Panduan Penyusunan Studi Kasus 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

panduan

Citation preview

PANDUAN PENYUSUNAN STUDI KASUS

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2015

Pendahuluan Umum

Sesuai dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP no. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Politeknik adalah penyelenggara pendidikan profesional dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Politeknik memiliki tujuan menghasilkan lulusan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri akan tenaga kerja yang profesional. Sesuai dengan kurikulum Program Diploma IV Perancangan Jalan dan Jembatan-Kerjasama Polban - Departemen Pekerjaan Umum tahun 2001, pada akhir masa pendidikan program Diploma IV ini, mahasiswa diwajibkan membuat karya tulis ilmiah yang berupa Studi Kasus (SK) pada semester terakhir pendidikannya.

Pengertian Istilah

Berikut adalah beberapa istilah yang perlu diketahui,

a. Studi Kasus (SK), adalah salah satu mata kuliah yang merupakan penerapan materi

kuliah (dalam bentuk teori, kemampuan analisa dan sintesa terapan) ke dalam bentuk

pembelajaran berbasis Problem Base Learning yang difokuskan pada proses perancangan

alternatif solusi dari kasus nyata di lapangan. Kajian dilakukan dalam bentuk Karya Tulis

dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah dalam forum akademik.

b. Jurusan, adalah Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.

c. Ketua Jurusan, adalah pejabat Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.

d. Ketua Satuan Tugas, adalah Pejabat Ketua Satuan Tugas Program Diploma 4 Teknik

Perancangan Jalan dan Jembatan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.

e. Koordinator, adalah Staf Pengajar yang ditugaskan oleh Ketua Jurusan sebagai

penanggung jawab pelaksanaan SK pada periode tertentu.

f. Mahasiswa Studi Kasus, adalah mahasiswa semester akhir yang dinyatakan secara

akademik dan tertib administratif berhak mengikuti Studi Kasus.

1

g. Dosen Pembimbing, adalah Staf Pengajar di lingkungan Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Negeri Bandung yang telah memenuhi kualifikasi untuk membimbing kegiatan Studi Kasus menurut persyaratan yang ditentukan oleh KaSatGas dan Koordinator D4 TPJJ (kriteria secara umum adalah minimal jenjang Strata 2 (S2) dibidang Teknik

Perancangan Jalan dan atau Jembatan, atau jenjang Strata 1 (S1) dengan minimal 5 tahun pengalaman di bidang konstruksi Jalan dan atau Jembatan).

h. Tim Penguji, adalah kelompok Staf pengajar, yang terdiri dari Staf di lingkungan Jurusan

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung yang ditugaskan oleh Ketua Jurusan Teknik Sipil Polban untuk menguji dan mengevaluasi pencapaian peserta pada akhir pelaksanaan Studi Kasus.

i. Proposal, adalah usulan pelaksanaan Studi Kasus yang dibuat dan diajukan oleh peserta

Studi Kasus yang telah disetujui oleh Dosen Pembimbing, lalu dipresentasikan di hadapan Tim Penguji atau Penilai dalam forum akademis dalam bentuk Sidang terbuka . Proposal yang telah direvisi harus disahkan kembali oleh Pembimbing.

j. Seminar Proposal Studi Kasus, adalah kegiatan presentasi proposal Studi Kasus yang

dilakukan oleh peserta Studi Kasus di hadapan Dosen Pembimbing dan Tim Penguji dalam bentuk Sidang Terbuka sebagai salah satu usaha penyamaan persepsi dan metodologi yang akan dilakukan selama proses penyusunan Studi Kasus.

k. Sidang Studi Kasus, adalah forum untuk evaluasi tahap akhir (kondisi 100%) dari

kegiatan Studi Kasus yang dilakukan dalam Sidang Tertutup di hadapan Tim Penguji.

l. Sidang Terbuka, bentuk pelaksanaan sidang dimana dihadiri oleh Mahasiswa Studi

Kasus, Dosen Pembimbing, Dosen Penguji dan mahasiswa lain.

m. Sidang Tertutup, bentuk pelaksanaan sidang dimana dihadiri hanya oleh Mahasiswa Studi

Kasus, Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji saja.

Status Studi Kasus

Kegiatan Studi Kasus (SK) di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung,

merupakan kegiatan kurikuler yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Diploma 4 Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan (D4-TPJJ) & Diploma 4 Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung (D4-TPPG). Dalam kurikulum, mata kuliah Studi Kasus mempunyai bobot 3 Satuan Kredit Semester yang pelaksanaannya dilakukan pada Semester 7 dari Program Pendidikan Diploma 4 Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan (D4-TPJJ) & Diploma 4 Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung (D4-TPPG).

2

Tujuan Studi Kasus

Studi Kasus mahasiswa Program Diploma 4 Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan (D4-TPJJ) & Diploma 4 Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung (D4-TPPG) adalah merupakan salah satu persyaratan penyelesaian pendidikan dan memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Melatih kemahiran dalam mencari dan menetapkan kajian dari permasalahan nyata di

lapangan, berdasarkan studi referensi, data base instansi dan data proyek baik data primer maupun data sekunder.

2.Melatih kemampuan dalam melakukan rincian identifikasi dan merumuskan masalah

dalam prasarana jalan dan jembatan.

