29
PANDUAN PENYUSUNAN PENULISAN HUKUM (TUGAS AKHIR) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2021 Diterbitkan untuk lingkungan sendiri/terbatas. Dilarang memperbanyak tanpa seijin Fakultas Hukum Universitas Pasundan Bandung Penanggung Jawab Dekan Dr. Anthon F Susanto, S.H., M.Hum Nara Sumber Wakil Dekan I Dr. Hj. Rd. Dewi Asri Yustia, S.H., M.H Wakil dekan II Firdaus Arifin, S.H., M.H Wakil Dekan III Dr. Dudi Warsudin, S.H., M.H Tim Penyusun : Dr. Hj. Rd. Dewi Asri Yustia, S.H., M.H Syntiana Rachmi, S.H., M.H Tim SPTIK FH Unpas Editor & Layout : Andi Samsudin Rezza

PANDUAN PENYUSUNAN BANDUNG 2021 PENULISAN HUKUM …

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PANDUAN PENYUSUNAN PENULISAN HUKUM

(TUGAS AKHIR)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG 2021

Diterbitkan untuk lingkungan sendiri/terbatas. Dilarang memperbanyak tanpa seijin

Fakultas Hukum Universitas Pasundan Bandung

Penanggung Jawab

Dekan

Dr. Anthon F Susanto, S.H., M.Hum

Nara Sumber Wakil Dekan I

Dr. Hj. Rd. Dewi Asri Yustia, S.H., M.H Wakil dekan II

Firdaus Arifin, S.H., M.H Wakil Dekan III

Dr. Dudi Warsudin, S.H., M.H

Tim Penyusun : Dr. Hj. Rd. Dewi Asri Yustia, S.H., M.H

Syntiana Rachmi, S.H., M.H Tim SPTIK FH Unpas

Editor & Layout :

Andi Samsudin

Rezza

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wbr.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang selalu senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan tugas menyusun dan menerbitkan Panduan Penulisan Tugas Akhir. Fakultas Hukum Unpas memiliki posisi yang strategis dalam upaya untuk mencerdaskan masyarakat, mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang hukum dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, dan untuk mencapai upaya di atas, maka Fakultas Hukum memiliki kewajiban untuk mendorong mahasiswa untuk dapat melakukan peningkatan kompentensi pendidikan melalui penelitian dan pengabdian masyarakat. Salah satu bentuk peningkatan kompentensi penelitian mahasiswa melalui pemberian panduan penelitian dan panduan penulisan yang jelas dan terinci, dan panduan ini merupakan edisi revisi dari buku pedoman penulisan hukum sebelumnya yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan saat ini. Panduan penelitian dan penulisan hukum ini merupakan acuan/pedoman dasar dalam melaksanakan proses penelitian di fakultas hukum di Fakultas Hukum Universitas Pasundan dan menghasilkan luaran yang dapat dipublikasikan di jurnal nasional bereputasi maupun jurnal internasional bereputasi, agar penulisan hukum menjadi sistematis, terarah, layak dan ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan baik secara metodologis maupun substansi. Penyusunan panduan ini merupakan jerih payah banyak pihak, yang dari waktu ke waktu akan terus diperbaiki agar sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Meski diakui memiliki kekurangan, namun demikian diharapkan dapat mengakomodir keinginan berbagai pihak dalam batas minimal. Ucapan terima kasih di sampaikan kepada tim penyusun yang telah bersusah payah mewujudkannya dalam bentuk buku dan elektronik, kepada nara sumber yang telah memberikan banyak masukan, juga kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-mudahan amal kebaikan tersebut diterima dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amien.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wbr.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Pasundan Bandung

Dr. Anthon F Susanto, S.H., M.Hum

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PROSEDUR PENGAJUAN PENULISAN HUKUM

A. UMUM

B. PROSEDUR ADMINISTRASI KEUANGAN DAN AKADEMIK

C. PROSEDUR BIMBINGAN PENULISAN HUKUM

BAB II BENTUK DAN SISTEMATIKA

A. SKRIPSI

1. Usulan Penelitian (Proposal) Skripsi

2. Penulisan Hukum Skripsi

B. MEMORANDUM HUKUM

1. Pengertian

2. Nasehat Hukum

3. Kepentingan Memorandum Hukum

4. Prinsip-prinsip Umum dalam Penyusunan Memorandum Hukum

5. Sistematika dan Langkah-langkah Penyusunan Memorandum Hukum

a. Sistematika Usulan Memorandum Hukum b. Sistematika Memorandum Hukum

C. STUDI KASUS

1. Pengertian

2. Langkah-langkah Penyelesaian Kasus

3. Sistematika dan Langkah-langkah Penyusunan Studi Kasus

a. Sistematika Usulan Penulisan Studi Kasus

b. Sistematika Studi Kasus

BAB III BEBERAPA TATA CARA PENULISAN HUKUM

A. Penomoran Bab dan Pemberian Abjad

B. Penomoran Halaman

C. Ukuran kertas, spasi penulisan dan ukuran huruf

D. Tatacara Pengutipan

E. Pengutipan dengan menggunakan sistem mendeley

F. Tatacara penulisan daftar pustaka dengan sistem mendeley

G. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan

BAB IV. LUARAN PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Keputusan Dekan 2. Prosedur Pengajuan Penulisan Hukum (Tugas Akhir) 3. Cover Depan Penulisan Hukum 4. Lembar Pengesahan Penulisan Hukum Sebelum Diuji 5. Cover untuk Sidang Usulan Penelitian Penulisan Hukum 6. Lembar Pengesahan Usulan Penelitian Penulisan Hukum 7. Lembar Pernyataan 8. Lembar Pengesahan Penulisan Hukum Setelah Sidang Komprehensif 9. Lembar Pengesahan Dekan Setelah Sidang Komprehensif 10. Lembar Jadwal Penulisan Hukum

BAB I PROSEDUR PENGAJUAN PENULISAN HUKUM

A. UMUM Penulisan Hukum1 merupakan karya tulis ilmiah, berupa paparan tulisan

hasil penelitian yang membahas masalah tertentu dalam bidang ilmu hukum yang

1 Bahan ini disusun dari berbagai sumber, yaitu; Pedoman Penulisan Tugas Akhir S1 di Fakultas

Hukum Unpas Bandung; Majalah Ilmu Hukum Unpad, Dasar-Dasar Penyusunan Skripsi/Legal Memorandum, disusun oleh Laboratorium FH Unpar, Beberapa Catatan Penulisan oleh Koesnadi Hardjasumantri, Buku Penuntun

melalui tahapan tertentu dan memenuhi syarat secara keilmuan. Penulisan Hukum merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa Fakultas Hukum Unpas sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Penulisan Hukum terdiri dari tiga bentuk:

1. Skripsi, merupakan karya tulis ilmiah yang menekankan pada kemampuan penguasaan ilmu hukum dan teori hukum dalam memecahkan persoalan-persoalan hukum;

2. Memorandum Hukum, merupakan karya tulis ilmiah berupa pendapat hukum untuk memecahkan persoalan tertentu sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;

3. Studi Kasus, merupakan karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk melakukan penelusuran terhadap kasus tertentu dalam putusan yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap.

Ketiga bentuk penulisan hukum di atas memiliki ciri khas masing-masing. Skripsi biasanya ditujukan untuk mengkaji persoalan hukum secara mendalam baik teoritis maupun faktual. Memorandum Hukum, (biasanya) merupakan pendapat hukum yang bertujuan mencari solusi atau alternatif bagi penyelesaian problem hukum tertentu dalam pergaulan masyarakat. Studi Kasus, disusun untuk membahas kasus tertentu (secara spesifik) dalam putusan pengadilan yang mengandung persoalan hukum (masalah hukum).

B. PROSEDUR ADMINISTRASI KEUANGAN DAN AKADEMIK Sebelum melakukan penyusunan Penulisan Hukum, peserta didik

diwajibkan memenuhi prosedur administrasi keuangan dan akademik sebagai berikut: 1. Memenuhi persyaratan administrasi keuangan dan administrasi akademik,

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan persyaratan dimaksud dapat diisi

melalui log in ke http//sita.hukum.unpas.ac.id

Membuat Skripsi, Tesis, Disertasi, Makalah, karangan S. Nasution. dan M. Thomas, Penulisan Karangan Ilmiah, karangan Mukayat D. Brotowidjojo, Bahasa Indonesia (Kebahasaan), karangan. M.E. Suhendar, Fred. N. Kerlmger, Foundation of Behavioural Research, FBS Publishers, Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukurn Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, CV Rajawali, Jakarta, 1982, Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurirmetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, Robert K. Yin. Studi Kasus, Desain dan Metode, PT RajaGrafindo, Jakarta, 2000, Morris L Cohen, Legal Research In a Nutsheel, West Publishing Co. 1992, Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.

2. Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mengajukan tugas akhir disamping

syarat di atas, yaitu lulus mata kuliah metode penelitian hukum (MPH),

mata kuliah teknik penulisan karya ilmiah (TPKI) dan mata kuliah hukum

dasar kekhususan, dengan nilai minimal C; 3. Mengajukan tema/topik/judul yang akan dibahas kepada Koordinator Bagian

sesuai dengan bentuk penulisan hukum yang dipilih (Skripsi, Memorandum Hukum, Studi Kasus), yang selanjutnya akan ditetapkan dosen pembimbing bagi peserta didik yang bersangkutan berdasarkan kualifikasi kompetensi dosen yang ada;

4. Pengajuan tema/topik/judul kepada Koordinator Bagian harus disertai dengan sinopsis yang berisi gambaran singkat mengenai persoalan yang akan diteliti;

5. Kepala Bagian diwajibkan memberikan arahan kepada peserta didik berkenaan dengan topik/tema/judul yang diajukannya, dan menunjuk pembimbing tugas

akhir; 6. Apabila tema/topik/judul telah disetujui oleh koordinator bagian, selanjutnya

akan diajukan kepada Dekan melalui Wakil Dekan 1 dan Dekan akan mengeluarkan SK bimbingan;

7. Masa bimbingan diberikan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan atau setara dengan satu semester; dengan ketentuan minimal bimbingan 2 (dua) bulan untuk masuk ke seminar Usulan Penelitian, dan minimal bimbingan 3 (tiga) bulan setelah seminar Usulan Penelitian untuk bimbingan skripsi/legal memorandum/studi kasus untuk masuk ke sidang komprehensif; (ketentuan jadual sidang SUP dan sidang komprehensif ditentukan melalui sistem SITA/SITU);

8. Apabila selama kurun waktu enam bulan proses bimbingan penulisan hukum belum selesai, akan dilakukan evaluasi;

9. Evaluasi yang dimaksud di dalam point 7 adalah terkait dengan proses bimbingan, dosen pembimbing dan juga Peserta didik yang di bimbing;

10. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan oleh Koordinator Bagian dan Wakil Dekan I.

C. PROSEDUR BIMBINGAN PENULISAN HUKUM

Tahap selanjutnya peserta didik melakukan proses bimbingan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Peserta didik membuat Usulan Penelitian sesuai dengan jenis karya ilmiah yang

dipilihnya (Skripsi, Memorandum Hukum, Studi Kasus); 2. Lamanya proses bimbingan Usulan Penelitian dibatasi selama 6 (enam) bulan atau

setara dengan satu semester (diatur melalui otorita sistem SITA/SITU);

3. Apabila pembimbing telah menyetujui Usulan Penelitian, selanjutnya peserta didik yang bersangkutan diperkenankan mengikuti Seminar Usulan Penelitian,

dengan kewajiban melakukan dulu pemeriksaan melalui turnitin/similariti untuk

mengukur tingkat plagiarisme karya ilmiah dengan batas similariti maksimal 50%; 4. Dalam Seminar Usulan Penelitian, peserta didik wajib mempertanggungjawab-

kan dengan mempresentasikan Usulan Penelitian yang telah dibuatnya. Penyampaiannya menggunakan bahasa Indonesia baik dan benar (Peserta didik yang menyampaikannya dalam bahasa Inggris akan diberikan nilai tambah). Peserta didik dapat menggunakan alat bantu media elektronik, yang disediakan oleh fakultas.

