96
0 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (Merupakan Revisi Panduan tahun 2011) DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 2013 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized

PANDUAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN ......1 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup 1.3. Maksud dan Tujuan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 0

    KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

    PANDUAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP

    DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

    MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

    (Merupakan Revisi Panduan tahun 2011)

    DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

    2013

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

  • 1

    DAFTAR ISI

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup 1.3. Maksud dan Tujuan Panduan

    BAB 2 DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PENGALAMAN PROYEK DALAM MENERAPKAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP

    2.1 Pengertian / Definisi Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup 2.2 Penjelasan tentang Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup

    ! Pengamanan Sosial ! Kajian Lingkungan Hidup

    BAB 3 PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd

    3.1 Apakah yang dimaksud dengan penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd ? ! Penerapan Pengamanan Lingkungan Hidup

    " Pengertian tentang jenis prasarana yang dibangun oleh masyarakat " Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain dan konstruksi

    infrastruktur yang berkaitan dengan dampak lingkungan " Hal-hal yang perlu diperhatikan pascakonstruksi " Hal-hal yang perlu diperhatikan pascabencana alam " Penerapan Daftar Larangan " Hal yang dianjurkan dilakukan dalam membuat proposal penghijauan

    atau perbaikan lingkungan hidup, seperti penghijauan bantaran sungai dan lain-lain

    " Pada tahapan mana pengamanan lingkungan perlu disosialisasikan dan di perhatikan

    ! Penerapan Pengamanan Sosial " Hibah Tanah Individu dan Alih Fungsi Tanah Desa " Penguatan MA&KAT

    3.2 Siapa pelaku penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam

    PNPM MPd? 3.3 Mengapa diperlukan penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup

    dalam PNPM MPd? 3.4 Dimana penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup tertanam

    dalam PNPM MPd? 3.5 Bagaimana penerapannya pada tahap persiapan dan sosialisasi? 3.6 Bagaimana penerapannya pada tahap perencanaan?

  • 2

    3.7 Bagaimana penerapannya pada tahap pelaksanaan? 3.8 Bagaimana penerapannya pada tahap pelestarian? 3.9 Bagaimana peran para pelaku PNPM MPd dalam penerapan pengamanan

    sosial dan lingkungan hidup? 3.10 Apa saja pelatihan yang mencakup pengamanan sosial dan lingkungan

    hidup? 3.11 Bagaimana supervisi penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup

    dalam PNPM MPd? 3.12 Bagaimana dokumentasi dan pelaporan pengamanan sosial dan

    lingkungan hidup? 3.13 Bagaimana pengaduan dan penanganan masalah pengamanan sosial dan

    lingkungan hidup? LAMPIRAN: Lampiran 1: Perencanaan Penanganan MA&KAT (PPM) / Indigenous People Plan (IPP) Lampiran 2: Ceklis Supervisi Lampiran 3: Formulir terkait Kebijakan Safeguard:

    -Formulir 5 Usulan Kegiatan -Formulir 6 Berita Acara Kesanggupan -Formulir 9 Rekapitulasi Pengadaan Lahan dan Aset -Formulir 9a Daftar Rincian Pengadaan Lahan dan Aset -Formulir 10 Ceklis Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Usulan -Formulir 11 Verifikasi Usulan -Formulir 12.d Verifikasi Usulan Prasarana -Formulir 22 Penanganan Dampak Negatif terhadap Lingkungan -Formulir 25 Pemeriksaan Desain dan RAB -Formulir 29 Surat Perjanjian Pemberian Bantuan

  • 3

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG Kebijakan “safeguards” atau “pengamanan” sosial dan lingkungan hidup merupakan

    suatu upaya dari proyek PNPM Mandiri Perdesaan (untuk seterusnya akan disebut

    sebagai “proyek” dalam panduan ini) dalam melakukan pencegahan, pengelolaan, dan

    penanganan risiko terjadinya potensi dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat

    adanya kegiatan yang didanai oleh proyek. Kebijakan perlindungan tidak hanya

    dimaksudkan untuk menghindarkan dampak sosial dan lingkungan hidup yang

    merugikan sebagai akibat adanya suatu kegiatan yang didanai oleh proyek, namun juga

    untuk meminimalkan risiko dampak negatif tersebut. Jika dampak-dampak negatif tidak

    dapat dihindarkan, proyek harus merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah

    penanggulangan, perbaikan, dan kompensasi apabila diperlukan.

    Proyek mengadopsi Kebijakan-kebijakan Pengamanan yang mencakup Kebijakan

    tentang Kajian Lingkungan Hidup (Environmental Assessment), dan Kebijakan

    Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MA&KAT atau Indigenous Peoples)1.

    Penerapan kedua kebijakan pengamanan ini harus disesuaikan dengan karakteristik

    setiap kegiatan, khususnya dalam hal jenis dan besaran potensi dampak lingkungan

    serta pengaruh yang ditimbulkan atau keterlibatan MA&KAT dalam kegiatan yang

    didanai proyek. Proyek melakukan penapisan dan identifikasi potensi dampak serta

    menetapkan langkah-langkah penanganan dampak negatif yang tidak dapat

    dihindarkan oleh setiap kegiatan, melaksanakan langkah-langkah penanggulangan

    dampak negatif tersebut, serta memantau dan mengawasi pelaksanaan langkah-

    langkah penanggulangan tersebut. Proyek juga mendokumentasikan dan

    mengungkapkan kepada publik seluruh kegiatan ini dalam rangkaian proses siklus

    proyek atau kegiatan yang didanai proyek, baik di tingkat masyarakat maupun di tingkat

    pengelola proyek.

    1 Dua Kebijakan Perlindungan ini adalah bagian dari 10 Kebijakan Perlindungan Lingkungan dan Sosial Bank Dunia.

  • 4

    Sebagai suatu program dengan skala nasional yang yang meliputi 5.146 kecamatan

    dan sekitar 65.490 desa, jika tidak dikelola dengan benar, proyek berpotensi

    menimbulkan dampak yang semakin besar untuk terjadinya isu-isu sosial maupun

    lingkungan hidup yang merugikan bagi masyarakat maupun suatu wilayah. Mengingat

    proyek merupakan bagian dari program nasional dengan siklus pelaksanaan, desain

    serta komponen yang sama serta berulang, maka penyempurnaan untuk menghindari,

    meminimalkan, dan mengelola serta menangani dampak sosial dan lingkungan hidup

    secara terus menerus akan dilakukan berdasarkan pengalaman implementasi program

    sebelumnya.

    Dalam pelaksanaan program yang telah berlangsung selama sepuluh tahun terakhir,

    hampir seluruh tanah, lahan atau aset yang diperlukan oleh kegiatan-kegiatan yang

    didanai proyek PPK (pendahulu PNPM PMd sebelum menjadi program nasional) dan

    PNPM MPd merupakan kontribusi/hibah dari masyarakat penerima manfaat kegiatan

    tersebut. Sebagian kegiatan menggunakan tanah, lahan atau aset milik desa atau

    Pemerintah. Kontribusi dilakukan secara sukarela melalui proses partisipasi dan

    musyawarah warga. Walaupun masih perlu terus disempurnakan, seperti halnya juga

    kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup, proses dan

    kontribusi tanah, lahan atau aset oleh warga penerima manfaat sebagian besar telah

    didokumentasikan di tingkat masyarakat.

    1.2 TUJUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP

    Proyek mengadopsi Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup dengan tujuan sebagai berikut;

    a) Melindungi kesehatan manusia;

    b) Mencegah kerusakan lingkungan ataupun dampak kumulatifnya sebagai akibat

    adanya kegiatan;

    c) Menghindari konflik sesama anggota masyarakat dan memperkuat keterikatan

    sosial masyarakat;

  • 5

    d) Memastikan bahwa desain setiap kegiatan menjamin MA&KAT memperoleh

    manfaat sosial dan ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai budaya, yang

    memasukkan gender serta nilai-nilai dan kepentingan antar-generasi;

    e) Memastikan bahwa setiap kegiatan mendapatkan dukungan dari komunitas

    MA&KAT melalui konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan

    dilaksanakan; dan

    f) Memastikan bahwa tidak akan terjadi konflik atau ketidakpastian hukum baik

    pada saat implementasi Proyek ataupun setelah itu, yang diakibatkan adanya

    kontribusi tanah yang digunakan oleh kegiatan. Karena itu, pada setiap siklus

    Proyek perlu dilakukan proses konsultasi yang transparan, partisipatif serta

    dokumentasi yang benar, dan terbuka.

    Untuk menjamin terlaksananya kebijakan sosial dan lingkungan hidup maka Proyek

    menetapkan Daftar Larangan (Negative List) sebagai berikut:

    a) Pembiayaan untuk kegiatan yang berhubungan dengan militer atau angkatan

    bersenjata, pembiayaan untuk kegiatan politik atau partai politik.

    b) Pembangunan atau rehabilitasi kantor pemerintah atau rumah ibadah.

    c) Pembelian gergaji mesin model rantai (chainsaw), senjata, bahan peledak,

    asbes, dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida,

    bahan-bahan terlarang, dsb.).

    d) Pembelian kapal ikan dengan tonase lebih dari 10 ton dan atau peralatannya.

    e) Memberi gaji bagi pegawai negeri.

    f) Kegiatan yang memperkerjakan anak-anak di bawah usia kerja (penjelasan

    menurut UU Ketenagakerjaan 2003: di bawah 13 tahun belum boleh kerja, 13-15

    tahun hanya boleh bekerja yang tidak berisiko dan pekerjaan paruh waktu

    sehingga bisa tetap sekolah dan berkembang secara sosial anak dengan

    normal).

    g) Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan barang

    yang mengandung tembakau.

    h) Kegiatan yang berlangsung di kawasan lindung, kecuali ada izin tertulis dari

    Kementerian yang berwenang atas lokasi dan kegiatan bersangkutan.

  • 6

    i) Kegiatan pertambangan atau ekstraksi dan penggunaan terumbu batu karang

    atau koral (yang hidup maupun yang mati).

    j) Kegiatan yang berkaitan dengan manajemen sumber air dari sungai yang

    mengalir dari atau ke negara lain (khusus daerah perbatasan di Kalimantan

    Utara, Papua dan Timor).

    k) Kegiatan mengubah arus sungai.

    l) Kegiatan berkaitan dengan reklamasi tanah lebih besar daripada 50 hektar.

    m) Konstruksi bangunan irigasi baru lebih besar daripada 50 hektar sawah.

    n) Kegiatan konstruksi bendungan atau penampungan air berkapasitas lebih besar

    daripada 10.000 m3.

    1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PANDUAN Panduan ini dimaksudkan untuk:

    a) Memastikan adanya kesamaan pemahaman tentang Kebijakan

    Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup dan penerapannya bagi semua

    pelaku Proyek;

    b) Memberikan acuan kepada semua pelaku yang terlibat dari semua

    tingkatan, baik konsultan, fasilitator, pemerintah dan masyarakat pelaku

    kegiatan yang didanai Proyek, dalam penerapan Kebijakan Pengamanan

    Sosial dan Lingkungan Hidup sehingga tujuan-tujuan Kebijakan-Kebijakan

    ini seperti yang diuraikan di atas (paragraf 5) dapat tercapai.

    Panduan ini dirancang untuk digunakan oleh semua pelaku yang terlibat dalam Proyek,

    dengan lingkup tugas dan peran masing-masing dalam melaksanakan Kebijakan

    Pengamanan Sosial dan Lingkungan pada setiap tahap siklus Proyek. Panduan ini

    dilengkapi dengan formulir baku untuk memudahkan setiap pelaku yang terlibat dalam

    Proyek, namun jika diperlukan dapat dilakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan

    dan kondisi di lapangan.