3. Melakukan analisa dan sintesa dari permasalahan yang diangkat dengan melakukan kajian

aspek perancangan yang terkait seperti teknik perancangan jalan dan jembatan & teknik perawatan dan perbaikan gedung, rekayasa geoteknik, sistem manajemen jalan dan jembatan, ekonomi jalan raya, teknik dan manajemen lalu lintas, teknik lingkungan, konstruksi jembatan baja dan beton, regulasi, dan aspek-aspek lain yang mendukung.

4. Melakukan perancangan alternatif penanganan masalah dan menetapkan alternatif solusi

terpilih yang tepat guna dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan juga teknologi yang berkembang saat ini.

5. Penetapan atau penentuan alternatif solusi harus terukur, untuk itu dapat menggunakan

instrumen yang umumnya digunakan di proses perancangan jalan dan jembatan misalnya

SWOT, Rangking, Rating, AHP (Analytical Hierarchy Process), Stated Preferences

Method dan lain sebagainya yang relevan dengan kajian yang dilakukan. 6. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk membuat karya ilmiah serta

mempertahankannya di depan forum akademis.

Koordinator Studi Kasus

Pelaksanaan Studi Kasus (SK) ini akan dilakukan secara individual (perseorangan). Untuk itu dalam implementasinya, koordinasi pelaksanaan SK dilakukan oleh Koordinator SK. Bila dipandang perlu Koordinator SK dapat dibantu oleh seorang atau lebih Wakil Koordinator yang ditugaskan oleh Ketua Jurusan. Adapun tugas Koordinator SK adalah :

1. Memberikan pengarahan kepada calon peserta SK

2. Menetapkan kedalaman dan ruang lingkup sesuai kompetensi D4

3. Mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan SK

4. Mengatur jadwal pelaksanaan, seminar proposal SK dan sidang SK

5. Mengatur distribusi Pembimbing SK dan Penguji SK

3

6. Menyusun rekapitulasi hasil (nilai) SK untuk diserahkan pada KaSatgas Program D4

TPJJ.

Koordinator Studi Kasus 2015:

Dr. Syahril, BSCE., MT. (NIP : 19630609.199203.1.001)

Waktu Pelaksanaan Studi Kasus

Sesuai dengan kurikulum Program Diploma 4 Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan (D4-TPJJ) & Diploma 4 Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung (D4-TPPG), maka SK akan dilaksanakan pada semester 7, selama waktu efektif pelaksanaan 12 minggu. Mengingat waktu penyelesaian yang sangat terbatas tersebut, mahasiswa diwajibkan mengejar target penyelesaian dengan pelaksanaan SK dibagi dalam 5 (lima) tahap utama, sebagai berikut :

a. Tahap I: Pengajuan topik, penyusunan proposal dan penentuan calon dosen

pembimbing (1 minggu)

b. Tahap II: Pelaksanaan seminar proposal SK (2 minggu)

c. Tahap III: Pengerjaan SK selama 7 minggu disamping kegiatan mandiri. Pada waktu

tersebut harus dipergunakan untuk penyusunan, studi referensi, konsultasi

dan asistensi pada Dosen pembimbing yang bersangkutan

d. Tahap IV: Sidang SK, yang dilanjutkan dengan revisi bila diperlukan (maksimal 1

minggu). Bila dinyatakan lulus dapat dilanjutkan dengan penggandaan dan

penjilidan berkas.

4

OktoberNopemberDesemberDesemberJanuari

NoKegiatan

M3M4M5M1M2M3M4M1M2M3M4M1M2M3M4M5M1M2M3

1Penetapan topik dan dosen

pembimbing

2Penyusunan Proposal SK

3Seminar proposal SK

4Penyusunan dan bimbingan SK

5Sidang SK

6Revisi laporan SK

7Pengumpulan laporan, poster, dan

kelengkapan SK

Ket:

Libur natal & Tahun Baru 2015

5

Topik Studi Kasus

Mahasiswa dapat memilih topik SK yang sesuai dengan jenjang pendidikan yaitu Program Diploma 4 Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan. Dalam memilih dan

menentukan usulan topik Studi Kasus, mahasiswa dapat melakukan konsultasi dengan Koordinator SK dan atau Calon Pembimbing.

Topik Studi Kasus adalah merupakan topik penting untuk diteliti dan dikaji secara ilmiah. Topik yang dapat dianggap penting apabila :

a. Memberikan sumbangan yang berarti kepada ilmu pengetahuan

b. Bukan duplikasi/plagiator terhadap hasil karya ilmiah terdahulu

c. Pengembangan atau pemutakhiran hasil perencanaan/perancangan terdahulu

d. Academic interest

Sebagai pedoman umum, topik yang dapat dipilih antara lain berupa :

a. Kasus Perencanaan, analisa dari kemungkinan atau sudut pandang lain dari hasil

perencanaan konstruksi jalan dan atau jembatan (tergantung dari skala dan tingkat

kesulitan)

b. Kasus Pelaksanaan, meliputi kasus yang terjadi setelah hasil perancangan konstruksi jalan

dan atau jembatan beroperasi

c. Kasus Khusus, contoh seperti kasus cacat dan kegagalan konstruksi jalan dan atau

jembatan

Produk Studi Kasus Diploma 4 TPJJ & 4 TPPGSesuai dengan tingkat jenjang studi yaitu Diploma 4, maka hasil perancangan SK berupa perancangan dan penentuan alternatif solusi meliputi :

