosofis.

Kalau kita amati secara keseluruhan, terdapat beragam tujuan tashawuf, tetapi

pada intinya Tashawuf adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak

mutlak Allah, karena Allah merupakan penggerak utama dari semua kejadian.71

Tujuan lain dari Tashawuf seperti yang dikatakan Rosihon Anwar

dalam bukunya, Yaitu untuk memperoleh hubungan langsung dengan Allah

secara khusus. Hubungan tersebut memiliki arti tersendiri dengan kesadaran,

bahwa manusia sedang berada di hadirat Allah. Kesadaran tersebut menuju

komunikasi dan dialog antara roh manusia dan Allah. Para sufi beranggapan

bahwa ibadah yang dilakukan dengan cara formal belum dianggap memuaskan,

karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi.72

Begitu juga Sayyid Nur Ibn Sayyid Ali, mengemukakan tujuan

tashawuf yang dibagi kedalam enam bagian, sebagai berikut. Pertama,

berupaya menyelamatkan manusia dari akidah-akidah syirik dan batil. Kedua,

untuk melepaskan diri atau menggosongkan hati dari sifat-sifat tercela. Ketiga,

untuk menghiasi diri dengan akhlak mulia yang diajarkan agama Islam.

Keempat, untuk meraih tingkatan ihsān dalam ibadah. Kelima, untuk

menstabilkan akidah persahabatan dengan Tuhan (suhbah ilāhiyyah). Keenem,

bertujuan untuk meraih kekuatan iman yang dulu pernah dimiliki para sahabat

Nabi Muhammad. Ketujuh, menyebarkan ilmu syari‟at dan menghembuskan

71

Samsul Munir Amin, Ilmu Tashawuf, h.58-59 72

Rasihon Anwar, Akhlak Tashawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.148

Page 49: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

38

ruh kehidupan, sehingga karenanya dihasilkan motivasi bagi kaum muslim

untuk memimpin kembali umat manusia.73

B. Sumber Ajaran Tashawuf

1. Al-Qur’an

Sumber ajaran tashawuf dalam Islam berdasarkan al-Quran dan al-

Sunnah, meskipun ada sebagian yang mengatakan bahwa tashawuf dalam

Islam timbul karena adanya pengaruh dari luar Islam. Al-Qur‟an dan al-Sunnah

merupakan dalil naqli atas sumber ajaran tashawuf, karena pembentukan awal

tashawuf adalah akhlak, sementara moral dan keagamaan banyak diataur dalam

al-Qur‟an dan al-Sunnah.74

Jelaslah bahwa sumber utamanya adalah al-Qur‟an,

sebab tashawuf ditimbulkan dari al-Qur‟an, al-Sunnah, dan amalan serta

ucapan para sahabat. Amalan serta ucapan para sahabat tentu tidak keluar dari

ruang lingkup al-Qur‟an dan al-Sunnah. Oleh sebab itu sumber utama tashawuf

adalah al-Qur‟an dan al-Sunnah.75

Al-Qur‟an merupakan kitab Allah yang di dalamnya terkandung

ajaran-ajaran Islam, untuk memahami ayat-ayat al-Qur‟an tidak cukup hanya

secara lahiriah (tektual), tetapi perlu juga memahaminya secara rahaniah

(kontekstual). Sebab, jika hanya dipahami secara lahiriah, ayat-ayat al-Qur‟an

terasa kaku, mustahil akan ditemukan persoalan yang tidak dapat diterima

secara psikis. Pada dasarnya Islam telah mengatur kehidupan manusia secara

73

Sayyid Nur Ibn Sayyid Ali, al-Tashawuf al-Syar‟i, terj. M. Yaniyullah (Jakarta:

Hikmah, 2003), h. 17-18 74

Toriquddin, Sekularitas Tashawuf, h. 17 75

Syamsul Munir Amin, Ilmu Tashawuf, (Jakarta: Amzah, 2014), h. 15

Page 50: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

39

lahiriah dan bathiniah, pada akhirnya unsur ajaran batiniah melahirkan

Tashawuf.76

Dalam al-Qur‟an terdapat ayat yang menggambarkan ajaran tashawuf.

Allah memerintahkan manusia agar selalu membersihkan diri dan bertaubat

kepadanya, karena Allah cinta kepada hambanya yang bertaubat dan selalau

membersihkan dirinya. seperti firmannya;

ج جهلل ٠ذد جطجذ١ ٠ذد جطغ ٠.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah (2):

222)

Kalau kita resapi, ayat di atas ini memiliki makna yang sangat luas.

Jika sahnya shalat wajib diawali dengan bersuci secara lahir (berwhudu‟),

maka begitu juga dalam tashawuf ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu,

bertaubat. Bersuci secara lahir (berwhudu‟) akan berpengaruh pada kebersihan

hati. Sedangkan bersuci secara batin (taubat) akan membersihkan batin yang

lebih dalam.77

Bersuci yang dimaksud di kalangan para sufi yaitu,

membersihkan diri dari sifat-sifat tercela. Seperti hasad, thama‟, ujūb,

pemarah, dengki terhadap sesama, dan lain-lain.78

Jika terus-terusan bertaubat

dan bersuci, maka Allah akan mencintainya. Oleh karena itu, seseorang tidak

mungkin dapat mensucikan dirinya tanpa bertaubat terlebih dahulu. Dengan

demikian, bertaubat dan mensucikan diri merupakan hal yang tidak dapat

76

Rosihon Anwar, Akhlak Tashawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.152 77

Syaikh Al-Waasi‟ Achma Syaechudi, Bulan Terang di Bukhara, (Jakarta: Khazanah,

2007), h. 30 78

Toriquddin, Sekularitas Tashawuf, h. 29

Page 51: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

40

dipisahkan untuk mencapai kedekatan kepada Allah. Seperti halnya bunga dan

kumbang, mustahil madu akan ada dengan sendirinya tanpa perpaduan di

antara keduanya.79

Al-Qur‟an juga menyerukan manusia untuk iman kepada Allah dan

rasulnya, hingga para sufi senantiasa selalu mencontoh Rasullah dan para

sahabatnya dalam ibadah maupun prilakunya. Selain itu, al-Qur‟an juga

sebagai petunjuk bagi manuisa. Sebagaimana yang tertera dalam firma-Nya:

ح ى ال ضإ ذحهلل جغؿي ٠ضو طإ ذغذى لض أسض ١ثمى ئىط إ١. جظ

٠ؼي رض ءج٠ص ذ١ص ١شغ جى جص ئ جع ئ جهلل ذى غءف ع د١.

“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal rasul menyeru

kamu supaya kamu beriman kepada tuhanmu. Dan sesungguhnya dia telah

mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.

Dialah (Allah) yang menurunkan kepada hambanya ayat-ayat yang terang

(al-Quran) supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada

cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar maha penyantun lagi maha

penyayang terhadapmu.” (QS. Al-Hadid (57: 8-9)

٠ض ذ جهلل جضر عج ؿر جـال

“Allah memimpin (memberi petunjuk) dengan Qur‟an kepada orang-

orang yang mengikuti keridhaannya ke jalan (Tarekat) keselamatan.”

(QS. Al-Maidah (5): 16 ).80

١ضأ فث ج جهلل ئ جهلل جؿ هلل جلغق جغغخ فأ٠ح

79

Syaikh Al-Waasi‟ Achma Syaechudi, Bulan Terang di Bukhara, h. 31 80

Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tashawuf, (Surabaya: Bina Ilmu,2007), h. 156

Page 52: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

41

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemana pun kamu

menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah maha (rahmmat-

Nya) lagi maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah (2): 115)

Terdapat pula ayat yang menganjurkan manusia untuk tidak

mendekati dunia. Dalam artian, Allah memerintahkan manusia untuk selalu

mendekatkan diri kepada-Nya dangan bersikap zuhud (tidak suka dunia),

seperti yang terdapat dalam ayat berikut ini:

١آص سظج ػ٠طى ض و ـجض وج جكغذج ال ضـغفج ئ ال ٠ذد جـغ ف ٠ر

“wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada

setiap (masuk) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

(QS. Al-a‟raf (8): 31 )

Dalam ayat ini jelas sekali bahwasanya Allah telah menganjurkan kita

untuk tidak berlebihan dalam urusan dunia, karena Allah tidak menyukai

terhadap orang-orang yang berlebih-lebihan. Ayat ini menggambarkan kepada

kita sebagai landasan utama bagi para sufi untuk bersikap zuhud, dan bukti

sebagai dasar landasan tashawuf.

2. Al-Sunnah

Sejalan dengan apa yang terdapat dalam al-Qur‟an di atas, al-Sunnah

yang juga merupakan sumber tashawuf banyak berbicara tentang kehidupan

rohaniah, seperti yang di contohkan oleh Nabi Muhammad dalam bersikap

Zuhud. Beliau mengajarkan bahwa kekayaan yang sebenarnya bukanlah

Page 53: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

42

kekayaan harta, melainkan kekayaan rohaniah. Nabi Muhammad tidak tertarik

dengan kekayaan harta, karena beliau memandang kekayaan rohani lebih tinggi

kedudukannya dari pada harta benda.81

Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Wahai manusia, dunia ini adalah

kampung kebinasaan, dan bukan kampung kelurusan; tempat kesusahan, dan

bukan tempat kebahagian. Makan, barang siapa mengetahuinya, maka ia tidak

berbahagia karena kemewahannya, dan tidak bersedih karena kesengsaraannya.

