50

PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN
Page 2: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

ASESMENPANDUAN PELATIHAN

TANGGAP DARURATBENCANA

Page 3: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Judul Buku:Panduan Pelatihan – ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

Penyusun:Palang Merah Indonesia (PMI)

Editor:Palang Merah Indonesia (PMI)

Penerbit:

Markas Pusat Palang Merah Indonesia Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 96, JakartaEmail : pmi.or.id Laman : www.pmi.or.idTwitter : @palangmerahFacebook : Palang Merah IndonesiaYoutube : Palang Merah Indonesia

Design Sampul, Illustrasi & Tata LetakeLBe Creative | [email protected]

Copyright@2015

Cetakan Pertama, Februari 2015

ISBN 978-979-3575-80-3

Page 4: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

I

KATA PENGANTARPeran serta dan kontribusi masyarakat khususnya kelompok lembaga usaha (perusahaan) di bidang kemanusiaan semakin bertambah di berbagai bidang melalui sarana lembaga sosial dan kemanusiaan yang ada. Mitra perusahaan dengan sumber daya manusia dan sumber dayanya sangat berpotensi melakukan kegiatan kemanusiaan membantu sesama. Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai satu-satunya perhimpunan nasional organisasi palang merah, tumbuh dan berkembang bersama komponen masyarakat telah secara bersama memberikan pelayanan kepada sesama di saat darurat maupun dalam situasi normal.

Tegas tercantum dalam amanat UU no. 24 tahun 2007 bahwa lembaga usaha bersama lembaga internasional berkesempatan berperan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. PMI sebagai wadah bagi sukarelawan bidang kemanusiaan, membuatkan secara khusus sistim bagi mitra perusahaan untuk bersama-sama melakukan kegiatan kemanusiaan.

Tersedianya buku ini diharap mampu menambah keterampilan bagi pembelajar dari mitra perusahaan dan tentunya meningkatkan rasa kesukarelawanan dalam memberikan pelayanan kemanusiaan bersama PMI. Kebutuhan-kebutuhan terkini serta situasi kondisi di bidang kemanusiaan yang terus berkembang tentunya dapat menambah khasanah dan konten buku selanjutnya.

Kelengkapan pelatihan mitra ini terdiri atas 7 (tujuh) buku yakni Basic Training, Emergency Asesmen, Relief Distribution, Disaster Risk Reduction, Hygiene Promotion in Emergency, Stress Management dan Kurikulum Pelatihan Mitra berisikan materi pengenalan terhadap perhimpunan nasional Palang Merah Indonesia serta keterampilan di bidang penanggulangan bencana dan kesehatan. Buku panduan pelatihan diperuntukkan bagi pembelajar sebagai pegangan dalam proses pelatihan sedangkan buku kurikulum menjadi panduan tim pelatih dan penyelenggara pelatihan dalam pelaksanaannya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini, semoga menjadi acuan bagi peningkatan keterampilan sumber daya manusia pihak mitra perusahaan dalam semangat kesukarelawanan bersama PMI.

Jakarta, 11 Februari 2015

Page 5: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

II

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR IDASAR ASESMEN 1• Pengertian dan Tujuan Asesmen 2• Periode Asesmen 3• Ringkasan Dari Pendekatan yang Digunakan Dalam Setiap

Jenis Asesmen 7LANGKAH 1: PROSES ASESMEN SEBELUM KE LAPANGAN 8• Mengulas Informasi Sekunder 9• Apakah Asesmen Dibutuhkan 10• Persiapan Asesmen 11• Kesimpulan Berkenaan Dengan Data Sekunder 13• Identifikasi Area yang Akan Dikunjungi dan Populasi Target 16• Metode Sampling 19

LANGKAH II: SAAT DI LAPANGAN 28• Prinsip-Prinsip Kerja di Lapangan 28• Bekerja di Lapangan Kegiatan 29

SETELAH DARI LAPANGAN 33• Analisa 33• Ketidakpastian Informasi 35• Pelaporan 38• Kerangka Kerja Pelaporan 39

Page 6: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

1

I. DASAR ASESMEN

Asesmen merupakan elemen penting dalam proses penyusunan

perencanaan program yang berkaitan dengan pengembangan

program Kesiapsiagaan Bencana dan Tanggap darurat Bencana.

Asesmen akan memberikan informasi-informasi dasar dari

sebuah keputusan yang akan diambil. Kadangkala informasi yang

baik belum tentu menghasilkan program yang baik apalagi jika

informasi yang tersedia sangat terbatas, hampir dipastikan akan

menghasilkan program yang tidak dapat memenuhi kebutuhan

yang diinginkan.

Asesmen adalah langkah-langkah strategis pertama yang harus

dilakukan sebelum mendisain sebuah program.

SIKLUS PROYEK

Gambar 1

Page 7: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

2

PENGERTIAN DAN TUJUAN ASESMEN

Asesmen adalah Identifikasi dan analisa atas sebuah situasi ter-

tentuyang menjadi landasan bagi sebuah proyek, program atau

kegiatan.

Tujuan asesmen adalah untuk mengidentifikasi dampak suatu

bencana/konflik, mengumpulkan informasi dasar, mengidentifikasi

kelompok yang paling rentan di antara para korban, upaya

mengobservasi situasi sekarang (apa yang berubah - dinamika

situasi di lapangan), serta mengidentifikasi kemampuan respons

pemerintah/LSM/organisasi keagamaan/PMI.

Tujuan suatu asesmen adalah tidak untuk mengidentifikasi inter-

vensi tetapi untuk mencari tahu apakah suatu intervensi diperlu-

kan atau tidak.

PENTING!Asesmen bertujuan untuk mencari tahu apakah suatu intervensi diperlukan atau tidak dan bukan mengidentifikasi (sebuah) intervensi.

Setiap fase bencana, proses asesmen dapat dilakukan dengan sarana dan tujuan yang berbeda.

Page 8: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

3

PERIODE ASESMEN

Periode asesmen di Palang Merah Indonesia terbagi 3, yaitu:

SAAT SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA/KONFLIK

Normalnya, asesmen pada saat tanggap darurat mengikuti

siklus yang ada (lihat gambar dibawah)

Gambar 2

Page 9: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANAPanduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

4

RAPIDASESMEN/ASESMEN

CEPAT

Dilakukan setelah terjadi perubahan besar,

seperti gempa bumi atau terjadi pengungsian

mendadak, asesmen memberikan informasi

tentang kebutuhan, jenis intervensi/bantuan

yang memungkinkan dan sumber daya yang

dibutuhkan. Rapid asesmen biasanya hanya

berlangsung satu minggu atau kurang yang

kemudian dilanjutkan dengan dengan detail

asesmen.

