Upload
lamnguyet
View
247
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
PANDUAN INTERNASIONAL TENTANG
PERENCANAAN KOTA DAN WILAYAH
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
Diterbitkan pertama kali di Nairobi tahun 2015 oleh UN-HabitatHak Cipta © United Nations Human Settlements Programme 2015
Hak cipta dilindungi undang-undangUnited Nations Human Settlements Programme (UN-Habitat)P. O. Box 30030, 00100 Nairobi GPO KENYATel: 254-020-7623120 (Central Office)www.unhabitat.org
HS Number: HS/059/15B
Penyangkalan Peristilahan yang dipergunakan dan presentasi materi dalam penerbitan ini tidak mewakili ungkapan pendapat apapun dari pihak Sekretariat PBB mengenai status hukum dari negara, wilayah, kota atau daerah atau otoritasnya, atau mengenai penandaan batas wilayah. Pandangan-pandangan yang dinyatakan dalam publikasi ini tidak merupakan cerminan pandangan dari the Program Permukiman PBB, Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau negara-negara anggotanya.
Kutipan dapat direproduksi tanpa izin, dengan syarat menyebutkan sumbernya
PANDUAN INTERNASIONAL TENTANG
PERENCANAAN KOTA DAN WILAYAH
iv Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
Kata Pengantar
Dengan penduduk perkotaan dunia telah melampaui
ambang batas lima puluh persen dari penduduk global,
telah menjadi semakin jelas bahwa kehidupan urban
menjadi masa depan. Urbanisasi maju pesat, khususnya
di negara-negara berkembang, dan diikuti dengan
berbagai peluang dan tantangan.
Aglomerasi memungkinkan adanya skala ekonomi
yang signifikan untuk kota dan daerah, tetapi juga
menimbulkan berbagai biaya dan eksternalitas yang
terkait dengan kebisingan, kemacetan, dan polusi.
Tantangan global seperti perubahan iklim dan
terkurasnya sumber daya mempengaruhi banyak bidang
dalam berbagai cara dan membutuhkan respons-respons
baru yang inovatif.
Dalam rangka menghadapi tantangan tersebut,
pendekatan yang berbeda untuk perencanaan telah diuji
dan diterapkan di seluruh dunia. Meskipun ada pelajaran
berharga yang dipetik dari berbagai ragam upaya yang
dilakukan, Panduan Internasional tentang Perencanaan
Kota dan Wilayah (Panduan) dirancang untuk mengisi
kritisnya kesenjangan dengan menyediakan kerangka
acuan untuk perencanaan yang berguna di berbagai
skala dan dapat disesuaikan dengan konteks kekhasan,
baik wilayah, nasional maupun lokal.
Sebagai respons terhadap Resolusi 24/3 The Governing
Council UN-Habitat, Panduan ini telah dikembangkan
melalui proses konsultatif yang luas dan disusun di atas
serangkaian pengalaman. Panduan ini menyajikan dua
belas prinsip yang dapat memandu para pengambil
keputusan dalam mengembangkan atau merevisi
kebijakan, rencana, dan desain melalui pendekatan
perencanaan terpadu.
Panduan telah disetujui oleh Governing Council dalam
Resolusi 25/6 tanggal 23 April 2015. Selain itu pula,
Resolusi ini menyerukan kepada "lembaga keuangan
internasional, badan-badan pembangunan, dan UN
Habitat untuk membantu negara-negara anggota yang
berkeinginan menggunakan dan mengadaptasi Panduan
ini untuk wilayah mereka dan konteks nasional, sehingga
memungkinkan, dan mengembangkan alat-alat dan
indikator-
indikator lanjutannya untuk pemantauan.” Panduan
telah dirancang untuk melengkapi Panduan Internasional
tentang Desentralisasi dan Penguatan Otoritas Lokal
(Guidelines on Decentralisation and the Strengthening
of Local Authorities, 2007), serta Panduan Internasional
tentang Akses terhadap Layanan Dasar bagi Semua
(International Guidelines on Access to Basic Services for
All, 2009), yang sebelumnya diadopsi oleh Governing
Council UN Habitat dan yang telah dirujuk di sejumlah
negara. Selanjutnya, Panduan Internasional tentang
Perencanaan Kota dan Wilayah dirancang untuk
mendukung pelaksanaan Agenda Pembangunan
Pasca-2015, dan New Urban Agenda atau Agenda Urban
Baru dalam Konferensi PBB tentang Perumahan dan
Pembangunan Urban Berkelanjutan (Habitat III) pada
tahun 2016.
Panduan ini relevan bagi berbagai pengguna: pemerintah
nasional, pemerintah daerah, masyarakat sipil dan
perencana profesional. Panduan ini menekankan peran
yang dimiliki para aktor dalam menyusun bentuk dan
fungsi permukiman manusia. Adalah harapan saya
setulusnya bahwa Panduan ini dapat memberikan
inspirasi dan arah untuk membantu pembangunan kota-
kota dan wilayah yang lebih kompak, inklusif secara
sosial, terhubungkan, dan terintegrasi secara lebih baik.
Dr. Joan Clos
Direktur Eksekutif, UN-Habitat
2
vPanduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
Daftar Isi
I. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... Iv
A. Tujuan ............................................................................................................................1
B. Definisi dan Ruang Lingkup ............................................................................................2
C. Konteks dan Dasar Pertimbangan ..................................................................................4
D. Proses Penyiapan ............................................................................................................5
II. IPANDUAN INTERNASIONAL TENTANG PERENCANAAN KOTAN DAN WILAYAH .........7
A. Kebijakan dan Tata Kelola Perkotaan ..............................................................................8
B. Perencanaan Kota dan Wilayah Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan ....................13
B1. Perencanaan Kota dan Wilayah dan Pembangunan Sosial ...................................14
B2. Perencanaan Kota dan Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi yang Berlanjut .........17
B3. Perencanaan Kota dan Wilayah dan Lingkungan Hidup .......................................20
C. Komponen Perencanaan Kota dan Wilayah ..................................................................23
D. Pelaksanaan dan Pemantauan Perencanaan Kota dan Wilayah .....................................27
vi
LATAR BELAKANGI
1Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
A. Tujuan
dengan cepat. Penduduk perkotaan tumbuh dari 746
juta pada tahun 1950 (29,6 persen dari populasi dunia)
menjadi 2,85 miliar pada tahun 2000 (46,6 persen),
dan telah mencapai 3,96 miliar pada tahun 2015 (54
persen). Ini diharapkan mencapai total 5,06 miliar pada
tahun 2030 (60 persen dari populasi dunia). Dalam
menanggapi transformasi ini, Panduan Internasional
tentang Perencanaan Kota dan Wilayah (Panduan)
dimaksudkan dapat menjadi kerangka kerja untuk
meningkatkan kebijakan global, rencana, desain dan
proses implementasi, yang akan menjadikan kota-
kota dan wilayah yang lebih kompak, inklusif secara
sosial, dan terhubungkan dan terintegrasi secara
lebih baik serta mendorong pembangunan perkotaan
berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Pemandangan Paris dari udara © Flickr/Mortimer62
Tujuan Panduan ini dirumuskan sebagai berikut:
• untuk mengembangkan kerangka acuan yang
berlaku universal dalam memandu reformasi
kebijakan perkotaan;
• untuk mencatat prinsip-prinsip universal dari
pengalaman nasional dan lokal yang dapat
mendukung pengembangan pendekatan
perencanaan yang beragam disesuaikan dengan
konteks dan skala yang berbeda-beda;
• untuk melengkapi dan menghubungkan ke Panduan
internasional lainnya yang bertujuan mendorong
pembangunan perkotaan yang berkelanjutan;
• untuk meningkatkan dimensi kota dan wilayah
dalam agenda pembangunan nasional, regional dan
pemerintahan daerah.
2 Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
Perencanaan kota dan wilayah dapat didefinisikan sebagai
proses pengambilan keputusan untuk mewujudkan
tujuan-tujuan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan
hidup melalui pengembangan visi tata ruang, strategi
dan rencana, dan penerapan seperangkat prinsip-prinsip
kebijakan, alat-alat, mekanisme partisipatif kelembagaan,
dan prosedur pengaturan.
Perencanaan kota dan wilayah tak terpisahkan dari fungsi
ekonomi yang mendasar. Ini adalah mekanisme yang
ampuh untuk menyusun kembali bentuk dan fungsi
kota-kota dan wilayah untuk menghasilkan pertumbuhan
ekonomi secara endogen, membuka lapangan kerja
dan membangun kemakmuran, sekaligus memenuhi
kebutuhan kelompok yang paling rentan, terpinggirkan
atau yang kurang terlayani.
Panduan ini mengajukan prinsip-prinsip pokok dan
rekomendasi perencanaan kota dan wilayah yang
dapat membantu semua negara dan kota-kota untuk
secara efektif mengarahkan perubahan demografi
perkotaan (pertumbuhan, stagnasi atau penurunan)
dan meningkatkan kualitas hidup di permukiman
urban, baik yang ada sekarang maupun yang baru.
Dengan mempertim-bangkan prinsip subsidiaritas atau
penjenjangan dan pengaturan tata kelola secara spesifik
untuk setiap negara, Panduan ini harus digunakan dengan
memperhatikan kontinum multi-skala perencanaan tata
ruang:
• Pada tingkat supra-nasional dan lintas-batas,
strategi wilayah secara multi-nasional dapat
membantu investasi langsung untuk mengatasi isu-
isu global seperti perubahan iklim dan efisiensi energi,
memungkinkan perluasan terintegrasi kawasan
perkotaan di wilayah lintas batas, mengurangi risiko
alam dan meningkatkan pengelolaan berkelanjutan
sumber daya alam yang dimiliki bersama;
• Pada tingkat nasional, rencana nasional dapat
mengambil keuntungan dari kutub-kutub ekonomi
dan infrastruktur besar, baik yang ada maupun yang
direncanakan dalam rangka untuk mendukung,
menstrukturkan, dan menyeimbangkan sistem kota-
kota, termasuk di koridor perkotaan dan daerah aliran
sungai, untuk sepenuhnya mampu mewujudkan
potensi ekonomi mereka;
• Pada tingkat wilayah-kota dan metropolitan,
rencana wilayah secara sub-nasional dapat mendorong
pembangunan ekonomi dengan mengetengahkan
skala ekonomi wilayah dan aglomerasi, meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan, memperkuat
hubungan kota-desa dan adaptasi terhadap dampak
perubahan iklim, mengurangi risiko bencana dan
intensitas penggunaan energi, mengatasi kesenjangan
sosial dan tata ruang dan memajukan kohesi wilayah
dan kesaling-lengkapan pada daerah, baik yang
berkembang maupun yang sedang mengalami
kemerosotan;
• Pada tingkat kota dan pemerintah daerah, strategi
pembangunan kota dan rencana pembangunan
terpadu dapat memprioritaskan keputusan investasi
serta mendorong sinergi dan interaksi di antara
beberapa kawasan perkotaan yang terpisah. Rencana
penggunaan lahan dapat memberikan kontribusi pada
perlindungan lingkungan yang sensitif dan melakukan
regulasi pasar tanah. Perluasan perkotaan dan rencana
pengisian kegiatan yang tumbuh dari dalam kawasan
(infill) dapat meminimalkan biaya transportasi dan
layanan pengiriman, mengoptimalkan penggunaan
lahan serta mendukung pelindungan dan organisasi
ruang terbuka kota. Peningkatan lingkungan perkotaan
dan rencana penambah-ulangan (retrofitting) dapat
meningkatkan kepadatan perumahan dan kegiatan
ekonominya serta memajukan komunitas yang secara
sosial lebih terpadu;
B. Definisi dan Ruang Lingkup
3Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
• Pada tingkat lingkungan perumahan, rencana
dan tata letak pengembangan jalan dan ruang
publik dapat meningkatkan kualitas urban, kohesi
dan inklusi sosial, serta perlindungan sumber daya
lokal. Perencanaan dan penganggaran partisipatif,
perlibatan masyarakat dalam mengelola tanah umum
perkotaan, seperti ruang bersama dan jasa umum,
dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan
integrasi dan konektivitas tata ruang, keamanan
dan ketangguhan warga, serta demokrasi lokal dan
akuntabilitas sosial.