5. Dalam seminar usulan penelitian tim penguji yang terdiri dari; pembimbing, penelaah materi dan penelaah metodologi memberikan masukan dan penilaian sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik;

6. Melalui persetujuan pembimbing, peserta didik seyogianya mempertimbangkan masukan-masukan yang telah diberikan pada saat Seminar Usulan Penelitian, dan mahasiswa diwajibkan untuk membuat laporan perbaikan yang wajib di tandatangani oleh penelaah materi, penelaah metodologi, dan pembimbing;

6. Selanjutnya setelah dinyatakan layak, peserta didik melaksanakan penelitian dan penyusunan penulisan hukum;

7. Dalam jangka waktu 6 bulan yang setara dengan 1 (satu) semester sejak tanggal SK ditetapkan dengan jadual ujian UP dan ujian Komprehensif yang telah ditetapkan melalui sistem SITA/SITU, mahasiswa yang bersangkutan belum menyelesaikan penulisan hukum, maka akan dilakukan evaluasi (peninjauan ulang);

8. Evaluasi masa bimbingan penulisan hukum dilaksanakan oleh Koordinator Bagian dan juga Unit Penjaminan Mutu, dibawah koordinasi Wadek 1, baik evaluasi terhadap mahasiswanya maupun evaluasi terhadap dosen pembimbing;

9. Penulisan hukum yang dinyatakan layak oleh dosen pembimbing (yang dibuktikan dengan ditandatanganinya lembar pengesahan oleh pembimbing), peserta didik dapat mendaftar untuk mengikuti Ujian Sidang Komprehensif dengan syarat dan ketentuan yang berlaku;

10. Syarat untuk mengikuti sidang komprehensif, disamping memenuhi point ke 9 di

atas, juga harus dilengkapi dengan persyaratan lulus seluruh mata kuliah dengan

nilai IPK Minimum 2.75, bebas pinjaman buku dari perpustakaan dan telah

dinyatakan lulus toefl oleh laboratorium bahasa yang langsung terakses di dalam

sistem SITA/SITU, juga naskah tugas akhir (TA) sudah melalui pemeriksanaan

turnitin/similariti ke-2 dengan tingkat kemiripan 50%;

11. Apabila dalam Sidang Komprehensif tersebut masih terdapat koreksi dan perbaikan terhadap penulisan hukum dari penguji materi dan penguji komprehensif, maka mahasiswa yang bersangkutan wajib memperbaikinya, dengan membuat laporan perbaikan yang wajib di tandatangani oleh penguji materi, penguji komprehensif, dan pembimbing; ;

12. Sebagai bukti telah dilakukan perbaikan dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dibuatkan Berita Acara Perbaikan;

13. Selama proses bimbingan berlangsung, Fakultas mempersiapkan LogBook, untuk lembar kemajuan proses bimbingan dan kegiatan evaluasi;

14. Logbook tersebut wajib di isi oleh peserta didik dan oleh dosen pembimbing, dan dilampirkan di dalam berkas naskah tugas akhir:

BAB II BENTUK PENULISAN HUKUM

A. SKRIPSI

Skripsi merupakan karya tulis ilmiah berupa uraian (hasil penelitian) yang

mengkaji persoalan tertentu dalam Ilmu Hukum, dengan tujuan mencari pemecahan masalahnya atau membuat terobosan hukum. Skripsi diajukan oleh peserta didik yang bertujuan memperdalam aspek keilmuan hukum. Tema/topik/judul yang diajukan peserta didik dapat disetujui apabila dianggap layak, baik secara substansi maupun metodologi.

Berikut akan diuraikan sistematika Usulan Penelitian (Proposal) dan sistematika penulisan hukum skripsi.

1. USULAN PENELITIAN (PROPOSAL) SKRIPSI

Sistematika Usulan Penelitian (Proposal) Skripsi adalah

sebagai berikut: Lembar Judul (Kulit Muka)

Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan bukan plagiat (ke-1) (dengan mencantumkan prosentase tingkat plagiat dari hasil turnitin/similariti); Daftar Isi A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Kerangka Pemikiran F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian 2. Metode Pendekatan 3. Tahap Penelitian 4. Teknik Pengumpul Data 5. Alat Pengumpul Data 6. Analisis Data 7. Lokasi Penelitian 8. Jadwal Penelilitian

G. Sistematika Penulisan dan Outline Daftar Pustaka

2. PENULISAN HUKUM SKRIPSI

Sistematika Skripsi disusun sebagai berikut:

Lembar Judul (Kulit Muka) Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan bukan Plagiat ke-2 (dengan mencantumkan prosentasi tingkat plagiat dari hasil turnitin/similariti) Abstrak (di tulis dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia) dan telah didisposisi oleh Laboratorium Bahasa Fakultas Hukum. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah

C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Kerangka Pemikiran/Teoretis F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian 2. Metode Pendekatan 3. Tahap Penelitian 4. Teknik Pengumpul Data 5. Alat Pengumpul Data 6. Analisis Data 7. Lokasi Penelitian

BAB II KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA/DATA KEPUSTKAAN (bab ini diberi judul)

A. Sub bab (diberi Judul) B. Sub bab (diberi Judul) C. Sub bab, dan seterusnya Catatan : kutipan menggunakan system mendeley

BAB III HASIL PENELITIAN/DATA LAPANGAN/ DATA KEPUSTAKAAN

(tergantung jenis penelitiannya) (bab ini diberi Judul) A. Sub bab (diberi judul) B. Sub bab (diberi judul) C. Sub bab, dan seterusnya

Catatan : kutipan menggunakan system mendeley

BAB IV ANALISIS/PEMBAHASAN DALAM PENELITIAN (bab ini diberi judul)

A. Sub bab, (diberi Judul) B. Sub bab, (diberi Judul) C. Sub bab, dan seterusnya

Catatan : kutipan menggunakan system mendeley

BAB V PENUTUP

A. Simpulan dan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Buku

B. Sumber Lain : 1). Peraturan Perundang-undangan

2). Jurnal Nasional dan Internasional yang bereputasi atau tidak

(diutamakan mengutip dari jurnal hokum litigasi Fakultas Hukum

Unpas, dan dari jurnal yang berisi artikel dosen pembimbing yang

relevan dengan penelitian)

LAMPIRAN

Uraian masing-masing bagian di atas sekurang kurangnya memuat beberapa hal di bawah ini :

JUDUL

Judul hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Singkat, Padat dan Jelas (sebaiknya tidak melebihi 20 kata); 2. Setiap kata dalam judul harus memiliki makna yang jelas dan tidak

mengandung keragu-raguan; 3. Mencerminkan masalah penelitian yang mengandung konsep atau

hubungan antar konsep yang menggambarkan gejala yang diteliti; 4. Judul sebaiknya mencerminkan adanya persoalan/masalah yang akan

diteliti; 5. Menarik dan cukup mutakhir; 6. Judul untuk penelitian hukum normatif perlu diperhatikan mengenai

sinkronisasi, harmonisasi secara vertikal dan horizontal, penemuan hukum in concreto, penelusuran terhadap asas hukum (meta-kaidah), perbandingan hukum dan sejarah hukum, sedangkan untuk penelitian empirik, sebaiknya memuat dua variabel (Dependent dan Independent).

LEMBAR PENGESAHAN

Tanda persetujuan Pembimbing yang menyatakan bahwa skripsi layak ditelaah atau diujikan, dan ditandatangi asli. (lihat lampiran dalam buku pedoman ini). LEMBAR PERNYATAAN

Lembaran ini berisi tentang: 1. Skripsi belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di

UNPAS maupun perguruan tinggi lainnya;

2. Skripsi ini gagasan, rumusan, dan penelitian penulis dengan arahan pembimbing;

3. Terdapat karya-karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang atau dicantumkan dalam daftar pustaka (lihat lampiran);

4. Menyatakan bukan hasil plagiarisme dengan ketentuan sudah melalui

pemeriksaan turnitin/similariti . ABSTRAK

Abstrak berbeda dengan Ikhtisar (epitoma) artinya potongan pendek, Sinopsis artinya sebuah susunan sistematis tentang hal-hal pokok, kependekan (abridgement) artinya bentuk singkat naskah asli. Abstrak adalah gambaran (deskripsi) atau kondensasi suatu tulisan/ karya ilmiah yang memuat: 1. Latar Belakang Penelitian 2. Inti Masalah (tema dan tujuan); 3. Metode/Cara Penelitian; 4. Hasil Penelitian dan Simpulan. 5. Abstrak ditulis dengan 1 spasi paling banyak 1 halaman dengan rincian

problem latar belakang dan problem hukum satu alinea, metode penelitian satu alinea dan hasil penelitian / simpulan satu alinea.

6. Abstrak harus mencantumkan kata kunci, minimal 3 kata, maksimal 5 kata.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Latar belakang harus memuat alasan-alasan dan kemampuan-kemampuan mengapa penelitian (Skripsi) tersebut dilakukan: 1. Harus dilakukan (should be done & should do-ability).

Misalnya Skripsi ini dibuat karena hasilnya akan memberikan kontribusi pada pengembangan teori dan dunia penelitian yang relevan (teoritis), serta signifikansinya pada penentuan kebijakan dan praktek mengenai masalah yang sedang diteliti (praktis), atau penelitian tersebut dilakukan karena belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

2. Dapat diselenggarakan (can be done & do-ability). Misalnya terdapat teori dan metodologi yang relevan, tersedia waktu, dan secara etis skripsi tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

3. Akan dilakukan (will be done & want-to-do-ability). Adanya komitmen penulis bahwa ia akan mengerjakan penulisan Skripsi tersebut.

Beberapa butir di atas uraiannya harus disesuaikan atau memiliki relevansi dengan tema/ judul Skripsi. Secara singkat, bagaimana membuat latar belakang penelitian dapat diuraikan melalui contoh sebagai berikut: 1. Teliti dan uraikan dengan seksama berbagai perundang-undangan yang

berkaitan dengan topik/masalah yang dikaji: kekuatan dan terutama kelemahan kelemahannya;

2. Teliti juga dengan nalar tinggi, berbagai asas, konsep, teori, paradigma yang mendasari perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada poin di atas. Setelah itu baru dikaji penerapan perundang-undangan itu in concreto sesuai atau menyimpang/ adakah kesenjangan atau adakah ketidak-harmonisan antara das sollen dan das sein. Disertai dengan faktor—faktor non_hukum (yuridikal) yang mungkin ikut serta mempengaruhi /melandasi timbulnya masalah itu.

Penulisan judul diakhir paparan ini, huruf pertama tiap kata ditulis dengan huruf kapital kecuali kata sambung harus huruf kecil. Contoh Penulisan:

Perlindungan Hukum terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

B. Identifikasi Masalah Masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang dicoba untuk

ditemukan jawabannya.2 Masalah dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang tidak koheren, tidak harmonis, adanya kesenjangan (gap), penyimpangan (deviation), adanya kerancuan, dan lain-lain, misalnya: 1. Tidak-koherennya hukum-hukum dalam suatu teori tertentu, atau

konsep dan asumsi dalam suatu teori saling bertentangan (kontradiksi)

2 Lihat Fred. N. Kerlinger, Foundation of Behavioural Research, FBS Publishers, Mm. 15-17.

sehingga teori menjadi tidak anggun, ratah dan simple. Masalah ini umumnya menjadi kajian dalam penelitian hukum filosofis;

3. Adanya ketidak-harmonisan antara teori (sollen) dengan aturan (sollen); atau antara asas (sollen) dengan norma (sollen); atau antara norma/ aturan (sollen) dengan norma / aturan (sollen) baik secara vertikal maupun horizontal;

5. Adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya (das sollen) dan apa yang pada kenyataanya terjadi (das sein); misal : penerapan teori dalam praktek; penerapan aturan dalam praktek; antara rencana dan pelaksanaan; antara harapan dan kenyataan; antara cita-cita dan apa yang dicapai; antara tujuan dan pencapaian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah, adalah

ketidakharmonisan, tidak koheren atau penyimpangan dan keharusan, rencana, harapan, cita-cita atau tujuan, sehingga menimbulkan pelbagai pertanyaan yang perlu mendapatkan jawaban, jawaban atas pertanyaan tersebut diharapkan dapat diperoleh melalui suatu penelitian.

Untuk identifikasi masalah dalam penelitian empirik kuantitatif atau kualitatif identifikasi masalah harus berusaha memaparkan masalah dengan memuat paling tidak enam (6) unsur atau dengan istilah 5 W 1 H yaitu: 1. Siapa (who) pihak yang terlibat dalam masalah tersebut. 2. Apa (what) penyimpangan/pertanyaan dalam masalah tersebut. 3. Di mana (where) masalah tersebut terjadi. 4. Bilamana (when) masalah tersebut timbul. 5. Mengapa (why) masalah tersebut dapat terjadi. 6. Bagaimana (how) timbulnya masalah tersebut.