Informasi yang dibutuhkan: Lokasi, jumlah

penduduk sebelum bencana alam/konflik,

jumlah korban (yang meninggal, terluka, dan

mengungsi), tingkat keparahan wilayah, pihak

terkait yang akan/sudah memberikan bantuan,

Gambar 3

Page 10: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

5

situasi keamanan dan keselamatan, kebutuhan

yang paling mendesak per lokasi, fasilitas

yang tersedia (misal: air bersih, pengadaaan

pangan) dan lokasinya, contact person. Contoh

Format Rapid Asesmen PMI terlampir.

Detail asesmen dilakukan berdasarkan

beberapa alasan antara lain seperti Rapid

asesmen telah dilaksanakan, tetapi detail

informasi masih dibutuhkan.

Hal ini dilakukan ketika PMI telah melakukan

kegiatan detail asesmen dan sedang melaku-

kan operasi. Asesmen lanjutan merupakan

sebuah proses dimana informasi terbaru

dibutuhkan.

DETAILASESMEN

CONTINUAL ASESMEN

Gambar 4. Wawancara merupakan salah satu metode asesmen

Page 11: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

6

PENTING!Hal yang sering terjadi asesmen dilakukan saat akan dilakukan intervensi. Tujuannya adalah agar bantuan yang bermanfaat diberikan, tepat sasaran dan tepat manfaat.

PENTING!Setiap fase bencana, proses asesmen dapat dilakukan dengan sarana dan tujuan yang berbeda.

Page 12: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

7

RINGKASAN DARI PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN DALAM SETIAP JENIS ASESMEN:

RAPID ASESMEN

DETAIL ASESMEN

ASESMEN LANJUTAN

Kurang dari satu minggu Kurang dari satu bulan

Informasi dikumpulkan secara reguler melalui periode operasi

TerbatasTidak cukup waktu untuk mengunjungi seluruh lokasi dan berbicara dengan seluruh sumber informasiAtauKeamanan dan keselamatan membatasi gerakan dan akses ke masyarakat

Memungkinkan untuk mengunjungi seluruh lokasi dan melakukan wawancara seluruh sumber informasi

Seluruh akses dapat dilalui

Data sekunder, pelayanan lokal (kesehatan, air dll) NGO, pemerintah, masyarakat yang terkena dampak/kunjungan keluarga (contoh kecil)

Data sekunder, seluruh informasi

Data sekunder, sumber informasi tertentu, indikator, relawan dan staff Palang Merah Bulan Sabit Merah

TinggiKeterbatasan waktu untuk mengumpulkan informasi. Harus menggunakan asumsi berdasarkan pengalaman sebelumnya

RendahWaktu yang cukup untuk wawancara kepada seluruh sum-ber informasi

Sedang.Asumsi berdasarkan indikator dan sumber informasi, tetapi dapat diverifikasi dari sumber lain

Generalis/ non spesialis yang berpengalaman, dengan pengalaman sebelumnya dari jenis ben-cana yang sama

Generalis/ non spesialis, memungkinkan didukung dengan spesialis

Staff Palang Merah Bulan Sabit Merah (generalist) yang melak-sanakan aktivitas normal.

Page 13: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

8

II. LANGKAH 1: PROSES ASESMEN: SEBELUM KE LAPANGAN

Page 14: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

9

MENGULAS INFORMASI SEKUNDER

Informasi yang telah dikumpulkan,

baik itu dari Komponen Gerakan Palang

Merah dan Bulan Sabit Merah

Internasional maupun organisasi lain.

Data sekunder dapat berupa informasi

mengenai keadaan di waktu yang telah

lalu maupun keadaan saat ini. Data

sekunder bisa dalam bentuk tulisan

(laporan, dan lainnya) ataupun lisan

(diskusi, dan lainnya).

DATA SEKUNDER

Buatlah ulasan dan analisa atas data sekunder yang ada untuk mem-

bantu anda memutuskan apakah asesmen perlu dilaksanakan atau

tidak. Periksa laporan media; hubungi agensi kemanusiaan lainnya

dan pemerintah; tanyakan kepada orang-orang yang baru saja

kembali dari lokasi yang terkena dampak.

Kemudian rumuskan:

• Kondisi alamiah dari bencana (atau cenderung akan terjadi bencana)

• Keadaan yang mendesak

• Ketidakjelasan informasi

Page 15: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

10

APAKAH ASESMEN DIBUTUHKAN?

Anda bisa memutuskan untuk melakukan asesmen dengan

beragam alasan sebagai berikut:

• Sebuah perubahan mendadak terjadi (contohnya gempa bumi,

banjir bandang/tanah longsor)

• Anda rasakan kondisi darurat akan terjadi di masa yang akan

datang (contohnya meningkatnya ketidakstabilan politik,

kekeringan)

• Anda membutuhkan informasi lengkap kondisi darurat yang ada.

Anda bahkan juga harus dapat memutuskan untuk tidak

melaksanakan asesmen dengan beragam alasan seperti:

• Akses tidak memungkinkan ke lokasi bencana

• Informasi yang ada (berdasarkan laporan agensi lain dan lain

lain) cukup memuaskan, sehingga tidak perlu melaksanakan

asessment lagi.

• Banyak agensi sudah melaksanakan asesmen dilokasi bencana

dan adanya kecenderungan kelelahan asesmen ditengah-

tengah komunitas.

KELELAHAN Asesmen:

Dapat terjadi ketika ada suatu area yang telah di-asesmen

berulangkali oleh berbagai macam agensi. Masyarakat merasa frustasi karena mereka diharapkan menjawab pertanyaan yang sama, bahkan seringkali dengan hasil

yang nihil. Masyarakat kehilangan kesabaran dengan “asesmen kemanusiaan”.

Dalam kondisi tersebut, sebuah asesmen menghasilkan informasi yang tidak berguna.

Page 16: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

11

PERSIAPAN ASESMEN

Jika kebutuhan akan asesmen telah diputuskan, ada beberapa hal

yang perlu dilakukan sebelum turun ke lapangan.