• Berbagai metode dan praktik perencanaan kota
dan wilayah telah berlaku dan diuji di banyak
negara: perencanaan strategis untuk seluruh kota,
perencanaan induk, perencanaan komunitas,
perencanaan tata guna lahan, dll. Semuanya
bertujuan untuk mempengaruhi bentuk dan
fungsi perkotaan dan melakukannya dengan cara
yang berbeda-beda; bahkan rencana yang tidak
dilaksanakan pun berdampak pada kehidupan
nyata, misalnya dengan menjadi hambatan untuk
perubahan yang berkelanjutan. Spektrum metode
perencanaan cukup luas dan mencerminkan
kontinum yang terus berubah dengan pendekatan
top-down dan bottom-up digabungkan dalam
berbagai tingkatan dalam setiap konteks tertentu.
• Apa pun pendekatannya, keberhasilan pelaksanaan
rencana selalu membutuhkan kemauan politik yang
kuat dan kemitraan yang tepat yang melibatkan
semua pihak terkait, serta adanya tiga komponen
pendorong utama sebagai berikut:
• Kerangka hukum yang transparan dan
dapat ditegakkan. Penekanannya harus pada
pembentukan sistem tata-aturan dan adanya
peraturan yang memberikan kerangka hukum jangka
panjang yang kokoh dan dapat dipercaya untuk
pembangunan perkotaan. Perhatian khusus harus
diberikan untuk akuntabilitas, implementabilitas, dan
kapasitas dalam menegakkan kerangka hukum di
mana pun berlaku.
• Perencanaan dan desain kota yang baik dan
fleksibel. Perhatian khusus harus diberikan kepada
perancangan ruang publik karena merupakan salah
satu penyumbang utama untuk menghasilkan
kualitas urban, dengan menyediakan pola jalan dan
konektivitas yang tepat, serta alokasi ruang terbuka.
Sama pentingnya adalah kejelasan dalam tata
letak bangunan dan lahan, termasuk kekompakan
yang tepat dan pemanfaatan keragaman kegiatan
ekonomi di kawasan terbangun untuk mengurangi
kebutuhan mobilitas dan biaya pelayanan per kapita.
Akhirnya, desain harus memfasilitasi pembauran dan
interaksi sosial serta aspek budaya dalam kehidupan
kota.
• Rencana keuangan untuk keterjangkauan
dan efektivitas biaya. Keberhasilan pelaksanaan
rencana kota tergantung pada dasar keuangan
yang sehat, termasuk kemampuan awal investasi
publik untuk menghasilkan manfaat ekonomi dan
keuangan serta untuk menutupi biaya operasional.
Rencana keuangan harus berisi rencana pendapatan
yang realistis, termasuk pembagian nilai manfaat
perkotaan antara semua pemangku kepentingan,
serta penyediaan pembiayaan bagi persyaratan
rencana pembangunan perkotaan.
• Ketiga komponen yang disebutkan di atas harus
seimbang untuk memastikan tercapainya hasil-hasil
perkotaan yang positif. Hal ini harus dapat diarahkan
pada peningkatan sinergi lintas sektoral, kemitraan
yang terfokus pada hasil nyata, serta prosedur yang
sederhana dan efektif.
4 Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
Panduan ini akan mendukung operasionalisasi dua set
Panduan sebelumnya yang telah diadopsi oleh Governing
Council UN-Habitat, yaitu:
• Panduan internasional tentang desentralisasi dan
penguatan pemerintah daerah (international
guidelines on decentralization and the strengthening
of local authorities, 2007) adalah katalis untuk
pengembangan kebijakan dan kelembagaan dan
reformasi di tingkat nasional untuk memberdayakan
pemerintah daerah dan meningkatkan tata kelola
kota.1 Panduan ini berorientasi pada kebijakan dan
telah digunakan sebagai referensi di sejumlah negara.
• Panduan internasional tentang akses terhadap
layanan dasar untuk semua (international guidelines
on access to basic services for all, 2009) menyediakan
kerangka pemungkinan untuk meningkatkan
kemitraan dalam penyediaan layanan dasar di tingkat
kota.2 Panduan ini berorientasi pada proses dan telah
disesuaikan dengan kondisi nasional berbagai negara.
Panduan perencanaan kota dan wilayah adalah sebuah
kesempatan untuk mengoperasionalkan dua perangkat
Panduan di atas melalui pendekatan lintas sektoral dan
multilevel yang kuat. Perencanaan kota dan wilayah
yang baik memang menjadi sarana untuk memperkuat
pemerintah daerah dan untuk memfasilitasi penyediaan
pelayanan dasar. Panduan juga telah dirancang
sebagai kerangka universal, dokumen referensi yang
mengintegrasikan tiga dimensi prinsip kebijakan
perkotaan (mengapa merencana?), proses manajemen
(bagaimana merencanakan) dan produk teknis (apa
itu rencana kota dan wilayah?). Panduan ini juga akan
meningkatkan kerja sama dan pertukaran pengalaman
diantara Pemerintah, pemerintah daerah dan mitra
lainnya, dengan tetap mempertimbangkan realitas
nasional masing-masing.
1 Disetujui oleh Governing Council dalam resolusi 21/3 dari 20 April 2007.
2 Disetujui oleh Governing Council dalam resolusi 22/8 dari 3 April 2009.
Dalam resolusi 24/3 pada tanggal 19 April 2013,
Governing Council meminta UN-Habitat untuk
mengembangkan, dalam konsultasi dengan Komite
Perwakilan Tetap, Panduan Internasional tentang
Perencanaan Kota dan Wilayah dan untuk menyampaikan
rancangan Panduan kepada Governing Council untuk
disetujui dalam sesi pertemuan yang kedua puluh-lima.
Panduan ini akan membantu negara-negara anggota
mempromosikan pendekatan terpadu dalam perencanaan
dan pembangunan kota dan permukiman perkotaan
secara berkelanjutan, termasuk dengan mendukung
pemerintah daerah, meningkatkan kesadaran publik,
dan meningkatkan partisipasi warga perkotaa, termasuk
kelompok miskin, dalam pengambilan keputusan.3
Panduan merupakan instrumen untuk mempromosikan
perencanaan kota dan wilayah yang baik di seluruh dunia,
berdasarkan prinsip-prinsip universal yang disepakati dan
pengalaman nasional, regional dan lokal, serta kerangka
kerja yang luas untuk memandu reformasi kebijakan
perkotaan, dengan mempertimbangkan pendekatan-
pendekatan spesifik, visi, model dan teknik-teknik yang
dikenal di setiap negara.
Pemerintah nasional, pemerintah daerah dan para
mitranya akan menyesuaikan Panduan ini dalam konteks
nasional dan lokal mereka dan akan mengembangkan
dan menerapkan Panduan nasional yang mencerminkan
tata kelembagaan dan kapasitas yang dimiliki, untuk
menangani tantangan khusus kota dan wilayah mereka.
Selain itu, Panduan ini akan menjadi penunjuk arah dan
alat pemantauan yang efisien bagi pemerintah pusat
dan daerah dalam rangka mewujudkan perencanaan
berkelanjutan dan implementasinya yang tepat, dengan
mengacu pada prinsip-prinsip inti yang ditetapkan dalam
Panduan.
3 "Masa depan yang kita inginkan," resolusi Majelis Umum 66/288, lampiran, ayat 135.
C. Konteks dan Dasar Pemikiran
5Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
Sebagai tindak lanjut resolusi 24/3, UN-Habitat
membentuk kelompok para pakar untuk memberikan
nasihat kepada sekretariat tentang struktur, isi, dan
susunan kata dalam Panduan. Kelompok ini secara
geografis berimbang untuk mencerminkan pengalaman
dan praktik di setiap wilayah di dunia. Peserta
dinominasikan oleh setiap Pemerintah dan mitra utama;
khususnya mereka mewakili otoritas lokal (United Cities
dan Local Government, UCLG) dan asosiasi perencana
profesional (International Society of City and Regional
Planners, ISOCARP). Organisasi internasional, seperti
Bank Dunia, Badan Pusat PBB untuk Pembangunan
Daerah (UNCRD) dan Organisasi untuk Kerja sama
Ekonomi dan Pembangunan (OECD), kesemuanya
dikonsultasikan.
Tiga pertemuan kelompok para pakar diadakan.
Pertama diadakan di Paris pada tanggal 24 dan 25
Oktober 2013. Para peserta mengadopsi struktur dan
menghasilkan draft awal dari Panduan. Pertemuan
kedua diadakan di Medellin, Kolombia, bersamaan
dengan sesi ketujuh World Urban Forum, pada tanggal
10 April 2014. Dari sini dimasukkan pengalaman
dari lebih banyak negara, memberikan tempat pada
berbagai perbedaan pandangan yang muncul dari
pertemuan pertama dan mengusulkan pembelajaran
yang telah didokumentasikan dimasukkan ke dalam
revisi rancangan Panduan. Rancangan Panduan lebih
lanjut kemudian diproduksi dan disepakati bahwa
Panduan akan dilengkapi dengan kumpulan ringkasan
kasus praktik-praktik baik. Pertemuan kelompok
para pakar ketiga dan terakhir diadakan di Fukuoka,
Jepang, pada tanggal 11 dan 12 November 2014. Pada
pertemuan itu Panduan difinalkan untuk diserahkan
pada sesi kedua puluh-lima Governing Council.