Ketahuilah bahwa Allah SWT menciptakan dunia sebagai kampung ujian dan

akhrat sebagai kampung balasan. Dia menjadikan musibah dunia sebagai sebab

bagi pahala akhirat, dan pahala akhirat sebagai ganti musibah dunia. Karena

itu, dia mengambil untuk memberi, dan menguji untuk membalas. Sungguh,

dunia cepat hilang dan segera berubah. Karenanya, berhati-hatilah kalian dalam

menghadapi manisnya penyusunan karena pahitnya penyepihan. Tinggalkan

kelezatan saat kini karena kebenciannya saat nanti. Janganlah kalian berusaha

memakmurkan rumah dengannya, padahal Allah telah menghendaki dari kalian

untuk menjahinya. (Jika tidak), kalian menjadi orang-orang yang menghadapi

kemurkaan-Nya dan berhak mendapatkan hukuman-Nya”.82

Ada juga hadist yang menganjurkan kita untuk mendekatkan diri

kepada Allah, hingga akhirnya dengan cara begitu kita bisa menyatu

bersamanya. Seperti hadist berikut ini;

أذ غ٠غز ع جهلل لحي: لحي عؿي جهلل ه جهلل ١ ؿ: ئ جهلل ض لحي: حص

١ح فمض أصط ذحذغخ ح ضمغخ ئ رض ذل١ة أدد ئ ح جفطغص ١ ح ٠ؼجي رض ٠طمغخ

81

Hamzah Ya‟Qub, Tingkat Ketenangan Dan Kebahagiaan Mukmin, (Jakarta: Atisa,

1992), h. 28 82

Ibnu „Arabi, Wasiat-Wasiat Ibnu „Arabi, terj. Irwan Kurniawan (Bandung: Pustaka

Hidayah, 1997), h. 184

Page 54: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

43

٠ض جط ٠رق ذح ج ذحجف دط أدر فاطج أدررط وص ؿ جظ ٠ـ ذ ذوغ جظ ٠روغ ذ

عج جط ٠ق ذح ث ؿأ أل١ط ث جؿطحط أل١ظ ذ ]عج جرشحع[

“Dari Abi Hurairah ra. Berkata: “RasulAllah SAW, bersabda:

Sesungguhnya Allah telah berfirman: “Siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka

Aku menyatakan perang padanya, dan hamba-Ku tidak mendekat kepada-Ku

dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada menjalankan kewajiban. Seorang

hamba selalu mendekatkan diri pada-Ku dengan melakukan amalan sunnah

hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya maka Aku akan menjadi

pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya untuk

melihat, tangannya yang ia jadikan sebagai kekuata, dan kakinya yang ia

gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon padaku pasti akan aku kabulkan, jika

ia berlindung kepada-Ku, pasti akan Kulindungi.”83

Menurut Hasyim Asy‟ari dalam kitabnya (Irsyādu al-Mu‟minīn), jika

seseorang menginginkan kebahagiaan dunia maupun akhirat maka harus

mengikuti perjalanan Nabi Muhammad, karena yang beliau tempuh (Nabi

Muhammad SAW) merupakan perjalanan untuk mencapai sebuah keselamatan.

Hasyim Asy‟ari dalam hal ini berlandasan pada al-Qur‟an.84

Sebagaimana

firman Allah:

مض وح ى ف عؿ ي جهلل أؿز دـس وح ٠غج جهلل ج١ جألسغ ط وغ جهلل وث١غج.

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. (Q.S, al-

ahzāb (33): 21).

Nabi Muhammad merupakan contoh dan suri tauladan yang paling

baik, beliau selalu berbuat baik kepada sesama manusia, berbuat baik kepada

keluarga, tamu dan juga para tetangganya. Dalam bidang sosial beliau dikenal

sangat pemurah, dan penolong sesama dari segala kesulitan. Selalu

83

Muhammad bin Ismail al-Bukhāri, Shahih Bukhāri, (Bairut: Dar Ibnu Katsir, 1987), juz

5, h. 238. 84

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Irsyād al-Mu‟minīn, Irshd al-Sari Fi Jam‟i

Musannafat al-Shaykh Hasyim Ays‟ari (Jombang: Maktabah Turast al-Islami, 2007), h. 5

Page 55: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

44

memperhatikan pelayanan terhadap fakir miskin, anak yatim dan orang-orang

lemah.85

Dan selanjutkan di dalam kehidupan nabi Muhammad terdapat suri

tauladan yang mengambarkan beliau sebagai seorang sufi, ditunjukan dengan

sikap zuhud yang tidak rakus terhadap urusan duniawi. Disaat melakukan

pengasingan di gua Hira‟ Nabi Muhammad hanya bertafakkur, beribadah dan

hidup sebagai seorang zahid. Beliau hidup dalam kesederhanaan, terkadang

mengenakan pakaian tambalan, tidak makan dan minum kecuali yang halal.86

Tergambar pula sifat zuhud nabi Muhammad dalam sebuah hadis

yang meriwayatkan, ketika sahabat Umar bin Khatthab berkunjung ke rumah

RasulAllah SAW. Ketika Umar masuk kedalamnya, dia kaget melihat isi

rumah beliau, yang ada hanyalah meja dengan alas daun kurma yang kasar,

sementara yang terdapat di dinding rumah Nabi hanyalah sebuah tempat air

(griba) yang biasa beliau gunakan untuk berwudhu‟. Keharuan terjadi pada

Umar, tanpa disadari air matanya menites. Kemudian nabi Muhammad

menanyakannya: “Gerangan apa yang membuatmu menangis wahai sahabtku?”

Umar pun menjawab: “ Bagaimana akau tidak menangis, ya RasulAllah?,

hanya seperti ini keadaan yang aku dapati di rumah tuan. tidak ada perkakas

dan tidak ada kekayan kecuali meja dan griba, padahal di tangan Tuan telah

tergenggam kunci dunia timur dan dunia barat, dan kemakmuran telah

melimpah.” Lalu beliau menjawab: “Wahai Umar, aku ini adalah Rasul Allah.

Aku bukan seorang kaisar dari romawi dan juga bukan seorang kisra dari

85

Hamzah Ya‟Qub, Tingkat Ketenangan Dan Kebahagiaan Mukmin, h. 29 86

Abuddin Nata, Akhlak Tashawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta, Raja Wali Pres, 2015),

h. 158

Page 56: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

45

persia. Mereka hanyalah mengejar duniawi, sementara aku mengutamakan

ukhrowi.”87

C. Maqamat Dan Ahwal

Para sufi memiliki sebuah konsepsi tentang jalan (thariqah) untuk

sampai kepada Allah taqarrub ilallāh (mendekatkan diri kepada Allah). Jalan

itu merupakan sebuah latihan rohaniah yang dilakukan secara bertahap. Latihan

tersebut ditempuh dengan berbagai fase yang dikenal dengan maqamat

(tingkatan-tingkatan) serta ahwal (sebuah keadaan), dan pada akhirnya sampai

mengenal Allah.88

Secara historis konsep maqamat dan ahwal pertama kali muncul

diduga pada masa sahabat Ali bin Abi Thalib. Hal tersebut diperkuat dengan

adanya para sahabat pada waktu itu berkonsultasi tentang iman. Ali bin Abi

Thalib menjawab bahwa iman itu bersumber pada empat fondasi, yaitu taqwa,

sabar, adil dan jihad.89

Seperti yang telah ditulis diatas, untuk menggapai

sebuah tujuan pastilah melalui beberapa proses perjalanan, Harun Nasution

dalam bukunya (Falsafat dan Mistisisme dalam Islam) mengatakan, seorang

sufi apabila ingin sampai kepada Allah, maka ia harus menempuh perjalanan

panjang yang berisi stasiun-stasiun, yaitu yang disebut dengan maqamat

dalam istilah arab, atau stages dan stations dalam istilah Inggris (مححش)90

.

