15
PANDUAN RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT UMUM RESTU IBU MEDAN RUMAH SAKIT UMUM RESTU IBU Jl. Gatot Subroto km. 8.5 No. 434 Telp. (061) 8470985 – 8451638 Medan 2013

PANDUAN ruang isolasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PANDUAN RUANG ISOLASI

Citation preview

PANDUAN RUANG ISOLASIRUMAH SAKIT UMUM RESTU IBU MEDAN

RUMAH SAKIT UMUM RESTU IBUJl. Gatot Subroto km. 8.5 No. 434 Telp. (061) 8470985 8451638Medan 2013

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan pedoman ini tepat pada wakrtunya. Kami juga ucapkan terima kasih kepada para staf- staf rumah sakit yang sudah membimbing kami sehingga panduanini dapat terselesaikan.Kami menyadari dalam pembuatan panduan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan masa yang akan datang. Semoga panduan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhirnya kami ucapkan terima kasih.

Medan , 28 November 2013

Tim penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar Daftar IsiBAB I Pendahuluan11.1 Latar Belakang11.2 Tujuan Panduan Ruang Isolasi11.2.1 Tujuan umum11.2.2 Tujuan khusus12.2 Ruang Lingkup 12.3 Prinsip 22.4 Kewajiban dan Tanggung Jawab2BAB II Ruang Isolasi31. Pengertian Isolasi32. Syarat kamar Isolasi43. Syarat Ruang Perawatan44. Alat alat45. Kategori Isolasi46. Lama Isolasi67. Kriteria Pindah Rawat dari ruang isolasi keruang perwatan biasa6BAB III Penutup 8a. Kesimpulan 8b. Saran 8Daftar Pustaka

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan( berpindah pindah dari orang yang satu ke orang yang yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung maupun perantara). Penyakit menular ini ditandai adanya agen tau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Penularan penyakit disebabkan proses infeksi oleh kuman. Infeksi merupakan invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit ( potter dan perry, 2005). Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai yang ringan maupun yang berat, dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien lainya, begitupun dengan petugas kesehatan yang sering terpapar dengan agen infeksi. Penularan infeksi dapat melalui beberapa cara diantaranya melalui darah dan cairan tubuh seperti halnya penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis B.Tenaga medis yang bekerja di fasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya, karena Tenaga Medis dalam memberikan pelyanan kesehatan kepada pasien dapat kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat menjadi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien lainnya. Menurut penelitian apabila tenaga medis terkena infeksi akibat kecelakaan maka resikonya 1% mengidap hepatitis fulminan, 4% hepatitis kronis (aktif), 5% menjadi pembawa virus(syamsuhidajat & wim de jong, 1997).Seluruh pasien yang di rawat dirumah sakit merupakan individu yang rentan terhadap penularan penyakit. Hal ini karena daya tahan tubuh pasien yang relative menurun. Penularan penyalit terhadap pasien yang dirawat di rumah sakit disebutinfeksi nasokomial. Infeksi nasokomial dapat disebabkan oleh kelalaian tenaga medis atau penularan dari pasien lain. Pasien yang dengan penyakit infeksi menular dapat menularkan penyakitnya selama dirawat dirumah sakit. Penularan dapat melalui udara, cairan tubuh, makanan, dan sebagainya.Meningkatnya angka kejadian infeksi di rumah sakit, baik terhadap petugas kesehatan atau paisen yang dirawat di rumah sakit, mengharuskan diwujudkannya suatu langkah pencegahan sehingga angka infeksi di rumah sakit dapat menurun. Salah satu upaya adalah dengan menyediakan fasilitas ruang isolasi yang bertujuan untuk merawat pasien dengan penyakit infeksi yang dianggap berbahaya disuatu ruangan tersendiri, terpisah dari pasien lain, dan memiliki aturan khusus dalam prosedur pelayanannya.