Keenam unsur di atas tidak selalu mutlak ada dalam pemaparan

masalah penelitian. Unsur-unsur yang dipaparkan tergantung dari masalah penelitian yang telah dipilih. Perumusan masalah penelitian harus dirumuskan secara sederhana, lugas dan lengkap, serta tidak menimbulkan berbagai macam persepsi (penafsiran) terhadap istilah-istilah yang digunakan. Adapun rumusannya dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Rumusan masalah yang baik sedapat mungkin harus: 1. menyatakan hubungan antara 2 (dua) fenomena tertentu atau

variabel/gejala; 2. dinyatakan secara jelas dan tidak mengandung keraguan;

3. menyiratkan kemungkinan untuk diuji; baik secara norma (tata urutan) maupun secara empirik (verifikasi).

Pemilihan jenis dan jumlah permasalahan yang akan diteliti harus mempertimbangkan waktu, kompetensi dan biaya yang tersedia. Tahapan penyusunan Identifikasi Masalah dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dialirkan secara runtut dari uraian yang dikembangkan pada Latar

Belakang; 2. Mempertanyakan yang berkaitan dengan aturan hukum positifnya; 3. Berkaitan dengan berbagai asas, konsep, teori atau paradigma; 4. Berkaitan dengan penerapan aturan hukum tersebut oleh para

praktisi hukum/aparatur hukum.

C. Tujuan Penelitian Menguraikan tujuan apa yang hendak dicapai dalam penelitian.

Tujuan penelitian harus berkorelasi dengan Identifikasi Masalah. Untuk lebih jelasnya persoalan tersebut dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut: Misalnya : Identifikasi Masalah merumuskan Bagaimana bentuk pertanggungjawaban pidana bagi pelaku sehingga memberikan perlindungan hukum bagi korban anak ?; Tujuan Penelitian hendaknya “ingin mengetahui dan mengkaji bentuk pertanggungjawaban pidana bagi pelaku sehingga memberikan perlindungan hukum bagi korban anak.

Menyusun Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut: 1. Point yang disampaikan sama banyaknya dengan apa yang

diidentifikasikan/ dirumuskan pada identifikasi/ perumusan masalah; 2. Dimulai dengan kata-kata ingin “meneliti.... atau mengkaji... dan lain-

lain; 3. Jadi bukan hanya sekedar ingin mengetahui yang kontribusi hasil

penelitiannya hanya bermanfaat bagi penelitinya saja. D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian mencakup baik kegunaan teoretis maupun praktis. Kegunaan teoritis berkait dengan pengembangan keilmuan (teori), serta harapan-harapan yang dapat dicapai, sedangkan kegunaan praktis berkorelasi dengan kemampuan aplikasi teoritis mahasiswa dalam kenyataannya atau dengan kebijakan lembaga tertentu, misalnya bagi

instansi pemerintah, atau swasta. (catatan beberapa penelitian mencantumkan sebagai sub-bab tersendiri).

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Pemikiran adalah landasan penelitian atau pijakan penelitian, sebagai pijakan peneliti agar penelitian menjadi kokoh dan memiliki landasan yang kuat sehingga penelitian tersebut dapat diandalkan (reliable);

2. Kerangka Pemikiran memuat teori atau konsep tertentu yang berkaitan dengan judul atau substansi penelitian yang dipandang dapat dijadikan landasan untuk melakukan analisis atau pemecahan masalah;

3. Apabila ada kesulitan untuk menemukan teori yang tepat, maka di dalam Kerangka Pemikiran, dapat diuraikan; asas- asas hukum atau prinsip-prinsip dan pengertian pokok dalam hukum yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian;

4. Apabila hal itu dirasakan masih sulit, maka cukup di jelaskan doktrin atau pandangan ahli hukum serta definisi yang dikemukakan para ahli lainnya;

5. Kerangka Pemikiran dapat memuat norma atau asas dalam peraturan perundang-undangan (hukum positif) yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian;

6. Pada tahap ini peneliti dituntut untuk terampil, menginvetarisir, memilih (memilah) teori mana yang dapat dijadikan kerangka teori. Untuk memantapkan hal ini peneliti dapat berdiskusi dengan mereka yang lebih mengetahui dan memahami teori di bidang kajian masing masing; Contoh:

“Apabila penelitian akan membahas mengenai sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan ketatanegaraan di Indonesia maka sebagai landasan teorinya dapat digunakan teori Stufend des Recht dari Hans Kelsen dan Hans Nawiasky”. Atau apabila peneliti mengkaji tentang Sistem hukum, dapat digunakan teori sistem dari “Lawrence Friedmann”.

7. Kerangka pemikiran harus memiliki korelasi (memiliki benang merah) dengan obyek penelitian. Landasan teoritis ini perlu ditegakkan agar penelitian itu memiliki dasar yang kokoh;

8. Informasi bersumber dari penelaahan kepustakaan yang mutakhir dan erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti;

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah prosedur atau cara memperoleh pengetahuan yang benar atau kebenaran melalui langkah-langkah yang sistematis.3 Dalam uraian ini dimuat dengan jelas Metode Penelitian yang digunakan peneliti. Penggunaan metode berimplikasi pada teknik pengumpulan dan analisis data serta simpulan yang diambil. Lazimnya pada bagian ini (minimal) memuat hal sebagai berikut:

1. Spesifikasi Penelitian

Diuraikan dalam spesifikasi penelitian apakah bersifat deskriptif, eksplanatif atau eksploratif. Untuk Penelitian Normatif, umumnya bersifat deskriptif-analitis, sedangkan dalam Penelitian Sosiologis bersifat eksplanatif atau eksploratif. Peneliti untuk memperkokoh uraian pada bagian ini harus menggunakan literatur pendukung;

2. Metode Pendekatan

Secara jelas diuraikan metode pendekatan apa yang akan digunakan dalam penelitian. Pendekatan yang dapat dilakukan terhadap ilmu hukum di antaranya: a. Pendekatan Yuridis-Normatif, yaitu pendekatan atau penelitian

hukum dengan menggunakan metode pendekatan/teori/konsep dan metode analisis yang termasuk dalam disiplin Ilmu Hukum yang dogmatis.4 Penyebutan normatif bukan satu-satunya penyebutan, dalam literatur berbahasa Belanda disebut ‘dogmatis’. Dalam literatur berbahasa Inggris disebut ‘doktrin’ - penelitian hukum doktrinal. Termasuk ke dalam kajian/ pendekatan Yuridis Normatif ini di antaranya adalah, Inventarisasi Hukum Positif, menemukan

3 Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun

teknologi. Hal ini disebabkan, karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodoiogis, dan konsisten. Metodologi penelitian hukum mempunyai ciri-ciri tertentu yang merupakan identitasnya, oleh karena itu ilmu hukum dapat dibedakan / berbeda dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Lihat. Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm.2.

4Lihat Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1990,

Asas Hukum; menemukan Hukum in concrete; penelitian Sistematika Hukum; Sinkronisasi dan Harmonisasi Vertikal maupun Horizontal, Perbandingan Hukum dan Sejarah Hukum.

b. Pendekatan Yuridis-Empirik, yaitu hukum sebagai gejala masyarakat, sebagai institusi sosial atau perilaku yang mempola. Pendekatan ini dikenal dengan penelitian hukum yang empirik atau penelitian hukum sosiologis.5 Termasuk ke dalam pendekataan yang dapat dikategorikan pendekatan yuridis empirik antara lain misalnya, pendekatan Yuridis Kriminologis, Yuridis-Psikologis, Yuridis Ekonomis dan lain-lain. Pendekatan empirik dapat bersifat inter dan multi disipliner.

c. Selain kedua pendekatan di atas, terdapat pendekatan lain yang dapat digunakan, misalnya pendekatan filosofis, pendekatan kualitatif, pendekatan campuran (mixed method) dan lain lain. Bagi kepentingan penulisan skripsi hendaknya metode pendekatan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dan juga kompetensi dosen pembimbing.

3. Tahap Penelitian

Pada bagian ini diuraikan bagaimana tahap penelitian dilakukan. Tahapan penelitian adalah rangkaian kegiatan dalam penelitian yang diuraikan secara rinci mulai dari Tahap persiapan, Tahap Penelitian dan Tahap penyusunan/Pembuatan Tugas Akhir. Untuk menjelaskan bagian ini dapat menggunakan ragaan sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan melihat rujukan dalam buku teks yang direkomendasikan. Umumnya tahap penelitian, baik penelitian normatif maupun empirik secara umum dilakukan melalui tahap sebagai berikut : a. Tahap persiapan, yaitu tahap dimana peneliti merancang desain

penelitian yang di tuangkan di dalam Usulan Penelitian. Tahapan ini merinci secara detail apa yang akan dilakukan di dalam kegiatan penelitian nantinya.

b. Tahap Penelitian, yaitu tahapan penelitian yang dilakukan, setelah usulan penelitian di nyatakan lulus. Pada tahap ini dilakukan tahapan pengumpulan data melalui studi kepustakaan (literatur/dokumen), dan penelitian lapangan. Perbedaannya dalam

5Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta,

1990, hIm. 34 dst.

penelitian normatif data utamanya adalah data sekunder (data yang sudah jadi), sehingga penelitian kepustakaan/studi kepustakaan merupakan tahap penelitian utama, sedangkan penelitian lapangan hanya bersifat penunjang terhadap data kepustakaan tersebut di atas. Penelitian lapangan itu dilakukan hanya untuk justifikasi data sekunder, yaitu melalui wawancara. Sedangkan dalam penelitian empirik, studi kepustakaan atau tahap penelitian kepustakaan hanya merupakan persiapan untuk melakukan penelitian lapangan guna memperoleh data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Jadi dalam penelitian hukum empirik, data lapangan merupakan data utama di dalam penelitian, sedangkan data kepustakaan menjadi data penunjang. Untuk lebih jelas mengenai hal ini peneliti diharuskan melihat berbagai literatur agar tahap penelitian dapat diuraikan secara lengkap. Diharapkan peneliti dapat menampilkannya dalam bentuk ragaan (bagan) sehingga lebih jelas.

4. Teknik Pengumpulan Data

Diuraikan bagaimana teknik pengumpulan data dilakukan. Teknik merupakan penerapan dari metode untuk dapat menimbulkan suatu akibat yang dikehendaki.

Untuk pendekatan yuridis-normatif, teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data yang dapat diperoleh dalam peraturan perundang-undangan, buku teks, jurnal, hasil penelitian, ensiklopedi, bibliografi, indeks kumulatif dan lain-lain. Pada dasarnya teknik pengumpulan data dengan pendekatan ini dilakukan terhadap berbagai literatur (kepustakaan). Teknik ini dapat dilakukan melalui inventarisasi berbagai produk aturan yang selanjutnya dilakukan pencatatan secara rinci (dipandang lengkap) juga pengklasifikasian terhadap berbagai produk peraturan perundang-undangan yang memiliki relevansi dengan materi penelitian, semua kegiatan itu dilakukan dengan sistematis dan terarah, sehingga diperoleh gambaran apakah satu aturan bertentangan dengan aturan lainnya atau tidak (secara vertikal ataupun horizontal); apakah asas hukum bersesuaian dengan aturan hukum atau tidak dan seterusnya.

Untuk pendekatan yuridis-empirik teknik pengumpulan data dilakukan terhadap data primer baik bahan hukum maupun bahan non hukum. Data tersebut berupa hasil penelitian (langsung) dan

lapangan atau data hasil penelitian pihak lain yang berkaitan dan sudah teruji secara ilmiah. Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan guna memperoleh data lapangan (non hukum) diantaranya melalui metode tes, observasi, kuesioner, interview dan dokumentasi. Dalam penelitian hukum empirik umumnya penelaahan data sekunder dilakukan sebelum dilakukan telaah/ penelitian terhadap data primer (lapangan/masyarakat).

Selain kedua teknik pengumpulan data tersebut di atas, terdapat juga teknik pengumpulan data dengan penelitian kualitatif, yang umumnya dilakukan melalui partisipasi observasi atau juga wawancara secara mendalam. Lihat lebih jelas tentang hal ini di dalam literatur-literatur penelitian kualitatif khususnya bidang hukum.

Metode Penentuan Sampel: Bagi penelitian yang menggunakan pendekatan yuridis-empirik,

perlu dilakukan penentuan sampel. Pengambilan sampel merupakan suatu proses dalam memilih suatu bagian yang representatif dari sebuah populasi. Hal ini dilakukan karena banyak alasan, baik dari segi ekonomis, maupun keakuratannya. Penentuan sampel tidak akan mengurangi nilai ilmiah suatu penelitian.

Terdapat beberapa teknik penentuan sampel yaitu: a. Teknik Random Sampling ; dengan cara undian atau lotere, cara

ordinal, randomisasi dari tabel bilangan random, multistage sampling.

b. Teknik Non-Random Sampling; quota sampling, accidental sampling, purposive sampling.

Terhadap istilah-istilah di atas, peneliti wajib memahami secara mendalam dan juga mampu melakukannya, untuk lebih jelas dilihat dalam buku-buku metodologi penelitian hukum.