  • 7

    BAB 2

    DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PENGALAMAN PROYEK DALAM MENERAPKAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP

    2.1 PENGERTIAN/DEFINISI PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP

    PNPM Mandiri Perdesaan merupakan proyek yang memiliki dampak potensial tidak

    signifikan yang sebagian besar dampaknya dapat dimitigasi melalui perencanaan

    langkah-langkah penanggulangan dampak negatif yang sudah dipersiapkan. Adapun

    kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM Mandiri Perdesaan

    adalah:

    a. Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MA&KAT) / Indigenous Peoples

    Merupakan kebijakan untuk: (i) menjamin MA&KAT mendapat manfaat dari suatu

    proyek dan (ii) menghindari atau melakukan langkah-lakah penanggulangan

    dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan. Tindakan penanganan khusus

    diperlukan jika proyek memberikan dampak negatif kepada suku-suku asli, etnis

    minoritas tertentu atau kelompok lainnya yang status sosial dan ekonominya

    menghambat kapasitasnya untuk menyampaikan kepentingan dan hak-hak

    mereka atas tanah dan sumber daya produktif lainnya.

    b. Kajian Lingkungan Hidup / Environmental Assessment

    Merupakan kebijakan untuk: (i) mengevaluasi potensi risiko dan dampak

    lingkungan suatu proyek pada wilayah dampaknya (cakupan, kedalaman, serta

    jenis kajiannya bergantung pada sifat, skala, ukuran, serta potensi dampak

    lingkungan dari proyek yang diusulkan itu); (ii) mengkaji alternatif desain proyek;

    (iii) menentukan cara-cara menyempurnakan pemilihan, penentuan lokasi,

    perencanaan, pembuatan rancang bangun, serta pelaksanaan proyek melalui

    usaha-usaha pencegahan, pengurangan, penanggulangan, ataupun kompensasi

    dampak lingkungan yang merugikan dan meningkatkan dampak positif; dan (iv)

    mencakup proses penanggulangan dan pengelolaan dampak lingkungan yang

  • 8

    merugikan ke dalam implementasi proyek. Lebih diutamakan langkah-langkah

    pencegahan daripada langkah-langkah penanggulangan ataupun pemulihan,

    bilamana memungkinkan.

    Pengamanan lingkungan dan sosial dalam PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan untuk

    mengamankan lingkungan sesuai UU lingkungan hidup dan kaidah ilmu sipil, serta

    mengamankan dampak sosial sesuai fokus PMD dalam pemberdayaan, UU Hak Asasi

    Manusia, peraturan terkait pemindahan kepemilikan atau fungsi dari tanah individu dan

    tanah desa.

    Pengamanan Lingkungan meliputi:

    Daftar Larangan (Negative List) yang tidak boleh dilakukan, dampak negatif yang

    berskala besar yang dapat terjadi, dan dampak negatif yang kemungkinan terjadinya

    besar.

    Pengamanan Sosial meliputi:

    • Dampak terhadap proses hibah tanah atau alih fungsi tanah desa bagi

    infrastruktur pedesaan yang dibangun.

    • Kesetaraan keuntungan dan pemberdayaan bagi MA&KAT.

    Hal-hal yang coba diamankan adalah:

    • Keberlanjutan infrastruktur agar tidak mengakibatkan dampak negatif atau

    terkena dampak sehingga cepat rusak atau tidak berfungsi

    • Keamanan lingkungan dan jiwa

    • Penggunaan benda-benda yang buruk bagi kesehatan atau lingkungan

    • Proses hibah tanah individu atau alih fungsi tanah desa yang tidak sesuai

    persyaratan hukum di Indonesia, yang akibatnya di kemudian hari dapat

    menyebabkan konflik dan menyulitkan desa atau individu yang terkait

  • 9

    • Hak-hak MA&KAT sesuai konstitusi yang diuraikan oleh Mahkamah Konstitusi

    dan UU Hak Azasi manusia. Dimana masyarakat dan kelompok adat berhak ikut

    menentukan pembangunan di daerah mereka dan tidak terugikan bahkan ikut

    menikmati hasil pembangunan secara setara.

    2.2 Penjelasan tentang Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup Pengamanan Sosial Kebijakan pengamanan sosial mendorong dilakukannya identifikasi, konsultasi dan

    penyediaan mekanisme untuk menghadapi potensi dampak positif dan negatif yang

    mungkin ditimbulkan sub-proyek atas Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil

    (MA&KAT). Panduan ini berisi prosedur untuk memastikan bahwa semua kegiatan

    proyek dievaluasi dan potensi isu-isu komunitas adat terpencil diidentifikasi dan

    ditanggulangi sebelum suatu kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak bagi

    MA&KAT dimulai, yaitu:

    - Memastikan bahwa penduduk asli berpartisipasi dan mendapat manfaat dari

    proyek melalui konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan

    dilaksanakan;

    - Menghindari atau memperkecil potensi dampak negatif dari proyek bagi

    MA&KAT. Bila tidak mungkin menghindarinya, maka dilakukan upaya

    memperkecil dampak negatif, memitigasi, atau menyiapkan skema kompensasi.

    Kebijakan Pengamanan Sosial mengenai MA&KAT menggariskan penyusunan

    langkah-langkah perencanaan untuk melindungi kepentingan kelompok-kelompok suku

    yang beridentitas sosial dan budaya tersendiri yang berbeda dari identitas masyarakat

    yang lebih luas yang dapat menyebabkan mereka mudah menjadi pihak yang tidak

    memperoleh manfaat dari proses pembangunan. MA&KAT dapat diidentifikasi dengan

    ciri-ciri sebagai berikut:

    - Ikatan erat dengan wilayah leluhur dan sumber daya alam di wilayahnya;

    - Identifikasi diri dan identifikasi oleh orang lain sebagai anggota kelompok budaya

    tertentu;

    - Bahasa asli;

  • 10

    - Lembaga-lembaga adat; dan

    - Memenuhi kebutuhan pokok sendiri.

    - Kelompok yang karena kondisinya tersebut belum terlibat dan mendapat akses

    pelayanan sosial, ekonomi maupun politik yang setara dengan masyarakat

    umum.

    Berdasarkan ciri-ciri di atas, terdapat banyak kelompok di Indonesia yang dapat

    dimasukkan ke dalam kategori MA&KAT, misalnya:

    1. Kantung-kantung kecil kelompok penduduk yang sangat terpencil dan miskin seperti

    penduduk Mentawai dan penduduk pulau-pulau kecil lainnya. Kelompok-kelompok

    semacam itu dapat dengan mudah terkena dampak negatif proyek pembangunan.

    2. Suku-suku yang jauh lebih besar yang memiliki bahasa sendiri, identitas, ikatan

    tradisi dan memperlihatkan perilaku sosial budaya seperti suku Dayak di Kalimantan

    atau kelompok-kelompok suku di Nusa Tenggara Timur.

    3. Masyarakat-masyarakat majemuk, yang terpinggirkan dari sisi budaya atau ekonomi,

    seperti masyarat nelayan di Kawasan Indonesia Timur yang memiliki identitas yang

    unik dan juga menduduki posisi lebih rendah dalam struktur sosial lokal.

    Pengalaman dari rangkaian proyek PPK dan PNPM MPd sebelumnya Selama lebih dari sepuluh tahun sejarah rangkaian proyek PPK dan PNPM MPd, tidak

    dijumpai dampak negatif sistematis pada MA&KAT. Pengamanan sosial dalam setiap

    tahapan proyek PPK dan PNPM MPd ternyata sangat mudah diterapkan sesuai budaya

    lokal dan sesuai dengan struktur lokal. Berikut ini diberikan contoh-contoh spesifik.

    - Di Jawa, suku Baduy menolak proyek-proyek pembangunan dari luar. Proyek

    baru masuk wilayah Baduy setelah pemimpin adat menyatakan berminat dan

    tatacara pertemuan disepakati dan dicatat oleh kedua belah pihak.

    - Masyarakat asli di pulau Nias, Sumatera Utara pada awalnya menghadapi

    sejumlah masalah pelaksanaan karena terisolasi dan struktur desanya yang

    sangat hirarkis. Namun pada pelaksanaan PPK tidak ditemukan dampak negatif

    yang terjadi.

    - Pelaksanaan PPK di Kawasan Indonesia Timur juga tidak menyebabkan dampak

    negatif sistematis pada kelompok-kelompok suku minoritas.

  • 11

    Pedoman Praktis Pengamanan Sosial 1. Kajian sosial

    Apabila hasil penapisan dalam persiapan proyek mengidentifikasi ada MA&KAT

    di lokasi, maka proyek harus melakukan kajian sosial untuk mengevaluasi

    potensi dampak positif atau negatif. Kedalaman dan jenis analisis kajian

    tergantung kepada skala proyek dan potensi dampaknya.

    2. Konsultasi dan Partisipasi

    Ketika proyek menimbulkan dampak kepada MA&KAT, maka proyek harus

    memastikan terselenggaranya konsultasi bebas dan terbuka sebelum kegiatan

    dilaksanakan. Proyek memastikannya melalui: (i) penyelenggaraan konsultasi

    dalam tahap persiapan/ perencanaan dan pelaksanaan yang melibatkan lintas

    gender dan lintas generasi termasuk organisasi masyarakat adat dan lembaga

    swadaya masyarakat, (ii) penerapan metode konsultasi sesuai dengan nilai

    sosial dan budaya dari MA&KAT dengan perhatian khusus terhadap wanita dan

    anak muda, (iii) penyediaan informasi terkait proyek yang sesuai dengan kondisi

    budaya setempat.

    Mekanisme konsultasi harus memastikan bahwa kelompok-kelompok MA&KAT:

    - Dimintai pendapat sehubungan dengan sub-proyek yang dapat membawa

    dampak (positif atau negatif) kepada mereka.

    - Mendapat peluang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

    sehubungan dengan sub-proyek.

    - Mendapat peluang untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan.

    3. Perencanaan Penanganan MA&KAT/PPM (Indigenous People Plan/IPP)

    Berdasarkan kajian sosial dan konsultasi dengan MA&KAT yang terkena dampak

    negatif, maka proyek harus menyusun Perencanaan Penanganan MA&KAT

    untuk memastikan bahwa (i) MA&KAT yang terkena dampak negatif memperoleh

    manfaat sosial dan ekonomi dari pelaksanaan proyek, (ii) Dampak negatif yang

    ditimbulkan dapat dihindari, ditanggulangi atau memberikan kompensasi. Detail

    PPM lihat Lampiran 1.

    4. Keterkaitan dengan lahan dan sumber daya alam

  • 12

    (i) MA&KAT memiliki hubungan keterikatan dengan tanah, hutan, air, lingkungan

    hidup dan sumber daya alam, sehingga perhatian khusus harus diberikan ketika

    terjadi dampak negatif. Proyek harus memastikan tanah dan sumber daya terkait

    hukum adat tetap dapat diakses oleh MA&KAT untuk kesinambungan budaya

    dan kehidupannya. (ii) Apabila subproyek meliputi pengembangan komersial dari

    sumber daya alam pada lahan dalam wilayah MA&KAT, maka proyek harus

    memastikan MA&KAT menerima informasi yang cukup mengenai hak terhadap

    sumber daya dan penggunaan tanah adat, dalam konsultasi yang bebas dan

    terbuka sebelum kegiatan dilaksanakan. MA&KAT menerima manfaat ataupun

    kompensasi yang sesuai dengan pengembangan lahan tersebut. (iii) Proyek

    harus menghindari terjadinya relokasi MA&KAT secara fisik, apabila hal tersebut

    tidak dapat dihindarkan maka proyek harus mendapatkan dukungan dari

    MA&KAT dalam proses konsultasi.

    Dalam proses pengadaan tanah/lahan dilakukan melalui donasi sukarela sesuai

    dengan kebiasaan lokal, masyarakat dapat mendonasikan tanah, lahan, aset

    atau memindahkan bangunannya tanpa diberikan kompensasi.