Tentukan Objektif Dan Kerangka Acuan

Mengapa anda ingin melaksanakan asesmen? Uraikan tujuan se-

cara menyeluruh, pertanyaan yang harus dijawab, dan aktivitas

yang harus dilakukan. Uraikan apabila memungkinkan hal yang

spesifik dan output yang diharapkan. Harus realistis. Informasi

sekecil apakah yang dibutuhkan untuk meraih output yang

diminta? Mengacu pada orang yang akan menggunakan informasi

tersebut dan kebutuhan informasi apa yang diinginkan. Pengguna

informasi tersebut biasanya, seperti yang tertera dibawah ini:

• Staf operasional dan program

• Pencari dana

• Departemen komunikasi dan media

• Pengurus/atasan

Jika diperlukan, buatlah kerangka acuan, jelaskan dengan tepat

apa yang diharapkan dari team asesmen dalam melaksanakan

tugasnya.

Tentukan Jenis Asesmen

Tentukan tipe asesmen yang akan digunakan (rapid, detailed atau

continual).

Putuskan Apakah Perlu Melibatkan Mitra Dari Luar Atau Tidak

Putuskan apakah asesmen akan dilakukan sendiri atau melibatkan

PMI atau dengan mitra dari luar (asesmen gabungan). Akan ada

Page 17: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

12

kemungkinan terjadinya pelaksanaan asesmen gabungan dengan

organisasi lain (pemerintah atau NGO) atau dengan perusahaan

dalam satu grup perusahaan, mengingat kerjasama tersebut

memiliki manfaat sebagai berikut:

• Terciptanya kerjasama dan koordinasi dalam perencanaan dan

implementasi proyek.

• Efisiensi sumberdaya (pembagian tugas, seperti logistik dan

jumlah orang yang dibutuhkan dalam asesmen).

• Mengurangi kelelahan dalam asesmen.

Ada berbagai cara dalam membagi tugas selama melakukan

asesmen gabungan. Dua hal yang memungkinkan:

• Agensi/pihak organisasi kemanusiaan seperti PMI atau lainnya

yang memiliki spesialisasi tertentu akan membagi tugasnya.

Sebagai contoh asesmen lapangan dan koordinasi tim dari agensi

tersebut menilai persediaan air dan akses kesehatan,

sedangkan UNICEF (Badan Internasional PBB yang menangani

anak-anak) menilai kebutuhan pendidikan dari pengungsi

anak-anak.

• Agensi dengan spesialisasi yang sama membagi wilayah secara

geografis. Sebagai contoh, perusahaan distribusi makanan A

dan perusahaan logistik B telah membagi area asesmen dengan

tujuan menilai tentang kebutuhan pangan.

Asesmen gabungan akan sesuai bila:

• Setiap organisasi yang berpartisipasi berbagi hal tentang nilai-

nilai yang ada dan prinsip operasional.

• Setiap organisasi yang berpartisipasi menggunakan metodologi

yang sama atau sesuai.

Page 18: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

13

Dalam kondisi bencana beberapa hal akan menjadikan asesmen

gabungan tidak berjalan dengan baik. Sebagai contohnya:

• Asesmen tersebut merupakan mandat khusus (contohnya penan-

ganan korban konflik agama/SARA).

• Nilai-nilai organisasi dan prinsip operasi tidak sama.

• Kolaborasi merusak prinsip-prinsip netralitas dan imparsial.

• Setiap organisasi atau bahkan individu merasakan adanya

kecurigaan.

Apabila memungkinkan, buatlah kesepakatan formal yang

menyatakan secara spesifik peran dan tanggungjawab setiap

organisasi ketika melaksanakan asesmen. Jika hasil dari

asesmen gabungan tidak sesuai, sangatlah penting untuk

mengetahui organisasi lain yang melaksanakan asesmen.

Pengulangan asesmen di wilayah yang sama tidak efisien dan

melelahkan dan berdampak negatif pada ketepatan dan keamanan.

Mengulas laporan asesmen dari organisasi lain bisa menjadi bagian

yang berharga sebagai ulasan data sekunder.

KESIMPULAN BERKENAAN DENGAN DATA SEKUNDER

Salah satu tugas Ketua Tim adalah mempelajari laporan dari data

sekunder; untuk mencari informasi tentang:

• Latar belakang informasi dari area yang dikunjungi.

• Informasi secara langsung berkaitan dengan pertanyaan yang

diajukan dalam kerangka acuan.

• Informasi tentang penyebab dan dampak dari bencana yang

terjadi.

Page 19: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

14

Data sekunder membantu untuk membuat ide awal atas dugaan

permasalahan dan juga berguna saat merencanakan wawancara

untuk pertama kali di lapangan. Sebagai contoh, jika lahan

pertanian terkena dampak kekeringan, maka hendaknya anda

juga mendiskusikan kerugian tanam dengan petani.

PENTING!Hasil asesmen dari perusahaan lain atau dalam satu group (perusahaan) dapat menjadi dasar asesmen selanjutnya.

Contoh data sekunder meliputi:

• Laporan asesmen lapangan dari PMI atau agensi/organisasi/pe-

rusahaan lain.

• Laporan media.

• Laporan tentang kondisi sosial, ekonomi, politik dan sejarah

yang ada di pemerintah, sivitas akademika atau sekelompok

peneliti.

• Survey teknis yang dikerjakan pihak kementerian, sivitas

akademika, NGO, UN.

• Hasil VCA dari PMI.

• Data sensus penduduk.

Page 20: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

15

• Data meterologi.

• Peta.

• Saksi mata meteorologi (orang-orang yang baru kembali

dari lapangan).

• Komunikasi verbal dengan para ahli dilapangan atau isu teknis

yang berkaitan.

Ada beberapa sumber lain yang memungkinkan bisa digunakan.

Dalam setiap situasi, perhatikan informasi apa yang akan berguna

dan dimana diperoleh.

Menentukan keakuratan dan kegunaan data sekunder dapat dilakukan dengan menanyakan beberapa hal, seperti:• Bagaimana informasi diperoleh? Metodelogi yang digunakan?• Bagaimana kepastian sumber informasi yang diperoleh?• Dari segi apa yang memungkinkan informasi menjadi bias?

(Mengacu pada tujuan dalam memperoleh informasi)• Seberapa valid informasinya?• Apakah informasi berdasarkan kenyataan atau opini?

PENTING!Selalu siap untuk menghadapi kenyataan yang berbeda dari apa yang telah direncanakan dan waspadalah akan hal yang tidak terduga.

Page 21: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

16

DAFTAR INFORMASI YANG DIBUTUHKAN

Ini bergantung pada informasi yang telah ada (yang dapat

dipercaya) dan obyektif dari asesmen.