Konsultasi khusus dengan kantor-kantor regional UN
Habitat, badan-badan PBB dan kelompok mitra lainnya
juga dimulai, antara lain, selama: Forum Urban Dunia
(World Urban Forum) April 2014; untuk pertama
kalinya pada integrasi segmen urbanisasi berkelanjutan
dalam Dewan Ekonomi dan Sosial (EcoSoc) yang
diselenggarakan pada 29 Mei 2014 di New York;
Konperensi Asia Pasifik kelima Para Menteri Perumahan
dan Pembangunan Urban (APMCHUD 5), pada 3-5
November 2014 di Seoul; sesi kedua Komite Persiapan
untuk Konferensi PBB Ketiga tentang Perumahan dan
Pembangunan Urban Berkelanjutan (Habitat III) dan
sesi keduapuluh-lima Governing Council, diadakan
bersamaan di Nairobi pada 14-23 April 2015.
Panduan telah disetujui oleh Governing Council
dalam resolusi 25/6 23 tanggal April 2015, yang
menyerukan kepada "lembaga keuangan internasional,
badan-badan pembangunan, dan UN Habitat untuk
membantu negara-negara anggota yang berkeinginan
menggunakan dan mengadaptasi Panduan ini untuk
wilayah mereka dan konteks nasional, dimana
memungkinkan, dan mengembangkan alat-alat dan
indikator-indikator lanjutannya untuk pemantauan.”
Sejalan dengan semangat resolusi ini, studi kasus
telah dikembangkan dan praktik-praktik inspiratif
didokumentasikan untuk menggambarkan kondisi,
tantangan dan manfaat pendekatan perencanaan kota
dan wilayah yang efektif. Sarana kerja tambahan harus
dirancang untuk mendukung proses aplikasi, yang harus
dipantau dan didokumentasikan, dan dapat menjadi
masukan bagi program kerja dua-tahunan UN-Habitat.
Pemerintah dan para mitra akan diundang untuk
memberikan umpan balik secara langsung kepada UN-
Habitat tentang implementasi Panduan ini.
Penyusunan Panduan dijalankan secara bersamaan
dengan penjabaran Agenda Pembangunan Pasca-2015,
dijadwalkan akan disimpulkan pada bulan September
2015, proses persiapan untuk sesi kedua puluh-satu
Konferensi Para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja
PBB untuk Perubahan Iklim (COP 21), dijadwalkan
D. Proses Penyiapan
6 Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
berlangsung pada bulan Desember 2015, dan
Konperensi Habitat III yang dijadwalkan berlangsung
pada bulan Oktober 2016. Diharapkan, substansi
Panduan dengan demikian dapat menjadi bahan
informasi dan memberikan kontribusi pada dokumen
yang dihasilkan dalam proses-proses tersebut.
Bagian tulisan berikut berisi Panduan tentang
perencanaan kota dan wilayah. Strukturnya
dikemas mengikuti tata cara yang lazim dari agenda
pembangunan berkelanjutan oleh badan-badan PBB.
Tulisan dibagi dalam dua bagian yang mencerminkan
dimensi-dimensi yang saling terkait dalam agenda
tersebut, yakni, tata kelola pemerintahan, aspek sosial
ekonomi dan lingkungan dalam perencanaan kota dan
wilayah, diikuti dengan dua bagian tentang komponen
perencanaan kota dan wilayah berikut pelaksanaan
dan pemantauannya. Setiap bagian dimulai dengan
prinsip-prinsip kunci dasar, diikuti oleh serangkaian
rekomendasi yang berorientasi pada tindakan.
Perlu ditekankan bahwa rekomendasi yang diberikan
bersifat umum dan dimaksudkan untuk menjadi
sumber inspirasi ketika meninjau, mengembangkan,
dan menerapkan kerangka kerja perencanaan kota
dan wilayah. Pemerintah nasional, pemerintah daerah,
organisasi masyarakat sipil dan asosiasinya, perencana
profesional dan asosiasinya dapat mempertimbangkan
untuk menyesuaikan Panduan dalam konteks nasional
dan lokal.
Selanjutnya, lembaga keuangan internasional dan
masyarakat internasional, sebagai bagian dari komitmen
resmi mereka untuk bantuan pembangunan, harus
mencurahkan lebih banyak perhatian terhadap isu-isu
perkotaan, termasuk perencanaan kota dan wilayah,
melalui peningkatan dukungan keuangan dan teknis
dalam kerja sama Selatan-Selatan, Utara-Selatan dan
kerja sama segitiga, pendokumentasian dan berbagi
pengalaman dan praktik-praktik, serta pengembangan
kapasitas pada semua tingkatan.
7Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
PANDUAN INTERNASIONAL TENTANG PERENCANAAN KOTA DAN WILAYAH
II
8
Ruang publik di Medellin, Kolombia © Flickr/Eduardo F.
1. Prinsip-prinsip:
(a) Perencanaan kota dan wilayah lebih dari sekadar
alat teknis, ini adalah proses pengambilan
keputusan yang integratif dan partisipatif
membahas persaingan kepentingan dan terkait
dengan visi bersama, strategi pembangunan secara
keseluruhan dan kebijakan perkotaan nasional,
regional, dan lokal;
(b) Perencanaan kota dan wilayah merupakan
komponen inti dari paradigma tata kelola
pemerintahan kota yang baru, yaitu
mempromosikan demokrasi lokal, partisipasi
dan inklusi, transparansi dan akuntabilitas,
dengan maksud untuk menjamin urbanisasi
berkelanjutan dan kualitas tata ruang.
AKebijakan Urban dan Tata Kelola Pemerintahan
8
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 9
2. Pemerintah Nasional, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra terkait
diharapkan dapat:
(a) merumuskan kerangka kebijakan nasional
kota dan wilayah yang mempromosikan pola
urbanisasi berkelanjutan, termasuk standar
kehidupan yang layak bagi warga saat ini
dan masa depan, pertumbuhan ekonomi dan
perlindungan lingkungan, sistem yang seimbang
untuk kota dan permukiman lainnya serta hak
dan kewajiban atas tanah yang jelas bagi semua
warga negara, termasuk jaminan hak bermukim
pada lahan bagi masyarakat miskin, sebagai dasar
untuk perencanaan kota dan wilayah di semua
tingkatan. Sebagai imbalannya, perencanaan
kota dan wilayah akan menjadi sarana untuk
menerjemahkan kebijakan ke dalam rencana dan
tindakan, serta untuk memberikan umpan balik
bagi penyesuaian kebijakan;
(b) Mengembangkan kerangka hukum dan
kelembagaan yang memungkinkan bagi
perencanaan kota dan wilayah dapat:
(i) Memastikan bahwa instrumen dan siklus
perencanaan ekonomi dan kebijakan
sektoral nasional diperhitungkan dalam
penyusunan rencana kota dan wilayah dan,
sebaliknya, bahwa peran penting ekonomi
kota dan wilayah tercermin dengan baik
dalam penyusunan perencanaan nasional;
(ii) Memahami perbedaan situasi wilayah, kota
dan lokal serta adanya kebutuhan tata
ruang yang koheren dalam suatu wilayah
dan pembangunan daerah yang seimbang;
(iii) Menghubungkan dan mengoordinasikan
rencana kota, metropolitan, wilayah, dan
nasional serta memastikan koherensi antara
tingkat-tingkat intervensi sektoral dan tata
ruang, berdasarkan prinsip kejenjangan,
dengan pengaturan yang tepat dalam
menggabungkan pendekatan bottom-up
dan top-down;
(iv) Menetapkan aturan umum dan mekanisme
untuk perencanaan dan manajemen kota
dan wilayah yang terkoordinasi;
(v) Secara formal menegaskan kemitraan dan
partisipasi masyarakat sebagai prinsip-
prinsip kunci dalam kebijakan, dengan
melibatkan masyarakat (perempuan dan
laki-laki), organisasi masyarakat sipil dan
perwakilan dari sektor swasta dalam
kegiatan perencanaan kota, memastikan
bahwa perencana berperan aktif dan
mendukung pelaksanaan prinsip-
prinsip ini dan membangun mekanisme
konsultasi yang luas dan forum untuk
mendorong dialog kebijakan tentang isu-isu
pembangunan perkotaan;
(vi) Memberikan kontribusi terhadap regulasi
tanah dan pasar properti dan perlindungan
lingkungan binaan dan alam;
(vii) Membuka jalan bagi pengembangan
kerangka tata-aturan baru untuk
memfasilitasi pelaksanaan dan revisi
rencana kota dan wilayah secara iteratif dan
interaktif;
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah10
(viii) Memberikan kesetaraan kepada semua
pemangku kepentingan dalam rangka
mempromosikan investasi dan transparansi,
menghormati aturan hukum, dan
menghindari korupsi;
(c) Menetapkan, melaksanakan, dan memantau
desentralisasi dan kebijakan kejenjangan atau
subsidiaritas dan memperkuat peran, tanggung
jawab, kapasitas perencanaan dan sumber daya
pemerintah daerah sesuai dengan panduan
internasional tentang desentralisasi dan penguatan
pemerintah daerah;
(d) Mempromosikan kerangka kerja sama antar
pemerintahan daerah dan sistem pemerintahan
berjenjang yang tersambung secara multilevel,
dan mendukung pembentukan lembaga antar
pemerintah daerah dan metropolitan, dengan
kerangka regulasi dan insentif keuangan yang
tepat, untuk memastikan skala yang sesuai
pada perencanaan dan manajemen kota dan
pembiayaan proyek-proyek terkait;
(e) Mengajukan ke parlemen perundang-undangan
yang menentukan bahwa rencana harus
dipersiapkan, disetujui dan diperbaharui di bawah
kepemimpinan pemerintah daerah dan selaras
dengan kebijakan yang dikembangkan oleh
bidang-bidang lain pemerintahan, sebagaimana
seharusnya, sebelum menjadi dokumen yang
mengikat secara hukum;
(f) Memperkuat dan memberdayakan pemerintah
daerah untuk memastikan bahwa ketentuan-
ketentuan dalam perencanaan dan peraturan-
peraturannya dapat diterapkan dan secara
fungsional efektif;
(g) Berkolaborasi dengan asosiasi dan jaringan
perencana profesional, lembaga penelitian
dan masyarakat sipil untuk mengembangkan
sebuah pengamatan atau observatori tentang
pendekatan, pola dan praktik perencanaan
kota (atau pengaturan serupa lainnya) yang
dapat mendokumentasikan, mengevaluasi dan
mensintesakan pengalaman negara, melakukan
dan berbagi studi kasus, menyediakan informasi
untuk masyarakat umum dan memberikan
bantuan kepada pemerintah daerah bila
diperlukan.