a. Pengambilan permasalahan nyata di lapangan (real problem base learning)

b. Pendekatan dan penetapan inti permasalahan (kasus)

c. Penetapan kriteria perancangan

d. Metodologi perancangan studi kasus

e. Proses penentuan dan pengambilan data (primer dan sekunder) yang sesuai NSPM atau

aturan lain yang berlaku

f. Analisa data (statistik) dan presentasi data (tabulasi dan grafik)

g. Perancangan alternatif solusi sesuai kriteria perancangan yang ditetapkan

h. Penentuan solusi terpilih yang terukur, tepat guna dan berhasil guna

6

Dokumen pelengkap laporan seperti Hitungan, Spesifikasi produk yang akan digunakan (minimal tabel spesifikasi), Gambar standar A3 atau A2 (minimal Denah dan Potongan), draft RAB, dll.

Prosedur Pelaksanaan SK

1. Mengikuti Pengarahan dari coordinator SK

2. Mahasiswa mencari dan menentukan Topik SK beserta calon Pembimbingnya. Topik SK

dapat diusulkan oleh mahasiswa atau calon pembimbing.

3. Mahasiswa yang sudah mendapatkan Topik SK dan Calon Pembimbing, segera melapor

kepada koordinator SK. Selanjutnya Koordinator SK menetapkan Pembimbing yang

bersangkutan (satu pembimbing dapat membimbing maksimal tiga mahasiswa).

4. Sesuai dengan Jadwal Akademik dan pelaksanaan SK, mahasiswa segera memulai

pelaksanaan kegiatan SK dibawah bimbingan Pembimbing masing-masing dan

dituangkan dalam bentuk Karya Ilmiah.

5. Melaksanakan Seminar

6. Apabila sudah selesai dan dinyatakan secara tertulis oleh Pembimbing, mahasiswa berhak

menempuh Sidang SK, dihadapan Tim Penguji yang diatur oleh Panitia SK.

7. Dijilid rapih dan diserahkan Kepada Sekretariat Jurusan melalui Perpustakaan Jurusan.

Metoda Pelaksanaan TA

Pada dasarnya mata kuliah SK memiliki status yang sama dengan mata kuliah lainnya dalam kurikulum pendidikan Diploma 4 Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan (D4-TPJJ) & Diploma 4 Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung (D4-TPPG). Tetapi dalam pelaksanaannya, dilakukan secara individual. Perlu diingat dalam hal ini, keberhasilan pelaksanaan SK lebih ditekankan pada strategi, kinerja, efisiensi kerja, motivasi dan inisiatif dari mahasiswa yang bersangkutan. Pada proses pembuatan SK, mahasiswa akan dibimbing oleh dosen Pembimbing dari Jurusan Teknik Sipil Polban.

Hal penting yang wajib diperhatikan oleh mahasiswa selama pengerjaan SK adalah :

1. Diawal pelaksanaan SK, mahasiswa diwajibkan mengikuti pengarahan dari Koordinator

SK

2. mahasiswa harus memahami benar alur kerja SK !

3. mahasiswa wajib untuk mencari dan menentukan sendiri topik SK serta menentukan

ruang lingkup dari topik SK yang akan diangkat (perhatikan bahwa bobot kedalaman dan

keluasan kajian akademik mahasiswa adalah kompetensi Diploma 4). Disini mahasiswa

harus memahami benar kualitas topik yang akan diangkat menjadi topik SK.

7

4.Bila mahasiswa mengalami kesulitan dalam mencari Topik SK, dapat berkonsultasi

dengan Koordinator SK tentang perkiraan topik yang layak diangkat menjadi topik SK. 5. Kemudian mahasiswa wajib membuat Proposal Topik SK dan usulan Calon Dosen

Pembimbingnya kemudian diajukan kepada Koordinator SK untuk diberi Surat

Pengantar pada Calon Dosen Pembimbing.

6. Koordinator SK dan Mahasiswa harus memperhatikan daftar dosen pembimbing dan

spesialisasi bidang keahliannya, khususnya terhadap relevansi pada usulan topik SK yang akan diajukan.

7.Setelah memperoleh persetujuan tentang Topik, kedalaman dan keluasan kajian dari

Calon Dosen Pembimbing, mahasiswa harus segera melapor kepada Koordinator SK.

Selanjutnya Koordinator SK akan menetapkan Dosen Pembimbing yang bersangkutan.

8.Mahasiswa mempersiapkan naskah seminar Proposal SK(lihat Bab Penyusunan

Proposal SK)

9. Mahasiswa melaksanakan seminar Proposal SK dalam bentuk Sidang Terbuka (dihadiri

oleh peserta umum), seluruh mahasiswa wajib mengikuti seminar proposal SK minimal tiga kali

10. Bila seminar proposal dinyatakan lulus dan topik dinyatakan layak untuk diangkat

sebagai Topik SK, maka sesuai dengan jadwal akademik dan jadwal pelaksanaan SK, mahasiswa dapat segera memulai pelaksanaan SK dibawah bimbingan dosen Pembimbing masing-masing dan hasilnya dituangkan dalam bentuk karya ilmiah.