5. Alat Pengumpul Data

Alat adalah sarana yang dipergunakan. Alat pengumpul data yang digunakan sangat bergantung pada teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian tersebut. Alat untuk pengumpulan data dapat dirinci sebagai berikut: a. Untuk penelitian Normatif; alat pengumpul data dapat digunakan :

catatan hasil telaah dokumen atau dapat menggunakan Log Book (catatan catatan selama proses penelitian berlangsung. Dapat juga

di gunakan pedoman wawancara untuk kepentingan data yang didalamnya ada kegiatan wawancara;

b. Untuk penelitian Yuridis Empirik: 1) Untuk Metode Tes, digunakan berbagai jenis tes, baik yang

standar (sudah ada) ataupun tes buatan (oleh peneliti). 2) Untuk Observasi digunakan catatan lapangan (catatan berkala),

Anecdotal Record (Daftar riwayat), Check List, Rating Scale, Mechanical Devices, atau Studi Kasus terhadap fenomena yang dapat ditangkap.

3) Untuk Interview, digunakan Directive Interview atau pedoman wawancara terstruktur, Non Directive Interview, atau pedoman wawancara bebas. Penggunaan tape recorder sangat diperlukan dalam teknik pengumpulan data ini.

4) Untuk metode kuesioner digunakan berbagai bentuk kuesioner, misalnya, kuesioner tipe isian (Open and Closed from Item) dan kuesioner tipe pilihan (Forced and Multiple Choice).

c. Untuk penelitian Kualitatif, dapat digunakan catatan harian/catatan lapangan, rekaman, atau indept wawancara.

d. Untuk penggunaan Mix Method, dapat digunakan secara bergantian dan secara terintegrasi sesuai kebutuhan, alat penelitian dalam point point di atas.

6. Analisis Data Analisis dapat dirumuskan sebagai suatu proses penguraian

secara sistematis dan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu.6 Dari pengertian yang demikian, nampak analisis memiliki kaitan erat dengan pendekatan masalah.

Lazimnya dalam penelitian hukum normatif, data dianalisis secara yuridis kualitatif yaitu analisis dengan penguraian deskriptif-analitis dan preskriptif (bagaimana seharusnya). Dalam melakukan analisis kualitatif yang bersifät deskriptif dan preskriptif ini, penganalisisan bertitik tolak dari analisis yuridis sistematis. Di samping dapat pula di kombinasikan dengan analisis yuridis historis dan komparatif, atau juga content analisis. Pada bagian ini diuraikan pula

6 Soeijono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukurn, CV Rajawali, Jakarta, 1982, him.37

alat analisis yang digunakan, yaitu silogisme hukum, interpretasi hukum, dan konstruksi hukum.7

Untuk penelitian yuridis-empirik dilakukan melalui analisis kuantitatif (menggunakan angka angka atau rumus matematik dan statistik atau dengan penyajian, table, diagram dan kurva) juga dapat dilakukan analisis kualitatif sebagai pelengkap dan penunjang analisis kuantitatif. Sedangkan untuk analisis penelitian kualitatif dan penelitian Mixed Metod (metode campuran) dapat digunakan analisis yang sesuai dengan bidang /ranah penelitian ini dengan melihat literature yang tersedia.

7. Jadwal Penelitian Dijelaskan untuk berapa lama penelitian akan dilakukan, dibuat

dalam schedule time (tabel) dan dalam bentuk road map (peta jalan/diagram alur) penelitian, sehingga setiap langkah penelitian tergambar dengan jelas, berapa lama mempersiapkan penelitian, melakukan penelitian lapangan dan juga hasil penelitian (Lihat contoh Tabel Lampiran 8); jadwal penelitian harus tergambarkan di dalam rancangan penelitian (proposal penelitian), dan proses penelitian sebaiknya mengacu kepada jadwal penelitian yang telah ditetapkan.

8. Lokasi Penelitian

Dijelaskan lokasi penelitian secara rinci, di wilayah mana penulis melakukan penelitian, khusus untuk penelitian empirik, lokasi penelitian harus disertai dengan data atau gambaran lokasi penelitian /peta lokasi.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan, memuat uraian dan penjelasan secara singkat dan sistematis mengenai keseluruhan uraian skripsi, mulai dari bab pertama sampai pada bab terakhir. Sistematika Penulisan berbeda dengan outline dan daftar isi. Dalam penulisan usulan penelitian skripsi, Sistematika Penulisan harus disertai dengan outline. Sistematika penulisan

7 Untuk definsi dan pengertian masing-masmg alat analisis sebagaimana dijelaskan di atas,

hendaknya dilihat buku rujukan yang menjelaskan persoalan tersebut, misalnya, Buku Ahmad Ali Menguak Tabir Hukum, Gunung Agung, Jakarta.

dalam usulan penelitian berupa paparan secara deskriptif sistematis mengenai rencana bagian-perbagian (bab-per-bab) yang akan dituangkan dalam skripsi. Adapun outline umumnya memuat secara rinci rencana daftar isi dalam penulisan skripsi.

Sistematika Penulisan dan outline hanya ada dalam Usulan Penelitian Skripsi sedangkan untuk skripsi Sistematika Penulisan dan outline tidak diperlukan karena sudah ada daftar isi.

BAB II KAJIAN,TINJAUAN PUSTAKA (diberi Judul)

Dalam Kajian Pustaka obyek bahasan harus di introdusir ke dalam judul bab. Bagian ini memuat teori-teori atau doktrin, konsep-konsep yang relevan dengan tema skripsi dan permasalahan hukum yang akan diteliti. Teori ini memiliki keterkaitan dengan Kerangka Pemikiran namun bukan kerangka pemikiran. Teori-teori harus bersumber dari buku teks, jurnal nasional atau internasional yang terakreditasi atau tidak terakreditasi, atau seri penerbitan sains lainnya, termasuk kedalamnya hasil-hasil penelitian. Uraian dalam tinjauan pustaka ini harus memiliki keterkaitan dan relevansinya dengan kerangka pemikiran dan masalah yang diteliti. Buku-buku yang digunakan sebagai rujukan untuk keperluan Kajian/Tinjauan Pustaka, adalah buku dengan terbitan terbaru dan relevan dengan kebutuhan penulisan hukum, sebaiknya diutamakan buku-buku sebelum 5 (lima) tahun kebelakang.

BAB III DATA PENELITIAN LAPANGAN (berupa data kepustakaan untuk penelitian pembandingan hukum/sistem hukum atau data lapangan)) (diberi Judul)

Memuat data yang diperoleh dari penelitian, dapat berupa data sekunder maupun data primer, atau merupakan gabungan keduanya. Data sekunder (data kepustakaan) diperoleh apabila penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif.8 Sedangkan data non hukum diperoleh apabila peserta didik menggunakan penelitian hukum empirik.9 Umumnya dalam penelitian hukum empirik, data sekunder harus dimuat pada bagian ini. Pemuatannya harus memperhatikan kedudukan kedua data tersebut, bahwa satu data bersifat penunjang bagi data lainnya.

8 Ronny Hanitijo Soernitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurirnetri, op.,cit, him. 11. 9 Dikatakan oleh Ronny Hanitijo Soemitro, Penelitian hukurn dapat dibedakan menjadi penelitian hukurn

normatif dan penelitian hukum sosiologi... Penelitian hukum sosiologis atau empiris terutama meneliti data primer. Lihat Ronny Hanitijo Soemitro, ibid, him. 9.

BAB IV ANALISIS DATA (diberi Judul)

Bagian ini merupakan inti skripsi, memuat seluruh permasalahan

(hukum) yang telah diidentifikasi, kemudian dianalisis satu persatu secara tuntas dan sistematis, dan memiliki keterkaitan dengan tinjauan pustaka. Oleh karena itu sebaiknya uraian ini terbagi dalam beberapa sub-bab sesuai dengan identifikasi masalah pada bab I (satu). Pada bagian analisis juga harus konsisten dengan kerangka pemikiran yang dijadikan landasan berpijak serta konsisten dengan metode penelitian yang digunakan.

Bagian analisis ini pada prinsipnya adalah uraian yang memfokuskan kepada upaya-upaya untuk menjelaskan dan menjawab identifikasi masalah secara lengkap, sistematis dan terarah.

BAB V PENUTUP

Berisi Simpulan dan Saran. Simpulan merupakan jawaban peneliti

terhadap permasalahan hukum yang ada dalam identifikasi masalah. Simpulan harus menunjukan benang merah antara identifikasi masalah dan analisis pada pembahasan.

Saran, merupakan uraian yang dikemukakan peneliti terhadap berbagai persoalan yang tidak dapat dijawab oleh simpulan, saran dapat merupakan usulan atau tanggapan (komentar) terhadap persoalan untuk dicarikan jalan keluarnya. Oleh karena itu saran bersifat lebih prediktif (mengarah kepada perbaikan di masa akan datang). DAFTAR PUSTAKA

Dalam daftar pustaka dicantumkan secara lengkap kepustakaan yang

dipergunakan, dapat baik yang terdiri dari bahan hukum primer (mis. peraturan perundang-undangan dan lain-lain) atau bahan hukum sekunder (hasil-hasil penelitian, jurnal ilmiah, seri penerbitan sains) juga dapat dari bahan hukum tersier (mis. Bibliografi, Indeks Kumulatif dan lain-lain). Susunlah sumber yang digunakan secara sistematis sebagaimana dapat dilihat dalam tatacara penulisan footnotes (pada bagian belakang) dalam buku pedoman ini.

LAMPIRAN (wajib ada) berisi tentang bukti-bukti yang memperlihatkan bahwa peneliti telah melakukan penelitian.

B. MEMORANDUM HUKUM

1. Pengertian Memorandum Hukum merupakan karya tulis ilmiah bidang hukum yang

disusun, dalam bentuk pendapat hukum (legal opinion), yang substansinya memuat nasihat hukum (legal advice), untuk memberikan solusi (problem solving) terhadap persoalan hukum. Memorandum Hukum dibuat untuk mengkaji: a. Persoalan hukum yang telah memiliki dasar hukum dalam hukum positif,

khususnya dalam peraturan perundang-undangan; b. Persoalan hukum yang belum memiliki dasar hukum yang pasti di dalam

hukum positif atau perundang-undangan, sehingga terhadap hal tersebut (peserta didik) perlu melakukan / dilakukan penafsiran hukum (interpretasi) atau konstruksi hukum, untuk menemukan landasan hukum dalam hukum positif khususnya peraturan perundang-undangan, dan menerapkannya dalam persoalan yang tengah dikaji.

2. Nasehat Hukum

Nasehat hukum (legal advice) dalam Memorandum Hukum di harapkan mampu memperlihatkan; a. Bagaimana kedudukan klien dalam persoalan yang tengah dihadapi

ditinjau/dikaji melalui kaidah-kaidah hukum positif (peraturan perundang-undangan dan sumber hukum lainnya);

b. Keuntungan-keuntungan apa yang mungkin diperoleh klien dari status yuridis tertentu;

c. Kemungkinan-kemungkinan untuk menghindar-kan diri dari kewajiban bertanggungjawab secara hukum kepada pihak lain;

d. Kemungkinan-kemungkinan bagi klien untuk sampai kepada konklusi akhir yang menguntungkan dalam suatu perkara hukum;

e. Antisipasi dan prediksi tentang dampak negatif yang mungkin timbul dari penerapan aturan hukum yang relevan terhadap situasi yang dihadapi klien;

f. Nasehat hukum itu umumnya disajikan dalam bentuk dan atau disebut Memorandum Hukum (Legal Memorandum).