3. Pemerintah Daerah, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra terkait
diharapkan dapat:
(a) Memberikan kepemimpinan politik untuk
pengembangan rencana kota dan wilayah,
memastikan artikulasi dan koordinasi dengan
rencana sektoral dan rencana tata ruang
lainnya dan dengan wilayah tetangga untuk
merencanakan dan mengelola kota dalam skala
yang sesuai;
(b) Memberikan persetujuan, terus mengawasi dan
memperbarui (misalnya setiap 5 atau 10 tahun)
rencana kota dan wilayah di bawah kewenangan
hukum yang dimiliki;
(c) Mengintegrasikan proses penyediaan layanan
dengan perencanaan dan terlibat dalam kerja
sama antar-pemerintah daerah dan kerja sama
berjenjang untuk pengembangan dan pembiayaan
perumahan, infrastruktur, dan pelayanan lainnya;
(d) Menyatukan perencanaan kota dan manajemen
kota dalam pandangan untuk menghubungkan
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 11
perencanaan hulu dan pelaksanaan hilir serta
memastikan konsistensi antara tujuan dan
program jangka panjang dengan kegiatan
manajerial jangka pendek dan proyek sektoral;
(e) Secara efektif mengawasi perusahaan swasta
dan jasa profesional yang dikontrak untuk
persiapan perencanaan kota dan wilayah, untuk
memastikan keselarasan rencana dengan visi
politik lokal, kebijakan nasional dan prinsip-prinsip
internasional;
(f) Memastikan bahwa peraturan yang berkenaan
dengan urusan urban diimplementasikan dan
secara fungsional efektif dan diambil tindakan
untuk menghindari perkembangan yang
melanggar hukum, dengan perhatian khusus pada
daerah-daerah yang berisiko dan yang memiliki
nilai sejarah, nilai lingkungan, atau nilai pertanian;
(g) Mengatur pemantauan oleh para pemangku
kepentingan, adanya mekanisme evaluasi dan
akuntabilitas untuk melakukan penilaian atas
pelaksanaan rencana secara transparan dan
memberikan umpan balik dan informasi bagi
perbaikan yang diperlukan, yang mencakup
proyek-proyek dan program-program jangka
pendek dan jangka panjang;
(h) Berbagi pengalaman tentang perencanaan kota
dan wilayah, terlibat dalam kerja sama antar-
kota untuk mempromosikan dialog kebijakan
dan pengembangan kapasitas, dan melibatkan
asosiasi pemerintah daerah dalam kebijakan dan
perencanaan di tingkat nasional dan lokal;
(i) Memfasilitasi keterlibatan efektif dan adil dari para
pemangku kepentingan perkotaan, khususnya
kelompok komunitas, organisasi masyarakat sipil
dan sektor swasta, dalam persiapan perencanaan
kota dan wilayah dan pelaksanaannya dengan
membangun mekanisme partisipatif yang
tepat, dan melibatkan perwakilan masyarakat
sipil, terutama perempuan dan kaum muda,
dalam pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
untuk memastikan bahwa kebutuhan mereka
dipertimbangkan dan ditanggapi dalam seluruh
proses perencanaan.
4. Organisasi masyarakat sipil dan asosiasi-asosiasinya diharapkan dapat:
(a) Berpartisipasi dalam penyusunan, pelaksanaan
dan pemantauan rencana kota dan wilayah,
membantu pemerintah daerah mengidentifikasi
kebutuhan dan prioritas dan, sedapat mungkin,
menggunakan hak mereka untuk dikonsultasikan
sesuai dengan kerangka hukum yang ada dan
perjanjian internasional;
(b) Berkontribusi dalam mobilisasi dan representasi
warga dalam konsultasi publik untuk perencanaan
kota dan wilayah, khususnya masyarakat
miskin dan kelompok rentan dari segala usia
dan jenis kelamin, dengan maksud untuk
mendorong pembangunan perkotaan yang adil,
mempromosikan hubungan sosial yang damai dan
memprioritaskan pengembangan infrastruktur dan
pelayanan di kawasan perkotaan yang tertinggal;
(c) Menyediakan ruang untuk mendorong dan
memungkinkan semua lapisan masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan kelompok
rentan dari segala usia dan jenis kelamin, untuk
terlibat dalam forum-forum komunitas dan inisiatif
perencanaan komunitas dan bermitra dengan
pemerintah daerah dalam program peningkatan
lingkungan perumahan;
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah12
(d) Meningkatkan kesadaran publik dan memobilisasi
opini publik untuk mencegah perkembangan
perkotaan secara ilegal dan spekulatif, terutama
yang dapat membahayakan lingkungan alam atau
menggusur masyarakat berpenghasilan rendah
dan kelompok rentan;
(e) Berkontribusi untuk menjamin kelangsungan
dalam tujuan jangka panjang dari rencana kota
dan wilayah, bahkan di saat terjadinya perubahan
politik atau kendala jangka pendek.
5. Perencana profesional dan asosiasi-asosiasinya diharapkan dapat:
(a) Memfasilitasi proses perencanaan kota dan wilayah
dengan menyumbangkan keahlian mereka, baik
dalam tahapan persiapan maupun penyusunan
usulan baru, serta menggerakkan kelompok
pemangku kepentingan untuk menyampaikan
pandangan dan pendapat mereka;
(b) Berperan aktif dalam advokasi untuk
pembangunan yang lebih inklusif dan berkeadilan,
memastikan tidak hanya dalam partisipasi publik
secara umum dalam perencanaan, tetapi juga
untuk mengisi instrumen perencanaan seperti
rencana, desain, peraturan, hukum, dan aturan
kerja;
(c) Mempromosikan penerapan Panduan dan
memberikan saran kepada para pengambil
keputusan untuk mengadopsikannya dan, bila
diperlukan, menyesuaikannya dengan situasi
nasional, regional, dan lokal;
(d) Berkontribusi bagi kemajuan pengetahuan tentang
perencanaan kota dan wilayah berdasarkan hasil
penelitian, dan menyelenggarakan seminar dan
forum konsultasi untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang rekomendasi-rekomendasi
dalam Panduan;
(e) berkolaborasi dengan lembaga-lembaga
pendidikan dan pelatihan untuk meninjau kembali
dan mengembangkan kurikulum universitas
dan profesional tentang perencanaan kota dan
wilayah, dalam rangka memperkenalkan isi
Panduan ke dalam kurikulum, dengan adaptasi
yang diperlukan dan elaborasi lebih lanjut, dan
memberikan kontribusi bagi program peningkatan
kapasitas.
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 13
BPerencanaan Kota dan Wilayah untuk Pembangunan Berkelanjutan
Perencanaan kota dan wilayah dapat berkontribusi untuk
pembangunan berkelanjutan dalam berbagai cara. Ini
terkait erat dengan tiga dimensi yang saling melengkapi
pembangunan berkelanjutan: pembangunan sosial dan
inklusi, pertumbuhan ekonomi yang berlanjut, serta
perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Integrasi tiga dimensi secara sinergis memerlukan komitmen
politik dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan
yang harus berpartisipasi dalam proses perencanaan kota
dan wilayah. Rekomendasi tentang peran yang diharapkan
kepada organisasi masyarakat sipil dan perencana
profesional dan asosiasi masing-masing, seperti diuraikan
dalam Pasal 4 dan Pasal 5 di atas, juga berlaku untuk bagian
B ini dan karenanya tidak diulang lagi di bawah ini.
Pejalan kaki di Tokyo, Jepang © Shutterstock/Thomas La Mela
14
6. Prinsip-prinsip:
(a) Perencanaan kota dan wilayah terutama bertujuan
untuk mewujudkan standar yang layak bagi
kehidupan dan kondisi kerja untuk semua
segmen masyarakat saat ini dan masa depan,
memastikan pemerataan biaya, kesempatan
dan manfaat dari pembangunan perkotaan dan
terutama mempromosikan inklusi dan kohesi sosial;
(b) Perencanaan kota dan wilayah merupakan investasi
penting di masa depan. Ini merupakan prasyarat
untuk kualitas hidup yang lebih baik dan
keberhasilan proses globalisasi yang menghormati
warisan budaya dan keanekaragaman budaya,
dan untuk pengakuan kebutuhan yang berbeda
dari berbagai kelompok.
B1Perencanaan Kota dan Wilayah dan Pembangunan Sosial
Pasar terbuka di Onitsha, Nigeria © UN-Habitat/Alessandro Scotti
14
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 15
7. Pemerintah Nasional, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra terkait
diharapkan dapat:
(a) Memantau evolusi kondisi perumahan dan
kehidupan di kota-kota dan wilayah dan
mendukung upaya perencanaan pemerintah
daerah dan masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan kohesi serta inklusi sosial dan
wilayah;
(b) Berkontribusi untuk menjabarkan dan
mewujudkan strategi pengurangan kemiskinan,
mendukung penciptaan lapangan kerja,
mempromosikan pekerjaan yang layak untuk
semua, dan mengatasi kebutuhan spesifik
kelompok rentan, termasuk kaum migran dan
pengungsi;
(c) Berkontribusi dalam pembentukan sistem
pembiayaan perumahan yang progresif untuk
menjadikan lahan, kapling jadi, dan perumahan
terjangkau bagi semua;
(d) Memberikan insentif fiskal yang tepat dan
subsidi yang ditargetkan dan meningkatkan
kapasitas fiskal daerah untuk memberdayakan
pemerintah daerah agar dapat memastikan bahwa
perencanaan kota dan wilayah memeberikan
kontribusi untuk mengatasi ketidak-adilan sosial
dan mempromosikan keragaman budaya;
(e) Mendorong adanya keterpaduan untuk
identifikasi, perlindungan dan pengembangan
warisan budaya dan warisan alam dalam proses
perencanaan kota dan wilayah.
8. Pemerintah Dearah, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra terkait
diharapkan dapat:
(a) Mempersiapkan dan menyusun rencana kota dan
wilayah yang mencakup adanya:
(i) Kerangka prioritas tata ruang yang jelas dan
bertahap untuk penyediaan layanan dasar
bagi semua;
(ii) Panduan strategis dan peta fisik tentang
tanah, pembangunan perumahan dan
transportasi, dengan perhatian khusus pada
kebutuhan masyarakat berpenghasilan
rendah dan kelompok rentan sosial, baik
untuk saat ini maupun antisipasi yang akan
datang;
(iii) instrumen untuk mendukung realisasi hak-
hak asasi manusia di kota-kota;
(iv) Peraturan yang mendorong pembauran
sosial dan penggunaan campuran atas
lahan, dengan maksud secara menarik
mendapatkan keterjangkauan spektrum
pelayananan, perumahan dan kesempatan
bekerja bagi berbagai kalangan penduduk;
(b) Mempromosikan inklusi serta integrasi sosial
dan tata ruang, terutama melalui peningkatan
akses ke semua bagian kota dan wilayah,
karena setiap penduduk (termasuk pekerja
migran dan pengungsi) harus dapat menikmati
kehidupan kota, peluang-peluang sosial
ekonominya, pelayanan perkotaan dan ruang
publik, serta turut berkontribusi pada kehidupan
sosial dan budaya;
(c) Menyediakan ruang publik yang berkualitas
baik, meningkatkan dan merevitalisasi ruang
publik yang ada, seperti alun-alun, jalan-
jalan, kawasan hijau dan kompleks olahraga,
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah16
menjadikannya lebih aman, sejalan dengan
kebutuhan dan perspektif perempuan, laki-
laki, anak-anak perempuan dan laki-laki, dan
sepenuhnya mudah diakses oleh semua. Ini
harus diperhitungkan bahwa tempat-tempat
tersebut merupakan serambi ruang yang sangat
diperlukan untuk sebuah kehidupan kota yang
inklusif dan bersemangat, serta merupakan
dasar untuk pembangunan infrastruktur;
(d) Memastikan bahwa kawasan masyarakat
berpenghasilan rendah, permukiman informal
dan kumuh dibangun dan diremajakan
kembali serta diintegrasikan ke dalam struktur
kehidupan urban dengan sesedikit mungkin
mengakibatkan penggusuran, relokasi, atau
gangguan terhadap mata pencaharian rakyat.