11. Jadwal Asistensi meliputi waktu, tempat, rencana bab dan sub bab, harus diberikan satu

copy-nya kepada Koordinator SK, setelah ditanda tangani oleh Dosen pembimbing dan mahasiswa yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan proses kontrol dari akademik tentang proses penyusunan Studi Kasus

12. Pada proses pembuatan dokumen SK mahasiswa harus memiliki pemahaman dasar teori,

menganalisa, sintesa dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam usaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

13. Mahasiswa harus berkonsultasi secara intensif dengan Pembimbing, persyaratan utama

minimal 2 (dua) kali bimbingan untuk setiap Bab (disarankan).

14. Bila penyusunan SK sudah selesai dan sesuai dengan batas minimum kompetensi D4

TPJJ dengan seluruh kelengkapan laporannya, dan setelah dinyatakan layak secara tertulis oleh Dosen Pembimbing, maka mahasiswa yang bersangkutan berhak mengajukan permohonan pada Koordinator untuk menempuh Sidang SK.

8

15. Koordinator akan memeriksa berkas laporan sidang SK untuk memastikan kelayakan dan

sebagai kontrol atas kualitas dan kompetensi program studi D4 TPJJ

16. Setelah dilakukan pemeriksaan atas berkas laporan maka Koordinator akan memberikan

Surat Undangan Sidang SK kepada para Dosen Pembimbing dan Penguji sesuai periode jadwal sidang studi kasus yang telah ditetapkan.

17. Sidang SK dilakukan dihadapan Tim Penguji dalam bentuk Sidang Tertutup yang

pelaksanaannya diatur oleh Koordinator SK dan dipimpin oleh Ketua Sidang (Dosen Pembimbing).

18. Pelaksanaan perbaikan atau revisi SK (bila diperlukan) dilakukan atas kesepakatan antara

Dosen Penguji dan Dosen Pembimbing. Mahasiswa harus melakukan asistensi kembali kepada para Dosen Penguji terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan akhir selesainya SK, setelah itu baru kepada Dosen Pembimbing.

19. Dalam hal pengesahan tahap ini, tidak diperkenankan meminta persetujuan terlebih

dahulu kepada Dosen Pembimbing sebelum kepada Dosen Penguji.

20.Maksimal waktu yang diberikan untuk perbaikan adalah1(satu) minggu dari

pelaksanaan Sidang SK.

21.Berkas SK dijilid rapi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diserahkan kepada

Sekretariat D4 TPJJ melalui Koordinator SK dengan jumlah penggandaan sebanyak

minimal3(tiga) eksemplar(masing-masing untuk Perpustakaan Pusat Polban,

Perpustakaan Jurusan Teknik Sipil, Pembimbing) .

22.Mahasiswa diwajibkan membuat Jurnal SK(sesuai ketentuan terlampir) dan

melampirkan 2 (dua) copy Lembar Judul, Lembar Pengesahan, Abstrak, Daftar Isi dan

daftar Pustaka dari SK masing-masing (termasuk pada Ketentuan Surat Bebas Masalah

Jurusan.

23. Untuk keperluan referensi dan perpustakaan Program Studi Diploma 4 Teknik

Perancangan Jalan dan Jembatan, mahasiswa harus menyerahkan copy file SK lengkap dengan lampirannya dalam bentuk CD kepada Koordinator SK (Setiap angkatan akan memiliki 1 buah CD berisi SK dan SK proses ini dikoordinir oleh KM atau Ketua Angkatan).

24. Bila dalam sidang mahasiswa dinyatakan gagal, maka mahasiswa tersebut akan diberi

waktu tambahan penyelesaian maksimal 1 (satu) minggu atau sesuai arahan dari Dosen Pembimbing untuk segera mengajukan Sidang Ulang ke satu.

9

25. Bila dalam sidang tersebut, mahasiswa masih dinyatakan gagal maka mahasiswa yang

bersangkutan sidang berikutnya maksimum ditunda selama 1 bulan (4 minggu) untuk

kemudian mengajukan Sidang Ulang untuk kedua kalinya.

26. Maksimum batasan Sidang adalah 3 kali. Bila dalam Sidang ke tiga tersebut masih

dinyatakan tidak lulus, maka mahasiswa tersebut harus menunggu sampai masa Studi

Kasus angkatan di bawahnya atau mengajukan permohonan untuk merubah topik SK,

dengan catatan kembali mengikuti prosedur SK dari awal seperti dituliskan sebelumnya.

27. Selesai

10

MULAI

Persiapan:

Pemahaman Pedoman SK

Pemilihan Topik dan Pembimbing

Penyusunan Proposal SK

Proses Administrasi:

Pengajuan Topik dan Pembimbing

Pengajuan Proposal SK

Persetujuan PembimbingYA

Seminar Proposal SK

Revisi?YA

TDK

Penyusunan SK

Sidang SK

Lulus?TDK

YA

Revisi?

YA

Perbaikan SK

Persetujuan Pembimbing dan Penguji

Seminar ProposalTDK

Perbaikan?