IDENTIFIKASI AREA YANG AKAN DIKUNJUNGI DAN POPULASI TARGET

Asesmen seharusnya memilih daerah yang bisa mewakili dari

lokasi yang terkena bencana, namun kemungkinan ini sangatlah

jarang dapat dilakukan dalam kondisi darurat. Hal ini dapat

menyebabkan metode statistik menjadi tidak layak dilakukan

karena alasan waktu dan akses. Oleh karenanya gunakanlah data

sekunder untuk mengidentifikasi area dan populasi yang cocok

dengan kriteria di bawah ini:

Page 22: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

17

• Prioritas 1: Area dan Populasi yang terkena dampak langsung. Sebagai contoh adalah sebuah lokasi gempa atau area konflik militer atau bahkan populasi yang secara terpaksa meninggalkan rumahnya.

• Prioritas 2: Area dan populasi yang secara tidak langsung terkena bencana. Sebagai contoh, sebuah wilayah yang berdampak secara ekonomis dari konflik yang ditimbulkan oleh wilayah sekitarnya.

• Prioritas 3: Area dan populasi yang tidak terkena dampak atau berdampak kecil. Dimana kondisi darurat yang terjadi tidak memiliki dampak nyata terhadap masyarakat dan matapencaharian (sangat berguna sebagai per-bandingan dengan daerah yang terkena bencana).

Dalam rapid asesmen, biasanya hanya memungkinkan untuk

mengunjungi suatu wilayah dan populasi dalam ‘prioritas 1’

sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Pada detail atau

asesmen lanjutan, ketiga kategori proritas tersebut seharusnya

dilakukan. Terkadang pada saat melaksanakan rapid asesmen,

tidak memungkinkan memperoleh akses pada area di prioritas 1.

Jika ini masalahnya, cobalah untuk menggali informasi dan

bertanyalah dengan orang-orang yang baru saja mengunjungi

daerah tersebut.

Page 23: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANAPanduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

18

Jelaskan alasan anda memilih suatu area

dalam laporan asesmen. Daftar area yang akan

dikunjungi mungkin berubah setelah

kunjungan pertama kelapangan. Dengan melakukan

kegiatan dan kunjungan ke lapangan, anda akan

mendapatkan gambaran tentang permasalahan penting yang

dihadapi pada beberapa daerah yang terkena dampak,

mungkin bisa dilakukan kunjungan ke daerah lainnya.

Apabila anda telah memiliki kerangka waktu yang jelas,

ini berarti beberapa area lain akan diabaikan dari daftar

kunjungan.

PENTING!Keterbatasan dalam menjangkau area terkena dampak dapat dilakukan dengan strategi memprioritaskan area kunjungan/asesmen.

Page 24: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

19

METODE SAMPLING

Jika daerah yang ditentukan sangat luas, terdiri dari sejumlah

desa atau kotamadya, diperlukan cara untuk menentukan langkah

di tingkat berikutnya. Ada dua cara yang bisa dilakukan, yakni:

• Sampling acak.Lakukanlah ketika area yang ditentukan relatif sama. Buatlah

daftar lokasi dan pilih secara acak untuk daerah yang akan

dikunjungi.

• Sampling tujuan.Jika lokasi sangat berbeda, pilihlah daerah yang lebih memiliki

dampak/karakteristik (etnik, ekonomi, kota/desa, dan lain lain).

Pada dasarnya, jauh lebih baik mengunjungi lebih banyak lokasi

dan kurangi wawancara dengan masyarakat pada setiap tempat,

dibandingkan dengan mengunjungi sedikit lokasi namun dengan

melakukan banyak wawancara di tempat tersebut.

Pada dasarnya, jauh lebih baik mengunjungi lebih banyak lokasi

dan kurangi wawancara dengan masyarakat pada setiap tempat,

dibandingkan dengan mengunjungi sedikit lokasi namun dengan

melakukan banyak wawancara di tempat tersebut.

PENTING!Dibeberapa kondisi bencana, “jaringan kemanusiaan” muncul disekeliling kota utama. Setiap organisasi berkumpul di lokasi-lokasi bencana dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan, mereka berada dalam jarak yang berdekatan. Bagaimanapun, masalah dalam pemenuhan kebutuhan pada suatu wilayah sering muncul antar organisasi kemanusiaan. Ketika menentukan area dan lokasi yang dikunjungi, cobalah pertimbangkan masalah-masalah yang ada.

Page 25: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

20

Berikut adalah contoh bagaimana memilih sampling saat berada

di lapangan (menggunakan logika yang sama dengan di atas) –

Gunakan sampling acak jika tidak ada perbendaan yang mencolok

diantara rumah tangga-rumah tangga di lokasi tersebut,

SAMPLING ACAK

Gunakan sampling acak jika tidak ada perbedaan yang signifikan diantara rumah tangga pada sebuah lokasi.

Langkah 1.Tentukan berapa banyak rumah tangga yang diwawancara.

Hal ini tergantung waktu yang tersedia dan besarnya sebuah komunitas. Pilihlah sekurang-kurangnya tiga rumah tangga pada setiap lokasi, tetapi bisa juga lebih jika anda memiliki waktu yang cukup. Beri waktu 30 menit untuk setiap wawancara.

Langkah 2. Identifikasi rumah tangga yang diwawancara.

Ambillah posisi di tengah pada sebuah komunitas. Putarkan botol ditanah, perhatikan arah kepala botolnya atau lemparkan pulpen ke udara dan perhatikan arah dimana mendaratnya. Berjalanlah kearah yang telah ditentukan dari botol atau pulpen tersebut, sampai anda berada di pinggir komunitas tersebut, hitunglah berapa jumlah rumah yang dilalui. Bagilah jumlah rumah tersebut dengan jumlah rumah tangga yang anda ingin wawancara; ini memberikan jarak diantara rumah-rumah. Pada Gambar 6 memberikan sebuah contoh:

• Anda ingin mengambil tiga sampel rumah tangga.• Anda berjalan ke arah yang ditentukan dan menghitung

15 rumah terlewati.

Page 26: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

21

• Jarak antara sampel rumah adalah 15/3 = 5 (15 rumah

terhitung, dan 3 sample rumah diminta).

• Pilihlah nomor antara 1-5; ini akan menjadi rumah pertama yang

anda kunjungi.

• Setelah rumah pertama dikunjungi, berjalanlah dengan arah

yang sama dan hitung lima rumah lainnya; ini menjadi rumah

tangga kedua yang diwawancara. Akhirnya, lakukan hal yang

sama untuk memilih rumah yang terakhir.

Page 27: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

22

PENDEKATAN YANG LAIN UNTUK SAMPLING ACAK

• Jika rumah berada di beberapa jalan, tentukan jalan yang ingin

dijadikan sample, kemudian hitung rumah-rumah seperti yang

dijelaskan pada langkah 2 diatas.