Disamping istilah maqam, terdapat juga isltilah ahwal, namun yang

dimaksud ahwal (keadaan) disini merupakan keadaan psikologis seorang sufi

87

Adib Zain, Zahid dan Luqmanul Hakim Dkk, Mengenal Thariqah (Semarang: Anika

Ilmu Semarang, 2005), h. 5 88

Samsul Munir Amin, Ilmu Tashawuf (Jakarta: Amzah, 2014), h. 166 89

Mustafa, Akhlak Tashawuf (Bandung. Pustaka Setia, 1997), h. 280-281 90

Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 2010),

h. 48

Page 57: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

46

ketika sudah mencapai maqam tertentu. Secara teliti para sufi menegaskan

perbedaan antara maqam dan ahwal. Maqam menurut kaum sufi ditandai

dengan kemapanan. Sementara ahwal, justru mudah menghilang. Maqam bisa

dicapai dengan kehendak (kamauan) dan upaya. Sementara ahwal, dapat

diperoleh secara disengaja91

, bukan diperoleh melalui atas usaha manusia,

tetapi didapat sebagai anugerah dan rahmat dari Allah dan sifatnya sementara,

datang dan pergi. Bagi seorang sufi datang dan pergi dalam perjalanannya

mendekati Allah.92

Para sufi berbeda-beda dalam memberikan pengertian tentang maqam

secara bahasa, namun pada dasranya secara subtansi memiliki pemahaman

yang sama. Al-Qusyairi mengatakan, maqam adalah tahapan adab seorang

hamba dalam rangka wushul (sampai) kepada Allah dengan berbagai usaha,

diwujudkan dengan suatu tujuan pencarian dan ukuran tugas. Masing-masing

berada dalam tahapannya sendiri ketika dalam kondisi tersebut, serta

melakukan latihan-latihan spritual menuju Allah.93

Al-Qusyairi mengatakan,

ahwal adalah makna yang datang pada hati dengan cara disengaja, ahwal

diperoleh tanpa daya dan upaya, baik dengan menari, bersedih hati, bersenag-

senang, rasa tercekam, rindu, gelisah atau harapan.94

Menurut Dzun An-Nun Al-Mishri, Maqam-maqam dapat diketahui

berdasrkan tanda-tanda, simbol-simbol dan amalannya. Dan harus dilalui

secara bertahap. Sedangkan Ahwal dapat dikatakan, merupakan sebuah

pemberian yang berasal dari Tuhan kepada hamba-Nya yang dikehendaki,

91

Samsul Munir Amin, Ilmu Tashawuf (Jakarta: Amzah, 2014), h. 167 92

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),

h. 49 93

Media Zainun Bahri, Tashawuf Mendamaikan Dunia (Jakarta: Erlangga, 2010), h.84 94

Samsul Munir Amin, Ilmu Tashawuf (Jakarta: Amzah, 2014), h. 168

Page 58: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

47

pemberian tersebut adakalanya tidak melalui usaha. Tidak semua orang yang

berusaha itu berhasil, namun ia menjadi dambaan bagi setiap orang yang

menjalani tashawuf.95

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa maqam lebih lama dari pada

ahwal. Maqam bersifat tetap, sementara ahwal silih berganti. Namun keduanya

sama-sama menunjukan perkara yang berdimensi spritual, meskipun keduanya

berbeda. Dan pasti hanya dipahami oleh mereka yang telah menjalankannya.

Di kalangan kaum sufi, urutan maqam berbeda-beda. Harun Nasution

menjelaskan, bahwa tidak semua buku-buku (kitab) tidak selamanya

memberikan angka dan susunan yang sama tentang stasiun-stasiun (maqam).

Abu Hamid al-Gazali dalam Ihyā‟ „Ulum al-Din memberikan lima tingkatan

(stasiun) untuk sampai kepada Allah; tobat, sabar, kefakiran, zuhud, tawakal,

makrifat dan kerelaan.96

Sementara Imam As-Suhrawardi memeberikan

sembilan urutan maqam sebagai berikut; tobat, wara‟, zuhud, sabar, fakir,

syukur, khauf, tawakkal dan ridha97

. Abu Nasr as-Sarrāj didalam kitab

momuntemnya al-Luma menyebutkan ada tujuh urutan; tobat, wara‟, zuhud,

fakir, sabar, tawakkal, ridha. Tokoh lai, Ibrahim Basyuni berpendapat ada lima;

tobat, zuhud, ridha, tawakkal, khalwah, dan zikir.98

Begitu pula ahwal, memiliki tingkatan tingkatan khusus. Namun pada

umumnya para sufi hanya menulis sepuluh tingkatan dalam ahwal; muqarabah,

95

Samsul Munir Amin, Ilmu Tashawuf (Jakarta: Amzah, 2014), h. 178 96

Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, h. 97

Samsul Munir Amin, Ilmu Tashawuf (Jakarta: Amzah, 2014), h. 170 98

Cecep Alba, Tashawuf dan Tarekat (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 20

Page 59: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

48

Qurbu, mahabbah, khauf, raja‟, syauq, unsu, itmi‟nan, musyahadah, dan

yaqin.99

D. Tarekat

Istilah tarekat banyak digunakan dalam kalangan tashawuf, Mustafa

Zahri dalam hal ini mengatakan bahwa makna tarekat merupakan sebuah jalan

atau petunjuk dalam melakukan suatau ibadah sesuai dengan ajaran yang

dicontohkan RasulAllah SAW. Dan yang dikerjakan oleh para sahabat Nabi,

tabi‟in, dan tabi‟it-tab‟in sampai kepada para ulama dan menyambung pada

sama kita ini.100

Secara bahasa tarekat beasal dari bahsa arab al-thariqat (جغق) yang

berarti jalan, keadaan dan aliran dalam garis sesuatu. Ada juga yang

mengatakan bahwa tarekat secara harfiah berarti jalan yang terang, dan lurus

yang mungkin mengantarkan pada tujuan dengan keadaan selamat. Selanjutnya

pengertian tarekat berbeda-beda sesuai dengan tinjauan masing-masing.

Namun kalangan para muhaddsin memberikan gambaran dalam dua arti asasi.

Pertama, mengambarkan sesuatu yang tidak dibatasi terlebih dahulu (lancar),

dan kedua, didasarkan pada sistem yang jelas yang dibatasi sebelumnya.

Tarekat juga diartikan sebagai sebuah renungan, dan sebuah usaha inderawi

yang akan mengantarkan seseorang pada hakikit, atau sesuatu data yang

benar.101

99

Cecep Alba, Tashawuf dan Tarekat, h. 21 100

Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Taswuf (Surabaya: Bina Ilmu, 2007), h. 42 101

Abuddin Nata, Akhlak Tashawuf dan Karakter Mulia, h. 233

Page 60: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

49

Dari definisi tarekat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

pengertian tarekat berbeda-beda disebabkan tinjauan yang berbeda-berda pula.

Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi mendefiniskan tarekat sebagai berikut;102

حخ ج١حش حغجذححجطثحي جألجغ جإل ١س ذمضع جحلس.ججغ٠مس جدط

“Tarekat adalah menjauhi dan melakukan perintah tuhan sesuai

dengan kesanggupan, baik larangan dan perintah yang nyata

maupun yang tidak nyata.”

دحش جصجءجفغجتي فحؿطح جدطحخ جذغحش جىغحش في جرح جغ٠مس

ججف ضذص عح٠سحعف ج جح٠س.

“Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh,

memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadlilah,

menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunahkan, sesuai

dengan kesanggupan (pelaksanaan) dibawah bimbingan seorang arif

(Syaikh) dari (sufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.”

Seorang calon sufi harus menempuh jalan untuk mencapai tujuan

berada sedekat mungkin dengan Allah. Tiap tarekat mempunya guru, upacara

ritual, dan zikir sendiri103

. Dengan demikian, tarekat merupakan sebuah jalan

untuk dekat dengan Allah yang telah ditentukan atau dipimpin langsun oleh

seorang Syekh (guru), baik dengan melakukan upacara atau bacaan-bacan

tertentu (zikir dan wiritan).

102

Mustafa, Akhlak Tashawuf (Bandung. Pustaka Setia, 1997), h. 280-281 103

Rosihun Anwar, Akhlak Tashawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.

Page 61: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

50

Namun ada seorang yang melakukan penelitian terhadap kehidupan

tashawuf yang dilakukan di beberapa negara Islam. Yaitu L. Missignon,

memberikan sebuah kesimpulan. Bahwa tarekat mempunyai dua macm

pengertian. Pertama, Tarekat yang diartikan sebagai sebuah pendidikan

kerohanian yang sering dilakukan orang-orang yang ingin menempuh

kehidupan tashawuf, untuk mencapai tingkatan-tingkatan kerohanian yang

disebut Maqamat dan Ahwal. Kedua, Tarekat yang diartikan sebagai sebuah

perkumpulan (organisasi) yang didirikan menurut aturan yang telah dibuat oleh

Syekh (seorang guru) yang menganut suatu aliran Tarekat tertentu. Dalam

perkumpulan tersebut kemudian Syekh mengamalkan suatu aliran Tarekat yang

dianut bersama para muridnya104

. Seperti halnya tarekat Naqsyabandiyah dan

tarekat Qadariyah yang berkembang pesat di Indonesia, guru besarnya dalam

tarekat tersebut adalah Syekh Ahmad Khatib105

104

Mustofa, Akhlak Tashawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997). Cet, 5. 2010, h. 281-282 105

Nama lengkapnya, Syekh Muhammad Khatib bin Abdul Gaffar As-sambasi Al-jawi.