Perbaikan Proposal SK

Persetujuan Pembimbing

Perbaikan SK

TDK

Pengesahan Laporan SK

Penyelesaian Laporan SK: Penggandaan dan Penjilidan

Penyerahan Laporan SK ke Panitia (Hard & Soft Copy)

SELESAI

Persetujuan: Penguji

Pembimbing

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Studi Kasus

11 Bimbingan

Dalam pembuatan dan proses penyusunan SK, ketentuan umum yang harus diperhatikan oleh mahasiswa adalah sebagai berikut:

a. Selama pelaksanaan SK mahasiswa dibimbing oleh Pembimbing SK.

b. Mahasiswa dapat mengajukan sendiri Calon Pembimbing yang diinginkan sesuai dengan

prosedur, atau jika tidak, dapat mengajukan, ditentukan oleh Panitia SK.

c. Persyaratan atau kriteria dosen pembimbing diatur oleh Ka SatGas dan Ketua Jurusan

Teknik Sipil Polban sesuai dengan Daftar Spesialisasi Bidang Keahlian Dosen.

d. Selama kegiatan SK, mahasiswa diwajibkan berkonsultasi secara intensif dengan

Pembimbing.

e. Mahasiswa dapat dibimbing oleh satu Pembimbing. Apabila dipandang perlu dapat

diajukan Pembimbing pendamping (tergantung dari topik dan permasalahan dalam

menyelesaikan SK), pembimbing utama disebut Pembimbing I dan Pembimbing pendamping sebagai Pembimbing II. Pembimbing II hanya bertanggungjawab terhadap bagian SK yang dimintakan bantuan bimbingannya, sedangkan tanggungjawab secara keseluruhan tetap pada Pembimbing I. Penunjukkan pembimbing II atas persetujuan pembimbing I.

f. Pembimbing SK bertugas dan berkewajiban mengarahkan, membimbing, memantau

(kemajuan) pelaksanaan SK dan mengevaluasi mahasiswa bimbingannya. Secara tidak

langsung Pembimbing juga ikut bertanggungjawab terhadap kelayakan dan kebenaran isi

SK.

g. Tanpa alasan yang jelas, tidak diperkenankan berganti Pembimbing. Dalam kasus khusus,

pergantian Pembimbing hanya dapat dilakukan atas permintan Pembimbing dan

Mahasiswa bersangkutan, dengan persetujuan Panitia SK setelah mempertimbangkan

dengan seksama alasan yang diajukan.

h. Mahasiswa harus memberikan jadwal bimbingan (hari, tanggal, tempat , waktu dan Bab)

kepada Dosen Pembimbing dan Koordinator SK. Sehingga Koordinator dapat melakukan

monitoring terhadap keaktifan kegiatan SK antara mahasiswa dan para Dosen

Pembimbing

PROPOSAL

Dalam pelaksanaan SK, mahasiswa diwajibkan membuat proposal sesuai dengan topik yang akan diangkat menjadi topik SK. Proposal tersebut akan menjadi pegangan bersama, baik mahasiswa, Dosen Pembimbing SK maupun Koordinator SK selama masa pembuatan

12

SK. Pengajuan proposal merupakan tahapan paling awal dalam pelaksanaan SK. Setelah mendapat persetujuan dari calon Dosen Pembimbing, salinan proposal diserahkan kepada Koordinator SK. Komponen dasar proposal SK adalah sebagai berikut:

1. Halaman Judul

2. Halaman Pengesahan

3. Latar Belakang Masalah yang berisi dasar pemikiran permasalahan

4. Lokasi Pengamatan

5. Tujuan

6. Ruang Lingkup

7. Tinjauan Pustaka

8. Kebutuhan data primer dan sekunder

9. Metodologi pengumpulan dan analisa data

10. Metodologi dan alur penyelesaian masalah

11. Jadwal Pelaksanaan

12. Daftar Pustaka

13. Lampiran (gambar-gambar, kebutuhan perkiraan biaya, dsb)

Penjelasan Komponen

1. Judul SK

Sri Harto, 1998 menyebutkan bahwa judul merupakan ekspresi yang tegas, jelas dan singkat yang dapat menunjukkan dengan tepat masalah yang akan diteliti dan tidak memberikan peluang penafsiran yang berbeda Pembatasan daerah generalisasi tidak harus ditempatkan dalam judul, akan tetapi dapat dinyatakan secara eksplisit dalam Bab Pendahuluan. Hal ini sangat penting agar hasil perancangan tidak disalahtafsirkan oleh pembaca atau pemakai.

Sifat judul SK yang baik adalah :

1. Ringkas, judul yang ringkas lebih baik karena dengan cepat dapat

mengkomunikasikan topik dan jangan menggunakan pernyataan yang membuat

rumit. Maksimum kata yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 20 kata. 2. Kata pertama menyatakan kategori proposal studi kasus. Hal ini penting karena kata

pertama akan memberikan kategori. Judul juga harus dapat membedakan rencana

studi kasus yang akan diajukan dengan rencana strudi kasus yang lain. 3. Menarik, judul harus sedemikian menarik minat pembaca dan mewakili inti rencana

studi kasus.

13

4.Informatif, yaitu tanpa membaca abstrak ataupun beberapa halaman dari proposal,

judul harus sudah dapat mewakili materi kasus yang akan dibahas.