1.2 Tujuan Panduan Ruang Isolasi1.2.1 Tujuan umumSebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit Umum Restu Ibu Medan untuk dapat melaksanakan isolasi pada pasien dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

1.2.2 Tujuan Khusus1. Sebagai pedoman pelaksanaan isolasi pada pasien yang merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah infeksi nasokomial.2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan.3. Mencegah terjadinya infeksi pada pasien rawat inap atau pasien dengan penurunan daya tahan tubuh.

2.2 Ruang Lingkup1. Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang mengidap penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan berbahaya. 2. Pelaksana panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan keluarga.

2.3 Prinsip 1. Setiap pasien dengan infeksi menular dan dianggap berbahaya dirawat diruang terpisah dari paien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi.2. 1Penggunaan alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan petugas kesehatan terhadap pasien yang dirawatdi kamar isolasi.3. Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan system imun dikarenakan pengobatan atau penyakitnya, dirawat di ruang (terpisah) isolasi rumah sakit. 4. Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas d irawat diruang inap biasa5. Pasien yang dirawat di ruang isolasi, dapat di pindahkan keruang rawat inap biasa apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit atau menurut petunjuk dokter penanggung jawab pasien.

2.4 Kewajiban dan Tanggung Jawab1. Seluruh Staf Rumah Sakita. Mematuhi peraturan yang diterapkan di kamar isolasi2. Perawat Instalasi Rawat Inapa. Melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien di kamar isolasib. Menjaga terlaksananya peraturan ruang isolasi yang ditetapkan.c. Mencegah terjadinya infeksi terhadap pengunjung kamar isolasi atau pasien yang dirawat dikamar isolasi.3. Dokter Penanggung Jawab Pasiena. Menetapkan diagnosa pasien dan menentukan apakah pasien memerlukan perawatan di ruang isolasi b. Memastikan pasien yang membutuhkan perawatan di ruang isolasi mendapat perawatan secara benar.4. Kepala Instalasi / Kepala Ruangana. Memastikan peraturan di ruang isolasi terlaksana dengan baik.b. Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam ruang isolasi dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insiden tersebut. 5. Direktur a. Memantau dan memastikan peraturan di Ruang Isolasi terlaksana dengan baik.b. Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau mengatasi setiap masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan perawatan pasien di ruang isolasi.

2

BAB II RUANG ISOLASI

1. Pengertian IsolasiIsolasi adalah segala usaha pencegahan penularan / penyebaran kuman pathogen dari sumber infeksi ( petugas, pasien, pengunjung) ke orang lain.Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan isolasi untuk pasien dengan penyakit infeksi airborne yang berbahaya seperti H5N1, kewaspadaan yang perlu dilakukan meliputi :a. Kewaspadaan standar Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien maupun alat alat yang terkontaminasi secret pernapasan.b. Kewaspadaan kontak Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak dengan pasien, gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti stetoskop, thermometer, tensimeter, dan lain lain.c. Perlindungan mata Gunakan kaca mata pelindungatau pelindung muka, apabila berada pada jarak 1 (satu) meter dari pasien.d. Kewaspadaan airborneTempatkan pasien di ruang isolasi airborne, gunakan masker N95 bila memasuki ruang isolasi.

2. Syarat Kamar Isolasi1. Lingkungan harus tenang2. Sirkulasi udara harus baik3. Penerangan harus cukup baik4. Bentuk ruangan sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk observasi pasien dan pembersihannya.5. Tersedianya WC dan kamar mandi6. Kebersihan lingkungan harus tetap terjaga.7. Tempat sampah harus tertutup8. Bebas dari serangga.9. Tempat alat tenun kotor harus tertutup10. Urinal dan pispot pasien harus dicuci dengan menggunakan desinfektan.11. Ukuran ruang isolasi :

Ruang perawatan isolasi ideal terdiri dari:a) Ruang ganti umumb) Ruang bersih dalamc) nurse stationd) Ruang rawat pasiene) Ruang dekontaminasif) Kamar mandi petugas