Beliau berasal dari kampung Dagang, namun ada riwayat lain yang mengatakan beliau berasal dari

Kampung Asam Sambas. Zamakhsyari Dhofir dalam bukunya (Tradisi Pesantren) mengatakan,

Syekh Ahmad Khotib Sambas dilahirkan di kalimantan, dan menetap di mekah pada abad ke-19

hingga akhirnya meninggal pada tahun 1875. Semasa remaja beliau belajar di Mekah kepada

Ulama Haramain. Diantaranya belajar kepada Syekh Daud bin Abdillah al-Fattani, seorang

mursyid tarekat Sattariyah. Namun beliau tidak membaiatnya, ia menyeruh Syekh Ahmad Khatib

untuk berbaiat kepada Syekh Syamsuddin, beliau tekun belajar kepadanya hingga gurunya tersebut

meninggal, ia telah diangkat menjadi mursyid kamil mukammil dalam Tarekat Qadiriyah dan

Naqsabandiyah. Jadi Syekh Ahmad Khotib merupakan Mursyid yang pertama kali menyatukan

Terekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Cecep Alba, Tashawuf dan Tarekat (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014), h. 164

Page 62: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

51

BAB IV

TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI DALAM KITAB RISᾹLAH

JᾹMI‘AH AL-MAQᾹSHID

A. Penisbahan kitab Kepada Hasyim Asy’ari

Dalam Bab ini menjelaskan tentang pandangan tashawuf Hasyim

Asy‟ari yang diambil dalam kitab Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid. Kitab tersebut

dikarang oleh Hasyim Asy‟ari, di dalamnya terdiri dari beberapa bab

pembahsan yang membahas tentang ilmu tauhid, fiqhi, dan tashawuf, kitab ini

hanya terdiri dari satu kitab yang memiliki 38 halaman. Tetapi tidak terdapat

penjelasan terkait kapan selesainya kitab tersebut ditulis, dan tanpa tahun cetak.

Kemungkinan besar penamaan dari pada kitab tersebut bukan dari Hasyim

Asy‟ari sendiri, melihat kurangnya penjelasan di dalamnya yang menerangkan

bahwa kitab tersebut bernama Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid

Nama kitab diatas kemungkinan yang diberikan oleh cucunya yang

bernama Muhammad Ishomuddin, yang telah berhasil mengumpulkan berbagai

macam karya Hasyim Asy‟ari kedalam sebuah kumpulan kitab dengan nama

Kumpulan Kitab Karya Hadlratus Syaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy‟ari.

Sebelum penulis membahas tentang pandangan tashawuf Hasyim Asy‟ari yang

terdapat dalam kitab tersebut, terlebih dahulu penulis ingin menjelaskan sedikit

gambaran dari pada corak pemikirannya.

B. Corak Pemikiran

51

Page 63: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

52

Hasyim Asy‟ari merupakan sosok ulama besar yang mempunyai

pengaruh tinggi diantara para ulama-ulama lain pada pertengahan abad pertama

ke-20, beliau dianggap sebagai ulama yang paling alim di Indonesia dengan

kepandaian ilmu yang dimilikinya, terbukti dengan adanya guru Hasyim

Asy‟ari yang datang menemuinya untuk belajar ilmu hadits, yaitu kyai Kholil

bin Abdullatif dari Bangkalan. Namun para Kyai menilai prilaku yang

dilakukan Kyai Kholil merupakan suatu petunjuk, bahwa setelah meninggalnya

Kyai Kholil, para Kyai diisyaratkan untuk menerima kepemimpinan Hasyim

Asy‟ari. Hal tersebut juga terbukti atas kesuksesan Hasyim Asy‟ari dalam

mendirikan sebuah organisasi besar yang tetap berdiri kokoh sampai hari ini,

yaitu Nahdhatul Ulama (Pergerakan Ulama) yang populer dengan sebutan N-U.

Merupakan sebuah kelayakan para ulama lain memberikan gelar “ Hadratus

Syekh” yang artinya “tuan guru besar”.106

Dengan lahirnya Nahdhatul Ulama dalam kontek islam Indonesia

telah menjadikan Hasyim Asy‟ari juga dikenal oleh berbagai macam golongan

di luar Indonesia. James J. Fox (1999), seorang antropolog dari Asutralia

National University, menyebutkan bahwa Hasyim Asy‟ari merupakan salah

satu wali yang sangat berpengaruh di Jawa, karena mempunyai kedalaman

ilmu dan diyakini membawa berkah bagi para pengikutnya.107

Hal di atas ini menujukan bahwa gagasan pemikiran Hasyim Asy‟ari

sangat diakui dikalangan para ulama di Indonesia bahkan manca negara, selain

sebagai ulama besar beliau juga merupakan penulis aktif, dibuktikan dengan

106

Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES, 2011), h.137 107

Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy‟ari (Jakarta: Kompa, 2010), h. 27

Page 64: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

53

beberapa hasil karya tulis seperti yang telah penulis jelaskan di bab

sebelumnya terkait karya-karya beliau.

Dapat digambarkan pula kehebatan Hasim Asy‟ari dari corak

pemikiran tasawuf, beliau lebih menekankan pada pemurnian tasawuf itu

sendiri. Ia ingin tasawuf dilihat dari aspek subtansinya bukan dari aspek

kulturalnya.108

Sebagaimana dikatakan oleh Latiful Khuluq dalam bukunya

(Fajar Kebangunan Ulama), Hasyim Asy‟ari Mengatakan, dengan mengutip

perkataan Fazlur Rahman, bahwa tujuan dari pembaharuan itu untuk

membersihkan sufisme dari ajaran-ajaran eskatik dan metafisik diganti dengan

ajaran-ajaran islam murni. Ajaran pembaharuan itu diterima oleh Hasyim

Asy‟ari saat beliau belajar di Mekkah pada waktu itu. Pemikiran sufi Hasyim

Asy‟ari bertujuan untuk memperbaiki perilaku umat islam secara umum, dan

dalam banyak hal dipengaruhi oleh pemikiran imam Al-Gazali.109

Konsep Hasyim Asy‟ari tidak lepas dari pengaruh gerakan

pembaharuan “neo Sufi” yang berpusat di mekkah dan madinah pada akhir

abad Ke-19 yang dilakukan oleh Muhammad Abduh dalam usahanya untuk

merumuskan doktrin-doktrin islam untuk memenuhi kebutuhan kehidupan

modern yang dimaksudkan supaya islam dapat memainkan kembali tanggung

jawab yang lebih besar dalam lapangan politik, sosial dan pendididkan. Dengan

alasan tersebut Muhammad Abduh Melancarkan ide-idenya agar ummat islam

melepaskan diri dari keterikatan pada pola pikiran para madzhab dan agar umat

islam meninggalkan segala bentuk praktik tarekat.110

108

Syamsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2014), h. 371 109

Latiful Khuluq, FajaSr Kebangunan Ulama (Yagyakarta: LKIS, 2000), h.53-54 110

Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren, h. 140

Page 65: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

54

Namun Hasyim Asy‟ari sendiri tidak setuju dengan gagasan yang

ditawarkan oleh Muhammad Abduh, beliau lebih menekan umat islam untuk

tetap mengikuti madzhab empat (Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafi‟ie). Dan

menyepakati untuk tidak terikat pada suatu golongan tarekat tertentu.

Dalam pernyataannya Hasyim Asy‟ari mengutip pendapat

Suhrawardi, “Jalan kaum sufi adalah membersihkan jiwa, menjaga nafsu, dan

melepaskan diri dari berbagai sifat buruk, seperti ujub, takabur, riya‟ dan

senang dunia. Selain itu, menjalankan budi pekerti yang bersifat kerohanian,

seperti ikhlas, tawadhu‟, tawakal dan memperkenankan hati kepada setiap

orang lain dan setiap kejadian ridha, serta memperoleh ma‟rifat dari Allah.”111

C. Tema-Tema Tasawuf dalam Kitab Risālah Jāmi‘ah al-Maqāshid

1. Jalan Menuju Allah

Pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan tentang tarekat (jalan)

dan maqamat (tingkatan-tingkatan) untuk sampai kepada Allah. Pada

hakikatnya yang dimaksud sampai kepada Allah, bukanlah makna yang

dipahami di antara benda-benda. Sebab, Allah yang maha tinggi dan maha suci

tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada bab ini penulis akan menjelaskan

bagaimana jalan untuk sampai kepada-Nya. Karena hal tersebut berkaitan juga

dengan maqam-maqam yang ada dalam hati, seperti tobat, khauf (perasaan

takut), raja‟ (pengharapan), dan muraqabah, pun juga berkaitan dengan sifat-

sifat terpuji, seperti Siddiq (tulus), ikhlas dan sabar yang harus dimiliki bagi

calon sufi dalam perjalanan untuk sampai ketingkatan makrifatullah.112

111

Syamsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, h. 371 112

Syaikh Abd al-Qadir Isa, Hakikat Tasawuf, terj. Khairul Amru Harahap (Jakarta:

Qisthi Press, 2014),h. 185

Page 66: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

55

Hasyim Asy‟ari dalam Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid mengatakan,

bahwa untuk sampai kepada Allah seorang manusia harus melalui beberapa

tingkatan-tingkatan dasar, dibagi menjadi lima tingkatan.113

Sebagaimana

Hasyim Asy‟ari katakan,

جـغ جال١س، جضرح جـس ف جأللجي جألفحي، جإلغجى سـس ضم جهلل ف

جشك ف جإللرحي جإلصذحع، جغ جهلل ضح ف جم١ جىث١غ، جغج ئ جهلل ف

جـغجء جغجء.