2. Abstrak

Sri Harto, 1998 menyebutkan bahwa abstrak sebuah laporan ilmiah pada dasarnya harus memuat keterangan yang sangat ringkas dan tepat yang menjawab 3 (tiga) pertanyaan yaitu MENGAPA, BAGAIMANA DAN HASIL GUNA. Dengan demikian , abstrak cukup dituliskan dalam 3 (tiga) alinea saja yang biasanya terdiri atas 150-250 kata. Tidak dibenarkan dalam abstrak memuat tabel, gambar dan yang sejenis. Rumus masih dimungkinkan kalau dengan sangat terpaksa perlu menjelaskan sebuah rumus penting. Abstrak bukan tempat untuk merujuk semua studi literatur secara lengkap. Yang perlu dikemukakan adalah tujuan penelitian, metoda dan hasil perancangan atau penelitian. Selain itu juga harus disampaikan hubungan antara perancangan dan tujuan perancangan di kemudian hari. Dengan membaca abstrak yang baik, pembaca sudah dapat memahami permasalahan dan pemecahan yang dilakukan dalam sebuah karya ilmiah (studi kasus).

3. Latar Belakang

Sri Harto, 1998 menyebutkan bahwa latar belakang akan memuat alasan-alasan ilmiah yang mendasari pentingnya topik tersebut diangkat. Jawaban atas pertanyaan seperti mengapa penting dilakukan, apa sebabnya dilakukan dan relevansi terhadap teori-teori perancangan terdekat yang pernah ada, kelemahan dan kekuatannya ada dimana, haruslah dimunculkan secara tegas dan jelas. Pertanyaan terakhir sangat perlu karena mengingat perkembangan ilmu yang telah berkembang pesat, maka akan ada teori, rumusan, konsep ataupun model yang dekat atau sejalan dengan masalah yang akan diteliti.

4. Tujuan SK

Sri Harto, 1998 menyebutkan bahwa tujuan harus ditunjukkan dengan jelas karena tidak jarang masalah dihadapi dalam Studi Kasus sebenarnya merupakan sebagian kecil dari masalah yang jauh lebih luas. Tujuan harus memuat pernyataan akan hasil dari perancangan, sehingga akan jelas masalah yang akan diselesaikan dan bagaimana metodologi perancangan yang akan diterapkan di lapangan nantinya. Pernyataan tersebut bukanlah hipotesa dan tidak teruji serta bukan metoda untuk mencapai tujuan.

14

5. Ruang Lingkup Perancangan

Sri Harto, 1998 menyebutkan bahwa sekecil apapun topik sebuah karya ilmiah tetapi hasilnya akan merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang sangat baik. Umumnya sebuah hasil karya ilmiah merupakan satu mata rantai penelitian yang panjang di bidangnya. Untuk itu untuk mempertegas dan mempertajam pembahasan perlu dilakukan pembatasan masalah dalam bentuk ruang lingkup bidang perancangan sesuai dengan bobot akademik yang ditetapkan (dalam hal ini adalah kompetensi

Program Diploma 4 TPJJ).

6. Tinjauan Pustaka

Sri Harto, 1998 menyebutkan bahwa Tinjauan Pustaka merupakan uji awal atas gagasan awalnya, atas formulasi awalnya, atau metoda perancangannya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Pada saat ini, hampir tidak mungkin ada satu masalah dalam cabang ilmu tertentu yang belum pernah diteliti atau dikaji sama sekali. Selalu akan dijumpai penelitian atau kajian sejenis yang relevan, sejalan atau dekat dengan topik yang diangkat. Oleh sebab itu mahasiswa harus sangat hati-hati menempatkan karya ilmiahnya pada jalur yang tepat sehingga tidak terjadi duplikasi. Tinjauan pustaka merupakan uraian sistimatik semua keterangan yang diperoleh dari pusataka atau referensi. Hal yang sangat penting adalah PENDAPAT PRIBADI tidak boleh diikutkan dalam tinjauan pustaka, terkecuali kalau pendapat tersebut diacu dari penelitian terdahulu oleh orang yang sama.

Sistimatika dilakukan dengan mengelompokkan materi yang diacu sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam melakukan telaah dan memudahkan untuk mengikuti perkembangan suatu teori atau konsep meskipun nama penulis akan muncul berkali-kali di bagian yang sama. Sumber harus ditunjukkan dengan jelas agar tercermin KEJUJURAN penulis untuk mengakui PENDAPAT ORANG LAIN BUKAN SEBAGAI PENDAPAT PRIBADI.

7. Metodologi

Merupakan penjabaran dari urutan kerja dalam penyusunan studi kasus, penggunaan bahan, informasi, teori, NSPM, referensi, data, variabel, parameter dan alat yang digunakan selama proses penyusunan karya ilmiah. Diuraikan dalam bab ini secara jelas adalah cara analisa dan sintesa. Bahan dan alat yang digunakan, spesifikasi, jangkauan, kemampuan, ciri-ciri khusus, jika perlu sertakan skemanya dan perlu diterangkan secara

15

jelas. Sehingga secara nyata tampak mendukung urutan jalannya perancangan dengan rinci.

8. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan merupakan penjabaran kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan Studi Kasus dalam jangka waktu 9 minggu efektif. Jadwal harus

menunjukkan minimal 3 (tiga) hal yaitu tahap perancangan, perincian kegiatan dan jangka waktu penyelesaian. Jadwal ini tidak mudah untuk disusun, karena harus benarbenar mencerminkan LAJU PELAKSANAAN SK untuk setiap tahapnya. Hal ini dapat dilakukan bila mahasiswa dan setiap dosen pembimbing :

a. Memahami benar kemampuannya

b. Memahami benar beban, volume dan kecepatan penyelesaian tiap tahap kajian

perancangan SK

c. Memahami benar faktor luar yang berpengaruh

d. Disiplin, konsisten dan motivasi yang tinggi

Jadwal dapat dibuat dalam bentuk BAR CHART, yang dapat diturunkan dalam bentuk CRITICAL PATH METHOD (CPM) yang rinci untuk tiap tahapannya. Bagian terpenting dalam penyusunan jadwal ini adalah :

a. Memperkirakan load (volume) untuk masing-masing kegiatan

b. Memahami kemampuan penyelesaian setiap unit kegiatan

c. Perhatikan ketergantungan antara satu unit dengan unit lainnya

d. Perlu dibangun alat kontrol dan juga untuk kemudahan dosen pembimbing yang

menunjukkan target waktu (misalnya dalam bentuk blok) dalam satuan minggu

dimana kegiatan tertentu harus sudah selesai.

e. Harus ada jawaban yang JUJUR tentang seberapa besar kemampuan mahasiswa

untuk menyelesaikan setiap kegiatan agar dapat disusun Jaringan Kerja (CPM) yang

lebih realistik.

9. Daftar Pustaka

Sri Harto, 1998 menyebutkan bahwa pada dasarnya daftar pustaka memuat semua sumber referensi ataupun bacaan yang diacu dalam laporan Studi Kasus agar para pembaca yang ingin mendapatkan kejelasan lebih jauh dapat dengan mudah melacak sumber tersebut. Dengan demikian jelas bahwa mengapa setiap sumber yang ada dalam

16

isi laporan harus ada dalam daftar pustaka. Perlu diingat bahwa kondisi sebaliknya, tidak semua sumber yang terdapat dalam daftar pustaka harus diacu dalam isi Studi Kasus. Hal terakhir ini harus dilakukan dengan arif, dengan arti tidak dengan alasan agar tampak yang dibaca banyak lalu sebanyak mungkin ditampilkan dalam daftar pustaka. Hal terakhir itu hendaknya diartikan sebagai satu dukungan bahwa seseorang dapat menyusun pernyataan atau argumen tertentu, sering diilhami oleh banyak

sumber terkait, tetapi tidak spesifik dari satu sumber saja.

Dalam prakteknya penyusunan daftar pustaka dilakukan sebagai berikut :

1.Dengan penyusunan ke bawah sesuai dengan abjad nama akhir penulis pertama.

2.Dengan penyusunan kekanan

Untuk majalah: nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama majalah (dengan

singkatan resminya), jilid, nomor halaman.

Untuk buku : nama penulis, tahun terbit, judul buku, jilid, nomor terbitan (kalau ada), nama penerbit, kota penerbitan.

Evaluasi SK

Sistim penilaian SK terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu Penilaian Bimbingan dan

Penilaian Sidang SK. Masing-masing memiliki bobot yang berbeda. Penentuan nilai mata kuliah SK, dilakukan dengan menggabungkan dua komponen tersebut pada saat Sidang SK selesai dilaksanakan.

Evaluasi Bimbingan Studi Kasus

Bimbingan SK merupakan sarana penilaian selama proses pelaksanaan SK berjalan

secara menyeluruh dari awal sampai akhir. Komponen penilaian pelaksanaan SK terdiri dari :

a. Perencanaan, aspek penilaian meliputi penguasaan materi dan usaha pengembangan

konsep atau dasar teori dari permasalahan yang diajukan

b. Pelaksanaan, aspek yang dinilai adalah motivasi, disiplin, sikap kritis dan kreatifitas.

c. Laporan SK, aspek yang dinilai meliputi substansi, kualitas tata tulis laporan ,

kedalaman pembahasan, kualitas alternatif solusi, dan keandalan solusi terpilih.

17

Seminar Proposal

Dalam pelaksanaan proposal SK, mahasiswa wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Mendaftar kepada Koordinator SK untuk meminta jadwal seminar Proposal setelah

memperoleh persetujuan tertulis dari dosen pembimbing.

b. Seminar proposal dilaksanakan dalam bentuk sidang terbuka, dipimpin oleh Ketua

Sidang (Dosen Pembimbing) merangkap sebagai anggota Tim Penguji dan beberapa anggota (dihadiri oleh peserta lain dan staff pengajar). Dalam seminar proposal mahasiswa lainnya, khususnya yang satu angkatan wajib hadir mengikuti seminar sebagai pengembangan wacana.

c. Waktu yang disediakan untuk setiap seminar proposal adalah 60 menit. Terbagi

menjadi 3 (tiga) sesi, yaitu sesi 1 (15 menit) untuk presentasi, sesi 2 (40 menit) untuk diskusi atau tanya jawab dan sesi 3 (5 menit) untuk penentuan kelayakan proposal SK.

d. Pada kesempatan ini, mahasiswa minimal harus mempresentasikan latar belakang,

tujuan, pembatasan masalah, kebutuhan data (primer dan sekunder), analisa data,

metoda perancangan, perkiraan hasil yang akan dicapai dan jadwal rinci pelaksanaan SK.

e. Mekanisme pengaturan presentasi dan diskusi sepenuhnya diserahkan kepada Ketua

Sidang dengan memperhatikan waktu yang disediakan.

f. Dalam sesi diskusi, seluruh peserta diwajibkan terlibat aktif untuk memberikan

pertanyaan dan masukan yang sifatnya membangun.

g. Dalam kondisi khusus, Seminar tetap dapat berjalan dengan formasi 1 (satu) orang

Dosen Pembimbing dan minimal 1 (satu) orang Dosen Penguji hadir. Setelah sidang diselenggarakan, mahasiswa harus menghadap kepada Dosen Penguji yang tidak hadir (pada saat itu) untuk memberikan Laporan jalannya sidang dan memberikan copy formulir revisi dari Dosen yang hadir pada Dosen tersebut .