• Jika data populasi ada, rumah tangga dapat dipilih acak dari

nama-nama yang ada di list.

SAMPLING BERDASARKAN KEBUTUHAN

Gunakan sampling ini jika ada perbedaan yang signifikan

diantara rumah tangga-rumah tangga. Sebagai contoh, anda ingin

mewawancarai beberapa rumah tangga karena ada yang berada di

daerah pinggiran atau karena mereka memiliki matapencaharian

yang berbeda. Ada dua cara untuk untuk mengambil contoh:

• Kelompok-kelompok rumah tangga yang dituju berada pada

daerah tertentu dalam lingkungan pedesaan atau perkotaan.

Lakukan sampling acak, seperti yang dijelaskan sebelumnya.

• Kelompok-kelompok rumah tangga yang dituju berada terpisah

dengan desa atau kota. Berdasarkan hasil sensus desa atau kota,

dimana anda dapat mengidentifikasi rumah tangga-rumah tangga

yang dituju, lakukanlah sampling acak dari data sensus tersebut.

Jika data sensus tidak ada, tanyakan masyarakat setempat

untuk membantu anda untuk mengidentifikasi jumlah rumah

tangga yang ada berdasarkan kelompoknya.

CATATAN:

Penentuan sample dapat ditentukan dengan menggunakan metode sampling

berdasarkan kebutuhan dan secara acak.

Page 28: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

23

MENGORGANISIR DATA YANG ADA

Tim asesmen menyusun sebuah checklist informasi dan

sumber daya yang dibutuhkan sebelum pergi ke lapangan. Hal ini

merupakan bagian yang penting dari proses sebuah asesmen, yang

berfungsi mengarahkan pada diskusi tim. Checklist

berkaitan dengan spesifik asesmen. Sebuah checklist standar tidak

dibutuhkan karena:

• Setiap kondisi bencana berbeda.

• Proses membuat checklist sangat penting.

Checklist diubah setiap hari selama asesmen berlangsung.

Perubahan dilakukan berdasarkan informasi baru yang diterima

dan analisa tim dari informasi tersebut.

Checklist persiapan seharusnya memasukkan informasi seperti

berikut:

• Pertanyaan yang diajukan.

• Metode pengumpulan informasi.

• Sumber (kelompok atau individu).

• Lokasi kunjungan.

• Tanggungjawab dari anggota tim (setiap anggota memiliki

tanggungjawab untuk sekian pertanyaan yang ada).

Page 29: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

24

MENGUMPULKAN SUMBER DAYA

Formasi Tim

Tunjuk seseorang untuk menjadi ketua tim dan tentukan formasi

tim. Dapat juga mengikuti formasi berikut:

• Generalis. Satu orang atau lebih yang berpengalaman tetapi

tidak memiliki spesialisasi teknis tertentu.

• Spesialis. Satu orang atau lebih karena memiliki pengalaman

yang spesifik dan keahlian.

• Multi-disiplin. Sekelompok spesialis yang mewakili seluruh

sektor didalam tugas PMI (insinyur, pekerja kesehatan dan

lainnya).

Manfaat dan kelemahan dari tiga jenis formasi tim di atas di

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Checklist seharusnya tidak diperlakukan

seperti kuesioner. Hanya digunakan sebagai

alat untuk menambah daya ingat. Selama

wawancara, sesekali lihatlah checklist untuk

meyakinkan anda sudah memenuhi semuanya. Informasi

baru akan muncul pada saat wawancara. Semakin anda

berpengalaman, semakin jarang anda menggunakan

checklist!

Page 30: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

25

SUSUNAN TIM MANFAAT KELEMAHAN

Generalis

Tim dapat berkumpul dengan cepat (karena tidak membutuhkan orang-orang yang memiliki pengetahuan khusus).Oleh karena itu sangat berguna untuk rapid asesmen.

Kekurangan orang–orang yang memiliki pengetahuan khusus yang berarti membutuhkan asessment lanjutan apabila ada masalah teknis yang terindentifikasi.

Memberikan gambaran analisis umum situasi dengan baik.

Masalah teknis mungkin diabaikan

Dapat dilakukan setiap orang, sangat pas untuk asessment lanjutan.

Dalam situasi yang gawat, tim asesmen memungkinkan mem- berikan bantuan pula (seperti halnya dalam kondisi konflik)

SpesialisDapat mengidentifikasi masalah dengan cepat pada bidang yang ditekuninya.

Bisa jadi hanya fokus pada isu yang diketahuinya saja sehingga mengabaikan hal lain secara umum.

Multi-disiplin

Masalah teknis dapat diketahui dengan detail, sehingga kebutuhan akan tindakan lanjutan bisa dihindari.

Sulit untuk mengumpulkan orang-orangnya; sebab itu asesmen tidak sering dilakukan dengan susunan tim ini.

Pengalaman yang beragam memberikan dasar yang luas untuk sebuah analisa.

Mungkin tidak membutuhkan banyak spesialis.

Sulit untuk mengkoordinir tim (penggunaan metodelogi yang kurang sesuai, kebutuhan logisitik yang sulit dan lain-lain)

Tim yang besar dapat menghadirkan ancaman dari segi keamanan dan dapat mengintimidasi komunitas kecil.

Pilihlah formasi tim yang sesuai berdasarkan situasi dan kondisi

yang ada di lapangan, terutama kebutuhan jenis informasi apa

saja yang ingin dikumpulkan. Setelah itu, pikirkan hal berikut:

• Jika memungkinkan, libatkan orang yang mampu berbahasa

setempat. Libatkan satu orang penterjemah untuk setiap

anggota tim yang tidak dapat berbahasa setempat.

• Usahakan untuk melibatkan pria dan wanita di dalam tim.

• Terkadang sangat berguna jika melibatkan wakil dari populasi

yang berasal dari area yang terkena dampak.

• Semua orang bias; persepsi mereka berdasarkan latar belakang

budaya, pengalaman, pelatihan profesional dan banyak lagi

Page 31: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

26

PENTING!Melibatkan pegawai perusahaan cabang di dekat area terdampak merupakan hal yang baik dalam proses asesmen.

faktor lainnya. Waspada akan hal ini dan cobalah untuk

meyakinkan perspektif tiap individu dalam tim untuk berimbang.

Apabila memungkinkan, akan sangat baik jika melibatkan staf

yang berasal dari kantor setempat atau area yang akan diasesmen.

Artinya, asesmen dapat dilakukan lebih sering, hemat biaya

(biaya perjalanan dan lainnya) dan meningkatkan hubungan dalam

melakukan asesmen, perencanaan proyek dan implementasi.