Yaitu ada lima: bertaqwa kepada Allah baik dalam keadaan rahasia

maupun terang-terangan, mengikuti sunnah dalam ucapan dan

perbuatan, berpaling dari makhluk dalam keadaan gampang dan susah

(sejahtera dan susah), rela terhadap Allah dalam keadaan sedikit dan

banyak (rizki), kembali kepada Allah dalam keadaan senang dan

susah..114

Dari pernyataan di atas sangat jelas, bahwa tahapan dasar untuk

mencapai ridha Allah dibagi menjadi lima bagian. Pertama adalah Taqwa,

hakikat dari taqwa yaitu bersikap wara‟ (menjauhkan diri atau berhati-hati

dalam melakukan sesuatu) dan istiqomah (tekun dalam menjalankan ibadah

kepada Allah). Kedua adalah mengikuti sunnah Rasul, hakikat dari mengikuti

sunnah rasul yaitu dengan penuh kehati-hatian dan berperilaku dengan akhlaq

yang baik (seperti akhlaq yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad).

Ketiga adalah berpaling dari makhluq, hakikat berpaling dari makhluq yaitu

sabar dan memasrahkan segala sesuatunya kepada Allah (tawakal). Keempat

adalah rela kepada Allah (pasrah), hakikat rela kepada Allah yaitu menerima

terhadap ketetapan yang diberikan oleh Allah dan berserah diri kepada Allah.

Kelima adalah kembali kepada Allah (tawakkal), hakikat dari kembali kepada

Allah yaitu dengan cara bersyukur kepada Allah dalam keadaan senang dan

113

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari. (Jombang: Maktabah al-Turāst al-Islāmī, 2007 ), h. 34 114

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 34

Page 67: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

56

berlindung kepadanya dalam keadaan susah115

. Sebagaimana ia katakan sebagi

berikut;

طم ذحع جالؿطمحس، ضذم١ك جضرح جـس ذحطذف دـ جشك، ضشم١ك فطذم١ك ج

جإلغجى جشك ذحورغ جطو، ضذم١ك جغح جهلل ذحمحس جطف٠ي، ضذم١ك

جغج ئ جهلل ذحلىغ ف جـغجء جالطجحء ئ١ ف جغجء.

Adapun hakikat taqwa ialah dengan wara‟ (menjauhkan diri dari

dosa) dan istiqamah, hakikat mengikuti sunnah ialah dengan penuh

kehati-hatian dan berakhlaq yang baik, hakikat berpaling dari

makhluk ialah dengan sabar dan tawakal, hakikat ridha kepada Allah

ialah dengan qana‟ah dan berserah kepada Allah, adapun hakikat

kembali kepada Allah ialah dengan cara bersyukur kepada Allah

dalam keadaan senang dan berlindung kepada-Nya dalam keadaan

susah.116

Dapat diambil kesimpulan dari pada penjelasan di atas ini, bahwa

seorang untuk sampai kepada Allah harus melalui tahapan-tahapan dasar yang

telah diperinci menjadi lima bagian, dalam hal ini Hasyim Asy‟ari tidak jauh

berbeda dengan tokoh-tokoh sufi yang menyatakan bahwa untuk dekat dengan

Allah harus melalui perjalan panjang yang dikenal dengan maqamat (tingkata-

tingkatan), seperti yang telah penulis jelaskan di bab sebelumnya.

Namun dasar tingkatan di atas ada pokok-pokok dasarnya yang

kemudian dibagi lagi menjadi lima bagian. Pertama, punya semangat yang

tinggi. Kedua, menjaga kehormatan. Ketiga, rajin dalam menjalankan ibadah.

keempat, melaksanakan ketetapan hati (suatau pilihan yang telah mantap

didalam hati). Kelima, mengagungkan nikmat Allah.

Seperti yang dikatakan langsung Hasyim Asy‟ari dalam kitabnya;

دـ جشضس، مط جؼ٠س، ض١ أهي طه و سـس، جس، دم جذغس،

جس. ف ص ط جعضفص عضرط دف دغس جهلل دف جهلل دغط دـص سضط

جرص وغجط مظش ؼ٠ط صجص ضج٠ط جس كىغح كىغح

جؿطجد جؼ٠ض.

115

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 34 116

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 34

Page 68: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

57

Adapun pokok-pokok (dasar) itu semua ada lima: semangat yang

tinggi, menjaga kehormatan, pelayanan yang baik, menjalankan

kemauan (yang menjadi ketetapan hati), dan mengagungkan nikmat.

Karena barangsiapa mempunyai semangat yang tinggi maka akan

tinggi derajatnya, dan barangsiapa menjaga kemuliaan Allah maka

Allah akan menjaga kemuliaanya, dan barangsiapa melayani dengan

baik maka dipastikan akan mulia, barangsiapa melaksanakan

ketetapan hatinya makan akan abadi hidayah-Nya, dan barangsiapa

yang mengagungkan nikmat-Nya maka pasti mensyukuri dan yang

mensyukurinya berhak mendapat tambahan dari-Nya.117

Hasyim Asy‟ari memberikan keterangan lebih jelas maksud dari

pokok-pokok dasar tingkatan-tingkatan di atas. Yaitu barangsiapa yang

mempunyai Semangat yang tinggi (luhur) maka Allah akan meninggikan

derajatnya, dan barangsiapa yang menjaga kemuliaan Allah, maka Allah akan

menjaga kemulyaan orang tersebut, barangsiapa melayani dengan baik, maka

wajib (pasti) mulia, barangsiapa melaksanakan ketetapan hatinya, maka akan

abadi petunjuk (hidayah) dari Allah, barangsiapa yang mengagungkan nikmat

Allah, maka wajib untuk mensyukurinya, dan barang siapa mensyukuri nikmat-

Nya, maka ia berhak untuk mendapatkan tambahan nikmat dari-Nya118

, dan

barang siapa tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya, maka layak

adab Allah baginya, Allah SWT berfirman;

ظجذ لض٠ض ث كىغض ألػ٠ضى ث وفغض ئ

Jika kamu bersyukur, pasti akan Aku limpahkan lebih banyak Kerunia

kepadamu:jikakamu tidak bersyukur, maka Ketahuilah sesungguhnya

azab-Ku amat kera. (QS. Ibrahib (14) : (8)).

Sangat jelas bagi kalangan sufi, bahwa semangat dalam melakukan

ibadah kepada Allah adalah sebagai pintu utama untuk memperoleh ridha-Nya,

117

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 34 118

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 34

Page 69: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

58

dengan cara begitu, Allah akan mengangkat (meninggikan) derajatnya, begitu

pun bagi orang-orang yang selalu istiqamah menjalankan perintah-Nya maka

Allah akan memberikan petunjuk baginya (hidayah). Dengan cara begitu Allah

memastikan akan memulyakan kehidupannya.

Setelah mengatakan ada pokok-pokok dasar dari pada tingkatan di

atas, lanjut Hasyim Asy‟ari memberikan tanda-tanda khusus pada pokok-pokok

dasar tersebut (tingkatan-tingkatan) sebagai berikut. Pertama, menuntut ilmu

karena melaksanakan perintah Allah. Kedua, bersahabat dengan para Kiyai

(ulama) dan saudara-saudaranya, karena hati-hati. Ketiga, meninggalkan hal

yang ringan (al-Rukhshah) dan takwilan-takwilan, karena berhati-hati.

Keempat, mengatur waktu dengan cara memperbanyak wirid karena hudlur

(menghadap kepada Allah). Kelima, menuntut diri (memaksakan) dari segala

sesuatu yang menimbulkan nafsu demi menyalamatkan diri dari kehancuran.

Sebagaimana ia katakan di dalam kitabnya, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid,

أهي جالحش سـس د ج م١ح ذحألغ، هذرس جلح٠ز جإلسج طروغ، ضغن

جغسن جطأ٠الش طذف، ر جأللحش ذحألعجص ذع، جضح جفؾ ف و ك١ة

.دغسغج ج جـالس ج

Adapun tanda-tanda pokoknya ada lima, menuntut ilmu karena

melaksanakan perintah Allah, berteman dengan para masyaikh dan

saudara-saudaranya karena tabashshur (melihat dengan teliti atau

pertimbangan yang mendalam), meninggalkan hal-hal yang ringan119

dan takwilan-takwilan karena menjaga diri, mengatur waktu dengan

wirid karena hudur (hadir di hadapan-Nya), menuntut diri dalam

segala sesuatu untuk menjauh dari hawa nafsu dan terhindar dari

kehancuran.120

ح ال ٠غج ئ أه ال لحضز. آفس فد ج آفط هذرس جألدضجظ ؿح مال ص٠ح

جوذرس جالغطغجع جفي، آفس ضغن جغسن جطأ٠الش جلفمس جفؾ، آفس جضح

جفؾ جألؾ ذذـ أدجح جؿطمحطح. لض لحي جهلل ضح: ئ ضضي و ضي ال ٠إسظ ح.