3. Kepentingan Memorandum Hukum

Memorandum Hukum dibuat untuk kepentingan antara lain, a. Mempertimbangkan apakah seseorang akan menerima atau menolak untuk

menangani sebuah persoalan (kasus) hukum yang diajukan oleh klien; b. Mempersiapkan diri untuk pertemuan dengan klien dalam rangka

memperoleh fakta tambahan yang relevan dengan masalah yang dihadapi klien;

c. Mempersiapkan diri untuk memberi nasehat hukum dan rekomendasi pada klien tentang langkah-langkah apa yang lebih baik/tepat untuk diambil di antara berbagai kemungkinan yang ada;

d. Mempersiapkan diri untuk negosiasi dengan pihak-pihak yang secara potensial akan menjadi mitra atau tidak;

e. Mempersiapkan diri dalam penyusunan rancangan suatu perjanjian atau kesepakatan lain;

f. Mempersiapkan diri untuk berperkara di pengadilan; g. Mempersiapkan diri untuk naik banding atau peninjauan kembali terhadap

suatu putusan pengadilan; h. Mempersiapkan pandangan hukum yang menyangkut profil klien atau

perusahaannya dalam upaya pemenuhan persyaratan hukum tertentu (misalnya pemenuhan persyaratan yuridis untuk go-public)

4. PRINSIP-PRINSIP UMUM DALAM PENYUSUNAN MEMORANDUM HUKUM

a. Bersikap objektif, dalam arti bahwa nasehat hukum atau substansi

Memorandum Hukum harus secara utuh dan seksama mengkaji kekuatan dan kelemahan argumentasi yang hendak dibangun dan juga argumentasi yang mungkin dibuat oleh pihak lain (lawan). Berdasarkan hal itu perlu dilakukan telaah bagaimana kekuatan dan kelemahan dari klien dalam perkara yang dihadapinya. Pandangan atau nasehat hukum yang terdapat dalam Memorandum Hukum harus jujur dan berusaha selengkap mungkin menyajikan aturan-aturan hukum apa yang menetapkan kewajiban-kewajiban, pemberian ijin, dan atau penetapan larangan-larangan bagi klien;

b. Membuat analisis secara teliti dan selengkap mungkin, karena Memorandum Hukum akan menjadi dasar dan keputusan-keputusan penting yang akan diambil oleh klien. Oleh karena itu substansi Memorandum Hukum harus benar-benar dilandasi oleh hasil analisis yang cermat, teliti dan lengkap. Hal itu akan dapat dilakukan apabila seseorang

memiliki kemampuan untuk berfikir secara sistematis serta memiliki pengetahuan lengkap mengenai hukum positif atau berbagai aturan perundang-undangan;

c. Penulisan Memorandum Hukum, harus ditata sedemikian rupa, sehingga bersifat komunikatif, dan ide-ide penulisnya dapat tersaji dengan jelas serta mudah dipahami pembacanya.

5. SISTEMATIKA DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN MEMORANDUM

HUKUM

a. Sistematika Usulan Memorandum Hukum Lembar Judul (Kulit Muka) Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Daftar Isi A. Judul B. Latar Belakang Pemilihan Masalah Hukum C. Fakta Hukum dan Identifikasi Fakta Hukum

D. Penelusuran Dokumen (Aspek Legal Research dan Legal Audit) E. Alat Analisis F. Sistematika Penulisan Daftar Pustaka

b. Sistematika Memorandum Hukum

Lembar Judul (Kulit Muka) Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Latar Belakang pemilihan Masalah Hukum Bab II Fakta Hukum dan Identifikasi Fakta Hukum Bab III Alat Analisis Bab IV Ulasan Hukum Bab V Simpulan dan Saran Daftar Pustaka Lampiran (wajib ada)

Terhadap beberapa hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut: Judul

Syarat judul dalam Memorandum Hukum lebih sederhana dari skripsi, sekurang kurangnya memuat atau memiliki komposisi sebagai berikut, a. Dijelaskan persoalan hukum yang terjadi; b. Dijelaskan pihak-pihak yang terlibat dalam persoalan tersebut; Contoh: “Tindakan Hukum yang dapat dilakukan PT Sinarmas akibat Perbuatan melawan hukum PT Segala Tahu.” “Tindakan Hukum Ahmad terhadap perbuatan pencermaran nama baik yang dilakukan oleh Tuan A melalui Media Elektronik ”

Lembar Pengesahan

Tanda persetujuan Pembimbing yang menyatakan bahwa Memorandum Hukum layak untuk ditelaah atau diujikan. Lembar pengesahan harus ditandatangani asli. Untuk lebih jelas lembar pengesahan dapat di lihat dalam lampiran buku pedoman ini. (Lihat lampiran 2, 3, 4, 6).

Lembar Pernyataan Pada lembaran ini berisi tentang pernyataan bahwa,

1. Memorandum Hukum yang diajukan adalah belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di UNPAS maupun perguruan tinggi lainnya;

2. Memorandum Hukum ini secara substansial murni gagasan, rumusan dan penelitian penulis dengan arahan pembimbing;

3. Dalam Memorandum Hukum ini tidak terdapat karya-karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang atau dicanturnkan dalam daftar pustaka. (Lihat lampiran 7).

4. Menyatakan bukan hasil plagiarisme dengan ketentuan sudah melalui pemeriksaan turnitin/similariti .

Abstrak

Abstrak berbeda dengan Ikhtisar (epitoma) artinya potongan pendek, Sinopsis artinya sebuah susunan sistematis tentang hal-hal pokok, Kependekan (abridgement) artinya bentuk singkat naskah asli. Abstrak adalah deskripsi singkat atau kondensasi suatu karya tulis yang memuat: 1. Uraian latar belakang dan Inti masalah; 2. Alat analisis yang digunakan; 3. Hasil penelitian dan simpulan. 4. Abstrak harus mencantumkan kata kunci, minimal 3 kata, maksimal 5 kata.

Latar Belakang Pemilihan Masalah Hukum

Pada bagian ini diuraikan hal-hal yang sangat mendasar, atau hal yang bersifat unik mengenai persoalan yang hendak dikaji, uraian pada bagian ini harus bersifat sistematis, mulai dari hal yang bersifat umum sampai kepada hal yang bersifat khusus (persoalan yang tengah dikaji). Dalam pemaparannya dilakukan dengan memunculkan masalah hukum, aturan hukum yang dilanggar. Dalam bagian ini dijelaskan pula alasan mengapa penulis memilih judul dan persoalan ini.

Fakta Hukum dan Identifikasi Fakta Hukum

Fakta Hukum pada prinsipnya berkaitan dengan kasus posisi. Kasus Posisi adalah uraian yang berisi sekumpulan fakta yang membentuk satu atau beberapa peristiwa/ persoalan hukum. Penulis harus mampu mengangkat fakta yang secara hukum penting dari kasus yang terjadi. Ada beberapa acuan penting dalam perumusan fakta hukum sebagai berikut, a. Tentukan fakta apa yang signifikan secara hukum; b. Tentukan fakta utama yang melatar-belakangi situasi faktual klien; c. Fakta tersebut diurai secara tertata dan logis; d. Deskripsikan fakta secara akurat dan objektif;

Selanjutnya disusun Identifikasi Fakta Hukum (Legal Questions) yang akan

dijawab di dalam Memorandum Hukum. Untuk lebih memudahkan, gunakan notasi atau penomoran yang jelas dan konsisten. Perumusan Identifikasi ini harus mengkombinasikan aturan hukum dan asas hukum yang relevan dengan fakta utama yaitu persoalan yang dihadapi klien. Identifikasi juga harus menanyakan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencari solusi terhadap persoalan yang dihadapi oleh

klien. Contoh: Dapatkah perbuatan mengambil gambar adegan kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban dapat dikualifikasikan sebagai kejahatan menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik? Apakah tindakan yang dilakukan Robby yang membiarkan si A melakukan kekerasan terhadap si B dengan alasan karena takut dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan membiarkan orang yang perlu ditolong ? Penelusuran Dokumen (Aspek Legal Research dan Legal Audit)

Bagian ini dimulai dengan kegiatan penelusuran berbagai dokumen (peraturan

perundang-undangan dan sumber hukum positif lain) yang relevan dengan persoalan yang dihadapi dalam Memorandum Hukum. Penelusuran ini meliputi tahap inventarisasi dan identifikasi. Setelah dilakukan inventarisasi dan identifikasi terhadap sumber-sumber hukum positif, maka perlu dikaji bagaimana pemberlakuan aturan itu terhadap kedudukan klien (legal audit). Dalam tahap ini yang harus diperhatikan adalah : 1. Analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok

masalah; beberapa pegangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut, a. Apakah ruang lingkup suatu aturan perundang-undangan memang mencakup

juga situasi yang sedang dihadapi klien atau tidak; b. Akibat-akibat apa dari penerapan peraturan perundang-undangan terhadap

kasus yang dihadapi klien. c. Langkah melakukan audit peraturan perundang-undangan adalah sebagai

berikut: 1) Pahami bagaimana bahasa yang tersurat di dalam peraturan perundang-

undangan, dan bagaimana hasil penafsiran terhadap bahasa peraturan perundang-undangan itu dalam perkara akan memperkuat posisi klien atau justru sebaliknya memperkuat posisi pihak lawan;

2) Pahami bagaimana kebijakan yang terkandung di dalam peraturan perundang-undangan, dan fakta tentang penafsiran terhadap kebijakan itu dalam perkara akan memperkuat posisi klien atau sebaliknya memperkuat posisi pihak lawan;

3) Perhatikan dampak hirarkhi perundang-undangan terhadap daya suatu peraturan dan terhadap posisi klien;

4) Pastikan untuk memperoleh dan mempergunakan peraturan perundang-undangan yang terbaru/ terakhir;

5) Buatlah evaluasi dan simpulan akhir tentang posisi klien kaitannya dengan peraturan perundang-undangan.

2. Analisis terhadap Putusan Pengadilan yang dipandang relevan dapat memecahkan

persoalan dalam Memorandum Hukum. Beberapa langkah analisis terhadap Putusan Pengadilan: a. Pahami sebaik mungkin situasi dan duduk perkara dari putusan pengadilan yang

hendak dianalisis; b. Bandingkan dan identifikasikan persamaan dan perbedaan antara fakta dalam

putusan hakim dengan fakta yang dihadapi klien, kemudian tetapkan apakah persamaan atau perbedaan itu mendukung atau justru sebaliknya merugikan klien: 1) Bila mendukung tunjukan bahwa putusan pengadilan yang dianalisis pada

dasarnya sama (sejenis) dengan kasus yang dihadapi klien; 2) Bila merugikan tunjukan bahwa putusan pengadilan yang tengah dianalisis

sebenarnya memiliki fakta yang berbeda dengan fakta yang dihadapi klien (tajamkan penyajian fakta yang menunjukan perbedaan).

c. Identifikasi dan rumuskan jalan pikiran dari kebijakan yang terkandung di dalam putusan pengadilan yang dianalisis apakah menguntungkan kedudukan klien atau sebaliknya;

d. Evaluasi dan simpulkan kekuatan-kekuatan dari kasus yang dihadapi klien. Alat Analisis

Pada bagian ini jelaskan Alat Analisis apa yang digunakan, umumnya adalah Interpretasi Hukum dan Konstruksi Hukum. Interpretasi hukum adalah proses pemberian makna dengan masih tetap berpegang pada teks undang-undang, masih tetap berpegang pada bunyi teks tersebut10. Beberapa macam interpretasi Hukum: 1. Subsumtif, hakim menerapkan suatu teks Undang-Undang terhadap kasus in-

concreto, misalnya. Apakah Pasal 372 KUHP cocok dengan fakta hukumnya.

10 Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukuni; Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Gunung Agung, 2002, him. 156.

2. Gramatical, kata-kata dalam Undang-Undang sesuai kaidah bahasa, kaidah hukum tata bahasa. Mis. “berada11 dalam kekuasaannya” dalam Pasal 362 KUHP apa maknanya;

3. Historis, sejarah Undang-Undang (kehendak pembuat Undang-Undang pada waktu membuat aturan), sejarah hukum (memahami Undang-Undang dalam konteks sejarah hukum);

4. Sistematis, menafsirkan Undang-Undang sebagai bagian sistem yang utuh; 5. Sosiologis, tujuan kemasyarakatan, misalnya apakah aturan sudah usang atau

belum. 6. Ekstensif, memperluas makna dan melebihi interpretasi Gramatikal; 7. Komparatif (Perbandingan), Futuristik, melihat hukum yang akan datang. (untuk

lebih lengkap tentang hal ini sebaiknya dilihat dalam beberapa buku teks Pengantar Imu Hukum).

Adapun Konstruksi Hukum adalah proses pemberian makna melalui penalaran

logis untuk mengembangkan lebih lanjut teks undang-undang dengan tidak mengabaikan hukum sebagai suatu sistem. Beberapa macam Konstruksi Hukum: 1. Argumentum Per-Analogian (Analogi), hakim mencari esensi yang lebih umum pada

suatu perbuatan yang diatur oleh Undang-Undang dengan perbuatan atau peristiwa yang secara konkrit dihadapi. Sebagian pakar menyebut analogi sama dengan Penafsiran Ekstensif. (Kasus Listrik, tahun 1921 HR);

2. Argumentum A’confrano, menggunakan penalaran, jika Undang-Undang menetapkan hal tertentu untuk peristiwa tertentu;

3. Pengkonkritan hukum, mengkonkritkan peraturan yang terlalu abstrak, misalnya terhadap Pasal 1365 KUH Perdata (perbuatan melawan hukum);

4. Fiksi Hukum, penemuan hukum yang mengemukakan fakta baru kepada kita, sehingga tampil personifikasi baru dihadapi kita. Setiap orang (dianggap) tahu Undang-undang.