    Kajian Lingkungan Hidup: Dalam menganalisis dampak lingkungan hidup, fasilitator bersama masyarakat harus

    dapat mengidentifikasi semua potensi dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari

    pelaksanaan kegiatan. Fasilitator dan masyarakat memeriksa hal-hal yang dapat terjadi

    selama konstruksi dan setelah konstruksi selesai.

    Evaluasi dampak lingkungan dan penanggulangannya dalam program PNPM

    mencakup tiga fakta penting:

    - Potensi dampak lingkungan yang kecil, karena itu strategi umum yang dijalankan

    di bawah PNPM tetap relevan;

    - Terdapat potensi dampak lingkungan, seiring dengan meningkatnya BLM

    sebesar tiga kali lipat.

    - Sebagian besar isu yang timbul karena tidak menerapkan praktik teknik sipil, di

    mana hal ini dapat dipecahkan melalui pelatihan dan supervisi yang memberikan

    bantuan teknis kepada fasilitator dan masyarakat. Jumlah pengaduan mengenai

  • 13

    isu lingkungan sangat kecil. Hal ini terjadi karena tidak adanya perhatian

    masyarakat pada lingkungan atau keengganan melapor.

    Ketiga isu di atas berupaya ditanggulangi dalam PNPM MPd. Fasilitator bertanggung

    jawab untuk menjelaskan potensi dampak lingkungan dan penanggulangannya kepada

    pelaksana di desa dan memantau pelaksanannya. Sanksi dikenakan bila ditemukan,

    pelanggaran yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Hal ini dapat menjadi

    penyebab pembatalan kegiatan di lokasi tertentu dan/atau pergantian fasilitator

    bersangkutan.

    Contoh dampak lingkungan dari jalan desa menurut jenis dampak dapat dilihat berikut ini: Kategori 1: Serius tetapi masalah lokal Konsentrasi aliran air Tanah longsor Hilangnya tanah produktif akibat tanah longsor

    Kategori 2: Dampak negatif serius lingkungan Penjualan tanah ke orang luar Penebangan hutan Meningkatnya endapan karena erosi jalan

    Kategori 3: Dampak negatif dengan potensi kecil atau dampak kurang penting Pencemaran udara dari kendaraan Banjir karena penempatan jembatan tidak tepat Peningkatan kadar debu di udara Peningkatan kejahatan di desa Kebisingan

    Kategori 4: Dampak tidak jelas, positif atau negatif Meningkatnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida Pengembangan industri kecil yang mencemari lingkungan Meningkatnya intensitas pertanian atau peternakan Warga mencari kerja di luar desa Memindahkan rumah ke tepi jalan Pendatang pindah ke desa

    Kategori 5: Jelas dampak positif Berkurangnya erosi dari tanah pertanian karena penggunaan teknologi yang lebih baik Tersedianya bahan bangunan di desa Peningkatan pelayanan, termasuk kesempatan mendapat layanan kesehatan dan pendidikan

    Kategori 6: Dampak negatif, tetapi dapat diterima masyarakat setempat Kecelakaan lalu lintas Kehilangan tanah karena digunakan untuk pelebaran jalan

    Dampak negatif lingkungan pada jalan dan jembatan, misalnya, timbul terutama karena

    gangguan-gangguan pada tanah yang kurang stabil dan sangat mudah dipengaruhi

  • 14

    tanah longsor atau perubahan aliran air. Penggalian dan pembuatan tanggul sering

    menimbulkan tanah longsor atau erosi. Tanah longsor membawa tiga jenis dampak

    negatif:

    - berbahaya bagi tanah pertanian atau perumahan

    - meningkatkan erosi karena tanah tidak padat

    - mengalihkan arus air hujan

    Pengisian formulir 22 merupakan hal wajib dari proses perencanaan. Setiap jenis

    proyek harus diuji dari berbagai segi untuk mencegah serta menyiapkan rencana untuk

    menangani potensi dampak lingkungan. Selama masa konstruksi, formulir yang sama

    dibawa ke lapangan dan diperiksa, untuk memastikan informasi yang diisi sesuai

    dengan kondisi lapangan dan jika membutuhkan perbaikan/perubahan dapat direvisi

    dengan tepat. Pada akhir konstruksi, formulir diperiksa ulang untuk memastikan bahwa

    semua kegiatan telah dilakukan sesuai rencana. Fasilitator Teknik Kabupaten

    bertanggung jawab memeriksa semua desain infrastruktur. Jika terdapat desain yang

    tidak dilengkapi dengan formulir 22 yang telah diisi dengan benar beserta dengan

    penjelasan mengenai potensi dampak dan penanggulangannya, maka desain tersebut

    haruslah ditolakatau tidak disetujui.

    Pengalaman dari rangkaian proyek PPK dan PNPM Perdesaan sebelumnya

    LOKASI KEGIATAN DAMPAK LINGKUNGAN KETERANGAN

    Kecamatan Sosopan, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara

    Proyek irigasi Aek Bustak

    Menyebabkan wilayah hilir kering karena tidak ada air mengalir lagi

    Fasilitatior Teknik seharusnya memeriksa dampak peningkatan kebutuhan air di hilir.

    Lancap Jae, Kecamatan Arse

    Penggunaan alat-alat berat untuk pembuatan jalan baru

    Mengganggu kehidupan liar di hutan sekitar

    Umumnya tidak dapat dihindari dan dampaknya hanya sementara.

  • 15

    Provinsi Riau Pembangunan jalan menuju hutan lindung

    Menjadi penghubung bagi pengangkutan kayu curian

    Potensi masalah cukup besar, perlu sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan

    Tana Toraja, Sulawesi Selatan

    Gorong-gorong dibuat pada umumnya tanpa struktur pelindung termasuk dinding penahan, bangunan penampung, dan saluran pembuang.

    Air buangan tanpa kendali merusak ladang atau kebun, serta menyebabkan tanah longsor di lereng-lereng jalan wilayah pegunungan.

    Fasilitator Teknik tidak mengikuti prinsip-prinsip perencanaan yang baik. Perlu diketahui mengapa fastekab tidak menolak disain yang kurang baik.

    Cilacap, Jawa Tengah

    Konstruksi jembatan dengan pengurangan penampang basah

    Berkurangnya lebar sungai menyebabkan banjir, dan berdampak merusak sawah-sawah produktif.

    Fasilitator Teknik tidak mengikuti prinsip-prinsip perencanaan yang baik. Perlu diketahui mengapa fastekab tidak menolak desain yang kurang baik.

    Pedoman Praktis Pengelolaan Lingkungan (Environmental Code of Practices / ECoPs)

    1. Hal-hal yang Dilarang

    Dalam pelaksanaan kegiatan proyek telah ditetapkan Daftar Larangan yang akan

    membatasi kegiatan-kegiatan yang dapat berdampak negatif bagi sosial maupun

    lingkungan hidup.

    2. Kondisi Lapangan

    a. Pertimbangkan terjadinya pencemaran air

    b. Hindari membangun jalan di tanah atau daerah yang mudah longsor

    c. Hindari pembuatan jalan atau bangunan yang bersebelahan dengan sungai

    d. Lindungi lahan basah dari pembangunan infrastruktur

  • 16

    e. Cegah pencamaran di dalam atau dekat habitat laut

    f. Lindungi habitat hidupan liar dari pembangunan infrastruktur

    g. Hindari kegiatan di kawasan lindung

    3. Pengelolaan Lokasi Konstruksi

    a. Hindari lokasi konstruksi dari bahaya material bekas yang tidak terpakai yang

    dapat mengkontaminasi tanah dan air tanah serta membahayakan bagi

    masyarakat sekitar

    b. Hindari terjadinya genangan air yang berisiko terhadap kesehatan

    c. Kurangi dan kontrol kebisingan yang disebabkan oleh kegiatan konstruksi

    d. Kontrol debu selama kegiatan konstruksi

    4. Jalan

    a. Hindari membangun jalan yang melalui hutan primer

    b. Cegah terjadinya erosi lereng

    c. Cegah longsoran pada lereng miring

    d. Gunakan dinding penahan tanah untuk mencegah longsor

    e. Hentikan erosi lereng dengan tanaman penghambat

    f. Cegah longsoran tanah pada jalan dan timbunan

    g. Hentikan longsoran lereng dengan penahan (batu atau krib) di bagian bawah

    lereng

    h. Gunakan turap untuk menstabilkan lereng bagian timbunan

    i. Hindari pembangunan jalan di daerah kemiringan lereng yang terlalu curam

    j. Hentikan erosi pada selokan dan badan jalan

    k. Lindungi selokan dari erosi dengan membuat struktur terjunan, saluran

    pembuang, dan gorong-gorong

    l. Hindari menggali pasir, kerikil atau batu-batu dari dalam sungai untuk

    membangun jalan

    5. Ketersediaan Air

    a. Selalu menjalankan pengelolaan resapan air yang baik

    b. Lindungi hutan dan kelola cadangan air hutan

    c. Jangan biarkan pihak luar merusak hutan di bukit dan gunung

  • 17

    d. Sebelum menggunakan sumber air baru harus melakukan uji kualitas air

    terlebih dulu

    e. Lindungi sumber-sumber air dari pencemaran dan kontaminasi

    f. Bagilah sumber air yang langka kepada pemanfaat lainnya

    g. Tempatkan sumur gali pada jarak yang aman dari septik tank

    h. Gunakan saringan air sederhana jika diperlukan

    i. Selalu sediakan drainase yang baik pada tempat umum dan pemukiman

    6. Sanitasi

    a. Buatlah septik tank yang lengkap dan pastikan semua bagiannya berfungsi

    baik

    b. Gunakan septik tank untuk pengelolaan air kotor, buanglah air kotor dengan

    benar dan sedotlah endapan lumpur secara berkala

    c. Jagalah kebersihan fasilitas mandi-cuci-kakus (MCK)

    7. Pengelolaan sampah

    a. Jangan membuang sampah sembarangan

    b. Lakukan pemisahan jenis sampah untuk tujuan daur ulang

    8. Pasar

    a. Jagalah kebersihan pasar

    b. Kontrol lalat dan binatang pembawa penyakit lainnya

    c. Daur ulang sampah menjadi pupuk/kompos

    d. Jagalah kebersihan fasilitas MCK di pasar

    9. Sungai

    a. Hindari membangun dekat jalur sungai

    b. Lindungi aliran sungai dan tanah tepi sungai dari erosi

    c. Pastikan tanggul tanah stabil

    d. Lindungi tanggul tanah dari erosi

    e. Jangan mengambil pasir, kerikil atau batu dari sungai

    10. Kesehatan dan Keselamatan Masyarakat/Pekerja

    a. Dalam kegiatan konstruksi, masyarakat/pekerja harus dilengkapi dengan

    peralatan yang aman (sepatu bot, topi/helm, dll).

  • 18

    b. Setiap kegiatan konstruksi harus dilengkapi dengan rencana/aturan

    keselamatan kerja.

  • 19

    BAB 3 PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP

    DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup bukan suatu hal baru dalam

    PNPM MPd dan bukan tambahan prasyarat dalam pelaksanaan program. Kebijakan ini

    telah ada di dalam desain operasional program bahkan sejak pelaksanaan Program

    Pengembangan Kecamataan (PPK) sebelumnya. Semua unsur pelaku PNPM MPd

    harus memperhatikan potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan, untuk

    kemudian merencanakan pencegahan dan penanganan/mitigasi.

    Kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan ini harus bisa dipraktekan secara praktis

    dalam siklus pelaksanaan PNPM.

    • Di dalam siklus PNPM, identifikasi MA&KAT sudah perlu diperhatikan pada

    langkah awal pada saat sosialisasi dengan mengacu data MA&KAT yang ada di

    panduan ini dan kajian adat, sosial dan ekonomi desa. Sesudah MA&KAT

    teridentifikasi perlu ada proses agar kelompok mayoritas dan pemda merasa ikut

    bertanggung jawab atas nasib dan hak-hak MA&KAT; bagaimana agar

    kepentingan mereka bisa terakomodasi oleh PNPM dan masyarakat desa secara

    lebih luas.