119

Rukhsah, ialah pendapat para Ulama dalam masalah Khilafiyah yang paling ringan

yang tidak bersandar pada dalil yang shahih. Dan banyak lagi definisi lainnya. 120

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 34-35

Page 70: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

59

Adapun bahaya menuntut ilmu ialah bersahabat dengan yang masih

dini umur, akal dan agama yang tidak bisa kembali pada asal dan

kaidah. Bahaya pertemanan dengan masyaikh ialah terbujuk dan

berlebih-lebihan, bahaya meninggalkan rukhshah dan takwilan ialah

kikir terhadap diri sendiri dan bahaya menuntut diri ialah bersenang-

senang dengan keadaan jiwa yang baik dan lurus. Alah swt berfirman,

“Dan jika ia hendak menebus dengan segala macam tebusan niscaya

tidak akan diterima darinya”.121

Pertama, Adapun bahaya menuntut ilmu ialah bersahabat dengan

yang masih dini (baru belajar), baik secara umur, akal dan agama yang tidak

bisa kembali pada asal dan kaidah (asal mula dari suatu perkara). Kedua,

bahaya perteman atau berhubungan dengan masyaikh ialah terbujuk dan

berlebih-lebihan. Ketiga, bahaya meninggalkan rukhshah (ringan) dan takwilan

ialah kikir terhadap diri sendiri. keempat, bahaya menuntut diri ialah menyia-

nyiakan keadaan jiwa yang baik dan lurus.122

Sebagaimana firman Allah SWT,

ج ضضي و ضي ال ٠إسظ ح

Dan jika ia hendak menebus dengan segala macam tebusan

niscaya tidak akan diterima darinya. (QS. A-l an‟ām (6) : (71))

Lanjut pada tahapan akhir (puncak tahapan), dari pada tingkatan-

tingkatan di atas. yaitu ada sepuluh; Pertama, tobat dari hal-hal yang

diharamkan dan dimakruhkan. Kedua, mencari ilmu sesuai kebutuhan. Ketiga,

tidak meninggalkan thaharah (selalu mensucikan diri dengan cara tidak lapas

dari wudlu‟). Keempat, melaksanakan ibadah wajib dan sunnah di awal waktu

secara berjamaah. Kelima, menjaga delapan rakaat shalat dluha dan enam

rakaat antara maghrib dan isya‟. Keenam, menjaga shalat malam. ketujuh,

121

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 35 122

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 35

Page 71: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

60

melaksanakan shalat witir. Kedelapan, melakukan puasa senin dan kamis serta

puasa tiga hari bait dan pada hari yang diutamakan (rajab dan asyura‟).

Kesembilan, membaca al-Qur‟an dengan hudlūr (hadir dihadapannya) dan

renungan (memikirkan maknanya). Kesepuluh, memperbanyak membaca

istingfar serta membaca shalawat kepada nabi Muhammad SWA, dan menjaga

dzikir sunnah di pagi dan sore hari.123

Sebagaimana ia katakan,

جشحضس ف ذ١ح جهي ئ جهلل ضح ذحطذس ج١ جذغحش جىغحش،

د ج ذمضع جذحجس ئ١، جالػس جحعز أصجء جفغجتي جغجضد ف أي

غغخ جلحء، هالز لطح جحس، الػس ثح عوحش جذ جحس ؿص ذ١ ج

ج١، جضغ، ه جالث١ جش١ؾ، ثالثس أ٠ح جر١ي جأل٠ح جفحس، ضالز جمغآ

ذحذع جطضذغ، جإلوثحع جالؿطغفحع جوالز جر ه جهلل ١ ؿ،

الػس أطوحع جـس هرحدح ـحء،

Penutup, penjelasan bagaimana jalan menuju kepada Allah SWT. hal

itu bisa dilakukan dengan bertaubat dari hal-hal yang diharamkan

dan dimakruhkan, mencari ilmu sesuai kebutuhan, menjaga untuk

tidak meninggalkan thaharah, melaksanakan ibadah wajib dan

ibadah sunnah di awal waktu secara berjamaah, menjaga delapan

rakaat shalat dhuha dan enam rakaat antara maghrib dan isya‟,

menjaga shalat malam, shalat witir, menjaga puasa senin dan kamis,

serta puasa tiga hari baidl124

dan hari yang diutamakan (Rajab dan

Asyora‟), dan memperbanyak membaca al-Qur‟an dengan penuh

hudlūr (hadir di depan-Nya) dan renungan (memikirkan ma‟nanya),

dan memperbanyak istighfar, serta membaca shalawat kepada nabi,

dan menjaga dzikir sunnah setiap pagi dan sore.125

Penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa untuk sampai

kepada Allah (mencapai Ridha Allah). Seorang sufi harus melalui beberapa

tahapan-tahapan di atas. Tahapan-tahapan yang disebutkan bisa diambil

123

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 35-36 124

Puasa mutih, diambil dari bahasa arab al-Baidl (جر١ي) yang berarti mutih. Hasyim

Asy‟ari menjelaskan tentang puasa baidl yang dikutip dari perkataan Nabi Muhammad;

جغ٠غ ذ رضجهلل ع جهلل جر ه جهلل ١ ؿ لحي: ه١ح ثالثس أ٠ح و كغ ه١ح جضغ؛ ج٠ح

عج جـحب. جر١ي ر١ذس ثالظ لغز أعذ لغز سؾ لغز؛

bahwa puasa baidl merupakan puasa yang dilakukan setiap bulan tiga kali yang

faidahnya seperti melakukan puasa penuh selama 1 tahun. Dilakukan pada tiap tanggal 13,14,dan

15 dengan cara tidak makan, makanya disebut dengan hari mutih ( ر١يأ٠ح ج ). Syaikh Muhammad

Hasyim Asy‟ari, Awdlaḥ al-bayān, Irsyd al-Sāri Fi Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari,

(Jombang: Maktabah Turast al-Islami, 2007 ), h. 58 125

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 35-36

Page 72: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

61

kesimpulan, bahwa itu merupakan cara yang ditawarkan oleh Hasyim Asy‟ari

untuk mendekatkan diri kepada Allah. Serta tahapan-tahapan tersebut, dekenal

dengan istilah maqāmāt (tingkatan-tingkatan) di kalangan para sufi lain. Dalam

hal ini, Hasyim Asy‟ari tidak jauh beda dengan tokoh-tokoh sufi lain,

memposisikan tobat pada tingkatan pertama, namun lebih memperinci dan

memberikan batasan-batasan khusus di setiap tingkatan-tingkatanya. Dimulai

dari tahapan dasar, popok-pokok tahapan dasar, tanda-tanda pokok tahapan

dasar, dan sampai pada tahapan puncak. Sepeti yang terdapat pada tabel

berikut;

Tahapan-tahapan Dasar

1. Takwa

2. Sunnah Rasul

3. Berpaling dari Makhluq

4. Rela kepada Allah

5.Kembali kepada Allah

Page 73: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

62

Pokok-Pokok Tahapan Dasar

1. Semangat yang tinggi

2. Menjaga kehormatan

3. Rajin beribadah

4.Melaksankan ketetepan hati

5. Mengagungkat nikmat

Tanda-Tanda Pokok Tahapan Dasar

1. Menuntut ilmu karena melaksanakan perintah Allah

2. Bersahabat dengan ulama beserta seluruh keluarganya karena hati-

hati

3. Meninggalkan hal ringan dan takwilan-takwilan karena berhati-hati

4. Mengatur waktu dengan cara memperbanya wirid karena

menghadap kepada Allah

5. Menuntut diri dari segala sesuatu yang menimbulkan nafsu karena

untuk menyalamatkan diri dari kehancuran

Puncak Tahapan-Tahapan Untuk Mencapai Ridho Allah

1. Tobat dari hal-hal yang haram dan dimakruhkan

2. Mencari ilmu sesuai kebutuhan

3. Selalu mensucikan diri dengan cara tidak lapas whudu‟

4. Melaksanakan ibadah wajib dan sunnah diawal waktu secara

Page 74: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

63

2. Amalan-amalan

Di dalam pembahasan kali ini penulis akan menguraikan tentang

amalan-amalan praktis yang dianjurkan oleh Hasyim Asy‟ari. Seperti aliran

tarekat, baik tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering

dilakukan orang-orang yang ingin menempuh kehidupan tasawuf, atau Tarekat

yang diartikan sebagai sebuah perkumpulan (organisasi). Amalan-amalan

praktis ini tidak lain adalah aplikasi dari apa yang terkandung di dalam al-

Qur‟an, serta peneladanan terhadap Nabi Muhammad, pun juga para sahabat-

sahabatnya.126

Hal ini juga merupakan anjuran langsung dari Allah SWT.

Sebagaimana firmanya.

ف وح ٠غجج محء عذ ف١ ال هحذح ال٠لغن ذرحصزعذ أدضج.

“maka barangsiapa yang ingin menghadap Allah, maka hendaklah

mengerjakan amalan baik dan janganlah ia mempersekutukan

siapapun dalam beribadah kepada Tuhan.” (QS. Al-Kahfi: 110).

126

Syaikh Abd al-Qadir Isa, Hakikat Tasawuf, terj. Khairul Amru Harahap (Jakarta:

Qisthi Press, 2014),h. 22

berjamaah

5. Menjaga delapan rakaat shalat dhuha dan enam rakaat antara

mangrib dan isya‟

6. Melaksanakan shalat malam

7. Melaksanakan shalat witir

8. Melaksanakan puasa senin kamis dan puasa tiga hari pada hari yang

diutamakan (pada bulan Rajab dan bulan Sya‟ban)

9. Membaca al-Qur‟an dengan merenungkan maknanaya

10. Memperbanyak baca istingfar serta membaca sholawat kepada

Nabi Muhammad dan berzikir.