Ulasan Hukum Pada bagian ini diuraikan tentang analisis masalah (analisis terhadap Identifikasi

Fakta Hukum), dengan menggunakan landasan yang telah diuraikan dalam penelusuran Dokumen (Peraturan Perundang-undangan yang relevan dan pandangan ahli hukum). Analisis harus tajam dan konkret dan menjelaskan secara rinci serta sistematis tentang persoalan-persoalan yang ditanyakan dalam identifikasi fakta hukum. Analisis juga hendaknya mencoba menjawab secara lebih faktual dan

11

pragmatis bagi kepentingan klien sehingga pandangan yang ada dalam memorandum hukum memiliki nilai praktis (dapat diaplikasikan).

Dalam ulasan hukum ini pada dasarnya merupakan inti dari Memorandum Hukum yang akan memuat semacam opini hukum (legal opinion). Legal opinion adalah pandangan, simpulan dan rekomendasi yang dibuat oleh penyusun Memorandum Hukum tentang kedudukan hukum/posisi yuridik dilihat dan aturan hukum positif yang berlaku dalam perkara/ persoalan/masalah tersebut. Langkah dalam penyusunan Legal Opinion yaitu: 1. Bahas setiap masalah secara terpisah apabila lebih dari satu masalah; 2. Bahaslah setiap sub-masalah secara terpisah pula; 3. Upayakan untuk selalu mengkaitkan aturan-aturan hukum yang dianggap relevan

untuk setiap masalah dan atau sub masalah, sebelum aturan-aturan itu diterapkan pada fakta di dalam pembahasan.

Dalam pembahasan legal opinion ini keterampilan seorang ahli hukum untuk

menganalisis peraturan perundang-undangan dan keputusan hukum yang sudah ada menjadi sangat penting artinya, karena di sini ia harus membuktikan bahwa fakta dan kebijakan dalam peraturan perundang-undangan itu sama (atau berbeda) dan fakta dan kebijakan yang harus diterapkan pada masalah yang tengah dihadapi oleh kliennya. Legal opinion pada akhirnya merupakan bahan yang akan dijelaskan dalam simpulan sebagai jawaban terhadap identifikasi fakta hukum. Simpulan

Memuat pernyataan yang substansinya merupakan jawaban terhadap Identifikasi Fakta Hukum. Simpulan ini berisi mengenai rekomendasi yang substansinya berupa pendapat hukum sehingga rekomendasi tersebut dapat dijadikan atau digunakan bagi pihak yang berkepentingan dalam penyelesaian masalahnya. Lampiran (wajib ada) yaitu berisi : berupa bukti bukti telah dilakukannya penelitian. C. STUDI KASUS

1. Pengertian

Stusi Kasus12 adalah karya tulis Ilmiah yang bertujuan untuk memecahkan kasus tertentu baik yang melalui proses litigasi maupun proses non litigasi dengan melakukan penelusuran (berbagai) kasus13 baik yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap maupun belum, untuk selanjutnya membuat tanggapan, komentar atau analisis terhadap kasus tersebut yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik secara yuridis (praktis maupun teoritis). Sebuah kasus adalah suatu pemaparan sejumlah fakta, hubungan-hubungan dan kejadian-kejadian yang di dalamnya tersembunyi satu atau lebih masalah yuridis.14

Memilih kasus yang akan dikaji berasal dari putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, tidak seluruhnya dapat dijadikan topik studi kasus, hanya terhadap putusan yang di dalamnya mengandung: 1) Penemuan hukum baru; 2) Penyimpangan asas; 3) Kesenjangan (Gap); 4) Kekeliruan substansial; 5) Kesalahan formal, dll.

Untuk dapat mengetahui putusan yang didalamnya terkandung hal sebagaimana tersebut di atas, diperlukan pengetahuan dasar (based knowledge), kemampuan menelusuri ringkasan kasus (putusan), karena sebuah ringkasan putusan pengadilan menentukan sebuah klasifikasi subjek bagi kasus-kasus yang diterbitkan secara kronologis, demikian juga dengan kemampuan penelusuran buku-buku (yurisprudensi) yang telah diterbitkan untuk memberikan sebuah pendekatan topikal (pendekatan menurut topik

12 Studi Kasus dalam penulisan hukum di Fakultas Hukum Unpas Bandung bukan/ tidak sama

dengan pengertian Studi Kasus yang umum digunakan sebagai Desain dan Metode dalam Ilmu-ilmu Sosial lain (Mis. Sosiologi, Antrhopologi dan lainnya). Pengertian Studi Kasus demikian itu pada dasarnya hanya menunjuk kepada apa yang dikemukakan oleh Robert K. Yin bahwa Studi Kasus adalah “suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan di mana multi sumber bukti dimanfaatkannya”. Lihat Robert K. Yin, Studi Kasus, Desain dan Metode, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2000, him. 18. Studi Kasus dalam penulisan hukum di Fakultas Hukum Unpas adalah apa yang dijelaskan oleh Morris L. Cohen dengan isitlah “Case Finding” (penelusuran kasus). Lihat Morris L. Cohen, Legal Research In a Nutsheel, West Publishing Co. 1992, him. 43 dst.

13 “The doctrine of precedent operates effectively only in judicial decisions are easily available to

lawyer and courts. In order to determine the aplicable law, lawyer must have some means locating “cases on point”, earlier decision factually and legally relevant to a dispute at hand. They need precedent to support their positions and to persuade a court to accept their argument. However, as we have seen, judicial decisions are published in chronological order, rather than by subject. Relevan precedent could million published decisions without some means of subject cases”. Lthat Morris L Cohen dalam Legal Research, ibid, him. 43-44.

14 Lihat G.R. van der Burght dan JDC. Winkelman, Pemecahan (Penyelesaian) Kasus, Mm. 1,

Terjemahan dan Bahan Kuliah di Fakultas Hukum Unpar, Tahun dan Tempat penerbitan tidak tercantum.

hukum).

2. Langkah-langkah Penyelesaian Kasus Penyelesaian suatu kasus bersifat relatif dan kompleks (majemuk).

Proses ini dapat dibuat menjadi jelas dengan cara menguraikan (menjabarkan) dan membagi proses tersebut ke dalam beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut adalah: a. Meletakan kasus dalam sebuah peta (memetakan kasus) atau memaparkan

kasus dalam sebuah ikhtisar (peta), artinya memaparkan secara singkat duduk perkara dan sebuah kasus (menskematisasi); langkah riil berkenaan dengan penataan sekelompok fakta-fakta dan kejadian-kejadian hingga mewujudkan suatu keseluruhan yang jelas dan berkerangka umum (berwujud sebuah ikhtisar) atau suatu gambaran umum menyeluruh (overzichtelijk);

b. Menterjemahkan kasus itu ke dalam peristilahan yuridis (mengkualifikasi, pengkualifikasian); Fakta-fakta dan kejadian yang telah tertata itu selanjutnya harus diterjemahkan ke dalam peristilahan yuridis; langkah ini disebut tindakan mengkualifikasi. Hal ini perlu karena aturan-aturan hukum yang harus digunakan untuk menghasilkan suatu penyelesaian dirumuskan dalam peristilahan yuridis. Pada fase ini, dengan demikian yang dilakukan adalah meletakan hubungan antara fakta-fakta dan aturan-aturan hukum;

c. Seleksi aturan-aturan hukum yang relevan, setelah langkah pertama dan ke dua di atas maka berdasarkan fakta-fakta dan kasus yang telah diterjemahkan ke dalam peristilahan hukum (yang telah dikualifikasi), harus ditemukan aturan-aturan hukum yang dapat diterapkan. Selama berlangsungnya fase ini, orang dihadapkan (dikonfrontasikan) pada pertanyaan: di mana dan cara apa saya temukan aturan hukum yang dapat diterapkan pada kasus tersebut. Tempat menemukan sumber-sumber pengenalan (hukum) atau sumber hukum formal yang penting dari hukum adalah perundang-undangan, putusan hakim (pengadilan) dan kepustakaan hukum dalam majalah-majalah dan buku-buku;

d. Analisis dan penafsiran (interpretasi) terhadap aturan-aturan hukum; Tentang aturan hukum, hendaknya kita jangan hanya ingat pada aturan-aturan hukum yang tercantum dalam pasal-pasal undang-undang saja. Banyak aturan hukum (yang dinamakan aturan tidak tertulis) yang tidak secara harfiah dapat ditemukan kembali dalam undang—undang, tetapi dalam perjalanan waktu dibentuk dan dikembangkan oleh peradilan. Segera setelah aturan-aturan hukum yang dapat diterapkan ditemukan dan

diseleksi, maka isi dan teks aturan hukum itu harus ditetapkan dan diuraikan (dijelaskan dan ditafsirkan);

e. Penerapan aturan-aturan hukum pada kasus; Jika arti suatu aturan hukum dan akibat-akibat hukum yang terkait pada aturan hukum itu melalui penelaahan, analisis dan interpretasi telah ditetapkan, maka apa yang telah ditemukan itu harus diterapkan pada kasus yang tengah dihadapi;

f. Mengevaluasi dan menimbang (mengkaji) argumen dan penyelesaian; Sering tejadi bahwa terhadap suatu aturan hukum dapat diberikan lebih dari suatu interpretasi. Untuk masing-masing interpretasi itu diajukan argumen-argumen untuk mendukungnya. Pada umumnya dimungkinkan bahwa interpretasi yang bersangkutan telah turut diberikan oleh konsekuensi-konsekuensi yang terkait padanya bagi (pihak-pihak dalam) kasus tersebut. Dalam fase-fase di atas nampak bahwa proses penyelesaian suatu kasus saling berkaitan (jalin-menjalin), sekaligus juga akan menjadi jelas bahwa hal menimbang sebagai argumen yang berbeda-beda dapat ditentukan (dipengaruhi) oleh sikap dan yuris terhadap gejala-gejala dan masalah-masalah individual kemasyarakatan;

g. Perumusan formulasi penyelesaian;15 Jika setelah menjalani berbagai fase akhirnya penyelesaian untuk kasus itu ditemukan, maka penyelesaian itu harus dipaparkan dalam bahasa yang jelas dan dapat dipahami, hal demikian itu disertai dengan suatu susunan yang berkerangka umum dan pembagian serta penanganan butir demi butir dari kasus itu.

3. SISTEMATIKA DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN STUDI KASUS

a. SISTEMATIKA USULAN PENULISAN STUDI KASUS SEBAGAI

BERIKUT:

Lembar Judul (Kulit Muka) Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Daf tar Isi A. Latar Belakang Pemilihan Kasus B. Kasus Posisi, Fakta Hukum, dan Identifikasi Fakta Hukum C. Penelusuran Dokumen (Aspek Legal Research dan Legal Audit)

15 Ibid.

D. Alat Analisis E. Sistematika Penulisan Daftar Pustaka

b. SISTEMATIKA STUDI KASUS

Lembar Judul (Kulit Muka) Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Latar Belakang Pemilihan Kasus Bab II Kasus Posisi, Fakta Hukum dan Identifikasi Fakta Hukum Bab III Alat Analisis Bab IV Pertimbangan Hukum dan Ringkasan Putusan Bab V Analisis Bab VI Simpulan Daftar Pustaka Lampiran

Terhadap beberapa hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

Judul Judul studi kasus sekurang-kurangnya memuat atau memiliki komposisi

sebagai berikut: a. Dijelaskan persoalan hukum yang terjadi; b. Dijelaskan nomor Putusan Pengadilan atau Putusan Non Litigasi

Contoh: “Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 012/ dst (ditulis no. putusannya) tentang Kekeliruan Hakim Pengadilan Negeri dalam Menafsirkan Unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum” Lembar Pengesahan

Tanda persetujuan Pembimbing yang menyatakan bahwa Studi Kasus layak untuk ditelaah atau diujikan. Penandatangan lembar pengesahan asli. Untuk lebih jelas lembar pengesahan dapat di lihat dalam lampiran buku pedoman ini. (Lihat lampiran 2, 3, 4, 6).

Lembar Pernyataan

Pada lembaran ini berisi tentang pernyataan bahwa: a. Studi Kasus yang diajukan adalah belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar akademik baik di UNPAS maupun perguruan tinggi lainnya; b. Studi kasus ini secara substansial murni gagasan, rumusan, dan penelitian

penulis dengan arahan pembimbing; c. Dalam Studi Kasus ini tidak terdapat karya-karya atau pendapat yang telah

ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang atau dicantumkan dalam daftar pustaka.

d. Menyatakan bukan hasil plagiarisme dengan ketentuan sudah melalui pemeriksaan turnitin/similariti .