    • Isu lingkungan muncul pada saat mulai mengidentifikasi proyek, pemilihan

    usulan, pembuatan proposal teknis sampai pada pascakonstruksi yaitu

    pemeliharaan dan perawatan.

    • Isu tanah muncul pada saat identifikasi usulan, pembuatan proposal sampai

    pada kepastian diterimanya usulan. Dokumentasi hibah atau pengalihan tanah

    harus dilakukan sesuai persyaratan perundangan yang berlaku.

    3.1 APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd?

    Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd adalah

    langkah-langkah pencegahan dan penanganan terhadap dampak negatif sosial

    dan lingkungan.

  • 20

    PENERAPAN PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP

    Manfaat yang timbul karena desa membangun infrastruktur dipengaruhi oleh

    beberapa faktor penting, yaitu:

    • Kualitas desain

    • Kualitas konstruksi, yang tergantung keterampilan masayarakat dan kualitas

    supervisi

    • Kualitas bahan yang digunakan dalam konstruksi

    • Pemakaian infrastruktur secara wajar

    • Dampak lingkungan

    Dalam proses pembangunan, kualitas dikendalikan dengan menerapkan beberapa

    instrumen yang telah disediakan, termasuk format untuk pemeriksaan desain,

    format untuk memeriksa kualitas konstruksi, dan spesifikasi bahan yang

    digunakan. Pelatihan juga diberikan kepada masayarakat maupun kepada

    fasilitator yang membantu proses desain dan pelaksanaan. Khusus untuk

    masalah dampak lingkungan, format tersedia untuk menguraikan potensi dampak

    negatif terhadap lingkungan, yaitu formulir 22 yang merupakan kelengkapan

    pengajuan usulan desa.

    Setiap jenis infrastruktur yang dibangun oleh masyarakat dapat menimbulkan

    dampak negatif lingkungan, sehingga pada formulir 22 tersebut perhatian terfokus

    pada beberapa jenis masalah. Masyarakat dan fasilitator akan mengidentifikasi

    dampak negatif yang sangat serius berskala besar yang dapat terjadi, yaitu

    dampak yang mengakibatkan manfaat terhapus atau sangat kurang. Juga akan

    mengidentifikasi dampak yang sangat mungkin terjadi, walaupun kerugiannya

    mungkin tidak besar. Penggunaan ceklis kurang praktis untuk menguraikan

    masalah dampak, karena jumlah jenis masalah sangat besar; dimana setiap jenis

    infrastruktur terdapat puluhan jenis dampak negatif yang mungkin timbul.

    Dampak negatif lingkungan ada dua tipe masalah yang berbeda. Dampak negatif

    lingkungan mungkin terjadi karena pengaruh infrastruktur terhadap lingkungan di

  • 21

    sekitarnya. Misalnya, karena ada saluran drainase di pinggir jalan, terdapat lahan

    yang terkena banjir karena pembuangan dari saluran pinggir tidak teratur. Jenis

    satu lagi adalah kerusakan yang terjadi di infrastruktur yang berasal dari

    lingkungan di sekitarnya. Misalnya, jalan yang terputus karena terkena longsor

    besar.

    Karena jenis dampak negatif lingkungan sangat banyak, secara nasional sedang

    disusun database tentang jenis dampak negatif lingkungan untuk setiap jenis

    infrastruktur. Database tersebut akan diisi berdasarkan masukan dari lapangan

    dan dari spesialis tiap jenis infrastruktur, dan termasuk beberapa informasi

    sebagai referensi bagi pelaku di lapangan, termasuk:

    • Jenis infrastruktur

    • Jenis masalah

    • Penyebab masalah

    • Cara menghindari masalah tersebut atau cara memperkecil dampak

    negatifnya

    • Cara memperbaiki masalah dampak

    • Tingkat potensi masalah (skor 1 sampai dengan 4)

    • Kemungkinan terjadi masalah tersebut (skor 1 sampai dengan 4)

    Masukan dari lapangan dikumpulkan pada sesi pelatihan penyegaran atau melalui

    laporan rutin dan dapat dilengkapi oleh spesialis dan tim teknis nasional secara

    kontinyu berdasarkan masukan dan saran dari lapangan.

    Masalah yang timbul di lapangan agar dilaporkan oleh fasilitator dalam Laporan

    Bulanan fasilitator.

    Masyarakat dan fasilitator biasanya belajar tentang dampak lingkungan

    berdasarkan pengalaman sendiri di lapangan, tetapi banyak jenis dampak

    lingkungan relatif jarang terjadi, sehingga database sangat bermanfaat untuk

    belajar tentang jenis masalah serius yang jarang terjadi. Apalagi, desa atau

    fasilitator belum tentu berpengalaman dengan banyak jenis infrastruktur, dan

  • 22

    dampak lingkungan untuk infrastruktur perdesaan hampir selalu sangat lokal,

    sehingga masyarakat belum tentu tahu tentang dampak lingkungan yang terjadi di

    desa lain.

    Dua jenis supervisi terhadap dampak lingkungan harus dilakukan. Supervisi

    pertama adalah pemeriksaan desain infrastruktur oleh fasilitator teknik di tingkat

    kabupaten. Salah satu hal yang diperiksa adalah formulir 22 yang disusun sebagai

    bagian dari desain. Formulir 22 wajib diisi untuk setiap usulan infrastruktur yang

    ada.

    Supervisi yang kedua adalah supervisi selama pelaksanaan di lapangan, dengan

    menggunakan format pemeriksaan yang sudah ada. Selain format tersebut, setiap

    orang yang memeriksa infrastruktur di lapangan dapat mengamati perlakukan

    yang telah diusulkan untuk menghindari terjadinya dampak lingkungan yang

    negatif. Fasilitator memberi umpan balik kepada tim desa melalui buku bimbingan

    desa, yang merupakan alat wajib selama pelaksanaan. Supervisor tingkat

    kabupaten, provinsi, regional, maupun nasional dapat memeriksa buku bimbingan

    untuk melihat apakah desa telah diberi masukan yang layak.

    Pengertian tentang jenis prasarana yang dibangun oleh masyarakat

    Sebelum membahas dampak lingkungan, perlu menyamakan persepsi tentang

    jenis infrastruktur yang biasanya dibangun oleh masayarakat.

    (i). Jalan

    Jalan desa yang biasa dibangun terdiri dari jalan yang mempunyai permukaan

    yang dapat dilalui sepanjang tahun. Konstruksi jalan tidak menggunakan

    pekerjaan tanah yang sangat besar seperti yang dilakukan untuk jalan

    kabupaten, jalan provinsi, atau jalan tol. Sebagian dari jalan menggunakan

    permukaan yang lebih permanen, dari rabat beton atau aspal. Kendaraan yang

    menggunakan jalan desa relatif ringan, akan tetapi kadang-kadang jalan dilalui

    truk berat yang merusak permukaan jalan.

  • 23

    (ii). Jembatan

    Terdapat banyak jenis jembatan di lapangan, karena sangat tergantung pada

    akses ke lokasi, bahan yang tersedia, dan manfaat yang diharapkan. Jenis

    jembatan termasuk jembatan yang mempunyai gelagar yang berkedudukan di

    atas fondasi dan pilar-pilar, dengan panjang yang tidak terbatas. Gelagar

    dapat dibuat dari baja, kayu, dan beton bertulang (dengan panjang terbatas),

    dengan muatan yang terbatas. Di tempat tertentu dapat dibangun jembatan

    lengkung dengan panjang yang terbatas. Pada lokasi tertentu terdapat

    jembatan banjir limpas, agar air dapat lewat di atas jembatan pada saat debit

    besar, walaupun biasanya air hanya melewati gorong-gorong di bawah.

    Jembatan gantung sering dibangun, akan tetapi hanya digunakan untuk

    kendaraan roda-2 atau pejalan kaki.

    (iii). Penyediaan air bersih

    Infrastruktur untuk penyediaan air bersih juga banyak bervariasi. Sebagian

    memanfaatkan mata air sebagai sumber air bersih, walaupun jaraknya sangat

    jauh dari kampung dan perlu jaringan pipa. Sebagian memanfaatkan air tanah

    dengan membangun sumur gali atau sumur bor. Kadang-kadang, infrastruktur

    memanfaatkan air permukaan, tetapi pemanfaatan ini perlu upaya untuk

    membersihkan air sebelum digunakan oleh masyarakat. Infrastruktur air

    minum relatif jarang dibangun. Rata-rata kegiatan memanfaatkan sumber air

    bersih yang sudah biasa digunakan, tetapi sulit aksesnya. Sehingga kegiatan

    hanya memperlancar akses pada air bersih yang sudah pernah digunakan.

    (iv). Fasilitas sanitasi

    Fasilitasi seperti MCK (Mandi-Cuci-Kakus) sering dibangun, dan kadang-

    kadang dibangun dengan jumlah cukup banyak agar dapat dimanfaatkan oleh

    banyak orang di banyak tempat. Manfaatnya terhadap kesehatan masyarakat

    sangat besar, asal dibangun dengan baik dengan memperhatikan

    pembuangannya. Biasanya dibangun lengkap dengan septik tank dan

    resapan.

  • 24

    (v). Bangunan

    Banyak jenis bangunan dibuat oleh masyarakat, terutama untuk meningkatkan

    kualitas pelayanan kesehatan atau pendidikan. Bangunan menggunakan

    teknik yang biasa dilakukan oleh masyarakat, termasuk fasilitas sanitasi dan

    air bersih.

    (vi). Pasar

    Pasar juga merupakan bangunan, tetapi berbeda dengan bangunan untuk

    fasilitas kesehatan atau pendidikan. Situasi jauh berbeda, jenis konstruksi

    berbeda dan biasanya terbuka, dan terjadi lalu lintas dan sampah yang jauh

    lebih banyak.

    (vii). Listrik

    Pembangkit listrik di perdesaan terdiri dari beberapa macam, seperti tenaga

    surya, tenaga angin, mikrohidro, dan penggunaan genset. Setiap jenis

    kegiatan ini cukup jauh berbeda, dan sangat tergantung situasi yang ada di

    daerah. Penggunaan tenaga surya harus di daerah yang cukup terang.

    Tenaga angin harus ada di daerah yang ada angin yang cukup konstan.

    Mikrohidro harus diletakkan di tempat yang ada aliran air yang cukup besar

    dan yang mengalir sepanjang tahun. Genset dapat dipasang di hampir semua

    daerah.

    (viii). Irigasi

    Kegiatan irigasi terdiri dari dua unsur, yaitu sumber air seperti bendungan dan

    saluran air untuk distribusi dan pembuangan. Pada umumnya irigasi yang

    dibangun oleh masyarakat merupakan perbaikan dari sistem irigasi yang

    sudah ada tetapi kurang berfungsi, karena jaringan saluran baru memerlukan

    survei dan desain teknis yang cukup rumit. Bendungan yang dibuat biasanya

    bendungan pendek pada sungai kecil, yang meningkatkan ketinggian air agar

    dapat mengalir ke sawah. Saluran drainase diperlukan, tetapi juga relatif rumit

    untuk didesain.

    (ix). Lain-Lain

  • 25

    Terdapat banyak jenis infrastruktur yang lain seperti lantai jemuran hasil

    pertanian, tambatan perahu, embung air, dan lain-lain yang memenuhi

    beberapa kriteria, yaitu:

    - Memberi manfaat kepada masyarakat umum, terutama orang miskin

    - Dapat dikerjakan, dioperasikan, dan dipelihara oleh masyarakat

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain dan konstruksi infrastruktur yang berkaitan dengan dampak lingkungan

    Terdapat banyak sekali kemungkinan terjadi dampak lingkungan yang negatif, baik

    dampak yang merusak lingkungan di sekitar infrastruktur maupun dampak yang

    merusak infrastruktur sendiri.