Page 75: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

64

Dan juga hadits yang diriwayatkan dari abu Huraira bahwa Rasulullah

bersabda, “Allah telah berfirman,

أح رض ئطج ط وغ ضذغوص ذ كفطح.

“Aku bersama hamba-Ku selama dia berzikir kepada-Ku dan kedua

bibirya bergerak menyebut-Ku.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban,

Ahmad dan Hakim).

Kalangan sufi mempunyai guru tersendiri, tak heran jika amalan-

amalan di kalangan sufi merupakan sebuah pokok keharusan, karena hal

tersebut merupakan sebuah cara atau metode untuk mendekatkan diri kapada

Tuhan-Nya, seperti tokoh-tokoh sufi terdahulu yang menekankan pada

beberapa bacaan (amalan khusus) baik shalawat, bacaan Qur‟an dan zikir-zikir

tertentu. Seperti yang dilakukan oleh Syekh Abd Al-Qodir Al-Jailani dalam

anjurannya untuk memperbanyak amalan-amalan127

. Hasyim Asy‟ari

mengatakan, seperti yang telah dikatakan di pasal sebelumnya, bahwa sesorang

yang ingin sampai kepada Allah, harus memperbanyak membaca amalan.

Istighfar, membaca sholawat kepada nabi Muhammad SWA, dan menjaga

dzikir sunnah di pagi dan sore hari. Sebagai mana perkataannya,

ضالز جمغآ ذحذع جطضذغ، جإلوثحع جالؿطغفحع جوالز جر ه جهلل

١ ؿ، الػس أطوحع جـس هرحدح ـحء،

Dan memperbanyak membaca al-Qur‟an dengan penuh hudlur

(hadir di depan-Nya) serta renungan (memikirkan maknanya),

memperbanyak istighfar, serta membaca shalawat kepada nabi, dan

menjaga dzikir sunnah setiap pagi dan sore.128

Berikut beberapa amalan-amalan yang dianjurkan untuk dibaca.

127

Amalan yang dimaksud disini meliputi bacan-bacan zikir yang diajaurkan oleh sang

guru, shalawat dan sebagian dari bacan-bacan al-Qur‟an. 128

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 36

Page 76: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

65

ج ذه ورخ ذه ـ ذه ذ١ ذه ش ج١ه جلع/ جو١غ أهرذح أهرخ/

جذضهلل جىرغ٠حء جس هلل جشك ج١ جحع ح ؿى أـ١ح أـ جه هلل

ف١ح هلل ج ح أهرخ/ أـ ذ س ج ذأجض سمه فه دضن الكغ٠ه ه فه

.3xجذض ه جلىغ

Do‟a di atas merupakan bacaan yang dianjurkan untuk dibaca sebagai

dzikir di waktu pagi dan sore hari. Lafad al-Nusyur (جلع) Jika dibaca pagi

hari, dan jika dibaca sore hari diganti dengan lafadz al-Mashir (جو١غ). Lafad

ashbahna wa ashbaha (أهرذح أهرخ) jika dibaca di waktu pagi, dan jika dibaca

pada sore hari, diganti menjadi amsaina wa amsi ( ـ١ح أـج ).129

ج ئ أهرذص/ أـ١ص أكضن أكض دس غكه ال تىطه ج١ سمه أه أص

جهلل

4x .الج جال أص دضن ال كغ٠ه ه أ ذضج رضن عؿه

. 3xع١ص ذحهلل عذح ذحإلؿال ص٠ح ذـ١ض ح ذضج رضن عؿال

Dan beberapa bacaan yang diambil dari al-Qur‟an, sebagai berikut,

.

.

129

Syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari, Risālah Jāmi„ah al-Maqāshid, Irsyd al-Sāri Fi

Jam‟i Musannafāt al-Syikh Hasyim Ays‟ari, h. 36 130

QS. Al-Baqorah (02) (275-276).

Page 77: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

66

.

3x

3x.

Membaca surah Yasin. 3x

.3xأط ذحهلل جـ١ ج١ جل١ح جغج١

.

3x.

Membaca surah al-Ikhlas, dan surah al-Ma‟dzutain. 3x

Beberapa bacaan lain yang juga dianjurkan oleh Hasyim Asy‟ari;

3x ذـ جهلل جظ ال٠غ جؿ ك١ة ف جالعى ال ل جـحء جـ١ ج١.

رحص ؼجش جل١ح١ ج أط ذىحش جهلل جطححش غر محذ كغ

٠3xذغ.

3xجؿطغفغ جهلل ج١ جظ الئ جال جذ جم١ أضخ ج١.

3xؿرذح جهلل ذذض.

131

QS. Al-Taubah (09) (129). 132

QS. Al-Rum (30) (17-19). 133

QS. Al-Hasyar (59) (21-24).

Page 78: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

67

3xؿرذح جهلل ذذض ضص سم عح فـ ػس غك ضجص وح ض.

100xؿرذح جهلل جذض هلل ال ج جهلل جهلل أورغ.

100xز جال ذحهلل ج ج١.ال دي ال ل

100xالج جالجهلل جه جذك جر١.

100x atau 3xالج جالجهلل دض الكغ٠ه جه جذض و ك١ة لض٠غ.

ج ه ؿ١ضح ذضرضن ر١ه در١ره عؿه جر ج هذر

100x atau 3xؿ.

Amalan-amalan di atas bisa disimpulkan sebagai sebuah tarekat

(jalan) Hasyim Asy‟ari untuk sampai kepada Allah. Amalan-amalan di atas

mirip dangan amalan-amalan tarekat Syādziliyah. Dengan hal itu,

kemungkinan besar Hasyim Asy‟ari merupakan seorang pengamal dari ajaran

tarekat tersebut, meskipun pada dasarnya beliau seorang sufi yang tidak

memiliki ikatan kepada salah satu aliran tarekat tertentu. Kendati demikian

beliau tidak melarang, dan tidak menganjurkan para murid-muridnya untuk

mengikuti aliran-aliran tarekat yang ada.

Kemungkinan besar bahwa ia sebagai salah satu pengamal dari

Tarekat Syādziliyah diperkuaat dengan adanya kemiripan terhadap amala-

amalan yang ia anjurkan, hal tersebut juga diperkuat dengan adanya penemuan,

bahwa Hasyim Asy‟ari pernah menerima ajaran terikat dari gurunya sewaktu ia

belajar di Mekkah, yaitu dari Syeikh Mahfud Tarmes. Oleh karena itu, tidak

menutup kemungkina bahwa pengamalan Syādziliyah Hasyim Asy‟ari

mendapat dari Syeikh mahfud, ditambah lagi beliau merupakan orang yang

dikader oleh Syeikh Mahfud. Sedangkan Syeikh Mahfud mendapat ajaran

langsung al-Sayyid Abi Bakar Syathā al-Makkī yang sanad-nya bersambung

sampai pada Imam Abi al-Hasan al-Syādzilī.

Page 79: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

68

Berikut adalah tabel sanad keilmuan Hasyim Asy‟ari:

Nawawi

1813-1897

Syeikh Ahmad Mahfud Termas Khalil Bangkalan Ya‟qub

Khatib Minangkabau 1868-1920 1820-1923

Hasyim Asy‟ari

(Hadratus Syeikh)

1971-1947

Ro-is „Am NU 1, 1926-1947

Bisri Samsuri Wahab Hasbullah

1886-1980 1888-1971

Ro-is „Am NU III Ro-is „Am NU II

1972-1980 1947-1971

Pemimpin Ulama Pesantren di Jawa Dewasa ini.

Page 80: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan panjang lebar terkait pandangan

tashawuf Hasyim Asy‟ari dalam kitab Risālah Jāmi„ah al-Maqāṣid, kemudian

penulis ingin memberikan kesimpulan dari pada penjelasan sebelumnya yang

dapat penulis pahami. Di antara pandangan tashawuf Hasyim Asy‟ari di dalam

kitab tersebut berbicara tentang bagaimana cara menuju kepada Allah. Beliau

juga penekanan terhadap beberapa amalan-amalan khusus yang dianjurkan

untuk dibaca. Diantaranya, seperti bacaan zikir, doa, dan sebagian bacaan yang

diambil dari al-Qur‟an untuk dibaca pada waktu pagi dan sore hari, hal tersebut

penulis mengartikan sebagai amalan Tarekat Hasyim Asy‟ari.

Pandangan menarik yang ditawarkan Hasyim Asy‟ari dalam kitab

tersebut, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan serta

penekanan beliau untuk selalu mencontoh nabi Muhammad SAW dan para

sahabatnya, niat yang ikhlas tanpa pamrih dalam setiap melakukan ibadah

kepada Allah, bersahabat dengan para ulama, mengatur waktu dengan cara

memperbanyak zikir dan meninggalkan diri sesuatau yang menyebabkan

datangnya nafsu untuk menyelamatkan diri dari kehancuran, karena dengan

begitu manusia akan sampai kepada Tuhannya.