Kelompok yang terkena dampak harus diberi
kompensasi yang memadai ketika gangguan
tidak dapat dihindari;
(e) Memastikan setiap warga memiliki akses
terhadap air bersih yang layak dan terjangkau
serta layanan sanitasi yang memadai;
(f) Memfasilitasi jaminan hak bermukim pada
lahan dan akses untuk kontrol atas tanah dan
properti, termasuk juga akses pembiayaan bagi
rumah tangga yang berpenghasilan rendah;
(g) Mengurangi waktu perjalanan komuter antara
kawasan tempat tinggal, tempat bekerja
dan area pelayanan dengan menerapkan
penggunaan campuran atas lahan, serta
sistem transportasi yang aman, nyaman,
terjangkau dan dapat diandalkan, dan dengan
mempertimbangkan variasi harga tanah dan
rumah di lokasi yang berbeda, serta kebutuhan
untuk mendapatkan solusi perumahan yang
terjangkau;
(h) Meningkatkan keamanan di perkotaan,
terutama bagi perempuan, kaum muda, orang
tua, kaum penyandang cacat dan kelompok
rentan, didasarkan faktor keamanan, keadilan,
dan kohesi sosial;
(i) Mendorong dan menjamin kesetaraan gender
dalam desain, produksi, dan penggunaan ruang
dan jasa perkotaan dengan mengidentifikasi
kebutuhan khusus perempuan dan laki-laki,
anak-anak perempuan dan laki-laki;
(j) Memastikan bahwa tindakan-tindakan yang
dapat mempengaruhi pasar properti dan tanah
tidak memperburuk keterjangkauan melalui
cara-cara yang merugikan bagi rumah tangga
berpendapatan rendah dan usaha kecil;
(k) Mendorong kegiatan budaya, baik di dalam
ruangan (museum, teater, bioskop, ruang
konser, dll.) maupun di tempat terbuka (seni
jalanan, parade musik, dll.), dengan memahami
bahwa pengembangan budaya urban dan
penghargaan terhadap keragaman sosial adalah
bagian dari pembangunan sosial dan memiliki
dimensi tata ruang yang penting;
(l) Melindungi dan menghargai warisan budaya,
termasuk permukiman tradisional dan kawasan
bersejarah, monumen dan situs keagamaan,
daerah arkeologi dan lanskap budaya.
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 17
B2Perencanaan Kota dan Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi yang Berlanjut
9. Prinsip-prinsip:
(a) Perencanaan kota dan wilayah adalah katalis
untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan, yang menyediakan kerangka
kerja untuk membuka peluang baru ekonomi,
regulasi lahan dan pasar perumahan dan
penyediaan infrastruktur dan pelayanan dasar yang
memadai secara tepat waktu;
(b) Perencanaan kota dan wilayah merupakan
mekanisme pengambilan keputusan yang
ampuh untuk memastikan bahwa kelanjutan
pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan
lingkungan yang keberlanjutan berjalan beriringan
guna mewujudkan konektivitas yang lebih
baik di semua tingkatan wilayah.
Kantor PBB di Casablanca, Moroko © Flickr/Hamza Nuino
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah18
10. Pemerintah Nasional, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra
terkait, diharapkan dapat:
(a) Menyiapkan dan mendukung pengembangan
wilayah perkotaan secara polisentris yang saling
terhubungkan, yakni melalui pengelompokan yang
sesuai bagai industri, jasa dan lembaga pendidikan,
sebagai strategi untuk meningkatkan spesialisasi,
kesaling-lengkapan atau komplementaritas,
sinergi dan skala ekonomi, serta membentuk
aglomerasi antara kota tetangga dan wilayah desa
pedalaman;
(b) Terlibat dalam kemitraan yang dinamis, termasuk
dengan sektor swasta, untuk memastikan
bahwa perencanaan kota dan wilayah akan
mengkoordinasikan lokasi tata ruang dan
distribusi kegiatan ekonomi, dibangun mengikuti
skala ekonomi dan aglomerasi, kedekatan dan
konektivitas sehingga memberikan kontribusi
untuk peningkatan produktivitas, daya saing, dan
kemakmuran;
(c) Mendukung kerja sama antar-pemerintah-kota
untuk memastikan mobilisasi optimal sumber
daya dan pemanfaatannya secara berkelanjutan
dan mencegah persaingan tidak sehat di antara
otoritas lokal;
(d) Merumuskan kerangka kebijakan pembangunan
ekonomi daerah dengan mengetengahkan
konsep-konsep kunci pembangunan ekonomi
lokal yang mendorong inisiatif individu dan swasta
untuk memperluas atau melakukan regenerasi
ekonomi lokal dan meningkatkan kesempatan
kerja lokal dalam proses perencanaan kota dan
wilayah;
(e) Merumuskan kerangka kebijakan teknologi
informasi dan komunikasi yang memperhitungkan
kendala dan peluang geografis, serta bertujuan
untuk meningkatkan konektivitas antara satuan
wilayah dan para pelaku ekonomi.
11. Pemerintah Dearah, ibekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra terkait
diharapkan dapat:
(a) Mengakui bahwa peran utama dari perencanaan
kota dan wilayah adalah untuk membentuk dasar
yang kuat bagi pembangunan jalur infrastruktur
yang efisien, meningkatkan mobilitas, dan
mewujudkan simpul-simpul perkotaan;
(b) Memastikan bahwa perencanaan kota dan
wilayah adalah untuk menciptakan kondisi yang
mendukung pengembangan sistem transit massal
dan angkutan barang yang aman dan terpercaya,
sekaligus meminimalkan penggunaan kendaraan
pribadi guna memfasilitasi mobilitas perkotaan
yang hemat energi dan terjangkau;
(c) Memastikan bahwa perencanaan kota dan wilayah
dapat membentuk peningkatan akses infrastruktur
digital dan pelayananan yang seimbang dan
terjangkau bagi pelaku ekonomi dan para warga,
serta mengembangkan kota dan wilayah berbasis
pengetahuan;
(d) Memasukkan komponen yang jelas dan rinci
tentang perencanaan investasi ke dalam
perencanaan kota dan wilayah, termasuk
kontribusi yang diharapkan dari masyarakat
dan sektor swasta guna mencukupi modal,
biaya operasi dan pemeliharaan dalam rangka
memobilisasi sumber-sumber daya yang diperlukan
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 19
(pajak daerah, pendapatan asli, mekanisme
transfer yang dapat diandalkan, dsb.);
(e) Mengambil manfaat adanya perencanaan kota
dan wilayah berikut peraturan zonasi progresif
yang terkait, seperti peraturan berdasar bentuk
fisik bangunan atau zonasi berbasis kinerja,
untuk mengelola pasar tanah, memungkinkan
peran pasar bagi hak usaha pengembangan dan
memobilisasi pembiayaan perkotaan, termasuk
pembiayaan berbasis lahan, dan pengembalian
kembali bagian investasi publik untuk infrastruktur
dan pelayanan perkotaan;
(f) Memanfaatkan perencanaan kota dan wilayah
untuk memandu dan mendukung pembangunan
ekonomi lokal, khususnya membuka lapangan
kerja, dalam organisasi komunitas lokal, koperasi,
usaha kecil dan mikro serta aglomerasi ruang bagi
industri dan jasa yang sesuai;
(g) Memanfaatkan perencanaan kota dan wilayah
guna menyiapkan ruang yang cukup untuk jalan
raya, dalam rangka mengembangkan jaringan
jalan yang aman, nyaman dan efisien, yang
memungkinkan tingkat konektivitas yang tinggi
dan mendukung transportasi tak-bermotor, dalam
rangka meningkatkan produktivitas ekonomi dan
memfasilitasi pertumbuhan ekonomi lokal;
(h) Menggunakan perencanaan kota dan wilayah
untuk merancang lingkungan perumahan
dengan kepadatan yang memadai melalui
pembangunan dari dalam lingkungan (infill) atau
strategi perluasan yang sengaja direncanakan
untuk menggerakkan skala ekonomi, mengurangi
kebutuhan perjalanan dan biaya penyediaan
layanan, serta memungkinkan terciptanya sistem
transportasi umum yang hemat biaya.
20
12. Prinsip-prinsip:
(a) Perencanaan kota dan wilayah menyediakan
kerangka tata ruang untuk melindungi
dan mengelola lingkungan alam dan
terbangun untuk kota dan wilayah, termasuk
keanekaragaman hayati, tanah dan sumber daya
alam, dan untuk memastikan pembangunan yang
terpadu dan berkelanjutan;
(b) Perencanaan kota dan wilayah memberikan
sumbangan bagi peningkatan keamanan
manusia dengan memperkuat ketangguhan
lingkungan dan sosial ekonomi, meningkatkan
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan
iklim serta meningkatkan pengelolaan resiko
bencana alam dan lingkungan.