Abstrak

Abstrak berbeda dengan Ikhtisar (epitoma) artinya potongan pendek, Sinopsis artinya sebuah susunan sistematis tentang hal-hal pokok, Kependekan (abridgement) artinya bentuk singkat naskah asli. Abstrak adalah deskripsi singkat atau kondensasi suatu karangan yang memuat: a. Kasus posisi; b. Inti masalah; c. Alat Analisis, dan d. Simpulan. Latar Belakang Pemilihan Kasus

Pada bagian ini diuraikan Latar Belakang Pemilihan Kasus, serta beberapa hal yang mendasar tentang keunikan atau yang bersifat khusus dan kasus yang dipilih, uraikan pula ketentuan hukum yang relevan yang berkaitan dengan kasus yang dipilih. Dalam pemaparannya harus tergambar persoalan hukum dalam kasus yang tengah dikaji.

Kasus Posisi dan Identifikasi Fakta Hukum

Kasus Posisi berkaitan dengan uraian secara runtut kejadian atau peristiwa yang terjadi dengan menyebutkan lokus dan tempusnya. Pada bagian ini diuraikan kasus posisi yang terjadi secara sistematis. Dalam uraian kasus yang tengah dikaji ini harus tergambar tentang fakta hukum. Menguraikan fakta hukum sangat penting, yaitu untuk menajamkan (fokus) pembahasan, sehingga pembahasan tidak menyimpang dan persoalan yang tengah dikaji (misalnya. fokusnya hanya pada fakta penunjang saja).

Selanjutnya disusun Identifikasi Fakta Hukum (Legal Questions) yang akan dijawab di dalam Studi Kasus. Untuk lebih memudahkan, gunakan notasi atau penomoran yang jelas dan konsisten. Perumusan Identifikasi ini harus memperlihatkan adanya kesenjangan, ketidak-harmonisan, penyimpangan dan lain-lain.

Contoh,

“Apakah pertimbangan hukum majelis hakim dalam Putusan Mahkamah Agung No. 112 (dan seterusnya/ditulis No. Putusannya) telah memperhatikan unsur-unsur Perhuatan Melawan Hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata? Alat Analisis

Pada bagian ini dijelaskan Alat Analisis apa yang digunakan dalam studi kasus tersebut. Studi Kasus (penelusuran kasus) umumnya menggunakan Alat Analisis konstruksi hukum atau interpretasi hukum. Penjelasan tentang Alat Analisis ini, menunjuk kepada Mat Analisis pada bagian Memorandum Hukum.

Pertimbangan Hukum dan Ringkasan Putusan

Bagian ini menguraikan Pertimbangan Hukum yang dikeluarkan oleh Majelis Hakim dalam Putusan yang tengah dikaji. Pertimbangan Hukum yang diuraikan seyogianya pertimbangan yang relevan dengan kasus posisinya, dan kepentingan untuk analisis. Bagian ini muat pula Ringkasan Putusan atau Diktum, umumnya termuat pada bagian akhir putusan hakim.

Analisis

Analisis putusan dilakukan melalui pengujian masalah hukum, dengan menggunakan asas hukum, aturan perundang-undangan. Ditelaah pula apakah pertimbangan hakim dalam putusan tersebut telah sesuai dengan asas atau aturan hukum, ditelaah pula apakah pertimbangan hukum dalam putusan itu koheren atau saling bertolak belakang/bertentangan satu dengan yang lainnya.

Dalam bagian ini harus tergambar pula penggunaan Alat Analisis dalam menyelesaikan persoalan yang tengah dikaji.

Pengkajian masalah hukum dan putusan harus ditunjang oleh fakta yuridis dalam putusan. Fokus masalah pada tahap ini adalah dengan membahas ratio decidendi dari putusan. Pada tahap ini dapat dilakukan pula melalui telaah teoritis dan atau doktrin hukum yang dipandang relevan. Pada tahap Analisis alasan-alasan hukum (legal reasoning) dalam putusan biasanya tidak lengkap (tidak semua), sebagai contoh, dalam putusan pidana, bagian putusan yang memuat pendapat hakim pada umumnya cukup mengatakan

“....dengan pemperhatikan pendapat penuntut umum dalam tuntutan pidananya, penasehat hukum dalam pembelaannya dan pemeriksaan dalam sidang maka pengadilan memutuskan.

Dari hal tersebut di atas, terlihat bahwa hakim tidak mengemukakan

penjelasan bagian mana dari pendapat penuntut umum yang diterima atau ditolak, bagian mana dari pembelaan yang diterima atau ditolak, bagian mana dari keterangan saksi, misalnya yang dipercayai oleh pengadilan dalam proses pembuktian. Hal ini akan menyulitkan untuk mengikuti proses berfikir pengambil keputusan (hakim, arbiter), mengapa hakim mengambil keputusan “a” atau keputusan “b”.

Apabila terjadi sebagaimana dijelaskan di atas maka dapat dilakukan Analisis sebagai berikut: a. bila keunikan putusan tersebut muncul akibat kesalahan penerapan aturan ke

dalam fakta, maka harus diberi jalan keluar tentang bagaimana penerapan aturan tersebut seharusnya, sehingga dapat diperoleh jawaban tentang bagaimana putusan yang seharusnya diputuskan. Bila dipandang perlu dapat pula dibandingkan dengan putusan lain yang menyangkut fakta sejenis.

b. Bila keunikan putusan sebagai akibat penemuan hukum baru, maka dapat ditarik simpulan tentang bagaimana pengaruh penemuan hukum tersebut terhadap perkembangan masalah hukum yang dihadapi, bila perlu bandingkan dengan putusan lain menyangkut fakta sejenis.

c. Bila keunikan putusan muncul sebagai akibat adanya kesalahan formal putusan, maka dapat disimpulkan tentang akibat hukum yang dapat muncul berkaitan dengan putusan yang salah tersebut, serta bagaimana putusan tersebut seharusnya, sehingga tidak terjadi putusan yang mengandung kesalahan formal.

Simpulan

Simpulan merupakan uraian akhir dan sekaligus berisi pendapat dan argumentasi penulis yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap putusan. Simpulan adalah jawaban terhadap Identifikasi Fakta Hukum atau masalah hukum yang tengah dikaji.

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka harus secara lengkap mencantumkan kepustakaan yang digunakan. Umumnya daftar pustaka yang telah dikutip selama penulisan Studi Kasus. Kepustakaan ini terdiri dari buku teks, makalah dan jurnal, aturan perundang-undangan, dan lain-lain misalnya seperti website, bibliografi, indeks kumulaltif dan lain-lain.

Lampiran (wajib ada), yaitu berupa bukti-bukti telah dilakukannya penelitian

BAB III BEBERAPA TATA CARA PENULISAN HUKUM

A. PENOMORAN BAB DAN PEMBERIAN ABJAD

Pemberian abjad atau penomoran dilakukan sebagai berikut: 1. Untuk Tulisan bab yang ditulis sebagai awal bab, ditempatkan ditengah pada

bagian atas kertas, dengan menggunakan huruf besar, ditulis BAB I, BAB II, BAB III, dan seterusnya;

2. Setelah penulisan BAB I untuk selanjutnya apabila terdapat sub judul bab maka ditulis dengan menggunakan pemberian abjad sebagai berikut, A, B, C dan seterusnya, termasuk BAB II, III, dan seterusnya. Pemberian abjad harus dilakukan secara berurutan.

3. Untuk penulisan point yang bukan merupakan sub bab dapat di beri nomor. 1, 2, 3, dan seterusnya, apabila masih terdapat bagian lain yang memerlukan pemberian abjad maka selanjutnya digunakan angkan a, b, c dan seterusnya. Apabila masih ada digunakan, 1), 2), 3), seterusnya, a). b), c) dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut:

BAB I (Judul Bab)

A. (untuk sub bab) 1. (untuk sub-sub bab)

a. (Untuk sub-sub-sub bab) 1. (untuk penulisan point) a. (untuk penulisan point selanjutnya)

1) (untuk penulisan point selanjutnya) a) (untuk seterusnya)

B. PENOMORAN HALAMAN

1. Pemberian nomor pada halaman pertama (depan) yang terdapat judul bab, atau halaman pertama pada bab baru, nomor di simpan pada tengah kertas bagian bawah;

2. Untuk halaman selanjutnya nomor disimpan pada bagian kanan atas. C. UKURAN KERTAS, SPASI PENULISAN, DAN UKURAN HURUF

1. Kertas yang digunakan dalam penulisan hukum adalah kertas kwarto A5. 2. Untuk penulisan dalam bentuk konsep (masih dalam perbaikan) tidak

ditentukan gram kertas, sedangkan untuk penulisan yang sudah jadi (siap cetak) digunakan kertas ukuran 80 gram.

3. Cover Penulisan Hukum warna Merah, dibuat sesuai contoh yang telah ditentukan oleh fakultas hukum, dengan ukuran cover adalah kertas kwarto A5;

4. Spasi penulisan, digunakan ukuran sebagai berikut: a. Spasi atas sampai pada penulisan digunakan 4 cm, atau ukuran 4 (empat)

pada page set up komputer; b. Spasi kiri 4 cm, atau ukuran 4 (empat) pada page set up komputer; c. Spasi bawah sampai tulisan digunakan 3 cm, atau ukuran 3 (tiga) pada page

set up komputer; d. Spasi kanan sampai tulisan digunakan 3 cm, atau ukuran 3 (tiga) pada page

set up komputer; e. Ukuran spasi perhuruf digunakan 2 spasi. Untuk Abstrak digunakan 1 spasi.

f. Ukuran huruf yang digunakan, ukuran 12 (dua belas) untuk huruf tipe Time New Romans dalam komputer, atau 14 (empat belas) untuk huruf yang lebih kecil dan Time New Romans.

g. Untuk huruf dalam sub bab digunakan huruf yang lebih besar dari ukuran huruf pada uraian. Sedangkan untuk huruf judul bab digunakan lebih besar dari ukuran huruf sub bab. Misalnya, huruf uraian berukuran 12. Untuk sub bab dapat 13 atau 14 dan untuk judul bab, dapat 15 atau 16.

h. Untuk huruf yang dijadikan kutipan misalnya pengutipan yang lebih dari lima baris maka huruf kutipan lebih kecil dari uraian umum, mis : uraian menggunakan huruf berukuran 12 (komputer) maka kutipan dapat digunakan ukuran 11 atau 10 (komputer).

D. TATACARA PENGUTIPAN

Sistem pengutipan yang digunakan adalah sistem mendeley, dan sistem mendeley dapat memuat buah fikiran fakta-fakta atau ihktisar, juga dapat berupa komentar atas suatu teks yang dikemukakan, dengan merujuk kepada sumber yang dikutip. Pengutipan dengan sistem mendeley tidak mengutif secara langsung, tetapi harus menggunakan parafrase.

1. Pengutipan menggunakan Mendeley dilakukan secara otomatis melalui aplikasi tersebut.

2. Pengutipan menggunakan Gaya Selingkung atau Citation Style yaitu American Psychological Association 7th edition atau yang sering disebut sebagai APA 7th.

3. Berdasarkan No. 2, Pengutipan ditambahkan atribut halaman sesuai dengan halaman pengutipan yang juga menggunakan Mendeley.

4. Contoh hasil pengutipan: Komunisme runtuh karena faktor sosial dan budaya (Miller & Biondi, 2015, hal. 225).

E. Daftar Pustaka

Daftar pustaka dibuat sesuai dengan system mendeley dengan gaya selingkung

atau citation style yaitu American Psychological Association 7th edition atau

yang sering disebut sebagai APA 7th . sebagai contoh

Miller, F., & Biondi, C.-A. (2015). A Treatise of Legal Philosophy and General Jurisprudence. Volume 6: A History of the Philosophy of Law from the Ancient Greeks to the Scholastics (E. Pattaro (ed.); Vol. 6). Springer.

BAB IV

LUARAN HASIL PENELITIAN

Setiap penelitian yang dilakukan, selalu menghasilkan luaran yang

diharapkan dapat menjadi rujukan atau konsep yang bermanfaat bagi masyarakat,

dan luaran tersebut sebaiknya dapat dipublikasikan baik dalam bentuk buku, artikel

ilmiah maupun procceding.

Untuk mendapatkan nilai tambahan dari hasil sidang komprehensif, selain nilai

ujian sidang, maka mahasiswa akan mendapatkan nilai tambahan dari publikasi

hasil penelitian.