Evaluasi Sidang Studi Kasus

Dalam tahap ini, sidang SK merupakan sarana penilaian akhir dan sifatnya menyeluruh (komprehensif) terhadap pelaksanaan SK oleh mahasiswa yang bersangkutan. Ketentuan dan persyaratan sidang SK sebagai berikut :

a. Bila SK yang bersangkutan telah dinyatakan selesai oleh Dosen dan dapat disidangkan.

Maka Dosen Pembimbing akan menandatangani Formulir Pernyataan Selesai SK secara

tertulis yang ditujukan kepada Koordinator SK.

18

b. Mahasiswa membawa Formulir tersebut dan segera mendaftar kepada Koordinator SK

untuk selanjutnya mengikuti sidang SK seperti jadwal yang ditentukan.

c. Sidang SK akan dilaksanakan dalam bentuk Sidang Tertutup, dipimpin oleh Ketua

Sidang merangkap sebagai anggota dan para Tim Penguji. Dalam hal ini, dosen pembimbing akan bertindak sebagai Ketua Sidang.

d. Waktu yang disediakan adalah maksimal 120 menit terbagi dalam 3 (tiga) sesi, yaitu 15

- 20 menit untuk presentasi oral, 90 menit untuk tanya jawab dan 10 menit untuk rapat penetapan atau keputusan hasil sidang SK. Pada sesi terakhir, mahasiswa akan dipersilahkan menunggu sejenak di luar ruang sidang, setelah itu mahasiswa akan

dipanggil untuk mengetahui keputusan hasil rapat penetapan kelulusan sidang SK.

e. Mekanisme dan pengaturan tertib presentasi dan tanya jawab sepenuhnya diserahkan

pada Ketua Sidang sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

f. Nilai komponen sidang ditentukan dari nilai rata-rata masing-masing anggota tim

penguji. Masing-masing anggota tim penguji harus membuat penilaian pada lembar terpisah yang selanjutnya diserahkan pada Ketua Sidang untuk direkapitulasi menjadi Nilai Sidang SK.

g. Dalam rapat penentuan hasil sidang, nilai tersebut akan digabungkan dengan nilai

bimbingan yang sudah tersedia sebelumnya, sesuai dengan bobot (persentase) masingmasing. Selanjutnya nilai tersebut akan dikonversikan kedalam bentuk nilai huruf (A, B, C, D atau Gagal).

h.Dalam kondisi khusus, Sidang tetap dapat berjalan dengan formasi minimal 1 orang

Dosen Pembimbing dan2 orang Dosen Penguji hadir. Setelah sidang

diselenggarakan, mahasiswa harus menghadap kepada Dosen Pembimbing yang tidak

hadir (pada saat itu) untuk Sidang Susulan dalam waktu sesingkat-singkatnya.

i.Nilai Sidang dari dosen tersebut harus disampaikan oleh Dosen Pembimbing kepada

Koordinator. Tidak diperkenankanmenitipkan kepada mahasiswa untuk

disampaikan pada Koordinator SK.

Jadwal Evaluasi Studi Kasus

Koordinator SK akan mengatur jadwal pelaksanaan seminar evaluasi dan sidang SK setiap tahunnya, termasuk waktu pelaksanaan sidang yang secara umum harus diikuti oleh setiap mahasiswa SK dan Tim Penguji.

19

Pedoman Umum Penilaian

Seperti telah dijelaskan bahwa Sistim penilaian SK terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu Penilaian Bimbingan dan Penilaian Sidang SK dan masing-masing memiliki bobot yang berbeda. Penentuan nilai mata kuliah SK, dilakukan dengan menggabungkan dua komponen tersebut pada saat Sidang SK selesai dilaksanakan. Penjelasan rinci sebagai berikut:

a. Komponen Nilai Pembimbing, mempunyai bobot 40%, terdiri dari 3 unsur.

1. Perencanaan: 30%

2. Pelaksanaan: 50%

3. Laporan / Karya Tulis:20%

b. Komponen Nilai Sidang, mempunyai bobot 60%, terdiri dari 3 unsur.

1. Sikap:10%

2. Metoda Presentasi / Efisiensi Waktu:20%

3. Penguasaan Materi / Bobot Ilmiah:70%

Masing-masing unsur diberi nilai dengan skala 1 - 4, dengan rincian

4 = sangat baik

3 = baik

2 = cukup

1 = kurang

Diakhir sidang SK, nilai tersebut akan langsung dikonversikan dan ditentukan dalam bentuk

nilai huruf(A,B,C,D atau Gagal). Sehingga mahasiswa yang bersangkutan akan dapat

dinyatakan LULUS atau TIDAK LULUS untuk mata kuliah Studi Kasus ini pada periode

yang sedang berjalan. Rincian konversi nilai dari angka ke huruf adalah sebagai berikut :

A3,51

2,50B