Mengorganisir Perjalanan

Sebelum turun ke lapangan, ketua tim harus memastikan bahwa

semua anggota tim telah diberikan pengarahan mengenai:

• Kerangka acuan atau hal apa yang diharapkan dari asesmen yang

akan dilakukan.

• Rencana kerja, termasuk metodologi yang akan digunakan serta

kerangka waktunya.

• Pembagian tugas masing-masing anggota tim, pelaporan dan

lainnya.

Page 32: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

27

• Pengaturan logistik untuk asesmen (transportasi, akommodasi

dan lainnya).

• Keamanan: situasi terkini dan prosedur selama asesmen.

• Hal-hal lain yang berkaitan dengan asesmen.

PENTING!Semua orang yang akan tergabung dalam kegiatan asesmen (termasuk penterjemah) ikut berpartisipasi dalam tahap perencanaan.

Sebelum turun ke lapangan, tim hendaknya memastikan:

• Waktu yang tersedia (misal: waktu efektif di lapangan) sesuai

dengan objektif asesmen.

• Periodenya tepat (periode dalam tahun).

• Sudah mengurus semua hal mengenai logistik dan administrasi.

Page 33: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

28

PRINSIP-PRINSIP KERJA DI LAPANGAN

Prinsip-prinsip ini seharusnya diikuti selama berkerja di lapangan:

• Konsultasi dengan masyarakat yang terkena bencana merupakan

hal yang penting.

• Bangkitkan semangat masyarakat yang terkena bencana untuk

menjelaskan situasi dengan bahasa dan waktu yang mereka

miliki. Bahkan pada kondisi bencana yang terjadi dengat cepat

masih selalu ada kemungkinan melibatkan pendapat masyarakat

lokal.

• Perhatikan kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dari kelompok

dan individu yang berbeda (laki-laki, perempuan, orangtua,

anak-anak dan lainnya)

• Perhatikan kejelasan informasi yang diterima. Informasi mungkin

‘nyata’ (benar), ‘opini’ (tergantung dengan perspektif orang yang

memberi informasi) atau ‘rumor’ (berdasarkan informasi yang

belum jelas).

• Bias. Setiap orang bias. Mengingat perspektif dari pemberi

informasi dan mereka yang melaksanakan asesmen.

• Carilah kelompok marjinal dan pastikan ketertarikan mereka.

Siapa yang kuat dan suara siapa yang diabaikan? Golongan

marjinal berdasarkan gender, etnis, status sosial dan karakteristik

lainnya.

• Carilah perubahan dan tren yang mempengaruhi masyarakat.

Cobalah memahami apa yang menyebabkan terjadinya perubahan.

• Perhatikan hal yang terjadi diluar dugaan. Siapkanlah asumsi

yang dibutuhkan. Perhatikan dan temukan isu mana yang paling

penting dalam masyarakat dan dengan siapa anda berbicara.

III. LANGKAH 2: SAAT DI LAPANGAN

Page 34: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

29

• Perhatikan dampak dari isu-isu dalam masyarakat sebagai suatu

kesatuan. Sebagai contoh, HIV/AIDS bukanlah hanya sebuah isu

kesehatan. Di sebagian besar negara-negara dipermukaan bumi

ini, menjadikan isu tersebut memiliki dampak yang luas terhadap

ekonomi dan sosial.

• Melalui hasil asesmen, pikirkanlah bagaimana informasi ini

digunakan. Jenis-jenis program apa saja yang sesuai? Hal ini

berkenaan dengan efek positif dan negatif dari program-program

tersebut (Panduan ‘Better Programming Initiative–BPI’ dapat

menjadi panduan yang baik).

• Pikirkan waktu yang dibutuhkan dalam kunjungan lapangan.

Cobalah hindari waktu kunjungan dimana masyarakat sedang

sibuk atau mereka sedang ada acara/kegiatan. Perhatikan pula

halnya dengan musim yang sedang berlangsung. Beberapa orang

dari masyarakat biasanya tidak ada dalam komunitas untuk

suatu musim tertentu dan aktivitas dan kerentanan cenderung

berubah-ubah dari musim ke musim.

BEKERJA DI LAPANGAN: KEGIATAN

Setiap hari kondisi di lapangan berbeda dan harus direncanakan

dengan baik.

Langkah-langkah yang telah ditentukan tidak selamanya harus sesuai seperti

rencana. Beberapa langkah bisa dilakukan pada saat yang bersamaan

jika jumlah tim asesmen cukup banyak. Terkadang perlu untuk

mengulang beberapa langkah apabila terdapat hal yang bertentangan dan

tidak konsisten.

Page 35: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

30

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

BERIKUT ADALAH LANGKAH-LANGKAH YANG BIASA DILAKUKAN:

Langkah 1. Rencana harian

Kegiatan di lapangan seharusnya direncanakan dengan hati-hati

setiap harinya. Tim asesmen sebaiknya membuat sebuah persia-

pan (biasanya dilakukan pada malam hari). Persiapan tersebut

adalah:

• Menentukan lokasi yang dikunjungi.

• Membuat checklist informasi yang dibutuhkan.

• Sepakat menggunakan metode wawancara dan sumber informasi

(dapat dilakukan pada saat kegiatan berlangsung).

• Membagi tanggungjawab (siapa yang melakukan wawancara).

Gambar 5. Briefing tim saat tiba di lokasi asesmen

Page 36: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

31

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

Langkah 2. Bicara dengan pemerintah setempat

Dapatkan informasi melalui pemerintah setempat (dan berapa

orang penting) ketika tiba di lokasi. Jelaskan siapa anda, alasan

dari kunjungan dan metodelogi yang akan dilakukan. Akan sangat

berguna apabila anda memberikan kartu nama organisasi kepada

mereka karena memberikan bentuk transparansi dan pertanggung-

jawaban.

Langkah 3.Pengamatan

Lakukan pengamatan di lokasi bersama dengan masyarakat

setempat. Melalui kunjungan lapangan dan kemudian dilanjutkan

dengan pengamatan (lihat bagian 5.1). Hal ini akan memberikan

kesan awal yang bail kepada masyarakat.

Gambar 6.Proses Wawancaradengan Masyarakat

Page 37: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

32

Langkah 4. Wawancara

Pilih individu (dari rumah tangga, sektor informan dan lainnya)

atau kelompok (umum, mata pencarian, sektor dan lainnya)

dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Langkah 5.Pertemuan tim

Tim asesmen harus bertemu secara reguler di lapangan selama

melakukan asesmen (saat siang atau sore hari) untuk mem-

berikan kesempatan berbagi pengalaman dan kesepakatan apabila

terjadi perubahan jadwal asesmen.