Kriteria Ruang Perawatan Isolasi ketat yang ideal1. Perawatan isolasi (isolation room)a. Zona pajanan primer / pajanan tinggib. Pengkondisian udara masuk dengan open circulation systemc. Air Sterillizer system dengan Burning & filterd. Modular minimal = 3 x 3 m22. Ruang kamar mandi / WC perawatan isolasi (Isolation rest room)a. Zona pajanan sekunder / pajanan sedangb. Pengkondisian udara masuk dengan open circulation systemc. Pengkondisian udara keluar melalui vaccum luminar air suction systemd. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2

3

3. Ruang bersih dalam (ante room /foyer air lock)a. Zona pajanan sekunder / pajanan sedangb. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation Systemc. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruang rawat isolasid. Modular minimal = 3 x 2,50 m24. Area sirkulasi (circulation corridor)a. Zona pajanan tersier / pajanan rendah / tidak terpajanb. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation Systemc. Pengkondisian udara keluar dengan system exshausterd. Modular minimal lebar = 2,40 m5. Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)a. Zona pajanan tersier / pajanan rendah / tidak terpajanb. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation Systemc. Pengkondisian udara keluar dengan system exshausterd. Modular minimal = 2 x 1,5 m2 / petugas (termasuk alat)

3. Syarat Petugas Yang Bekerja Di Kamar Isolasi1. Harus sehat 2. Mengetahui prinsip aseptic / antiseptic3. Pakaian rapi dan bersih4. Tidak memakai perhiasan5. Kuku harus pendek6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi7. Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus topi, masker, sarung tangan dan sandal khusus.8. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.9. Berbicara seperlunya10. Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi11. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi

4. Alat alat 1. Alat alat yang di butuhkan cukup tersedia2. Selalu dalam keadaan steril3. Dari bahan yang mudah dibersihkan4. Alat suntik bekas dibuang pada tempat tertutup dan dimusnahkan5. Alat yang tidak habis pakai di cuci dan disterilkan kembali6. Alat tenun bekas dimasukkan dalam tempat tertutup

5. Kategori IsolasiKategori isolasi yang dilakukan sesuai dengan pathogenesis dan cara penularan / penyebaran kuman terdiri dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi saluran pernapasan, tindakan pencegahan enterik dan tindaka pencegahan sekresi. Secara umum, kategori isolasi membutuhkan kamar terpisah, sedangkan kategori tindakan pencegahan tidak memerlukan kamar terpisah.

a. Isolasi KetatTujuan isolasi ketat adalah mencegah penyebaran semua penyakit yang sangat menular, baik melalui kontak langsung maupun peredaran udara. Tekhnik ini mengharuskan pasien berada dikamar tersendiri dan petugas yang berhubungan dengan paien harus memakai pakaian khusus, masker, dan sarung tangan serta memetuhi aturan pencegahan yang ketat. Alat alat yang terkontaminasi bahan infektius dibuang atau dibungkus dan diberi label sebelum dikirim untuk proses selanjutnya. Isolasi ketat diperlukan pada pasien dengan penyakit atraks, cacar, difteri, pes, varicella, dan herpes zoster diseminata atau pada pasien imunokompromis.

4Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan disetiap ruang perawatan isolasi ketat yaitu :a. Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negative dibanding tekanan di koridor.b. Pergantian sirkulasi udara 6 12 kali perjamc. Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA (High- Efficiency Particulate Air)Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai, gunakan penampung dahak/ ludah tertutup sekali pakai (disposable).

b. Isolasi KontakBertujuan untuk mencegah penularan penyakit infeksi yang mudah ditularkan melalui kontak langsung. Pasien perlu kamar tersendiri, masker perlu dipakai bila mendekati pasien, jubah dipakai bila ada kemungkinan kotor, sarung tangan dipakai setiap menyentuh badan infeksius. Cuci tangan sesudah melepas sarung tangan dan sebelum merawat pasien lain. Alat alat yang terkontaminasi bahan infeksius diperlakukan seperti pada isolasi ketat. Isolasi kontak diperlukan pada pasien bayi baru lahir dengan konjungtivitis gonorhoea, pasien dengan endometritis, pneumonia atau infeksi kulit oleh streptococcus grup A, herpes simpleks diseminata, infeksi oleh bakteri yang resisters terhadap antibiotika, rabies, rubella.