B3Perencanaan Kota dan Wilayah dan Lingkungan Hidup
Pemandangan Shenzhen dari udara, Tiongkok © Flickr/Yuan2003
20
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 21
13. Pemerintah Nasional, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra
terkait, diharapkan dapat:
(a) Menetapkan standar dan peraturan untuk
perlindungan air, udara dan sumber daya alam
lainnya, lahan pertanian, ruang terbuka hijau, titik-
titik rawan dalam ekosistem dan keanekaragaman
hayati serta pengelolaannya secara berkelanjutan;
(b) Mempromosikan perencanaan kota dan
wilayah, meningkatkan kesaling-lengkapan atau
komplementaritas urban-rural dan ketahanan
pangan, memperkuat hubungan dan sinergi
antar-kota, dan memadukan perencanaan kota
dengan pengembangan wilayah guna memastikan
kohesi wilayah di tingkat wilayah-kota, termasuk di
daerah-daerah lintas batas;
(c) Meningkatkan penilaian dampak lingkungan
melalui pendayagunaan dan pemanfaatan teknik-
teknik dan metode yang tepat dan menerapkan
langkah-langkah regulasi dan sistem insentif;
(d) Mempromosikan kota yang kompak, mengatur
dan mengontrol perkembangan perkotaan yang
acak, mengembangkan strategi kapadatan lahan
secara progresif yang dikombinasikan dengan
regulasi terhadap pasar tanah, mengoptimalkan
penggunaan ruang kota, mengurangi biaya
infrastruktur dan permintaan untuk transportasi,
dan membatasi tapak ekologis kawasan perkotaan
agar dapat secara efektif mengatasi tantangan
perubahan iklim;
(e) Memastikan bahwa rencana kota dan wilayah
dapat mengatasi kebutuhan layanan untuk
mengembangkan energi berkelanjutan, dengan
tujuan untuk meningkatkan akses pada energi
bersih, mengurangi konsumsi bahan bakar
fosil dan mengembangkan secara tepat energi
campuran, termasuk efisiensi energi di gedung-
gedung, industri dan jasa transportasi multimoda.
14. Pemerintah Daerah, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra
terkait, diharapkan dapat:
(a) Merumuskan rencana kota dan wilayah sebagai
kerangka mitigasi dan adaptasi dalam menanggapi
perubahan iklim dan untuk meningkatkan
ketangguhan permukiman, terutama yang terletak
di kawasan informal dan rawan;
(b) Mengatur dan mengadopsi bentuk dan pola
pengembangan perkotaan rendah karbon yang
efisien sebagai kontribusi untuk meningkatkan
efisiensi energi dan memperbanyak akses dan
pemanfaatan sumber energi terbarukan;
(c) Menempatkan pelayanan penting perkotaan,
infrastruktur dan pengembangan perumahan
di kawasan berisiko rendah, dan memukimkan
kembali, dengan cara partisipatif dan sukarela,
mereka yang tinggal di daerah berisiko tinggi ke
lokasi yang lebih tepat;
(d) Menilai implikasi dan potensi dampak perubahan
iklim dan mempersiapkan kelangsungan fungsi-
fungsi utama perkotaan pada saat terjadi bencana
atau krisis;
(e) menggunakan perencanaan kota dan wilayah
sebagai rencana aksi untuk meningkatkan akses ke
pelayanan air bersih dan sanitasi serta mengurangi
polusi udara dan jumlah air yang terbuang sia-sia;
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah22
(f) Menerapkan perencanaan kota dan wilayah untuk
mengidentifikasi, merevitalisasi, melindungi dan
menghasilkan ruang hijau publik yang berkualitas
tinggi yang memiliki nilai khusus secara ekologis
atau sebagai warisan alam, mengintegrasikan
kontribusi dari sektor swasta dan organisasi
masyarakat sipil dalam usaha tersebut, dan
untuk menghindari terbentukan kawasan-
panas atau heat islands pada kota, melindungi
keanekaragaman hayati lokal dan mendukung
terciptanya ruang hijau publik multifungsi, seperti
lahan basah untuk resapan dan penampungan air
hujan;
(g) Mengidentifikasi dan memahami nilai lingkungan
terbangun yang mengalami kerusakan dengan
maksud untuk dapat melakukan revitalisasi,
mengambil manfaat dari aset yang ada, dan
memperkuat identitas sosialnya;
(h) Mengintegrasikan pengelolaan limbah padat
dan cair dan melakukan daur ulang dalam
perencanaan tata ruang, termasuk lokasi tempat
pembuangan sampah dan situs daur ulang;
(i) Berkolaborasi dengan penyedia layanan,
pengembang lahan, dan pemilik tanah untuk
memperkuat hubungan antara perencanaan
tata ruang dan perencanaan sektoral serta
meningkatkan koordinasi dan sinergi lintas sektor
di antara berbagai pelayanan seperti air bersih,
saluran limbah dan sanitasi, energi dan listrik,
telekomunikasi dan transportasi;
(j) Mendorong pembangunan, penambahan
komponen dan manajemen "bangunan hijau"
dengan memberikan insentif dan disinsentif, serta
memantau dampak ekonomi yang terjadi;
(k) Merancang jalan raya yang mempergiatkan
berjalan kaki, berkendaraan tak bermotor dan
pemakaian angkutan umum, serta menanam
pohon untuk keteduhan dan penyerapan karbon
dioksida.
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 23
CKomponen-Komponen Perencanaan Kota dan Wilayah
15. Prinsip-prinsip:
(a) Perencanaan kota dan wilayah menggabungkan
beberapa dimensi tata ruang, kelembagaan
dan keuangan melalui variasi kurun waktu dan
skala geografis. Ini merupakan proses yang
berkesinambungan dan berulang, didasarkan
pada peraturan berlaku, dengan tujuan untuk
membangun kota yang lebih kompak dan
terbentuknya sinergi antar wilayah;
(b) Perencanaan kota dan wilayah mencakup perencanaan
tata ruang, yang bertujuan untuk memfasilitasi dan
mengartikulasikan keputusan politik berdasarkan
beberapa skenario yang berbeda-beda.
Keputusan-keputusan ini diterjemahkan ke dalam
tindakan yang akan mengubah ruang fisik dan sosial
dan yang akan mendukung pengembangan kota dan
wilayah secara terintegrasi.
Jalur pejalan kaki di Moscow, Rusia © Flickr/Stary Arbat
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah24
16. Pemerintah Nasional, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra
terkait, diharapkan dapat:
(a) Mendorong penggunaan tata ruang sebagai
mekanisme untuk melakukan fasilitasi secara
fleksibel daripada sebagai cetak biru yang kaku.
Rencana tata ruang harus dijabarkan secara
partisipatif dan berbagai versinya dapat diakses
dan dalam bahasa awam sehingga mudah
dipahami oleh penduduk pada umumnya;
(b) Meningkatkan kesadaran publik dan memperkuat
kapasitas tentang konsep perencanaan kota
dan wilayah, menekankan bahwa hal ini harus
dipahami baik sebagai sebuah produk (rencana
dan ketentuan serta peraturan yang terkait)
maupun sebuah proses (mekanisme untuk
menguraikan, memperbarui dan melaksanakan
rencana) pada skala geografis yang berbeda-beda;
(c) Menetapkan dan memelihara basis data informasi,
catatan resmi dan sistem pemetaan untuk
kependudukan, tanah, sumber daya lingkungan,
infrastruktur, layanan dan kebutuhan terkait,
sebagai dasar penyusunan dan revisi rencana tata
ruang dan peraturan-peraturan. Sistem-sistem
tersebut harus menggabungkan penggunaan
pengetahuan lokal dan komunikasi modern serta
teknologi informasi dan memungkinkan untuk
melakukan pemilahan menurut spesifikasi daerah
dan kota;
(d) menerapkan secara umum sistem-sistem
pentahapan, pembaruan, pemantauan dan
evaluasi yang berlaku untuk rencana kota dan
wilayah, bila perlu melalui tindakan legislatif.
Indikator kinerja dan partisipasi pemangku
kepentingan harus menjadi bagian penting dari
sistem-sistem ini;
(e) Mendukung pengembangan lembaga
perencanaan yang terstruktur dengan baik,
dengan sumber daya yang memadai dan dilakukan
pengembangan keterampilan yang menerus;
(f) menetapkan kerangka keuangan dan fiskal
yang efektif dalam mendukung pelaksanaan
perencanaan kota dan wilayah di tingkat lokal.
17. Pemerintah daerah, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra
terkait, diharapkan dapat:
(a) Mengembangkan kebersamaan visi tata ruang
strategis (didukung oleh peta yang memadai)
dan seperangkat tujuan yang disepakati, yang
mencerminkan kemauan politik yang jelas;
(b) Mengembangkan dan mengartikulasikan
rencana kota dan wilayah yang mencakup
beberapa komponen tata ruang seperti:
(i) Satu set skenario pembangunan
berdasarkan analisis mendalam tentang
kecenderungan demografi, sosial, ekonomi,
dan lingkungan, yang memperhitungkan
hubungan penting antara penggunaan
lahan dan transportasi;
(ii) Penetapan prioritas dan penahapan yang
jelas untuk mencapai keberhasilan tata
ruang yang diinginkan dan yang dapat
dicapai sepanjang ketersediaan waktu dan
berdasarkan studi kelayakan yang sesuai;
(iii) Rencana tata ruang yang mencerminkan
skala pertumbuhan perkotaan yang
diproyeksikan dan cara menghadapinya
melalui pengembangan kota yang
terencana, pertumbuhan dari dalam dan
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 25
pembangunan kembali untuk mencapai
kepadatan yang memadai, dan melalui
penyusunan struktur yang menghubungkan
dengan baik pada sistem jalan raya yang
marak dan ruang publik yang berkualitas
tinggi;
(iv) Rencana tata ruang yang berbasis kondisi
lingkungan, yang memprioritaskan
perlindungan kawasan ekologis berharga
dan daerah rawan bencana dan yang
terutama memfokuskan pada penggunaan
lahan campuran, struktur dan morfologi
perkotaan, mobilitas dan pembangunan
infrastruktur, memberikan fleksibilitas ruang
guna mengatasi perkembangan yang tak
terduga;
(c) Menyiapkan pengaturan kelembagaan,
kerangka partisipasi dan kemitraan kesepakatan
para pemangku kepentingan;
(d) Membuat basis pengetahuan untuk
menginformasikan proses perencanaan kota
dan wilayah, dan untuk memungkinkan
pemantauan dan evaluasi yang ketat terhadap
usulan-usulan, rencana-rencana, dan hasilnya;
(e) Merancang strategi pengembangan sumber
daya manusia untuk memperkuat kapasitas
lokal, didukung oleh bidang-bidang lain dari
pemerintahan yang sesuai;
(f) Memastikan khususnya bahwa:
(i) Penggunaan lahan dan perencanaan
infrastruktur dan pelaksanaannya secara
geografis terkait dan terkoordinasi,
sebagaimana halnya bahwa infrastruktur
membutuhkan lahan untuk pembangunan
dan juga memberikan dampak langsung
pada nilai tanah;
(ii) Kesepakatan perencanaan infrastruktur,
antara lain, dengan jaringan pokok dan
kisi-kisi arteri, konektivitas jalan raya dan
jalan lingkungan, peraturan lalu lintas
dan insentif mobilitas, komunikasi digital,
hubungan dengan pelayanan dasar dan
mitigasi risiko;
(iii) Komponen kelembagaan dan keuangan
dalam perencanaan kota dan wilayah saling
terkait erat dan tersedianya mekanisme
pelaksanaan yang tepat untuk tujuan
tersebut, seperti penganggaran partisipatif,
kemitraan publik-swasta dan skema
pembiayaan multilevel;
(iv) Bentuk dan morfologi perkotaan yang
ada saat ini sepenuhnya diperhitungkan
dalam program perluasan, peningkatan,
pembaruan dan revitalisasi kota.