Langkah 6. Pertemuan dengan komunitas

Disaat memungkinkan, buatlah pertemuan dengan perwakilan dari

masyarakat di akhir kegiatan asesmen. Jelaskan apa yang telah

anda kerjakan dan kesimpulan yang dibuat (tetapi jangan mem-

buat komitmen atau janji berkaitan dengan pemberian bantuan).

Page 38: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

33

ANALISA

Analisa merupakan sebuah proses dimana seluruh informasi

yang diperoleh dari segala sumber yang berbeda disatukan dan

dipelajari, hal ini dilakukan untuk memungkinkan anda menjawab

pertanyaan-pertanyaan dalam asesmen:

IV. SETELAH DARI LAPANGAN

1. Apa Masalah Utamanya?

No. Masalah Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 dst.

2. Siapa yang Terkena Dampaknya?

No. Terdampak Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 dst.

3. Apa Kapasitas Dari Masyarakat yang Terkena Dampaknya?

No. Kapasitas Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 dst.

4. Apakah Ada Bantuan yang Tersedia?

No. Jenis Bantuan Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 dst.

Page 39: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANAPanduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

34

Satu pengecualian pada hal penting di atas, perhatikan analisa

informasi pada sektor-sektor tertentu. Jika sebuah tim asesmen

tidak memiliki seorang spesialis, informasi yang ada dianalisa

setelah asesmen selesai oleh seorang spesialis. Generalis/Non

spesialis sebaiknya tidak mencoba menganalisa informasi yang

spesifik selama di lapangan, karena akan mengakibatkan kesalahan

yang nyata dalam pemberian informasi.

Pada tahapan analisa, hal yang dapat dilakukan:

• Memperbaiki kesalahan pada informasi yang diperoleh.

• Ringkasan dari informasi.

• Menyatukan informasi dari berbagai sumber untuk mencapai

suatu kesimpulan.

• Membuat proposal untuk program.

5. Apakah Memerlukan Intervensi Dari Pemerintah/Organisasi/Perusahaan?

Jika Ya, Intervensi Seperti Apa yang Diminta?

No. Masalah Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 dst.

Anda harus menganalisa informasi secara

terus menerus dari hasil asesmen. Jangan

tinggalkan analisa sampai asesmen selesai.

Page 40: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

35

KETIDAKTEPATAN INFORMASI

Dalam setiap asesmen anda akan menghadapi permasalahan akan

ketidaktepatan informasi. Ini terjadi ketika pemberi informasi

memberikan beragam jawaban terhadap pertanyaan yang sama.

Contoh:

• Seseorang mengatakan kepada anda bahwa sumber air kering

selama dua bulan dalam tahun ini, sedangkan orang lain

mengatakan tidak pernah kering.

• Seseorang mengatakan kepada anda bahwa ternak di desa mati.

Orang lain mengatakan sebagian ternak masih hidup dan

mencari rumput ditempat yang jauh.

Pada bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan

untuk mengurangi perolehan informasi yang tidak tepat.

Langkah pertama

Pikirkanlah informasi yang anda peroleh. Hal ini akan meng-

identifikasi kesalahan. Tanyakan pada diri anda pertanyaan

berikut:

• Apakah informasi terbaru mendukung atau bertentangan dengan

data sekunder?

• Apakah informasi yang diperoleh dari sebuah sumber itu

mendukung atau bertentangan dengan yang lain?

• Apakah informasi yang diperoleh dari anggota tim asesmen yang

berbeda?

• Apakah informasi tersebut ‘masuk akal’? Sebagai contoh, jika

seseorang mengatakan kepada anda bahwa hasil panen gagal,

sementara anda melihat dengan jelas jagung hasil panen di

desa, ini adalah kesalahan.

Menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas menuntun anda untuk

Page 41: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANAPanduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

36

Sebagai panduan umum, cobalah memeriksa

informasi penting dengan membandingkan

masukan dari sekurang-kurangnya tiga sumber

yang berbeda. Jika beberapa sumber yang berbeda

memberikan informasi yang sama, berarti informasi

kemungkinan benar.

Langkah kedua

Diskusikan temuan secara reguler dengan anggota tim:

• Selama di lapangan, bicarakan sekurang-kurangnya sekali

selama berada di lapangan (biasanya malam hari). Bandingkan

informasi yang ada, diskusikan yang tidak tepat dan sepakat

merubah jadwal wawancara.

• Setiap hari setelah kerja di lapangan, diskusikan informasi yang

ada dan berikan kesimpulan.

• Setelah bekerja di lapangan, Tim bertemu untuk menyepakati

kesimpulan akhir.

Langkah ketiga

Memperhatikan alasan dari ketidaktepatan. Ada tiga hal yang

biasa yang memungkinan ini terjadi:

memikirkan pertanyaan-pertanyaan baru untuk dijawab atau

mencari sumber informasi yang lain untuk mengklarifikasi situasi.

Pengamatan seringkali sangat dibutuhkan.

Page 42: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

37

• Persepsi. Selalu tidak ada jawaban yang ‘benar’. Interprestasi

orang-orang pada suatu kejadian tergantung pada kondisi yang

dialaminya.

• Akses mendapatkan informasi. Beberapa orang lebih paham

tentang satu hal ketimbang orang lain.

• Kesalahpahaman. Terkadang orang sengaja memberikan

informasi yang tidak sesuai.

Tentukan apakah ketidaktepatan informasi akan berdampak pada

kesimpulan asesmen dan proposal untuk program-program selan-

jutnya. Jika ketidaktepatan bukan hal yang kritis untuk

program-program selanjutnya, cobalah untuk memperbaikinya

tetapi jangan membuang waktu yang terlalu lama. Jika anda tidak

dapat memperbaikinya, anda seharusnya menempatkan sebuah

catatan penjelasan pada laporan akhir.

Jika ketidaktepatan informasi ini tidak berdampak yang signifikan

terhadap kesimpulan akhir, cobalah putuskan dengan:

• Memutuskan dari tiga alasan yang ada (atau kombinasikan

alasan) yang berkaitan.

• Memperhatikan kenapa terdapat perbedaan informasi.

• Bandingkan keyakinan anda pada setiap sumber, mungkin salah

satu sumber lebih memiliki kredibilitas dari yang lainnya.

• Cek informasi. Entah itu tanyakan lagi kepada sumber informasi

dimana informasi diterima atau identifikasi sumber yang baru

yang mungkin bisa diklarifikasi.