c. Isolasi Saluran PernafasanTujuannya untuk mencegah penyebaran pathogen dari saluran pernafasan dengan cara kontak langsung dan peredaran udara. Cara ini mengaharuskan pasien dalam kamar terpisah, memakai masker dan dilakukan tindakan pencegahan khusus terhadap buangan nafas / sputum, misalnya pada pasien pertusis, campak, tuberkulosa paru, infeksi H. influenza.

d. Tindakan Pecegahan EnterikTujuannya untuk mencegah infeksi oleh pathogen yang berjangkit karena kontak langsung atau tidak langsung karena tinja yang mengandung kuman penyakit menular. Pasien ini dapat bersama dengan pasien lain dalam satu kamar, tetapi dicegah kontaminasi silang melalui mulut dan dubur. Tindakan pencegahan enteric dilakukan pada pasien dengan diare infeksius atau gastroenteritis yang disebabkan oleh kolera, salmonella, shigella, amuba, campy/obacter, cryptosporidium, ecoli pathogen.

e. Tindakan Pencegahan SekresiTujuannya untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung atau tidak langsung dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari bagian badan yang terinfeksi. Pasien tidak perlu ditempatkan di kamar tersendiri. Petugas yang berhubungan langsung harus memakai jubah, masker, dan saraung tangan. Tangan harus segera dicuci setelah melepas sarung tangan atau sebelum merawat pasien lain. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan pada waktu penggantian balutan. Tindakan pencegahan sekresi ini perlu untuk penyakit infeksi yang mengeluarkan bahan purulen, drainasea atau sekresi yang infeksius.

f. Isolasi Protektif Tujuannya untuk mencegah kontak antara pathogen yang berbahaya dengan orang yang daya rentannya semakin besar, atau melindungi seseorang tertentu terhadap semua jenis pathogen, yang biasanya dapat dilawannya. Pasdien harus ditempatkan dalam lingkungan yang mempermudah terlaksananya tindakan pencegahan yang perlu. Misalnya pada pasien yang sedang menjalani pengobatan sitostika atau imunosupresi.

56. Lama Isolasi Lama isolasi tergantung pada jenis penyakit, kuman penyebab, dan fasilitas laboratorium, yaitu : 1. Sampai biakan kuman negative (misalnya pada difteri, antraks)2. Sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum, khusus untuk luka atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan menular)3. Selama pasien dirawat di ruang rawat (misalnya hepatitis virus A dan B leptospirosis)4. Sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotika yang efektif (misalnya pada sifislis, konjungtivitis gonore pada neonatus).

Prosedur Keluar Ruang Perawatan Isolasia. Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat Pelindung Diri (APD)b. Pakaian bedah / masker masih tetap dipakaic. Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian umum, masukkan dalam kantung binatu berlabel infeksius.d. Mandi dan cuci rambut (keramas)e. Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.f. Pintu keluar dari ruang Perawatan Isolasi harus terpisah dari pintu masuk

7. Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang isolasi perawatan biasa :a. Terbukti bukan kasus yang mengharuskan untuk dirawat diruang isolasib. Pasien telah dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan untuk dirawat di ruang rawat inap biasa oleh dokter.c. Pertimbangan lain dari dokter.

6

Alur Pasien Perawatan Di Ruang Isoalsi

Rawat InapRuang IsolasiSuspek Penyakit Menular yang berbahayaLuka bakar indikasi rawat Penurunan system imunKemoterapi Polikinik IGDPasien

7BAB IIIPENUTUP

a. Kesimpulan Isolasi adalah segala usaha pencegahan penularan / penyebaran kuman pathogen dari sumber infeksi ( petugas, pasien, pengunjung) ke orang lain. Untuk mncega terjadinya infeksi dibutuhkan ruang isolasi sesuai dengan jnis pnyakitnya. Ruamg isolasi juga memiliki kriteria kriteria khusus, alat alat harus steril, dll.

b. Saran Diharapkan kepada semua pembaca panduan ini dapat mengerti maksud isi panduan ini. Semoga dapat dipergunakan sebagai refrensi panduan ruang isolasi berikutnya.

87