18. Organisasi masyarakat sipil dan asosiasi-asosiasinya diharapkan dapat:
(a) Berpartisipasi dalam pengembangan visi tata
ruang secara keseluruhan dan penetapan prioritas
proyek harus dihasilkan dari proses partisipatif
yang melibatkan konsultasi di antara semua pihak
terkait dan didorong oleh otoritas publik yang
paling dekat dengan masyarakat;
(b) Mendukung upaya perencanaan penggunaan
lahan dan peraturan-peraturan yang
mempromosikan, antara lain, pembauran sosial
dan tata ruang, jaminan hak bermukim pada lahan
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah26
bagi orang miskin, keterjangkauan, kepadatan
lahan yang tepat, penggunaan lahan campuran
dan aturan zonasi terkait, ruang publik yang
memadai dan mudah diakses, pelindungan
lahan kritis pertanian dan warisan budaya dan
langkah-langkah progresif yang berkaitan dengan
kepemilikan tanah, sistem pendaftaran tanah,
transaksi tanah dan pembiayaan berbasis tanah.
19. Perencana profesional dan asosiasi-asosiasinya diharapkan dapat:
(a) Mengembangkan teknik-teknik baru dan transfer
pengetahuan lintas batas dan lintas sektor yang
mempromosikan perencanaan yang integratif,
partisipatif, dan strategis;
(b) Menerjemahkan prakiraan dan proyeksi menjadi
alternatif dan skenario perencanaan untuk
memungkinkan adanya keputusan politik;
(c) Mengidentifikasi dan memastikan sinergi dalam
setiap tahap, sektor, dan skala perencanaan;
(d) Menganjurkan solusi inovatif untuk
mempromosikan kota dan wilayah yang kompak
dan terintegrasi, serta solusi terhadap tantangan
kemiskinan perkotaan dan daerah kumuh,
perubahan iklim dan ketangguhan terhadap
bencana, pengelolaan sampah dan masalah
perkotaan lainnya yang ada atau akan muncul;
(e) Mendukung pemberdayaan kelompok rentan dan
mereka yang kurang beruntung dan masyarakat
adat. Membangun dan mendukung pendekatan
perencanaan berdasarkan bukti hasilnya.
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 27
DPelaksanaan dan Pemantauan Perencanaan Kota dan Wilayah
20. Prinsip-prinsip:
(a) Keberhasilan pelaksanaan rencana kota dan
wilayah di semua dimensi mereka membutuhkan
kepemimpinan politik, kerangka hukum
dan kelembagaan yang tepat, manajemen
perkotaan yang efisien, peningkatan
koordinasi, pendekatan membangun
konsensus dan mengurangi duplikasi upaya-
upaya dalam menanggapi secara koheren dan
efektif terhadap tantangan saat ini dan masa
depan;
(b) Pelaksanaan dan evaluasi perencanaan kota dan
wilayah yang efektif membutuhkan, khususnya,
pemantauan terus menerus, penyesuaian
berkala dan kapasitas yang memadai di semua
tingkat, serta teknologi dan mekanisme keuangan
yang berkelanjutan.
Suasana jalan di New York, USA © Flickr/Stefan Georgi
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah28
21. Pemerintah Nasional, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra
terkait, diharapkan dapat:
(a) Menjaga agar undang-undang dan peraturan,
sebagai alat implementasi yang penting, dikaji
ulang secara kritis dan berkala guna memastikan
kemudahannya untuk dilaksanakan dan dipatuhi;
(b) Memastikan bahwa semua penduduk,
pengembang lahan, dan real estate, serta para
penyedia jasa dapat menghormati aturan hukum;
(c) Mendorong terwujudnya mekanisme akuntabilitas
dan resolusi konflik di antara mitra pelaksana;
(d) Menilai pelaksanaan rencana kota dan wilayah
dan memberikan insentif keuangan dan fiskal
serta dukungan teknis kepada pemerintah daerah,
terutama untuk mengatasi defisit infrastruktur;
(e) Mendukung institusi pendidikan dan pelatihan
dalam perencanaan kota dan wilayah agar terlibat
dalam pelaksanaan rencana, untuk memajukan
tingkat pendidikan tinggi di semua disiplin ilmu
yang berhubungan dengan perencanaan dan
memberikan pelatihan kerja bagi para profesional
perencana dan manajer kota;
(f) Mendorong dilakukannya pemantauan
dan pelaporan dalam tahapan pelaksanaan
perencanaan kota dan wilayah, penyesuaian-
penyesuaian dan tantangan-tantangan, termasuk
akses serta terbuka dan bebas untuk data dan
statistik kota dan wilayah, sebagai bagian integral
bagi kebijakan demokrasi yang harus melibatkan
para profesional perencana kota, organisasi
masyarakat sipil dan media;
(g) Mendorong saling berbagi tentang pengalaman
kota, termasuk melalui kerja sama satu kota
dengan kota lainnya, sebagai cara penting untuk
meningkatkan perencanaan, pelaksanaan dan
praktik-praktik manajemen kota;
(h) Mengembangkan dan mengatur adanya sistem
yang kuat untuk pemantauan, evaluasi dan
akuntabilitas dalam perencanaan kota dan wilayah,
menggabungkan informasi dan analisis kuantitatif
dan kualitatif, berdasarkan indikator yang
dirancang untuk melacak kemajuan dalam produk
dan prosesnya yang terbuka bagi pengawasan
publik. Pertukaran internasional dan pengalaman
pembelajaran harus dibangun berdasarkan sistem-
sistem nasional dan lokal;
(i) Mempromosikan teknologi ramah lingkungan,
teknologi geospasial untuk pengumpulan data,
teknologi informasi dan komunikasi, penamaan
jalan, pendaftaran tanah dan sistem pencatatan
properti, serta membangun jejaring dan berbagi
pengetahuan untuk mendukung secara teknis dan
sosial pelaksanaan rencana kota dan wilayah.
22. Pemerintah daerah, bekerja sama dengan
bidang-bidang pemerintahan lain dan mitra
terkait, diharapkan dapat:
(a) Mengadopsi tata kelembagaan yang efisien
dan transparan untuk memperjelas peran
kepemimpinan dan kemitraan untuk pelaksanaan
setiap kegiatan tertentu yang ditetapkan dalam
rencana kota dan wilayah, dan mengoordinasikan
tanggung jawab (baik sektoral dan geografis),
termasuk di tingkat antar-pemerintahan kota;
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 29
(b) Memilih skenario keuangan yang realistis untuk
mendorong perencanaan inkremental dan berta-
hap serta menetapkan secara spesifik semua sum-
ber investasi yang diharapkan (dari anggaran atau
di luar anggaran, publik atau swasta, dan lainnya)
serta mengembangkan sumber-sumber dan meka-
nisme pengembalian-biaya (hibah, pinjaman, sub-
sidi, donasi, tarif retribusi, pungutan tanah, pajak)
untuk memastikan keberlanjutan pembiayaan dan
keterjangkauan sosial;
(c) Memastikan bahwa alokasi sumber daya publik
pada semua tingkat pemerintahan sepadan
dengan kebutuhan yang diidentifikasikan dalam
rencana dan diprogramkan untuk terangkat guna
memanfaatkan sumber-sumber lainnya;
(d) memastikan bahwa sumber-sumber keuangan
inovatif dieksplorasi dan diuji, dievaluasi dan
disebarluaskan, bila memang sesuai;
(e) Memobilisasi dalam waktu yang tepat investasi
swasta dan kemitraan publik-swasta yang
transparan, dalam kerangka hukum yang
benar sebagaimana ditetapkan dalam panduan
internasional tentang akses terhadap layanan dasar
untuk semua;
(f) Membentuk dan mendukung komite para-mitra,
yang melibatkan, khususnya, sektor swasta dan
masyarakat, untuk menindak-lanjuti pelaksanaan
perencanaan kota dan wilayah, secara berkala
menilai kemajuan dan membuat rekomendasi
strategis;
(g) Memperkuat pengembangan kapasitas
kelembagaan dan sumber daya manusia di
tingkat lokal dalam bidang perencanaan, desain,
manajemen dan pemantauan melalui pelatihan,
pertukaran keahlian dan pengalaman, alih
pengetahuan dan pengkajian organisasi;
(h) mendukung informasi publik, pendidikan dan
mobilisasi masyarakat pada semua tahap proses
implementasi, yang melibatkan organisasi
masyarakat sipil dalam desain, pemantauan,
evaluasi, dan penyesuaian rencana secara iteratif
dan berulang.
23. Organisasi masyarakat sipil dan asosiasi-asosiasinya diharapkan dapat:
(a) memberikan kontribusi aktif untuk pelaksanaan
rencana dengan memobilisasi masyarakat yang
terkait, menjadi penghubung dengan kelompok
mitra dan menyuarakan kepentingan publik,
termasuk masyarakat perkotaan yang miskin,
melalui komite-komite yang relevan dan lembaga
pengaturan lainnya;
(b) Memberikan umpan balik kepada pihak
berwenang pada tantangan dan peluang yang
mungkin muncul dalam tahap implementasi
dan menberikan rekomendasi penyesuaian yang
diperlukan dan langkah-langkah perbaikan.
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah30
24. Perencana profesional dan asosiasi-asosiasinya diharapkan dapat:
(a) Memberikan bantuan teknis untuk pelaksanaan
berbagai jenis rencana dan mendukung
pengumpulan, analisis, penggunaan, berbagi, dan
penyebaran data spasial;
(b) Mempersiapkan dan mengatur sesi pelatihan
bagi para pembuat kebijakan dan pemimpin
lokal untuk membangun kesadaran tentang
isu-isu perencanaan kota dan wilayah, terutama
kebutuhan untuk akuntabilitas dan pelaksanaan
jangka panjang yang berkesinambungan;
(c) Melakukan pelatihan kerja-praktik dan penelitian
terapan terkait dengan pelaksanaan rencana,
dengan maksud untuk belajar dari pengalaman
praktis dan memberikan substansi umpan balik
untuk pengambil keputusan;
(d) Mendokumentasikan model perencanaan yang
dapat digunakan untuk tujuan pendidikan,
peningkatan kesadaran dan mobilisasi masyarakat
secara luas.