Jika langkah-langkah di atas tidak menyelesaikan perbedaan,

Anda harus membuat sebuah keputusan. Dalam hal ini ketua tim

membuat keputusan, dengan diskusi bersama anggota tim dan

memperhatikan semua informasi yang tersedia. Ingatlah hal

penting di bawah ini:

Page 43: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANAPanduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

38

• Kesimpulan didasari oleh keputusan yang telah diidentifikasi

dalam laporan asesmen, dan dengan asumsi yang jelas.

• Membuat rekomendasi untuk kelanjutannya.

PELAPORAN

Tim asesmen tidak diharapkan membuat desain program yang

lengkap. Bagaimanapun ide dari tim sangatlah berguna untuk

merencanakan program. Ada tiga kemungkinan kesimpulan dari

asessment:

• Tidak ada kebutuhan untuk intervensi (kapasitas masyarakat yang terkena dampak sanggup untuk mengatasinya).

• Adanya kebutuhan untuk intervensi, tetapi PMI atau perusahaan/organisasi Anda bukanlah organisasi yang tepat untuk melakukan

intervensi.

• Adanya kebutuhan untuk intervensi dan PMI/perusahaan Anda

merupakan organisasi yang tepat.

LAPORAN ASESMEN

Bagian ini menghadirkan sebuah format untuk rapid dan detail

asesmen. Untuk setiap asesmen, susunlah sebuah laporan ber-

dasarkan dari informasi yang diberikan. Angka yang detail dari

setiap informasi akan bergantung dari keadaan yang ada dari

setiap asesmen.

Penting untuk menghadirkan kesimpulan dari sebuah asesmen

sejelas mungkin. Penggunaan format standar membantu pembaca

untuk mengetahui dengan cepat informasi sebagaimana mereka

terbiasa dengan tampilannya.

Page 44: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

39

Buatlah laporan asesmen sesingkat mungkin,

tetapi pastikan semua informasi penting tidak

terlewatkan. Petunjuk diberikan pada bagian

panjang narasi. Panjangnya narasi ini disesuaikan

apa itu dikurangi atau diperpanjang.

KERANGKA KERJA LAPORAN

Rapid dan detail asesmen

Bagian I

1. Ringkasan

2. Tanggal Laporan:

3. Alasan melakukan asesmen

4. Tanggal dan jenis bencana

5. Lokasi bencana

6. Jumlah orang yang terkena dampak bencana:

Ringkasan dari kesimpulan asesmen: Berikan penjelasan (1/2 halaman) ringkasan dari permasalahan

dan populasi yang terkena bencana. Apa kebutuhannya (jika ada)?

Apakah direkomendasikan PMI/Perusahaan Anda melakukan intervensi? Jika ada, berikan garis besarnya.

Apakah direkomendasikan melakukan asesmen lanjutan? Jika ada, berikan detail dan waktunya.

Page 45: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANAPanduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

40

Bagian 2

1. Latarbelakang informasi

2. Tim asesmen: Nama, Organisasi, Profesi/keahlian/jabatan

setiap tim.

3. Lokasi yang dikunjungi: Nama daerah dan jelaskan kenapa

dipilih.

4. Perjalanan yang dilakukan: Lokasi yang dikunjungi setiap harinya.

5. Sumber informasi: Masyarakat dan wawancara kelompok dalam

setiap harinya.

6. Sumber data sekunder: Detail dokumen dan pemberi informasi

yang dikonsultasikan.

7. Hambatan. Apa hambatan yang dialami dalam melakukan

asesmen (waktu, akses, keamanan dan lainnya)?

Bagian 3

Detail

Narasi: Berikan penjelasan (1/2-1 halaman) dengan menjelaskan:

• Penyebab bencana.

• Prakiraan ke depan

Garis besar (1-2 halaman) situasi keseluruhan dan dampak

bencana berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara

kelompok umum (dan informasi yang relevan lainnya), seperti:

• Struktur sosial

• Pergerakan masyarakat

• Mata pencaharian

• Lingkungan

• Pelayanan

• Hal lain

Page 46: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

41

DAFTAR ISTILAHLSM : LembagaSwadaya Masyarakat

NGO : Non-Government Organization

PMI : Palang Merah Indonesia

SARA : Suku Agama Ras dan Antar Golongan

UN : United Nations

UNICEF : United Nations Children’s Fund

VCA : Vulnerability Capacity Asesmen

DAFTAR PUSTAKA- Pedoman Asesmen Palang Merah Indonesia, Palang Merah Indonesia, 2007

- Guidelines for Asesmen in Emergencies, ICRC and International Federation

and Red Cross and Red Crescent Societies, 2008

- Panduan VCA dan PRA, Palang Merah Indonesia, 2008

- Pelatihan KBBM-PERTAMA untuk KSR, Palang Merah Indonesia, 2008

- Petunjuk Teknis Tentang Tanggap Darurat Bencana Palang Merah Indonesia,

Palang Merah Indonesia, 2012

Page 47: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANAPanduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

42

1. KEMANUSIAAN

Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah didirikan berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam

pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia yang terjadi di mana pun. Tujuan gerakan adalah melindungi hidup dan kesehatan serta menjamin penghargaan

kepada umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerja sama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.

2. KESAMAAN

Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, ras, agama,atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia

sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.

3. KENETRALAN

Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan

politik, ras, agama, atau ideologi.

4. KEMANDIRIAN

Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional di samping membantu pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, juga harus menaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga

otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini.

5. KESUKARELAAN

Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

6. KESATUAN

Di dalam satu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan

tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

7. KESEMESTAAN

Gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah bersifat semesta. Setiap perhimpunan nasional mempunyai status yang sederajat serta berbagi hak

dan tanggung jawab dalam menolong sesama manusia.

7 PRINSIP DASAR GERAKANDalam rangka usaha menjalin kasih sayang terhadap sesama manusia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan turut memelihara budi pekerti yang luhur menuju ke arah terwujudnya masyarakat yang berkeadilan sosial dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menjalankan misinya, Perhimpunan Palang Merah Indonesia berpegang teguh pada Prinsip-Prinsip Dasar yaitu:

Page 48: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

NOTE:

ASESMENPANDUAN PELATIHAN

TANGGAP DARURATBENCANA

Page 49: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANAPanduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

NOTE:

ASESMENPANDUAN PELATIHAN

TANGGAP DARURATBENCANA

Page 50: PANDUAN PELATIHAN ASESMEN

Panduan Pelatihan | ASESMEN TANGGAP DARURAT BENCANA

NOTE:

ASESMENPANDUAN PELATIHAN

TANGGAP DARURATBENCANA