Tatacara dan sistematika penulisan luaran hasil penelitian dapat di akses di

”JURNAL MAHUPAS”

E. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENULISAN16

1. Nama undang-undang ditulis lengkap sesuai dengan judulnya; 2. Penulisan pasal : contoh Pasal 5 ayat (1), P besar serta angka ayat di antara

tanda kurung. Mengingat Pasal I umumya merupakan pasal berisikan pengertian, maka pasal tersebut tidak mempunyai “ayat” akan tetapi “butir”;

3. Peraturan perundangan, seharusnya : peraturan perundang-undangan. 4. Penulisan “di” digabung apabila merupakan awalan kata kerja seperti

“diatasi”. “Di atas” dilepas karena bukan awalan kata kerja; 5. Penulisan kata majemuk “aneka ragam” dilepas, akan tetapi

“keanekaragaman” digabung, karena ada awalan “ke” dan akhiran “an”; 6. Kata “analisa” seharusnya “analisis”, karena yang diambil dalam

transformasi ke dalam bahasa Indonesia adalah pengucapannya dalam bahasa Inggris analysis, bukan bahasa Belanda analyse. Demikian pula “sistem” bahasa Inggris : system), bukan “sistim” (bahasa Belanda : systeem);

16 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan ini diambil dan catatan Koesnadi

Hardjasoemantri, yang umumnya digunakan sebagai pedoman penulisan makalah tugas Mata Kuliah Hukum Lingkungan yang dibina oleh Beliau di beberapa Perguruan Tinggi (Pasca-Saijana Ilmu Hukurn), Tulisan tanpa tahun dan tanpa penerbit.

7. Penulisan “...ir” seperti “diinventarisir” dan kata Belanda “inventariseren” harus diganti menjadi “diinventarisasi” dan kata Inggris “inventarization”;

Demikian juga dengan ploklamir menjadi proklamasi, introdusir menjadi intro duksi, eksploitir menjadi eksploatasi dan segalanya;

8. Penulisan “kwalitas”, menjadi “kualitas”, karena tidak boleh ada dua huruf mati berurutan, dengan beberapa pengecualian, di antaranya kata “sanksi” tidak boleh sangsi, yang mempunyai pengertian lain;

9. Penulisan “resiko” menjadi “risiko”, “tehnik” menjadi “teknik”, “azas” menjadi “asas”;

10. Penulisan “efektip, produktip, negatip” huruf “p”nya diganti dengan “f” menjadi “efektif, produktif, negatif” karena bangsa Indonesia mengenal dan dapat mengucapkan huruf :“ f”;

11. Kata “f” memakai “f”, akan tetapi apabila berubah menjadi “aktivitas” huruf “f” berubah menjadli “v”;

12. Kata “peruntukan” ditulis dengan satu “k”, yaitu awalan pe dan akhiran an, akan tetapi “diperuntukan” ditulis dengan dua “k” karena di sini dengan awalan di dan akhiran kan;

13. Kata “data-data” adalah keliru, karena “data” adalah jamak dan kata “datum” yang tunggal;

14. Kata “yang mana, di mana” perlu diganti; 15. Perlu diperhatikan bentuk kalimat aktif dengan menggunakan kata kerja

dengan awalan “me” serta kalimat pasif dengan menggunakan awalan “di”, seperti “Dalam Pasal 5 dinyatakan ...“ dan “Pasal 5 menyatakan “, jadi bukan “Dalam Pasal 5 menyatakan ....“;

16. Penulisan “nonhayati” digabung karena kata “non” tidak berdiri sendiri; 17. Dalam karya ilmiah dihindari kata seperti “tidak karuan, seenaknya” yang

digunakan sebagai ungkapan sehari-hari; 18. Penggunaan “adalah merupakan” perlu dipilih satu, karena kedua-duanya

adalah predikat. 19. Gelar tidak digunakan dalam naskah maupun dalam daftar pustaka.

Dapat digunakan dalam ucapan terima kasih. 20. Penomoran dapat dilakukan dengan sistem digital atau penggunaan huruf

dan angka dengan urutan : I, A, 1., a., 1), a), (1), dan (a); Pilih di antara keduanya, tidak boleh dicampur.

21. Hindari kata seperti “sangat perlu sekali” yang bersifat berlebihan; 22. Kata “konsepsional” adalah dari kata Belanda “conceptioneel”, sebagaimana

juga kata “konsepsi” dari kata Belanda “conceptie”;

Adalah lebih tepat menggunakan kata “konseptual” dan kata Inggris “conceptual”, sebagaimana juga kata “konsep” dan kata Inggris “concept”;

23. Penggunaan bentuk jamak “saran-saran” tidak perlu, karena “saran” mengandung makna tunggal maupun jamak;

24. Pengunaan tanda baca - hanya untuk pemenggalan kata; Dengan demikian tidak digunakan untuk meluruskan garis kanan dan atas ke bawah (“kosmetika”), juga tidak digunakan untuk penomoran;

25. Mengingat program komputer pada umumnya adalah program bahasa Inggris, perlu diperhatikan pemenggalan kata bahasa Indonesia yang tidak dikenal oleh program komputer. Caranya adalah dengan menggeser kata kedua, kata ketiga dan seterusnya dari baris yang mengandung kesalahan pemenggalan sampai diperoleh pemenggalan yang benar menurut bahasa Indonesia;

26. Kata “sedangkan, sehingga, dan” tidak dapat digunakan sebagai awal kalimat, karena merupakan kata penghubung;

27. Penggunaan kata “saya, kami, kita” dalam penulisan karya ilmiah sejauh mungkin dihindarkan, diganti dengan “penulis”, “peneliti” atau digunakan kalimat pasif (awalan di);

28. Sub-judul tidak boleh ditulis di bagian bawah halaman, akan tetapi harus dipindahkan ke halaman berikutnya.

29. Kata “daripada” hanya digunakan apabila ada tandingannya, tidak boleh untuk menyatakan kepunyaan;

30. Tidak perlu memulai kalimat dengan kata “bahwa”, yang hanya dipakai sebagai permulaan konsiderans;

31. Antara sumber kutipan dalam naskah dan daftar pustaka, harus ada hubungan timbal balik; yang ada dalam daftar pustaka ditemukan sebagai sumber dalam naskah dan yang dikutip dalam naskah terdapat sumbernya dalam daftar pustaka, dapat dilakukan dengan menggunakan sistem mendeley.

32. Guna memperoleh kalimat lengkap, perlu senantiasa diadakan “analisis kalimat”, yang berarti bahwa perlu dalam benak pikiran diadakan penyederhanaan kalimat, agar terlihat dengan jelas apa yang menjadi predikat dan apa yang menjadi subyek. Yang dapat menjadi predikat adalah selalu kata kerja yang berjumlah satu. Yang dapat menjadi subyek adalah selalu kata benda yang berjumlah satu;

33. Perlu dihindari pembuatan kalimat yang panjang-panjang, sehingga menjadi tidak jelas makna kalimat karena mengandung berbagai pikiran menjadi satu. Seyogyanya satu pokok pikiran dituangkan dalam satu kalimat;

34. Penempatan tanda baca selalu “menempel” pada huruf atau angka, tidak berdiri sendiri, seperti (“ekolabel”), tidak boleh ditulis dengan spasi seperti “(ekolabel)”, atau “tahun 1996”. Tidak boleh ditulis dengan spasi “1996”, dengan demikian dihindarkan adanya tanda baca yang pindah ke baris berikutnya, terlepas dari kata atau angka sebelumnya. Sebaliknya, penggunaan tanda baca, selalu diikuti dengan spasi, seperti setelah titik, koma, kurung tutup dan sebagainya.

Lampiran 1. CONTOH COVER DEPAN PENULISAN HUKUM

JUDUL

(Skripsi, Memorandum Hukum, Studi Kasus)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Disusun oleh

Nama : NPM : Program Kekhususan :

Di bawah Bimbingan

___________________

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2019 Lampiran 2. CONTOH LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN HUKUM SEBELUM DIUJI

JUDUL (Skripsi, Memorandum Hukum, Studi Kasus)

Disusun oleh Nama Penyusun

NPM

Telah disetujui untuk Dipertahankan dalam Ujian Sidang Kesarjaaan

Pada tanggal __________________

Pembimbing

__________________

Skripsi/ Legal Memorandum/Studi kasus ini diajukan Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum

WAKIL DEKAN I FH UNPAS BANDUNG

Dr. Hj. Rd. Dewi Asri Yustia, SH., M.H. NIPY. 151.102.08

Lampiran 3. CONTOH LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN HUKUM SETELAH

SIDANG KOMPREHENSIF

JUDUL (Skripsi, Memorandum Hukum, Studi Kasus)

Disusun oleh Nama Penyusun

NPM

Telah dipertahankan dalam Ujian Sidang Kesarjanaan Pada tanggal ________________

Pembimbing

__________________

Penguji Metode Penelitian Penguji Materi

_______________ __________________

Lampiran 4. CONTOH LEMBAR PENGESAHAN DEKAN SETELAH SIDANG

KOMPREHENSIF

LEMBAR PENGESAHAN DEKAN

Skripsi/ Legal Memorandum/Studi kasus ini telah diterima Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum tanggal ___________________

DEKAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

Dr. Anthon F Susanto, S.H., M.Hum NIPY. 151.102.07

Lampiran 5. CONTOH COVER UNTUK SIDANG USULAN PENELITIAN

PENULISAN HUKUM

JUDUL Usulan Penelitian Penulisan Hukum

(Skripsi, Memorandum Hukum, Studi Kasus)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Seminar Usulan Penelitian Penulisan Hukum

Oleh: Nama Mahasiswa

NPM Program Kekhususan ______________

Di bawah bimbingan

________________________

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2019

Lampiran 6. CONTOH LEMBAR PENGESAHAN USULAN PENELITIAN PENULISAN

HUKUM

JUDUL

Usulan Penelitian Penulisan Hukum (Skripsi, Memorandum Hukum, Studi Kasus)

Disusun oleh Nama Penyusun

NPM

Disetujui untuk Diajukan Pada Seminar Usulan Penelitian Penulisan Hukum Pada tanggal __________________

Pembimbing

_________________________ NIP/ NIPY.

Mengetahui Kepala Program Kekhususan ______________

Fakultas Hukum Universitas Pasundan

______________________________ NIP/ NIPY

Lampiran 7. CONTOH LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : NPM : Program Kekhususan : Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi / Memorandum Hukum / Studi Kasus yang saya buat adalah; a. Belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di UNPAS maupun

perguruan tinggi lainnya; b. Murni gagasan, rumusan dan hasil penelitian penulis dengan arahan dosen

pembimbing; c. Di dalamnya tidak terdapat karya-karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang atau dicantumkan dalam daftar pustaka.

d. Naskah ini telah melalui pemeriksaan similariti/turnitin dengan hasil similariti tidak lebih dari 50%.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Hukum Unpas

Bandung, Tgl, Bln, Tahun Pembuat pernyataan,

(Nama dan ditandatangani oleh yang bersangkutan) Lampiran 8. CONTOH LEMBAR JADWAL PENULISAN HUKUM

JADWAL PENULISAN HUKUM Judul Skripsi/MH/Studi Kasus : Nama : No. Pokok Mahasiswa : No. SK Bimbingan : Dosen Pembimbing :

No KEGIATAN MINGGU KE

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dst.

1 Persiapan Penyusunan Proposal

2 Seminar Proposal

3 Persiapan Penelitian 4 Pengumpulan Data

5 Pengolahan Data

6 Analisis Data

7

Penyusunan Hasil Penelitian Ke dalam Bentuk Penulisan Hukum

8 Sidang Komprehensif

9 Perbaikan

10 Penjilidan

11 Pengesahan

Catatan: • Kegiatan disesuaikan dengan Keperluan; • Waktu dijadwalkan Maksimal 6 Bulan atau 24 Minggu, dihitung dan tanggal keluar

SK Bimbingan. Contoh Road Map Penelitian/ Peta Jalan

Tahap 1 Persiapan

Penyusunan UP

Meliputi : Pengumpulan data

sekunder tahap awal, penetapan

Tujuan, Masalah dan Metode,

serta teori yang sesuai:

dilaksanakan dalam kurun waktu

1 Bulan, yaitu bulan....

Tahap 2 Tahap

Penelitian/

pengumpulan data

dan Pengolahan

data

Meliputi : Pengumpulan data

sekunder pendalaman :

inventarisasi, klarifikasi,

sistematisasi waktu 2 Bulan dari

bulan …….. s/d………

Meliputi : Analisis kulitatif dan

analisis kuantitatif, menggunakan

teknik silogisme dilaksanakan

dalam kurun waktu 2 Bulan, yaitu

bulan…………………

Tahap 3 Tahap

Penelitian, analisis

Data

Tahap 4. Dst.

disesuaikan dengan

kebutuhan

Catatan :

1. Road map dalam penelitian ini hanyalah contoh, peneliti dapat menggunakan

teknik lain dengan substansi di dalamnya yang disesuaikan kebutuhan

2. Substansi di dalamnya di konsultasikan atau di isi setelah dikonsultasikan dengan

pembimbing