    Di bawah ini diuraikan contoh-contoh dampak negatif untuk kedelapan jenis

    infrastruktur yang dijelaskan di atas. Harus diingat, ini hanya contoh, dan contoh

    yang diuraikan belum tentu terjadi di semua lokasi. Di banyak lokasi, masalah

    yang terjadi bukan karena dampak lingkungan, tetapi masalah yang timbul akibat

    kesalahan disain, kesalahan konstruksi, kesalahan bahan, atau kesalahan

    pemakaian.

    (i). Jalan

    Dampak lingkungan negatif yang terjadi untuk jalan desa termasuk:

    • Longsor besar atau kecil, pada tanah liat atau tanah berpasir

    • Erosi tebing, termasuk jatuhnya batu lepas

    • Kerusakan permukaan jalan dari aliran air di atas

    • Jalan tergenang atau terpotong karena drainasenya kurang lancar

    • Banjir karena pembuangan air tidak teratur

    • Kerusakan hutan karena peningkatan akses

    • Kerusakan sungai karena pembuangan sisa tanah

    • Peningkatan debu

  • 26

    • Peningkatan kecelakaan

    • Masalah keamanan karena akses baru

    • Kerusakan jalan lain karena pengiriman bahan

    • Peningkatan harga lahan di sekitar jalan

    • Karena kurang pemadatan tanah, banyak tanah hilang atau terkena erosi

    • Gorong-gorong tersumbat

    • Dengan adanya jalan, penggunaan item di negative list meningkat

    (pestisida, herbisida, gergaji mesin model rantai)

    • Kerusakan lahan di lokasi galian batu, sirtu dan pasir

    • Perubahan aliran air karena perubahan topografi di lokasi galian

    (ii). Jembatan

    Dampak lingkungan negatif yang terjadi untuk jembatan desa hampir sama

    dengan jalan, tetapi termasuk:

    • Peningkatan banjir dari sungai, karena penyempitan sungai

    • Terganggunya lalu lintas kapal

    • Tambahan erosi karena pengaliran air terkonsentrasi

    • Longsor di sekitar jembatan

    • Korosi struktur jembatan (gelagar baja)

    • Gangguan fondasi karena arus air

    • Risiko jika jembatan terkena sampah atau pohon yang terhanyut di

    sungai

    • Risiko terjadi kerusakan karena gempa bumi atau banjir besar di sungai

    • Risiko kepada pemakai jika jembatan ambruk atau putus

    • Kayu kurang baik karena sulit mencari kayu kelas satu

  • 27

    • Penggalian batu di sungai berpotensi longsor dan merusak bangunan

    yang ada di sungai, terutama penggalian dekat kolom atau fondasi

    jembatan.

    (iii). Penyediaan air bersih

    Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk infrastruktur air bersih

    termasuk:

    • Kontaminasi mata air

    • Kontaminasi air tanah

    • Drainase yang kurang baik mengakibatkan tempat becek

    • Pemakai air di hilir kehilangan debit air

    • Penurunan tinggi air tanah karena penggunaannya

    • Sistem irigasi kekurangan air karena sumber air irigasi dipakai sebagai

    sumber air bersih

    (iv). Fasilitas sanitasi

    Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk MCK termasuk:

    • Kontaminasi air tanah karena septic tank bocor

    • Kontaminasi air tanah karena resepan tidak berfungsi

    • Kontaminasi air sumur karena letaknya terlalu dekat MCK dan air tanah

    mengalir ke arah sumur

    • Bahaya dari gas bila tidak ada ventilasi atau ventilasi tersumbat

    • Udara dekat MCK bau

    • Peningkatan penyakit seperti diare karena kesalahan dalam konstruksi

    MCK

    • Tanah becek di sekitar MCK karena saluran drainase tidak berfungsi

    • Kerusakan bangunan atas atau septic tank sebagai akibat gempa bumi

    (v). Bangunan

  • 28

    Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk bangunan termasuk:

    • Masalah drainase air hujan dari atap

    • Masalah pembuangan sampah

    • Masalah perubahan aliran air permukaan karena ada gedung

    • Risiko kebakaran

    • Masalah karena kurang ventilasi

    • Kemungkinan tidak mampu menahan gempa bumi, walaupun gempa

    tidak besar, sehingga bangunan rusak dan penduduk menjadi korban

    • Kemungkinan terjadi tsunami, sehingga harus ada akses ke tempat yang

    aman

    • Dampak terhadap hutan bila kayu diambil dari hutan untuk konstruksi

    atau untuk kayu bakar

    (vi). Pasar

    Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk pasar desa termasuk:

    • Dampak ekonomi dengan adanya pasar lokal, karena banyak penjual

    dari luar desa

    • Masalah drainase

    • Masalah sampah dari penjual

    • Masalah lalu lintas dan parkir kendaraan

    • Peningkatan kecelakaan

    • Kemungkinan makanan dan minuman terkena kontaminasi

    • Konflik antar penjual

    • Perbandingan jumlah kios dan los

    • Transparansi pengelolaan pasar

    (vii). Listrik

  • 29

    Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk listrik termasuk:

    • Risiko tersengat listrik

    • Kebutuhan biaya operasional cukup besar

    • Terjadi pencemaran air

    • Terjadi kebisingan

    • Konflik antar pemakai, komunal maupun individu karena pendistribusian

    listrik

    • Keamanan di sekitar rumah turbin dan tempat tenaga angin

    • Terganggunya habitat serta jalur migrasi satwa dan biota

    (viii). Irigasi

    Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk irigasi termasuk:

    • Pemakai air di hilir kehilangan debit air atau kekeringan

    • Terjadi banjir di hulu karena adanya bendungan

    • Terjadi banjir karena air eksternal masuk ke saluran irigasi

    • Pencemaran air karena pestisida

    • Bendungan atau saluran jebol

    • Konflik antar pemakai air irigasi

    • Kekurangan air mengakibatkan konflik

    • Kerusakan bangunan irigasi sebagai akibat gempa bumi

    • Kolam ikan tidak mendapat bagian air karena dipakai untuk irigasi

    • Longsor atau erosi

    • Terganggunya habitat serta jalur migrasi satwa dan biota

  • 30

    Hal-hal yang perlu diperhatikan pascakonstruksi

    Terjadi banyak dampak lingkungan negatif yang muncul setelah infrastruktur

    selesai dibangun. Khusus untuk dampak lingkungan negatif pascakonstruksi, ada

    tiga isu lain yang perlu dipertimbangkan: (1) Dari mana dana untuk memperbaiki

    masalah dampak lingkungan kalau kegiatan program sudah selesai? (2) Siapa

    bertanggung jawab atas identifikasi dan upaya perbaikan masalah tersebut? dan

    (3) Siapa ikut bekerja untuk memperbaiki masalah yang timbul? Jelas sebagian

    dari jawaban ini adalah tim pemeliharaan yang dipilih oleh desa sendiri, akan

    tetapi tidak selalu dapat dikerjakan dengan cara sesederhana itu. Kadang-kadang

    perlu bantuan dari luar.

    Masalah yang timbul di infrastruktur sangat tergantung musim. Infrastruktur yang

    kelihatan tidak ada masalah pada musim kemarau mungkin terkena banyak

    masalah pada musim hujan.

    Masalah yang sering timbul dan solusi pascakonstruksi termasuk:

    (i). Jalan

    • Drainase tersumbat atau pembuangan tidak teratur

    • Saluran drainase hilang

    • Bahu jalan hilang atau tertutup tanaman tinggi

    • Tembok penahan tanah (TPT) atau bronjong rusak karena tekanan tanah,

    tekanan air, atau lubang suling di tembok kurang berfungsi

    • Tanah banyak hilang karena kurang padat

    • Ada sesuatu yang memblokir aliran air

    • Terjadi longsor

    • Masalah stabilitas bahu jalan

    • Pembuatan teras untuk membantu stabilitas lereng

    • Pembuatan saluran diversi agar air tidak lewat permukaan tebing

  • 31

    • Penggunaan perlakuan vegetasi

    (ii). Jembatan

    • Korosi bahan struktur karena tidak dilakukan pengecatan struktur

    • Perlu penggantian kayu dek jembatan (atau diubah menjadi balok beton)

    • Perubahan aliran sungai, termasuk pengikisan tebing

    • Kerusakan pada fondasi atau sayap, termasuk retakan dan penurunan

    • Jembatan gantung perlu distel kembali kekencangan kabel

    • Kerusakan pada oprit jembatan (sambungan jalan)

    (iii). Air Bersih

    • Kontaminasi sumber air

    • Perbaikan pipa yang bocor atau pecah

    • Peningkatan sistem distribusi air

    • Pembersihan bangunan air dari lumpur dan lumut

    • Perbaikan saluran drainase di sekitar hidran dan kran

    • Pemantauan kualitas air

    • Pemantauan sumber air (mata air maupun air tanah)

    • Pemantauan pemakaian air

    • Pengumpulan iuran untuk operasi dan pemeliharaan

    • Sumur air menjadi sumber gas atau lumpur

    • Operasi dan pemeliharaan pompa air

    (iv). Sanitasi

    • Pembersihan seluruh fasilitas bangunan atas

    • Pembersihan septik tank

    • Perbaikan saluran drainase di sekitar MCK

  • 32

    (v). Bangunan

    • Pemeliharaan gedung, termasuk pengecatan

    • Perbaikan kerusakan yang ada di gedung

    • Perhatian pada tanaman-tanaman yang ada di sekitar gedung

    • Terjadi pengalihan fungsi gedung, sehingga manfaatnya berkurang

    • Drainase dari sekitar gedung

    (vi). Pasar

    • Pengelolaan dan pembuangan permanen untuk sampah

    • Masalah kendaraan, tempat parkir, dan lalu lintas

    • Pengelolaan pasar

    • Penyelesaian konflik antar pemakai

    • Peningkatan fungsi pasar

    (vii). Listrik

    • Pembersihan saluran di mikrohidro dari sampah dan lain-lain

    • Pengelolaan pemakaian listrik

    • Pemeliharaan alat untuk tenaga surya dan tenaga angin

    • Pemeliharaan dan operasi genset

    • Perhatian pada faktor keamanan pemakaian listrik

    • Pemantauan pemakaian listrik

    • Peningkatan pemakaian yang menyebabkan peningkatan alat, distribusi,

    dan sistem

    (viii). Irigasi

    • Munculnya konflik antar desa atau antar masyarakat karena

    pendistribusian air

  • 33

    • Saluran irigasi bocor

    • Saluran drainase kurang berfungsi, sehingga air tidak terbuang

    • Saluran irigasi dipakai sebagai kakus atau tempat pembuangan sampah

    • Saluran banjir karena banyak endapan

    • Saluran terkikis karena aliran air terlalu cepat

    • Saluran dan bangunan kurang dipelihara

    • Sifon tersumbat atau bocor sehingga tidak berfungsi

    • Tanah di bawah atau di samping bendungan terkena piping (terlubangi

    oleh air tanah, seperti pipa) sehingga air bocor dari bawah atau samping

    • Pengelolaan air kurang efektif

    Hal-hal yang perlu diperhatikan pascabencana alam

    Kerusakan tidak hanya terjadi pada situasi normal atau pascakonstruksi, tetapi

    terjadi juga karena bencana alam yang merusak bangunan desa maupun

    lingkungan lokal. Jenis masalah yang timbul karena bencana alam termasuk:

    • Kerusakan terjadi pada bangunan karena gempa bumi

    • Kerusakan terjadi pada bangunan karena kebakaran

    • Kerusakan terjadi pada bangunan dan perlengkapan karena terjadi banjir,

    termasuk tsunami

    • Kerusakan terjadi karena perubahan dalam pengaliran air

    • Adanya kebocoran gas atau lumpur dari sumur air

    • Runtuhnya bangunan karena terkena angin

    • Terjadi kerusakan prasarana karena gerakan atau penurunan tanah

    • Terjadi kontaminasi air

  • 34

    Khusus untuk masalah bencana alam, ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh

    masyarakat dan fasilitator:

    (i) Tindakan preventif, terutama untuk perlindungan bangunan agar tahan

    gempa atau perlindungan terhadap banjir.