Namun ada beberapa penekanan yang dikemukakan Hasyim Asy‟ari;

Pertama, bertaubat dari hal-hal yang diharamkan dan dimakruhkan.

Kedua, mencari ilmu sesuai kebutuhan. Ketiga, tidak meninggalkan

thaharah (mensucikan diri dengan cara tidak lapas dari wudlu‟). Keempat,

69

Page 81: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

70

melaksanakan ibadah wajib dan sunnah di awal waktu secara berjemaah.

Kelima, menjaga delapan rakaat sholat dluha dan enam rakaat antara mangrib

dan isya‟. Keenam, menjaga shalat malam. ketujuh, melaksanakan shalat witir.

Kedelapan, melakukan puasa Senin dan Kamis serta puasa tiga hari baidl dan

pada hari yang diutamakan (rajab dan ashora‟). Kesembilan, membaca al-

Qur‟an dengan hudlur (hadir dihadapannya) dan renungan (memikirkan

maknanya). Kesepuluh, memperbanyak baca istingfar serta membaca shalawat

kepada nabi Muhammad SWA, dan menjaga zikir sunnah di pagi dan sore hari.

Kesimpulan diatas memberikan pandangan, bahwa Hasyim Asy‟ari

merupakan seorang sufi yang mengamalkan tarekat Syādziliyah meskipun pada

dasarnya ia tidak mau terikat pada sebuah tarekat manapun. Namun gambaran

tingkatan-tingkatan untuk sampai kepada Allah, Hasyim Asy‟ari memiliki

kesamaan dengan tokoh-tokoh sufi yang lain, yakni memposisikan tobat

sebagai langkah pertama, pun juga ada beberapa perbedaan di dalamnya.

Adanya beberapa perincian tahapan-tahapan untuk sampai kepada

Allah yang dibagi menjadi empat tahapan Pertama, tahapan-tahapan dasar.

Kedua, pokok-pokok tahapan dasar. Ketiga, tanda-tanda pokok tahapan dasar.

Keempat, puncak tahapan-tahapan untuk mencapai ridha Allah.

B. Saran-saran

Setelah mengemukakan kesimpulan, penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis menyadari bahwa

dalam memahami salah satu karya dari Hasyim Asy‟ari sanget membutuhkan

karangka analisa yang lengkap, tentu didalam pembahsan ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis manyadari bahwa skripsi ini masih jauh

Page 82: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

71

dari kesempurnaan baik dari teknis penulisan, repfrensi, serta materi yang

disampainkan. Karena Hasyim Asy‟ari merupakan ulama besar yang kaya akan

ilmu dan luas akan pemikiran.

Maka dari itu perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pemikiran

tokoh ini. Besar harapan jika nantinya ada yang meneliti tentang tema ini,

semoga tidak hanya fokus disatu kitab tertentu yang beliau tulis, karena masih

banyak beberapa konsep lain tentang taswauf yang beliau tulis didalam kitab

lain dalam hasil karyanya.

Besar harapan keritikan dan saran bagi para pembaca, jika

menemukan kekurangan dan kesalahan dari apa yang penulis teliti, untuk

mencapai penelitian yang lebih baik ke depannya. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis pribadi. Amin.

Page 83: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

72

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Amrullah. Perspektif Islam Dalam Pembangunan Bangsa. Yogyakarta:

PLP2M, 1987.

Asad, Syihab. Hadlratus syaikh Muhammad Hasyim Asy‟ari Perintis

Kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 1994.

Asy‟ari, Syaikh Muhammad Hasyim, Irsyād al-Mu‟minīn, Irshd al-Sāri Fi Jam‟i

Musannafāt al-Shaykh Hasyim Ays‟ari. Jombang: Maktabah Turast al-

Islami, 2007.

____________. Al-Risālah Jāmi„ah al-Maqāṣid, Irshd al-Sāri Fi Jam‟i

Musannafāt al-Shaykh Hasyim Ays‟ari. Jombang: Maktabah Turast al-

Islami, 2007.

___________. Irshd al-Sāri Fi Jam‟i Musannafat al-Shaykh Hasyim Ays‟ari.

Jombang: Maktabah Turast al-Islami, 2007.

Aboebakar. Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasyim. Bandung: Mizan, 2011.

Amin, Samsul Munir. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah, 2014.

Agama Islam Negeri, Institut. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: tampa nama

penerbit dan tahun cetak.

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

„Arabi, Ibnu. Wasiat-Wasiat Ibnu „Arabi, terj. Irwan Kurniawan. Bandung:

Pustaka Hidayah, 1997.

Alba, Cecep. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.

Bahri, Media Zainun. Tasawuf Mendamaikan Dunia. Jakarta: Erlangga, 2010.

Dhofir, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES, 2011.

Ghalab, Muhammad. Al-Tasawuf al-Muqaran. Al-qahirah. Maktabah Nahdhah

Mesir, 1957.

Hatta, Muhammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: UI- Pres/Tinta Mas, 2006.

Hamka. Tasawuf Modern. Jakarta: Republika Penerbit, 2015.

Hamid, Shalahuddin dan Ahza, Iskandar. 100 Tokoh Islam Paling Perpengaruh di

Indonesia. Jakarta: Intimedia Cipta Nusantara, 2003.

Hajjaj, Muhammad Fauqi. Tasawuf Isam dan Akhlak, terj. Kamran As‟at Irsyady,

Jakarta: Amzah, 2011.

Halim, Abdul. Dzunnun al-Misri, tampa penerbit dan tahun cetak.

Page 84: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

73

Hamid, Abdul. Tasawuf yang Tertindas. Jakarta: Paramadinah, 2001.

Ismail al-Bukhāri, Muhammad bin. Shahih Bukhāri, Bairut: Dar Ibnu Katsir,

1987.

Ishom, Hadzir. K.H. Hasyim Asy‟ari Figur Ulama dan Pejuang Sejati. Surabaya:

Pustaka Wrisan Islam, 2000.

Isa, Syaikh Abdul al-Qadir. Hakikat Tasawuf, terj. Harahap Khairul Amru.

Jakarta: Qisthi Press, 2014.

Jaya, Kahmi. Indonesia di Simpang Jalan. Bandung: Mizan Pustaka, 1998.

Jalal, Muhammad Syaraf. Tasawuf Islam Mazhab Baghdad. Tangerang: Gaya

Media Pratama, 2014.

Khuluq, Lathiful. Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasyim Asy‟ari.

Jogjakarta: LKIS, 2000.

Khitimah, Husnul. “Tasawuf Sebagai Metode Terapi Krisis Manusia Modern

Menurut Pemikiran Hamka.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Muhammad Yāsīn bin „Isā al-Fādānī al-Makkī, Abi al-Faidl. Kifāyatu al-Mustafīd

limā „Alā min al-Asānīdi. Bairut: Dār al-Basyāir al-Islāmiyyah, 2008.

Majid, Nurcholish. Tradisi Islam, Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di

Indonesia. Jakarta: Paramadinah, 1997.

Mutqin, Hilman. “Pandangan K.H. Muhammah Hasyim Asy‟ari Tentang Taqlid

Dalam Fiqh.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Mursyidi, Achmad. Ulama, Pejuang, Dan Politisi dari Betawi. Jakarta: Pustaka

Darul Hikmah, 2003.

Misrawi, Zuhairi. Doktrin Islam Progresif; Memahami Islam sebagai Ajaran

Rahmat. Ciputat: LSIP Jakarta, 2005.

Muhibbin, Zuhri. Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari Tentang Ahl al-Sunnah wa

al-Jama‟ah. Surabaya: Khalista, 2010.

Mustafa, Akhlak Tasawuf. Bandung. Pustaka Setia, 1997.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta, Raja Wali Pres,

2015.

Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1973.

Page 85: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

74

Ngabdurrahman. Risalah Ahlussunah Wal Jama‟ah. Jakarta: LTM PBNU dan

Pesantren Ciganjur, 2011.

Ris‟an, Rusli. Tasawuf dan Tarekat. Jakarta: Raja Wali, 2013.

Risad, Mahbub, Perilaku Tasawuf Gus Dur. Uin Jakarta: Skripsi, Aqidah dan

Filsafat Fakultas Ushuluddin, 2011.

Syaifuddin Aman dan Isa Abdul Qadir. Tasawuf Revolusi Mental Zikir Mengolah

Jiwa dan Raga. Banten: Ruhama, Cet. Ke IV, 2014.

Syaechudi, Syaikh Al-Waasi‟ Achma. Bulan Terang di Bukhara. Jakarta:

Khazanah, 2007.

Toriquddin. Sekularitas Tasawuf. Malang: UIN-Malang, 2008.

Permana, Aramdhan Kodrat, Nuansa Tasawwuf. Bekasi: An Nahl, 2016.

Ya‟Qub, Hamzah. Tingkat Ketenangan Dan Kebahagiaan Mukmin. Jakarta: Atisa,

1992.

Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu,2007.

Zain, Adib. Zahid dan Hakim, Luqmanul Dkk. Mengenal Thariqah. Semarang:

Anika Ilmu Semarang, 2005.

Page 86: PANDANGAN TASHAWUF K.H. HASYIM ASY’ARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34663/1/... · Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

75