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah 31
The Governing Council,
Mengingat resolusi 24/3 tanggal 19 April 2013 tentang
perencanaan kota inklusif dan berkelanjutan dan
elaborasi panduan internasional tentang perencanaan
kota dan wilayah, di mana Dewan meminta Direktur
Eksekutif Program Permukiman PBB (United Nations
Human Settlements Programme), dalam konsultasi
dengan Komite Perwakilan Tetap, untuk memulai
penjabaran panduan internasional tentang perencanaan
kota dan wilayah yang akan memberikan kerangka
global yang tak mengikat untuk digunakan sebagaimana
mestinya dalam memperbaiki kebijakan, rencana, dan
desain untuk kota yang lebih kompak, inklusif secara
sosial, berkelanjutan, lebih terpadu dan terhubung
bagi kota-kota dan wilayah, serta untuk menyajikan
rancangan panduan kepada Governing Council di sesi
kedua puluh-lima untuk mendapatkan persetujuan
Setelah mempertimbangkan laporan dari Direktur
Eksekutif,1 menyoroti kemajuan dalam menyusun
panduan internasional tentang perencanaan kota dan
wilayah,
Mengingat resolusi Majelis Umum 67/216 tanggal 17
Desember 2012 tentang pelaksanaan hasil Konferensi
PBB tentang Permukiman (Habitat II) dan penguatan
Program Permukiman PBB,
Mengingat juga dokumen hasil Konferensi PBB tentang
Pembangunan Berkelanjutan yang diselenggarakan di
Rio de Janeiro, Brasil, 20-22 Juni 2012, berjudul "Masa
depan kita inginkan,"2 dan menegaskan kembali
komitmen untuk mempromosikan sebuah pendekatan
1 HSP/GC/25/2/Add.6.
2 Resolusi Majelis Umum 66/288, lampiran.
terpadu pada perencanaan dan pembangunan kota yang
berkelanjutan dan permukiman urban, termasuk dengan
memberikan dukungan kepada pemerintah daerah,
meningkatkan kesadaran publik dan meningkatkan
partisipasi warga kota, termasuk kaum miskin, dalam
pengambilan keputusan,
Mengakui koherensi dan kesaling-lengkapan antara
panduan internasional tentang akses pada layanan dasar
untuk semua, yang diadopsi oleh resolusi 22/8 tanggal 3
April 2009, panduan internasional tentang desentralisasi dan
penguatan otoritas lokal, yang diadopsi oleh resolusi 21/3
20 tanggal April 2007, dan panduan internasional tentang
perencanaan kota dan wilayah,
Mencatat dari nota sekretariat yang berjudul "Panduan
Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah:
Kumpulan Praktik-Praktik Inspiratif,”3 dan mencatat
pembelajaran dari keragaman konteks dan skala
perencanaan yang telah diinformasikan pada penyusunan
panduan internasional tentang kota dan wilayah
perencanaan,
Memperhatikan dengan penghargaan kontribusi keuangan
dari Pemerintah Perancis dan Jepang untuk mendukung
proses konsultasi dan penyusunan rancangan dokumen
panduan internasional tentang perencanaan kota dan
wilayah,
Menyatakan penghargaan atas peran utama Program
Permukiman PBB dan kontribusi Komite Perwakilan Tetap,
kantor-kantor regional program, para ahli yang diusulkan
oleh negara-negara anggota dan asosiasi internasional untuk
otoritas lokal, yang kesemuanya telah berkontribusi melalui
3 HSP/GC/25/INF/7.
Lampiran 1: Resolusi 25/6
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah32
konsultasi inklusif dalam proses rancangan naskah dan
penyusunan panduan internasional tentang perencanaan
kota dan wilayah,
1. Menyetujui Panduan Internasional tentang
Perencanaan Kota dan Wilayah yang ditetapkan dalam
bagian II dari laporan Direktur Eksekutif 19 sebagai
panduan berharga yang dapat digunakan bagi pencapaian
pembangunan berkelanjutan;
2. Mendorong negara-negara anggota, sesuai dengan
keadaan, kebutuhan, dan prioritas yang dihadapi untuk
mempertimbangkan prinsip-prinsip perencanaan kota dan
wilayah sebagaimana diuraikan dalam panduan sekaligus
bersamaan mengembangkan, mengkaji dan menerapkan
kebijakan perkotaan nasional serta kerangka kerja
perencanaan kota dan wilayah;
3. Juga mendorong negara-negara anggota untuk
terus terlibat dengan pemerintah daerah dan pemangku
kepentingan lainnya, termasuk masyarakat sipil, untuk
mempromosikan dan menyempurnakan lebih lanjut
prinsip-prinsip perencanaan kota dan wilayahnya;
4. Menyerukan kepada lembaga keuangan dan
badan-badan pembangunan internasional, dan meminta
kepada Direktur Eksekutif, dalam rencana strategik dan
program kerja dua-tahunan, untuk membantu negara-
negara anggota yang berkeinginkan menggunakan
dan mengadaptasi panduan untuk konteks wilayah dan
nasional mereka, jika dimungkinan, dan selanjutnya
mengembangkan alat-alat dan indikator pemantauan
sebagai bagian dari dukungan mereka untuk implementasi
panduan;
5. Meminta kepada Direktur Eksekutif untuk
mengembangkan kemitraan dengan badan-badan PBB
lainnya, komisi ekonomi regional, bank pembangunan,
negara-negara anggota, pemerintah daerah dan
asosiasinya, asosiasi profesi internasional yang relevan dan
organisasi nonpemerintah serta mitra Habitat Agenda
lainnya, untuk mendukung adaptasi dan penggunaan
panduan pada situasi lokal, nasional, dan regional,
termasuk melalui pengembangan alat dan kapasitas;
6. Mengimbau negara-negara anggota dan para
mitra untuk mendukung tugas masa depan Program
Permukiman PBB bersama semua tingkat pemerintahan
yang berkenaan dengan perencanaan kota dan wilayah,
terutama dalam mempromosikan penggunaan panduan
tentang perencanaan kota dan wilayah;
7. Meminta kepada Direktur Eksekutif, dalam konsultasi
yang erat dengan negara-negara anggota dan pihak
terkait lainnya, untuk melaporkan kemajuan yang dicapai
dalam pelaksanaan resolusi ini kepada Governing Council
di sesi kedua puluh-enamnya.
Bacaan lebih lanjut...
1. International Guidelines on Urban and Territorial Planning: Towards a Compendium of Inspiring Practices (2015)
Dokumen ini terdiri dari sampel 26 pengalaman internasional dalam perencanaan kota dan wilayah yang telah dikembangkan oleh Kelompok Ahli Panduan dan jejaring yang terkait. Ini menyajikan berbagai corak kasus-kasus yang ditemukan, yang ambisius dan yang unik, membahas isu-isu bersama tentang pembangunan kota dan wilayah dan menyoroti contoh-contoh sukses bagaimana perencanaan kota dan wilayah dapat membentuk kembali negara dan wilayah menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan.
2. Habitat III Issue Paper 8 - Urban and Spatial Planning and Design (2015)
3. Planned City Extensions: analysis of historical examples (2015)
4. Evolution of National Urban Policies: a Global Overview (2014)
5. Urban Planning for City Leaders (2013)
6. Urban Patterns for a Green Economy: (2012) a) Clustering for Competitiveness
b) Optimizing Infrastructure
c) Leveraging Density
d) Working with Nature
7. Global Report on Human Settlements: Planning Sustainable Cities (2009)
8. International Guidelines on Decentralisation and Access to Basic Services for all (2009)
Dapat diunduh dari situs web UN-Habitat di www.unhabitat.org
Planned City Extensions: Analysis of Historical Examples
7
3
INTERNATIONAL GUIDELINES ON URBAN AND TERRITORIAL PLANNINGTowards a Compendium of Inspiring Practices
Urban Planning for City Leaders
1
5
URBAN PATTERNS FORA GREEN ECONOMYCLUSTERING FORCOMPETITIVENESS
i
URBAN PATTERNS FOR A GREEN ECONOMY OPTIMIZINGINFRASTRUCTURE
i
URBAN PATTERNS FOR A GREEN ECONOMY LEVERAGINGDENSITY
i
URBAN PATTERNS FORA GREEN ECONOMYWORKING WITHNATURE
HABITAT III ISSUE PAPERS
8 – URBAN AND SPATIAL PLANNING
AND DESIGN
New York, 31 May 2015
(not edited version)
6
2
The Evolution of
A Global Overview
NationalUrbanPolicies
4
1
UNITED
NATIONSHU
MAN
SETT
LEME
NTSPRO
GRAMME
International Guidelines on Decentralisation and Access to Basic Services for all
8
34 Panduan Internasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah
United Nations Human Settlements ProgrammeP.O. Box 30030, Nairobi 00100, KENYATelephone: +254-20-7623120, Fax: +254-20-7624266/7Email: [email protected]
Diproduksi oleh: Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatJl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta SelatanTelepon: +62-21-27513543 Email: [email protected]
Didukung oleh:Direktorat Jenderal Tata RuangKementerian Agraria dan Tata RuangJl. Raden Patah I Nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta SelatanTelp/Fax. +62-21-7395422www.bpn.go.id
Kemitraan HabitatJl. Wijaya I No. 68 Kebayoran Baru, Jakarta SelatanTelepon +62-21-96466172Email: [email protected]: kemitraanhabitat.org
Perlunya perencanaan tidaklah berlebihan. Urbanisasi
berkembang pesat dan kelak pada tahun 2050, tujuh dari
sepuluh orang akan tinggal di kota. Kebijakan rencana
dan desain yang kurang tepat telah menyebabkan
distribusi tata ruang yang tidak serasi antara manusia
dan kegiatan-kegiatannya, sehingga menimbulkan
kekumuhan, kemacetan, tak adanya akses terhadap
pelayanan dasar, degradasi lingkungan, serta segregasi
sosial dan ketidakadilan.
Panduan Internasional untuk Perencanaan Kota dan
Wilayah (The International Guidelines on Urban and
Territorial Planning) berfungsi baik sebagai sumber
inspirasi dan juga penunjuk arah bagi para pengambil
keputusan dan profesional perkotaan ketika meninjau
ulang sistem perencanaan kota dan wilayah. Panduan
memberikan kerangka acuan global kepada pemerintah
nasional, pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil
dan perencanaan profesional untuk mempromosikan
kota dan wilayah yang lebih kompak, inklusif secara
sosial, lebih terpadu dan terhubungkan dengan baik,
menuju pembangunan perkotaan yang berkelanjutan
dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Panduan Internasional untuk Perencanaan Kota dan
Wilayah ini mencakup dua belas prinsip kunci dan
serangkaian rekomendasi berorientasi aksi yang
didasarkan pada bukti-bukti yang kuat, praktik-praktik
inspiratif dan pembelajaran dari berbagai daerah dan
konteksnya. Panduan ini menekankan perlunya sebuah
pendekatan terpadu untuk daerah perencanaan dan
mencakup bidang-bidang kebijakan perkotaan dan tata
kelola pemerintahan, pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan, komponen perencanaan serta mekanisme
pelaksanaan dan pemantauan.
HS Number: HS/059/15B
REPUBLIK INDONESIA
KEM
ENTE
RIAN
A
GRARIA DAN TATA RUANG/B
PN