    (ii) Pengukuran tingkat kerusakan bila bencana terjadi. Tiap infrastruktur

    dapat dinilai sebagai berikut:

    • Tidak rusak

    • Rusak ringan; dapat digunakan sambil diperbaiki

    • Rusak berat; tidak dapat dipakai sebelum diperbaiki

    • Harus diganti

    (iii) Rehabilitasi dan perbaikan

    Penerapan Daftar Larangan

    Sesuai dengan penjelasan Bab 1.2 tentang Daftar Larangan (Negative List) yaitu

    hal-hal yang tidak boleh dibiayai oleh PNPM. Sebagian dari item di daftar tersebut

    terdiri dari tindakan yang berpotensi untuk merusak lingkungan.

    Hal yang dianjurkan dilakukan dalam membuat proposal penghijauan atau perbaikan lingkungan hidup, seperti penghijauan bantaran sungai dan lain-lain

    Beberapa kiat untuk proposal melakukan penghijauan desa:

    • Menanam pohon di bantaran sungai atau di tebing yang mudah longsor

    dengan perdu, pohon bambu, atau pohon berakar dalam yang mudah

    tumbuh.

    • Tanam rumput yang menjalar untuk menutup tebing yang terbuka. Tanaman

    perdu dapat ditanam untuk mengurangi erosi dari tebing, yang dapat

  • 35

    mengurangi besarnya saluran dan mengurangi jumlah sedimentasi di

    saluran pinggir dan sungai.

    • Bila tebingnya panjang dan curam sebaiknya dibuat saluruan diversi serta

    terasering. Jenis teras tergantung pada angka kemiringan, jenis tanah, dan

    fungsi lahan. Pada saat membuat teras bangku, sebaiknya lapisan tanah

    yang subur (solum) diamankan dulu, kemudian dihampar di atas teras bila

    selesai. Sebagian dari sistem terasering juga perlu saluran pembuangan

    dan bangunan terjun.

    • Buat kegiatan bersama untuk mengumpulkan pupuk dari daun-daun dan

    bahan organik yang ada.

    • Menanam bunga, tanaman obat, dan sayuran di perkarangan tiap-tiap warga

    agar lahan lebih berguna.

    Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menyiapkan makanan yang bersih dan sehat.

    Pemberian makanan tambahan (bagi balita, anak-anak dan ibu hamil)

    merupakan salah satu jenis kegiatan yang sering muncul dalam usulan kegiatan

    masyarakat dalam PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri Perdesaan

    Generasi Sehat dan Cerdas. Oleh karena itu, penyiapan makanan yang bersih

    dan sehat menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dalam meminimalkan

    terjadinya dampak negatif terhadap penerima manfaat (seperti : keracunan

    makanan). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menyiapkan

    makanan yang bersih dan sehat sebagai berikut :

    1. Menjaga kebersihan

    • Cuci tangan dengan air bersih sebelum dan sesudah penyiapan makanan

    • Cuci tangan dengan air bersih setelah uang air besar dan kecil

    • Cuci dengan bersih peralatan yang akan digunakan untuk penyiapan

    makanan

  • 36

    • Jaga selalu kebersihan dapur dan lindungi makanan dari serangga, tikus

    dan hewan lainnya.

    • Gunakan kain yang bersih untuk membersihkan dapur dan selalu dicuci

    setelah digunakan.

    2. Pisahkan bahan makanan mentah dengan makanan matang

    • Pisahkan bahan makanan mentah seperti daging, unggas dan makanan

    laut dari makanan yang sudah matang

    • Gunakan peralatan dapur seperti pisau dan papan pemotong yang berbeda

    untuk makanan yang mentah dengan makanan yang sudah matang

    • Jangan menggunakan piring bekas makanan mentah (daging, makanan

    dari laut, telur) untuk meletakkan makanan yang sudah matang

    3. Memasak dengan benar

    • Pastikan makanan dimasak dengan matang, terutama daging, unggas, telur

    dan makanan laut

    • Rebuslah makanan yang berkuah sampai mendidih. Untuk daging dan

    unggas, pastikan air rebusan terlihat jernih dan bukan berwarna merah

    muda

    • Panaskan makanan yang telah dimasak, sebelum dikonsumsi kembali

    4. Simpan makanan pada suhu yang aman

    • Jangan biarkan makanan disimpan dalam suhu kamar lebih dari 2 jam

    • Simpan makanan yang telah dimasak dan makanan yang cepat rusak pada

    lemari pendingin (suhu dibawah 5o C)

    • Segera hidangkan makanan yang telah dimasak

    • Jangan terlalu lama menyimpan makanan dalam lemari pendingin

    • Jangan biarkan makanan beku mencair pada suhu kamar

    • Jangan menggunakan kotak makanan dari bahan yang tidak sehat, seperti

    bahan styloform, plastik hitam, dll.

    5. Gunakan air bersih dan bahan makanan mentah yang segar

    • Gunakan air bersih untuk memasak

    • Pilih bahan makanan mentah yang masih segar

  • 37

    • Pilihlah bahan makanan yang telah diproses, contohnya susu pasteurisasi

    • Cuci buah-buahan dan sayuran dengan air yang mengalir sebelum

    dimakan, terutama bila dimakan mentah.

    • Hindari bahan makanan yang sudah kadaluarsa

    • Sedapat mungkin menggunakan sayur dan buah-buahan yang berasal dari

    pertanian organik yang tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia.

    Pada tahapan mana pengamanan lingkungan perlu disosialisasikan dan diperhatikan:

    Tahap Perencanaan:

    (i) Pada tahap sosialisasi FT perlu mengingatkan kembali masyarakat tentang

    perlunya memperhatikan keamanan lingkungan pada pembuatan proposal

    usulan atau desain dengan memperhatikan lokasi usulan itu akan dibangun.

    (ii) Pada tahap Musyawarah Dusun, Musyawarah Desa Khusus Perempuan dan

    Musyawarah Desa serta dalam pelatihan tim penulis usulan, FT harus

    mengingatkan akan daftar negatif dan hal-hal yang tercantum dalam manual

    ini, termasuk bagaimana Form 22 bisa dipakai sebagai alat bantu pembuat

    usulan untuk melihat kemungkinan dampak yang akan timbul.

    (iii) Hal ini kemudian dicek dan diingatkan kembali oleh FT pada saat pelatihan tim

    verifikasi dan proses verifikasi. Pengawalan pengamanan desain ini harus

    terus dilakukan sampai MAD prioritas usulan.

    (iv) Semua upaya pencegahan dampak lingkungan yang sudah diantisipasi dalam

    design usulan prioritas harus diperhitungkan juga adanya anggaran dalam

    pembuatan RAB.

    (v) Desain dan RAB yang telah dibuat wajib disetujui oleh Fastekab untuk

    memastikan bahwa potensial dampak lingkungan telah teridentifikasi dan

    upaya pencegahannya telah terakomodir. Setelah desain dan RAB

    disertifikasi, maka dokumen surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB) dapat

  • 38

    disiapkan. Dokumen SPPB harus dilampiri dengan desain dan RAB yang

    sudah dinyatakan layak oleh Fastekab, beserta dengan dokumen-dokumen

    lain yang diwajibkan dalam PTO.

    Tahap Pelaksanaan:

    Pada saat rapat pra pelaksanaan semua aspek lingkungan dan pengamanan

    secara keseluruhan harus dicek kembali dengan seksama. Sesuai rencana

    pelaksanaan dari rapat pra pelaksanaan, FT dan Kader Teknik perlu memonitor

    pelaksanaan konstruksi terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan

    kemungkinan timbulnya dampak dengan baik dan jika perlu dapat mengambil

    tindakan apabila ada hal-hal yang mempunyai potensi serius terhadap

    pengamanan lingkungan baik karena adanya perubahan kondisi lokasi kegiatan

    maupun karena adanya dampak yang belum teridentifikasi.

    Tahap Pemeliharaan:

    Banyak aspek dampak lingkungan yang negatif muncul justru pada saat

    pemeliharaan. Oleh sebab itu Tim Pemelihara harus benar-benar diperkuat dan

    dibekali pemahaman lingkungan yang baik. Dampak ini terutama sering muncul

    berkaitan dengan air atau bangunan air. FT harus memperhatikan apakah sudah

    disiapkan organisasi pemeliharaan yang baik serta mampu mengantisipasi

    dampak negatif lingkungan yang masih mungkin muncul beserta dengan rencana

    pemeliharaannya.

    PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL

    HIBAH TANAH INDIVIDU dan ALIH FUNGSI TANAH DESA

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan hibah tanah individu atau alih

    fungsi tanah desa:

    (i) Pihak yang akan menghibahkan tanah atau akan dibeli tanahnya oleh

    swadaya masyarakat harus sepenuhnya setuju tanpa tekanan dan tidak

    bertentangan dengan UU HAM. Sebagai apresiasi terhadap kesukarelaan

  • 39

    dapat dilakukan dengan penghargaan pengumuman terima kasih atas

    hibah di acara yang dihadiri masyarakat desa (misalnya saat MDST).

    (ii) Hibah tanah yang bisa dilakukan dalam PNPM adalah hibah tanah secara

    penuh artinya kepemilikan tanah tidak lagi dimiliki oleh pemilik asalnya

    dan sudah sepenuhnya menjadi milik desa. Dalam kesepakatan hibah

    perlu dijelaskan secara gamblang pada pemberi hibah bahwa bila tanah

    mereka setuju dihibahkan berarti tanah tersebut secara penuh diserahkan

    kepada desa. Area yang dipakai sejak dihibahkan akan menjadi milik

    desa. Hibah bersifat final dan dinyatakan secara tertulis dalam Surat

    Kesepakatan Hibah.

    (iii) Pihak yang bisa memberi hibah adalah pihak tercantum di surat

    kepemilikan tanah sesuai sertifikat, dokumen jual beli, girik atau dokumen

    lain yang secara legal diakui sebagai dasar kepemilikan tanah. Bila tanah

    tersebut sudah diwariskan tetapi belum diformalkan dalam surat

    kepemilikan tanah, maka seluruh ahli waris harus ikut menandatangani

    surat pernyataan hibah tersebut.

    (iv) Tidak bisa dilakukan tukar guling dengan tanah desa bila tanah desanya

    sudah terdaftar secara resmi karena membutuhkan persetujuan

    pelepasan tanah desa sampai ke gubernur (mengikuti peraturan

    pemerintah yang berlaku terkait aset desa seperti Permendagri IV/2007).

    Dalam kondisi khusus dimana upaya persetujuan bisa diusahakan kepada

    gubernur maka proses tukar guling bisa saja dilakukan.

    (v) Bila menggunakan tanah desa dan terjadi alih fungsi, tetapi tetap

    merupakan tanah desa maka perlu dibuat kesepakatan alih fungsi dalam

    bentuk draft Peraturan Desa (Perdes) yang kemudian diajukan ke

    kabupaten.

    (vi) Penyerahan dan kerelaan atas kesepakatan yang ada harus tertulis agar

    dikemudian hari tanah tersebut tidak menjadi sengketa. Ketetapan

    tersebut dimuat dalam dokumen hibah yang bisa didapat di kecamatan

  • 40

    (lihat contoh surat hibah 1 dan 2 di bawah). Isinya adalah persetujuan

    penghibahan yang ditandatangani pemilik sah atau bila sudah meninggal

    maka tanda-tangan semua ahli warisnya, sketsa tanah yang dihibahkan,

    rincian luasannya, materai, mengetahui kades dan tetangga dekatnya.

    Dilampiri bukti kepemilikan awalnya (girik, surat jual beli, atau dokumen

    legal lainnya). Untuk kasus di Pulau Jawa umumnya diikuti dengan

    perubahan dalam dokumen letter C di kelurahan/desa.

    (vii) Surat kesepakatan hibah harus disiapkan pada saat pengusulan proposal,

    sementara bentuk finalnya adalah pada saat MAD penetapan. Untuk

    peralihan fungsi tanah desa, Draft Perdes peralihan fungsi tanah harus

    sudah disiapkan pada saat MAD penetapan. Sesudah usulan disetujui

    dilakukan verifikasi lagi apakah memang tanah dibutuhkan dan apakah

    luasnya sesuai usulan semula, bila tidak sesuai maka Perdes atau surat

    hibah harus disesuaikan.

    (viii) Bila tanah yang dihibahkan sebagian tersebut sudah bersertifikat maka

    perlu ada proses revisi sertifikat tanah yang dibiayai desa/swadaya

    masyarakat (secara teoritis di bawah 400 m2 biaya gratis).

    (ix) Pencatatan dokumen-dokumen ini terutama dibutuhkan sebagai

    persyaratan legal peralihan fungsi atau kepemilikan tanah, bukan semata

    administrasi PNPM.

  • 41

    Contoh surat hibah 1: dilakukan oleh pemilik langsung sebagai kelengkapan usulan desa

  • 42

  • 43

    2). Contoh surat hibah 2: bila nama pada surat tanah bukan pemilik tanah, tapi nama orang tuanya atau kerabatnya yang mewariskan tanahnya

  • 44

  • 45

    Dalam kasus penggunaan tanah milik Kementerian Kehutanan yang digunakan

    menjadi sumber atau lintasan air bersih atau bangunan mikro hidro maka perlu

    ada persetujuan Kementerian Kehutanan dan perlu dipastikan bukan dibangun di

    daerah inti taman nasional atau hutan lindung.

    Contoh Peraturan Desa:

  • 46

    Ringkasan hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan bila ada hibah tanah dari

    individu atau alih guna tanah desa:

    (i) Bila ada penghibahan tanah maka saat pengajuan usulan desa, surat hibah

    tersebut harus sudah ada. Desa dengan pihak yang memberi hibah harus

    menyiapkan surat hibah ini dan kemudian dicek oleh FK untuk memastikan

    hibah tanah dilakukan dengan sukarela dan merupakan hibah penuh (benar-

    benar sepenuhnya diserahkan kepada desa). Tanah yang akan dipakai untuk

    pembangunan infrastruktur hanya bisa dilakukan bila tanah tersebut adalah

    tanah desa atau tanah individu yang telah dihibahkan atau dibeli masyarakat

    desa secara swadaya. Bentuk surat hibah adalah sesuai yang dicontohkan di

    atas, bisa berupa hibah dari pemilik yang tercantum di surat tanah atau oleh

    ahli waris (bila pewaris belum mengubah surat tanah); bila hibah dari ahli

    waris maka semua pihak yang berhak atas warisan sesuai hukum sipil atau

    hukum agama harus menandatangani surat hibah tersebut.

    (ii) Pada saat MAD penetapan harus dicek kembali apakah tanah yang

    dihibahkan memang dibutuhkan dan luasnya sesuai yang disebutkan, bila

    tidak dibutuhkan maka surat hibah harus dibatalkan dan bila luasnya berbeda

    maka surat hibah harus diperbaiki. Desa membuat proposal dan FK harus

    memastikan hal ini. FasKab harus memastikan bahwa semua prosedur di atas

    dilakukan pada saat verifikasi dan pemeriksaan RAB dan desain. Pada saat

    MAD penetapan, surat hibah tersebut ditandatangani Camat.

    (iii) Pada saat MAD penetapan, bila tanah desa dialihfungsikan maka draft Perdes

    harus sudah siap dan ditandatangani Kades dan peserta penetapan

    musyawarah desa. Perdes yang sudah ditetapkan akan dikirimkan sebagai

    tembusan kepada Kabupaten.

    (iv) Semua status tanah tersebut kemudian diusahakan agar disahkan secara

    hukum. Desa harus menguruskan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan ke

    Kantor Pajak untuk tanah yang dihibahkan dari tanah individu.Sementara bila

    tanah sudah bersertifikat, maka desa harus menguruskan penyesuaian

  • 47

    sertifikatnya. Bila belum bersertifikat dan lokasinya di Pulau Jawa maka

    transaksi tersebut baik hibah maupun dibeli swadaya harus dicatatkan oleh

    Sekdes di buku letter C di desa.

    3.1.2.2. PENGUATAN MA&KAT

    MA&KAT ada di daerah kerja kita apabila:

    • Dalam Peta Kabupaten terdapat KAT di desa yang berwarna merah.

    Contoh Peta Kabupaten Cianjur

    Masyarakat terpencil, orang Sunda ada di Naringgul Balegede, sekitar 50 KK (200

    orang), lokasinya di gunung.

    • Khusus di daerah Suku Dayak atau Papua maka seluruh daerah adalah

    kawasan Masyarakat Adat.

    • Bila pada saat melakukan pemetaan sosial ekonomi, FK menemukan

    kelompok seperti definisi MA&KAT di atas. Contoh MA&KAT tidak ada di

    peta tetapi teridentifikasi oleh FK di Karang Anyar, Jawa Tengah, ada

  • 48

    masyarakat terpencil di pegunungan dekat daerah Candi Ceto. Mereka ada

    di Desa Trengguli, Dusun Sekareng dan Desa Balong, Dusun Doksari.

    Mereka adalah kelompok adat yang merupakan bagian dari suku Jawa dan

    sebagian beragama Hindu.

    Membuat peta sosial ekonomi yang baik terkait MA&KAT

    Sebelum membuat peta sosial ekonomi sesuai PTO mulailah dengan upaya

    berikut ini:

    (i) Tanyakan Kades/sekdes, guru, kadus dan kader kesehatan apakah ada

    daerah-daerah dimana ada kelompok-kelompok masyarakat termiskin dan

    terpencil (karena sulit dijangkau atau karena perbedaan cara hidup). Bila

    sedang bekerja di desa yang di peta sebelumnya berwarna merah, cek

    dimana persisnya lokasi masyarakat yang disebutkan di atas.

    (ii) Tanyakan pada tokoh-tokoh di atas secara terpisahmengapa mereka lebih

    miskin atau terpencil. Apa sumber penghidupan mereka, apa perbedaan

    mereka dengan masyarakat lainnya (bahasa, cara hidup, akses, dan lain-lain);

    apakah masyarakat mayoritas desa mau berbaur dengan mereka; bila kurang

    berbaur mengapa (lokasinya terpencil, perilaku berbeda, dan lain-lain).

    (iii) Cek ke lokasi mereka, kondisi mereka sebenarnya: tingkat kemiskinan mereka

    (pola makan, aset ekonomi yang dimiliki, pekerjaan dan upah/pendapatan),

    apa yang membedakan mereka dengan masyarakat umum, seberapa jauh

    mereka ikut dalam pengambilan keputusan di desa (sekedar ikut hadir

    ataukah sampai mampu mempengaruhi keputusan yang ada). Apa tanggapan

    mereka terhadap masyarakat desa yang lain (apakah mereka merasa berjarak

    dengan orang lain, mengapa? – ini harus disimpulkan dari pengamatan,

    umumnya susah untuk bisa ditanyakan langsung kepada mereka)

    (iv) Berdasarkan pekerjaan mereka, telusuri kemana interaksi ekonomi mereka

    dilakukan,misalnya kemana mereka membeli kebutuhannya.

  • 49

    (v) Tanyakan kepada pihak-pihak yang membeli produk mereka, menjual sesuatu

    kepada mereka atau mempekerjakan mereka tentang kondisi kelompok

    tersebut dan apa yang membuat kondisi mereka berbeda.

    (vi) Dari semua hal di atas buat kesimpulan:

    • Apakah mereka bisa diajak ke dalam proses PNPM (atau malah sudah

    mengikuti dan ikut mengambil keputusan)

    • Apakah usulan-usulan yang muncul dari hasil musyawarah PNPM selama

    ini sudah membantu pemenuhan kebutuhan mereka (ingat infrastruktur

    tidak dengan sendirinya membantu masyarakat tertentu, anak sekolah

    miskin Papua dengan adanya jalan aspal yang lebar bukan terbantu tetapi

    malah harus berjalan di permukaan jalan yang panas dan banyak mobil,

    tidak punya uang naik angkot dan biaya angkot tidak menjadi lebih murah

    dengan adanya perbaikan jalan).

    • Apa yang bisa menjadi pendorong agar masyarakat desa umumnya bisa

    bersimpati terhadap MA&KAT (misalnya melalui isu bersama seperti

    kematian ibu/bayi, kesulitan air, jalan kepedalaman yang belum memadai

    dan lain-lain).

    • Ajak tokoh-tokoh desa yang cenderung bersimpati dengan MA&KAT untuk

    memikirkan cara agar mereka bisa ikut memperoleh manfaat dengan

    adanya PNPM.

    • Diskusikan dengan fasilitator kabupaten masalah ini agar mendapatkan

    input dan informasi mengenai dana-dana khusus yang bisa digunakan

    untuk membantu mereka. Faskab harus berkoordinasi dengan pemerintah

    kabupaten untuk melihat apakah ada sumber daya kabupaten yang bisa

    digunakan untuk membantu MA&KAT. Beberapa contoh antara lain:

    " Pembelajaran dari desa di Bali tentang penyertaan kelompok

    masyarakat tuna wicara dalam kegiatan pembangunan sarana air

    bersih dalam PNPM telah memperlihatkan inisiatif awal pemda dan

    bisa ditindaklanjuti oleh masyakarat serta kelembagaan di desa

  • 50

    secara lebih jauh. Masyarakat yang sebelumnya berbeda bisa

    membaur sangat baik dengan warga desa kebanyakan.

    " Di Jambi, kelompok LSM berusaha membantu MA&KAT dengan

    memberikan modal dan asistensi untuk membentuk koperasi

    kebutuhan sehari-hari. Modal semacam ini bisa diberikan PNPM juga,

    demikian pula pendampingannya yang bisa dilakukan oleh fasilitator

    pemberdayaan atau kader keuangan yang ada di desa.

    " Di Maluku Utara: MA&KAT dibantu agar bisa tinggal di dalam taman

    nasional bagi yang masih nomaden sementara yang tinggal

    dipinggiran hutan diperbolehkan mencari damar sejauh tidak

    mengganggu flora dan fauna lainnya; tidak boleh menebang pohon

    dan memburu binatang (selain binatang kecil yang hidup ditanah).

    Mereka juga bisa menerima beras raskin walaupun tidak punya KTP

    dan kartu miskin; beras itu dititipkan ke gereja bagi yang nomaden.

    Bantuan ini dikoordinasikan oleh forum multistakeholder untuk

    kawasan sekitar hutan, dan ada beras program RASKIN yang

    disalurkan melalui jalur PNPM.

    " Di Mentawai kebutuhan fasilitas kesehatan dan pendidikan MA&KAT

    diakomodasi oleh PNPM; masyarakat non MA&KAT bisa sangat

    mendukung kebutuhan MA&KAT.

    Sebagai kesimpulan, perlu diupayakan sebisa mungkin agar MA&KAT bisa ikut dalam

    proses PNPM, menerima manfaatnya dengan bantuan masyarakat desa lainnya dan

    sekaligus upayakan adanya koordinasi dengan kabupaten agar ada simpati juga dari

    kabupaten atau masyarakat pemerhati di kabupaten untuk mendukung masyarakat ini.

    (vii) . Pemetaan sosial ekonomi desa harus sudah memuat:

    • Peta desa dengan lokasi masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau

    masyarakat adat, pusat-pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan dan akses

    infrastruktur ke desa

    • Kegiatan sosial ekonomi dan cara hidup masyarakat

  • 51

    • Alur kegiatan ekonomi masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau

    masyarakat adat (interaksi ekonomi: bagaimana berproduksi, kemana

    membeli dan menjual)

    • Strategi pelibatan masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau

    masyarakat adat dalam proses pengambilan keputusan PNPM dan siapa

    yang bisa ikut membantu mereka

    • Kemungkinan bekerjasama dengan pemda. (Jangan lupa untuk mencari

    informasi anggaran kabupaten yang masuk ke desa, apakah ada Alokasi

    Dana Desa yang cukup besar untuk investasi, tidak sekedar biaya

    administrasi desa, apakah ada dana rutin berkaitan kemiskinan yang turun

    ke desa seperti dana bantuan tunai dan lain-lain).

    Contoh Peta Sosial Ekonomi kelompok MA&KAT.

    !

    Desa!Transmigrasi!!lokal!

    Ladang!!kering!(tanah!adat,!

    potens i!konflik!)!Pemukiman!utama!desa!!¦ ! !!!

    !!!

    !!

    ¦ !

    !

    ¦ !

    Desa!Tetangga!

    Jalan!

    "!

    "!"!

    Bekas!percobaan!tambak!Garam!

    Daerah!Tambak!Ikan!Bandeng!

    #!U!

    SD!

    Kapel!

    Gereja!

    Pustu!

    Pustu!

    Sawah!orang!desa!utama!

    (196!ha)!

    Daerah!

    !

    !perbukitan!

    Daerah!masyarakat!terlupakan!

    Pemukiman!dekat!!jalan!besar!

    Pantai!Laut!

    Batas!desa!

    Tempat!keramat!

    !

    Proyek!Normalisas i!sungai!!

    !

    Kantor!Lurah!

    !

    Penggilingan!terbesar!

    !Penggilingan!&!grosir!

    kelontong!

    !Saluran!irigasi! Saluran!irigasi!PNPM!

    !

    SMP!

    !

    Saluran!irigasi!yg!mas ih!terputus!

  • 52

    FK dalam memfasilitasi pemetaan sosial ekonomi agar mengamati strata masyarakat di desa:

    (i) Terkaya di desa: misalnya mempunyai penggilingan padi dan toko serba

    ada termasuk menyediakan modal untuk sawah

    (ii) Masyarakat yang terpandang: guru, PNS dan aktivis proyek-proyek

    pemerintah

    (iii) Masyarakat umum: memiliki sawah atau kebun; yang lebih baik

    mempunyai usaha tambahan tertentu seperti menarik ojek dll.

    (iv) Masyarakat terpencil: tidak ada akses jalan dan tidak mempunyai tanah

    selain untuk rumahnya, bukan berasal dari suku desa tersebut,

    penghasilan dari mencari ikan-ikan kecil disungai, hasil dari ladang kering

    milik orang desa di butir ii dan iii diatas atau menjaga ternak masyarakat ii

    dan iii diatas. Nelayan yang mempunyai perahu dan tambak bandeng

    adalah masyarakat transmigrasi lokal. Di sini MA&KAT sangat

    membutuhkan simpati masyarakat lainnya di desa agar hasil bumi dan

    tangkapan mereka mau dibeli, selain itu kebutuhan mereka akan fasilitas

    kesehatan, fasilitas pendidikan dan lain-lain agar diperjuangkan bersama.

    Sementara kabupaten bisa membantu menyediakan akses infrastruktur

    untuk memenuhi kebutuhan layanan air bersih, pendidikan, kesehatan

    dan lain-lain yang belum terdanai oleh PNPM.

    Kesimpulan hasil analisa sosial ekonomi:

    Dalam kasus desa di peta di atas, FK bersama masyarakat umum sepakat untuk

    melihat MA&KAT sebagai bagian dari desa dengan usulan tersendiri, dan dengan

    simpati masyarakat desa maka usulan MA&KAT dapat diprioritaskan. serta pemda

    dapat mendukung pengadaan kebutuhan-kebutuhan lain yang diperlukan

    MA&KAT.

  • 53

    Arti pemberdayaan bagi MA&KAT

    MA&KAT dapat memperoleh manfaat program dan menjadi lebih sejahtera di

    tempat hidup sekarang dan masih bisa melakukan cara hidup yang mereka anut

    saat ini.

    MA&KAT hidup terpencil dan seringkalidisebut primitif, tetapi mereka hidup secara

    bebas tidak tertekan, tidak hidup menggelandang, tidak mengalami gizi buruk,

    tidak melakukan tindakan kriminal, tidak mempunyai hutang dan tidak kelaparan.

    MA&KAT hanya membutuhkan persahabatan dan simpati baik secara sosial

    maupun ekonomi.

    MA&KAT tidak ingin dicabut dari akar tempat tinggalnya, tidak ingin berganti

    budaya atau agama, tidak ingin “dimasyarakatkan”. Sering ”dimasyarakatkan”

    hanya menyebabkan mereka frustasi, menggelandang dan terpaksa hidup dari

    belas kasihan karena mereka tidak punya keahlian dan modal yang cukup untuk

    hidup dengan cara yang sangat berbeda (kita sendiripun demikian). Hal yang

    mereka butuhkan adalah keperdulian dan kesamaan hak.

    Mengajak warga perduli terhadap sesama dan MA&KAT

    (i) Selami kondisi hubungan antara masyarakat desa pada umumnya dan

    MA&KAT; apa sebab MA&KAT tertinggal dari masyarakat desa pada

    umumnya. Apakah ada pandangan buruk terhadap kelompok terlupakan ini,

    seperti dianggap suka mencuri (tanaman), kurang ada semangat

    berusaha,dan lain-lain. Fasilitator perlu menjelaskan bahwa perbedaan ini

    terjadi karena MA&KAT hidup dalam kondisi yang sederhana, dekat dengan

    alam dan belum merasa perlu mengumpulkan kekayaan. Hal ini

    menyebabkan mereka miskin, tapi bukan karena sebuah kejahatan atau

    kemalasan, tetapi lebih merupakan suatu pola hidup yang bersahaja.

    (ii) Tentukan isu yang bisa menjadi dasar solidaritas bersama seperti: (i) target-

    target yang ada di MDGs: penurunan kematian ibu anak, ketersediaan air

    bersih, perlunya pemerataan kesehatan dan pendidikan, perlunya

  • 54

    mengurangi penyakit menular dan mematikan seperti malaria,TBCdan lain-

    lain, perlunya membantu sesama secara ekonomi bagi pihak yang belum

    beruntung. Cari tokoh-tokoh di masyarakat yang lebih bersimpati kepada

    MA&KAT. Intinya coba temukan isu dan tokoh pendukung kebersamaan dan

    kepedulian.

    (iii) Jadikan isu tersebut sebagai salah satu kriteria pemilihan proposal PNPM.

    Fasilitasi secara terus menerus agar kriteria itu digunakan secara konsisten

    dalam menentukan pilihan proposal yang akan dipilih.

    (iv) Usahakan agar pemda juga memberikan bantuan agar masyarakat desa

    tidak merasa harus menanggung nasib saudara mereka sendirian. Untuk itu

    Fasilitator kecamatan dan kabupaten perlu mengetahui sumber dana

    nasional, propinsi dan kabupaten yang cocok digunakan untuk membantu

    MA&KA. Sebagai contoh, dalam bidang pendidikan ada subsidi untuk murid

    miskin, bidang kesehatan ada program JAMKESMAS untuk masyarakat

    miskin. . PNPM juga bisa dimanfaatkan untuk pendidikan, kesehatan,

    ekonomi dan infrastruktur. Jangan terpaku hanya pada dinas sosial untuk

    membantu MA&KAT, tetapi perlu dikembangkan cara lain untuk melibatkan

    pihak Bappeda dan Sekda.

    Dalam kaitan MA&KAT titik kuncinya dalam proses PNPM adalah proses sebagai

    berikut:

    (i) Pengkajian dan peta awal MA&KAT (lihat peta sebelumnya) dilakukan

    sebelum pembuatan peta sosial ekonomi. Kajian ini dilakukan pada masa

    sosialisasi dan pengamatan lapangan oleh FK sendiri (bukan partisipatif). Ini

    dipakai sebagai dasar strategi FK melakukan penggalian gagasan,

    pembangunan simpati pada masyarakat terpencil.

    (ii) Kemudian keperdulian kepada MA&KAT dikawal terus sampai penentuan

    prioritas usulan. Selama itu juga perlu dilihat bagaimana kabupaten bisa

    didorong keperduliannya secara positif terhadap MA&KAT. Keperdulian

  • 55

    kabupaten perlu dilakukan oleh FasKab dengan kordinasi dengan FK dan FT

    terkait.

    Pendampingan MA&KAT dalam proses PNPM perlu dilakukan:

    (i) Pada saat sosialisasi dan pemetaan sosial ekonomi perlu dilakukan dengan

    lebih seksama sesuai dengan panduan ini.

    (ii) Pada saat MAD sosialisasi, FK yang bekerja di daerah yang memiliki

    MA&KAT di tahap sosialisasi harus mengkampanyekan kepedulian terhadap

    MA&KAT dan menguraikan kebutuhan MA&KAT yang ada sesuai panduan

    ini.

    (iii) Sejak penggalian gagasan sampai MAD penetapan, FK harus mendorong

    kelompok mayoritas untuk memberi prioritas pada usulan kelompok

    MA&KAT, terutama bagi MA&KAT yang selama ini usulannya tidak pernah

    diterima.

    (iv) Fasilitator Kabupaten perlu berkomunikasi dengan Pemda dan organisasi

    kemasyarakat terkait agar kebutuhan MA&KAT bisa dibantu atau dipenuhi.

    3.2 SIAPA PELAKU PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd? Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dilakukan oleh semua pelaku

    PNPM MPd di setiap tingkatan, baik pemerintah, konsultan, fasilitator, dan

    masyarakat.

    • Pemerintah meliputi Satuan Kerja (Satker) Pusat, Provinsi, dan

    Kabupaten, serta Penanggung Jawab Operasional di Kecamatan,

    Kabupaten, dan Provinsi

    • Konsultan terdiri dari Tim Konsultan Provinsi, Regional maupun Pusat.

  • 56

    • Fasilitator terdiri dari Fasilitator Kecamatan yaitu Fasilitator

    Pemberdayaan (FK) dan Fasilitator Teknik (FT) serta Fasilitator

    Kabupaten yaitu Fasilitator Pemberdayaan Kabupaten (FKab) dan

    Fasilitator Teknik Kabupaten (FTKab) dan Fasilitator Keuangan

    Kabupaten (FasKeu).

    • Pelaku dari masyarakat seperti Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

    (KPMD) dan Kader Teknik (KT), Tim Penulis Usulan (TPU), Tim Pengelola

    Kegiatan (TPK), Tim Verifikasi (TV), Tim Pengelola dan Pemelihara

    Prasarana Desa (TP3D), Pendamping Lokal (PL), bekerja sama dengan

    masyarakat dan para tokoh masyarakat serta Badan Kerjasama Antar

    Desa (BKAD).

    3.3 MENGAPA DIPERLUKAN PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd? Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd

    diperlukan untuk memastikan pelaksanaan PNPM MPd meningkatkan kualitas

    sosial dan lingkungan serta mengurangi dan menghindari dampak negatif, dan

    mewujudkan kelestarian lingkungan hidup untuk keberlanjutannya.

    3.4 DIMANA PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP TERTANAM DALAM PNPM MPd? Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd telah ada

    dalam berbagai instrumen dan tahapan PNPM-MPd. Kebijakan ini tertuang dalam

    Petunjuk Teknis Operasional (PTO) termasuk penjelasan dan formulir-formulir

    pendukungnya, serta tercakup dalam materi pelatihan. Kebijakan ini diterapkan

    dalam tahapan PNPM MPd antara lain:

    - Diseminasi dan sosialisasi

    - Musyawarah Desa dan Musyawarah Antara Desa

    - Pelatihan Pendamping Lokal dan KPMD

    - Penulisan usulan desa

    - Veri